Aspek Kualitas Bakteriologis Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kabupaten Bandung Barat | Khoeriyah | Majalah Kedokteran Bandung 594 2008 1 PB

pISSN: 0126-074X; eISSN: 2338-6223; http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v47n3.594

Aspek Kualitas Bakteriologis Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
di Kabupaten Bandung Barat
Ari Khoeriyah, Anies
Program Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro

Abstrak
Kebutuhan manusia akan air minum semakin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk,
sedangkan kuantitas dan kualitas air minum semakin berkurang sehingga masyarakat mencari alternatif untuk
mendapatkan air minum, salah satunya mengonsumsi air minum siap pakai dari Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU). Namun, tidak semua DAMIU terjamin kualitasnya. Penelitian bertujuan menganalisis keberadaan
bakteri Coliform pada DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Cipendeuy dan Padalarang Kabupaten Bandung periode
Juni 2013. Pengumpulan data dilakukan pada 8 DAMIU dengan observasi dan uji laboratorium untuk mengetahui
keberadaan bakteri Coliform dalam air DAMIU. Hasil pemeriksaan kadar Coliform pada beberapa sumber air
baku, diketahui bahwa seluruh sumber air baku (100%) memenuhi syarat walaupun ada 2 sumber air baku yang
mengandung Coliform, tetapi dengan keadaan yang masih memenuhi baku mutu. Sementara itu, pemeriksaan air
minum yang berasal dari 8 DAMIU, ternyata air minum yang berasal dari 6 DAMIU tidak memenuhi persyaratan (5
DAMIU mengandung Coliform sebesar 3 MPN/100 dan 1 DAMIU sebesar 4 MPN/100 mL), sedangkan air minum
yang berasal dari 2 DAMIU lainnya memenuhi syarat. [MKB. 2015;47(3):137–43]
Kata kunci: Coliform, Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU), sumber air baku


Aspect of Bacteriological Quality in DWRD as a Refill Drinking Water Station
in the District of West Bandung
Abstract
The human need for water is increasing with population growth.Meanwhile the quantity and quality of drinking
water are decreasing that people look for alternatives for drinking water source. One of the alternatives is readyto-drink water from the Drinking Water Refill Depot (DWRD). However, not all of DWRDs provide good quality
drinking water. This study aims to analyze the existence of Coliform bacteria in the drinking water provided by
DWRDs. Data were collected from 8 DWRDs to reveal the DWRDs sanitation through observation and laboratory
testings were performed to determine the presence of Coliform bacteria in the drinking water produced by
DWRDs. Based on the examination on the Coliform level on several raw water sources, the raw water was
considered qualified (100%). However, 2 raw water sources contained Coliform, even though they were still
considered meeting the requirements of quality standard. Testing was also conducted on the drinking water
produced by 8 DWRDs. It was revealed that 6 DWRDs did not qualify (drinking water from 5 DWRDs contained 3
MPN/100 mL of Coliform and drinking water from 1 DWRDs contained 4 MPN/100 mL of Coliform), while 2 other
DWRDs were qualified for providing drinking water. [MKB. 2015;47(3):137–43]
Key words: Coliform, Drinking Water Refill Depot (DWRD), raw water

Korespondensi: Ari Khoeriyah, SKM Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro Jl. Imam Barjo SH No. 5 Semarang,
Jawa Tengah, mobile 085227527987, e-mail: ari.khoeriyah@gmail.com


MKB, Volume 47 No. 3, September 2015

137

Ari Khoeriyah: Aspek Kualitas Bakteriologis Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kabupaten Bandung Barat

Pendahuluan
Air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan.
Kebutuhan akan air di suatu daerah akan selalu
mengalami kecenderungan naik seiring dengan
pertambahan penduduk, sedangkan air sendiri
berkurang dari segi kualitas, kuantitas, dan juga
kontinuitas. Sebanyak 75% tubuh manusia terdiri
atas air. Manusia membutuhkan air terutama
untuk minum. Sementara itu, ketersediaan air
terutama air tawar di dunia hanya sekitar 3%
dan 97% lainnya merupakan air laut. Air yang
dapat digunakan oleh manusia untuk keperluan
sehari-hari hanya sekitar 0,3%.1
Sumber air baku dapat diambil dari mata

air, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),
sumur bor, sumur gali, dan sumber lainnya yang
telah direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Kota. Pada beberapa dekade
terakhir ini, ketersediaan air di beberapa tempat
mulai berkurang akibat kerusakan lingkungan
dan anomali iklim secara global. Penurunan
ketersediaan air baku untuk air minum salah
satunya disebabkan oleh daya dukung lingkungan
yang menurun pula. Hal ini ditunjukkan dengan
semakin banyaknya daerah aliran sungai atau
DAS yang kondisinya semakin memburuk
sehingga tidak dapat menyimpan air dengan
baik. Beberapa hal yang menyebabkan masalah
ini, yaitu pesatnya pertumbuhan industri dan
pemukiman penduduk yang mengakibatkan
permintaan air tanah menjadi sangat meningkat.
Akibatnya, kualitas air baku yang akan diolah
menjadi air minum menjadi terpengaruh.2
Kebutuhan masyarakat akan tersedianya

sarana air bersih (SAB) belum sepenuhnya
terpenuhi. Oleh karena itu, masyarakat mencari
berbagai alternatif untuk mendapatkan air
salah satunya dengan mengonsumsi air minum
siap pakai. Kecenderungan masyarakat untuk
mengonsumsi air minum siap pakai seperti
yang berasal dari Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU) sangat besar, selain karena mudah
didapat juga harganya yang relatif terjangkau
oleh sebagian besar masyarakat. Keadaaan ini
ditunjukkan dengan pesatnya perkembangan
jumLah DAMIU di Kabupaten Bandung Barat.
Pada tahun 2008 tercatat 22 DAMIU dan tahun
2011 tercatat 155 DAMIU yang tersebar di 15
Kecamatan Kabupaten Bandung Barat.3 Hal ini
menunjukkan peningkatan sebesar 133 DAMIU
(85,81%) dalam kurun waktu tiga tahun (dari
tahun 2008 sampai dengan tahun 2011). DAMIU
tersebut sebagian besar menggunakan PDAM
sebagai sumber air bakunya, yaitu sebesar 80%

dan 20% sisanya menggunakan air tanah.

138

Higiene sanitasi DAMIU yang tidak sesuai
dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku
dapat mengakibatkan kualitas air minum yang
dihasilkan tidak memenuhi standar kualitas air
minum yang ditentukan karena apabila kualitas
air minum tidak memenuhi syarat khususnya
kualitas bakteriologis yang akan menimbulkan
gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan dapat
menyebabkan penyakit seperti diare, kolera,
tifoid, hepatitis, disentri, dan gastroenteritis.
Kasus diare ini menempati urutan keempat
dengan jumlah 30.839 kasus. JumLah kasus di
wilayah kerja Puskesmas Cipeundeuy sebanyak
2.466 kasus dan di wilayah kerja Puskesmas
Padalarang sebanyak 1.530 kasus.3 Sementara
itu, berdasarkan pemeriksaan DAMIU yang

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung Barat pada Tahun 2012 diketahui
bahwa sebanyak 34,667% DAMIU (26 DAMIU
dari 75 DAMIU) tidak memenuhi syarat karena
masih mengandung bakteri Coliform.3
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kualitas air minum isi ulang yang diproduksi
Depot Air Minum Isi Ulang di wilayah kerja
Puskesmas Cipeundeuy dan juga Padalarang
berdasarkan persyaratan bakteriologis (jumLah
Coliform) yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/
MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan
kualitas air minum dan mengetahui sumber air
baku di depot air minum isi ulang tersebut.4
Metode
Penelitian dilakukan pada DAMIU di wilayah
kerja Puskesmas Cipeundeuy dan Padalarang
Kabupaten Bandung Barat pada periode Juni
2013. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

survei analitik. Pengambilan sampel air baku,
sampel DAMIU, dan sampel responden dilakukan
secara purposive sampling. Teknik ini digunakan
berdasarkan atas pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti berdasarkan kriteria atau
ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Pengambilan sampel air, wawancara, dan juga
observasi dilakukan pada 3 DAMIU dan 2 sumber
air baku di wilayah kerja Puskesmas Cipeundeuy
dan 5 DAMIU serta 1 sumber air baku di wilayah
kerja Puskesmas Padalarang. Sampel air baku
dan air minum yang sudah diolah selanjutnya
dianalisis di Laboratorium yang ditunjuk dan
sudah rutin melakukan pemeriksaan air setiap
tahun sebanyak satu kali, yaitu PDAM Kota
Bandung. Wawancara ditujukan kepada pemilik
DAMIU dan karyawan/petugas yang bekerja di

MKB, Volume 47 No. 3, September 2015


Ari Khoeriyah: Aspek Kualitas Bakteriologis Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kabupaten Bandung Barat

DAMIU tersebut.
Pengukuran kualitas bakteriologis air baku
DAMIU dilakukan berdasarkan observasi dan uji
laboratorium bakteriologis keberadaan Coliform
dengan metode most probable number (MPN)
dengan standar PERMENKES nomor: 416/
MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat
dan pengawasan kualitas air yang menyatakan
bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan
untuk total Coliform (MPN) air baku dalam air
bukan perpipaan adalah 50 MPN/100 mL, dan air
perpipaan 10 MPN/100 mL sehingga bila kualitas
bakteriologi air baku bukan perpipaan lebih dari
50 MPN/100 mL dan air baku perpipaan kualitas
bakteriologi lebih dari 10 MPN/100 mL berarti
air baku tersebut tidak memenuhi syarat (TMS).
Jika air baku bukan perpipaan ≤50 MPN/100 mL
dan air perpipaan ≤10 MPN/100 mL berarti air

baku tersebut memenuhi syarat (MS).5 Bakteri
Coliform merupakan jasad indikator di dalam
substrat air, bahan makanan, saluran pencernaan
manusia dan sebagainya untuk kehadiran jasad
berbahaya/patogen. Apabila di dalam makanan
tersebut terdapat Coliform maka makanan
atau minuman tersebut secara mikrobiologis
tercemar oleh tinja. Coliform dapat bertahan
hidup di air tanah dangkal selama lebih dari 2
bulan.6
Pengukuran kualitas bakteriologis air minum
DAMIU dilakukan berdasarkan observasi dan uji
laboratorium bakteriologis keberadaan Coliform
dengan metode most probable number (MPN)
dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 492/MENKES/
PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air
minum yang menyatakan bahwa di dalam 100
mL sampel air minum yang diperiksa tidak boleh
mengandung Coliform, jadi harus nol/100 mL

air sehingga bila kualitas bakteriologi air minum
≤0 MPN/100 mL berarti air minum tersebut
memenuhi syarat (MS). Apabila air minum >0
MPN/100 mL berarti air minum tersebut tidak
memenuhi syarat (TMS).4
Hasil
Kabupaten Bandung Barat merupakan salah
satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan
luas wilayah sekitar 130.577,40 Ha dan terbagi
menjadi 15 kecamatan serta 31 puskesmas.
Lokasi penelitian ini difokuskan pada wilayah
kerja Puskesmas Cipeundeuy dan Padalarang.
Puskesmas Cipeundeuy merupakan salah satu
puskesmas dengan jumLah kasus diare yang
cukup tinggi, yaitu sebanyak 2.466 kasus dan

MKB, Volume 47 No. 3, September 2015

kasus diare di Puskesmas Padalarang yaitu
sebanyak 4.530 kasus.3 Asal sumber air baku

DAMIU di Wilayah Kerja Puskesmas Cipeundeuy
dan Padalarang Kabupaten Bandung Barat tahun
2013 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan bahwa asal sumber
air baku yang digunakan di Depot Air Minum Isi
Ulang (DAMIU) berasal dari mata air sebanyak 5
depot, dari PDAM sebanyak 2 depot, dan dari air
sumur gali sebanyak 1 depot.
Kualitas bakteriologis sumber air baku pada 8
DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Cipeundeuy
dan Padalarang Kabupaten Bandung Barat tahun
2013 berdasarkan uji laboratorium dapat dilihat
pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil
uji laboratorium, semua sumber air baku di
wilayah kerja Puskesmas Cipeundeuy dinyatakan
Memenuhi Syarat (MS) walaupun terdapat 1
sumber air baku yang mengandung Coliform,
tetapi masih memenuhi syarat sesuai Peraturan
Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per/
IX/1990 kadar maksimum yang diperbolehkan
adalah 50 MPN/100 mL sampel.7 Kandungan
Coliform dari sumber air baku di wilayah kerja ini
sebesar 28 MPN/100 mL. Sementara itu, sumber
air baku DAMIU di wilayah kerja Puskesmas
Padalarang mengandung Coliform sebesar 11
MPN/100 mL.
Kualitas bakteriologis air minum isi ulang di
wilayah Puskesmas Cipeundeuy dan Padalarang
tahun 2013 berdasarkan uji laboratorium dapat
dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 untuk
wilayah kerja Puskesmas Cipeundeuy terdapat
1 DAMIU yang mengandung Coliform sebanyak
4 MPN/100 mL. Air baku yang digunakan oleh
depot tersebut adalah dari PDAM. Hal ini berarti
ada 1 DAMIU yang tidak memenuhi syarat (TMS)
dan 2 lainnya memenuhi syarat (MS). Lain halnya
dengan DAMIU di wilayah kerja Puskesmas
Padalarang, ternyata semua DAMIU yang telah
diteliti yaitu 5 DAMIU mengandung Coliform.
Kandungan Coliform pada DAMIU di wilayah
Tabel 1 Asal Sumber Air Baku DAMIU di
Wilayah Kerja Puskesmas
Cipeundeuy dan Padalarang
Asal Sumber Air Baku

Jumlah
n

Mata air

5

PDAM

2

Air sumur gali

1

Total

8

Sumber: Data Primer (2013)

139

Ari Khoeriyah: Aspek Kualitas Bakteriologis Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kabupaten Bandung Barat

Tabel 2 Kualitas Bakteriologis Sumber Air Baku di Wilayah Kerja Puskesmas Cipeundeuy dan
Padalarang Tahun 2013
Wilayah Kerja
Puskesmas

Cipendeuy

Padalarang

Nama
Sumber Air
Baku

Nama
DAMIU

Baku
Mutu

Hasil
Pengujian

Metode Acuan

Keterangan

DAMIU 1

PDAM

50

28

SM 9221 B **

MS

DAMIU 2

PDAM

50

0

SM 9221 B **

MS

DAMIU 3

Air Sumur

50

0

SM 9221 B **

MS

DAMIU 4

Mata Air

50

11

SM 9221 B **

MS

DAMIU 5

Mata Air

50

11

SM 9221 B **

MS

DAMIU 6

Mata Air

50

11

SM 9221 B **

MS

DAMIU 7

Mata Air

50

11

SM 9221 B **

MS

DAMIU 8

Mata Air

50

11

SM 9221 B **

MS

Sumber: Data Primer (2013)
Keterangan: MS: memenuhi syarat

kerja Puskesmas Padalarang yaitu 3 MPN/100
mL sebanyak 4 DAMIU dan kandungan terendah
yaitu 6 MPN/100 mL pada 1 DAMIU. Air baku
yang digunakan oleh depot tersebut adalah dari
mata air. Hal ini berarti semua (5 DAMIU) Tidak
Memenuhi Syarat (TMS).
Pembahasan
Sumber air baku yang mengandung Coliform
sebanyak 28 MPN/100 mL berasal dari PDAM,
sedangkan sumber air baku yang digunakan
oleh kelima depot yang mengandung Coliform
sebanyak 11 MPN/100 mL adalah sama, yaitu
dari mata air. Sumber air baku tersebut masih
memenuhi syarat (MS), walaupun terdapat

kandungan Coliform. Mata air adalah salah satu
sumber air bersih yang baik jika dipergunakan
sebagai air baku. Akan tetapi, setelah dilakukan
uji laboratorium ternyata masih terdeteksi
bakteri Coliform. Ke ini dapat terjadi karena
lokasi mata air tersebut berada di daerah terbuka
sehingga memungkinkan terkontaminasi oleh
lingkungan sekitar. Observasi terhadap mata
air yang digunakan sebagai sumber air baku di
wilayah kerja Puskesmas Padalarang diketahui
bahwa di atas daerah mata air terdapat suatu
pemukiman warga asli di daerah tersebut.
Permukiman tersebut mampu mengakibatkan
pencemaran air tanah di bawahnya. Pencemaran
ini dapat berasal dari buangan air rumah tangga,
air cucian kamar mandi, buangan tinja atau

Tabel 3 Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Wilayah Kerja Puskesmas Cipeundeuy
dan Padalarang Tahun 2013
Wilayah Kerja
Puskesmas

Baku Mutu

Hasil
Pengujian

0

4^

DAMIU 2

0

DAMIU 3
DAMIU 4

Nama DAMIU
DAMIU 1

Cipendeuy

Padalarang

Metode Acuan

Keterangan

SM 9221 B **

TMS

0

SM 9221 B **

MS

0

0

SM 9221 B **

MS

0

3^

SM 9221 B **

TMS

DAMIU 5

0

3^

SM 9221 B **

TMS

DAMIU 6

0

3^

SM 9221 B **

TMS

DAMIU 7

0

3^

SM 9221 B **

TMS

DAMIU 8

0

6^

SM 9221 B **

TMS

Sumber: Data Primer (2013)
Keterangan: MS: memenuhi syarat; TMS: tidak memenuhi syarat

140

MKB, Volume 47 No. 3, September 2015

Ari Khoeriyah: Aspek Kualitas Bakteriologis Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kabupaten Bandung Barat

rembesan dari septic tank, maupun buangan
sampah. Berbagai aktivitas masyarakat di
permukiman berkontribusi terhadap kualitas
air tanah. Kontaminan utama dari air tanah
akibat permukiman yaitu terdapat senyawa
nitrat, nitrit, fosfat, organik, dan mikrobiologis.7
Kemungkinan lainnya adalah penyedia air baku
tersebut kurang memperhatikan kebersihan dan
juga masa pakai selang yang digunakan untuk
memasukkan air ke dalam suatu tangki, misalnya
bocor, usang, berlumut, kotor, serta jarang atau
bahkan tidak pernah dibersihkan. Steyer dkk.8
menyatakan dari 152 sampel air yang diteliti
terdiri atas air tanah dari sumur responden
(72 sampel), 17 sampel dari penyediaan publik,
dan 63 sampel dari permukaan air sungai,
menunjukkan persentase yang relatif tinggi
terhadap pencemaran air tanah di Slovenia dan
air tersebut jika digunakan untuk air minum
maka memungkinkan tercemar oleh infeksi
virus.
Kandungan Coliform pada berbagai sumber
air baku berbeda antara sumber air baku yang
satu dan yang lainnya.9 Sumber air baku yang
berasal dari PDAM memiliki kandungan Coliform
lebih tinggi daripada sumber air baku yang
berasal dari air sumur maupun mata air. Hal ini
sejalan dengan penelitian di Kham Yunis bahwa
persentase kontaminan total dan fekal Coliform
dalam air jaringan (PDAM) lebih tinggi daripada
air sumur.10
Air baku yang bersumber dari mata air
memiliki kualitas yang baik dibanding dengan air
baku yang bersumber dari PDAM dan sumur. Hal
ini disebabkan karena mata air adalah air tanah
yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam,
hampir tidak terpengaruh oleh musim dan juga
kualitasnya lebih baik daripada air dangkal
karena penyaringannya lebih sempurna dan
bebas dari bakteri.10 Terdapat Coliform dalam air
baku mengindikasikan bahwa air tersebut telah
terkontaminasi tinja manusia/hewan berdarah
panas/kotoran lain. Coliform dapat bertahan
hidup dalam air tanah dangkal selama lebih
dari 2 bulan.6 Mata air yang belum memenuhi
persyaratan bakteriologis maka harus dilakukan
suatu upaya misalnya dengan mendesinfeksi atau
memasaknya terlebih dahulu sebelum diminum.
Salah satu metode desinfeksi yang secara luas
diterapkan di Indonesia adalah dengan ozon.
Ozon merupakan desinfektan yang sangat
reaktif dalam menginaktifasi mikroorganisme.
Efektivitas ozonisasi mata air dipengaruhi juga
oleh suhu, pH, kekeruhan, TOC, alkalinitas, besi
terlarut, jumLah bakteri Coliform dan E. coli.11

MKB, Volume 47 No. 3, September 2015

Air baku yang berasal dari air sumur di wilayah
kerja Puskesmas Cipeundeuy tidak mengandung
Coliform, kemungkinan disebabkan letak sumur
jauh dari septic tank ataupun dari tempattempat yang memungkinkan kontaminasi antara
lain tempat yang tergenang air, kandang ternak,
sungai yang tercemar, berdekatan dengan
industri dan juga tempat pembuangan sampah/
kotoran. Hal ini dapat terjadi karena wilayahnya
yang masih termasuk pedesaan, dan relatif luas
sehingga memungkinkan bagi pemilik depot
untuk membuat sumur dengan jarak yang jauh
dari sumber pencemar. Sementara itu, penelitian
yang dilakukan di India menyatakan bahwa
semua sumur yang diteliti mengandung bakteri
Coliform. Air sumur yang berada di sekitar
kawasan industri akan berbahaya bagi kesehatan
penduduk setempat apabila dikonsumsi.12
Sumber air minum yang tercemar Coliform
kemungkinan disebabkan oleh rembesan dari
septic tank, sistem pembuangan sampah yang
kurang dan limbah padat.13,14 Aktivitas yang
memiliki potensi meningkatkan kandungan total
Coliform dan E. coli, yaitu dari kotoran ternak,
laundry, dan juga rembesan jamban.15 Kualitas
bakteriologis air sumur gali dipengaruhi oleh
jarak jamban terhadap sumur gali tersebut.16
Menurut Keputusan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan
Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya
Pasal 3 ayat 3 menyatakan bahwa pengujian
terhadap mutu air baku dilakukan minimal 1 kali
dalam 3 bulan untuk analisis Coliform dan 2 kali
dalam 1 tahun untuk analisis kimia dan fisika
secara lengkap.17
Air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat
tidak semuanya terbebas dari Coliform. Seperti
yang pernah dilakukan penelitian di Brazil juga
menyatakan bahwa 76,6% sampel air mineral
sebanyak 20-L yang merupakan kumpulan dari
air dispenser terkontaminasi oleh setidaknya 1
coliform atau bakteri indikator atau setidaknya
1 bakteri patogen.18 Coliform merupakan bakteri
yang hidup di dalam usus manusia, jadi apabila
air minum mengandung Coliform merupakan
indikator bahwa air minum tersebut telah
tercemar oleh tinja. Keadaan ini mungkin dapat
diakibatkan oleh kesehatan penjamah yang
kurang baik, kualitas fisik DAMIU, sumber air
baku yang kurang baik ataupun higiene sanitasi
serta fasilitas sanitasi yang kurang memadai,
semuanya saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan. Coliform bukan merupakan bakteri
penyebab penyakit, tetapi dapat dipergunakan
sebagai salah satu indikator terdapat bakteri

141

Ari Khoeriyah: Aspek Kualitas Bakteriologis Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kabupaten Bandung Barat

patogen yang dapat mengakibatkan berbagai
macam penyakit. Hasil penelitian di Charsadda,
Pakistan menyatakan bahwa terdapat penduduk
yang menderita penyakit seperti gastroenteritis,
kolera, disentri, diare, dan hepatitis karena
mengonsumsi air yang tercemar Coliform.13
Peningkatan kualitas air berpengaruh positif dan
signifikan terhadap efek kesehatan yaitu insiden
penyakit diare pada orang dewasa menurun
sebesar 11%.19
Simpulan, pemeriksaan Coliform pada sumber
air baku diketahui seluruh sumber air baku
memenuhi syarat walaupun ada 2 sumber air
baku yang mengandung Coliform, tetapi dengan
keadaan yang masih memenuhi baku mutu.
Pemeriksaan air minum di 8 DAMIU terdapat 6
DAMIU yang mengandung Coliform, sebesar 3
MPN/100 mL untuk 5 DAMIU dan 4 MPN/100
mL untuk 1 DAMIU sehingga tidak memenuhi
syarat, 2 DAMIU lainnya memenuhi syarat.

7.

8.

9.

Ucapan Terima Kasih
Kepada Pusbindiklatren Bappenas yang telah
memberikan dukungan dan beasiswa selama
menjalankan studi dan penelitian ini. Bupati
Bandung Barat yang telah memberikan izin
tugas belajar untuk menempuh studi program
pascasarjana.

10.

Daftar Pustaka
11.
1. Kementerian Kesehatan RI. Menjaga
air minum anda tetap aman. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Kementerian
Kesehatan RI; 2011.
2. Joko T. Unit air baku dalam sistem penyediaan
air minum. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2010.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat.
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung
Barat Tahun. Bandung: Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung Barat; 2011.
4. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
persyaratan kualitas air minum. 2010.
5. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
1990.
6. McCarthy TC, Gumbricht T, Stewart RG,
Brandt D, Hancox PJ, McCarthy J dkk.
142

12.

13.

14.
15.

16.

Wastewater disposal at Safari Lodges in
the Okavango Delta, Botswana. Water SA.
2004;30(1)121–8.
Love D, Zingoni E, Gandidzanwa P, Magadza
C, Musiwa K. Impact on groundwater
quality and water supply of the epworth
semi-formal settlement, Zimbabwe. Dalam:
Hranova R, penyunting. Diffuse pollution of
water resources: principles and case studies
in the Southern African Region. BALKEMAProceedings and Monographs in Engineering,
Water
and
EarthScience.
Botswana:
University of Botswana, Gaborone; 2006.
hlm. 153–73.
Steyer A, Torkar KG, Aguirre IG, Prijatelj
MP. High prevalence of enteric viruses in
untreated individual drinking water sources
and surface water in slovenia. Inter J Hyg
Environ Health. 2011;214(5):392–8.
Herawati T, Purwanto A, Setiyono A.
Perbedaan jumlah coliform pada air minum
isis ulang setelah pengolahan berdasarkan
sumber air baku di Depot Air Minum Isi
Ulang Kota Tasikmalaya tahun 2012. Jurnal
Unsil [Online Jurnal] 2012 [diunduh 11
Oktober 2013]. Tersedia dari: http://journal.
unsil.ac.id
Abu ASS, Yassin MM. Microbial contamination
of drinking water distribution system ang
its impact on human health in Khan Yunis
Governorate, Gaza Strip: seven years of
monitoring (2000–2006). Public Health.
2008;122:1275–83.
Sari NN, Sururi R, Pharmawati K. Efek
perlakuan pH pada ozonisasi pada mata air.
reka lingkungan Jurnal Institut Teknologi
Nasional. 2013;1(1)1–12.
Shaji C, Nimi H, Bindu L. Water quality
assesment of open wells in and around
Chavara Industrial Area, Quilon, Kerala. J
Environmen Biol. 2009;30(5):701–4.
Khan S, Shahnaz M, Jehan N, Rehman S, Shah
MT, Din I. Drinking water quality and human
health risk In Charsadda District, Pakistan. J
Cleaner Production. In Press 2012;1–9.
Cabral J. Water microbiology, bacterial
pathogens and water. Int J Environ Res Public
Health. 2010;7(10):3557–703.
Gwimbi P. The microbial quality of drinking
water in Manonyane Community: Maseru
District (Lesotho). African Health Sci. 2011;
11(3):474–80.
Khomariyatika, Tattit, Pawenang ET.
Faktor yang Berhubungan dengan kualitas
bakteriologis air sumur gali. KEMAS.
2011;7(1)69–78.

MKB, Volume 47 No. 3, September 2015

Ari Khoeriyah: Aspek Kualitas Bakteriologis Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kabupaten Bandung Barat

17. Kementerian
Perindustrian
dan
Perdagangan RI. Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 651/MPP/Kep/10/2004
tentang persyaratan teknis depot air minum
dan perdagangannya; 2004.
18. Da Silva MEZ, Santana RG, Guilhermetti
M, Filho IC, Endo EH, Nakamura TU, dkk.

MKB, Volume 47 No. 3, September 2015

Comparison of the bacteriologi quality
of tap water and bottled mineral water.
International J Hyg Environ Health. 2008;
211(5–6):504–9.
19. Zhang J. The impact of water quality on
health: evidence from infrastructure
program in Rural China. J Health Economics.
2012;31:122–34.

143