ANALISIS FAKTOR PERILAKU INOVATIF, KETRAMPILAN KOMUNIKASI DAN KERJA TIM TERHADAP KESUKSESAN BERWIRAUSAHA DI BANDAR LAMPUNG ANALISIS FAKTOR PERILAKU INOVATIF, KETRAMPILAN KOMUNIKASI DAN KERJA TIM TERHADAP KESUKSESAN BERWIRAUSAHA DI BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

ANALISIS FAKTOR PERILAKU INOVATIF, KETRAMPILAN KOMUNIKASI DAN KERJA TIM TERHADAP KESUKSESAN

BERWIRAUSAHA DI BANDAR LAMPUNG

By

R Maulana Hari Saputra

This study aims to analyze the influence innovative behavior, communication skills and teamwork to the success of entrepreneurship in Bandar Lampung. The population is a successful entrepreneur in the entire Dublin with samples taken 40 people. The sampling technique used in this study using a type of non -probability sampling is purposive sampling method. Analysis using SPSS 16.0 software after testing the factor analysis resulted in 6 main factors that influence the success of entrepreneurship is innovative behavior, communication skills, teamwork, visionary, entrepreneurial ability and performance. The results and conclusions of this study indicate, from 7 hypothesis, there are two hypotheses partially rejected that communication and teamwork skills that influence is not significant and the hypothesis is accepted that five innovative behavior, visionary, entrepreneurial ability and performance significantly influence entrepreneurial success in Bandar Lampung. Simultaneously, these factors significantly influence entrepreneurial success in Bandar Lampung.

Keywords: influence innovative behavior, communication skills, teamwork and success of entrepreneurship


(2)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR PERILAKU INOVATIF, KETRAMPILAN KOMUNIKASI DAN KERJA TIM TERHADAP KESUKSESAN

BERWIRAUSAHA DI BANDAR LAMPUNG

Oleh

R Maulana Hari Saputra

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku inovatif, keterampilan komunikasi dan kerja tim terhadap kesuksesan berwirausaha di Bandar Lampung. Populasi yang digunakan adalah seluruh wirausahawan sukses di Bandar Lampung dengan sampel yang diambil sebanyak 40 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis Non probability Sampling yaitu dengan metode purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan regresi linear berganda dengan alat uji software SPSS 16.0. Hasil dan kesimpulan dari penelitian menunjukan, dari 4 hipotesis yang diajukan, secara parsial terdapat dua hipotesis yang ditolak yaitu keterampilan komunikasi dan kerja tim yang berpengaruh tidak signifikan dan satu hipotesis diterima yaitu perilaku inovatif yang berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan berwirausaha di Bandar Lampung. Secara simultan faktor-faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan berwirausaha di Bandar Lampung.

Kata kunci: pengaruh perilaku inovatif, keterampilan komunikasi, kerja tim dan kesuksesan berwirausaha


(3)

(4)

ANALISIS FAKTOR PERILAKU INOVATIF, KETERAMPILAN KOMUNIKASI DAN KERJA TIM PADA KESUKSESAN

BERWIRAUSAHA DI BANDAR LAMPUNG (Skripsi)

Oleh

R. Maulana Hari Saputra

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 11 September 1992, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Raden Hari Waskito dan Ibu Nurlina.

Penulis dikenalkan pada pendidikan pertamnya di TK Dharma Wanita PTPN VII Pewa Natar yang diselesaikan pada tahun 1998. Dilanjutkan dengan Sekolah Dasar di SD Al Kautsar yang diselesaikan pada tahun 2004. Pendidikan dilanjutkan pada Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 8 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2007. Selanjutnya penulis mengenyam pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Natar dan menyelesaikannya pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjabat sebagai Sekertaris Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan di


(9)

Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis pada tahun 2013/2014. Pada tahun 2013 penulis berkesempatan menjalankan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Adi Mulyo, Kecamatan Panca Jaya, Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung.

Ditingkat Universitas, sebagai bukti ketrtarikan penulis pada dunia wirausaha, penulis memutuskan untuk bergabung pada salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bergerak dalam bidang Kewirausahaan, yaitu Koperasi Mahasiswa Universitas Lampung atau yang lebih dikenal dengan nama Kopma Unila dan penulis tercatat sebagai anggota Kopma Unila pada tahun 2011. Pada periode kepengurusan tahun 2012/2013, penulis diberi amanat untuk menjadi Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan anggota dan diberi amanat kembali sebagai Badan Pengawas Kopma Unila pada periode 2013/2014. Pada akhir 2011 penulis mendapatkan beasiswa hingga semester delapan dari Perusahaan Gas Negara dan pada tahun 2013, penulis berhasil meloloskan proposal bisnis dalam Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) di tingkat Universitas.


(10)

MOTO

Sukses bukalah akhir dari segalanya, kegagalan juga bukanlah hal yang fatal,

namun keberanian untuk meneruskan kehidupanlah yang harus diperhatikan.

(Sir Winston Churchill)

Visi tanpa tindakan hanyalah sebuah mimpi, tindakan tanpa visi hanyalah

membuang waktu, visi dengan tindakan akan mengubah dunia.

(Joel Arthur Barker)

Seorang juara membutuhkan lebih dari sekedar kemampuan, karena

terkadang keberuntunganlah yang menjadi faktor penentu.


(11)

Allhamdulillah...

Aku haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya serta suri tauladanku Nabi Muhammad SAW

yang menjadi pedoman hidup dalam berikhtiar

Karya ini merupakan perwujudan rasa syukur atas kehadirat Allah

SWT dan kupersembahkan karyaku ini untuk:

Kedua orang tuaku Bapak dan Ibu serta adik-adikku yang sangat aku

cintai dan aku sayangi

terimakasih atas setiap do’a, dukungan, kasih

sayang, perhatian dan seyuman yang kalian berikan dalam setiap

langkahku menuju kesuksesan.

Kepada seluruh keluarga besar, kerabat, orang yang terkasih dan

teman-teman yang telah membantu. Terima kasih atas segala

bantuannya.

Serta Almamaterku tercinta Universitas Lampung, sebagai tempat

menimba ilmu dan pengalaman yang sangat berharga.


(12)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan khadirat Allah SWT karena atas rahmat dan segala nikmat yang telah diberikan, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan judul “Analisis Faktor Perilaku Inovatif, Keterampilan Komunikasi dan Kerja Tim terhadap Kesuksesan Berwirausaha di Bandar Lampung “ adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis di Universitas Lampung. Oleh karena itu penulis dengan segala hormat mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., MAB. selaku Kepala Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis sekaligus sebagai Dosen Pembahas. Terimakasih telah meluangkan waktu untuk membimbing, member keritik serta saran, mendengarkan keluh kesah dalam mnyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Wheny Khristianto, S.Sos., M.AB. selaku pembing utama dan selaku pembimbing akademik. Terima kasih banyak atas segala bimbingan, masukan, serta kesabaran dalam mengerjakan skripsi ini. Terimakasih atas segala waktu yang telah diberikan.


(13)

4. Bapak Hartono, S.Sos., M.A. selaku pembimbing pembantu. Terimakasih atas segala bimbingan, kritik maupun masukan, serta kesabaran dalam mengerjakan skripsi ini. Terimakasih atas segala waktu yang telah diberikan.

5. Seluruh dosen dan staff Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis. Terimakasih atas semua ilmu yang diberikan sehingga dapat membantu dalam mengerjakan skripsi ini.

6. Orang tuaku tercinta, Bapak Raden Hari Waskito dan Ibu Nurlina. Terima kasih telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang sekuat tenaga yang kalian

punya, terima kasih atas dukungan dan do’a yang tiada hentinya diberikan

kepadaku selama ini, terima kasih karena kalian selalu memaafkan kalau Alan salah, dan terima kasih karena kalian motivasi terbesarku untuk menyelesaikan skripsi ini, aku persembahkan skripsi ini untuk kalian.

7. Kedua adikku tersayang R. Agum Hari Gumilang (jadilah polisi yang selalu membela kebenaran) dan R. Hari Azhimi (tetap fokus belajar adikku). Terima kasih atas semua dukungannya dan doanya, ini cuma sebagian contoh kecil yang mas bisa kasih. Semoga kalian termotivasi untuk bisa lebih baik dari apa yang sudah mas lakukan selama ini. Terus semangat untuk membuat bapak dan ibu bangga punya anak-anak seperti kita.

8. Kelurga besarku, terimakasih sudah memberiku nasehat, contoh dan semangat untuk terus belajar dan menjadi orang yang lebih baik lagi serta menjadi kebanggan keluarga.

9. Rima Amaliya, terimakasih untuk semua dukungan yang telah diberikan, mungkin tanpa semangat yang kamu berikan saya tidak akan sampai pada titik ini.


(14)

10. Keluarga besar Administrasi Bisnis 2010 yang paling WOW se FISIP. Ferman, Alim, Arif. Aga, Andi (A), Andi (B), Ari, Bang Hari, Hari H, Fahmi, Ruslan (teman seperjuangan dari seminar 1 dan 2), Sholihin, Eriyansa, Takim, Juvan, Zutama, Kafi, Niko, Bobby, Daniel, Yoga, Wenny (makasih udah bantuin ngolah data) Rifatunnisa, Elita, Ade, Intan, Triya, Kusuma, Faujiah, Ola, Ratna, Puji, Septi, Indah, Tera, Mala, Lusi, Melysa, Desi Anggraini, Desi Rida, Nopi, Rifa, Devi, Nurul, Dian (A), Dian (B), Natalia, Lisa, Nurul, Devi D, Ica, Manda, Tara dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk semua kebersamaan kalian selama ini. Sukses buat kita semua.

11. Tim touring Kopma, Kak Ian Jembre, Kak Aan Tekuk, Kak Odon juga Ronald, Kak Manto Cvj, Kak Kukuh, Kak Rahmat, Mae, Novi yang selalu galau, Neng Ellis, Yan, Rara. Makasih banyak untuk semua petualangan dan kebersamaan serta moment yang udah kalian luangkan, sungguh kebahagian tersendiri bisa melakukan semua perjalanan itu dengan kalian.

12. Squad Kopma Unila, Kak Bayu, Desti Wd, Sis SP, Arif (teman seperjuangan di pengurusan), Mb Yana, Mb Wirdha, Manda, Yan, Ajat dan Rima terimakasih banyak untuk kesolidan serta pengalamannya selama satu kepengurusan. Untuk anggota senior serta alumni Kak Apri, Kak Agung, Kak Aji, Kak Taat, Kak Banda, Mb Woro, Mb Wina, Mb Ncuz, Kak Ilham, Mb DJ, Mb Nonot, Mb Desti, Mb Intan, Mb Eka, Mb Laura, Mb Desi, Rully, Ana R, Renita, Neno, Pemi, Dwi dan Nuy terimakasih banyak untuk loyalitas serta integritas kalian selama ini ke Kopma. Untuk Penerus Kopma, Luvian, Ramadhan, Ani, Rifqi, Singgih, Tari, Rio, Bibeh, Ucha, Novita, Herlina, Alimi, Dwi, Ades, Triono, Sigit, Aji, Ari,


(15)

Nikita, Nida, Abdul, Deo, Yulia, Nurma, Launa, Nona, April, Qonita, Nisfhi terimakasih telah memilih Kopma menjadi keluaraga kalian, jangan hilang dari peredaran ya.

13. Teman-teman KKN Desa Adi Mulyo, Kecamatan Panca Jaya, Kabupaten Mesuji. Mas Dwi, Waya, Wahyu, Terisia, Sinta, Nisa, Dila, Rara, dan Teteh Gadis atas kebersamaannya selama KKN, terima kasih karena sudah mau berbagi ilmu, cerita maupun pengalaman sehingga kita bisa bertanggung jawab dalam mengerjakan dan menjalani tugas kita.

14. Teman-teman sepermainan Yulia na Farel, Resti Sinatra, Tri H, Ririn T Piani, Hendi Polo, Fajar Tamblak, Randi, Joko , Didi, Sigit dan Kimung terus jadi yang terbaik untuk menyambut masa depan.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih banyak telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Sehingga masih membutuhkan saran serta masukan yang membangun. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang membutuhkan.

Bandar Lampung, 26 Mei 2014 Penulis,


(16)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Landasan Teori ... 13

2.1.1. Perilaku ... 14

2.1.1.1. Perilaku Inovatif ... 16

2.1.1.2. Inovasi. ... 17

2.1.2. Keterampilan Komunikasi ... 18

2.1.3. Kerja Tim ... 20

2.1.3.1. Pengertian Kerja Tim... 20

2.1.3.2. Indikator-Indikator Kerja Tim ... 23

2.1.3.3. Karakteristik Tim yang Sukses ... 23

2.1.4. Kesuksesan Berwirausaha ... 25

2.1.4.1. Sukses ... 25

2.1.4.2. Kewirausahaan ... 25

2.2. Penelitian Terdahulu ... 31

2.3. Kerangka Pemikiran ... 34

2.4. Hipotesis ... 36

III. METODE PENELITIAN... 38

3.1. Jenis Penelitian ... 38

3.2. Populasi dan Sampel ... 38


(17)

ii

3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel ... 39

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 40

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.5. Definisi Konseptual ... 42

3.6. Definisi Operasional ... 43

3.7. Sekala Pengukuran Variabel ... 46

3.8. Metode Analisis Data ... 46

3.8.1. Pengujian Instrumen Data ... 46

3.8.1.1. Uji Validitas ... 46

3.8.1.2. Uji Reliabelitas ... 49

3.8.2. Teknik Analisis Data ... 50

3.8.2.1. Statistik Deskriptif ... 50

3.8.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 51

3.8.2.3. Uji Regresi Linear Berganda ... 53

3.8.3. Uji Hipotesis ... 53

3.8.3.1. Uji t (Parsial) ... 53

3.8.3.2. Uji F (Simultan) ... 54

3.8.3.3. Uji R2 ... 55

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1. Gambaran Kewirausahaan di Bandar Lampung ... 57

4.2. Karekteristik Responden ... 60

4.2.1. Distribusi Responden Berdasrkan Usia ... 61

4.2.2. Distribusi Responden Berdasrkan Pendidikan Terakhir ... 61

4.2.3. Distribusi Responden Berdasrkan Jenis Kelamin ... 61

4.3. Karekteristik Usaha Responden ... 63

4.3.1. Distribusi Responden Berdasrkan Jenis Usaha ... 63

4.3.2. Distribusi Responden Berdasrkan Usia Usaha ... 64

4.3.3. Distribusi Responden Berdasrkan Karyawan ... 65

4.3.4. Distribusi Responden Berdasrkan Omset ... 66

4.3.5. Distribusi Responden Berdasrkan Aset ... 68

4.4. Deskripsi Jawaban Responden ... 68

4.4.1. Deskripsi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Perilaku Inovatif ... 69

4.4.2. Deskripsi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Keterampilan Komunikasi ... 74

4.4.3. Deskripsi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Kerja Tim ... 77

4.4.4. Deskripsi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Kesuksesan Berwirausaha ... 80

4.5. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 82

4.5.1. Uji Normalitas ... 82

4.5.2. Uji Heteroskedstisitas ... 83

4.5.3. Uji Multikolinearitas ... 85

4.6. Hasil Analisis Data ... 86

4.6.1. Uji Hipotesis ... 86

4.6.2. Uji R2 ... 88


(18)

iii

4.6.4. Uji F ... 89

4.7. Pembahasan ... 90

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(19)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Definisi Operasional ... 44

Tabel 2. Instrumen Skala Likert ... 46

Tabel 3. Hasil Pengujian Validitas ... 48

Tabel 4. Hasil Pengujian Validitas ... 49

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 50

Tabel 6. Pedoman Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi ... 56

Tabel 7. Data UMKM Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung ... 58

Tabel 8. Data UMKM Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung Berdasarkan Jenis Usahanya ... 59

Tabel 9. Data Responden Berdasarkan Usia ... 61

Tabel 10. Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 62

Tabel 11. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63

Tabel 12. Data Responden Berdasarkan Jenis Usaha ... 64

Tabel 13. Data Responden Berdasarkan Usia Usaha ... 65

Tabel 14. Data Responden Berdasarkan Karyawan Awal ... 65

Tabel 15. Data Responden Berdasarkan Karyawan pada saat ini ... 66

Tabel 16. Data Responden Berdasarkan Omset Awal ... 67

Tabel 17. Data Responden Berdasarkan Omset Pada Saat Ini ... 67

Tabel 18. Data Responden Berdasarkan Aset ... 68

Tabel 19. Deskripsi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Perilaku Inovatif ... 69

Tabel 20. Deskripsi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Keterampilan Komunikasi ... 74


(20)

v

Tabel 22. Deskripsi Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Kesuksesan Berwirausaha ... 81 Tabel 32. Hasil Uji Multikolinearitas ... 86 Tabel 33. Hasil Uji Hipotesis ... 86


(21)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Model Penelitian ... 36 Gambar 2. Uji Normalitas ... 83 Gambar 3. Uji Heterokedasitas ... 84


(22)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Koesioner Penelitian Lampiran 2. Entri Code

Lampiran 3. Uji Validitas

Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 5. Frekuensi item

Lampiran 6. Regresi Linier Berganda Lampiran 7. F, t, r Tabel


(23)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pada era sekarang ini informasi menjadi tolak ukur perkembangan industri diberbagai bidang. Perkembangan informasi yang begitu cepat dapat di akses dalam waktu singkat membawa banyak keuntungan, tetapi dibalik itu juga banyak hal negatif yang dapat merusak mentalitas dan cara berfikir seseorang kareana adanya informasi yang tidak sehat tersebut. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut yang keberadaannya tidak dapat dihindari oleh siapapun, mengakibatkan adanya perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Perubahan tersebut diantaranya adalah perubahan dalam kualifikasi permintaan tenaga kerja di dunia kerja yang semakin tinggi karena mengikuti perkembangan yang ada, terlebih jika dunia kerja tersebut bersifat global.

Dalam dunia kerja tidak hanya memilih calon pekerja yang cakap dalam kemampuan akademik saja (hard skills), tetapi juga sangat memperhatikan nilai-nilai kecakapan lainnya diantaranya nilai kejujuran, tanggung jawab, sopan santun, disiplin, komitmen, rasa percaya diri, etika, kerjasama, kreativitas, komunikasi, dan


(24)

2

kepemimpinan (soft skills). Memiliki kemampuan hard skills yang tinggi tetapi tidak disertai dengan soft skills yang baik, akan menghasilkan sumber daya manusia dengan keterampilan kurang maksimal. Dengan adanya persaingan yang semakin ketat, dunia kerja pun berusaha untuk dapat bersaing dengan lainnya salah satunya adalah dengan meningkatkan mutu atau kualitas tidak hanya produknya saja tetapi juga dalam hal pelayanan konsumen. Dengan melihat tuntutan kerja yang semakin tinggi, maka yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah dengan menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi juga membuat SDM di Indonesia berpola pikir bukan mencari kerja saja, tetapi dapat juga menciptakan lapangan pekerjaan.

Banyak pengusaha sukses di dunia yang memiliki perusahaan besar tetapi tidak memiliki ijazah seperti Henry Ford yang pada usia 16 tahunnya meninggalkan rumah dan kluar dari bangku sekolah untuk bekerja sebagai seorang mekanik, atau montir, dari pengalaman yang ia miliki, ia kemudian melakukan percobaan membuat dan mendisain mobil hingga akhirnya berdirilah Perusahan Motor Ford yang memproduksi mobil. Kesuksesan pertama ford adalah mobil model T-nya. Sedikit berbeda dengan Bill Gates yang pernah dinobatkan sebagai orang terkaya tahun 1995-2006 ini pernah menyicipi bangku kuliah tetapi ia adalah seorang mahasiswa yang terkena DO. Setelah DO dia lalu memulai bisnis software computernya sendiri, yang ia sebut Microsoft Corporation. Sama halnya dengan Steve Jobs dialah pembuat gadget canggih yang digandrungi orang saat ini, Apple PC, Apple ipod, Apple iphone, Apple tablet, dan lain-lain, dia hanya kuliah satu semester saja terus


(25)

3

memutuskan keluar dan membuat produk inovatif teknologi komunikasi dan komputer yang selalu ditunggu setiap orang di dunia. Dan masih banyak lagi seperti Mary Kay Ash, Walt Disney, Richard Branson, Simon Cowell, Michael Dell dan lainnya.

Sama halnya seperti pengusaha tingkat dunia diatas, banyak fenomena serupa terjadi di Indonesia, pengusaha-pengusaha besar di Indonesia banyak yang tidak memiliki ijazah seperti Purdi E Chandra yang pernah merasakan kuliah di 4 jurusan yang berbeda, hanya saja ia merasa tidak mendapatkan apa-apa dengan pola kuliah yang menurutnya membosankan hingga akhirnya dia nekad meninggalkan kuliahnya. Lembaga Bimbingan Belajar (Bimbel) Primagama yang didirikannya bahkan masuk ke Museum Rekor Indonesia (MURI). Selanjutnya, Andrie Wongso menjadi motivator nomor 1 di Indonesia ini SD saja tidak lulus, karena sekolahnya ditutup oleh pemerintah pada waktu itu, ia adalah anak keturunan tionghoa miskin yang masa kecilnya hanya membantu ibunya menjual kue ke toko-toko saja. Masih banyak lagi tentunya pengusaha di Indonesia yang memilikifenomena serupa seperti itu. Setelah melihat fenomena tersebut, maka timbulah pertanyaan apakah yang membuat mereka dapat sukses, yang tentunya jawaban mereka bukanlah melalui jalur pendidikan formal. Lalu faktor apakah yang membuat mereka dapat sukses menjadi wirausaha?

Kewirausahaan telah menjadi perhatian penting dalam mengembangkan pertumbuhan sosial ekonomi suatu Negara. Dalam masalah ini dapat dipastikan bahwa


(26)

4

kewirausahaan dapat menyediakan lapangan pekerajaan, berbagai kebutuhan konsumen, jasa pelayanan dan menumbuhkan kesejahteraan serta meningkatkan persaingan antar Negara. Dalam menghadapi tantangan globalisasi yaitu kompetisi ekonomi global dalam hal kreatifitas dan inovasi berhasil menghasilkan ide-ide baru akan mendapatkan keunggulan bersaing dan tidak akan tertinggal di pasar dunia yang terus berubah dengan cepat. Jika berbicara tentang kewirausahaan di dunia, maka tidak terlepas dari peran individu yang terlibat di dalamnya. Individu yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut dengan wirausahawan. Usman (1997) dalam Daryanto dan Cahyono (2013) mengatakan wirausahawan adalah seorang yang memiliki kombinasi unsur elemen internal yang meliputi kombinasi inovasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan kemampuan untuk memamanfatkan peluang usaha.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Harvard University of Amerika Serikat (AS), mengungkapkan bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan teknis saja (hard skill), tetapi juga dipengaruhi oleh keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengemukakan bahwa kesuksessan seseorang hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya sekitar 80% yaitu dengan soft skill (Utomo, 2010).

Di Indonesia sendiri, pendidikan yang dilakuakan sebagian besar mengacu pada pendidikan hard skill saja. Kewirausahaan di Indonesia memamg belum sepenuhnya memberikan sumbangan yang positif bagi kecerdasan dan kesejahteraan bangsa.


(27)

5

Padahal, jika melihat potensi wirausaha Indonesia sangat besar terutama jika melihat data jumlah usaha kecil dan menengah yang ada. ”Sampai dengan tahun 2006, menurut data Biro Pusat Statistik (BPS), di Indonesia terdapat 48,9 juta usaha kecil dan menengah (UKM), menyerap sekitar 80 persen tenaga kerja, serta menyumbang 62 persen dari PDB (di luar migas). Data tersebut sekilas memberikan gambaran betapa besarnya aktivitas kewirausahaan di Indonesia dan dampaknyapun cukup signifikan bagi kemajuan ekonomi bangsa, terutama pascakrisis moneter 1998, berdasarkan data hasil penelitian dari Global Entrepreneurship Monitor (GEM), pada tahun yang sama, di Indonesia terdapat 19,3 persen penduduk berusia 18-64 tahun yang terlibat dalam pengembangkan bisnis baru (usia bisnis kurang dari 42 bulan).

Angka ini merupakan yang tertinggi kedua di Asia setelah Filipina (20,4 persen), dan di atas Cina (16,2 persen) serta Singapura (4,9 persen). Namun di sisi lain, data BPS pada tahun yang sama juga menunjukkan terdapat 11 juta penduduk Indonesia yang masih menganggur dari 106 juta angkatan kerja, serta 37 juta penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan. Angka tersebut diperkirakan bertambah setiap tahunnya, hingga tahun 2012 jumlahnya sudah menjadi 1,56% penduduk Indonesia menjadi wirausaha, hasil tersebut didapatkan dari survey yang telah dilakukan oleh Menkop dan UKM bidang Pengembangan SDM, Kemenkop & UKM. Menurut saya itu merupakan angka yang cukup fantastis, dilihat dari tiga tahun sebelumnya yang hanya 0,25% saja. Tapi memang melihat angka 1,56% itu apakah merupakan wirausaha yang sudah mapan atau sukses? Itu memang masih menjadi pertanyaan, karena jika tidak kemungkinan angka tersebut bisa saja turun


(28)

6

karena para wirausaha tidak dapat bersaing menghadapi gempuran pasar gelobal yang sangat pesat dan selalu berkembang.

Sharma (2009) dalam Utomo (2010), menyebutkan bahwa soft skills adalah seluruh aspek dari generic skills yang juga termasuk elemen-elemen kognitif yang berhubungan dengan non-academic skills. Ditambahkan pula bahwa, berdasarkan hasil penelitian, tujuh soft skills yang diidenfikasi dan penting dikembangkan pada peserta didik di lembaga pendidikan tinggi, meliputi; keterampilan berkomunikasi (communicative skills), keterampilan berpikir dan menyelesaikan masalah (thinking skills and Problem solving skills), kekuatan kerja tim (team work force), belajar sepanjang hayat dan pengelolaan informasi (life-long learning and Information management), keterampilan wirausaha (entrepreneur skill), etika, moral dan profesionalisme (ethics, moral and professionalism), dan keterampilan kepemimpinan (leadership skills). Berikutnya, Ia menjelaskan bahwa atribut personal tersebut merupakan salah satu faktor yang berperan mendorong kesuksesan berwirausaha.

Dari sekian banyak atribut personal yang dimiliki seorang wirausaha, kemampuan berkomunikasi, kinerja tim dan tingkah laku inovatif yang dimiliki seorang wirausaha merupakan hal-hal yang cukup berperan penting dalam menghadapi tantangan globalisasi. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa, seorang wirausaha merupakan agen perubahan yang mengenalkan inovasi-inovasi seperti produk, metode produksi, teknik penjualan dan tipe alat yang baru. Komunikasi yang aktif serta tingkah laku inovatif yang dimiliki oleh seorang wirausaha membuat mereka mampu menghadapi


(29)

7

tantangan dengan mengubahnya menjadi peluang serta menciptakan kondisi tim kerja yang baik juga demi pencapaian kesuksesan berwirausaha tersebut. Hal ini tentunya akan menunjang kemajuan bisnis yang mereka jalankan, karena dengan hal-hal diatas mereka memiliki kemampuan untuk mengahsailkan dan mengimmplementasikan gagasan atau ide baru yang lebih baik dan berbeda.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam menghadapi tantangan globalisasi dimana perkembangan dan persaingan di dunia bisnis terus berkembang pesat, tingkah laku inovatif sangatlah dibutuhkan, hal ini disebabkan karena tanpa gagasan dan ide baru yang inovatif, kemungkinan bisnis yang sudah berjalan akan tertinggal oleh perkembangan yang semakin cepat ini, atau tidak akan dapat bertahan karena konsumen selalu menuntut hal yang baru dan selalu penasaran akan hal tersebut, maka dibutuhkanlah perilaku inovatif yang didalamnya mencakup kreatifitas dan inovasi. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadiyati (2011) menyatakan hubungan antara kreativitas dan inovasi berpengaruh terhadap kewirausahaan.

Tetapi jika tingakah laku inovatif itu tidak tersampaikan dengan baik maka sama saja gagasan itu tidak akan berjalan dengan baik, maka dari itu dibutuhkanlah kemampuan berkomunikasi yang baik pula agar gagasan inovatif tersebut dapat tersampaikan dengan baik. Setelah itu barualah kerjasama tim disini sangat dibutuhkan guna menjalankan dan melaksanakan bisnis tersebut seorang wirausaha haruslah mampu menjadi contoh yang baik bagi tim kerjanya agar bisnisnya dapat selalu berkembang dan bersaing di pasar global ini, karena sukses itu tidaklah dapat diraih jika hanya


(30)

8

sendiri, maka tim kerja yang baik sangatlah berpotensi untuk menciptakan lingkungan kerja untuk pencapaian tujuan yang kondusif. Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Navickiené dan Pevceviciüté (2009), hasilnya pencapaian sebuah kesuksesan bekerja adalah dengan kelompok ataupun sebuah tim yang baik serta komunikasi yang baik dapat menyelesaikan masalah sehingga tujuan dalam kelompok tersebut dapat cepat tercapai dengan baik.

Kota Bandar Lampung merupakan kota yang berada di Provinsi Lampung tepatnya di Pulau Sumatera. Di Bandar Lampung sendiri masih banyak peluang dibandingkan dengan kota besar yang berada di Pulau Jawa, tetapi peluang tersebut hanya dapat diambil bagi wirausahawan yang dapat melihat peluang dan dapat menciptakan ide inovatif untuk memanfaatkan peluang tersebut. Bandar Lampung terdiri dari 20 Kecamatan dan 126 Kelurahan, Kecamatan Rajabasa merupakan kecamatan yang memiliki 7 kelurahan yang juga memiliki usaha yang cukup berkembang disetiap kelurahan, dapat dilihat dari perkembangannya yang terus meningkat.

Jenis usaha yang cukup diminati oleh pengusaha baru di Bandar lampung adalah tempat kuliner atau tempat makan karena Rajabasa merupakan tempat yang strategis dekat dengan Universitas sehingga banyak konsumen yang merupakan anak kos yang menjadi konsumen tetap, selanjutnya Toko komputer juga cukup ramai dikunjungi karena kebanyakan mahasiswa tentunya ingin memiliki laptop baru bagi mahasiswa baru, juga servis computer untuk perawatan juga menjadi ramai diminati di daerah ini. Kedua jenis usaha tersebut cukup menarik untuk dijadikan objek penelitian.


(31)

9

Dalam perkembangan ekonominya tentunya setiap kota memiliki keunggulan dalam sektor perindustriannya masing-masing, juga pengusaha ditingkat menengah sampai kecil juga menjadi faktor pendukung perkembangan sebuah kota. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Prilaku Inovatif, Keterampilan Berkomunikasi dan Kerja Tim pada Kesuksesan Berwirausaha di Bandar

Lampung”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah perilaku inovatif, keterampilan komunikasi, dan kerja tim secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan wirausaha di Bandar Lampung?

2. Apakah perilaku inovatif, keterampilan komunikasi, dan kerja tim secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan wirausaha di Bandar Lampung?


(32)

10

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar perilaku inovatif, keterampilan komunikasi, dan kerja tim secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan wirausaha di Bandar Lampung?

2. Untuk mengetahui seberapa besar perilaku inovatif, keterampilan komunikasi, dan kerja tim secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan wirausaha di Bandar Lampung?

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Pemerintah

Bagi pemerintah diharapkan dapat memberikan evaluasi baru dalam mengatur kurikulum pembelajaran bagi pelajar maupun mahasiswa, agar sumber daya manusia di Indonesia lebih memiliki soft skill yang baik, sehingga dapat meminimalisir pengangguran yang terjadi.

2. Bagi Akademisi.

Manfaat bagi pembaca dapat dijadikan bacaan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan hasil penelitian ini diharapkan memberikan tambahan bukti empiris mengenai pentingnya menyeimbangkan atara hard skills dan juga soft skills.


(33)

11

3. Bagi Praktisi.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan evaluasi tentang apa yang seharusnya dilakukan demi mencapai kesuksesan dalam berwirausaha.


(34)

12

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Kata Karakter dapat dilacak dari kata latin kharakter, kharassein dan kharax, yang maaknanya tools for marking, to engrave, dan pointed stake. Dalam kamus Poerdarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat, akhlak atau budi pekrti yang membedakan seseorang dengan lainnya. Dengan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa membangun karakter (character building) ialah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda sehingga dapat membedakan dengan yang lainnya.

Clleland dalam Suryana dan Bayu (2010) memerinci karakteristik yang memiliki Need for Achievement (virus kepribadian yang menyebabkan seseorang ingin berbuat lebih baik dan terus maju) sebagai berikut :

1. Lebih menyukai pekerjaan dengan resiko realistis.

2. Bekerja lebih giat dalam tugas-tugas yang memerlukan kemampuan mental. 3. Tidak bekerja lebih giat karena imbalan uang.

4. Ingin bekerja pada situasi dimana dapat diperoleh pencapaian peribadi (personal achievement).

5. Menunjukan kinerja yang lebih baik dalam kondisi yang memberikan umpan balikyang jelas positif.


(35)

13

Ukuran N-Ach mampu menunjukkan seberapa besar jiwa entrepreneur seseorang. Semakin tinggi enterepreneur seseorang, maka semakin besar pula bakat potensialnya untuk menjadi wirausaha yang sukses.

Wiryasaputra (2004) dalam Suryana dan Bayu (2010) menyatakan ada 10 sikap dasar wirausaha yaitu :

1. Visionary ( visioner) 2. Positive (bersikap positif) 3. Confident (percaya diri) 4. Genuine (asli)

5. Goal Oriented (berpusat pada tujuan) 6. Persistent (tahan uji)

7. Ready to face a risk (siap meng hadapi resiko) 8. Creative (kreatif menangkap peluang)

9. Healthy Competitor (menjadi pesaing yang baik) 10.Democratic Leader (pemimpin yang demokratis)

Wirasasmita (1999) dalam Suryana dan Bayu (2010) mengemukakan beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh wirausaha yaitu :

1. Self knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang usaha yang ditekuninya. 2. Imagination, yaitu memiliki imajinasi atau ide dan perspektif serta tidak

mengandalkan pada sukses masa lalu.

3. Pratical knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis. 4. Seach skill, yaitu kemampuan menemukan atau berkreasi. 5. Forseight, berpandangan jauh kedepan.

6. Computation skill, yaitu kemampuan berhitung dan memprediksi keadaan masa yang akan datang.

7. Communication skill, kemampuan untuk berkomunikasi, bergaul dan berhubungan dengan orang lain.

Menurut Hakim (2007) dalam Suryana dan Bayu (2010), karakteristik yang harus dimiliki oleh seseorang wirausaha yaitu :

1. Achievement orientation yaitu kemampuan menetapkan sasaran kerja dan strategi pencapaian.

2. Impact an influence yaitu kemampuan meyakinkan orang lain baik secaya lisan maupun tulisan.

3. Analytical thinking yaitu kemampuan mengolah dan mengintrepretasikan data atau informasi.


(36)

14

4. Conceptual thinking yaitu kempuan menarik kesimpulan atas informasi terhadap masalah.

5. Initiative yaitu kemampuan menghadirkan diri sendiri dalam organisasi. 6. Self confidence yaitu kemampuan meyakinkan diri sendiri atas tekanan

lingkungan.

7. Interpersonal understanding yaitu kemampuan memahami sikap, minat dan perilaku orang lain.

8. Concern for order yaitu kemampuan menangkap dan mencari kejelasan informasi tugas.

9. Information seeking yaitu kemampuan menggali informasi yang dibutuhkan. 10.Tim cooperation yaitu kemampuan bekerjasama dan berperan dalam

kelompok.

11.Expertise yaitu kemampuan menggunakan dan mengembangkan keahlian. 12.Customerservice orientation yaitu kemampuan menemukan dan memenuhi

kebutuhan konsumen.

13.Developing others yaitu kesediaan mengembangkan teman kerja secara sukarela.

Tingkahlaku kewirausahaan yang sering ditemukan menurut penelitian yang dilakukan oleh Sukardi (1991) dalam Suryana dan Bayu (2010) yaitu :

1. Sifat instrumental 2. Sifat prestatif

3. Sifat keluwesan bergaul 4. Sifat kerja keras

5. Sifat keyakinan diri 6. Sifat pengambil resiko 7. Sifat swakendali 8. Sifat inovatif 9. Sifat kemandirian

2.1.1 Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan


(37)

15

bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori

Skinner disebut teori “S-O-R”atau Stimulus – Organisme – Respon. Skinner membedakan adanya dua proses, yaitu:

Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosional misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003):

1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Berdasarkan teori di atas, peneliti menjadikannya sebuah dasar penelitian ini, untuk menjawab rumusan masalah yang sudah terpapar di atas.


(38)

16

2.1.1.1Perilaku Inovatif

Menurut Wess & Farr dalam De Jong & Kemp (2003) perilaku inovatif adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal „baru‟, yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi. Bryd & Bryman (2003) mengatakan bahwa ada dua dimensi yang mendasari perilaku inovatif yaitu kreativitas dan pengambilan resiko. Demikian halnya dengan pendapat Amabile dkk dalam de Jong & Kamp (2003) bahwa semua inovasi diawali dari ide yang kreatif. Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide baru yang terdiri dari 3 aspek yaitu keahilan, kemampuan berfikir fleksibel dan imajinatif, dan motivasi internal (Bryd & Bryman, 2003). Dalam proses inovasi, individu mempunyai ide-ide baru, berdasarkan proses berfikir imajinatif dan didukung oleh motivasi internal yang tinggi. Namun demikian sering kali, proses inovasi berhenti dalam tataran menghasilkan ide kreatif saja dan hal ini tidak dapat dikategorikan dalam perilaku inovatif.

Dalam mengimplementasikan ide diperlukan keberanian mengambil resiko karena

memperkenalkan „hal baru‟ mengandung suatu resiko. Yang dimaksud dengan

pengambilan resiko adalah kemampuan untuk mendorong ide baru menghadapi rintangan yang menghadang sehingga pengambilan resiko merupakan cara mewujudkan ide yang kreatif menjadi realitas (Bryd & Brown, 2003). Oleh karenanya, jika tujuan semula melakukan inovasi untuk kemanfaatan organisasi, tetapi jika tidak dikelola dengan baik justru menjadi bumerang. Adapun inovasi yang


(39)

17

sesuai dengan perilaku inovatif adalah inovasi inkremental. Dalam hal ini, yang melakukan inovasi bukan hanya pemilik usaha saja tetapi semua karyawan yang terlibat dalam proses inovasi tersebut. Oleh karenanya sistem pemberdayaan karyawan sangat diperlukan dalam perilaku inovatif ini.

2.1.1.2Inovasi

Istilah inovasi dalam organisasi pertama kali diperkenalkan oleh Schumpeter pada

tahun 1934. Inovasi dipandang sebagai kreasi dan implementasi „kombinasi baru‟.

Istilah kombinasi baru ini dapat merujuk pada produk, jasa, proses kerja, pasar, kebijakan dan sistem baru. Dalam inovasi dapat diciptakan nilai tambah, baik pada organisasi, pemegang saham, maupun masyarakat luas. Oleh karenanya sebagian besar definisi dari inovasi meliputi pengembangan dan implementasi sesuatu yang baru (de Jong & Hartog, 2003). Dengan inovasi maka seseorang dapat menambahkan nilai dari produk, pelayanan, proses kerja, pemasaran, sistem pengiriman, dan kebijakan, tidak hanya bagi perusahaan tapi juga stakeholder dan masyarakat (de Jong & Hartog, 2003).

Dalam penelitian ini, inovasi difokuskan bukan pada output inovatif. Fokus penelitian ini perilaku inovatif yang merupakan faktor kunci dari inovasi inkremental (Scott & Bruce, 1994 dalam de Jong & Kemp, 2003). Yang dimaksud dengan perilaku inovatif dalam penelitian ini adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan dan mengimplementasikan hal-hal „baru‟, yang bermanfaat


(40)

18

dalam berbagai level kesuksesan wirausaha yang terdiri dari dua dimensi yaitu kreativitas dan pengambilan resiko yang menghasilkan inovasi baru.

2.1.2 Keterampilan Komunikasi

Theodore (1981) dalam Suranto (2010) komunikasi ialah proses yang didalamnya menunjukan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus, sedangkan Edward (1990) dalam Suranto (2010) menyatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan oleh lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan oleh penerima pesan.

Jadi dapat didefinisikan bahwa kemampuan komunikasi adalah kemampuan komunikator (orang yang menyampaikan informasi) untuk mempergunakan bahasa yang dapat diterima dan memadai secara umum untuk mengolah kata-kata, berbicara secara baik dan dapat dipahami oleh lawan bicara atau dapat juga mengartikan kemampuan komunikasi sebagai kemampuan mentransmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dengan menggunakan simbol-simbol seperti perkataan, gambar, figur, grafik dan sebagainya untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan komunikasi adalah kemampuan verbal dan nonverbal yang digunakan dalam berbicara dan mendengar dalam berinteraksi dengan kata lain kemapuan untuk


(41)

19

menyampaikan dan mengutarakan sesuatu dengan benar serta mampu mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain.

Dilihat dari sifatnya proses komunikasi dapat dibedakan menjadi :

a. Komunikasi tatap muka, dalam hal inipihak-pihak yang berkomunikasi saling bertemu dalam suatu tempat tertentu.

b. Komunikasi bermedia, ialah komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media, seperti telepon, surat, media sosial dan sebagainya. c. Komunikasi non-verbal, komunikasi dengan cirri pesan yang disampaikan

merupakan pesan non-verbal atau bahasa isyarat, baik isyarat badaniah (gestural) maupun isyarat gambar (pictoral).

Dilihat dari teknik komunikasi dapat dibedakan menjadi 4 :

a. Komunikasi informatif, ialah teknik informasi dengan menyampaikan pesan secara berulang-ulang untuk memberikan informasi kepada komunikan yang merupakan proses komunikasi satu arah dalam rangka penyebaran informasi satu arah.

b. Komunikasi persuasif, ialah komunikasi yang dilakukan secara halus untuk membujuk komunikan.

c. Komunikasi instruktif/koersif, dicirikan dengan pemberlakuan pemaksaan dan sanksi dari komunikator kepada komunikan.

d. Hubungan manusiawi, ialah komunikasi yang memperhatikan nilai-nilai etis untuk menciptakan suasana atau iklim komunikasi yang manusiawi.

Dalam berwirausaha memang sesorang dituntut untuk dapat menyalurkan apa yang sebenarnya ia inginkan, untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuannya biasanya akan terjadi sebuah negosiasi yang memungkinkan seorang wirausaha mampu mencapai tujuannya. Negosiasi adalah sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak - pihak yang terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan.


(42)

20

2.1.3 Kerja Tim

2.1.3.1Pengertian Kerja Tim

Penyelenggaraan kerja tim dilakukan karena pada saat sekarang ini tekanan-tekanan persaingan yang semakin meningkat, para ahli menyatakan bahwa keberhasilan organisasi akan semakin bergantung pada kerja tim daripada bergantung pada individual-individual yang menonjol. Konsep tim maknanya terletak pada ekspresi yang menggambarkan munculnya sinergi pada orang-orang yang mengikatkan diri dalam kelompok yang disebut dengan tim. Tracy (2006) menyatakan bahwa, kerja tim merupakan kegiatan yang dikelola dan dilakukan sekelompok orang yang tergabung dalam satu organisasi.

Kerja tim dapat meningkatkan kerja sama dan komunikasi di dalam dan di antara bagian-bagian perusahaan. Biasanya kerja tim beranggotakan orang-orang yang memiliki perbedaan keahlian sehingga dijadikan kekuatan dalam mencapai tujuan perusahaan. Sehingga kerja tim (teamwork) adalah bentuk kerja dalam kelompok yang harus diorganisasi dan dikelola dengan baik. Tim beranggotakan orang-orang yang memiliki keahlian yang berbeda-beda dan dikoordinasikan untuk bekerja sama dengan pimpinan. Terjadi saling ketergantungan yang kuat satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan atau menyelesaikan sebuah tugas. Dengan melakukan kerja tim diharapkan hasilnya melebihi jika dikerjakan secara perorangan.


(43)

21

Proses kerja dalam tim perlu dikelola dengan baik, oleh karena itu dibutuhkan kepemimpinan. Kepemimpinan sangat mendukung keberhasilan dalam kerja tim, sebab peranannya dapat menyatukan misi dan mendorong interaksi antaranggota agar lebih berkontribusi dengan maksimal. Pimpinan tim yang efektif mendorong timnya agar lebih berkinerja. Pimpinan harus mampu mengelola perbedaan kemampuan, bakat dan keahlian anggotanya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan pimpinan dalam tim akan lebih meningkat produktivitas anggotanya, dengan menetapkan kondisi orang bersedia memberikan yang terbaik dari diri mereka. Oleh karena itu pimpinan dan anggota tim harus bekerja secara sinergis agar terwujud tim yang efektif. West (2002) merinci ada 4 (empat) kekuatan dalam membangun tim yang efektif, yaitu:

1. Kelompok hendaknya mempunyai tugas-tugas yang menarik secara intrinsik agar berhasil. Anggota tim akan bekerja lebih keras jika tugas-tugas yang harus dikerjakannya secara intrinsik menarik minat, memotivasi, menantang, dan menyenangkan.

2. Individu seharusnya merasa dirinya penting bagi nasib kelompok. Satu hal yang akan menjadikan anggota tim bahwa kerjanya sangat penting bagi kelangsungan nasib kelompoknya adalah melalui penggunaan teknik penjelasan peran (role clarification) dan negosiasi (negotiation).

3. Kontribusi individual seharusnya sangat diperlukan, unik, dan teruji. Dampak keengganan sosial sangat berkurang pada anggota tim yang merasa kerja mereka bermanfaat bagi keberhasilan tim secara menyeluruh.

4. Seharusnya ada tujuan tim yang jelas dengan umpan balik kinerja yang tetap. Penting bagi para individu mempunyai tujuan yang jelas dan umpan balik kinerja (performance feedback) yang sama pentingnya bagi tim secara keseluruhan. Tujuan dapat berfungsi sebagai motivator keberhasilan tim jika umpan balik kinerja tercapai secara akurat.

Selanjutnya Williams (2008) membagi ada 5 (lima) hal yang menunjukkan peranan anggota dalam membangun kerja tim yang efektif, yaitu:

1. Para anggota mengerti dengan baik tujuan tim dan hanya dapat dicapai dengan baik pula dengan dukungan bersama, dan oleh karena itu mempunyai


(44)

22

rasa saling ketergantungan, rasa saling memiliki tim dalam melaksanakan tugas.

2. Para anggota menyumbang keberhasilan tim dengan menerapkan bakat dan pengetahuannya untuk sasaran tim, dapat bekerja dengan secara terbuka, dapat mengekspresikan gagasan, opini dan ketidaksepakatan, peranan dan pertanyaannya disambut dengan baik.

3. Para anggota berusaha mengerti sudut pandang satu sama lain, didorong untuk mengembangkan keterampilannya dan menerapkan pada pekerjaan, untuk itu mendapat dukungan dari tim.

4. Para anggota mengakui bahwa konflik adalah hal yang normal, atau hal yang biasa, dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif (bersifat memperbaiki).

5. Para anggota berpartisipasi dalam keputusan tim, tetapi mengerti bahwa pemimpin mereka harus membuat peraturan akhir setiap kali tim tidak berhasil membuat suatu keputusan, dan peraturan akhir itu bukan merupakan persesuaian.

Pelaksanaan kerja tim secara efektif akan berdampak pada kesuksesan tim dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu kerja tim harus dikelola dengan baik agar tetap solid. Kerja tim yang solid akan memudahkan manajemen dalam mendelegasikan tugas-tugas organisasi. Namun demikian untuk membentuk sebuah tim yang solid dibutuhkan komitmen yang tinggi dari manajemen. Hal terpenting adalah bahwa teamwork harus dilihat sebagai suatu sumber daya yang harus dikembangkan dan dibina sama seperti sumber daya lain yang ada dalam perusahaan. Proses pembentukan, pemeliharaan dan pembinaan teamwork harus dilakukan atas dasar kesadaran penuh dari tim tersebut sehingga segala sesuatu berjalan secara normal sebagai suatu aktivitas sebuah teamwork, meskipun pada kondisi tertentu manajemen dapat melakukan intervensi. Kerja tim merupakan sarana yang sangat baik dalam menggabungkan berbagai talenta dan dapat memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang mapan. selain itu keterampilan dan pengetahuan yang beraneka ragam yang dimiliki


(45)

23

oleh anggota kelompok juga merupakan nilai tambah yang membuat teamwork lebih menguntungkan jika dibandingkan seorang individu yang brilian sekalipun.

2.1.3.2Indikator-Indikator Kerja Tim

Berdasarkan definisi kerja tim yang dinyatakan Buchholz (2000) maka indikator-indikatornya sebagai berikut:

1. Kepemimpinan partisipatif (participative leadership), yaitu terciptanya kebebasan dengan mendorong, memberikan kebebasan memimpin dan melayani orang lain.

2. Tanggung jawab yang dibagikan (shared responsibility), yaitu terciptanya lingkungan yang menjadikan anggota tim merasa bertanggung jawab seperti tanggung jawab seorang manajer dalam pelaksanaan unit kerja.

3. Penyamaan tujuan (aligned on purpose), yaitu memiliki rasa tujuan yang sama sebagaimana dalam tujuan awal dan fungsi pembentukan tim.

4. Komunikasi yang intensif (intensive communication) yaitu terciptanya iklim kepercayaan dan komunikasi yang terbuka serta jujur.

5. Fokus pada masa yang akan datang (future focused), yaitu adanya perubahan sebagai sebuah kesempatan untuk berkembang (tumbuh).

6. Fokus pada tugas (focused on task), yaitu terciptanya fokus perhatian anggota tim pada tugas-tugas yang dilaksanakan.

7. Pengerahan bakat (talents), yaitu adanya perubahan rintangan-rintangan secara kreatif menjadi daya cipta dan penerapan bakat serta kemampuan individu.

8. Tanggapan yang cepat (rapid response), yaitu adanya pengidentifikasian dan pelaksanaan setiap respon secara cepat.

2.1.3.3Karakteristik Tim yang Sukses

Mangkuprawira (2009) menyatakan bahwa Kerja Tim terdiri dari sekumpulan karyawan yang dikoordinasi oleh ketua tim dan atau seorang manajer. Pada umumnya kerja tim dibentuk sebagai suatu kebutuhan organisasi agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Dengan kerja tim diharapkan fungsi kontrol akan berjalan lebih efektif dan


(46)

24

efisien. Konflik-konflik atau deviasi kerja bisa ditekan seminim mungkin dengan kepemimpinan yang kuat dari seorang manajer. Mekanisme hubungan sesama mitra kerja pun dapat berjalan intensif. Ketangguhan sebuah tim kerja dicirikan oleh orang-orang terpilih yang menduduki posisi tertentu dan mampu menjalankan tugas sesuai dengan kompetensinya. Keberhasilan tim merupakan akumulasi dari proses dan prestasi kerja setiap karyawan. Hal ini merupakan tugas dan hasil kolektif dalam suatu sistem kerja yang sinergis. Semakin tinggi kekuatan sinergitas diantara karyawan dan manajer semakin tinggi kekuatan sebuah tim. Tingkat kesalahan dalam pekerjaan pun dapat ditekan sekecil mungkin.

Sopiah (2008) menyatakan bahwa, Ada 6 (enam) karakteristik tim yang sukses yaitu: 1) mempunyai komitmen terhadap tujuan bersama, 2) menegakkan tujuan spesifik, 3) kepemimpinan dan struktur, 4) menghindari kemalasan sosial dan tanggung jawab, 5) evaluasi kinerja dan sistem ganjaran yang benar, dan 6) mengembangkan kepercayaan timbal balik.

Selain karakteristik di atas, Mangkuprawira (2009) menyatakan bahwa, Ciri-ciri yang mencerminkan terdapatnya keberhasilan sebuah kerja tim yang meliputi: 1) Kesamaan visi dan misi kerja, yaitu para karyawan dan manajer memiliki sudut pandang yang relatif sama dalam mengerjakan tugas perusahaan. Orientasi dan fokusnya pada proses dan hasil. Walau debat di antara karyawan tidak bisa dihindarkan namun selalu diarahkan pada bagaimana target hasil bisa dicapai. Perbedaan pendapat dianggap sebagai sesuatu yang wajar. 2) Prioritas perhatian dan tindakan pada sesuatu yang terbaik buat organisasi yaitu tim memandang baik buruknya kinerja perusahaan merupakan akumulasi dari kinerja tim. Sementara kalau perusahaan memiliki kinerja (profitability) yang baik maka akan berpengaruh terhadap kompensasi yang diberikan kepada karyawan. Semakin besar kompensasi semakin puas karyawan dalam bekerja. Pada gilirannya kinerja karyawan juga akan meningkat. Untuk itu tim yang baik adalah tim yang mampu mempertahankan bahkan mencapai tujuan organisasi yang lebih besar secara taat asas (konsisten). 3) Karyawan berkomitmen tinggi pada pekerjaan, yaitu pada umumnya tim yang kuat dicerminkan pula oleh kekuatan kepentingan para karyawannya. Tanggung jawab dan hak dibuat sedemikian rupa secara seimbang. Mereka tidak saja bekerja untuk kepentingan memperoleh taraf kehidupan keluarga yang semakin baik tetapi juga buat kesehatan organisasi. 4) Tim yang


(47)

25

kuat sebagai magnit talenta, yaitu dalam bekerja, setiap anggota tidak lepas dari suasana kompetisi sesama mitra kerja. Idealnya setiap orang ingin siap untuk demikian, namun dalam kenyataannya ada saja yang tidak bisa dan tidak biasa bekerja keras.

2.1.4 Kesuksesan Berwirausaha 2.1.4.1Sukses

Sukses pada setiap orang itu memiliki level yang berbeda-beda. definisi sukses bagi setiap orang itu berbeda karena keinginan setiap orang memang berbeda. Jadi yang berbeda itu adalah apa yang dicapainya, bukan pada definisi sukses. Artinya ada definisi sukses yang general, yang sama untuk setiap orang. Orang yang sukses adalah orang yang sudah memiliki satu jalan, dan terus fokus pada jalan itu. (Andrew Carnegie). Tracy (2006) juga mengungkapkan bahwa sukses adalah kemampuan untuk menjalani hidup anda sesuai dengan keinginan anda, melakukan apa yang yang paling dinikmati, dikelilingi oleh orang-orang yang anda senangi dan hormati.” Jadi sukses adalah keberhasilan untuk mencapai sebuah tujuan.

2.1.4.2 Kewirausahaan

Kewirausahaan diartikan secara harfiah sebagai hal-hal yang menyangkut keberanian seseorang untuk melakukan kegiatan bisnis maupun non bisnis secara mandiri. Usman (1997) dalam Daryanto dan Cahyono (2013) mengatakan wirausaha adalah seorang yang memiliki kombinasi unsur elemen internal yang meliputi kombinasi inovasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan kemampuan untuk


(48)

26

memamanfatkan peluang usaha. Swasono (1978) dalam Daryanto dan Cahyono (2013) mengatakan dalam konteks bisnis, wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, innovator, penanggung resiko yang memiliki visi kedepan, dan memiliki keunggulandalam berprestasi dibidang usaha.

Berdasarkan definisi di atas, wirausaha merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan secara intuisi dalam melihat dan mengelola setiap peluang yang ada, yaitu kesempatan usaha yang dimanfaatkannya untuk meraih keuntungan menuju kesuksesan. Oleh karena itu tingkah laku atau perilaku seseorang individu terbentuk karena adanya suatu interaksi antara seorang individu dengan lingkungannya.

Osborne & Gebler (1992) dalam Daryanto dan Cahyono (2013) mengatakan bahwa dalam perkembangan dunia dewasa ini dituntut pemerintah yang berjiwa kewirausahaan. Maksudnya adalah seorang pemimpin haruslah memiliki karakteristik wirausaha. Menurut Darmanto & Cahyono (2013) karakter adalah ciri, watak sifat, tingkah laku yang khas dari seorang wirausaha yang membedakannya dari orang lain yaitu :

a. Disiplin b. Kerja Keras c. Komitmen Tinggi d. Kreatif

e. Inovatif

f. Mandiri g. Realistis h. Jujur i. Prestatif


(49)

27

Menurut Meredith (1995) dalam Daryanto dan Cahyono (2013), ciri-ciri wirausahawan akan dijabarkan sebagai berikut ini:

1. Percaya Diri

Orang yang tinggi percaya dirinya adalah orang yang sudah matang jasmani dan rohaninya. Karakteristik kematangan seseorang adalah ia tidak tergantung pada orang lain, memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi, obyektif, dan kritis, emosionalnya stabil, tidak gampang tersinggung dan naik pitam. Kepercayaan diri merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Kepercayaan diri ini bersifat internal, sangat relatif, dinamis, dan banyak ditentukan oleh kemampuan untuk memulai, melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Oleh karena itu, kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan.

Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan secara sistematis, berencana, efisien dan efektif. Kepercayaan diri juga selalu ditunjukkan oleh ketenangan, ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan. Keberanian yang tinggi dalam mengambil resiko dan perhitungan matang yang diikuti dengan optimisme harus disesuaikan dengan kepercayaan diri. Oleh sebab itu, optimisme dan keberanian mengambil resiko dalam menghadapi suatu tantangan


(50)

28

dipengaruhi oleh kepercayaan diri. Kepercayaan diri juga ditentukan oleh kemandirian dan kemampuan diri sendiri. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi relatif lebih mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah sendiri tanpa menunggu bantuan orang lain.

Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila terdapat inisiatif. Perilaku inisiatif ini biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman mereka selama bertahun-tahun, dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, dan semangat berprestasi. Berbagai motivasi akan muncul dalam bisnis jika kita berusaha menyingkirkan prestise. Kita akan mampu bekerja keras, enerjik, tanpa malu dilihat teman, asal yang kita kerjakan adalah halal.

2. Pengambilan Resiko

Kemauan dan kemampuan untuk mengambil suatu resiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil resiko akan sukar memulai dan berinisiatif. Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Oleh sebab itu, wirausaha kurang menyukai resiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Resiko yang terlalu rendah akan memperoleh sukses yang relatif rendah. Sebaliknya resiko yang terlalu tinggi kemungkinan memperoleh sukses yang tinggi, tetapi dengan


(51)

29

kegagalan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, ia akan lebih menyukai resiko yang seimbang (moderat).

Wirausaha menghindari situasi resiko yang rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi situasi resiko yang tinggi karena ingin berhasil. Dalam situasi resiko dan ketidakpastian inilah wirausaha mengambil keputusan yang mengandung potensi kegagalan atau keberhasilan. Oleh sebab itu, pengambil resiko ditemukan pada orang-orang yang inovatif dan kreatif yang merupakan bagian terpenting dari perilaku kewirausahaan.

3. Kepemimpinan

Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, menjadi yang pertama dan menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya lebih cepat, lebih dulu dan dan segera berada di pasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga menjadi pelopor dalam proses produksi maupun pemasaran. Ia selalu memanfaatkan perbedaan sebagai sesuatu yang menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaruan untuk menciptakan nilai. Ia selalu ingin bergaul dan mencari peluang dan terbuka terhadap kritik serta saran yang kemudian dijadikan peluang.


(52)

30

4. Keorisinilan

Nilai inovatif, kreatif dan fleksibilitas merupakan unsur-unsur keorisinilan seseorang. Orisinal di sini ialah tidak hanya mengekor pada orang lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, ada ide yang orisinil, ada kemampuan untuk melaksanakan sesuatu. Orisinil tidak berarti baru sama sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi baru atau reintegrasi dari komponen–komponen yang sudah ada, sehingga akan melahirkan sesuatu yang baru. Kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru.

Seperti kita ketahui bahwa wirausaha mengacu pada orang yang melaksanakan proses penciptaan kesejahteraan dan nilai tambah. Jadi, jika para mahasiswa ingin menjadi wirausaha maka ia harus mempunyai sifat keberanian, keteladanan, dan berani mengambil risiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. Wirausaha tidak semata-mata dimotivasi oleh financial incentive, tetapi oleh keinginan untuk melepaskan diri dari lingkungan yang tidak diinginkannya. Di samping itu wirausaha ingin menemukan arti baru bagi kehidupannya.

5. Berorientasi ke masa depan

Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persfektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki pandangan yang jauh ke masa depan, maka ia selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya.


(53)

31

Kuncinya adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada saat ini. Meskipun terdapat resiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah untuk mencari peluang dan tantangan demi pembaruan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada saat ini. Oleh sebab itu ia selalu mempersiakannya dengan mencari peluang. Untuk menghadapi pandangan jauh ke depan, seorang wirausaha akan menyusun perencanaan dan strategi yang matang, agar jelas langkah– langkah yang akan dilaksanakan.

2.2Penelitian Terdahulu

Melihat masalah dan judul penelitian yang akan diteliti, maka diperlukan adanya pemaparan tentang penelitian terdahulu guna mengungkapkan fenomena yang sama dalam sudut pandang yang berbeda, sehingga penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan. Beberapa penelitian terdahulu mengenai soft skill yang mempengaruhi kesuksesan yang digunakan dalam penelitian ini.

Soft Skill atau keterampilan lunak menurut Berthhall dalam Putra & Pratiwi (2005) mendefinisikan soft skill sebagai “personal and interpersonal behaviour that develop and maximize human performance (e.g. coaching, team building, decision making, initiative).” merupakan tingkah laku personal dan interpersonal yang dapat


(54)

32

mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia (melalui pelatihan, pengembangan kerja sama tim, inisiatif, pengambilan keputusan lainnya.

1. Penelitian yang telah dilakukan oleh Hoegl dan George (2001) dengan judul Teamwork Qtiality and the Success of Innovative Projects, mengemukakan hiipotesis tentang hubungan antara kualitas tim kerja dan keberhasilan mengembangkan proyek menggunakan data dari 575 anggota tim, pemimpin tim, dan manajer dari 145 tim software jerman. Hasil penelitian menjukan bahwa kualitas tim kerja secara signifikan berpengaruh pada kinerja tim seperti dinilai oleh tim members.

2. Penelitian yang telah dilakukan oleh Navickiené dan Pevceviciüté (2009) dengan judul Communication Skills In Group/Team Work For Personal And Professional Development, hasilnya pencapaian sebuah kesuksesan bekerja adalah dengan kelompok ataupun sebuah tim yang baik serta komunikasi yang baik dapat menyelesaikan masalah sehingga tujuan dalam kelompok tersebut dapat cepat tercapai dengan baik.

3. Penelitian yang telah dilakukan oleh Hadiyati (2011) dengan judul Kreativitas dan Inovasi Berpengaruh terhadap Kewirausahaan Usaha Kecil, dengan sampel penelitian 53 pengusaha bengkel las di Malang. Penelitian ini menyatakan hubungan antara kreativitas dan inovasi terhadap kewirausahaan berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan.


(55)

33

4. Penelitian yang telah dilakukan oleh Harvard University of Amerika Serikat (AS), mengungkapkan bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan teknis saja (hard skill), tetapi juga dipengaruhi oleh keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengemukakan bahwa kesuksesan seseorang hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya sekitar 80% yaitu dengan soft skill (dalam artikel ilmiah Utomo, 2010).

5. Dalam buku Lesson From The Top Karangan Neff dan Citrin (1999) dalam Sailah (2008) yang mewawancarai 50 pengusaha sukses menyimpulkan bahwa dari sepuluh kiat sukses tersebut tak satupun menyebut pentingnya memiliki ketrampilan teknis (hard skill) sebagai persyaratan untuk sukses di dunia kerja. Lima Puluh orang tersebut seolah sepakat bahwa yang paling menentukan kesuksesan mereka bukanlah keterampilan teknis (hard skill), melainkan kualitas diri yang termasuk dalam kategori keterampilan lunak (soft skill) atau keterampilan berhubungan dengan orang lain (people skills). Sepuluh kiat sukses dan enam prinsip inti tersebut di atas semakin menegaskan pentingnya soft skills bagi pekerja dan pengusaha serta pemimpin masyarakat. Kriteria diatas bukan berarti tidak mementingkan hard skill dalam dunia usaha dan dunia kerja atau dunia bisnis sekalipun. Namun beberapa buku selalu menekankan bahwa di dalam dunia nyata selain hard skill, soft skill sangat menonjol peranannya dalam membawa orang mampu bertahan di puncak sukses.


(56)

34

2.3Kerangka Pemikiran

Atribut soft skills dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda, dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan bersikap. Namun, atribut ini dapat berubah jika yang bersangkutan mau merubahnya dengan cara berlatih membiasakan diri dengan hal-hal yang baru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh negara-negara Inggris, Amerika dan Kanada, ada 23 atribut softskills yang dominan di lapangan kerja. Ke 23 atribut tersebut diurut berdasarkan prioritas kepentingan di dunia kerja, yaitu:

1. Inisiatif 2. Etika/integritas 3. Berfikir kritis 4. Kemauan belajar 5. Komitmen 6. Motivasi 7. Bersemangat 8. Dapat diandalkan 9. Komunikasi lisan 10.Kreatif

11.Kemampuan analitis 12.Dapat mengatasi stres

13.Manajemen diri

14.Menyelesaikan persoalan 15.Dapat meringkas

16.Berkoperasi 17.Fleksibel 18.Kerja dalam tim 19.Mandiri

20.Mendengarkan 21.Tangguh

22.Berargumentasi logis 23.Manajemen waktu

Sharma (2009) dalam artikel ilmiah Utomo (2010), menyebutkan bahwa soft skills adalah seluruh aspek dari generic skills yang juga termasuk elemen-elemen kognitif yang berhubungan dengan non-academic skills. Ditambahkan pula bahwa, berdasarkan hasil penelitian, tujuh soft skills yang diidenfikasi dan penting dikembangkan pada peserta didik di lembaga pendidikan tinggi, meliputi; keterampilan berkomunikasi (communicative skills), keterampilan berpikir dan menyelesaikan masalah (thinking skills and Problem solving skills), kekuatan kerja


(57)

35

tim (team work force), belajar sepanjang hayat dan pengelolaan informasi (life-long learning and Information management), keterampilan wirausaha (entrepreneur skill), etika, moral dan profesionalisme (ethics, moral and professionalism), dan keterampilan kepemimpinan (leadership skills).

Dari sekian banyak atribut soft skill tersebut semuanya memang harus saling melengkapi dan mendukung, tetapi dari banyaknya atribut soft skill diatas, saya menyorot beberapa point atau modal utama yang sangat menunjang kesuksesan dalam berwirausaha yaitu perilaku inovatif, keterampilan berkomunikasi dan kerja tim merupakan sumbu utama yang mendukung point soft skill yang lainnya. Perilaku inovatif sangatlah diperlukan bagi seorang wirausaha karena sebuah usaha tidak akan dapat muncul serta berkembang tanpa adanya prilaku inovatif. Karakter yang kreatif hingga dapat menciptakan sebuah inovasi baru, tentunya hal itu sangat mendukung keberlangsungan usaha dalam melakukan persaingan menuju kesuksesan.

Keterampilan berkomunikasi juga tidak kalah pentingnya karena keterampilan tersebut merupakan hal yang mendasar yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan untuk dapat mennyampaikan ide-ide inovatif kepada karyawan maupun konsumen hingga ide-ide tersebut dapat dimengerti dengan baik oleh mereka. Selain berbicara, didalam keterampilan berkomunikasi juga harus dapat mendengar bagaimana pendapat dari karyawan maupun konsumen agar dapat tercipta hubungan timbale balik yang baik. Keterampilan berkomunikasi juga dapat


(58)

36

dipergunakan untuk memperluas jaringan usaha seperti memperaktekan teknik lobi yang baik hingga lawan bicara kita dapat mempercayai apa yang kita sampaikan.

Selanjutnya adalah kerja tim yang cukup diperhatikan ketika usaha tersebut muncul dan mulai berkembang. Hal ini menjadi sorotan karena sebelum kita dapat bekerja dalam sebuah tim tentu haruslah kita dapat memenejemen diri terlebih dahulu, agar kita dapat diterima dalam tim tersebut. Anggota-anggota dalam tim dicontohkan seprti organ tubuh manusia yang ketika salah satu organ tersebut tidak bekerja dengan baik maka dapat dipastikan bahwa manusia itu juga tidak akan dapat bekerja dengan maksimal.

Gambar 1. Model Penelitian

2.4Hipotesis

Berdasarkan hubungan antara tujuan penelitian serta kerangka pemikiran teoritis terhadap rumusan masalah penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

Keterampilan berkomunikasi

Internal

Kesuksesan berwirausaha Kerja Tim

Prilaku Inovatif Perilaku Inovatif


(59)

37

1. Pengaruh perilaku inovatif secara parsial terhadap kesuksesan berwirausaha Ha1 :Perilaku inovatif secara parsial berpengaruh terhadap kesuksesan

berwirausaha.

H01 :Perilaku inovatif secara parsial tidak berpengaruh terhadap

kesuksesan berwirausaha.

2. Pengaruh keterampilan komunikasi secara parsial terhadap kesuksesan berwirausaha

Ha2 :Keterampilan komunikasi secara parsial berpengaruh terhadap

kesuksesan berwirausaha.

H02 :Keterampilan komunikasi secara parsial tidak berpengaruh

terhadap kesuksesan berwirausaha.

3. Pengaruh kerja tim secara parsial terhadap kesuksesan wirausaha

Ha3 :Kerja tim secara parsial berpengaruh terhadap kesuksesan

berwirausaha.

H03 :Kerja tim secara parsial tidak berpengaruh terhadap kesuksesan

berwirausaha.

4. Pengaruh perilaku inovatif, keterampilan komunikasi, dan kerja tim secara simultan terhadap kesuksesan berwirausaha

Ha4 :Perilaku inovatif, keterampilan komunikasi, dan kerja tim secara

simultan berpengaruh terhadap kesuksesan berwirausaha.

H04 :Perilaku inovatif, keterampilan komunikasi, dan kerja tim secara


(60)

38

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research. Menurut Sugiyono (2010), penelitian eksplanasi adalah penelitian yang digunakan untuk menjelaskan kedudukan-kedudukan dari variabel-variabel yang di teliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Maka penelitian yang di lakukan untuk menguji hubungan variabel independen yaitu prilaku inovatif (X1), keterampilan berkomunikasi (X2), kerja tim (X3), dan variabel dependen kesuksesan berwirausaha (Y).

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian Arikunto (2000). Populasi dalam penelitian ini adalah wirausahawan sukses yang memiliki usaha di Bandar Lampung. Selanjut nya sampel yaitu sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah wirausahawan yang sudah memiliki kemajuan yang signifikan dalam mengembangkan usahanya.


(1)

56

3.8.3.3Uji R2

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar presentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen (Priyatno, 2013). Nilai koefisien determinasi adalah 0 <R2< 1. Jika nilai koefisien determinasi (R2) semakin mendekati angka 1, maka model regresi dianggap semakin baik, karena variabel independen mampu menjelaskan variabel dependennya (Nurgianto dalam Susanti, 2012).

Table 6. Pedoman Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi

Interval koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,19 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2004)

Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel. R2 dapat dirumuskan:

R2= ∑ ∑ ∑

Sumber: Sugiyono (2010) Dimana:

b1 = Koefisien Regresi Variabel Prilaku Inovatif

b2 = Koefisien Regresi Variabel Ketrampilan Komunikasi b3 = Koefisien Regresi Variabel Kerja Tim

X1 = Prilaku Inovatif

X2 = Keterampilan Komunikasi X3 = Kerja Tim


(2)

100

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai faktor perilaku inovatif, keterampilan komunikasi dan kerja tim terhadap kesuksesan berwirausaha maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara parsial keterampilan komunikasi dan kerja tim berpengaruh tidak signifikan terhadap kesuksesan berwirausaha di Bandar Lampung. Hal ini menunjukan bahwa keterampilan komunikasi dan kerja tim bukan menjadi faktor utama dalam pencapaian kesuksesan berwirausaha, walaupun faktor-faktor tersebut mendapat banyak jawaban setuju dari para responden tetapi jika melihat dari objek usahanya yang belum terlalu besar atau usaha menengah kebawah maka masih ada faktor lain yang lebih berperan dominan dalam menunjang kesuksesan berwirausaha tersebut. 2. Secara parsial variabel perilaku inovatif berpengaruh signifikan terhadap

kesuksesan berwirausaha di Bandar Lampung. Maka variabel perilaku inovatif cukup dibutuhkan dalam pencapaian kesuksesan berirausaha di Bandar Lampung.


(3)

101

3. Secara simultan faktor perilaku inovatif, keterampilan komunikasi dan kerja tim berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan berwirausaha di Bandar Lampung. Sedangkan perilaku inovatif menjadi variabel paling dominan dalam penelitian ini.

5.2 Saran

Beberapa saran dan pertimbangan dalam penelitian ini antara lain :

1. Penelitian ini hanya mengambil sampel penelitian pengusaha sukses yang memiliki usaha di Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan diseluruh kecamatan di BandarLampung maka akan ditemui latar belakang sosial, ekonomi dan budaya yang berbeda sehingga kemungkinan akan terbentuk pola perilaku kesuksesan berwirausaha yang berbeda pula. Sebaiknya dalam penelitian-penelitian selanjutnya, perlu penelitian dengan sampel lebih banyak lagi serta pengusaha yang lebih sukses lagi.

2. Berdasarkan penelitian ini, untuk pengusaha yang menjalankan kegiatan usahanya selain memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dapat berbelanja harus juga terus menerus menjaga dan meningkatkan kulalitas produk yang dimiliki dengan cara terus berinovasi dengan didukung oleh kemampuan wirausaha yang baik, kinerja dalam tim serta tidak mengabaikan keterampilan komunikasi. Sehingga tujuan dari usaha tersebut dapat perlahan-lahan tercapai.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto & Aris Dwi Cahyono. 2013. Kewirausahaan: Penanaman Jiwa Kewirausahaan Penerbit Gava Media. Malang

De Jong, J & Hartog, D D. 2003. Leadership as a determinant of innovative

behaviour. A Conceptual framework.

http://www.eim.net/pdf-ez/H200303.pdf. 21 April 2006

De Jong, JPJ & Kemp, R. 2003. Determinants of Co-workers’s Innovative Behaviour: An Investigation into Knowledge Intensive Service. International Journal of Innovation

Febe, Chen 2009, Menjadi Pribadi Unggul: Being a High Achiever, GPU, Jakarta Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badab penerbit Universitas Diponegoro.

Giblin, Leslie T. 2001. Skill with People. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Hadiyati, Ernani. 2011. Kreativitas dan Inovasi Berpengaruh terhadap Kewirausahaan Usaha Kecil. Universitas Gajayana. Malang

Hoegl, Martin dan Hans Georg Gemuenden. 2001. Teamwork Qtiality and the Success of Innovative Projects. Washington State University. Berlin, Germany.


(5)

Jogiyanto. 2007, Metode Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Penerbit: BPFE- Yogyakarta, Yogyakarta.

Navickiené, Violeta dan Sigita Pevceviciüté (2009). Communication Skills In Group/Team Work For Personal And Professional Development. Klaipédos universitetas.

Neff, TJ dan J.M Citrin. 2010. Lesson from The Top. Doubleddy Business. New York Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka.

Cipta. Jakarta

Pace, R. Wayne dan F. Faules, Don. 2006. Komunikasi Organisasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Priyatno, Dwi. 2013. Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate dengan SPSS. Penerbit Gava Media, Yogyakarta

Putra, I.S. dan Pratiwi A. 2005. Sukses dengan Soft Skills. Direktorat Pendidikan ITB. Bandung

Sadbudhy Rahayu, Endang dan I Made Nuryata, 2011. Pengembangan Soft Skill di SMK. Sekarmita. Jakarta

Sailah, Illah, 2008. Pengembangan Soft Skill di Perguruan Tinggi. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Bogor

Santoso, S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 2000. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Skinner, B.F. 1938. The Behavior of Organisms: An Experimental Analysis. Massachusetts: B.F. Skinner Foundation, Cambridge


(6)

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Penerbit CV. Alfabeta, Bandung Suranto, Aw. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Suryana, Yuyus dan Kartib Bayu. 2010. Kewirausahaan (Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses. Prenada Media Group. Jakarta.

Tracy, Brian. 2006. The Psychology of Selling: Increase Your Sales Faster and Easier Than You Ever Thought Possible. Look Inside. California

Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Utomo, Hardi. 2010. Artikel Ilmiah “Kontribusi Soft skill dalam Menumbuhkan Jiwa

Kewirausahaan”. STIE AMA Salatiga. Salatiga