Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mekanisme Pertahanan Diri terhadap Hasrat Melakukan Hubungan Seksual pada Diri Biarawan Buddha T1 802005141 BAB IV

BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Setelah proposal skripsi disetujui, peneliti

membuat

rancangan penelitian yang terdiri dari bab 1 hingga bab 3.
Disamping peneliti membuat rancangan penelitian, peneliti juga
melakukan pendekatan dengan seorang bhikkhu berinisial SN
yang sudah kenal dengan peneliti. Peneliti melakukan
pendekatan kepada SN dengan cara sering mengikuti kegiatan
keagamaan di Vihara yang tidak jauh dari asrama bhikkhu
dengan tujuan supaya peneliti dapat kenal lebih dekat dengan
SN dan bisa kenal dengan para bhikkhu yang lainnya. Setelah
peneliti kenal lebih dekat dengan SN, kemudian penelitipun
menemui SN dengan tujuan untuk meminta kesediaannya untuk
menjadi nara sumber dalam penelitian ini.
Peneliti juga meminta SN untuk mencarikan bhikkhu lain

yang bersedia menjadi nara sumber dengan tujuan untuk
menambah jumlah nara sumber dalam penelitian ini. Peneliti
dikenalkan dengan 12 orang bhikkhu (laki-laki) dan 3 orang
bhikkhuni (wanita). Penelitipun sempat bertanya mengenai
kegiatan yang sering dilakukan oleh para bhikkhu yang tinggal
di asrama. Meskipun hanya sebagian kegiatan yang disebutkan

63

namun penjelasan tersebut sudah cukup memperkaya informasi
seputar kehidupan bhikkhu.
Setelah peneliti kenal dengan para bhikkhu dan bhikkhuni
maka peneliti semakin sering datang ke Vihara agar dapat kenal
lebih dekat dengan para bhikkhu. Kemudian peneliti meminta
kesediaan para bhikkhu dan bhikkhuni untuk menjadi nara
sumber dalam penelitian ini. Namun dari 15 orang bhikkhu dan
bhikkhuni yang dikenalkan oleh SN hanya 2 orang bhikkhu saja
yang bersedia menjadi nara sumber dalam penelitian ini yaitu
ND sebagai nara sumber kedua dan RM sebagai nara sumber
ketiga.

Setelah peneliti mendapatkan nara sumber yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan, maka peneliti kemudian
menyusun

pedoman

wawancara

(interviu

guide)

dan

menetapkan metode yang akan digunakan yaitu wawancara dan
observasi.

Sebelum

melakukan


wawancara

peneliti

menghubungi nara sumber terlebih dahulu untuk menentukan
jadwal wawancara. Wawancara dilakukan di Vihara yang
berdekatan dengan asrama bhikkhu yang merupakan tempat
tinggal para nara sumber. Sedangkan metode observasi
dilakukan sewaktu proses wawancara berlangsung yaitu di
asrama bhikkhu dan pada saat peneliti dimintai bantuan oleh
nara sumber yaitu mengantarkan nara sumber pergi memberikan
ceramah keagamaan dari satu Vihara ke Vihara lainnya,
penelitipun sempat tinggal di asrama bhikkhu selama 4 hari.

64

Peneliti juga melakukan rapport terlebih dahulu dengan
ketiga nara sumber sehingga mereka bisa mengungkapkan
semua hal yang ditanyakan oleh peneliti tanpa rasa canggung

dan tidak terjadi ”faking-good” (nara sumber menunjukkan halhal yang berkenaan dengan dirinya yang baik-baik sehingga halhal yang buruk yang berkenaan dengan dirinya tidak muncul
karena nara sumber menutup-nutupi keburukannya) maupun
”faking-bad”

(nara

sumber

menunjukkan

hal-hal

yang

berkenaan dengan dirinya yang buruk dan jelek sehingga hal-hal
baik yang berkenaan dengan dirinya tidak muncul karena nara
sumber

menutup


kebaikannya)

dalam

wawancara

yang

dilakukan, sehingga hasil penelitian ini valid dan dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Setelah menjalin raport
dengan nara sumber, peneliti menemui nara sumber lagi untuk
menentukan jadwal wawancara yang akan dilakukan.
Sebelum melaksanakan penelitian dan proses pengumpulan
data, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan segala keperluan
yang digunakan dalam proses pengambilan data. Sebelum
memasuki

proses

wawancara,


peneliti

terlebih

dahulu

menentukan faktor-faktor yang akan digunakan sebagai dasar
dalam proses wawancara. Untuk proses wawancara, peneliti
menggunakan

walkman/tape

recorder

untuk

merekam

pembicaraan antara peneliti dengan nara sumber selama proses

wawancara berlangsung. Selain itu peneliti juga menyiapkan
alat tulis untuk mencatatat hal-hal penting yang berkaitan

65

dengan penelitian yang mungkin terjadi selama proses
wawancara dan juga sebagai catataan observasi (catatan
lapangan) bila diperlukan.
2. Pelaksanaan Penelitian
Setelah peneliti membuat janji wawancara dengan nara
sumber SN, peneliti melakukan wawancara yang pertama
kalinya pada tanggal 30 Juli 2010, wawancara berlangsung
sekitar 60 menit namun karena nara sumber harus melakukan
kewajibannya sebagai seorang bhikkhu maka wawancara
dilanjutkan hari berikutnya tanggal 31 Juli 2010 untuk
melengkapi data yang dibutuhkan.
Setelah wawancara selesai peneliti dimintai bantuan oleh
teman nara sumber yaitu mengantarkan teman nara sumber dari
satu Vihara ke Vihara lain maka peneliti minta untuk tinggal di
asrama nara sumber supaya peneliti dapat melakukan triangulasi

atas data yang diperoleh dari nara sumber SN dan melakukan
observasi, namun karena peneliti hanya dapat melakukan
observasi dengan seorang nara sumber saja maka hasil observasi
tidak dilaporkan dalam penelitian ini.
Peneliti mengalami kendala pada saat melakukan triangulasi
dan observasi karena peneliti diminta untuk menemani teman
nara sumber dan mengantarkan teman nara sumber SN dari satu
Vihara ke Vihara lain selama 4 hari sejak tanggal 31 Juli sampai
dengan tanggal 3 Agustus 2010 sehingga peneliti terlalu banyak
kehilangan waktu untuk membuat laporan hasil wawancara.

66

Pada tanggal 4 Agustus 2010 penaliti melakukan wawancara
yang kedua kali dengan nara sumber ND. Wawancara dilakukan
hanya satu kali selama 70 menit karena data yang dibutuhkan
sudah cukup. Pada hari berikutnya tanggal 5 Agustus 2010
peneliti melakukan triangulasi dengan teman ND.
Peneliti mengalami kendala pada saat akan melakukan
wawancara dengan nara sumber RM dikarenakan nara sumber

RM sedang pergi keluar kota. Penelitipun menunggu sampai
nara sumber RM pulang tanggal 9 Agustus. Akhirnya
wawancara dengan nara sumber RM dilakukan pada tanggal 10
Agustus 2010. Peneliti melakukan triangulasi dengan teman
nara sumber RM pada tanggal 12 Agustus 2010.
Setelah peneliti melakukan wawancara dan triangulasi
peneliti menemukan bahwa mekanisme pertahanan diri yang
digunakan oleh nara sumber tergantung pada peristiwa yang
sedang dihadapi pada saat peristiwa itu terjadi, jadi tidak semua
bentuk mekanisme pertahanan diri digunakan oleh nara sumber.
Maka terdapat perbedaan antara nara sumber ND, nara sumber
SN dan nara sumber RM.
Dari semua bhikkhu yang ada di asrama hanya ada 3 orang
bhikkhu yang bersedia untuk diwawancarai, dan hal tersebut
menentukan jumlah nara sumber yang terpilih secara snow ball
sampel. Peneliti kemudian meminta nara sumber untuk
menentukan

kapan


nara

sumber

bersedia

untuk

bisa

diwawancarai. Dalam penelitian ini, data hanya diperoleh dari

67

ketiga nara sumber dan tiga orang teman yang seprofesi dengan
nara sumber. Data tidak diperoleh dari orang tua masing-masing
nara sumber karena nara sumber tinggal di asrama tidak tinggal
bersama dengan keluarganya.
Setelah melakukan persiapan, peneliti kemudian melakukan
wawancara kepada ketiga nara sumber. Dalam penelitian ini,

data diperoleh dari ketiga nara sumber. Pada nara sumber
pertama yaitu nara sumber SN. Wawancara berlangsung 60 dan
kemudian

wawancara

dilanjutkan

pada

hari

berikutnya

dikarenakan peneliti masih merasa perlu menggali lebih dalam
pertnyaan-pertanyaan yang dinilai masih perlu digali lebih
spesifik lagi. Pada nara sumber 2 yaitu SN dan nara sumber 3
yaitu RM wawancara hanya dilakukan satu kali saja karena data
yang diperlukan sudah cukup setelah peneliti mendengarkan
rekaman dan menuliskan hasil wawancara dalam bentuk
transkrip hasil wawancara.

B. Ringkasan peraturan yang harus dijalani dalam kehidupan
bhikkhu
Kaidah dan peraturan-peraturan latihan sila yang diberikan
dalam Suta Pitaka sebagai dasar prinsip dari kehidupan bhikkhu
diuraikan secara rinci dalam Vinaya Pitaka. Kode khusus
larangan-larangan dan pelaksanaan kehidupan keviharaan yang
terdapat dalam Vinaya Pitaka dimaksudkan terutama sebagai
prinsip dasar untuk pengembangan batin. Peraturan-peraturan

68

dan ketetapan itu disebut Patimokha Sila. Yang terdiri dari 227
peraturan latihan dan diklasifikasikan dalam delapan kelompok,
yaitu:
Kelompok pertama, terdiri dari empat peraturan pelatihan:
melakukan hubungan kelamin meskipun dengan binatang,
mengambil barang yang tidak diberikan dalam batas nilai
minimal tertentu atau atas putusan pengadilan negri dinyatakan
mencuri, membunuh makhluk hidup yang dilakukan sendiri,
menyuruh orang ain bunuh diri, dan menceritakan untuk
kepentingan dirinya tentang kemampuan batin yang mengatasi
fitrah manusia yang sesunguhnya ia sadari bahwa ia tidak
memilikinya.
Peraturan pelatihan ini dan pelanggarannya disebut prajika.
Prajika adalah pelanggaran berat yang menyebabkan seorang
bhikkhu gugur kebhikkhuannya. Ia tidak boleh lagi hidup dalam
sangha dan kesalahan ini tidak dapat diperbaiki kembali.
Kelompok kedua, terdiri dari tiga beas peraturan pelatihan
yaitu empat peraturan pelatihan yang berkenaan dengan nafsu
birahi, menjadi perantara percintaan atau perkawinan. Dua
peraturan pelatihan yang berkenaan dengan tempat tinggal. Dua
peraturan pelatihan tentang pemfitnahan. Dua peraturan
mengenai memecah belah sangha, bersikap keras kepala, dan
menjadi benalu bagi upasaka dan upasika.
Tiga belas peraturan pelatihan ini dan pelanggarannya
disebut sanghadisesa. Pelanggaran ini adalah pelanggaran

69

menegah yang masih dapat diperbaiki. Seoran bhikkhu yang
melanggar salah satu dari tiga belas peraturan pelatihan
sanghadisesa dapat dibebaskan dari kesalahannya setelah
mengakui kesalahannya dan menyesalinya di depan sangha
yang khusus dilakukan untuk itu, yang terdiri dari sekurangkurangnya 20 bhikkhu.
Kelompok ketiga, terdiri dari dua peraturan pelatihan
tentang pelanggaran yang tidak dapat dinyatakan pelanggaran
yang mana yang telah terjadi yaitu duduk dengan wanita di
tempat terpencil dan tidak terlihat apa yang mereka lakukan atau
tidak dpat diketahui pembicaraannya.
Perbuatan ini akan memancing timbulnya nafsu atau birahi
yang akan menghancurkan cita-citanya sebagai seorang
bhikkhu.
Kelompok keempat, berisikan 30 peraturan pelatihan yang
disebut Nissagiya Pacittiya yang terdiri dari tiga bagian yaitu
bagian jubah, bagian kain, dan bagian mangkuk. Peraturan
pelatihan ini untuk mencegah timbulnya dan berkembangnya
keserakahan dan kemelekatan dalam diri para bhikkhu.
Kelompok kelima, terdiri dari 92 peraturan pelatihan
pacittiya yang terbagi menjadi sembilan bagian yaitu bagian
kebohongan, bagian tumbuh-tumbuhan, bagian nasehat, bagian
makanan, bagian petapa telanjang, bagian minuman keras,
bagian makhluk hidup, bagian saudara sedhama, dan bagian
harta benda.

70

Kelompok keenam, terdiri dari empat peraturan pelatihan
pattidesaniyadhama

yang

berkenaan

dengan

memakan

makanan.
Kelompok ketujuh, mengandung 75 peraturan pelatihan
sekhia dhama yang terkelompok dalam empat bagian yaitu
bagian yang berkenaan dengan 26 perilaku yang layak, bagian
yang berkenaan dengan 30 perilaku mengenai konsumsi
makanan, bagian ketiga berhubungan dengan 16 sikap
mengajarkan dhama. Bagian keempat berkenaan dengan tiga
peraturan aneka ragam.
Kelompok kedelapan, terdiri dari tujuh peraturan pelatihan
yang berisikan cara-cara penyelesaian perselisihan antara
sesama bhikkhu atau sangha yang dilakukan dalam suatu cara
yang formal.
Semua peraturan pelatihan diatas bertujuan agar para
bhikkhu dapat mengendalikan panca indra yang dimilikinya
sehingga terhindar dari pembawaan diri yang tidak baik seperti
keserakahan, itikat buruk, iri hati dan lain-lain. Tetapi mampu
menimbun perbuatan baik seperti berdana, itikat baik, kesediaan
untuk memaafkan dan lain-lain.

71

C. Analisis Data
Setelah semua data yang diperlukan sudah lengkap, maka
peneliti melakukan analisa data sesuai dengan tahapan yang
dilakukan sebelumnya.
1. Reduksi Data
Peneliti melakukan proses reduksi data setelah selesai
melakukan wawancara dengan masing-masing nara sumber.
Yang pertama kali dilakukan adalah mengubah wawancara
dari bentuk rekaman (suara) kedalam bentuk tertulis.
Peneliti membuat verbatim/transkrip yang merupakan
salinan kata demi kata dari proses wawancara. Kemudian
dari hasil verbatim/transkrip tersebut peneliti membuat
rangkuman yang terfokus pada aspek-aspek pokok yang
diteliti. Peneliti memisahkan data-data yang pokok dengan
data-data yang lain yang diperoleh pada saat wawancara.
Data yang direduksi dapat memberikan gambaran yang
lebih jelas bagi peneliti dalam menentukan apakah data yang
diambil sudah sesuai atau belum. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan bagi peneliti untuk melihat data yang telah
diambil, apakah ada kekurangan atau tidak sehingga bisa
digunakan untuk mengembangkan wawancara berikutnya.
Bila ada kekurangan maka bisa didapatkan dengan
wawancara ulang atau didapatkan dengan wawancara
berikutnya. Reduksi data dari masing-masing nara sumber

72

dibuat secara terpisah agar data yang diperoleh tidak
menjadi tercampur secara acak.

2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk pengkodean dan
kategorisasi. Menganalisis hasil wawancara dan pengamatan
dengan menggunakan analisis ”baris per baris” dari hasil
wawancara. Dengan memberikan tanda atau nomor pada
data yang sudah diperoleh dari nara sumber. Setelah itu,
satuan-satuan yang ada diinterpretasikan mana yang sesuai
dengan aspek-aspek penelitian dan mana yang tidak sesuai
dengan aspek-aspek yang menjadi acuan penelitian. Setelah
diinterpretasikan data tersebut

diklasifikasikan

sesuai

dengan aspek yang dijadikan acuan dalam penelitian.
Apabila tidak sesuai dengan aspek-aspek yang menjadi
acuan penelitian maka dimungkinkan data tersebut yang
menjadi perbedaan antara nara sumber satu dengan nara
sumber lainnya. Setelah data diklasifikasikan, kemudian
dibandingkan persamaan dan perbedaannya dari masingmasing nara sumber. Langkah terakhir adalah menafsirkan
data dan membuat kesimpulan.

73

D. Hasil Penelitian
D.1 Nara Sumber Penellitian 1
1. Gambaran Umum Nara Sumber Penelitian 1
Identitas
Nama

: Santavano (SN)

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Asrama Bhikkhu, Ampel

Kota asal

: Pati

SN saat ini berusia 36 tahun. SN adalah seorang Bhikkhu yang
berasal dari Pati namun sekarang tinggal di Vihara di Ampel
bersama teman-teman seprofesinya. SN adalah anak kedua dari tiga
bersaudara. SN memiliki seorang adik perempuan dan seorang
kakak laki-laki. SN sejak kecil hingga berusia 20 tahun tinggal
bersama ayah dan ibunya di Pati.
SN mulai masuk menjadi seorang samanera setelah SN lulus
SMA, namun sebelumnya SN pernah bekerja pada sebuah
perusahaan di Yogyakarta. SN menjadi seorang samanera pada saat
SN berusia 20 tahun, kemudian SN dianggkat menjadi bhikkhu
setelah SN berusia 25 tahun. Setelah SN diangkat menjadi seorang
bhikkhu SN pernah pemimpin vihara di Riau dan sekarang tinggal
di asrama bhikkhu di Ampel.
Dalam kesehariannya SN menjalankan kewajibannya sebagai
seorang bhikkhu dengan baik. SN sering diundang untuk
memberikan ceramah keagamaan di vihara-vihara, dan tidak jarang
juga SN memberikan ceramah di kampus STIAB.

74

Lingkungan sosial SN hanya di asrama bhikkhu. Teman SN
yang tinggal diasrama berjumlah 15 orang, 10 orang diantaranya
adalah bhikkhu laki-laki dan 5 orang bhikkhuni atau bhikkhu
wanita.
Fasilitas yang diberikan di asrama tersebut adalah laptop,
televisi, telephone rumah, dapur untuk memasak dan dua jenis
kendaraan yaitu sepeda motor dan mobil, yang dipakai bergantian.
Berbagai rutinitas yang di lakukan di asrama antara lain adalah
kebaktian bersama, meditasi bersama, kebaktian bersama umat
setiap hari yang dimulai pukul 5, bergantian memimpin kebaktian
pada saat kebaktian bersama dengan umat dan acara curhat
bersama.
2. Analisis dan pengklasifikasian data berdasar aspek yang
digunakan dalam penelitian :
Setelah dilakukan pengkodean maka data diklasifikasikan ke
dalam beberapa bentuk mekanisme pertahanan diri yang ditemukan
oleh Freud, putrinya Anna Freud, dan murid-muridnya (Libido
Kekuasaan Sigmund Freud: 2000) yaitu:
a. Penolakan
Hasil wawancara dan observasi dengan nara sumber I SN
Ketika hasrat seksual muncul, SN menghindarinya dengan
melakukan kegiatan lain yang bertolak belakang dengan
hubungan seksual atau mengalihkan pikiran tentang hubungan
seksualnya dengan cara berdoa, melakukan meditasi dan

75

menghentikan pikiran yang mengarah kepada hubungan
seksual.
Ketika terlintas pikiran yang berhubungan dengan seksual
secara reflek atau secara otomatis SN akan berdoa dalam hati
untuk menghilangkan pikiran tentang hubungan seksual.
Ya memang sering saya merasakan hal itu, tetapi sudah secara
otomatis pikiran seperti itu hilang karena saya langsung melakukan doa
pagi jadi respon saya bangun pagi ya doa pagi gitu. Nara sumber I SN
(53-54)
Saya berusaha untuk tidak berlarut-larut memikirkan masalah itu
tetapi saya kesampingkan dan lebih baik memikirkan hal-hal lain yang
lebih penting. Nara sumber I SN (267-268)
Saya hanya bisa sebatas mengagumi saja, jadi tidak begitu berlarutlarut memikirkan hal itu dan saya harus segera memotong atau
menghentikan pikiran tentang wanita Nara sumber I SN (271-273)
Saya melakukan relaksasi atau meditasi bisa dengan merasakan
keluar masuknya nafas atau saya belajar untuk mengontrol pikiran ini
supaya pikiran ini tidak berlarut-larut memikirkan keindahan wanita.Nara
sumber I SN (297-300)

Hasil wawancara dengan teman dekat nara sumber I SN
Dalam menghindari hasrat seksual SN sering berdoa
sendiri di Vihara dan melakukan meditasi bersama setiap
harinya. Disamping itu SN selalu mengikuti doa pagi yang
diikuti oleh seluruh bhikkhu yang tinggal di asrama
kebhikkhuan.
Ya bisa dengan meditasi, berdoa sendiri doa pagi bersama-sama,
berjalan sambil berdoa memegang tasbih banyak kok disamping itu juga
diberikan renungan-renungan. Teman dekat nara sumber I SN (14-17)

76

b. Represi
Hasil wawancara dengan nara sumber I SN
Ketika ditanya tentang mantan pacarnya SN masih
mengingatnya bahkan kadang-kadang SN melihat mantan
pacarnya mengikuti kebaktian di Vihara. SN menahan rasa
cinta yang masih tersisa dengan menjalankan dhama dan
mengalihkan perhatian tentang mantan pacar dan wanita yang
dikagumi dengan memperbanyak kegiatan.
Masih ingat kalau mantan pacar saya, tetapi kalau wanita yang
berkesan dihati saya sudah banyak yang lupa karena memang saya hanya
melihatnya saja tidak mungkin saya berkenalan karena saya sebagai
bhikkhu mereka sebagai umat. Nara sumber I SN (124-126)
Ya pada saat melihat wanita itu mirip mantan saya dulu, saat
sendirian tidak ada kegiatan, saat bertemu dengan orangnya, saat mau
tidur. Nara sumber I SN (128-129)
Dengan menjalankan dhama dengan baik, dengan memperbanyak
kegiatan. Nara sumber I SN (131)

Hasil wawancara dengan teman dekat nara sumber I SN
Dalam mekanisme ini SN tidak melupakan mantan
kekasihnya ataupun wanita yang dikaguminya. SN juga
pernah bercerita tentang mantan kekasihnya, namun SN
menceritakan tentang mantan kekasihnya pada saat SN masih
menjadi samanera atau belum diangkat/ditahbiskan menjadi
bhikkhu.
Pernah tetapi cerita tentang mantan kekasihnya itu dulu sekali waktu
masih samanera dan mantannya juga belum punya suami, kalau sekarang
paling sehabis kebaktian bersama umat kemudian setelah selesai
kebaktian baru cerita-cerita tentang kesan kebaktian tadi. Yang cantik tadi
yang pakai baju warna kuning atau apa gitu. Teman dekat nara sumber
I SN (22-28)

77

c. Asketisisme atau menolak segala kebutuhan
Hasil wawancara dengan nara sumber I SN
SN menjalani kehidupan sebagai seorang bhikkhu dengan
baik SN menjauhkan semua pikiran tentang keduniawian
dengan

berdoa,

meditasi

dan

melaksanakan

aturan

kebhikkhuan.
Pada saat berjalan dan bertemu dengan wanita dan saling
bersentuhan, untuk menghilangkan hasrat tersebut dengan cara
melaksanakan vinaya (aturan kebhikkhuan), Nara sumber I SN (200201)
Melakukan meditasi dan berdoa untuk menghilangkan pikiran untuk
kembali menjadi umat biasa. Nara sumber I SN (209-210)

Hasil wawancra dengan teman dekat nara sumber I SN
Selama SN menjalani kehidupan sebagai seorang bhikkhu
SN belum pernah mendapatkan teguran ataupun hukuman
karena melanggar peraturan kebhikkhuan. SN terlihat selalu
memakai jubah baik ketika siang hari ataupun malam hari.
Di vihara sini memang tidak semuanya vegetarian, tetapi tidak ada
yang makan daging hanya saja ada beberapa vegetarian ovo vegetarian
yang masih makan telur ada beberapa bhikkhu disini yang seperti itu, ada
yang merokok juga, ya walaupun begitu bhikkhu yang ada disini belum
ada yang mendapat teguran ataupun hukuman dari sangha belum ada jadi
masih berjalan sesuai aturan. Kalau SN setiap hari memakai jubah siang
hai ataupun malam ya tetap memakai jubah, kebanyaan kalau mau tidur
mereka tidak memakai jubah. Teman dekat nara sumber I SN (42-54)

d. Isolasi
Hasil wawancara dengan nara sumber I SN
SN sering menceritakan permasalahannya kepada teman
dengan tujuan mencari solusi yang tepat untuk menyelesaikan
masalahnya sehingga SN dapat menyelesaikan semua masalah

78

yang dihadapinya. Namun demikian ketika berjalan ditengah
keramaian SN sering berdoa sambil berjalan agar ia terhindar
dari rangsangan seksual yang diterima melalui indra
pengelihatan dan sentuhan.
Saya diasrama sini sering menceritakan masalah saya kepada temanteman saya seprofesi dan saya juga menceritakan apa yang tidak saya
suka dari apa yang mereka lakukan seperti kalau berbicara kepada teman
seprofesi itu suka menyinggung perasaan begitu. Nara sumber I SN (119121)
Membaca doa pakai tasbih sambil berjalan agar tidak melihat wanita
terlalu serius jadi hanya melihat sekilas dan sadar bahwa saya ini bhikkhu
yang tidak boleh melakukan hal itu. Nara sumber I SN (202-203)

Hasil wawancara dengan teman dekat nara sumber I SN
Sifat SN cenderung terbuka terhadap teman seprofesi
membuat SN dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik.
Selain menceritakan permasalahan yang sedang dihadapinya
SN juga memberikan solusi kepada teman yang sedang
menghadapi suatu masalah.
Berjalan sambil berdoa memegang tasbih. Teman dekat nara
sumber I SN (17-18)
Ya SN itu sering bercerita kalau ada masalah sedikit begitu wah
langsung cerita dengan saya minta pendapat saya. Teman dekat nara
sumber I SN (58-60)

e. Penggantian
Hasil wawancara dengan nara sumber I SN
Ketika SN merasa tidak nyaman dengan kehadiran
seseorang SN tidak menyembunyikan perasaan itu dan
mengarahkan perasaan tidak nyaman itu kepada binatang
peliharaan, ataupun kepada teman seprofesi, melainkan SN
langsung mengungkapkannya melalui teguran secara halus

79

kepada orang yang membuatnya merasa tidak nyaman.
Walaupun demikian ketika SN tertarik kepada seorang wanita
SN akan menekan perasan itu dengan menghindari semua
wanita yang membuatnya tertarik.
Ya saya suka. Nara sumber I SN (102)
Tidak. Nara sumber I SN (104)
Repot mengurusnya, nanti kalau pas semua bhikkhu sibuk dengan
tanggung jawab dan kegiatannya sendiri-sendiri siapa yang akan
mengurusnya kan malah bikin repot saja. Nara sumber I SN (106-10107)
Ya pernah, karena tidak hanya satu orang wanita saja yang membuat
saya tertarik, tetapi banyak wanita yang bisa membuat saya tertarik
kepada wanita. Nara sumber (110-111)
Tidak, karena jika kita benar-benar mampu mengendalikan diri kita
mengendalikan pikiran kita dengan baik kita bisa terlepas dari hasrat
seksual itu juga.nara sumber I SN (114-115)

Hasil wawancara dengan teman dekat nara sumber I SN
Jika SN merasa tidak nyaman dengan salah satu temannya
SN tidak pernah menceritakan kepada teman-temannya dan
marah kepada semua teman seprofesinya atau terlihat dengan
muka tampak masam kepada teman-temannya, tetapi tetap
ramah dengan semua teman-temannya. Meskipun demikian
SN tidak segan-segan menegur temannya dihadapan banyak
orang jika SN merasa terganggu atau tersinggung oleh sikap
temannya.
Kalau itu dia tidak pernah cerita, tapi dia langsung menegur teman
yang tidak dia sukai, misalnya SN langsung bilang ”bhante jangan jemur
jubah di depan pintu dong jemur disana dipinggir” begitu. Teman dekat
nara sumber I SN (64-78)
Tidak, tidak pernah kalau SN jengkel dengan teman itu dia langsung
tegur yang dia jengkelin begitu, pernah dia jengkel dengan teman disini
tetapi dengan teman yang lain tetap ramah tetap enak yang dia tegur ya
hanya yang dia tidak suka saja, dulu itu masalah mobil kami kan gantian
pakai mobil untuk keluar kota kalau ada tugas seperti itu eh malah dibawa
pulang sma salah satu bhikkhu disini yang pulang kampung akhirnya SN

80

naik bus sampai solo terus pulang kesini ya marah tetapi hanya dengan
yang membawa pulang mobil tadi saja tidak marah dengan yang bhikkhu
yang lain. Teman dekat nara sumber I SN (77-89)
Setahu saya SN suka, karena dulu disini pelihara anjing dia pernah
memberi makan anjing. Teman dekat nara sumber I SN (92-94)
Anjingnya hilang diambil anak-anak muda mungkin disembelih.
Teman dekat nara sumber I SN (96-97)
Pertama karena tidak ada yang merawat yang kedua karena tidak
semuanya suka binatang begitu. Teman dekat nara sumber I SN (101103)

f. Melawan diri sendiri
Hasil wawancara dengan nara sumber I SN
SN melampiaskan dorongan seksualnya kepada dorongan
yang lebih positif dengan memaksakan diri untuk berdoa,
belajar dan melakukan meditasi selama berjam-jam sampai
dorongan seksual tersebut hilang, walaupun demikian hal itu
dilakukan tidak dengan menyakiti diri sendiri atau sampai
lupa waktu.
Ya pernah. Nara sumber I SN (42)
Ya tidak, tetapi tetap saya lanjutkan sampai saya bisa konsentrasi
dalam berdoa. Nara sumber I SN (44)
Saya melakukan itu ketika saya masih samanera. Nara sumber I SN
(46)
Ya memang harus begitu. Nara sumber I SN (58)
Saya harus meluangkan waktu untuk belajar biasanya saya
mengurangi waktu istirahat saya digunakan untuk belajar Nara sumber I
SN (64-64)
Tidak pernah kalau sampai seperti itu. Nara sumber I SN (68)
Munculnya perasaan itu paling tidak kita tahu oh seperti ini yang
dinamakan penderitaan atau duka. Nara sumber I SN (207-208)
Saya lakukan kadang berdoa samapai berjam-jam untuk
menghilangkan perasaan itu. Nara sumber I SN (243-244)

Hasil wawancara dengan teman dekat Nara sumber I SN
Dalam mekanisme ini SN sering melakukan doa sendiri di
dalam Vihara ketika sedang tidak ada kegiatan. Kadang-

81

kadang SN berdoa sendiri pada malam hari hari selama
berjam-jam namun tidak sampai terlalu lama.
Oh itu tidak pernah saya melihat seperti itu, kalau pada saat vasa
semua bhikkhu yang ada disini melakukan vasa. Berdoa sendiri dia
lumayan sering kadang juga malam tetapi tidak sampai terlalu lama.
Teman dekat nara sumber I SN (107-111)

g. Proyeksi
SN menilai bahwa semua manusia memiliki hasrat untuk
melakukan hubungan seksual. SN menyadari hasrat seksual
tersebut terjadi secara alami yaitu keinginan untuk melakukan
hubungan seksual dan mimpi basah yang dialaminya. Akan
tetapi SN dapat membedakan intensitas hasrat seksualnya
dengan hasrat seksual umat awam adalah berbeda, hasrat
seksual SN selalu dikendalikan sehingga hasrat seksual
tersebut jarang muncul sedangkan hasrat seksual umat awam
pengendaliannya kurang sehingga hasrat seksual tersebut lebih
sering muncul.
Ya. Kamu melakukannya? Nara sumber I SN (4)
Di dalam diri manusia di dalam diri saya yang namanya orang
normal itu tentu ada perasaan untuk bisa mencintai lawan jenis itu tidak
bisa dipungkiri setiap orang pasti akan mengalami. Nara sumber I SN
(13-15)
Mereka semua memiliki keinginan tentang hasrat seksual hanya saja
perbedaannya setiap orang memiliki intensitas yang berbeda ada yang
setiap hari muncul keinginan untuk melakukan hubungan seksual ada yang
hanya saat-saat tertentu saja. Nara sumber I SN (26-29)
Karena penilaian saya terhadap wanita itu yang berbeda dengan
wanita lain mungkin dia memiliki keistimewaan tersendiri menurut saya,
tetapi wanita kan juga menilai laki-laki berbeda juga sama dengan lakilaki menilai wanita sehingga wanita juga tertarik bahkan ada wanita yang
mau menyatakan cintanya kepada laki-laki yang dikaguminya.Nara
sumber I SN
Setiap orang atau kebanyakan orang mengalami mimpi basah, dan
saya sendiri juga mengalami mimpi basah. Nara sumber I SN (174-175)

82

Saya beranggapan bahwa sebelum mencapai tingkat kesucian atau
arahat atau terbebas dari kekotoran batin, mimpi basah itu setiap orang
pasti mengalami. Nara sumber I SN (185-186)

Hasil wawancara dengan teman dekat nara sumber I SN
SN sering bercerita kepada teman seprofesinya tentang
keinginannya untuk melakukan hubungan seksual atau
permasalahan yang sedang dihadapinya. Setelah bercerita SN
berbalik menananyakan kepada temannya apakah mereka juga
merasakan hal yang sama. Namun SN juga menanyakan
tentang sikap temannya ketika merasakan hal yang sama
dengan SN.
Sebenarnya disini itu gantian ya, kalau kemari SN curhat dengan saya
besok ada bhante atau samanera yang curhat dengan SN, ya kadang saya
juga curhat atau bercerita kepada teman yang ada disini. Teman dekat
nara sumber I SN (115-119)
Tidak sering hanya kadang-kadang saja dia bercerita tentang
masalah keluarganya masalah seksual juga. Teman dekat nara sumber I
SN (131-133)

h. Tawanan altruistik
Usaha SN dalam mengalihkan atau melawan hasrat
seksualnya dengan cara sering mengajak teman-teman
seprofesinya untuk melakukan doa bersama, meditasi bersama
dan melakukan sharing dengan teman-temannya ataupun
melakukan curhat dengan bhikkhu yang lebih senior dengan
tujuan untuk mendapatkan solusi yang paling tepat baginya.
Kami sering berkumpul dengan teman terus pergi bareng bersama
teman-teman itu suatu hal yang bisa melupakan, hal untuk menghilangkan
perasaan suka dengan lawan jenis. Nara sumber I SN (153-154)
Pada saat olah raga yang kita pikirkan hanya senang berkumpul
bersama teman. Nara sumber I SN ( 160)

83

sering melaksanakan meditasi bersama dan berdoa bersama. Nasa
sumber I SN ( 257)
Kami membicarakan dengan calon bhikkhu dan para bhikkhu lainnya,
disini juga ada acara curhat bersama untuk para samanera dan samaneri
dengan tujuan agar kami dapat menemukan solusi untuk pemecahan
masalah. Nara sumber I SN (232-234)
Saya sering bersama teman-teman mengadakan meditasi bersama,
kebaktian bersama, berdoa bersama untuk mencegah perasaan itu datang
kembali. Nara sumber I SN (241-242)

Hasil wawancara dengan teman dengan Nara sumber I SN
Kadang-kadang SN mememinta pendapat atau solusi
kepada temannya ketika SN sedang menghadapi banyak
masalah. Kadang-kadang juga SN meminta bantuan kepada
teman ketika SN tidak dapat menyelesaikan masalahnya
sendirian.
Ya kadang-kadang kami memang melakukannya jika ada yang
mengajak, meditasi bersama yok. Ya kami meditasi bersama kalau berdoa
bersama setiap hari ada tidak usah ada yang mengajak, curhat gitu kan
masalah menjadi ringan tidak dihadapi sendirian. Teman dekat nara
sumber I SN (135-140)

i. Pembentukan reaksi
Hasil wawancara dengan nara sumber I SN
Dalam menolak hasrat seksualnya SN mengubah dorangan
yang seharusnya dapat diterima menjadi tidak dapat diterima.
Seperti yang dilakukan SN yaitu tidak mau menatap wanita
secara jeli, menghindari bersentuhan dengan wanita dan
menghindari berbicara terlalu lama dengan wanita. Disamping
itu SN juga menolak segala bentuk pendapat yang setuju
dengan hubungan seksual yang dilakukan diluar hubungan

84

pernikahan dan SN melakukan meditasi dengan tujuan untuk
menolak hasrat seksualnya.
Saya tidak mau menatap wanita secara serius seperti itu lagi paling
kalau melihat wanita hanya sekilas begitu saja agar tidak terjadi dan
bernafsu atau untuk menghindari nafsu itu. Nara sumber I SN (192-194)
Berktifitas dari situlah perasaan itu tumbuh didalam diri sehingga itu
bisa mengurangi pikiran-pikiran tentang hasrat seksual bisa berkurang.
Nara sumber I SN (228-229)
Saya melaksanakan meditasi dengan memperhatikan keluar masuknya
nafas atau memperhatikan pernafasan kita. Nara sumber I SN (251-252)
Saya akan berangkat beribadah misalnya yang datang seorang wanita
walaupun penting sepenting-pentingnya permasalahan itu saya tetap akan
melaksanakan ibadah dulu dan saya akan menyuruhnya untuk menunggu
sampai saya selesai melakukan ibadah, kalau tidak mau ya silahkan
konsultasi dengan bhikkhu yang lain yang bersedia. Nara sumber I SN
(278-281)
Saya tidak setuju dengan hubungan seksual diluar nikah. Nara
sumber I SN (294-295)
Bagaimanapun saya tetap tidak setuju dengan perceraian. Nara
sumber I SN (302)

Hasil wawancara dengan teman dekat nara sumber I SN
SN tidak pernah berbicara panjang lebar dengan umat
selain jika ada umat yang sedang konsultasi kepadanya.
Ketika SN dimintai pendapat oleh temannya tentang pereraian
dan poligami SN selalu tidak menyetujuinya. Dalam
mekanisme ini SN selalu menolak semua yang berhubungan
dengan keduniawian.
Pernah, kan dalam pembabaran dhama kami juga menyinggung
masalah itu juga terutama pada masalah kenakalan remaja, mabukmabukan, perjudian dan para remaja yang belum waktunya pacaran tetapi
sudah pada pacaran banyak sekali yang dibicarakan .kalau berbicara
tentang itu hanya kalau ada yang konsultasi selain itu tidak ada Teman
dekat nara sumber I SN (150-157)
Ya anak-anak SMP yang belum mengenal arti cinta yang
sesungguhnya belum punya pandangan cinta itumau dikemanakan, tetapi
mereka sudah berpacaran, bahkan sampai-sampai masih SMA sudah

85

hamil itu kan sangat memalukan. Teman dekat nara sumber I SN (159164)
Ya saya tahu kalau dia karena pada waktu itu pernah umat buddha
yang akan melakukan perceraian, tetapi tidak jadi cerai karena bimbingan
SN, walau dia tidak begitu tegas atau karas tetapi setiap dia memberikan
masukan itu nylekit gitu lho dalam banget maknanya akhirnya ya tidak
jadi cerai. Teman dekat nara sumber I SN (159-164)
Sama dan bahkan lebih menyakitkan hati lagi. Teman dekat nara
sumber I SN (159-164)
Sebenarnya SN biasa saja, dia pernah menolak konsultsi dengan
wanita SMA yang hamil, tetapi kadang-kadang dia juga menolak adanya
asrama untuk bhikkhuni, makanya sekarang dipisahkan asramanya kalau
dulu jejer, tapi kalau sekarang asrama bhikkhuni di samping SMA itu.
Teman dekat nara sumber I SN (159-164)

j. Penghapusan
Hasil wwancara dengan nara sumber I SN
SN tidak menutupi kesalahannya atau tidak membuang
rasa bersalahnya dengan memberikan hadiah sebagai tanda
permintaan maafnya, namun jika SN bersalah akan segera
minta maaf.
Tidak pernah, paling ya ucapan selamat saja kalau tidak ya hanya
minta maaf atas kesalahan yang telah saya lakukan begitu saja. Nara
sumber I SN (70-71)
Saya tidak tahu apa yang disenangi yang kedua saya takut kalau
dengan saya memberikan hadiah itu ditafsirkan ada maksud tertentu
dibalik hadiah itu misalnya saya memberikan hadiah kepada A sebagai
permintaan maaf tetapi A menafsirkannya ”oh bhante sedang membangun
vihara berarti saya harus memberikan bantuan kepada vihara itu” gitu.
Nara sumber I SN (73-76)
Tanpa saya harus memintapun mereka sudah memberikan yang
terbaik kepada saya, jadi kalau saya pulang paling saya hanya
memberikan pengalaman saya kepada mereka tentang dhama yang saya
pelajari selama ini, ya memang saya berharap apa yang saya ceritakan
membuat mereka bahagia tapi paling tidak saya sudah melakukan yang
terbaik bagi mereka dengan kehidupan kebhikkhuan yang saya jalani
sekarang ini. Nara sumber I SN (78-83)

86

Hasil wawancara dengan teman nara sumber I SN
Menurut teman, SN pernah meminta maaf kepada
temannya. Namun ketika SN meminta maaf kepada temannya
hanya sekedar minta maaf saja tanpa memberikan embelembel ataupun hadiah sebagai tanda permintaan maafnya.
Walaupun demikian SN tidak pernah menutup-nutupi
kesalahannya ataupun perasaan tidak sukanya kepada temantemannya.
Belum pernah. Teman dekat nara sumber I SN (191)
Oh tidak pernah, minta maaf dengan memberikan hadiah begitu tidak
pernah. Karena disini tidak ada yang mampu memberikan materi tetapi
memberikan dhama yang berarti begitu, memberikan dhama itupun kalau
ada yang konsultasi atau memang sedang membabarkan dhama di Vihara,
kalau tidak ya tidak. Teman dekat nara sumber I SN (194-201)

k. Introjeksi atau identifikasi
Hasil wawancara dengan nsra sumber I SN
SN meniru karakteristik atau gaya bhikkhu yang
diidolakannya untuk melawan hasrat seksual yang sedang
dirasakannya. Namun selain untuk melawan hasrat seksual
juga untuk menghilangkan perasaan minder atau menambah
rasa percaya dirinya dalam memberikan penjelasan tentang
dhama yang diajarkannya. Selain meniru gaya dari bhikkhu
yang diidolakannya SN juga meniru karakteristik orang tua
SN untuk menjauhi dorongan seksualnya.
Pernah dan sampai sekarangpun saya masih menyukai gaya bhikkhu
tersebut. Nara sumber I SN(34)
Ya, biasanya pada saat melakukan pembabaran dhama. Nara sumber
I SN (36)
Ya karena menurut saya cara dalam menjelaskan atau membabarkan
dhama itu mudah dimengerti dan tidak membosankan dalam mengajarkan

87

dhama kepada umat dan saya tugas saya kan juga sama dengan beliau
tetapi saya masih terus belajar lebih banyak lagi. Nara sumber I SN (3739)
Ya, saya meniru gaya ceramah bhikkhu yang saya idolakan, tetapi
tanpa harus saya meniru karakteristik bhikkhu yang saya idolakan saya
sudah menjalani hidup sama dengan bhikkhu yang saya idolakan. Nara
sumber I SN (97-100)
Saya mencontoh orang tua saya, orang tua saya punya dua anak, saya
dan adik sayaitu kelihatanya punya anak kok seperti ini ya kelihatannya
tidak josss gitu,dan dalam benak saya terlintas seperti itu makanya saya
kalu punya anak mungkin akan sangat merepotkan saya makanya
perasaan kepengen punya anak juga jarang muncul di dalam pikiran
sauya untuk meiliki seorang putra begitu. Nara sumber I SN (215-219)

Hasil wawancara dengan teman dekat nara sumber I SN
Cara dan gaya SN dalam memberikan pembabaran dhama
mirip dengan bhikkhu Utammo dari Amerika, yang sekarang
tinggal di Malang. Hal itu terlihat dari gaya berjalan dan cara
berbicaranya.
Ada gaya berjalannya itu kan mirip dengan bhikkhu Utammo. Teman
dekat nara sumber I SN (206-207)
Tinggal di Malang dia bhikkhu asal Amerika tetapi sekarang menetap
di Indonesia. Teman dekat nara sumber I SN (212-213)

l. Identifikasi dengan penyerang
Hasil wawancara dengan nara sumber I SN
SN tidak pernah berpura-pura menjadi seseorang wanita
yang dikaguminya. Karena SN menganggap jika ia berpurapura

menjadi

wanita

yang

dikaguminya

sama

saja

membiarkan dirinya lemah dan mudah terhasut sehingga tidak
mampu menahan hasrat seksualnya.
Tidak pernah. Nara sumber I SN (86)
Kalau saya membayangkan seperti itu berarti saya membiarkan
pikiran saya melayang kemana-mana dan tidak jelas tujuannya dan pada
saat saya melakukan hal itu sebagai bhikkhu berarti saya membiarkan diri
saya terhasut oleh keduniawian. Nara sumber I SN (88-9)

88

Saya akan melakukan yang terbaik bagi saya yang nanti akan saya
berikan kepada orang tua dan orang yang saya cintai. Nara sumber I SN
(94-95)

Hasil wawancara dengan teman dekat nara sumber I SN
Menurut teman, SN pernah menolak ketika ada seorang
wanita yang ingin konsultasi dengannya meskipun saat itu SN
sedang tidak ada kegiatan. Disamping itu SN juga tidak
pernah berpura-pura baik dengan teman seprofesi yang tidak
disukainya.
Sejauh ini saya sebagai teman yang paling sering diajak musyawarah
dengan dia, dia itu orangnya terbuka jadi kalau tidak nyaman dia bilang
sama saya kemudian setelah saya kasih saran dia langsung pergi kekamar
dan menegurnya begitu. Teman dekat nara sumber I SN (217-222)

m. Regresi
Hasil wawancara dengan nara sumber I SN
Ketika SN merasa bosan dan suntuk SN sering
menyediakan waktu luang untuk duduk-duduk santai seperti
ketika masih remaja sampai rasa suntuk dan bosan tersebut
hilang. SN melawan rasa tertarik dengan wanita dengan
mengingat masa remajanya ketika ia disakiti oleh seorang
wanita sehingga rasa tertarik SN terhadap wanita menjadi
hilang.
Saya mengingat dulu pas belum menjadi bhikkhu waktu saya masih
SMA ya dengan mengingat bahwa saya pernah disakiti begitu ya perasaan
itu akan segera hilang. Nara sumber I SN (274-275)
Saya biasanya ya untuk rekreasi ya pernah, rekreasi saya tidak jauhjauh paling hanya duduk-duduk di taman sebelah itu samping SMA. Nara
sumber I SN (284-285)

89

Hasil wawancara dengan teman dekan nara sumber I SN
Dalam mekanisme ini ketika sore hari SN sering terlihat
duduk-duduk di taman depan SMA sambil membaca buku
kalau

tidak

sambil

merokok

dan

minum

kopi.

SN

menggunakan waktu luangnya untuk memanjakan diri.
Sering saya juga sering tiap sore saya duduk-duduk disitu. Teman
dekat nara sumber I SN (238-239)
Ya kadang sambil ngopi rokok baca-baca buku. Teman dekat nara
sumber I SN (242-243)

n. Fiksasi
Hasil wawancara dengan nsra sumber I SN
Meskipun SN sudah merasa sangat nyaman dengan
keadaannya saat ini. Tetapi SN juga sudah siap apabila
keadaannya akan berubah dengan meningkatnya prestasi
kebhikkhuannya ataupun kembali menjadi umat awam atau
perumah tangga.
Ya saya akan menikah kalau memang saya sudah benar-benar tidak
mampu menahan godaan itu. Nara sumber I SN (134-135)
Ya sangat senang sekali tho, tapi kan masih lama karena saya juga
baru 10th menjadi bhikkhu. Nara sumber I SN (137)

Hasil wawancara dengan teman dekat nara sumber I SN
Dalam mekanisme ini SN tidak mau mengalami tekanan
psikologis

dengan

menghadapi

masalah-masalah

keduniawian. Sehingga membuatnya takut untuk mengambil
resiko.
Ya jelas senang, bahagia, bangga, apa lagi banyak kunjungan keluar
negeri. Teman dekat nara sumber I SN (255-256)
Ada, tetapi kebanyakan pada saat samanera terus keluar dari
kehidupan bhikkhu kalau yang sudah menjadi bhikkhu jarang ada. Teman
dekat nara sumber I SN (266-268)

90

o. Sublimasi
Hasil wawancara dengan nara sumber I SN
SN tidak pernah mengubah dorongan seksualnya kedalam
bentuk yang lebih bisa diterima masyarakat misalnya kedalan
sebuah karya seni karena SN kurang menyukai seni.
Tidak pernah. Nara sumber I SN (140)
Ya karena saya belum bisa membuatnya. Nara sumber I SN (142)
Bisa, bermain gitar saya bisa. Nara sumber I SN (145)
Tidak pernah. Nara sumber I SN (147)
Karena saya tidak terlalu suka seni, baik seni musik seni rupa, atau
kesusastraan. Nara sumber I SN (149)

Hasil wawancara dengan teman dekat nara sumber I SN
SN tidak pernah terlihat bermain musik gamelan, gitar,
organ, dan piano yang ada di Vihara, meskipun SN dapat
memainkan seluruh alat musik tersebut. SN mau memainkan
alat musik tersebut ketika sedang ada upacara keagamaan saja.
Ada disini ada seni gamelan itu kerja sama dengan vihara di
Singapura lho. Hanya saja bukan bhikkhu-bhikkhu yang mengikutinya
tetapi anak-anak STIAB situ, kalau bhikkhu-bhikkhu rata-rata sudah tidak
mengurusi masalah kesenian. Sangha itu yang mengurusinya. Teman
dekat nara sumber I SN (276-282)

3. Pembahasan
Kemampuan pengendalian diri ditelusuri dari kemampuankemampuan nara sumber dalam menghadapi kehidupan seharihari sebagai seorang bhikku.
Bentuk mekanisme pertahanan diri penolakan. SN dapat
menghindari stimulus yang dapat membangkitkan gairah seksual
baik yang berasal dari dalam (faktor internal) maupun dari luar
diri individu (faktor eksternal) dengan menolak merasakan
munculnya hasrat seksual yang sebenarnya ada di dalam diri nara

91

sumber yang bisa terbangkitkan oleh stimulus yang berasal dari
dalam diri individu dan dari luar individu. Secara reflek SN
berdoa dalam hati ketika ia tertarik terhadap wanita yang
dilihatnya. Selain itu SN spontan dapat menghentikan perasaan
dan keinginannya untuk melakukan hubungan seksual ketika di
dalam pikirannya terlintas hasrat untuk melakukan hubungan
seksual dengan cara tidak berlarut-larut merasakan hasrat seksual
tersebut sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seksual
dapat

dihindari.

Ada

kebutuhan

pada

individu

untuk

mereduksikan rangsangan, tegangan atau dorongan untuk
mempertahankan keadaan yang relatif stabil. Menurut Freud
(dalam Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud, 2006) id
berisi energi proses-proses organik dari insting-insting dan
berjuang menuju ke suatu tujuan yaitu kepuasan segera hasrathasratnya karena itu apabila tingkat tegangan organisme
meningkat, entah sebagai stimulasi dari luar atau rangsangan yang
timbul dari dalam maka id akan bekerja sedemikian rupa untuk
segera menghentikan tegangan dan mengembalikan organisme
pada tingkat yang lebih rendah serta menyenangkan. Artinya
mereduksikan tegangan dan mempertahankan suatu keadaan yang
bebas dari rangsangan yang dilakukan oleh prinsip nivana adalah
menyenangkan. Pembedaan antara prinsip nirvana dengan prinsip
kenikmatan
membutuhkan

karena

keadaan-keadaan

peningkatan

rangsangan,

kenikmatan
bukan

tertentu

penurunan

rangsangan. Prinsip kenikmatan adalah rangsangan seksual,

92

dimana meningkatnya tegangan alat-alat kelamin menimbulkan
sensasi

yang

kenikmatan

menyenangkan.

dan

prinsip

Dengan

nirvana

demikian

adalah

prinsip

kecenderungan-

kecenderungan kehidupan mental yang berbeda dan terpisah,
tetapi saling melengkapi.
Dalam menghadapi hasrat seksualnya SN tidak melupakan
mantan kekasihnya meskipun hal tersebut dapat memicu
terbangkitnya rasa ketertarikannya terhadap wanita dan akan
menggoyahkan pendiriannya sebagai biarawan. Ketika bertemu
dengan seorang wanita SN dapat mengenali bahwa wanita yang
dilihatnya mirip dengan mantan pacarnya. Hal ini berlawanan
dengan bentuk mekanisme pertahanan diri regresi

yang

dikemukakan Freud (dalam Teori Kepribadian & Terapi
Psikoanalitik, 2006) bila impus-impuls dari id begitu mengancam,
maka kecemasan akan menjadi semakin hebat sampai kepada titik
di mana ego tidak dapat lagi menahannya. Walaupun SN tidak
melupakan mantan pacarnya namun ada proses melupakan
mantan pacarnya yaitu dengan memperbanyak kegiatan. Dengan
memperbanyak kegiatan maka akan semakin sedikit waktu yang
terluang untuk mengingatkannya kembali kepada kenangan
masalalu dengan mantan pacarnya.
SN menjalani kehidupan sebagai seorang bhikkhu dengan
baik. Dengan menjalankan aturan kebhikkhuan, meditasi dan
berdoa SN dapat terhindarkan dari pikiran atau rangsangan
keduniawian. Walapun SN bukan seorang vegetarian penuh

93

namun SN tidak pernah melakukan pelanggaran terhadap aturan
kebhikkuan. Hal tersebut dapat mendorong semangatnya untuk
tetap menjalani kehidupannya sebagai seorang bhikkhu. Hal ini
sejalan dengan bentuk mekanisme pertahanan diri asketisisme
yang dikemukakan Freud (dalam Personality Theoris, 2006)
bahwa ketika merasa tersiksa oleh munculnya dorongan seksual
mencoba melindungi diri dengan menolak, bukan hanya menolak
dorongan seksual tetapi seluruh bentuk dorongan nafsu dengan
menempuh gaya hidup ”asketik” (cara hidup pendeta) guna
menolak apa yang dinikmati orang lain.
Menurut Freud (dalam Personality Theories, 2006) tidak ada
contoh isolasi yang lebih baik selain seseorang yang ketika
seluruh penonton di gedung bioskop tertawa karena filmnya lucu,
tetapi dia malah diam dan merasa tidak diperhatikan. Hal ini
sejalan dengan sikap SN yang selalu ramah terhadap masyarakat
disekitarnya namun SN tetap menutup diri dari berbagai informasi
yang dapat menimbulkan gairah seksual sehingga melemahkan
pendiriannya untuk tetap menjadi seorang bhikkhu. Dengan
melakukan berdoa dan menghitung tasbih sambil berjalan maka
informasi mengenai keindahan keduniawian yang dilihatnya tidak
terlalu diperhatikan atau dapat dihindari dengan mudah.
Menurut

Freud

(dalam

Personality

Theories,

2006)

penggantian adalah mekanisme pertahanan diri yang berjalan
dengan cara mengalihkan dorongan ke target pengganti. Jika
seseorang merasa tidak nyaman dengan dorongan, hasrat dan

94

nafsu yang dirasakan maka dapat digantikan dengan orang lain
atau benda lain yang dijadikan target simbolik. Namun hal ini
berlawanan dengan sikap SN yang tidak pernah peduli dengan
objek lain seperti hewan peliharaan dan sikapnya terhadap semua
teman-temannya yang cenderung terbuka yaitu keika SN merasa
tidak nyaman dengan seorang temannya maka SN dengan berterus
terang akan bilang kepada orang yang bersangkutan.
SN sering memaksakan diri untuk berdoa dan melakukan
meditasi

untuk

menghilangkan

atau

menghindari

hasrat

seksualnya. Menurut Freud (dalam Presonality Theories, 2006)
melawan diri sendiri adalah bentuk mekanisme paling khusus,
dimana seseorang menjadikan dirinya sebagai target pengganti.
Biasanya

diri

sendiri

dijadikan

target

pengganti

untuk

melampiaskan rasa benci, marah, keberingasan, ketimbang
pelampiasan terhadap dorongan-dorongan positif. Namun hal ini
sedikit berbeda dengan pendapat dan contoh yang dikemukakan
oleh Freud dimana SN justru melakukan hal-hal yang lebih positif
walaupun terkesan menghukum diri atau memaksakan diri untuk
melakukan hal-hal yang lebih positif tanpa menyakiti diri sendiri.
Bila dorongan insting internal menimbulkan terlalu banyak
kecemasan,

ego

mereduksikan

kecemasan

dengan

menghubungkan dorongan yang tidak bisa dikendalikan itu
dengan objek luar atau orang lain (Freud, 1915/1957b). Sebagai
contoh adalah seorang istri yang baik dan jujur merasa dirinya
tertarik dengan pria tetangga, tetapi bukannya menyadari dan

95

mengakui

apa

yang

dia

rasakan,

namun

malah

tanpa

pertimbangan dia mencemburui suaminya begitu saja. Dalam
bentuk mekanisme pertahanan diri proyeksi, ada sedikit perbedaan
yaitu SN menganggap semua manusia memiliki keinginan untuk
melakukan hubungan seksual. Akan tetapi SN juga menyadari
bahwa intensitas keinginan untuk melakukan hubungan seksual
antara bhikkhu dan umat biasa berbeda karena para biarawan
cenderung mengendalikan diri daripada menuruti keinginannya.
SN dapat mengetahui bahwa teman-temannya juga merasakan
keinginan untuk melakukan hubungan seksual karena SN sering
berbagi cerita dan pengalaman dengan teman-temannya. Namun
SN menyadari bahwa intensitas hasrat seksual yang dimiliki oleh
umat biasa dan biarawan berbeda.
Tawanan altruistik adalah bentuk proyeksi yang terlihat
berlawanan. Di sini, orang berusaha memenuhi kebutuhannya
semaksimal

mungkin

dengan

memanfaatkan

orang

lain.

Mekanisne pertahanan ini sejalan dengan yang SN lakukan yaitu
dengan sering mengajak teman-temannya untuk bersama-sama
melakukan meditasi, berdoa bersama dan curhat kepada temannya
atau meminta solusi kepada temannya ketika

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Harga Diri (Self-Esteem) dan Kepuasan Seksual pada Wanita yang Melakukan Histerektomi

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Cosplayer Berdasarkan Komunikasi Simbolik T1 362008028 BAB IV

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Kebahagiaan pada Imam Biarawan T1 802007030 BAB I

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Kebahagiaan pada Imam Biarawan T1 802007030 BAB IV

0 0 90

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mekanisme Pertahanan Diri terhadap Hasrat Melakukan Hubungan Seksual pada Diri Biarawan Buddha T1 802005141 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mekanisme Pertahanan Diri terhadap Hasrat Melakukan Hubungan Seksual pada Diri Biarawan Buddha T1 802005141 BAB II

0 0 41

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mekanisme Pertahanan Diri terhadap Hasrat Melakukan Hubungan Seksual pada Diri Biarawan Buddha T1 802005141 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mekanisme Pertahanan Diri terhadap Hasrat Melakukan Hubungan Seksual pada Diri Biarawan Buddha

0 0 15

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Perilaku Merokok dengan Kepercayaan Diri Siswa LakiLaki SMK Bhakti Nusantara Salatiga T1 BAB IV

0 0 6

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Anggota “JKT48 Surakarta” T1 BAB IV

0 0 4