Perilaku inovatif pada mahasiswa yang berwirausaha.
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)
IFFAH DEWI AMALYA B07213008
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA 2017
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
i ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the description of innovative behavioral components in entrepreneurial students, as well as explore, discover, and describe the factors that influence the innovative behavior of students who entrepreneurship. This research uses qualitative method with case study approach. Data collection techniques in this study using the method of observation and interview conducted to the subject and significant other and supported by the documentation. The subjects were 2 students, each aged 22 years. Innovative behavior that both subjects have in this study is quite diverse. There are four of the components of innovative behavior to show all the components of innovative behavior, as well as discovering, and describing the factors that influence innovative behavior. The results show the innovative behavior form that both subject and factor of innovative behavior. The factors that influence innovative behavior are the environment, perceptions, emotions, concepts and motivation / goals. As well as innovative behavioral components that affect the behavior of entrepreneurial students is opportunity exploration, generativity, formative investigation, championing, and aplication.
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
INTISARI ... x
ABSTRACT ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Fokus Penelitian... 9
C. Tujuan ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Keaslian Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17
A. Mahasiswa ... 17
1. Pengertian Mahasiswa ... 17
2. Peranan dan Fungsi Mahasiswa ... 18
B. Perilaku Inovatif ... 19
1. Pengertian Perilaku Inovatif ... 19
2. Komponen Perilaku Inovatif ... 20
1. Opportunity Exploration ... 20
2. Generativity ... 21
3. Formative Investigation ... 21
4. Championing ... 21
5. Aplication ... 21
3. Faktor Perilaku Inovatif ... 21
C. Kewirausahaan ... 24
1. Pengertian Kewirausahaan... 24
2. Ciri-ciri, tindakan serta cara dalam berwirausaha ... 26
3. Kemampuan dalam berwirausaha ... 27
4. Faktor-Faktor Keberhasilan Kewirausahaan Berbasis Teknologi ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 29
A. Jenis Penelitian ... 29
B. Lokasi Penelitian ... 30
C. Sumber Data ... 31
(8)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id vii
F. Keabsahan Data ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Deskripsi Subyek ... 42
B. Hasil Penelitian ... 44
C. Analisis Temuan Penelitian ... 71
D. Pembahasan ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85
A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 88
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Jumlah Penduduk Terbesar di Dunia ... 2
Gambar 1.2 Data Pelaku Wirausaha Usia Produktif ... 3
Gambar 1.3 Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia ... 5
Gambar 2.1 Faktor yang mempengaruhi munculnya ide yang menjadi perilaku inovatif ... 22
Gambar 4.1 Bazar “Eprosop” di Royal Plaza Surabaya ... 53
Gambar 4.2 Ruang Wirausaha ASR “Ningrumind” ... 56
Gambar 4.3 Ruang Gudang Supply Barang EW “Eproshop” ... 58
Gambar 4.4 Pengemasan “Sego Bontot” ... 61
Gambar 4.5 Penerima BUTIK CIMB NIAGA 2015 ... 63
Gambar 6 Biodata Mahasiswa Subjek 1 ... 160
(10)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Panduan Wawancara dan Observasi ... 91
Lampiran 2 Transkrip wawancara ... 94
A. Subjek ke 1 ... 94
B. Significant other subjek ke 1 ... 119
C. Subjek ke 2 ... 125
D. Significant other subjek ke 2 ... 146
E. Significant other subjek ke 2 ... 150
Lampiran 3 Lembar Observasi ... 155
Lampiran 4 Dokumen ... 157
Lampiran 5 Lembar Kesediaan ... 161
Lampiran 6 Kartu Bimbingan ... 167
(11)
(12)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Indonesia adalah bangsa besar yang sedang berusaha menjadi negara maju. Hal ini didukung oleh jumlah penduduk yang besar dan sumber daya alam yang melimpah, serta letak geografis yang strategis. Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia dengan jumlah penduduk 251 juta jiwa setelah Cina (1,3 milyar), India (1,2 milyar), dan Amerika Serikat (361 juta). Strategis karena terletak diantara dua samudera besar, Pasifik dan Hindia, serta diapit oleh dua daratan luas, benua Asia dan Australia. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia (17.508 pulau), kekayaan alam terhampar baik di darat maupun laut. Terdapat 17% jenis sumber daya hayati dunia ada di Indonesia, tersebar dalam hutan tropis dan laut yang terbentang dari Sabang sampai Merauke sepanjang 8.514 km. Indonesia dikenal sebagai penghasil palm oil
terbesar, penghasil karet peringkat tiga, nikel peringkat lima, emas dan batubara peringkat tujuh, dan gas alam peringkat delapan dunia (Muis et al, 2015).
(13)
Gambar 1.1 Jumlah Penduduk Terbesar di Dunia (Muis et al, 2015).
Pada kewirausahaan dalam krisis perekonomian global, tidak mati karena barisan pengusaha baru justru tumbuh di tengah krisis global. Salah satu indikasinya, separuh lebih perusahaan dalam daftar Fortune 500 didirikan di masa resesi atau keterpurukan pasar modal. Kewirausahaan menjadi kunci penting di beberapa negara seperti Korea Selatan, Taiwan, China, dan India, karena dapat mendorong ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan memberdayakan masyarakat (Helmi, 2011).
Berdasarkan survei yang dilakukan Kompas pada tahun 2010, Helmi (2011) menambahkan bahwa di Indonesia budaya dan tradisi kewirausahaan masih tergolong lemah, sehingga inovasi kurang sukses. Menurut Kartono (2010) strategi secara sinergis antara akademisi, pelaku bisnis, dan pemerintah (ABG), juga masih lemah.
42.40% 39.10%
10.30%
8.20%
Jumlah Penduduk
Cina India
Amerika Serikat Indonesia
(14)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Jumlah wirausahawan muda di Indonesia masih tergolong sedikit.
Dari data yang diperoleh Hanif, dari 240 juta jumlah penduduk Indonesia, pelaku wiarausaha baru sekitar 0.43 persen dari total usia produktif (Jawapos, 2016).
Sementara, menurut LIPI (2016) Indonesia merupakan salah satu negara berpopulasi tinggi di dunia dengan jumlah penduduk usia produktif (15 hingga 64 tahun) yang sangat besar. ”Idealnya untuk menggerakkan perekonomian suatu negara diperlukan wirausaha minimal 2 persen dari total jumlah penduduk,” jelasnya.
Berikut data pelaku wirausaha usia produktif. (Jawapos, 2016)
Gambar 1.2 Data Pelaku Wirausaha Usia Produktif Sumber: Jawapos, 2016
Dari data tersebut diketahui bahwa pelaku wirausaha usia produktif di Indonesia sangat rendah, jika dibandingkan Singapura, Malaysia dan Amerika Serikat. Jumlah wirausahawan muda di Indonesia tergolong
0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00%
Pelaku Wirausaha Usia Produktif
(15)
sangat tertinggal dibandingkan Singapura yang mencapai 7 persen maupun Malaysia (5 persen) dan Thailand (3 persen) dari penduduknya. Di AS lebih tinggi lagi mencapai sekitar 10 persen. (Jawapos, 2016)
Setiap tahun, perguruan tinggi se-Indonesia melahirkan jutaan lulusan. Meskipun jumlah penduduk yang besar, letak yang strategis dengan dukungan kekayaan alam yang melimpah seharusnya menjadikan Indonesia sebagai negara maju. Tetapi, sebagian besar di antara mereka tidak terserap pasar tenaga kerja dan menganggur. Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Edy Suandi Hamid mengatakan, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2015 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2015 menapak 7,56 juta orang. Angka ini setara dengan 6,18 persen dari total 122,4 juta orang angkatan kerja. "Angka itu mengalami peningkatan dibanding TPT Februari 2015 sebesar 5,81 persen dan TPT Agustus 2014 sebesar 5,94 persen. Sekitar 600 ribu penganggur terbuka itu lulusan perguruan tinggi baik diploma maupun sarjana," katanya (Okezone, 2015).
(16)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6.18% 5.81% 5.94%
Tingkat Pengangguran
Terbuka di Indonesia
Aug-15 Feb-15 Aug-14
Gambar 1.3 Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia (Okezone, 2015).
Menurut Edy, pengangguran terbuka yang diluluskan perguruan tinggi masih relatif banyak dari jumlah angkatan kerja di Indonesia. Hal itu menunjukkan penyerapan tenaga kerja lulusan perguruan tinggi cenderung lambat sehingga menyuburkan pengangguran berlabel sarjana. "Banyaknya pengangguran tersebut bisa jadi karena rendahnya kompetensi dan minimnya soft skills yang dimiliki oleh calon tenaga kerja sehingga alokasi lapangan pekerjaan tidak sepenuhnya terpenuhi. Selain itu juga masih melekatnya mentalitas untuk mencari pekerjaan ketimbang menciptakan pekerjaan sendiri," katanya.
Dalam menghadapi dunia kerja tersebut, lulusan perguruan tinggi memang tidak harus melamar menjadi tenaga kerja, melainkan juga bisa dengan menjadi pengusaha. "Dengan menjadi pengusaha, selain akan berkontribusi dalam pembangunan bangsa juga memiliki nilai mulia serta
(17)
mampu menciptakan lapangan kerja," tandas Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia itu (Okezone, 2015).
Dalam penjelasan diatas, maka dari itu sebaiknya mahasiswa sudah memulai untuk berwirausaha. Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti perilaku inovatif pada mahasiswa yang berwirausaha gambaran subjek dalam penelitian ini adalah seorang mahasiswa yang berumur sekitar 18-24 tahun, yang berwirausaha serta subjek juga memiliki perilaku inovatif dalam menggeluti usahanya.
Wess & Farr (dalam Helmi, 2011) mengartikan perilaku inovatif adalah intensi untuk menciptakan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan ide baru dalam kelompok dan organisasi, yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan kinerja kelompok dan organisasi.Perilaku inovatif adalah perilaku dalam mengkreasikan dan mengkombinasikan sesuatu yang baru, apakah dalam bentuk produk atau jasa yang mampu memberikan nilai tambah sosial dan ekonomis. Perilaku tersebut terdiri atas menghasilkan ide, mendiskusikan ide, dan merealisasikan ide dalam bentuk produk atau jasa (Helmi, 2011).
Mahasiswa yang memiliki inovasi tinggi akan selalu melakukan inovasi-inovasi agar usahanya tetap berjalan. Berdasarkan teori diatas perilaku inovasi ini sangat penting bagi semua orang yang berwirausaha. Tuntutan bagi wirausahawan agar menjadi inovatif dibandingkan wirausahawan lain menjadi lebih besar agar usaha tersebut dapat terus bertahan dan berkompetisi memenuhi kebutuhan pasar atau pelanggannya.
(18)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Berwirausaha yang inovatif juga akan lebih mudah menanggapi tantangan
lingkungannya dengan lebih cepat dan lebih baik dibandingkan wirausaha yang kurang inovatif. Dengan adanya inovasi, organisasi akan dapat merespon tantangan, dapat bertahan dan lebih mudah berkembang.
Dewi et al (2015) meneliti tentang pengaruh kreativitas dan perilaku inovatif terhadap keberhasilan usaha industri kecil melalui motivasi usaha sebagai variabel mediasi. Menurutnya, kewirausahaan merupakan sikap, jiwa, semangat mulia pada diri seseorang yang inovatif, kreatif, berupaya untuk kemajuan pribadi dan masyarakat.
Pendekatan perilaku seperti halnya pendekatan trait lebih menekankan perilaku apa saja yang menjadi penentu dalam kewirausahaan yang sukses. Dalam pendekatan ini, mitos-mitos mengenai kewirausahaan dipatahkan. Misalnya kewirausahaan itu tidak dapat dipelajari. Justru pendekatan perilaku lebih menekankan peluang bagi siapa saja untuk belajar berwirausaha. Dalam konteks kewirausahaan, perilaku inovatif adalah perilaku dalam mengkreasikan dan mengkombinasikan sesuatu yang baru, apakah dalam bentuk produk atau jasa yang mampu memberikan nilai tambah sosial dan ekonomis. Perilaku tersebut terdiri atas menghasilkan ide, mendiskusikan ide, dan merealisasikan ide dalam bentuk produk atau jasa (Helmi, 2011).
Tingkah laku dan sikap kewirausahaan yang istimewa adalah keberaniannya untuk mengubah dan menghadirkan hal yang baru, dengan mengambil resiko yang telah diperhitungkan. Istilah yang dapat digunakan
(19)
tentang melakukan perubahan dengan menghadirkan hal yang baru adalah berinovasi. Saat ini dikenali bahwa inovasi tidak hanya satu jenis. Inovasi dapat dilakukan dalam hal produk atau jasa, dan dapat pula dalam hal proses. Inovasi tidak pula hanya bersifat radikal, tetapi juga berskala kecil, dan berkesinambungan, yang sering disebut sebagai kaizen. Kaizen adalah metode “penyempurnaan secara berkelanjutan” (kaizen continual
improvement) yang dikembangkan oleh perusahaan Jepang (Sandiasa,
2009).
Seorang wirausaha harus memiliki pengetahuan, kemampuan dan kemauan, ketiga konsep ini saling mengisi dan memiliki keterkaitan satu sama lain. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh wirausaha, yaitu pengetahuan mengenai usaha yang harus dimasuki/dirintis dan lingkungan usaha yang ada, pengetahuan tentang peran dan tanggungjawab, pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. Sedangkan ketrampilan yang harus dimiliki wirausaha diantaranya adalah ketrampilan konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan resiko, ketrampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah, ketrampilan dalam memimpin dan mengelola, ketrampilan berkomunikasi dan berinteraksi, ketrampilan teknik usaha yang akan dilakukan (Sandiasa, 2009).
Berdasarkan data yang diperoleh diatas, informasi yang didapat dengan wawancara subjek, subjek juga memaparkan untuk selalu melihat kompetitor dalam menjalankan usahanya (WCR1A366), serta subjek juga memaparkan bahwa subjek masih belajar dan terus belajar untuk membuat
(20)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id jaringan web (WCR1A401). Sedangkan berdasarkan wawancara terhadap
subjek kedua, subjek memaparkan juga melakukan promosi yang subjek lakukan adalah bermain dengan sosial media (WCR1B345).
Karena itu, banyak wirausahawan yang mulai mempertimbangkan untuk menempatkan inovasi sebagai salah satu visi dan misi yang ingin dicapai atau kompetensi yang harus dipenuhi oleh dirinya sendiri ataupun para pekerjanya.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini disusun untuk menjawab pernyataan-pernyataan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran perilaku inovatif mahasiswa yang berwirausaha?
2. Bagaimanakah gambaran komponen perilaku inovatif mahasiswa yang berwirausaha?
3. Faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap perilaku inovatif mahasiswa yang berwirausaha?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian di atas tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk menggambarkan perilaku inovatif pada mahasiswa yang berwirausaha.
(21)
2. Untuk menggambarkan komponen perilaku inovatif pada mahasiswa yang berwirausaha.
3. Untuk mendalami, menemukan, dan menggambarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku inovatif mahasiswa yang berwirausaha.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu:
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman pada masyarakat umumnya pada mahasiswa yang berwirausaha, sehingga dapat membantu serta memberikan wawasan dalam berwirausaha dan untuk dapat memberikan gambaran mengenai perilaku inovatif apa yang terbaik untuk digunakan sebagai penyelesaian masalah ataupun dalam mengembangkan usaha pada mahasiswa yang berwirausaha.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu psikologi, khususnya mengenai Psikologi Industri dan Organisasi yang memfokuskan pada masalah perilaku inovatif pada mahasiswa yaang menggeluti dalam berwirausaha. Bagi penelitian selanjutnya dapat menambah ilmu pengetahuan tentang perilaku inovatif pada mahasiswa yang berwirausaha.
(22)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Penelitian tentang perilaku inovatif pada mahasiswa yang berwirausaha
tidak cukup banyak dilakukan para peneliti terutama di luar negeri. Jurnal penelitian yang terpublikasi menunjukkan bahwa inovasi merupakan topik yang menarik untuk diteliti.
Penelitian terpublikasi di luar negeri diantaranya; West & Anderson (1996) yang berjudul “Innovation in Top Management Teams”. Tujuan penelitian
ini adalah sebuah studi longitudinal dari fungsi tim manajemen puncak di 27 rumah sakit diperiksa apakah terdapat hubungan antara kelompok dan faktor organisasi dan inovasi tim. Sebuah model input kelompok, proses, dan output digunakan, dan itu untuk meramalkan bahwa ukuran kelompok, sumber daya, masa tim, proses kelompok, dan proporsi anggota tim yang inovatif akan mempengaruhi tingkat dan kualitas inovasi tim. Hasil menunjukkan bahwa proses kelompok terbaik memprediksi tingkat keseluruhan inovasi tim, sedangkan proporsi anggota tim inovatif memprediksi dinilai keradikalan dari inovasi yang diperkenalkan. Sumber daya yang tersedia untuk tim tidak memprediksi inovasi tim secara keseluruhan. Kualitas inovasi tim (keradikalan, besarnya, dan kebaruan) dapat ditentukan terutama oleh komposisi tim, tapi tingkat keseluruhan inovasi mungkin lebih merupakan konsekuensi dari proses sosial karakteristik tim. Penelitian yang dilakukan Lukes (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Entrepreneurs as Innovators: A Multi-Country Study on Entrepreneurs'
Innovative Behaviour”. Penelitian ini bertujuan terlebih dahulu untuk memahami
lebih baik bagaimana pengusaha berbeda dari manajer di berbagai bidang perilaku inovatif mereka di tempat kerja. Kedua, bagaimana perilaku ini berbeda bagi
(23)
pengusaha yang memiliki dan tidak memiliki karyawan. Hasil menunjukkan bahwa individu yang terlibat dalam kegiatan kewirausahaan mandiri menciptakan ide-ide baru dan mencoba untuk mengatasi hambatan selama pelaksanaan lebih dari individu yang bekerja. Orang-orang yang mengelola orang lain berkomunikasi ide-ide baru dan berusaha untuk melibatkan individu lain dalam pelaksanaan ide-ide baru yang lebih daripada mereka yang tidak bawahan. Akhirnya, apa yang membedakan pengusaha dari semua kelompok lainnya adalah keterlibatan mereka lebih tinggi dalam kegiatan persiapan yang dimulai pelaksanaan ide-ide baru. Secara keseluruhan, perbedaan ini menyebabkan posisi terdepan dari pengusaha dalam mencapai output inovasi.
Penelitian yang dilakukan Hussain & Norashidah (2015) yang berjudul
“Impact of Entrepreneurial Education on Entrepreneurial Intentions of Pakistani
Students”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa seorang individu
lebih memilih untuk menjadi seorang pengusaha dan faktor apa yang memotivasi niatnya untuk menjadi seorang pengusaha. Hasil penelitian ini mendukung model niat kewirausahaan berdasarkan teori perilaku terencana. Hasil lebih jauh menyarankan pengaruh yang signifikan dari pendidikan kewirausahaan pada niat kewirausahaan mahasiswa. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengetahuan teoritis kewirausahaan (tahu-apa) dan pengetahuan tentang pembangunan jaringan sosial (tahu-siapa) komponen sangat penting untuk menyampaikan pendidikan kewirausahaan.
Penelitian yang dilakukan Cruz, Sousa & Wilks (2012) yang berjudul
(24)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id bertujuan untuk memberikan kontribusi dalam mengisi kesenjangan dengan
berfokus pada hubungan antara niat siswa untuk menjadi seorang pengusaha dan sikap mereka terhadap plagiarisme. Hasil penelitian ini menunjukkan sebuah kuesioner dikembangkan untuk menilai faktor-faktor di bawah analisis dan hasil data yang dikumpulkan dari sampel Portugis menyarankan hubungan positif yang signifikan secara statistik antara niat siswa untuk menjadi seorang pengusaha dan sikap mereka terhadap plagiarisme.
Penelitian yang dilakukan Kim-Soon, Ahmad & Ibrahim (2016) yang berjudul “Theory of Planned Behavior: Undergraduates’ Entrepreneurial
Motivation and Entrepreneurship Career Intention at a Public University”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi akan pengusaha dan target mereka
untuk pengembangan kewirausahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan norma
subyektif dan sikap wirausaha secara signifikan terkait dengan kedua langsung dan masa depan niat kewirausahaan mahasiswa. Namun, kontrol perilaku motivasi kewirausahaan ditemukan terkait secara signifikan dengan niat karir segera mahasiswa tetapi tidak terkait dengan niat karir kewirausahaan. Direncanakan Model Perilaku dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi akan entrepreneur dan target mereka untuk pengembangan kewirausahaan. Pemuda yang benar-benar serius untuk memulai dan memiliki bisnis seperti yang akan menjadi pengusaha dapat diidentifikasi dan ditargetkan melalui Model ini dikembangkan melalui inisiatif intervensi kewirausahaan.
Di Indonesia, penelitian tentang topik perilaku inovatif pada mahasiswa yang berwirausaha pernah diungkap. Penelitian yang dilakukan oleh Helmi (2010)
(25)
dengan judul “Model Determinan Perilaku Inovatif pada Mahasiswa yang
Berwirausaha”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji model perilaku inovatif
terutama dengan pengusaha mahasiswa. Hasilnya menunjukkan pada fokus
pengembangan kewirausahaan di Perguruan Tinggi (PT) adalah sebagai inovator yang berbasis penelitian bidang ilmunya (domain-relevant skills), sehingga penguasaan ilmu dan pengetahuan serta metode penelitian merupakan prasyarat utama. Ada enam modal utama sebagai input, cinta dalam ’process, dan menghasilkan keutungan finansial dan dampak psikologis yaitu perilaku inovatif dan peduli.
Penelitian yang dilakukan Etikariena dan Muluk (2014) melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Memori Organisasi dan Perilaku
Inovatif Karyawan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
memori organisasi dan perilaku inovatif di tempat kerja. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara memori organisasi dan perilaku inovatif di tempat kerja(r=0,35; p<0,01). Namun, dari analisis regresi tingkat berganda diketahui bahwa ketika memori organisasi, tipe kerja, dan level pendidikan dianalisis bersama, maka hanya level pendidikan yang menjadi prediktor yang bermakna pada perilaku inovatif di tempat kerja. Ketika digabungkan, memori organisasi, tipe kerja, dan level pendidikan dapat menjelaskan 19% dari variasi perilaku inovatif. Naskah ini mendiskusikan alasan teoritis dan metodologis yang menyebabkan hasil tersebut dan kemungkinan pengembangan riset di kemudian hari.
(26)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Penelitian yang dilakukan Kresnandito dan Fajrianthi (2012) melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Persepsi Kepemimpinan Transformasional
terhadap Perilaku Inovatif Penyiar Radio”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi kepemimpinan transformasional terhadap perilaku inovatif penyiar radio.
Hasilnya menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi kepemimpinan transformasional terhadap perilaku inovatif penyiar radio.
Penelitian yang dilakukan Rahman, Setyanti, Saleh (2015) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kreativitas dan Perilaku Inovatif Terhadap Keberhasilan Usaha Industri Kecil Melalui Motivasi Usaha Sebagai Variabel
Mediasi (Studi Kasus Pada Pengusaha UKM Kerajinan Bambu di Desa
Gintangan Kabupaten Banyuwangi)”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh kreativitas dan perilaku inovatif terhadap keberhasilan usaha industri kecil melalui motivasi usaha sebagai variabel mediasi (Studi Kasus Pada Pengusaha UKM Kerajinan Bambu di Desa Gintangan Kabupaten Banyuwangi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha industri kecil melalui motivasi usaha pada pengusaha UKM kerajinan bambu di Desa Gintangan Kabupaten Banyuwangi, perilaku inovatif berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha industri kecil melalui motivasi usaha pada pengusaha UKM kerajinan bambu di Desa Gintangan Kabupaten Banyuwangi, dan motivasi usaha berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha industri
(27)
kecil pada pengusaha UKM kerajinan bambu di Desa Gintangan Kabupaten Banyuwangi.
Penelitian yang dilakukan Prayudhayanti (2014) melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Perilaku Inovatif Melalui Budaya Organisasi”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku inovatif dari para guru SMK
Negeri I Bawen Kabupaten Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel organisasi budaya dan kepuasan kerja memiliki dampak positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi. variabel budaya organisasi, kepuasan kerja dan komitmen organisasi juga menunjukkan dampak positif dan signifikan terhadap kinerja guru.
Melihat beberapa hasil penelitian terpublikasi baik diluar negeri maupun di Indonesia, persamaan yang muncul adalah pertama tentang perilaku inovatif dan kedua dari sisi pendekatan atau metode penelitian ini kualitatif studi kasus. Namun demikian penelitian ini ada perbedaan dengan sebelumnya. Perbedaan tersebut yang pertama adalah subjek seorang mahasiswa dan kedua adalah metode serta topik yang diangkat dalam penelitian ini tentang perilaku inovatif pada mahasiswa yang berwirausaha.
(28)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Mahasiswa
1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa ialah seorang peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Nurnaini, 2014).
Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi, mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi (Widyastuti, 2012).
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi, yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2010).
Pengertian mahasiswa secara umum merupakan seseorang yang belajar di bangku perkuliahan dengan mengambil jurusan yang disenangi sekaligus jurusan yang di dalamnya ada kemungkinan besar untuk mengembangkan bakatnya. Tentu saja semakin tinggi mahasiswa dalam menuntut ilmu di perguruan tinggi akan semakin linier dan spesifik terhadap ilmu pengetahuan yang digelutinya (Zamhari, 2016).
(29)
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah seorang peserta didik yang belajar di bangku perkuliahan dengan mengambil jurusan yang disenangi sekaligus jurusan yang di dalamnya ada kemungkinan besar untuk mengembangkan bakatnya yang berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.
2. Peranan dan Fungsi Mahasiswa
Peran dan fungsi mahasiswa adalah sebagai berikut: a. Sebagai Iron Stock
Mahasiswa itu harus bisa menjadi pengganti orang-orang yang memimpin di pemerintahan nantinya, yang berarti mahasiswa akan menjadi generasi penerus untuk memimpin bangsa ini nantinya.
b. Agent Of Change
Mahasiswa dituntut untuk menjadi agen perubahan. Disini maksudnya, jika ada sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar dan itu ternyata salah, mahasiswa dituntut untuk merubahnya sesuai dengan harapan yang sesungguhnya.
c. Social Control
Mahasiswa harus mampu mengontrol sosial yang ada di lingkungan sekitar (lingkungan masyarakat). Jadi, selain pintar di bidang akademis, mahasiswa harus pintar juga dalam bersosialisasi dengan lingkungan.
(30)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
d. Moral Force
Mahasiswa diwajibkan untuk menjaga moral-moral yang sudah ada. Jika di lingkungan sekitarnya terjadi hal-hal yang tak bermoral, maka mahasiswa dituntut untuk merubah serta meluruskan kembali sesuai dengan apa yang diharapkan (Sora N., 2014).
B. Perilaku Inovatif
1. Pengertian Perilaku Inovatif
Perilaku inovatif menurut Price (1997) pada dasarnya merupakan kemampuan individu melakukan perubahan cara kerja dalam bentuk mengadopsi prosedur, praktek dan teknik kerja yang baru dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaanya. Gaynor (2002), mendefinisikan perilaku inovatif sebagai tindakan individu untuk menciptakan dan mengadopsi ide-ide/ pemikiran atau cara-cara baru guna diterapkan dalam pelaksanaan dan penyelesain pekerjaan. Menurut De Jong and Kemp (2003) inovasi dapat diartikan sebagai semua tindakan individu yang diarahkan pada kepentingan organisasi dimana didalamnya dilakukan introduksi dan aplikasi ide-ide baru yang menguntungkan (Prayudhayanti, 2014).
Menurut Wess & Farr mengartikan perilaku inovatif adalah intensi untuk menciptakan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan ide baru dalam kelompok dan organisasi, yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan kinerja kelompok dan organisasi. Perilaku inovatif adalah perilaku dalam mengkreasikan dan mengkombinasikan sesuatu yang baru, apakah dalam bentuk produk atau jasa yang mampu memberikan nilai tambah sosial dan ekonomis. Perilaku tersebut
(31)
terdiri atas menghasilkan ide, mendiskusikan ide, dan merealisasikan ide dalam bentuk produk atau jasa (Helmi, 2011).
Gaynor mendefinisikan perilaku inovatif sebagai tindakan individu untuk menciptakan dan mengadopsi ide-ide/ pemikiran atau cara-cara baru guna diterapkan dalam pelaksanaan dan penyelesain pekerjaan. Menurut De Jong and Kemp mendefinisikan inovasi dapat diartikan sebagai semua tindakan individu yang diarahkan pada kepentingan organisasi dimana didalamnya dilakukan introduksi dan aplikasi ide-ide baru yang menguntungkan. Perilaku inovatif bukanlah semata-mata dipengaruhi faktor bawaan atau internal. Perilaku inovatif dalam bekerja sering muncul manakala seorang karyawan menghadapi tantangan dalam pekerjaannya, mendapat kewenangan yang luas dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya (Prayudhayanti, 2014).
Berdasarkan teori diatas maka dapat disimpulkan perilaku inovatif merupakan kemampuan/tindakan individu melakukan perubahan sebagai tindakan untuk menciptakan, memperkenalkan, mengaplikasikan dan mengadopsi ide baru serta cara kerja dalam bentuk mengadopsi prosedur, praktek dan teknik kerja yang baru dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaanya.
2. Komponen Perilaku Inovatif
Dalam teori Kleysen & Street (dalam Kresnandito & Fajrianthi, 2012) terdapat lima komponen dalam perilaku inovatif:
(32)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2. Generativity, yang mengarah pada pemunculan konsep-konsep untuk
tujuan pengembangan.
3. Formative Investigation, memberikan perhatian untuk
menyempurnakan ide, solusi, opini dan coba untuk menginvestigasikannya.
4. Championing, praktek-praktek usaha untuk merealisasikan ide-ide.
5. Aplication, mencoba untuk mengembangkan, menguji coba, dan
mengkomersilkan ide-ide inovatif.
Berdasarkan teori yang diatas terdapat lima komponen dalam perilaku inovatif yaitu mempelajari atau mengetahui lebih banyak tentang peluang untuk berinovasi, mengarah pada pemunculan konsep-konsep untuk tujuan pengembangan, memberikan perhatian untuk menyempurnakan ide, solusi, opini dan coba untuk menginvestigasikannya, praktek-praktek usaha untuk merealisasikan ide-ide, mencoba untuk mengembangkan, menguji coba, dan mengkomersilkan ide-ide inovatif.
3. Faktor Perilaku Inovatif
Pada tingkat yang paling luas, semua ide-ide kita terjadi pada satu set tiga terjalin dan terus dunia berubah: pikiran kita, otak kita, dan lingkungan kita. Ini adalah kami "Ide dunia."
(33)
Gambar 2.1 Faktor yang mempengaruhi munculnya ide yang menjadi perilaku inovatif (Koutstaal & Binks, 2015).
Pemain yang selalu ada dalam pemikiran digambarkan pada Gambar 2.1. di pusat dunia ide adalah pikiran. Di sinilah kita melihat, mengkategorikan, mengingat, membayangkan, dan reconceptualize apa yang dialami. Dalam pikiran, dalam efek tindakan di dunia dan kemajuan membuat dalam mengejar individu dan usaha. Di sini kami juga menyadari aspirasi baru dan arah baru yang potensial pada pelaku wirausahawan (Koutstaal & Binks, 2015).
Ide-ide kreatif yang dihasilkan pada pemikiran yang dinamis yaitu pikiran, otak dan lingkungan. Dalam gambar dimaksudkan untuk mewakili banyak hubungan yang berinteraksi secara timbal balik dari lingkungan (fisik, sosial, simbolik) dengan otak dan pikiran. Pikiran dan pemikiran mencakup lebih dari memori dan pengetahuan; pada penginderaan, perasaan, niat dan motivasi untuk tindakan; kemudian merujuk pada empat konstituen itu dari pemikiran sebagai
(34)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id konsep, persepsi (proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif
dengan bantuan indera (Chaplin, 2011)), emosi, dan motivasi/tujuan (Koutstaal & Binks, 2015).
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa munculnya ide sehingga menjadi perilaku inovatif yaitu disebabkan karena faktor lingkungan, otak, pikiran dan pemikiran dimana pikiran dan pemikiran mencakup lebih dari memori dan pengetahuan; pada penginderaan, perasaan, niat dan motivasi untuk tindakan; kemudian merujuk pada empat konstituen itu dari pemikiran sebagai konsep, persepsi (proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera), emosi, dan motivasi/tujuan. Maka, dapat disimpulkan bahwa munculnya ide sehingga menjadi perilaku inovatif yaitu disebabkan karena 2 faktor yakni, sebagai berikut:
1. Faktor Eksternal Lingkungan 2. Faktor Internal
Otak Pikiran dan pemikiran, terdiri dari: a. Persepsi
b. Emosi
c. Konsep (Memori & Ilmu Pengetahuan) d. Motivasi/Tujuan
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui faktor yang mendorong perilaku inovatif mahasiswa yang berwirausaha.
(35)
C. Kewirausahaan
1. Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan dalam krisis perekonomian global, tidak mati. Barisan pengusaha baru justru tumbuh di tengah krisis global. Salah satu indikasinya, separuh lebih perusahaan dalam daftar Fortune 500 didirikan di masa resesi atau keterpurukan pasar modal. Kewirausahaan menjadi kunci penting di beberapa negara seperti Korea Selatan, Taiwan, China, dan India, karena dapat mendorong ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan memberdayakan masyarakat (Helmi, 2011).
Kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha dan kerja). Dalam Drummon, 2009 dituliskan sebagai berikut:
“deciding on an idea for Business: discovery consists of seeing what everybody
else has seen and thinking what nobody else has thought. (Albert von
SzentGyörgyi) disebut “Entrepreneurial Genius”. Salah satu kesimpulan yang
bisa ditarik dari berbagai pengertian wirausaha adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-peluang yang muncul di pasar atau di dunia kerja. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif.
Pengertian kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
(36)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan
atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Kewirausahaan adalah suatu proses kreativitas dan inovasi yang mempunyai resiko tinggi untuk menghasilkan nilai tambah bagi produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan mendatangkan kemakmuran bagi wirausahawan (Sandiasa, 2009).
Selain itu, hadits HR. Bukhari dan Ibnu Majah (dalam Al-Dawi, 1995) menerangkan bahwa sifat memudahkan dalam hal menjual atau berdagang merupakan sifat yang Allah sayangi, berikut haditsnya:
ر ه أ هْ ع هَ ىضر هَ ْبع نْبرباج ْنع
و هْيلع هَ هىلص هَ لْ س
رتْشا ا إ اًحْ س عاب ا إ اًحْ س اً ْبع هَ محر : لاق مهلس و هلآ
(هل ظفللاو هجام نبا و راخبلا اور) ىضتْقا ا إ اًحْ س
Sahabat Jabir bin Abdillah ra berkata, bahwa Rasulullah saw telahbersabda: “Allah sangat menyayangi seseorang yang bersifat mudah
(mempermudah) dalam jual beli. Bila menjual, bila membeli, dan bila menagih
hutang selalu memberikan kemudahan.” (HR. Bukhari dan Ibnu Majah).
Berdasarkan hadits diatas maka dapat disimpulkan bahwa Allah sangat menyayangi seseorang yang bersifat mempermudah dalam hal menjual atau berdagang.
(37)
2. Ciri-ciri, tindakan serta cara dalam berwirausaha
Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang memerlukan ciri-ciri dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan.
a. Ciri-ciri seorang wirausaha adalah:
1. Memiliki rasa percaya diri dan mampu bersikap positif terhadap diri dan lingkungannya
2. Berperilaku pemimpin
3. Memiliki inisiatif, berperilaku reatif dan inovatif 4. Mampu bekerja keras
5. Berpandangan luas dan memiliki visi ke depan 6. Berani mengambil risiko yang diperhitungkan 7. Tanggap terhadap saran dan kritik (Sandiasa, 2009).
b. Menurut Timmons dan Spinelli membuat pengelompokkan yang diperlukan untuk tindakan kewirausahaan, yakni:
1. Komitmen dan determinasi 2. Kepemimpinan
3. Obsesi pada peluang
4. Toleransi pada risiko, ambiguitas, dan ketidakpastian 5. Kreativitas, keandalan, dan daya beradaptasi
(38)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
c. Kewirausahaan merupakan suatu sumberdaya dengan cara-cara baru dan berbeda, yakni:
1. Pengembangan teknologi 2. Penemuan pengetahuan ilmiah
3. Perbaikan produk barang dan jasa yang ada
4. Menemukan cara-cara baru untuk mendapatkan produk yang lebih banyak dengan sumberdaya yang lebih efisien (Sandiasa, 2009).
3. Kemampuan dalam berwirausaha
Kemampuan seseorang yang harus dimiliki dalam berwirausaha, yakni:
1. Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha.
Dalam merumuskan tujuan hidup/usaha diperlukan adanya perenungan dan koreksi, yang kemudian dibaca dan diamati berulang-ulang sampai dipahami apa yang menjadi kemauannya.
2. Kemampuan memotivasi diri, yaitu untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang besar.
3. Kemampuan berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang, sehingga menjadi terbiasa berinisiatif.
4. Kemampuan berinovasi, yang melahirkan kreativitas (daya cipta) dan setelah dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi. Kebiasaan inovatif adalah desakan dalam diri untuk selalu mencari berbagai kemungkinan atau kombinasi baru yang dapat dijadikan
(39)
perangkat dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran masyarakat.
5. Kemampuan membentuk material, sosial, dan intelektual.
6. Kemampuan mengatur waktu dan membiasakan diri, yaitu untuk selalu tepat waktu dalam segala tindakan melalui kebiasaan dan tidak menunda pekerjaan.
7. Kemampuan mental yang dilandasi agama.
8. Kemampuan membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari pengalaman yang baik maupun menyakitkan (Sandiasa, 2009). 4.Faktor-Faktor Keberhasilan Kewirausahaan Berbasis Teknologi Faktor-faktor keberhasilan kewirausahaan berbasis teknologi meliputi: sikap, bakat manajemen, paten, perilaku bersemangat, investor kualitas, kecepatan inovasi, produk berkualitas tinggi untuk pasar dengan cepat, fleksibilitas, lokasi, dan keunggulan-keunggulan. Berkenaan dengan sikap inovasi yang radikal tidak berasal dari pemimpin pasar (Thomas, 2013).
(40)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 29
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu menurut Moleong (dalam Larasati, 2005) pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain.
Maksud dari penelitian ini adalah ingin menggambarkan perilaku inovatif mahasiswa yang berwirausaha, serta mendalami, menemukan, dan menggambarkan faktor-faktor yang berpengaruh besar terhadap perilaku inovatif mahasiswa yang berwirausaha. Oleh karena itu peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Sesuai dengan pendapat Ghony (2012) yang menyatakan bahwa tujuan terpenting dari penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena yang dialami subyek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya. Selain itu juga mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai masalah yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah pada mahasiswa yang berwirausaha. Peneliti memilih subyek penelitian mahasiswa yang berwirausaha sepatu wanita dan kuliner karena seorang wirausaha adalah pekerjaan yang memiliki inovasi yang sangat diperlukan karena seorang wirausaha tidak hanya memiliki keuletan, kreatifitas saja, inovasi juga sangat diperlukan bagi seorang wirausahawan. Jadwal kuliah yang padat serta ditambah dengan beban wirausaha yang
(41)
digelutinya, mahasiswa tersebut dituntut untuk memiliki inovasi terhadap usahanya untuk persaingan dagang. Selain itu, wirausaha merupakan sebagai salah satu modal sebagai tambahan untuk menghasilkan masukan keuangan tersendiri juga investasi masa depan.
Maka, peneliti memilih kedua subjek dengan kriteria usahanya sudah sangat maju, dengan subjek pertama dengan penghasilan sekitar 10 juta perbulan dengan berwirausaha sepatu wanita yang sudah digelutinya. Subjek kedua mendapatkan beasiswa dari Bank CIMB Niaga karena dengan mengajukan wirausaha kuliner dan mendapatkan beasiswa sebesar 1,5 Milyar. Berdasarkan latar belakang serta tujuan penelitian, peneliti menggunakan jenis penelitian berupa studi kasus.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian seperti wawancara dan dokumentasi. Lokasi pengambilan data pada subjek pertama dan subjek kedua adalah dirumah masing-masing subjek. Pengambilan data pada subjek pertama adalah ASR, wawancara dilakukan dirumah ASR yang terletak di desa X, kecamatan Y, Kabupaten Sidoarjo. Untuk significant other
subjek pertama adalah teman dekat subjek yang bertempat tinggal di Madura, tetapi saat ini kos di Surabaya karena sesuai dengan saran subjek. Sedangkan pada subjek kedua yaitu EW, wawancara dilakukan dirumah EW yang terletak di desa X, kecamatan Y, Kota Surabaya. Untuk significant other subjek kedua adalah tante subjek dan ibu subjek yang bertempat tinggal yang sama dengan subjek.
(42)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id C. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2007) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya.Terdapat dua jenis sumber data yaitu data primer dan sumber data sekunder.
1. Sumber Data Primer
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama adalah seorang mahasiswa yang memiliki perilaku inovatif terhadap usahanya. Pada penelitian ini menggunakan dua subjek agar hasilnya nanti lebih variatif. Subjek pertama ASR (nama inisial), dengan usia 22 tahun yang saat ini berkuliah di surabaya di salah satu universitas negeri di daerah Surabaya. Untuk significant other subjek pertama adalah AM teman dekat ASR. Subjek ke dua yaitu EW (nama inisial), usia EW 22 tahun. Saat ini EW juga seorang mahasiswa di salah satu universitas negeri di daerah Surabaya. Sedangkan significan other untuk subjek kedua adalah ibu subjek yaitu I, serta mbak subjek yaitu H.
2. Sumber data sekunder
Yang menjadi data sekunder atau data pendukung untuk penelitian ini berupa rekaman wawancara dan hasil studi subjek.
Menurut Sarantakos (dalam Poerwandari, 2005), prosedur pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif adalah umumnya menampilkan karakteristik yaitu:
(43)
a. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang benar melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian
b. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian
c. Tidak diarahkan pada keterwakilan (dalam arti jumlah atau peristiwa acak) melainkan kecocokan konteks.
Pengambilan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memilih subjek dan informan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Dengan pengambilan subjek secara purposif (berdasarkan kriteria tertentu), maka penelitian ini menemukan subjek yang sesuai dengan tema penelitian.
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa yang berwirausaha. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah dua orang. Subjek yang keduanya merupakan seorang mahasiswa sebagai key informan (kunci informasi). Subjek akan di wawancara dengan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan. Kriteria subjek penelitian adalah:
1. Mahasiswa aktif. 2. Berwirausaha.
(44)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 4. Bersedia untuk di wawancara.
Adapun kriteria utama significant other adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kedekatan yang baik dengan subjek
2. Telah mengetahui subyek dan mengetatui keseharian subjek.
Untuk mencari subjek yang sesuai dengan kriteria penelitian tersebut, peneliti mencari informasi dari keluarga peneliti dan beberapa temuan peneliti. Dengan demikian peneliti menemukan subjek yang sesuai dengan kriteria penelitian tersebut dan memilih ASR dan EW sebagai subjek dalam penelitian ini. Guna mengecek kebenaran hasil wawancara subjek, dan menambah dengan observasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penjelasan tentang peran peneliti akan turut menentukan penjelasan tentang masalah-masalah yang mungkin muncul dalam proses pengumpulan data. Langkah-langkah pengumpulan data meliputi usaha membatasi penelitian, mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara, baik yang terstruktur maupun tidak, dokumentasi, materi-materi visual, serta usaha merancang protokol untuk merekam/mencatat informasi. Prosedur-prosedur pengumpulan data dalam penelitian kualitatif melibatkan empat jenis strategi (Creswell, 2014).
1. Observasi
Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2001) salah satu hal yang penting tetapi sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi.
(45)
Observasi merupakan observasi yang didalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat dengan cara semistruktur, misalnya dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh peneliti serta aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian (Creswell, 2014).
Menurut Moleong (2007) pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti kehidupan budaya dari segi pandang dan anutan para subjek pada keadaan waktu itu. Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dihayati dan dirasakan oleh subjek sehingga memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun pihak subjek.
Pada penelitian ini akan dilakukan observasi secara langsung. Peneliti akan turun ke lapangan, dimana peneliti akan datang dan melihat secara langsung aktitivitas yang dilakukan oleh subjek. Selain itu, proses penjaringan data observasi dilakukan bersamaan dengan pada saat proses wawancara berlangsung karena pada saat menjawab pertanyaan, subjek menunjukkan ekspresi non verbal
yang memiliki makna terkait dengan data informasi yang disampaikan secara verbal. Penyusunan pencatatan observasi bertujuan untuk memfokuskan hal-hal yang diobservasi yang sifatnya non verbal, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh
(46)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id cek dan recek terhadap informasi-informasi yang telah di sampaikan oleh subjek
dalam wawancara. Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan peneliti Dengan menggunakan pengamatan ini peneliti mengamati dan melakukakan pencatatan perilaku inovasi serta fenomena yang terjadi pada mahasiswa yang berwirausaha.
2. Wawancara
Menurut Kerlinger (2000) menyebutkan bahwa wawancara adalah situasi peran antar pribadi yang bersemuka (face to face), ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancara atau responden (Balgies, 2012).
Peneliti dapat melakukan face to face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview (interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan per kelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur dan bersifat terbuka yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan (Creswell, 2014).
Wawancara adalah percakapan dengen maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pewawancara (interviwee) yang memberikan jawaban (Moleong, 2007).
(47)
Pada penelitian ini wawancara digunakan untuk menggali data mengenai faktor dan komponen perilaku inovatif seperti bagaimana subjek dalam mengelola wirausaha, apa saja hal-hal utama yang membuat subjek bersemangat dalam menjalankan wirausahanya, apa saja keuntungan dan kerugian yang didapat subjek dalam berwirausaha, serta komponen dalam perilaku inovatif yang sudah dilakukan subjek dalam menjalankan usahanya. Selain itu, wawancara juga digunakan untuk menggali informasi mengenai subjek lebih mendalam melalui
significant other (informan).Dalam penelitian ini wawancara merupakan alat
utama untuk menggali perilaku inovatif pada mahasiswa dan juga komponen perilaku inovatif pada mahasiswa dalam menjalankan usahanya. Wawancara digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dan menemukan keunggulan yang harus diteliti dan juga hal-hal lain dari subyek secara lebih mendalam lagi yang berhubungan dengan perilaku inovatif, serta faktor-faktor munculnya ide sehingga menjadi perilaku inovatif pada ada usahanya. Dalam penelitian ini jenis wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara semi struktural.
3. Dokumentasi
Menurut Arikunto (Iskandar 2009), teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Teknik ini merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi, foto-foto, rekaman kaset. Data ini dapat dimanfaatkan peneliti untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan jawaban dari fokus permasalahan penelitian. Selama proses penelitian, peneliti
(48)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id seperti koran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat seperti, buku
harian, diary, surat, e-mail (Creswell, 2014). Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan peneliti berupa KHS (Kartu Hasil Studi) dan sertifikat.
4. Materi Audio dan Visual
Kategori terakhir dari data kualitatif adalah materi audio dan visual. Data ini bisa berupa foto, objek-objek seni, videotape, atau segala jenis suara/bunyi (Creswell, 2014). Dalam penelitian ini materi audio dan visual yang dipakai peneliti adalah berupa foto dan rekaman dari hasil wawancara dengan subjek/informan.
E. Prosedur Analisis Data
Menurut Poerwandari (1998) pengolahan dan analisis data sesungguhnya dimulai dengan mengorganisasikan data. Dengan data kualitatif yang sangat beragam dan banyak menjadi kewajiban peneliti untuk mengorganisasikan datanya dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin.
Prosedur analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis tematik dengan melakukan koding terhadap hasil transkrip wawancara yang telah di verbatim dan deskripsi observasi. Koding adalah pengorganisasian data kasar kedalam tema-tema atau konsep-konsep yang digunakan untuk menganalisis data. Penelitian kualitatif melakukan koding terhadap semua data yang telah dikumpulkan.
(49)
Koding dimasukkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang diteliti. Dengan demikian pada gilirannya peneliti akan dapat menemukan makna dari data yang telah dikumpulkan. (Poerwandari, 2005)
Langkah-langkah awal koding dapat dilakukan dengan cara berikut: (Poerwandari, 2005)
1. Peneliti menyusun transkripsi verbatim kata demi kata atau catatan lapangannya sedemikian rupa sehingga ada kolom kosong yang cukup besar disebelah kiri dan kanan transkrip. Hal ini akan memudahkannya membubuhkan kode-kode atau catatan-catatan tertentu diatas transkrip tersebut.
2. Peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris-baris transkrip dan atau catatan lapangan tersebut. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan memberikan nomor secara urut dari satu baris ke baris lain atau dengan cara memberikan nomor baru untuk paragraf baru.
3. Peneliti memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu. Kode yang dipilih haruslah kode yang mudah diingat dan dianggap paling tepat mewakili berkas tersebut. Jangan lupa untuk selalu membubuhkan tanggal di tiap berkas.
(50)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id F. Keabsahan Data
Moleong (2007) mengutip Screven (1971) untuk menetapkan keabsahan
(trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik
pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility), keterahlian (transferability), kebergantungan (dependabiliy), dan kepastian (confirmability). Dalam penelitian ini menggunakan 2 kriteria dalam melakukan pemeriksaan data selama di lapangan sampai pelaporan hasil penelitian.
1. Kredibilitas Data
Kriteria ini digunakan dengan maksud data dan informasi yang di kumpulkan peneliti harus mengandung nilai kebenaran atau valid. Penggunaan kredibilitas untuk membuktikan apakah yang teramati oleh peteliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan, dan apakah penjelasan yang diberikan tentang dunia kenyataan tersebut memang sesuai dengan yang sebenarnya ada atau terjadi.
Adapun untuk memperoleh keabsahan data, Moleong (2007) merumuskan beberapa cara, yaitu: 1) perpanjangan keikutsertaan, 2) ketekunan pengamatan, 3) triangulasi data, 4) pengecekan sejawat, 5) Kecukupan referensial, 6) kajian kasus negatif, dan 7) pengecekan anggota. Peneliti hanya menggunakan teknik ketekunan dan triangulasi data.
(51)
Pertama, menurut Moleong (2007) ketekunan pengamatan bemaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman. Dengan ketekunan pengamatam peneliti bisa mengetahui secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
2. Triangulasi
Triangulasi (Moleong, 2007) yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan melakukan pengecekan atau perbandingan terhadap data yang diperoleh dengan sumber atau kriteria yang lain di luar data itu, untuk meningkatkan keabsahan data. Pada penelitian ini, triangulasi yang digunakan adalah: triangulasi sumber, yaitu dengan cara membandingkan apa yang dikatakan oleh subjek dengan dikatakan informan dengan maksud agar data yang diperoleh dapat dipercaya karena tidak hanya diperoleh dari satu sumber saja yaitu: subjek penelitian, tetapi data juga diperoleh dari beberapa sumber lain.
Triangulasi sumber data, dilakukan dengan cara: (Moleong, 2007)
(52)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 2) Membandingkan data hasil wawancara dengan isi
dokumen terkait.
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi pada saat ini dengan apa yang dilakukan sepanjang waktu.
4) Membandingkan keadaan perspektif seseorang dari berbagai pendapat dan pandangan dengan orang lain. Perbandingan ini akan memperjelas perselisihan atas latar belakang alasan-alasan terjadinya perbedaan pendapat maupun pandangan tersebut.
(53)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek
a. Subjek ke l (ASR)
Subjek pertama adalah ASR, ASR adalah anak ke dua dari tiga bersaudara yang lahir di Magelang, saat ini ASR belum menikah dan masih menempuh perkuliahan di salah satu Universitas di Surabaya. ASR tinggal bersama dengan kedua orang tuanya, om, tante, dan saudaranya. Ayahnya bekerja di kedinasan, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga yang mencari kesibukan dirumah dengan berjualan tupperware. Kakaknya sudah menikah dan dikaruniai oleh seorang anak, kakaknya bekerja di Telkom, adik perempuannya masih berkuliah.
Awal ASR menjalankan usahanya karena keinginannya sendiri yang menyukai untuk berwirausaha, awalnya dia berjualan hijab yang saat itu
namanya “Shah Hijab”, tapi hanya berjalan beberapa bulan dan akhirnya
tutup dikarenakan ada temannya juga berjualan hijab. Lalu ada program beasiswa wirausaha yang diadakan oleh Bank CIMB akhirnya atas usul dari kakaknya lahirlah usaha dengan nama “Sego Bontot” yang hingga saat ini berjalan. Lalu didukung dengan usaha milik kakak iparnya yang
(54)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Subjek 2 (EW)
Subjek ke dua adalah EW, EW adalah anak pertama dari dua bersaudara yang lahir di Surabaya, saat ini EW belum menikah dan masih menempuh perkuliahan di salah satu Universitas di Surabaya. EW tinggal bersama dengan kedua orang tuanya dan saudaranya. Ayahnya bekerja di pabrik, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga yang mencari kesibukan dirumah dengan berjualan makanan. Adik laki-lakinya masih berkuliah juga di salah satu Universitas di Surabaya.
Awal EW menjalankan usahanya karena keinginannya sendiri yang menyukai untuk berwirausaha sejak SMA, awalnya dia berjualan baju bekas, tapi hanya berjalan beberapa bulan dan akhirnya tutup dikarenakan jualannya tidak begitu pesat menurutnya. Lalu dia mencoba untuk berjualan sepatu dia membeli dengan berkulakan di salah satu Pusat Grosir yang ada di Surabaya. Saat itu, subjek menjalaninya dengan sangat tekun hingga saat ini. Dengan didukung oleh keluarganya yang membuat subjek bersemangat dalam menjalankan usahanya sampai sekarang. Subjek juga memiliki akun instagram dengan jumlah pengikut sebanyak 300.000 orang di seluruh penjuru Indonesia.
(55)
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Temuan Penelitian
Dalam penyajian data ini, peneliti akan menggambarkan atau mendeskripsikan data yang diperoleh dari hasil observasi di lapangan,
interview/wawancara, dan dokumentasi yang ada, untuk membantu keabsahan
data atau kevaliditasan data yang disajikan. Data dalam penelitian ini adalah tentang komponen dan faktor perilaku inovatif mahasiswa dalam berwirausaha.
1) Komponen Perilaku Inovatif a. Subjek 1
ASR menunjukkan 4 dari 5 komponen perilaku inovatif pada mahasiswa yang berwirausaha.
1) Opportunity Exploration
Subjek memaparkan bahwa subjek mempelajari atau mengetahui lebih banyak tentang peluang untuk berinovasi, dengan memanfaatkan skill yang dimiliki oleh seluruh keluarganya.
“Jadi koyok manfaatin skill sendiri-sendiri, memanfaatin orang-orang
dirumah, koyok om ku kan pinter jahit, pinter gawe baju, mbakku lulusan design dadi dek e bagian design baju, trus aku kan arek komunikasi kan dadi bagian marketing koyok liat media sosial, oohh... pergerakan style saat ini iku seperti ini... koyok ngunu. Lah sedangkan mas ku sendiri kan yo fotografer kan dadi koyok bagian foto-memfoto dadi koyok mbakku kan yo model e dadi koyok memanfaatkan masing-masing, kayak gitu se sebener e awal e iku koyok kene lo duwe...jadi kita iku punyak investasi, punya skill sendiri lapo
(56)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id (Jadi kayak memanfaatkan skill sendiri-sendiri, memanfaatkan orang-orang dirumah, seperti om ku kan pinter jahit, pintar membuat baju, mbakku lulusan
design jadi dia bagian design baju, trus aku kan anak komunikasi yang jadi
marketing seperti liat media sosial, oh... pergerakan style saat ini itu seperti
ini... seperti itu. Lah sedangkan masku sendiri kan ya fotografer jadi seperti bagian foto-memfoto jadi mbakku kan ya model, jadi seperti memanfaatkan masing-masing, seperti itu se sebenernya awalnya itu seperti ini kita lo punya, jadi kita itu punya investasi, punya skill sendiri ngapain kok gak dimanfaatkan kayak gitu.)
Tidak hanya itu, subjek juga memaparkan untuk selalu melihat kompetitor dalam menjalankan usahanya.
“Huum... sama melihat kompetitor, jadi koyok kelemahan orang lain iku kudu
jadi kelebihan kita. Trus kelemahan kita juga kudu bisa jadi kelebihan kita. Kompetitorku kan yo onok se, sego bungkus kan yo gak mek 1 tok se. Kemaren kompetitorku kan yo onok seng nak depan e RSUD iku kan yo onok iku regane 3.500 dadi seng membedakan yo iku mau dari marketing yo branding,
packaging iku kan yo seng membedakan.” (WCR1A366)
(Huum... sama melihat kompetitor, jadi seperti kelemahan orang lain itu harus jadi kelebihan kita. Trus kelemahan kita juga harus bisa jadi kelebihan kita. Kompetitorku kan ya ada se, sego bungkus kan ya gak cuma 1 aja. Kemaren kompetitorku kan ya ada yang di depan RSUD itu kan ya ada itu harganya 3.500 jadi yang membedakan ya itu tadi dari marketing ya branding,
packaging itu kan ya yang membedakan.)
Subjek juga memaparkan bahwa subjek masih belajar dan terus belajar untuk membuat jaringan web.
“Aku kemaren iku masih belajar buat jaringan di web, jadi gimana carane
kita koyok orang searching di google itu kita itu diurutan teratas, aku masih belajar itu, jadi kan memanfaatin internet kan jadi skrg kan orang butuh opo
pasti cari di internet itu se lebih ke situ ae.” (WCR1A401)
(Aku kemaren itu masih belajar buat jaringan di web, jadi gimana carannya kita seperti orang searching di google itu kita itu diurutan teratas, aku masih belajar itu, jadi kan memanfaatin internet kan jadi skrg kan orang butuh apa pasti cari di internet itu se lebih ke situ aja.)
Teman terdekat subjek juga memaparkan subjek ingin mengelola cafe yang dia miliki sendiri.
(57)
“cafe yang dia kelola sendiri cafe yang jual minuman, jual makanan dan dia
bisa memperkerjakan orang-orang di sekitarnya.” (WCR2B15)
“usaha online kerudungnya annisa itu dia lebih banyak mengelolanya secara
otodidak, dia banyak belajar sendiri,” (WCR2B50)
2) Generativity
Subjek memaparkan bahwa subjek yang mengarah pada pemunculan konsep-konsep untuk tujuan pengembangan.
“yok opo lek misale nasi murah ae soale kan liat orang, awale lek sego bontot
awale kan liat wilayah sidoarjo kan sekarang wes kawasan industri to, setiap tempat iku koyok pabrik-pabrik di sidoarjo itu banyak, sedangkan karyawan
kan gajine gak seberapa trus dia sehari makan 7000, 10.000 – 15.000 kita gak
bikin nasi seng berkualitas tapi murah ngunu lo, akhire ada iku sego bontot
lek yang sego bontot seperti itu.” (WCR1A44)
(Ya apa kalau misalnya jualan ini, sebenernya ide itu dari masku kalau sego bontot, awalnya kan liat wilayah sidoarjo kan sekarang sudah kawasan industri to, setiap tempat itu seperti pabrik-pabrik di sidoarjo itu banyak, sedangkan karyawan kan gajinyagak seberapa trus dia sehari makan 7000, 10.000 – 15.000 kita gak membuat nasi yang berkualitas tapi murah gitu lo, akhirnya ada itu sego bontot kalau yang sego bontot seperti itu.)
3) Formative Investigation
Subjek memaparkan bahwa subjek telah memberikan perhatian untuk menyempurnakan ide, solusi, opini dan coba untuk menginvestigasikannya.
“soale marketing kan yo penting liat diluar iku seperti apa perkembangannya
di pasaran saat ini.” (WCR1A59)
(soalnya marketing kan ya penting liat diluar itu seperti apa perkembangannya di pasaran saat ini.)
“Dadi semua itu tergantung kita ngelola didalam itu semua, mulai dari
takaran nasinya, perna ada yg ngomen kok pas tuku iku, segomu iki cilik yo tp
kok wareg ngunu... itu karna kita emang bener2 pake nasi yg punel.”
(WCR1A285)
(Jadi semua itu tergantung kita ngelola didalam itu semua, mulai dari takaran nasinya, pernah ada yg ngomen pas beli itu, nasimu iki kecil ya tp kok kenyang gini... itu karna kita emang bener2 pake nasi yg punel.)
(58)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id (Trus ya sudah beli showcase (kulkas buat jualan), trus rumah ini ya ikut bantu, ikut beliin keramik. Ya alhamdulillah lah, sudah bisa bantu.)
4) Championing
Subjek memaparkan bahwa subjek melakukan praktek-praktek usaha untuk merealisasikan ide-ide.
“Kita ikut stand, buat stand, dulu itu awale itu jualan sego bontot itu di taman
pinang terus diusir, akhire aku pindah ke lingkar timur,” (WCR1A65)
(Kita ikut stand, buat stand, dulu itu awale itu jualan sego bontot itu di taman pinang terus diusir, akhirnya aku pindah ke lingkar timur,)
“Yo media sosial iku tok sama outlet, kekuatan paling besar iku kan yo mouth
to mouth orang nek wes ngerasain pasti kan tau seh rasane, orang seng wes
pernah nyoba pasti kan yo wes tau se rasane ya apa.” (WCR1A381)
(Ya media sosial itu sama outlet, kekuatan paling besar itu kan ya mouth to
mouth orang kalau suda ngerasain pasti kan tau rasanya, orang yang sudah
pernah mencoba pasti kan ya sudah tau rasanya ya apa.)
“Koyok misale ikut bazar jadi packagingku tak apikno, kalo ndek luar biasa
koyok kemasyarakat ngunu.” (WCR1A422)
(Kayak semisal ikut bazar jadi packagingku tak bagusin, kalo di luar biasa seperti kemasyarakat gitu.)
“Tak perbanyak jaringan ambek karyawan. Jadi kayak masuk ke kantor2 atau
ke pabrik2, jadi yang awal iku aku kudu punya link jaringan orang dalam.
Orang kan pasti yo opo caranya kita, penawaran kita.” (WCR1A457)
(Tak perbanyak jaringan sama karyawan. Jadi kayak masuk ke kantor2 atau ke pabrik2, jadi yang awal itu aku harus punya link jaringan orang dalam. Orang kan pasti ya apa caranya kita, penawaran kita.)
5) Aplication
Subjek memaparkan bahwa subjek mencoba untuk mengembangkan, menguji coba, dan mengkomersilkan ide-ide inovatif.
“lingkar timur iku buka pertama itu jual Cuma 20 bungkus kadang sisa 5 trus
dikasih in orang yang lewat, jadi kayak memanfaatkan take and gift koyok memberi-memberi, ngasih-ngasih kekuatan memberi koyok gitu, eh... tambah suwe... tambah suwe... orang kan bisa ngerasain secara gratis, secara gak langsung kan kita koyok memberikan tester, ngasih...ngasih...ngasih... eh...
(59)
maringunu sehari 20, naik maneh 50 habis trus naik maneh 80 habis trus 100” (WCR1A69)
(di lingkar timur itu buka pertama itu jual cuma 20 bungkus kadang sisa 5 trus dikasih in orang yang lewat, jadi kayak memanfaatkan take and gift semacam memberi-memberi, memberi-memberi kekuatan memberi seperti itu, eh... tambah lama... tambah lama... orang kan bisa merasakan secara gratis, secara gak langsung kan kita seperti memberikan tester, memberi... memberi... memberi... eh... setelah itu sehari 20, naik lagi 50 habis trus naik lagi 80 habis trus 100)
“Trus menuku yo tak banyakin, lebih banyakin varian rasa. Nasi bungkus
biasane aku yo mek jual koyok nasi ayam, tongkol rica2, uduk, geprak. Trus kalo di packaging itu wes aneh2 varian rasanya, kayak ayam teriyaki,
mayonaise, lebih lidah2 anak muda ngunu.” (WCR1A437)
(Trus menuku ya tak banyakin, lebih banyakin varian rasa. Nasi bungkus biasanya aku ya cuma jual seperti nasi ayam, tongkol rica2, uduk, geprak. Trus kalo di packaging itu sudah aneh2 varian rasanya, kayak ayam teriyaki, mayonaise, lebih lidah2 anak muda gitu.)
b. Subjek 2
EW menunjukkan seluruh komponen perilaku inovatif pada mahasiswa yang berwirausaha.
1) Opportunity Exploration
Subjek memaparkan bahwa subjek mempelajari atau mengetahui lebih banyak tentang peluang untuk berinovasi, dengan memanfaatkan skill menjadi
reseller dahulu lalu berkembang menjadi supplier.
“Jadi pertama awal memang nol modal, ya biasa kayak onlineshop kan,
reseller2 yaitu tinggal menjualkan barangnya, fotonya kita punya dari suppliernya, menjualkan kalo barangnya laku kita baru beli barangnya trus kita kirim, trus lama2 dari keuntungan, akhirnya punya modal, setelah punya modal, akhirnya ini...apa namanya...cari...supplier dengan skala yang lebih besar, mungkin dulu pertama belinya reseller retail/eceran selanjutnya beli yang grosir trus setelah dapet grosir itu beli barangnya kayak di PGS (Pasar
(1)
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat dihasilkan dari penelitian dari analisis data
terhadap perilaku inovatif pada mahasiswa yang berwirausaha adalah sebagai
berikut:
1. Maka gambaran perilaku inovatif pada subjek pertama dan kedua adalah
kedua subjek melakukan perubahan sebagai tindakan untuk menciptakan
wirausaha yang dibangun sendiri, memperkenalkan dan menciptakan
brand sendiri dalam wirausahanya, mengaplikasikan dan mengadopsi ide
baru dari wirausahanya untuk mengembangkan sehingga menjadi
wirausaha yang berbeda dari wirausaha lainnya, serta melakukan praktek
dan teknik kerja yang baru secara offline (membuka stand/outlet) dan
online (dengan media sosial) untuk memajukan usahanya.
2. Komponen perilaku inovatif yang terdapat pada mahasiswa yang
berwirausaha yaitu opportunity exploration, generativity, formative
investigation, championing, dan aplication. Pada subjek pertama
menunjukkan 4 dari 5 komponen perilaku inovatif pada mahasiswa yang
berwirausaha yaitu opportunity exploration, formative investigation,
championing, dan aplication. Sedangkan pada subjek kedua juga
(2)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
berwirausaha yaitu opportunity exploration, generativity, formative
investigation, championing, dan aplication.
3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku inovatif pada mahasiswa
yang berwirausaha adalah faktor eksternal dan faktor internal. Kedua
subyek terdapat kedua faktor tersebut. Karena menjadi wirausahawan
sekaligus mahasiswa terdapat peran dan dukungan keluarga (faktor
eksternal) serta pemikiran dan pikiran yaitu persepsi, emosi, konsep
(memori & ilmu pengetahuan) dan motivasi/tujuan (faktor internal).
B. SARAN
Setelah melihat dan membaca analisis hasil penelitian dan kesimpulan yang
telah diuraikan, maka peneliti memberikan saran:
1. Untuk peneliti selanjutnya peneliti menyarankan agar peneliti menambahkan
subjek untuk perilaku inovatif pada mahasiswa yang berwirausaha.
a. Pemilihan subyek untuk penelitian selanjutnya bisa menggunakan kriteria
subyek mahasiswa dengan lebih muda semesternya.
b. Gambaran perilaku inovatif berupa religiusitas agar dapat dimunculkan dalam
penelitian selanjutnya.
c. Dalam observasi lapangan, hendaknya peneliti menggunakan alat bantu agar
bisa mendapatkan data yang lebih akurat terkait perilaku inovatif pada
(3)
87
2. Bagi subyek penelitian agar lebih mampu membagi waktunya antara usaha dan
kuliahnya.
3. Bagi mahasiswa agar terbukanya wawasan untuk berperilaku secara inovatif
apabila menjalankan wirausaha, karena berperilaku inovatif itu sangat penting
(4)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
88
DAFTAR PUSTAKA
Airlangga. (2009). Pedoman Penulisan Skripsi. Unit Penelitian dan Publikasi
Psikologi: Universitas Airlangga Surabaya
Al-Dawi, Dr. Muhammad Ahmad. (1995). Buku Pintar Para Da’i. Duta Ilmu:
Surabaya-Indonesia
Balgies, S. (2012). Wawancara teori & aplikasi dalam psikodiagnostik. Surabaya:
SAP.
Bungin, Burhan. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosia lainnya. Jakarta: Kencana Prenama Media Group.
Creswell. (2014). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cruz, Sousa & Wilks. (2012). Entrepreneurial intentions and attitudes towards
plagiarism.Journal of Academic and Business Ethics, 1.
Desianty. (1995). Dampak kekerasan dalam rumah tangga terhadap kebermaknaan
hidup pada perempuan.Skripsi. Depok: Universitas Gunadarma.
Dewi et al. (2015). Pengaruh kreativitas dan perilaku inovatif terhadap keberhasilan usaha industri kecil melalui motivasi usaha sebagai variabel
mediasi. Artikel Ilmiah Mahasiswa. Jember: Universitas Jember
Etikariena & Muluk. (2014). Hubungan antara memori organisasi dan perilaku
inovatif karyawan. Jurnal Makara Hubs-Asia, 77.
Firmansyah & Bachtiar. (2007). Hubungan antara perilaku inovatif wirausaha
dengan keberhasilan usaha kecil. Journal Psikologi. Yogyakarta
Ghony, M.J. & Almanshur, F. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Hadi, S. (2004). Metodologi research jilid 3.Yogyakarta : Andi.
Hartaji. (2010). Motivasi berprestasi pada mahasiswa yang berkuliah dengan
jurusan pilihan orang tua. Jurnal Psychology. Universitas Gunadarma.
Helmi, Avin Fadilla. (2011). Model determinan perilaku inovatif pada mahasiswa
yang berwirausaha. Jurnal Psikologi, 134.
Hussain & Norashidah. (2015). Impact of entrepreneurial education on
entrepreneurial intentions of pakistani students. Journal of
(5)
89
Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Gaung
Persada Press
Jawapos. (2016). Indonesia kekurangan wirausahawan muda. Diakses dari
http://www.jawapos.com/read/2016/02/22/18904/indonesia-kekurangan-wirausahawan-muda. pada tanggal 5 Desember 2016.
Kim-Soon, Ahmad & Ibrahim. (2016). Theory of planned behavior:
undergraduates’ entrepreneurial motivation and entrepreneurship career
intention at a public university. Journal of Entrepreneurship: Research &
Practice, 1.
Koutstaal & Binks. (2015). Innovating minds rethinking creativity to inspire
change. New York: Oxford University Press
Kresnandito & Fajrianthi. (2012). Pengaruh persepsi kepemimpinan
transformasional terhadap perilaku inovatif penyiar radio. Jurnal
Psikologi Industri dan Organisasi, 98.
Larasati, T. (2005).Jurnal kualitas hidup pada wanita yang sudah memasuki masa
menopause. Jurnal Kualitas Hidup.
Lipi. (2016). Jumlah usia produktif besar indonesia berpeluang tingkatkan
produktivitas. Diakses dari
http://lipi.go.id/berita/jumlah-usia-produktif-besar-indonesia-berpeluang-tingkatkan-produktivitas/15220. pada
tanggal 14 Desember 2016.
Lukes. (2013). Entrepreneurs as innovators: a multi-country study on
entrepreneurs' innovative behaviour. Journal Prague Economic Papers,
1.
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja
Rosdakarya Offset: Bandung
Mubaraki, Muhammad & Busler. (2015). Innovation and Entrepreneurship
Powerful Tools for a Modern Knowledge-Based Economy. Springer Cham Heidelberg New York Dordrecht London.
Muis et al. (2015). Modul kewirausahaan untuk mahasiswa. Pusat Kewirausahaan
Universitas Negeri Makassar.
Nurnaini. (2014). Motivasi berprestasi mahasiswa penyandang tunadaksa. Skripsi.
Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Okezone. (2015). 7,5 juta pengangguran banyak bertitel sarjana. Diakses dari
http://news.okezone.com/read/2015/12/30/65/1277253/7-5-juta-pengangguran-banyak-bertitel-sarjana. pada tanggal 14 Desember 2016.
Patton, Q.M. (2002) Qualitative research and evaluation metode. 3nd ed.
(6)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Poerwandari, E.K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Perfecta
Poerwandari, K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia.
Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran & Pendidikan Psikologi (L P S P 3) Universitas Indonesia.
Prayudhayanti. (2014). Peningkatan perilaku inovatif melalui budaya organisasi. Jurnal EKOBIS, 23.
Rahman, Setyanti, Saleh. (2015). Pengaruh kreativitas dan perilaku inovatif terhadap keberhasilan usaha industri kecil melalui motivasi usaha sebagai variabel mediasi (studi kasus pada pengusaha UKM kerajinan bambu di
Desa Gintangan Kabupaten Banyuwangi).Artikel Ilmiah Mahasiswa, 1.
Sandiasa. (2009). Kewirausahaan. Universitas Panji Sakti
Sani, Ridwan Abdullah. (2012). Inovasi Pembelajaran.Medan
Schekulin, Geiger & Keremedchiev. (2005). Enterprise Policy Performance
Assessment. Romania
Sora, N. (2014). Kenali pengertian mahasiswa dan menurut para ahli. Diakses
dari http://www.pengertianku.net/2014/11/kenali-pengertian-mahasiswa-dan-menurut-para-ahli.html. pada tanggal 14 Desember 2016.
Thomas. (2013). Technology-Based Entrepreneurship. Anglia Ruskin University:
Cambridge, UK
West & Anderson. (1996). Innovation in top management teams. Journal of
Applied Psychology, 680.
Widyastuti. (2012). Kecanduan mahasiswa terhadap game online. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Zamhari. (2016). Pengertian mahasiswa. Diakses dari
http://www.academicindonesia.com/pengertian-mahasiswa/. pada tanggal 14 Desember 2016.