STUDI KOMPARASI PENERAPAN METODE AMTSILATI DAN METODE AL MIFTAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA KITAB KUNING BAGI SANTRI BARU PONDOK PESANTREN SYAICHONA MOH. CHOLIL BANGKALAN.

(1)

STUDI KOMPARASI PENERAPAN METODE AMTSILATI DAN METODE AL MIFTAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MEMBACA KITAB KUNING BAGI SANTRI BARU PONDOK PESANTREN SYAICHONA MOH. CHOLIL BANGKALAN

SKRIPSI

Disusun Oleh :

IMAROTUL HASANAH NIM.D91212164

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Imarotul Hasanah. 2016. Study Komparasi Penerapan Metode Amtsilati dan Metode Al Miftah dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning Bagi Santri Baru Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

Kata Kunci :Komparasi, Hasil Belajar, Pondok Pesantren, Kitab Kuning, Metode Amtsilati, Metode Al Miftah.

Dalam dunia pondok pesantren, istilah “kitab kuning”, sudah cukup populer, yaitu kitab-kitab berbahasa Arab yang dikarang oleh ulama’ masa lalu, khususnya di abad pertengahan. Terdapat beberapa metode cara membaca kitab kuning diantaranya adalah Metode Amtsilati dan Metode Al Miftah. Kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena pengalaman penulis yang pernah mengenyam pendidikan Pondok Pesantren dan didorong rasa ingin tahu, maka penulis melakukan penelitian tentang perbandingan penerapan Metode Amtsilati dan Metode Al Miftah di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

Tujuan utama penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui hasil belajar santri menggunakan metode Amsilati di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan, 2) Untuk mengetahui hasil belajar santri menggunakan metode Al-Miftah di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan, 3) Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar antara metode Amsilati dengan metode Al-Miftah dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning bagi santri baru di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

Metode penelitian ini adalah kuantitaif. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif dan eksplanatif. Santri baru angkatan 2014/2015 berjumlah 400 santri sedangkan santri baru angkatan 2015/2016 berjumlah 350 santri. Santri yang dijadikan sampel adalah 76 santri, yang masing-masing tahun ajaran diambil 38 sanri. Perhitungan hasil ini menggunakan rumus statistik T-Test. Hasil penelitian ini menunjukkan : 1) Rata-rata nilai hasil belajar menggunakan Metode Amtsilati adalah 89,4 dari nilai sempurna yaitu 100. 2) rata-rata nilai hasil belajar menggunakan Metode Al Miftah adalah 91,1 dari nilai sempurna Metode Amtsilati adalah 100. 3) Penerapan Metode Amtsilati di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan tidak lebih efektif dari pada Metode Al Miftah dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning bagi santri baru. Hal ini dapat dibuktikan dengan menggunakan perhitungan T-test yang bernilai t stat (-1.040) < t table (0.408), yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak.


(7)

ABSTRACT

Hasanah, Imarotul. 2016. Comparative Study Implementation Amtsilati Method and Al Miftah Method to Improve Reading Ability Yellow Book For New Students in Syaichona Moh. Cholil Bangkalan Cottage

Keyword : Comparison of Results Learning, Islamic Boarding School, Yellow Book, Amtsilati method, Al Miftah Method.

In the world of the boarding school, the term "yellow book", is already quite popular, namely Arabic books written by scholars' past, particularly in the Middle Ages. There are several methods of how to read yellow books include Amtsilati Method and Method Al Miftah. Both methods have advantages and disadvantages of each. Hence the author's experience had attended boarding school and driven curiosity, the authors conducted research on the application of the comparative method, there are Amtsilati method and Al Miftah Method in Syaichona Moh. Cholil Bangkalan cottage.

The main objective of this research are: 1) To determine the learning outcomes of students using methods Amsilati at boarding Syaichona Moh. Cholil Bangkalan, 2) To determine the learning outcomes of students using the Al-Miftah in Syaichona Moh. Cholil Bangkalan cottage, 3) To know the comparison of learning outcomes between methods Amsilati with Al-Miftah method in enhancing the ability to read yellow books for new students at the boarding school Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

This research method is quantitative. By using a descriptive approach and eksplanatif. 2014/2015 batch of new students numbered 400 students while the new generation of students 2015/2016 amounted to 350 students. Pupils sampled is 76 students, each school year taken 38 student. The calculation results using statistical formulas T-Test. The results showed: 1) The average grade of learning outcomes using Amtsilati method was 89.4 out of a perfect score is 100. 2) the average value of learning outcomes using Al Miftah method was 91.1 out of a perfect score is 100 Amtsilati method. 3) Implementation method Amtsilati at boarding Syaichona Moh. Cholil Bangkalan no more effective than Al Miftah method in enhancing the ability to read yellow books for new students. This can be proved by using T-test calculations of value t stat (-1040) <t table (0408), which means that accepted Ha and rejected Ho.


(8)

صلختسم

.ةنسحلا ةرامع

6102

.

نراقما ةسارد

ة

تل

لا نب قيبط

و"يلثما" ةقيرط

نسحتل "حاتفما"

بتكةءارقةراهم

باطلل ةيثارت

ليلخ دمح ا خيش يماسإ دهعمددجا

-نااك ب

تاملك

ثحبلا

تن،ةنراقما:

ةجي

بتك،يماسإدهعم،ملعتلا

."حاتفما"ةقيرطلا،"يلثما" ةقيرط،ةيثارت

ناك

يماسإادهعما

احلطصم

بتكلا"

،"ةيثارلا

لعفلابو

ي و،ةربكةيبعش

بتكلا

بتكةيبرعلا

اميساو،ةقباسلاءاملعلا

.ىطسولارصعلا

كا

قرطةدع

بتكلاةءارقةيفيكل

لمشتوةيثارلا

نتقيرطلااتلك."حاتفم"ةقيرطلاو"يلثمأ"ةقيرطلا

لك ناصقنوايازماه

ه م

م

فلؤما ناك كلذلو .ا

يماسإا دهعمااورضحدق

ماقف، اورضحتسا و

ثح فلؤما

ا

نع

ةنراقم

لا

قيبطت

و"يلثمأ" ةقيرط

"حاتفما"

ليلخ دمح ا خيش يماسإ دهعم

.نااك ب

و

فدها

يسيئرلا

نم

ثحبلااذ

1

لوصح ةفرعم )

ملعتلا

باطلل

مادختساب

ةقيرطلا

ليلخ دمح ا خيش يماسإ دهعم"يلثمأ"

،نااك ب

2

)

لوصح ةفرعم

ملعتلا

باطلل

مادختساب

دهعم"حاتفما" ةقيرطلا

ليلخ دمح ا خيش يماسإ

،نااك ب

3

)

نبةنراقماةفرعم

تن

ي

ج

ة

ملعتلا

نب

نسحتل"حاتفما"و"يلثمأ" ةقيرط

بتكةءارقةراهم

باطلل ةيثارت

دمح ا خيش يماسإ دهعمددجا

ليلخ

.نااك ب

ثحبلاةقيرط ذ

ي

قيرط

ة

يمك

ة

مادختساب .

جه ما

يفصولا

باطلا و

ة س ددجا

2014

/

2015

غلبت

ددع

400

بلاط

ةبلاطو

و

ا

رخ

ليج

ة سديدجا

2015

/

2016

غلبت

ىإ

350

و اجذوم بلاطلا ناكو .ابلاط

76

،ابلاط

لك

ماع

38

.ابلاط

ذ و

تن

ةجي

مادختساب

غيصلا

ةيئاصحإا

(T-Test)

.

و

ترهظأ

:جئات لا

1

ناكو )

ت

ملعتلةلدعم ةجرد

مادختساب

ا

ب

ةقيرط

"يلثمأ"

89.4

نم

لامكلاةجرد

و

100

.

2

ناكو )

ت

ملعتلةلدعم ةجرد

مادختساب

ا

ب

"حاتفما"ةقيرط

91.1

نم

لامكلاةجرد

و

100

. 3)

ا خيش يماسإ دهعم "يلثمأ"ةقيرط قيبطت

ليلخ دمح

نااك ب

سيل

نمةيلاعفرثكأ

"حاتفما" ةقيرط

نسح

بتكةءارقةراهم

باطلل ةيثارت

نكماذ و .ددجا

نا

تبثي

مادختساب

تاباسح

(T-Test)

ةميق

(T-Stat)

(

-1040

< )

T

Table

(

0.408

،)

ىلع

"نأ

Ha

"

و

لوبقما

و

"

Ho

"

ةدودرم

.


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

MOTTO ... iii

LEMBARAN KEASLIAN TULISAN ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... xii

KATA PENGANTAR ... xiii

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Asumsi Penelitian ... 10

G. Hipotesis Penelitian ... 11

H. Definisi Operasional ... 12

I. Metodologi Penelitian ... 15

J. Sistematika Pembahasan ... 22


(10)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Metode Amtsilati ... 23

1. Pengertian Metode Amtsilati ... 23

2. Sejarah dan Perkembangan Metode Amtsilati ... 26

3. Langkah-langkah Metode Amtsilati ... 28

4. Garis-garis Besar Metode Amtsilati ... 29

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Amtsilati ... 30

6. Efektifitas Metode Amtsilati dalam Pembelajaran Kitab Kuning.... 32

B. Tinjauan Tentang Metode Al Miftah ... 33

1. Pengertian Metode Al Miftah ... 33

2. Sejarah dan Perkembangan Metode Al Miftah ... 34

3. Langkah-langkah Metode Al Miftah ... 35

4. Garis-garis Besar Metode Al Miftah ... 36

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Al Miftah ... 37

6. Efektifitas Metode Al Miftah dalam Pembelajaran Kitab Kuning ... 38

C. Perbedaan Antara Metode Amtsilati dan Metode Al Miftah ... 41

D. Tinjauan Tentang Kemampuan Membaca Kitab Kuning ... 43

1. Pengertian Kitab Kuning ... 43

2. Tehnik Membaca Kitab Kuning ... 44

3. Peran Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Kitab Kuning ... .46

E. Tinjauan Tentang Pondok Pesantren ... 51

1. Pengertian Pondok Pesantren ... 51

2. Tujuan Pondok Pesantren ... 55

3. Fungsi dan Peranan Pondok Pesantren ... 58

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rencana Penelitian ... 61


(11)

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 65

D. Teknik Analisis Data ... 69

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 76

B. Penyajian dan Analisis Data ... 87

1. Penyajian Data ... 87

2. Analisis Data ... 92

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 97

B. Diskusi ... 98

C. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... RIWAYAT HIDUP ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ...


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sample santri ... 64

Tabel 3.2 Kategori perolehan nilai rata-rata ... 72

Tabel 3.3 Analisis data ... 74

Tabel 4.1 Sarana dan prasarana Pondok Pesantren ... 80

Tabel 4.2 Nama pengajar di Pondok Pesantren ... 82

Tabel 4.3 Jadwal Kegiatan Santri... 85

Tabel 4.4 Nilai hasil belajar santri metode Amtsilati ... 88

Tabel 4.5 nilai hasil belajar santri metode Al Miftah ... 90


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Santri Baru ajaran 2014/2015

Lampiran 2 Data Santri Baru ajaran 2015/2016

Lampiran 3 Pertanyaan Wawancara

Lampiran 4 Surat Tugas

Lampiran 5 Kartu Konsultasi Skripsi

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan pembelajaran merupakan bagian yang paling penting dalam penerapan kurikulum pendidikan. Bahkan, keberhasilan kurikulum di tentukan oleh kegiatan pembelajaran, karena kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan yang paling utama di dalam pendidikan. Ciri utama kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi yang terjadi antara santri dengan dengan lingkungan belajarnya, baik dengan guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar lainnya. Ketika guru melaksanakan kegiatan pembelajaran seyogyanya memahami bagaimana menerapkan dan merumuskan kegiatan pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Kendala dalam pembelajaran merupakan persoalan yang selalu digelisahkan oleh guru adalah menyangkut keaktifan seorang santri. Sebagai orang yang bertugas mengelola kegiatan belajar dan mengajar, guru seringkali dihadapkan dengan masalah rendahnya keaktifan santri dalam mengikuti proses pembelajaran serta terlalu singkatnya para santri dalam pencarian ilmu di pondok pesantren. Proses pembelajaran merupakan transformasi pengetahuan, sikap dan ketrampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental dari peserta


(15)

2

didik. Maka, keterlibatan peserta didik baik secara fisik maupun mental sebagai bentuk pengalaman yang sangat penting di dalam proses pembelajaran.

Sedangkan, di beberapa lembaga pesantren, para guru sering dihadapkan pada kenyataan bahwa santri mengalami kebosanan dan penurunan ketertarikan dalam belajar dan terlalu singkatnya masa santri di Pesantren, sehingga proses belajar tidak terlaksana secara efektif. Oleh karena itu, guru sebagai seorang pendidik yang profesional diharapkan mampu mengembangkan aktivitas belajar santri, baik aktivitas fisik maupun mental guna menciptakan suasana belajar yang berkualitas. hal tersebut bisa dilihat dari keaktifan santri dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Dalam meningkatkan keaktifan tersebut terutama didalam peningkatan kemampuan baca kitab kuning bagi santri baru, seorang pendidik dituntut untuk melakukan perubahan yang sifatnya inovatif dan kreatif. Berbagai metode dijalankan oleh pendidik untuk memacu keaktifan belajar santri. Namun dalam kenyataanya, tidak jarang guru mengalami kesulitan dalam pemilihan metode yang tepat penerapannya dalam kegiatan tersebut. Sebab, kurangnya daya dukung metode tentu berimbas pada kurangnya efektifitas dan efisiensi dalam kegitan pembelajaran.

Maka dalam hal ini, metode memainkan peran penting dalam terlaksanaanya kegitan pembelajaran. Bahkan, ada sebuah pepatah yang diungkapkan oleh Arief, bahwa dalam dunia proses belajar mengajar, yang disingkat dengan PBM, dikenal dengan ungkapan “Metode jauh lebih penting


(16)

3

daripada materi”.1 Sedangkan menurut KH. Imam Zarkasyi seorang pendiri pondok modern Gontor juga pernah menyatakan bahwa:

ةقيرطلا نم م ا سردما حورو ةداما نم م ا ةقيرطلا

(metode itu lebih penting dari materi, tetapi pribadi guru lebih penting daripada metode).

Ungkapan tersebut artinya bahwa seorang guru yang mengajarkan keimanan, bisa saja mengajarkan konsep-konsep keimanan dengan materi yang lengkap, dalam, luas dan akurat. Akan tetapi kemampuan guru menguasai metode bagaimana menyampaikan materi yang dikuasai yang akan menjadi kunci kesuksesannya dalam mengajar. Beda mengajar beda mendidik. Kalau tujuannya untuk mendidik, apalagi mendidik keimanan, maka penguasaan materi dan metode tidaklah cukup, akan tetapi haruslah materi keimanan itu “terpribadi” dalam diri guru. Artinya guru akan berhasil mendidik keimanan kalau gurunya benar-benar beriman. Disinilah transfer dan “setruman” iman akan terjadi dan membuahkan hasil. Dan ini akan semakin sempurna apabila “keimanan” guru ini benar-benar diimplementasikan dalam kehidupan sehari-harinya, jadi suri tauladan bagi murid-murid dan masyarakatnya.2

Hal tersebut cukup rasional karena secara tidak langsung cara yang digunakan akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran kitab kuning.

1


(17)

4

Metode tidak hanya berfungsi sebagai penarik minat peserta didik dalam belajar dan mengurangi kebosanan santri dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, melainkan juga meningkatkan kualitas dan kemampuan baca kitab kuning, minimal paham kitab Fathul Qarib.

Begitu pula dalam kegiatan pembelajaran kitabiyah yang berlangsung di pondok pesantren, tidak lepas dari unsur-unsur yang berhubungan dengan metode pembelajaran, sebab penggunaan metode pembelajaran yang kurang dapat menyebabkan terhambatnya proses pembelajaran yang dilangsungkan. Sebagaimana lazimnya pesantren, pola metode pembelajaran yang digunakan, biasanya masih berpusat pada guru/kiai, sehingga seorang kyai atau ustadz dituntut untuk menguasai metode pembelajaran yang tepat untuk santrinya. Salah satu metode yang digunakan untuk membaca kitab kuning yaitu Metode Amtsilati yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Darul Falah Jepara dan Metode Al-Miftah yang baru dikembangkan oleh Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan .

Kenyataan ini sebenarnya sudah sangat umum dipahami oleh para peneliti atau pengkaji sistem pendidikan pesantren bahwasanya memiliki keunikan tersendiri. Seperti yang dikatakan Abdurrahman Wahid bahwa keunikan pengajaran di pesantren dapat ditemui pada cara pemberian pelajarannya, dan kemudian dalam penggunaan materi yang telah diajarkan dan dikuasai oleh


(18)

5

santri.3 Pelajaran yang diberikan dalam pengajian yang berbentuk seperti kuliah terbuka, dimana sang kiai membaca, menerjemahkan, kemudian santri membaca ulang, mempelajari di luar waktu, atau mendiskusikannya dengan teman sekelas dalam bentuk yang dikenal dengan musyawarah, takror, dan lain sebagainya.

Secara umum metode pembelajaran yang diterapkan di pondok pesantren mencakup dua aspek, yaitu :

1. Metode yang bersifat tradisional (Salaf) 2. Metode pembelajaran modern (Tajdid)

Metode Amtsilati dan metode Al-Miftah termasuk kedalam metode pembelajaran modern, bahkan metode tersebut menjadi metode yang paling banyak digunakan dalam kegiatan pembelajaran kitabiyah di lingkungan pesantren. Ini merupakan bukti bahwa metode ini memiliki kekhasan tersendiri sebagai bentuk metode yang cakupannya tidak hanya pada pencapaian target dalam keberhasilan kemampuan baca kitab kuning, melainkan juga pada proses pemahaman dan kemampuan membaca dan memahami kitab kuning yang berlangsung di pesantren.

Metode Amtsilati adalah metode cara cepat belajar kitab kuning. Metode ini dikenalkan pertama kali di Jepara pada tanggal 16 juni 2002. Metode Amsilati ini bermula ketika seorang alumni pondok pesantren yang sedang merintis sebuah pondok pesantren kesulitan mengajarkan cara membaca kitab kepada

3

Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, (Yogyakarta: Lkis, 2010), Cet. Ke- 3, h. 6


(19)

6

muridnya karena proses belajar mengajarnya menggunakan metode menulis bait-bait di papan tulis, selanjutnya dibaca dan dipelajari bersama-sama dengan murid..4

Dari peristiwa itu kemudian muncullah metode amtsilati yang berarti beberapa contoh dari saya. Metode Amtsilati terdiri dari lima jilid yang dijadikan pembelajaran bagi peserta didik, dua jilid tatimmah (praktek) yang biasanya diterapkan setelah materi lima jilid selesai, satu khulasoh yang dijadikan sebagai dasar atau nadzaman, satu qo’idati (kumpulan kaidah-kaidah). Sedangkan Metode Al-Miftah juga merupakan metode cara cepat membaca kitab kuning. Metode ini merupakan metode baru yang dirumuskan oleh Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan.5 Metode Al-Miftah terdiri dari empat jilid dan pada jilid ketiga terdapat tambahan kitab yaitu Edisi Tashrif. Setelah santri menyelesaikan semua jilid kemudian dilanjutkan dengan praktek membaca kitab kuning.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang penerapan metode metode Amtsilati dan metode Al-Miftah dalam kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan penelitian di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan yang dimana kegiatan pembelajarannya masih mempertahankan metode Amtsilati dan

4

H. Taufiqul Hakim, Tawaran Revolusi Sistem Pendidikan Nasional, (Berbasis Kompetisi dan Kompetensi)(Jepara: PP. Darul Falah,2004), h. 7

5

BATATARMA (Badan Tarbiyah Wa Taklim Madrasi Pondok Pesantren Sidogiri),Al-Miftah al-Ulum,Mudah belajar Membaca Kitab, (Pasuruan : Pustaka Sidogiri)


(20)

7

Miftah sebagai salah satu metode yang diterapkan dalam proses meningkatkan kemampuan baca kitab kuning, minimal Kitab Fathul Qarib.

Berpijak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti ingin mengkaji dan membandingkan dua metode dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning khususnya kitab Fathul Qarib, yaitu metode Amtsilati dan metode Al-Miftah. Dengan mengharap ridho dan inayah Allah SWT, peneliti mengambil tema penelitian yang berjudul “Study Komparasi Penerapan Metode Amsilati Dan Metode Al-Miftah Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning Bagi Santri Baru Di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan”.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana hasil belajar santri menggunakan metode Amsilati di Pondok

Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan?

2. Bagaimana hasil belajar santri menggunakan metode Al-Miftah di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan?

3. Bagaimanakah perbandingan hasil belajar antara metode Amsilati dengan metode Al-Miftah dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning bagi santri baru di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan?


(21)

8

C. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan yang ada pada penulis maka penulis memberikan batasan masalah dengan fungsi mempersempit obyek yang akan diteliti agar lebih terarah, maka masalah hanya dibatasi pada penerapan metode Amtsilati dan metode Al-Miftah yang penelitiannya kepada santri baru dalam meningkatkan membaca kitab kuning minimal kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

D. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang telah penulis kemukakan di atas, tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui hasil belajar santri menggunakan metode Amsilati di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan

2. Untuk mengetahui hasil belajar santri menggunakan metode Al-Miftah di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan

3. Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar antara metode Amsilati dengan metode Al-Miftah dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning bagi santri baru di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan


(22)

9

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan telaah khususnya pada peneliti sendiri dan umumnya kepada para pendidik, untuk meningkatkan dedikasi dan loyalitas terhadap tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik, terutama di pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

2. Praktis

a. Bagi Pendidik (kyai/ustadz)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi oleh para tenaga pendidik umumnya dan tenaga pendidik di pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan dalam penerapan metode Amtsilati dan Metode Al- Miftah dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

b. Bagi Orang Tua

Bagi orang tua santri Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan memperoleh informasi tentang penerapan metode Amtsilati dan Metode Al- Miftah


(23)

10

dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

c. Bagi Tokoh Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning dalam masalah penerapan metode Amtsilati dan Metode Al- Miftah.

d. Bagi peneliti

Kegunaan penelitian ini bagi penulis sebagai pengembangan kemampuan dan penalaran berfikir. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk menambah wawasan dan memberikan pengalaman yang sangat penting dan berguna sebagai calon tenaga kependidikan.

F. Asumsi Penelitian

Sebelum melakukan sebuah penelitian, seorang peneliti haruslah telah memiliki anggapan dasar atas penelitian yang dilakukan. Hal ini akan mempermudah bagi peneliti untuk menggali informasi lebih lanjut melalui data-data yang didapatkan. Di dalam penelitian anggapan-anggapan semacam ini sangatlah perlu dirumuskan secara jelas sebelum melangkah mengumpulkan data, menurut Suharsimi Arikunto merumuskan asumsi adalah penting dengan tujuan sebagai berikut:6

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h. 58.


(24)

11

a. Agar ada dasar berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti. b. Untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian.

c. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis.

Adapun asumsi yang penulis rumuskan adalah

a. Penerapan metode Amtsilati di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning bagi santri baru.

b. Penerapan metode Al-Miftah di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning bagi santri baru.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis secara bahasa (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, “hipo” artinya di bawah, “tesa” artinya kebenaran. Jadi hipotesis di bawah kebenaran

atau kebenarannya masih diuji lagi.

Dengan demikian, penulis merumuskan dan akan membuktikan hipotesis Nihil (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha) sebagai berikut:

Hipotesis Nihil (Ho): tidak ada perbedaan yang signifikan antara penerapan metode Amsilati dengan metode Al-Miftah dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning bagi santri baru di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.


(25)

12

Hipotesis Alternatif (Ha): ada perbedaan yang signifikan antara penerapan metode Amsilati dengan metode Al-Miftah dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning bagi santri baru di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

Jika (Ho) terbukti setelah diuji maka (Ho) diterima dan (Ha) ditolak.. Namun sebaliknya jika (Ha) terbukti setalah diuji maka (Ha) diterima dan (Ho) ditolak.

H. Definisi operasional

Definisi operasional adalah hasil dari operasionalisasi, menurut Black dan Champion untuk membuat definisi operasional adalah dengan memberi makna pada suatu konstruk atau variabel dengan menetapkan “operasi” atau kegiatan yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut.7

Untuk lebih jelas serta mempermudah pemahaman dan menghindari kesalahpahaman, maka peneliti akan menegaskan definisi operasional variabel-variabel penelitian ini sebagai berikut:

a. Metode Amtsilati dan Al miftah

Merupakan metode cara cepat belajar kitab kuning yang dipakai di Pondok Pesantren Khusunya di Indonesia dengan standar minimal bagi para santri atau pelajar bisa membaca dan memahami kitab Fathul Qarib.

7

James A. Black Dan Dean J. Champion, Metode Dan Masalah Penelitian Sosial, Terj. E.Koeswara, Dkk (Bandung : Refika Aditama, 1999),h. 161


(26)

13

Metode Amsilati adalah metode cara cepat belajar kitab kuning. Secara bahasa, kata “Amtsilati” bermakna “Contohku” .Metode ini dikenalkan pertama kali di Jepara pada tanggal 16 juni 2002 yaitu oleh KH. Taufiqul Hakim, pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah, Bangsari, Jepara, Jawa Tengah. Sedangkan Metode Al-Miftah juga merupakan metode cara cepat membaca kitab kuning. Metode ini merupakan metode baru yang dirumuskan oleh pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan.8

b. Meningkatkan

Merupakan proses kegiatan yang disengaja, direncanakan untuk mencapai mutu atau hasil yang lebih baik , sehingga dapat tercapai kualitas hasil atau tujuan yang ditetapkan.9

c. Kemampuan

adalah potensi yang berupa kesanggupan, kecakapan atau kekuatran kita berusaha dengan diri sendiri.

d. Kitab Kuning

adalah kitab-kitab islam klasik yang ditulis dengan bahasa arab atau melayu yang tidak memiliki harkat atau syakl (tanda baca) dan biasanya memakai kertas berwarna kuning. Yang didalamnya dapat dikatakan

8

Djunaidatul Munawaroh, “Pembelajaran Kitab Kuning Di Pesantren”, dalam Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2001), hal 178

9

Muhammad Thobroni, Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal 21


(27)

14

berbobot akademis, tapi dari sistimatika penyajiannya Nampak sangat sederhana.10

e. Hasil belajar

adalah keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik, yakni prestasi belajar peserta didik yang diwujudkan dalam bentuk angka. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar.11

f. Pondok pesantren

adalah suatu asrama tempat murid-murid belajar mengaji.12 Menurut Prof. DR. Abdul Mujib, M.Ag. pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam yang di dalamnya terdapat sorang kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (peserta didik) dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta didukung adanya pemondokan atau asrama sebagai tempat tinggal para santri.13

g. Santri

adalah berasal dari bahasa jawa Cantrik yaitu seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemanapun guru itu pergi menetap, tentunya dengan tujuan agar ia dapat belajar darinya mengenai suatu keahlian.

10M. Dawam Rahardjo, “

Pergulatan Dunia Pesantren” ,Membangun Dari Bawah, (Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), 1985), h. 55

11

Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung:PT. Ramaja Rosdakarya,2010,(Cet. XV)),h. 22

12

W.J.S. Poerwodarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), h. 998.

13

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2014)h. 234.


(28)

15

Istilah ini kemudian diadopsi oleh dunia pesantren untuk sekelompok siswa di pesantren yang ingin menguasai kitab suci agama islam beserta karya-karya tafsirnya antara lain dalam bentuk kitab kuning.14

I. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan oleh suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.15 Adapun rencana bagi pemecahan yang diselidiki antara lain :

1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan penelitian yang akan diteliti pada skripsi ini yaitu “Study komparasi penerapan metode Amtsilati dan metode Al- Miftah dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning bagi santri baru di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan maka penelitian ini tergolong jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin peneliti ketahui.16

2. Populasi dan Sampel

14

Ilyas Supena, Filsafat Pendidikan Islam, (Semarang : 2008),h. 51 15

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:: Alfabeta, 2006), h. 6. 16


(29)

16

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.17 Adapun cara yang digunakan peneliti dalam mengambil data dalam penelitian ini adalah teknik penelitian populasi. Alasan peneliti mengambil teknik ini adalah karena peneliti hendak meneliti semua elemen yang ada pada wilayah penelitian dan jumlah subjeknya kurang dari 100%. Maka dalam penelitian ini populasinya adalah santri baru (tahun ajaran 2014/2015) dan santri baru (tahun ajaran 2015/2016) di Pesantren Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.18 Untuk mengetahui besar kecilnya sampel ini, tidak ada ketentuan yang baku. “tidak ada ketentuan yang baku atau rumus yang pasti tentang besarnya sampel”.19

Hadi yang menyatakan bahwa “sebenarnya tidak ada ketepatan yang mutlak berapa persen atau yang digunakan dari populasi”.20

17

Margono, Metodologi... , h. 117. 18

Suharsimi Arikunto, Prosedur... ,h.131. 19

Sugiono, Metode..., h. 72. 20


(30)

17

Teknik sampling adalah cara yang digunakan untuk penarikan sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya dalam penelitian.21

Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah santri baru(angkatan 2014/2015) dan santri baru(angkatan 2015/2016) pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan yang berjumlah 750 santri.

Namun penulis berpedoman pada Arikunto yang

menyatakan bahwa “Apabila subjeknya kurang dari 100%, lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar maka dapat diambil diantara 10-15% atau 20-25% atau lebih. 22 Dari pendapat diatas maka penulis mengambil sebanyak 10% dari populasi yang ada ( 750 x 10%= 75 )

Dalam penetapan sampel, penulis menggunakan teknik random sampling (sampel acak sederhana). Penulis hanya menentukan 75 santri dari jumlah santri baru (angkatan 2014/2015) dan santri baru (angkatan 2015/2016) Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

3. Jenis dan Sumber Data

21

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif,(Jakarta: Pranada Media, 2005), h.105 22


(31)

18

a. Jenis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu :

1) Data Kualitatif adalah pengumpulan data dengan cara gejala-gejala untuk memahaminya tidak mudah menggunakan alat ukur, melainkan dengan naluri dan perasaan. 23

2) Data Kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan ulang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.

b. Sumber Data

1) Kepustakaan

Yaitu sumber data digunakan untuk mencari landasan teori tentang permasalahan yang diteliti dengan menggunakan literatur yang ada, baik dari buku, majalah, surat kabar maupun dari internet yang ada hubungannya dengan topik pembahasan penelitian ini sebagai bahan landasan teori.

2) Penelitian Lapangan

Adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian, yaitu mencari data dengan terjuan langsung ke objek penelitian untuk memperoleh data yang lebih konkrit yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini, penelitian

23


(32)

19

lapangan dengan menggunakan analisis komparasional yaitu membandingkan metode membaca kitab kuning antara Metode Amtsilati dan Metode Al Miftah di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk menggali data yang ada, peneliti menggunakan beberapa metode pengambilan data, yaitu :

a. Metode observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuisioner.24 Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa observasi merupakan proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah pengamatan dan ingatan.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden tidak terlalu besar. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati:

1) Lingkungan Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan

2) Letak geografis Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil

Bangkalan

24


(33)

20

b. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan melalui peninggalan tertulis, sererti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori dalil-dalil atau hokum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.25

Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data dari Pondok Pesantren Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan yakni:

1) Data santri baru angkatan 2014-2015 dan angkatan 2015-2016 yang mempelajari metode amtsilati dan metode al miftah yang dipilih menjadi sampel.

2) Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan

3) Visi, misi dan tujuan Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan

4) Struktur pengurus Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil

Bangkalan

5) Sarana dan prasarana di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil

Bangkalan.

6) Jumlah guru dan santri Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan

25


(34)

21

7) Kegiatan sehari-hari Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan

c. Nilai hasil belajar

Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh

mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian

kompetensi(rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Dalam hal ini peneliti mencari nilai hasil belajar santri setelah menggunakan metode Amtsilati dan metode Al-miftah dengan adanya ujian membaca kitab kuning di Pondok Pesantren Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

d. Wawancara

Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview. Wawancara merupakan alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.26 Ciri utama dari wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewee). Dalam hal ini yang menjadi key people adalah pengurus di Pesantren Pondok Pesantren Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

26


(35)

22

5. Teknik Analsis Data

Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan dalam pengolahan data yang berhubungan erat dengan rumusan masalah yang telah diajukan untuk menarik kesimpulan. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis deskriptif. Tujuan dari analisis diskriptif adalah untuk menyajikan data hasil pengamatan secara singkat dan jelas. Pada penelitian diskriptif statistik yang digunakan adalah diskriptif seperti tehnik persen, kuartal, modus, median, mean, simpangan baku, korelasi dan lain-lain. Visualisasi data bisa digunakan table, grafik, diagram dan sejenisnya.

J. Sistematika Pembahasan

Penulis membagi sistematika pembahasan penelitian ini menjadi lima bab dengan rincian tiap bab sebagai berikut:

Bab pertama, Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi dan hipotesis penelitian, definisi operasional, serta dalam bab satu ini berisi tentang sistematika pembahasan.

Bab kedua, Berisi Kajian Teoriyang meliputi tentang: Tinjauan tentang metode Amtsilati, yang meliputi pengertian, sejarah, langkah-langkah serta


(36)

23

kelebihan dan kelemahan metode Amtsilati. Tinjauan tentang metode Al-Miftah, yang meliputi pengertian, sejarah, langkah-langkah serta kelebihan dan kelemahan metode Al-Miftah. Dalam bab ini juga berisi tinjauan tentang kemampuan membaca kitab kuning, yang meliputi pengertian tentang kitab kuning dan peran guru dalam meningkatkan kemampuan baca kitab kuning. Serta tinjauan tentang pondok pesantren, yang terdiri dari pengertian, tujuan, fungsi dan peranan pondok pesantren.

Bab ketiga, Berisi Metode Penelitian yang meliputi: jenis dan rencana penelitian, tehnik penentuan objek penelitian, instrumen dan teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

Bab keempat, Berisi tentang Laporan Hasil Penelitian yang meliputi: gambaran umum obyek penelitian, penyajian dan analisis data.

Bab kelima , sebagai bab terakhir bab ini berisi tentang kesimpulan dari skripsi dan diskusi serta saran-saran dari penulis untuk perbaikan-perbaikan yang mungkin dapat dilakukan.


(37)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN TENTANG METODE AMTSILATI

1. Pengertian Metode Amtsilati

Secara lughowi metode dalam bahasa arab disebut dengan istilah toriqoh yang berarti jalan. Terdapat beberapa pendapat dari definisi metode:

a) Menurut Radliyah Zaenuddin metode adalah rencana yang menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi secara teratur, dimana tidak ada satu bagian yang lain dan kesemuanya berdasarkan atas approach (pendekatan) yang telah ditentukan sebelumnya.1

b) Menurut Wina Sanjaya metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.2

c) Menurut Muhibbin Syah metode diartikan sebagai cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan penyajian materi pelajaran kepada peserta didik.3

1 Radliyah Zaenuddin,Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, (Cirebon:Pustaka Rihlah Group,2005),h.31

2Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses

Pendidikan,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2008),h.147


(38)

25

Dari beberapa definisi tersebut dapat disebutkan bahwa metode merupakan suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan proses pembelajaran. Metode juga berhubungan dengan cara yang memungkinkan peserta didik memperoleh kemudahan dalam rangka mempelajari bahan ajar yang disampaikan oleh guru.

Sedangkan Amtsilati berasal dari kata “Amtsilah” yang artinya beberapa contoh. Dan akhiran “ti” itu merupakan pengidofahan (persambungan) lafadz Amtsilah dengan ya‟ mutakallim wahdah. Jadi yang dimaksud metode Amtsilati yaitu suatu alat atau cara yang dilakukan oleh guru dalam menyajikan materi kitab amtsilati di mana dalam kitab tersebut lebih menekankan pada memperbanyak contoh dan juga praktek dengan tujuan siswa mampu memahami qowa‟id dengan baik.

Metode Amtsilati bukanlah dua rangkaian kata yang terpisah melainkan satu rangkaian dalam satu arti yang pengertiannya mencakup maksud dan isinya. Jadi yang dimaksud dengan penerapan metode amtsilati adalah: suatu metode atau cara praktis belajar membaca kitab kuning.

Metode ini disusun secara lengkap dan sempurna, terencana serta terarah dimulai dari pelajaran yang amat mendasar dan sedehana dengan proses yang sangat evaluative disertai banyak latihan dan menggunakan


(39)

26

lagu bahar rajaz sehingga semuanya terasa ringan dan tidak menjenuhkan.

Jadi metode Amtsilati ini merupakan terobosan baru untuk mempermudah santri agar bisa membaca kitab kuning dengan kurun waktu yang relatif singkat (3 sampai 6 bulan), serta metode ini dikemas begitu menarik dan praktis sehingga mudah dipelajari, bahkan bagi anak yang sedini mungkin.

2. Sejarah dan Perkembangan Metode Amtsilati

Metode Amtsilati disusun oleh KH.Taufiqul Hakim,4 yaitu seorang

pendiri pondok pesantren Darul Falah, Bangsrih, Jepara. Berawal dari pengalaman beliau nyantri di pondok pesantren Maslakul Huda, Kajen-Margoyoso, pati, dengan merasakan begitu sulitnya membaca kitab kuning dan belajar tentang ilmu kitab kuning (nahwu sharaf). Hal tersebut sangat wajar sebab latar belakang pendidikan beliau dimulai dari TK, SD, MTsN, yang notabene sangat kecil pendidikan tentang agama. Persyaratan yang harus dipenuhi pada saat beliau nyantri di pondok pesantren tersebut adalah hafal Alfiyah yang merupakan harga mati dan tidak bisa ditawar lagi. Dengan sekuat tenaga beliau menghafal Alfiyah walaupun belum tahu untuk apa Alfiyah dihafalkan, yang penting mantap, yakin, ibarat mantra, bukan ibarat resep.

4

Khalid wahyuddin dkk, Sekilas Sejarah Amtsilati, (Tulungagung: Artikel LPI Al Azhaar,2010 )


(40)

27

Setelah kelas dua Aliyah, beliau baru sedikit demi sedikit tahu bahwa Alfiyah adalah sebagai pedoman dasar untuk membaca kitab kuning. Motivasi untuk memahami Alfiyah muncul. Dari ghirah

tersebut beliau menyimpulkan bahwa ternyata tidak semua nadzam

kitab Alfiyah yang tersebut sebagai induknya gramatik Arab digunakan dalam praktek membaca kitab kuning. Beliau menyimpulkan dari 1002 nadzam Alfiyah yang terpenting hanya berjumlah sekitar 100 sampai 200 bait, sementara nadzam yang lain hanya sekedar penyempurnaan.

Berawal dari adanya sistem belajar cepat baca Al Qur‟an, yaitu dengan kitab Qiro‟ati, beliau terdorong dari kitab tersebut yang mengupas cara membaca lafadz yang ada harakatnya, beliau ingin menulis metode yang bisa digunakan untuk membaca lafadz yang tidak ada harakatnya.

Akhirnya terbentukanlah nama Amtsilati yang berarti beberapa contoh, yang beliau sesuaikan dengan akhiran “ti” dari kata Qiro‟ati. Mulai tanggal 27 Rajab tahun 2001 M, beliau mulai merenung dan muncul pemikiran untuk mujahadah5. Setiap hari beliau melakukan

mujahadah terus menerus sampai 17 Ramadlon yang bertepatan dengan Nuzulul Qur‟an. Saat bermujahadah, beliau kadang seakan berjumpa dengan syekh muhammad baha‟uddin An-Naqsyabandiyah, syekh

5http://www.nu.or.id/post/read/59992/daya-tarik-pesantren-amtsilati ,diakses pada tanggal 15 mei 2016 pukul 22.30 WIB


(41)

28

Ahmad Mutamakkin dan Imam Ibnu Malik dalam keadaan tidur setengah sadar.

Hari tersebut, seakan ada dorongan kuat untuk menulis. Siang dan malam, beliau ikuti dorongan tersebut dan akhirnya tanggal 27 Ramadlan selesailah penulisan Amtsilati dalam bentuk tulis tangan. Dengan demikian Amtsilati tertulis hanya dalam jangka waktu 10 hari. Kemudian diketik oleh Bapak Nur Shubki, Bapak Toni dan Bapak Marno. Proses pengetikan mulai dari Khulashoh sampai Amtsilati memakan waktu hampir satu tahun dan dicetak sebanyak 300 set.6

Sebagai follow up terciptanya Amtsilati, beliau dan rekan-rekannya mengadakan bedah buku di gedung NU kabupaten Jepara tanggal 16 juni 2002 yang diprakarsai oleh Bapak Nur Kholis. Setelah itu mulailah Amtsilati terkenal sebagai metode cepat baca kitab, sampai saat ini Amtsilati tersebar dipelosok Jawa, bahkan sampai ke luar Jawa, seperti Kalimantan, Batam dan Malaysia.

Dan dari tahun ajaran 2009/2010 pondok pesantren Syaichona Moch Cholil menerapkan metode Amtsilati dalam lembaga Madrasah Diniyah.

3. Langkah-langkah Metode Amtsilati

Bimbingan metode Amtsilati menggunakan bimbingan klasikal. Bimbingan klasikal yang dimaksud dalam proses belajar mengajar


(42)

29

dilembaga amtsilati yaitu berbentuk pengajaran yang dilaksanakan secara mimbar. Yang mana guru harus lebih aktif dalam berbicara, menjelaskan, menulis. Karena peran guru sangat penting dalam hal ini, oleh karena itu guru merupakan pemandu yang tidak bisa diganti oleh orang lain sebagai asisten. Apabila guru tidak menguasai santri yang jumlahnya banyak, maka kegiatan proses belajar mengajar dengan bimbingan klasikal tidak akan berhasil.

Bimbingan klasikal ini memiliki beberapa metode pengajaran, yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode drill.

Adapun pembelajaran metode Amtsilati yang ada pada Madrasah Diniyah Syaichona Moh. Cholil Bangkalan menggunakan metode klasikal, yang mana langkah-langkah metode klasikal dalam pembelajaran metode Amsilati adalah sebagai berikut:

a. Guru menerangkan kepada siswa/ santri secara bersama-sama di depan kelas,

b. Kemudian guru menggunakan metode drill untuk membaca dan mengingat materi yang sudah dijelaskan oleh guru,

c. Setelah itu santri diharuskan menyetor hafalan nadzam setiap kali pertemuan.

4. Garis-garis Besar Metode Amtsilati

Yang dimaksud garis-garis besar metode Amtsilati adalah pola pikiran dan penggunaan secara global sebagai ciri khas dari metode


(43)

30

tersebut agar dijadikan dasar dan pelaksanaannya. Adapun garis-garis besar metode Amtsilati adalah :

a. Buku Amtsilati terdiri dari 5 jilid ditambah pedoman praktis belajar kitab kuning, khulashoh Alfiyah Ibnu Malik, rumus dan qoidah serta tatimmah dan tuntunan evaluasi metode.

b. Buku Amtsilati diprioritaskan pada anak yang sudah tamat metode Qiro‟ati atau bagi anak yang sudah fasih membaca Al-Qur‟an.

c. Setiap santri hendaknya mempunyai buku amtsilati untuk belajar.

d. Dalam sehari Amtsilati dipelajari 2 jam saja. 5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Amtsilati

Metode Amtsilati yang terskema dalam beberapa jilid buku panduan, memiliki beberapa hal yang cukup menarik untuk dikaji. Dari panduannya saja, siapapun pengguna Amtsilati akan dimanjakan dengan materi-materi yang sangat sederhana dengan banyak contoh, yang sekaligus menjadi panduan bagi mereka dalam menyampaikan materi Amtsilati. Dengan metode Amtsilati, seorang guru tidak perlu melirik referensi yang lain. Karena dalam metode penyampaiannya guru cukup memandu peserta didik untuk membaca dan menghafalkan bersama-sama. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran


(44)

31

Amtsilati adalah pengulangan dan perluasan materi yang itu pun oleh penyusun Amtsilati sudah dipersiapkan dengan baik di buku materi.

Ada beberapa kelebihan yang dimiliki metode Amtsilati ini, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Lebih praktis dan mudah dipahami.

b. Peletakan rumus disusun secara sistematis. c. Contoh diambil dari Qur‟an dan hadist.

d. Siswa dituntut untuk aktif, komunikatif dan dialogis. e. Siswa dapat menjadi guru bagi teman-temannya7.

f. Penyelesaian gramatika bahasa arab melalui penyaringan dan pentarjihan.

g. Rumus yang pernah dipelajari diikat dengan hafalan yang terangkum dalam dua buku khusus, yaitu rumus qa‟idah dan

khulashoh alfiyah.

h. Masa pendidikannya relatif singkat.

i. Bisa diterapkan pada anak-anak sedini mungkin

j. Nahwu dan sharaf yang menjadi kendala terhadap para guru dengan adanya Amtsilati menjadi sebaliknya.

Selain itu metode Amtsilati juga memiliki kekurangan diantaranya :


(45)

32

a. Materi yang diajarkan hanyalah materi inti dari nahwu-sharaf, jadi peserta didik diharapkan memperluas pengetahuannya. b. Bagi santri yang sudah pernah belajar nahwu-sharaf akan merasa

jenuh karena setiap materi harus ada pengulangan.

Dalam pelaksanaannya metode Amtsilati adalah sebagai pengantar sebelum membaca dan mempelajari kitab kuning. Metode Amtsilati disini memuat tentang pelajaran nahwu-sharaf yang diperlukan untuk bisa membaca kitab kuning. Selain itu juga denga menggunakan metode Amtsilati, santri diharapkan bisa mebaca kitab kuning dengan waktu yang relatif singkat, oleh karena itu pengasuh pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan menggunakannya dalam madarsah diniyah. 6. Efektifitas Metode Amtsilati Dalam Pembelajaran Kitab Kuning

Setelah mengamati berbagai kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh metode Amtsilati, maka selanjutnya kita bisa melihat sejauh mana efektifitas metode tersebut dalam pembelajaran kitab kuning. Efektifitas merupakan suatu hasil atas pengaruh, jadi diterapkannya metode Amtsilati pada pembelajaran kitab kuning, untuk menjadikan santri mencapai hasil yang diharapkan, yakni mampu memahami teks-teks berbahasa arab (kitab kuning/kitab gundul) baik dari arah bacaannya, pengi‟robannya dan juga yang tak kalah pentingnya adalah membahasnya melalui struktur kata yang tertera


(46)

33

dalam teks kitab tersebut. sehingga efektifitas dapat dilihat secara komprehensip melalui berbagai sudut.

Dalam mencapai suatu keberhasilan, yang perlu kita pahami adalah peranan pelaku utama sebagai pengajar, yang mana dalam hal ini sosok Ustadz/ustadzah yang paham/mengerti akan penggunaan metode ini. Selain dari pada kapabilitas seorang pengajar dalam mengaplikasikan metode tersebut, satu hal juga yang perlu diperhatikan adalah sosok pengajar harus mengetahui psikis anak didik, sehingga keberhasilan akan mudah diraih.

Seiring dengan kelebihan dan kekurangan dalam mencapai keberhasilan, kita juga mencermati sosok dibalik pelaksanaan metode Amtsilati ini. Kita tahu bahwa sebagus apapun metode yang dipakai dalam pembelajaran namun orang yang melakukannya tidak faham betul akan metode itu sendiri, maka keberhasilan yang diimpikan akan kandas ditengah jalan. Sehingga kita kembalikan pada pelaku metode ini.

B. TINJAUAN TENTANG METODE AL-MIFTAH

1. Pengertian Metode Al-Miftah

Al-Miftah adalah nama dari sebuah metode cepat membaca kitab kuning bagi santri usia dini yang disusun oleh BATARTAMA (yaitu instansi yang menangani kurikulum pendidikan di pondok pesantren


(47)

34

sidogiri) yang berisikan kaidah Nahwu dan Sharraf untuk tingkat dasar. Hampir keseluruhan isi Al-Miftah Lil Ulum disadur dari kitab Jurmiyah

dan ditambah beberapa keterangan dari Alfiyah Ibn Al-Malik dan Nadzm Al„Imrity. Istilah yang digunakan dalam materi ini hampir sama dengan kitab-kitab nahwu yang banyak digunakan di pesantren. Jadi, metode ini sama sekali tidak merubah istilah-istilah dalam ilmu nahwu.

Sebagai metode cepat membaca kitab kuning bagi anak-anak, Al-Miftah Lil Ulum disetting agar mudah difaham oleh anak usia dini. Mulai dari bahasa Indonesia yang mudah difaham, kesimpulan dan rumusan yang sederhana, serta dilengkapi dengan table, skema, dan beberapa model latihan, hingga kombinasi dengan lagu-lagu yang cocok untuk usia anak-anak

2. Sejarah dan Perkembangan Metode Al-Miftah

Di mulai Pada tahun 2010 pendidikan di Sidogiri mengalami kemunduran khususnya dalam bidang baca kitab kuning yang tentunya berdampak pada pelajaran-pelajaran yang lain dan otomatis mempengaruhi nilai hasil ujian. Hal ini menuntut Batartama untuk berfikir keras mengatasi permasalahan tersebut. Hingga kemudian ada instruksi langsung dari majelis keluarga untuk tanggap dan sigap menangani permasalahan ini.8

8


(48)

35

Melihat situasi tersebut, Batartama dengan cepat membuat konsep dasar materi kurikulum dan sistem pendidikan baru yang sasarannya adalah santri dan murid baru hingga terciptalah metode Al-Miftah Lil Ulum dengan motto “ mudah membaca kitab kuning”.

Pada awal-awal percobaan metode ini dibatasi hanya sekitar 500 peserta yang semuanya adalah santri baru. Dari ke-500 peserta tersebut adasekitar 350 yang berhasil menguasai kitabFath Al-Qorib( sebuah kitab yang dijadikan tolok-ukur dalam metode ini ).

Keberhasilan metode bisa dianggap begitu pesat. Dari pertama kali diterapkannya metode ini sampai sekarang( sekitar 5 tahun ) sudah berhasil mewisuda sebanyak 2000 santri dalam kategori baca. Dan 50 santri kategori hafal.Bahkan ada 70 lembaga yang sudah menerapkan metode ini.9

3. Langkah Pembelajaran Metode Al-Miftah

Sistem yang digunakan pada metode ini adalah sistem modul bukan

klasikal. Anak yang mampu menguasai materi jilid lebih cepat, dialah yang akan naik jilid terlebih dahulu dan melanjutkan jilid-jilid setelahnya. Dalam realitanya, satu jilid bisa diselesaikan selama tiga atau tujuh hari. Standartnya anak menyelesaikan satu jilid selama dua atau bahkan sampai tiga minggu.

9


(49)

36

Dalam satu kelas bila terdapat sebagian peserta didik yang sudah menguasai materi jilid, maka mereka segera diteskan sebagai syarat untuk naik ke jilid selanjutnya. Apabila sudah dinyatakan lulus satu-jilid, -semisal sudah lulus jilid satu- maka akan dikumpulkan pada kelas yang sama-sama sudah dinyatakan lulus untuk kemudian menerima materi jilid selanjutnya, sedangkan yang tidak lulus akan dimutasi ke kelas lain. Sehingga setiap hari ada kenaikan dan mutasi kelas.

Anak yang sudah meyelesaikan materi al-Miftah sampai jilid empat maka tahapan selanjutnya adalah setoran baca kitab Fathul Qarib berikut memahami kedudukan lafadznya. Anak yang sudah sampai ketahapan ini diistilahkan denganKelas Taqrib‟. Pada tahap akhir, jika dirasa sudah mampu membaca kitab Fathul Qarib dengan baik maka berhak mengikuti tes untuk kemudian di wisuda.

4. Garis-garis Besar Metode Al-Miftah

Yang dimaksud garis-garis besar metode Al-Miftah adalah pola pikiran dan penggunaan secara global sebagai ciri khas dari metode tersebut agar dijadikan dasar dan pelaksanaannya. Adapun garis-garis besar metode Al-Miftah adalah;

a. Kitab Al-Miftah terdiri dari 4 jilid Nadhom danTashrif10

b. Buku metode Al-Miftah diprioritaskan bagi santri baru yang sudah bisa membaca dan menulis Arab pego.


(50)

37

c. Setiap santri hendaklah mempunyai buku metode Al-Miftah untuk belajar.

d. Waktu pelaksaan KBM yang mencapai 4 jam. ( 3 jam pagi sampai siang, dan 1 jam di waktu malam)

e. Setiap kelas tidak lebih dari 15 peserta. 5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Al-Miftah

a. Singkat dan Praktis

Disampaikan dengan bahasa yang sangat singkat dan praktis. Kandungan isinya hanya mengambil poin-poin paling penting didalam membaca kitab dan membuang poin yang tidak perlu atau bersifat pendalaman.

b. Desain warna

Didesain dengan tampilan dan kombinasi warna agar tidak membosankan dan cocok untuk anak-anak, Karena menurut penelitian, belajar dengan menggunakan warna lebih efektif untuk anak-anak dari pada hanya sekedar hitam-putih

c. Lagu dan skema

Untuk memancing otak kanan maka metode ini dilengkapi dengan skema dan lagu yang sudah familiar ditelinga anak-anak sepertil lagu“Balon ku ada lima” yang dijadikan lagu “Isim-isim yang lima”. Hasilnya sangat mudah sekali untuk bagi anak memahami dan menghafal materi Al-miftah ini


(51)

38

d. Ciri-ciri (Rumus)

Diantara yang membedakan dengan metode baca kitab pada umumnya adalah metode Al-Miftah ini dilengkapi dengan ciri-ciri kedudukan yang sering dijumpai dalam susunan bahasa Arab, sehingga dengan ciri-ciri tersebut anak bisa membaca kitab sekalipun belum tahu arti dan pemahamannya.

Selain kelebihan, Al-miftah juga mempunyai kekurangan. Diantaranya ;

1) Materi yang diajarkan hanyalah materi inti dari nahwu-sharaf, sehingga peserta didik masih membutuhkan terhadap kaidah-kaidah tambahan dalam pemantapan membaca kitab.

2) Bagi santri yang sudah pernah belajar nahwu-sharaf akan merasa kejenuhan karena setiap materi harus ada pengulangan.

3) Bagi santri yang sudah dewasa akan merasa diberlakukan seperti anak kecil, karena metode ini dilengkapi dengan lagu anak-anak.

4) Dengan banyaknya waktu KBM dapat menjadikan santri mudah jenuh. Dan disinilah peran guru sangat menentukan untuk meghilangkan kejenuhan tersebut

.


(52)

39

6. Efektivitas Metode Al Miftah dalam Pembelajaran Kitab Kuning

Setelah penulis jabarkan dari berbagai revrensi tentang kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh metode Al-Miftah, maka selanjutnya dapat disimpulkan sejauh mana efektifitas metode tersebut dalam pembelajaran kitab kuning. Efektifitas berasal dari kata efektif yang menurut KBBI digital kata evektif berarti ada efeknya (akibat, pengaruhnya, kesannya)/ dapat membawa hasil; berhasil guna. Sedangkan kata evektifitas sama arti dengan keefektifan, yang mana artinya adalah keadaan berpengaruh; hal berkesan; keberhasilan.11 Jadi

diterapkannya metode Al-Miftah pada pembelajaran kitab kuning, untuk menjadikan santri mencapai hasil yang diharapkan, yakni mampu memahami teks-teks berbahasa arab (kitab kuning/kitab gundul) baik dari arah bacaannya, pengi‟robannya dan juga yang tak kalah pentingnya adalah membahasnya melalui struktur kata yang tertera dalam teks kitab tersebut. Selain itu, metode al-Miftah juga tidak menafikan atau malah justru menekankan penggunaan Nahwu-Sharaf yang baik dan benar, hal ini dibukitikan dengan isi di dalam kitab al-Miftah yang berisikan kaidah Nahwu dan Sharraf untuk tingkat dasar, serta tidak merubah sama sekali istilah-istilah dalam ilmu nahwu.

11 KBBI Android 4.0.0, by Yuku, www.kejut.com/kbbimobile, Data kamus Hak Cipta ©


(53)

40

Selain itu, system yang digunakan pada metode ini adalah system modul, yang mana memungkinkan para peserta didik dapat menguasai secara penuh dan mampu menguasai materi jilid lebih cepat. Hal ini dapat dibuktikan dengan percobaan pada awal-awal penerapan metode ini, yang mana pesertanya dibatasi hanya sekitar 500 peserta yang semuanya adalah santri baru. Dari ke-500 peserta tersebut ada sekitar 350 yang berhasil menguasai kitab Fath Al-Qorib(sebuah kitab yang dijadikan tolok-ukur dalam metode ini).

Sama dengan pembahasan di atas tentang efektivitas penerapan metode Amsilati, bahwasannya dalam mencapai suatu keberhasilan, yang perlu diperhatikan adalah kualitas pengajar itu sendiri yang mana dalam hal ini sering disebut Ustadz/ustadzah di kalangan pesantren. Pengetahuan yang luas dan pemahaman tentang metode ini sangat diperlukan oleh pengajar sebagai bekal untuk memahamkan pemahaman kepada para santri. Di samping itu, pengetahuan tentang pesikologi setiap peserta didik (santri) juga harus dikuasai oleh seorang pengajar, hal ini dapat lebih menunjang efektivitas penerapan metode ini, sehingga keberhasilan pencapaian pembelajaran akan mudah diraih.

Seiring dengan kelebihan dan kekurangan dalam mencapai keberhasilan, kita juga mencermati sosok dibalik pelaksanaan metode Al-Miftah ini. Kita tahu bahwa sebagus apapun metode yang dipakai dalam pembelajaran tanpa diimbangi dengan kualitas pengajar tentang


(54)

41

pemahaman metode itu, maka keberhasilan itu selamanya tidak akan memenuhi target pencapaian pembelajaran.

C. PERBEDAAN ANTARA METODE AMTSILATI DAN METODE

AL-MIFTAH

Dari kedua metode ini sekalipun mempunyai tujuan yang sama; yaitu memudahkan anak dalam membaca kitab, dalam penerapannya ternyata terdapat beberapa perbedaan yang sejatinya tidak begitu signifikan. Meski demikian, penulis disini akan mencoba menjelaskan tentang “cara penerapan kedua metode ini pada kitab kuning”. Agar lebih mudah disimpulkan, disini penulis mencoba menggabungkan perbedaan antara ke-dua metode seperti berikut;

1. Dalam amtsilati anak sudah dikenalkan pada mufrodat bahasa arab sejak dini dengan cara menghafalkan mufrodat serta menyetorkan hafalan mereka pada masing-masing Pembina. Dan untuk mengoptimalkan kegiatan ini maka hafalan mufrodat tersebut dijadikan persyaratan naik jilid. Sehingga anak tidak bisa ikut tes kenaikan jilid sebelum menyelesaikan hafalan mufrodatnya. Dan jumlah mufrodat yang harus dihafal berbeda disetiap jilid; semakin tinggi jilidnya, semakin banyak pula mufrodat yang harus dihafalkan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menunjang perbendaharaan bahasa arab mereka.

Selain hafalan mufrodat, mereka juga diajarkan untuk memaknai kitab kuning dengan caramemperbanyak sorogan (santri membacakan


(55)

42

kitab kuning disertai maknanya) kitab kepada pembinanya. Dan hal kegiatan ini berlanjut sampai mereka menamatkan semua jilid dan mulai praktik ke kitab kuning.

2. Al-Miftah Lil Ulum sebagai metode cepat baca kitab dengan system modul lebih mengedepankan pada praktik baca bukan pada makna. Sehingga dalam metode ini tidak ada kegiatan-kegiatan yang mengarah pada makna, semua kegiatan yang ada pada metode ini hanya mengarah pada cara baca saja.

Anak yang sudah meyelesaikan materi al-Miftah sampai jilid empat maka tahapan selanjutnya adalah setoran baca kitab Fathul Qarib berikut memahami kedudukan lafadznya. Anak yang sudah sampai ke tahapan ini diistilahkan dengan „Kelas Taqrib‟. Pada tahap akhir, jika dirasa sudah mampu membaca kitab Fathul Qarib dengan baik maka berhak mengikuti tes untuk kemudian di wisuda. Baru setelah mereka berhasil diwisuda, mereka akanmemasuki jenjang berikutnya dan akan diajari tata cara memaknai kitab dan cara memahaminya secara khusus.Tujuan dari kegiatan ini agar anak lebih fokus pada target yang harus mereka capai; yaitu hatam kitab fathul qorib dengan bacaan yang benar.

Dari perbedaan diatas dapat penulis simpulkan bahwa metode Amtsilati adalah sebuah metode yang menekankan cara baca dan makna secara bersamaan. Sedangkan Al-Miftah Lil Ulum adalah metode yang


(56)

43

menekankan cara baca dan makna secara bertahap. Dan perbedaan penerapan ini akan sangat terlihat ketika anak disuguhi kitab kuning untuk mereka baca. Anak dengan latar belakang Amtsilati tidak akan langsug bisa membacanya, karena mereka masih harus memikirkan arti, kedudukan dan terjemahannya. Sedangkan anak dengan latar belakang Al-Miftah Lil Ulum akan langsung dapat membacanya tanpa harus memikirkan makna dan terjemahannya.

D. TINJAUAN TENTANG KEMAMPUAN MEMBACA KITAB

KUNING

1. Pengertian Kitab Kuning

Dalam dunia pondok pesantren, istilah “kitab kuning”, sudah cukup populer, yaitu kitab-kitab berbahasa Arab yang dikarang oleh ulama‟ masa lalu, khususnya di abad pertengahan. Di lingkungan pondok pesantren tradisional, kitab-kitab inilah yang jadi inti kurikulum dan boleh dikatakan sebagai makanan pokok santri sehari-hari12.

Kitab itu disebut “kitab kuning” karena umumnya dicetak di atas kertas berwarna kuning yang berkualitas rendah. Kadang-kadang lembar-lembaranya lepas tak terjilid sehingga bagian-bagian yang perlu mudah diambil. Biasanya, ketika belajar, para santri hanya membawa

12Drs.Imam Bawani M.A,Tradisionalisme Dalam Pendidikan Islam,(Surabaya: Al-Ikhlas, 1993),Cet Ke-1,h. 135


(57)

44

lembaran-lembaran yang akan dipelajari dan tidak membawa kitab secara utuh.13

Kitab-kitab kuning tersebut (yang berbahasa Arab) tertulis dengan redaksi tanpa harokat dan tanda baca lainnya, seperti titik dan koma. Maka tak heran para orang pondok pesantren memperkenalkan istilah kitab kuning dengan kitab gundul.14

Pengertian umum yang beredar di kalangan pemerhati masalah pesantren adalah bahwa kitab kuning selalu dipandang sebagai kitab-kitab keagamaan yang berbahasa Arab, sebagai produk pemikiran ulama-ulama masa lampau yang ditulis dengan format khas pra-modern, sebelum abad ke-17an M.

Isi yang disajikan kitab kuning itu semua terdiri dari dua komponen yakni: komponen matan dan syarah. Matan adalah isi, inti yang akan dikupas oleh syarah. Ciri lain dari kitab kuning yang khas yakni, penjilidan kitab yang biasanya dengan sistem korasan, dimana lembaran-lembarannya dapat dipisah-pisahkan sehingga lebih memudahkan pembaca untuk menelaahnya, akan tetapi pada saat ini juga banyak kitab kuning yang dicetak seperti buku, dalam artian dijilid menjadi satu.

13

Abdul Aziz Dahlan (et.al), Ensiklopedi Islam. (Cet. ke-8. Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 333

14 Marzuki Wahid,Pesantren Masa Depan:Wacana Pemberdayaan dan Transformasi


(58)

45

2. Tehnik Membaca Kitab Kuning

Kebanyakan kitab kuning yang digunakan di pondok pesantren itu menggunakan atau berbahasa Arab, sementara pondok pesantren sebagai pengguna kitab kuning bukanlah orang Arab, sehingga dalam membacanya dibutuhkan penguasaan terhadap tehnik atau cara mebaca kitab kuning.

Yang dimaksud dengan tehnik membaca kitab kuning dalam pembahasan ini adalah cara yang lazim digunakan di lingkungan pondok pesantren khususnya di Jawa di pondok pesantrean dimana penulis melakukan penelitian, yaitu cara penerjemahan kitab kuning yang berbahasa Arab ke dalam bahasa Jawa, yang meliputi terjemah dan tata bahasa Arab.

Pembacaan kitab cara ini dimulai dengan terjemah, syarah dengan analisa gramatika (i‟rob), peninjauan morfologis(tasrif) dan uraian semantik (murad, ghard, ma‟na).15 Oleh karena itu dalam sistem

penerjemahan ini juga dikenal kode-kode tertentu untuk menjelaskan tata bahasanya. Sistem penerjemahan ini dibuat sedemikian rupa sehingga para santri diharapkan mengetahui baik arti maupun fungsi kata dalam suatu kalimat bahasa Arab.

Untuk dapat membaca kitab kuning haruslah memahami dan menguasai bahasa Arab dengan baik dan benar, untuk itu membutuhkan


(59)

46

kaidah-kaidah bahasa Arab dan menghafal kaidah-kaidah tersebut tidklah mudah, sehingga dibutuhkan suatu metode khusus unuk lebih memudahkan. Untuk mampu membaca kitab kuning dengan baik dan benar di butuhkan kurang lebih kurun waktu 6 tahun, sehingga dibutuhkan suatu metode khusus untuk lebih memudahkan dan mempersingkat waktu. Dari situlah metode Amtsilai dan metode Al-Miftah lahir, dimana metode ini sebagai program pemula mebaca kitab kuning selama 6 bulan sebagai metode praktis mendalami Al-Qur‟an dan kitab Kuning didalam penerapan Alfiyah yang diterjemahkan dan dituntun dengan nadloman yang diartikan dengan bahasa Jawa.

Dengan demikian, untuk memahami kitab kuning dan memudahkan memahami isi kitab kuning dan Al-Qur‟an perlu ada bimbingan dan penerapan dengan metode praktis Amstilati maupun Al-Miftah.

Jadi teknik membaca kitab kuning dalam pembahasan ini adalah guru membaca kitab, santri mendengarkannya sambil menyimak makna materi yang diberikan. Pemberian makna tersebut biasanya ditulis dengan huruf kecil-kecil dalam huruf pego di bawah kata atau kalimat Arabnya. Dilingkungannya pondok pesantren di Jawa menyebutkannya dengan istilah makani atau nfasahi yang mempunyai cara dan sistem penerjemah yang khas Jawa dengan makna atau terjemah bedasarkan kode/arti tertentu sesuai dengan kedudukan kata dalam kalimat, seperti kode mim di baca utawi yang kedudukan dalam kalimat dan lain-lain.


(60)

47

3. Peran Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Kitab Kuning Guru adalah salah satu di antara faktor pendidikan yang memiliki peranan yang paling strategis, sebab gurulah sebetulnya „pemain‟ yang paling menentukan di dalam terjadinya proses belajar mengajar.16 Di

tangan guru yang cekatan fasilitas dan sarana yang kurang memadai dapat diatasi, tetapi sebaliknya di tangan guru yang kurang cakap, sarana, dan fasilitas yang canggih tidak banyak memberi manfaat.

Sebagai lembaga pendidikan islam, pesantren pada dasarnya hanya mengajarkan agama, sedangkan kajian atau mata pelajarannya ialah kitab-kitab dalam bahasa arab (kitab kunig). Pelajaran agama yang dikaji di pesantren ialah al-Qur‟an dengan tajwid dan tafsirnya, aqa‟id dan ilmu kalam, fiqih dan usul fiqih, hadits dengan musthalahah hadits, bahasa arab dengan ilmunya, tarikh, mantiq dan tasawuf.17

Adapun metode yang digunakan dalam pendidikan pesantren adalah sebagai berikut :

a. Metode-metode tradisional

1) Wetonan, yakni suatu metode kuliah dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk mengelilingi kiai yang menerangkan pelajaran. Santri menyimak kitab

16 H.Haidar Putra Daulay,Pendidikan Islam”Dalam Sistem Pendidikan Nasional di

Indonesia”,(Jakarta:kencana,2004),h.75

17 Abasri, et. al. “Sejarah Dinamika Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Nusantara;

Surau, Meunasah, Pesantren Dan Madrasah” Dalam Samsu Nizar (Editor), Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulallah Sampai Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 28


(61)

48

masing dan mencatat jika perlu. Di jawa barat, metode ini disebut dengan bandongan sedangkan di Sumatera disebut dengan halaqah.

2) Metode sorogan, yakni suatu metode dimana santri menghadap kiai seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya. Metode sorogan ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan metode pendidikan Islam tradisional, sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi santri/ kendatipun demikian, metode ini diakui paling intensif, karena dilakukan seorang demi seorang dan ada kesempatan untuk tanggung jawab langsung.

3) Metode hafalan, yakni suatu metode dimana santri menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya.

4) Metode muhawarah, adalah suatu kegiatan berlatih bercakap-cakap dengan bahasa arab yang diwajibkan pesantren kepada santri selama mereka tinggal di pesantren. b. Metode-metode kombinatif

Sekarang pesantren mulai mempertimbangkan dan mengambil alih metodik pendidikan nasional yang di dalamnya


(62)

49

mengalir paham-paham paedagogis yang bersumber di samping dari pendidikan pribumi juga dari belanda maupun Amerika.

Akibat tuntutan zaman dan kebutuhan masyaarakat disamping kemajuan dan perkembangan pendidikan di tanah air, sebagian pesantren menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan pada lembaga pendidikan formal, sedang sebagian lagi masih tetap bertahan pada metode pengajaran yang lama18.

Betapapun masih terdapat model pesantren yang hanya menerapkan metode yang hanya bersifat tradisional saja, tetapi pesantren yang kombinasi berbagai metode dengan sistem klasikal dalam bentuk madrasah, tampaknya belakangan ini menjadi semacam mode. Akibatnya situasi dalam proses belajar mengajar menjadi bervariasi dan menyebabkan santri bertambah

interest akibat aplikasi berbagai metode secara kombinatif. Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini19 :

1) Korektor 2) Inspirator

18 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), h.58

19

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta, 2010, cet. 3, h.43-48


(63)

50

3) Informator 4) Organisator 5) Motivator 6) Inisiator 7) Fasilitator 8) Pembimbing 9) Demonstrator 10)Pengelola Kelas 11)Mediator

12)Supervisor 13) Evaluator

Sehingga peran guru dalam meningkatkan kemampuan baca kitab kuning diantaranya sebagai informator (memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan) mengenai isi dari kitab kuning yang dipelajari, kemudian sebagai motivator (mendorong peserta didik agar bergairah dan aktif belajar), fasilitator (menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar peserta didik) dalam memahami bacaan kitab kuning, pembimbing (membimbing peserta didik), evaluator (memberikan penilaian dan evaluasi) ketika santri membaca kitab kuning.


(1)

100

a. Kurangnya pemahaman santri dikarenakan panduan pembelajaran berbahasa jawa (buku, kitab, setoran hafalan).

b. Kurangnya semangat santri dalam mengikuti pembelajaran metode Amtsilati dikarenakan pengajaran dari ustad terlalu monoton.

c. Kurangnya ketertarikan santri dikarenakan kurangnya variasi lagu dalam metode Amtsilati.

2. Faktor eksternal

a. Kurangnya guru pengganti yang benar-benar menguasai metode Amtsilati.

b. Terbenturnya waktu penggunaan ruang kelas dikarenakan ruang kelas digunakan beberapa lembaga di Pondok Pesantren.

c. Jauhnya jarak konsultasi ketika pengajar mengalami kesulitan dalam pemahaman metode Amtsilati.

C. Saran

Setelah mengadakan penelitian di lapangan dan melihat kenyataan yang ada serta melihat hasil penelitian yang menunjukkan Efektifitas penerapan metode Amtsilati dan metode Al Miftah dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning bagi santri baru di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan, maka penulis mempunyai beberapa saran yang perlu disampaikan :


(2)

101

1. Hendaklah ustad memberikan motivasi kepada para santri di setiap pembelajaran agar para santri semangat dalam mengikuti pelajaran di dalam kelas.

2. Hendaknya Pesantren menambah ruang kelas baru agar kegiatan belajar mengajar tidak terganggu oleh lembaga yang ingin menggunakan kelas yang sama.

3. Hendaklah pondok menambah guru pengajar yang berkompeten dengan mengadakan penataran metode membaca kitab.

4. Untuk bagian sarana prasarana yang dalam hal ini di handle oleh bagian administrasi pondok (pengurus pondok), penulis menyarankan agar menjaga, merawat dan meningkatkan sarana dan prasarana agar suasana pembelajaran di kelas semakin kondusif untuk belajar.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abasri, et. al. . 2003. “Sejarah Dinamika Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Nusantara; Surau, Meunasah, Pesantren Dan Madrasah” Dalam Samsu Nizar (Editor), Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulallah Sampai Indonesia. Jakarta: Kencana Ali, Muhammad. 1990. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta:

Pustaka Amani

Anwar, . 2009. Statistika Untuk Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya dengan SPSS dan Excel. Kediri: IAIT Press

Arief, Armai. 2002. Pengatar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam, Ciputat : Press

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu

Batartama. 2015. Mudah Belajar Kitab Kuning. Sidogiri Pasuruan,2015

BATATARMA (Badan Tarbiyah Wa Taklim Madrasi Pondok Pesantren Sidogiri). Al-Miftah al-Ulum,Mudah belajar Membaca Kitab.Pasuruan : Pustaka Sidogiri

Bawani M.A, Imam. 1993. Tradisionalisme Dalam Pendidikan Islam. Surabaya: Al-Ikhlas


(4)

Bawani, Imam. Segi-segi Pendidikan Islam. Surabaya: Al Ikhlas

Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Pranada Media Dahlan, Abdul Aziz. 1996. Ensiklopedi Islam Cet. ke-8. Jakarta: Ictiar Baru Van

Hoeve

Dhofier, Zamaksyari. 1985. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai. Jakarta: LP3ES

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta

Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: YA3 Malang

Fauzi, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, “Sebuah Pengantar”, cet. Ke-1. Semarang: Wali Songo Press

Hajar, Ibnu. 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Penelitian, cet. Ke-4. Jakarta: PT Grafindo Persada

Hakim, H. Taufiqul. 2004. Tawaran Revolusi Sistem Pendidikan Nasional, (Berbasis Kompetisi dan Kompetensi. Jepara: PP. Darul Falah

http://www.nu.or.id/post/read/59992/daya-tarik-pesantren-amtsilati ,diakses pada tanggal 15 mei 2016 pukul 22.30 WIB

James A. Black Dan Dean J. Champion. 1999. Metode Dan Masalah Penelitian Sosial, Terj. E.Koeswara, Dkk. Bandung : Refika Aditama

Kasiram, Moh.. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang:UIN-MALIKI PRESS


(5)

KBBI Android 4.0.0, by Yuku, www.kejut.com/kbbimobile, Data kamus Hak Cipta © 2008 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Margono. 1994. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Marwan Saridjo dkk. 1980. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia. Jakarta: Dharma Bakti

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana

Munawaroh, Djunaidatul. 2001. “Pembelajaran Kitab Kuning Di Pesantren”, dalam Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT Grasindo

Putra Daulay, H.Haidar. 2004. Pendidikan Islam”Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta:kencana

Qomar, Mujamil. 2007. Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Erlangga

Qomar, Mujamil. 2008. Pesantren; Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Penerbit Erlangga

Rahardjo, M. Dawam. 1985. “Pergulatan Dunia Pesantren” ,Membangun Dari Bawah. Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M)

Raharjo, M.Dawan. 1985. Pesantren Dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES

Rahim, Husni. 2001. Arah Baru Pendidikan Islam Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu


(6)

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana Prenada Media Group

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT. Ramaja Rosdakarya

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:: Alfabeta . Supena, Ilyas. 2008. Filsafat Pendidikan Islam. Semarang

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya Thobroni, Muhammad, Arif Mustofa. 2013. Belajar dan Pembelajaran.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

W.J.S. Poerwodarminta. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Wahid, Abdurrahman.2010. Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren.Yogyakarta: Lkis

Wahid, Marzuki. 1999. Pesantren Masa Depan:Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren. Bandung:Pustaka Hidayah

Zaenuddin, Radliyah. 2005. Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab. Cirebon:Pustaka Rihlah Group


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) ANTARA SANTRI MUKIM DAN NON MUKIM DI PONDOK PESANTREN SYAICHONA MOH. CHOLIL BANGKALAN

0 64 26

Implementasi metode sorogan modified dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning di Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat

15 91 165

EFEKTIVITAS METODE AMTSILATI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN QOWA’ID BAHASA ARAB SANTRI: Studi Eksperimen Kuasi di Kelas Wustho Pondok Pesantren Nurul Huda-Ciamis.

4 11 66

PENERAPAN TA‘ZIR DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SANTRI DI PONDOK PESANTREN SYAICHONA MOCH. CHOLIL BANGKALAN.

5 16 89

BAB I PENDAHULUAN - IMPLEMENTASI METODE DISKUSI DAN BANDONGAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SANTRI MEMBACA KITAB KUNING (Studi Multi Situs di Pondok Pesantren Panggung Tulungagung dan Hidayatul Mubtadi-ien Ngunut Tulungagung) - Institutional Repository of

0 0 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA - IMPLEMENTASI METODE DISKUSI DAN BANDONGAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SANTRI MEMBACA KITAB KUNING (Studi Multi Situs di Pondok Pesantren Panggung Tulungagung dan Hidayatul Mubtadi-ien Ngunut Tulungagung) - Institutional Repository

0 0 36

BAB III METODE PENELITIAN - IMPLEMENTASI METODE DISKUSI DAN BANDONGAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SANTRI MEMBACA KITAB KUNING (Studi Multi Situs di Pondok Pesantren Panggung Tulungagung dan Hidayatul Mubtadi-ien Ngunut Tulungagung) - Institutional Reposi

0 0 12

METODE MEMBACA KITAB KUNING ANTARA SANTRI DAN MAHASISWA

0 0 17

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN METODE AMTSILATI DALAM MEMBACA KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADIIN DEMAK

0 4 118

PENGARUH PENERAPAN METODE SOROGAN TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA KITAB KUNING SANTRI PEMULA (USIA 13-17TAHUN) DI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA DESA MUNJUL KABUPATENCIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 1 29