Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan Dan Kualitas Bakteriologis Pada Depot Air Minum Isi Ulang kota Batam

(1)

MANAJEMEN PENGAWASAN SANITASI LINGKUNGAN DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS PADA

DEPOT AIR MINUM ISI ULANG KOTA BATAM

TESIS

Oleh

FIRDAUS YUSTISIA SEMBIRING 067031005/MKLI

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

MANAJEMEN PENGAWASAN SANITASI LINGKUNGAN DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS PADA

DEPOT AIR MINUM ISI ULANG KOTA BATAM

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Dalam Program Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

FIRDAUS YUSTISIA SEMBIRING 067031005/MKLI

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(3)

Judul Tesis : MANAJEMEN PENGAWASAN SANITASI LINGKUNGAN DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG KOTA BATAM Nama Mahasiswa : Firdaus Yustisia Sembiring

Nomor Pokok : 067031005

Program Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS) (dr. Surya Dharma, MPH)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur,


(4)

Tanggal Lulus : 29 Agustus 2008 Telah diuji pada

Tanggal : 29 Agustus 2008

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS Anggota : dr. Surya Dharma, MPH


(5)

PERNYATAAN

MANAJEMEN PENGAWASAN SANITASI LINGKUNGAN DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS PADA

DEPOT AIR MINUM ISI ULANG KOTA BATAM

TESIS

Dengan ini menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2008


(6)

ABSTRAK

Air bersih yang layak di minum sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan manusia, semakin sulit di temukan sebagai akibat pencemaran limbah rumah tangga dan limbah industri terhadap sumber air permukaan maupun air tanah. Kondisi kualitas dan kuantitas air sangat rendah di Kota Batam sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dan harapan penduduk, menyebabkan air menjadi benda ekonomi yang mahal sehingga masyarakat mencari alternatif untuk mendapatkan air yang layak di minum, yaitu air minum dari depot dengan harga yang lebih murah dan yang menjadi ruang lingkupnya adalah untuk mengetahui hubungan pengawasan sanitasi lingkungan dan kualitas bakteriologis pada depot air minum isi ulang Kota Batam.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan manajemen pengawasan sanitasi lingkungan dengan kualitas bakteriologis pada depot air minum isi ulang Kota Batam. Jenis penelitian ini menggunakan survei dengan rancangan desain studi cross sectional guna mengetahui hubungan manejemen pengawasan sanitasi lingkungan dengan kualitas bakteriologis air minum isi ulang yang dilakukan diwilayah kota Batam.

Berdasarkan hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan antara manajemen pengawasan (pengawasan, sumber daya manusia, pencatatan kegiatan) dengan kualitas bakteriologis pada depot air minum isi ulang, ( p > 0,05 ), terdapat hubungan kondisi sanitasi lingkungan (tempat cuci tangan, bangunan dan kebersihan lingkungan pengolahan, hygiene karyawan, pembuangan sampah dan limbah) dengan kualitas bakteriologis pada depot air minum isi ulang (p < 0,05 ), terdapat hubungan sumber air baku (PDAM dan Sumur bor) dengan kualitas bakteriologis pada depot air minum isi ulang (p < 0,05 ).

Dinas Kesehatan Kota Batam melakukan pengawasan terhadap depot air minum isi ulang baik pewadahan atau gallon yang kualitas airnya digunakan konsumen. Pengelola depot air minum isi ulang menjadi anggota asosiasi pengusaha depot air minum isi ulang.Pengelola perlu memperhatikan secara hygienis dalam hal kebersihan bangunan, fasilitas sanitasi, hygienis karyawan, sarana pengolahan, dan pelayanan terhadap konsumen. Sebelum depot air minum isi ulang berdiri, pengelola dan karyawan wajib mengikuti kursus hygene sanitasi yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Batam.

Kata Kunci : Manajemen Pengawasan, Kualitas Bakteriologis, Depot Air Daftar Pustaka : 31 (1990 – 2007)


(7)

ABSTRACT

The drinking water as a vital need of the human being for survive is scarce for the pollution by domestic waste and industrial waste to the source of surface water and underground water. The quality and quantity of water is very low at Batam city that did not able to supply the need and a hope of the population that cause the water is very expensive. This condition encourage the people to seek alternative to get the drinking water, i.e. the drinking water from the water depot in the higher price. The scope is to study a relationship between the environment sanitation supervision and quality of bacteriology at the refill drinking water depot at Batam city.

This research aims to study a relationship between the supervision management on the environment sanitation and the quality of bacteriology at refill drinking water depot at Batam City. This research applies a survey by cross sectional study design to study the environment sanitation and the quality of bacteriology at refill drinking water depot at Batam City.

Based in the results of research indicates that there is not a relationship between the supervision management (supervision, human resources, and recording) on the environment sanitation and the quality of bacteriology at refill drinking water depot (p>0.05), but there is a correlation between the environment sanitation (wastafel, building and processing sanitation, employee hygiene, waste disposal) and the bacteriology quality on refill drinking water depot (p<0.05), there is a correlation between the water material (PDAM and drilling well) and bacteriology quality at refill drinking water refill (p<0.05).

The Health office of Batam city do the supervision on the quality of water at the refill drinking water depot that consumed by the consumer. The management of refill drinking water depot is member of association of refill drinking water entrepreneur. The management must pay attention to the hygiene and sanitation of the building, sanitation facility, hygiene of employee, processing facilities and customer service. Before the establishment of refill drinking water, the management and employee must follow the sanitation hygiene course conducted by health office of Batam city.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapta menyelesaikan Tesis ini dengan Judul Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan Dan Kualitas Bakteriologis Pada Depot Air Minum Isi Ulang Kota Batam sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Strata-2 pada Program Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Proses penulisan Tesis ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini ucapan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM & H. Sp. A (K), Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B.MSC, Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS, Ketua Program Studi Manajemen

Kesehatan Lingkungan Industri, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS, selaku ketua komisi pembimbing yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan masukan dan pemikiran dengan penuh kesadaran di tengah-tengah kesibukannya. 5. dr. Surya Dharma, MPH, Anggota komisi pembimbing atas bimbingan,

saran-saran dan masukan untuk menyelesaikan Tesis ini.

6. Ir. Indra Chahaya, MSi, selaku komisi pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan penulisan Tesis ini. 7. S. Otniel Ketaren, SE, Msi, selaku komisi pembanding yang telah banyak

memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan penulisan Tesis ini. 8. Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam yang memberikan izin penelitian dan


(9)

9. Seluruh staf dosen Program Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan pembelajaran selama penulis mengikuti pendidikan.

10.Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara angkatan 2006-2007.

11.Keluarga yang tercinta, istri, bapak, mamak, abang, kakak, adik, keponakan dan keluarga atas pengertian, doa, dukungan dan semangat yang diberikan selama mengikuti pendidikan

12.Seluruh pihak yang tak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan untuk menyelesaikan Tesis ini.

Medan, September 2008


(10)

RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

1. Nama : Firdaus Yustisia Sembiring

2. Jenis Kelamin : Laki-laki

3. Agama : Kristen Protestan

4. Tempat / Tanggal Lahir : Labuhan Ruku, 17 Oktober 1969

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 1 Lubuk Pakam tahun 1977-1983

2. SMP Negeri 1 Lubuk Pakam tahun 1983-1986

3. SMA Methodist Lubuk Pakam tahun 1986-1989

4. APKTS (D3) Kabanjahe tahun 1989-1992

5. Fakultas Kesehatan Masyarakat tahun 2001-2003

6. Program Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara tahun 2006-2008

C. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Kesehatan Pelabuhan Batam sejak tahun 1995 sampai sekarang.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1 Definisi Pengawasan dan Manajemen Pengawasan... 9

2.2 Definisi Air Minum... 14

2.3 Depot Air Minum Isi Ulang ... 18

2.4 Sanitasi Lingkungan ... 22

2.5 Kerangka Konsep Penelitian ... 27

2.6 Hipotesis Penelitian ... 27

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.3 Populasi dan Sampel ... 29

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5 Definisi Operasional ... 32

3.6 Metode Pengukuran ... 33

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.8 Teknik Pengolahan Data ... 40

3.9 Analisis Data ... 42

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 43

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 43

4.2. Hasil Analisis Univariat ... 44


(12)

BAB 5 PEMBAHASAN ... 55

5.1 Hubungan Manajemen Pengawasan dengan Kualitas Bakteriologis . 55 5.2 Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan dengan Kualitas Bakteriologis ... 56

5.3 Hubungan Sumber Air Baku dengan Kualitas Bakteriologis ... 58

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

6.1 Kesimpulan ... 60

6.2 Saran ... 61


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Jumlah Minimal Sampel Dalam Pemeriksaan Kualitas Bakteriologis... 11 2.2. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agentnya... 18 3.1. Definisi Operasional, Cara Ukur, Kategori dan Skala Ukur Variabel... 32 4.1. Distribusi Formulir Inspeksi Manajemen Pengawasan Depot Air Minum

Isi Ulang di Kota Batam Tahun 2008... 45 4.2. Distribusi Formulir Inspeksi Kondisi Sanitasi Lingkungan Depot Air

Minum Isi Ulang di Kota Batam Tahun 2008... 47 4.3. Distribusi Manajemen Pengawasan Depot Air Minum Isi Ulang di Kota

Batam Tahun 2008 ... 49 4.4. Distribusi Kondisi Sanitasi Lingkungan Depot Air Minum Isi Ulang di

Kota Batam Tahun 2008 ... 50 4.5. Distribusi Sumber Air Baku Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Batam

Tahun 2008... 51 4.6. Hasil Analisis Hubungan Antara Manajemen Pengawasan Depot Air

Minum Isi Ulang dengan Kualitas Bakteriologis di Kota Batam Tahun 2008... ... 52 4.7. Hasil Analisis Hubungan Antara Kondisi Sanitasi Lingkungan Depot

Air Minum Isi Ulang dengan Kualitas Bakteriologis Kota Batam Tahun 2008 ... ... 53 4.8. Hasil Analisis Hubungan Antara Sumber Air Baku Depot Air Minum Isi


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Izin Penelitian dari Sekolah Pascasarjana ... 64 2. Izin Pelaksanaan Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Batam... 65 3. Permohonan Izin Daftar Depot Air Minum Isi Ulang Sertifikat Laik

Minum ... 66 4. Sertifikat Laik Sehat Depot air Minum Isi Ulang dari Dinas

Kesehatan Kota Batam ... 67 5. Hasil Laboratorium Pemeriksaan Sampel Air Minum Isi Ulang dari

Dinas Kesehatan Kota Batam... 68

6. Master Data Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan Dan

Kualitas Bakteriologis Pada Depot Air Minum Isi Ulang Kota Batam... .


(15)

ABSTRAK

Air bersih yang layak di minum sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan manusia, semakin sulit di temukan sebagai akibat pencemaran limbah rumah tangga dan limbah industri terhadap sumber air permukaan maupun air tanah. Kondisi kualitas dan kuantitas air sangat rendah di Kota Batam sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dan harapan penduduk, menyebabkan air menjadi benda ekonomi yang mahal sehingga masyarakat mencari alternatif untuk mendapatkan air yang layak di minum, yaitu air minum dari depot dengan harga yang lebih murah dan yang menjadi ruang lingkupnya adalah untuk mengetahui hubungan pengawasan sanitasi lingkungan dan kualitas bakteriologis pada depot air minum isi ulang Kota Batam.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan manajemen pengawasan sanitasi lingkungan dengan kualitas bakteriologis pada depot air minum isi ulang Kota Batam. Jenis penelitian ini menggunakan survei dengan rancangan desain studi cross sectional guna mengetahui hubungan manejemen pengawasan sanitasi lingkungan dengan kualitas bakteriologis air minum isi ulang yang dilakukan diwilayah kota Batam.

Berdasarkan hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan antara manajemen pengawasan (pengawasan, sumber daya manusia, pencatatan kegiatan) dengan kualitas bakteriologis pada depot air minum isi ulang, ( p > 0,05 ), terdapat hubungan kondisi sanitasi lingkungan (tempat cuci tangan, bangunan dan kebersihan lingkungan pengolahan, hygiene karyawan, pembuangan sampah dan limbah) dengan kualitas bakteriologis pada depot air minum isi ulang (p < 0,05 ), terdapat hubungan sumber air baku (PDAM dan Sumur bor) dengan kualitas bakteriologis pada depot air minum isi ulang (p < 0,05 ).

Dinas Kesehatan Kota Batam melakukan pengawasan terhadap depot air minum isi ulang baik pewadahan atau gallon yang kualitas airnya digunakan konsumen. Pengelola depot air minum isi ulang menjadi anggota asosiasi pengusaha depot air minum isi ulang.Pengelola perlu memperhatikan secara hygienis dalam hal kebersihan bangunan, fasilitas sanitasi, hygienis karyawan, sarana pengolahan, dan pelayanan terhadap konsumen. Sebelum depot air minum isi ulang berdiri, pengelola dan karyawan wajib mengikuti kursus hygene sanitasi yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Batam.

Kata Kunci : Manajemen Pengawasan, Kualitas Bakteriologis, Depot Air Daftar Pustaka : 31 (1990 – 2007)


(16)

ABSTRACT

The drinking water as a vital need of the human being for survive is scarce for the pollution by domestic waste and industrial waste to the source of surface water and underground water. The quality and quantity of water is very low at Batam city that did not able to supply the need and a hope of the population that cause the water is very expensive. This condition encourage the people to seek alternative to get the drinking water, i.e. the drinking water from the water depot in the higher price. The scope is to study a relationship between the environment sanitation supervision and quality of bacteriology at the refill drinking water depot at Batam city.

This research aims to study a relationship between the supervision management on the environment sanitation and the quality of bacteriology at refill drinking water depot at Batam City. This research applies a survey by cross sectional study design to study the environment sanitation and the quality of bacteriology at refill drinking water depot at Batam City.

Based in the results of research indicates that there is not a relationship between the supervision management (supervision, human resources, and recording) on the environment sanitation and the quality of bacteriology at refill drinking water depot (p>0.05), but there is a correlation between the environment sanitation (wastafel, building and processing sanitation, employee hygiene, waste disposal) and the bacteriology quality on refill drinking water depot (p<0.05), there is a correlation between the water material (PDAM and drilling well) and bacteriology quality at refill drinking water refill (p<0.05).

The Health office of Batam city do the supervision on the quality of water at the refill drinking water depot that consumed by the consumer. The management of refill drinking water depot is member of association of refill drinking water entrepreneur. The management must pay attention to the hygiene and sanitation of the building, sanitation facility, hygiene of employee, processing facilities and customer service. Before the establishment of refill drinking water, the management and employee must follow the sanitation hygiene course conducted by health office of Batam city.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun makluk hidup

di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, seperti di dalam sel tumbuhan terkandung lebih dari 75% atau di dalam sel hewan terkandung lebih dari 67%. Dari sejumlah 40 juta mil kubik air yang berada di permukaan dan di dalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5 % (0,2 juta mil – kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Karena 97% dari sumber air tersebut terdiri dari air laut 2,5% berbentuk salju abadi yang baru dalam keadaan mencair dapat digunakan (Siswanto, 2003).

Menurut WHO dalam Depkes (2006) beberapa data menyebutkan bahwa volume kebutuhan air bersih bagi penduduk rata-rata didunia berbeda. Di negara maju, air yang dibutuhkan adalah lebih kurang 500 liter/orang/hari, sedangkan di Indonesia (kota besar) sebanyak 200-400 liter/orang/hari dan didaerah pedesaan hanya 60 liter/orang/hari. Kebutuhan akan air berubah-ubah, adapun faktor penyebab perubahan (meningkat atau menurun) kebutuhan air disebabkan oleh faktor-faktor seperti :

1. Tersedianya air (faktor kemudahan) dimana volume penggunaan air oleh


(18)

2. Harga air (faktor ekonomi) dimana penduduk akan menghemat pemakaian air jika harga air tinggi

3. Jarak (jauh/dekat) dari sumber air, dimana penduduk akan menghemat pemakaian air jika tempat pengambilan air jauh dari pemukiman, walaupun sumber airnya melimpah.

4. Kualitas air, jika kualitas makin baik maka penggunaan akan lebih banyak. 5. Budaya dan agama, yang memerlukan air untuk kegiatan-kegiatannya.

Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, maka jumlah penyediaan air selalu meningkat untuk setiap saat. Akibatnya kegiatan untuk pengadaan sumber air baru, setiap saat terus dilakukan antara lain dengan (1) mencari sumber-sumber air baru, baik berbentuk air tanah, air sungai, air danau, (2) mengolah dan menawarkan air laut, dan (3) mengolah dan menyehatkan kembali sumber air kotor yang telah tercemar seperti air sungai, air danau (Unus Suriawiria, 1995).

Masalah pelik yang harus dihadapi dalam masalah mengolah air adalah karena semakin meningkat dan tingginya pencemaran yang memasuki badan air. Pencemaran tersebut dapat berasal dari : sumber domestik, yang terdiri dari rumah tangga, dan sumber non domestik, yang terdiri dari kegiatan pabrik, industri, pertanian (Unus Suriawiria, 1995).

Menurut Depkes (2006) faktor mencemari kualitas air minum adalah cemaran fisik seperti benda mati baik halus maupun kasar, kondisi alam seperti suhu, cuaca,


(19)

minum. Sedangkan faktor biologis dapat berupa jasad renik pathologis seperti bakteri, virus, kapang dan jamur yang dapat menimbulkan penyakit atau keracunan.

Kebutuhan penduduk terhadap air minum dapat dipenuhi melalui air yang dilayanani oleh sistim perpipaan (PDAM), air minum dalam kemasan (AMDK) maupun depot air minum isi ulang. Selain itu air tanah dangkal dari sumur-sumur gali atau pompa serta air hujan diolah oleh penduduk menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu.

Kecendrungan penduduk untuk mengkonsumsi air minum siap dipakai demikian besar, sehingga usaha depot air minum isi ulang tumbuh subur dimana-mana yang perlu diawasi, dibina dan diawasi kualitasnya agar selalu aman dan sehat untk dikonsumsi masyarakat.

Keberadaan depot air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk di konsumsi. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keamanan produknya. Hasil pengujian laboratorium yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) atas kualitas depot air minum isi ulang di Jakarta bahwa dari 96 depot air minum isi ulang, 20% tercemar bakteri coli form dan logam berat pada sejumlah sampel, hal ini tidak layak untuk mengkonsumsi sebagai air minum (Siswanto, 2003).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor : 907/Men-Kes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, pengawasan mutu air pada depot air minum isi ulang menjadi tugas dan tanggung


(20)

jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk depot air minum isi ulang, perizinan, pembinaan, pengawasan, peredarannya belum dilakukan sebagaimana mestinya padahal masyarakat memerlukan informasi yang jelas terutama tentang keamanan konsumsi air minum tersebut (Hastaryo, 2005).

Keadaan sanitasi tempat bangunan dan proses pengolahan yang kurang memenuhi persyaratan kesehatan dapat menjadi sumber keberadaan bakteriologis pada depot air minum isi ulang (Suprihatin, 2003).

Sejak Pulau Batam dan beberapa pulau sekitarnya dikembangkan oleh Presiden R.I. menjadi daerah industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata membuat kota Batam dijadikan sebagai kota bursa tenaga kerja. Akibatnya terjadi arus imigrasi ke Batam yang akhirnya meningkatnya laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan jumlah penduduk kota Batam tahun 2007 telah mencapai 720.834 jiwa dengan 10 kecamatan, luas 415 km2 (41.500 Ha), kondisi ini mempengaruhi tingginya pemanfaatan sumber-sumber air (Dinkes, 2007).

Wilayah Kota Batam seperti halnya kecamatan-kecamatan di daerah Kabupaten di Kepulauan Riau, juga merupakan bagian dari paparan hortinental. Pulau-pulau yang tersebar di daerah ini merupakan sisa-sisa erosi atau penyusutan dari daratan pra tersier yang membentang dari Semenanjung Malaysia/Pulau Singapura di bagian utara dengan pulau-pulau Moro dan Kundur serta Karimun di bagian selatan. Permukaan tanah di kota Batam pada umumnya dapat digolongkan datar dengan variasi disana – sini berbukit – bukit dengan ketinggi maksimum 160


(21)

meter di atas permukaan laut. Sungai-sungai kecil banyak mengalir dengan aliran penan dan dikelilingi hutan-hutan serta semak belukar yang lebat (Bappeda, 2007).

Untuk dapat memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat, menjadi alasan tumbuhnya industrialisasi dalam penyediaan air minum dengan dukungan kondisi geografi daerah yang mempunyai beberapa sumber air. Air minum dalam kemasan yang disebut-sebut menggunakan air baku dari mata air pegunungan telah banyak dikonsumsi masyarakat Batam, namun harga air minum dalam kemasan relatif mahal, sementara itu air bersih yang didistribusikan perusahaan daerah air minum (PDAM) Kota Batam dengan cakupan 79% kualitas dan kuantitasnya sangat rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan penduduk, menyebabkan air menjadi benda ekonomi yang mahal sehingga masyarakat mencari alternatif untuk mendapatkan air yang layak di minum, yaitu air minum dari depot dengan harga yang lebih murah.

Air minum isi ulang merupakan suatu jawaban akan kebutuhan masyarakat Batam. Air minum isi ulang yang diperoleh dari depot, harganya jauh lebih murah, bisa sepertiga dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek. Tidak mengherankan bila banyak masyarakat konsumen beralih pada layanan air minum isi ulang, menyebabkan depot air minum isi ulang di Kota Batam tumbuh dengan pesat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Batam, tercatat bahwa sampai tahun 2007 di Kota Batam sudah terdapat 62 buah depot air minum isi ulang.

Depot air minum isi ulang, perizinan, pembinaan, pengawasan, peredarannya belum dilakukan berdasarkan Kep.Menkes RI No.907/Menkes/SK/VII/2002 oleh


(22)

Dinas Kesehatan Kota Batam, padahal masyarakat memerlukan informasi yang jelas terutama tentang keamanan konsumsi air minum isi ulang ini.

Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pelaksanaan kewajiban pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air (PP, 2001).

Hastaryo (2005) menemukan 6 depot air minum isi ulang (9,4%) dari 31 sampel di Kabupaten Sleman tidak memenuhi syarat kesehatan. Selanjutnya dikatakan bahwa yang berpengaruh terhadap kualitas air minum isi ulang salah satu faktor adalah tingkat pendidikan dan pengetahuan pengelola.

Menurut hasil analisis laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2002, bahwa dari 120 sampel air minum isi ulang depot yang diambil dari sepuluh kota besar, diketahui 16% terkontaminasi bakteri Coli form. Sepuluh kota besar tersebut adalah Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, Cikampek, Medan, Denpasar, Yogyakarta, Semarang dan Surabaya.

Air baku umumnya diperoleh dari berbagai sumber yaitu dari air tanah seperti mata air (pegunungan), air bawah tanah seperti sumur bor, air danau atau sungai. Air baku juga harus memenuhi syarat fisik, kimiawi dan bakteriologis. Sumber air baku harus tetap terjaga dan terpelihara keberlanjutannya dan ekosistem tidak terganggu, tidak hanya dilihat dari sistem hidrologinya saja tetapi juga sistem kehidupan, termasuk dampak dan konflik sosialnya.


(23)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian dalam uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah perlunya diketahui apakah ada tidaknya hubungan manajemen pengawasan, kondisi sanitasi lingkungan serta sumber air baku dengan kualitas bakteriologis air minum pada depot air minum isi ulang yang dibuktikan dengan observasi dan uji laboratorium untuk mewujudkan kualitas air minum isi ulang yang memenuhi syarat kesehatan

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan manajemen pengawasan sanitasi lingkungan dengan kualitas bakteriologis pada depot air minum isi ulang di kota Batam.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Memberi manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang manajemen pengawasan sanitasi lingkungan dan kualitas bakteriologis pada depot air minum isi ulang.

1.4.2. Memberikan informasi kepada masyarakat kota Batam yang meminum air minum isi ulang yang bebas dari bahan tercemar dan memenuhi syarat kesehatan.

1.4.3. Hasil penelitian ini dapat menambah kesadaran pentingnya peningkatan pengawasan kualitas air minum isi ulang baik oleh pengelola maupun masyarakat.


(24)

1.4.4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi instansi pemerintah (Dinas Kesehatan) dan instansi terkait lainnya untuk dapat melakukan pengawasan yang lebih baik serta pembinaan terhadap baik pengelola dan pengusaha depot air minum isi ulang.


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pengawasan dan Manajemen Pengawasan

Pengawasan biasa juga disebut pengendalian, yaitu proses menyakinkan bahwa aktifitas aktual sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Pengawasan membantu pimpinan memonitor keefektifan perencanaan, pengorganisasian dan kepemimpinan. Bagian penting dari proses pengawasan adalah melakukan koreksi sesuai dengan yang dibutuhkan (Harsono, 2004). Salah satu pengertian lain dari pengawasan yaitu melakukan penilaian dan sekaligus koreksi terhadap setiap penampilan karyawan untuk mencapai tujuan seperti yang telah ditetapkan dalam rencana (Azwar, 1996).

Manajemen pengawasan adalah upaya penerapan standar pelaksanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang ada, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa usaha atau kegiatan telah dilaksanakan secara baik dalam mencapai tujuan (Handoko, 1984).


(26)

2.1.1. Tujuan Pengawasan Kualitas Air

Pengawasan kualitas air bertujuan untuk melindungi masyarakat dari penyakit atau gangguan kesehatan yang berasal dari air minum atau air bersih yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan melalui surveilens kualitas air secara berkesinambungan (Depkes RI, 2002).

Dalam rangka memenuhi persyaratan kualitas air minum sebagaimana menurut keputusan Menkes No : 907/Menkes/SK/VII/2002, maka perlu dilaksanakan kegiatan pengawasan kualitas air minum yang diselenggarakan secara terus menerus dan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh penduduk dari penyediaan air minum yang ada, terjamin kualitasnya, sesuai dengan persyaratan kualitas air minum yang tercantum dalam keputusan ini.

Pengawasan kualitas air minum dalam hal ini meliputi :

1. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun swasta yang didistribusikan ke masyarakat dengan sistem perpipaan.

2. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun swasta, didistribusikan kepada masyarakat dengan kemasan dan atau isi ulang. Kegiatan pengawasan ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yang meliputi :

1. Pengamatan lapangan atau inspeksi sanitasi :

Pada air minum perpipaan maupun air minum kemasan, dilakukan pada seluruh unit pengolahan air minum, mulai dari sumber air baku, instalasi pengolahan,


(27)

proses pengemasan bagi air minum kemasan, dan jaringan distribusi sampai dengan sambungan rumah bagi air minum perpipaan.

2. Pengambilan sampel :

Jumlah, frekuensi, dan titik sampel air minum harus dilaksanakan sesuai kebutuhan dengan ketentuan minimal sebagai berikut :

a. Untuk penyediaan air minum perpipaan. 1) Pemeriksaan kualitas bakteriologis

Jumlah minimal sampel air minum perpipaan pada jaringan distribusi adalah :

Tabel 2.1. Jumlah Minimal Sampel Dalam Pemeriksaan Kualitas Bakteriologis

Penduduk yang dilayani Jumlah minimal sampel per bulan

1. < 5000 jiwa Satu sampel

2. 5000 s/d 10.000 jiwa Satu Sampel sampel per 5000 jiwa

3. > 100.000 jiwa Satu sampel per 10.000 jiwa, ditambah 10 sampel tambahan

2) Pemeriksaan kualitas kimiawi

Jumlah sampel air minum perpipaan pada jaringan distribusi minimal 10% dari jumlah sampel untuk pemeriksaan bakteriologis.

3) Titik pengambilan sampel air :

Harus dipilih sedemikian rupa sehingga mewakili secara keseluruhan dari sistem penyediaan air minum tersebut, termasuk sampel air baku.

4) Pada saat pengambilan sampel, sisa khlor pada sampel air minimal 0,2 mg/I, jika bahan khlor digunakan sebagai desinfektan.


(28)

b. Untuk penyediaan air minum kemasan dan atau isi ulang.

Jumlah dan frekuensi sampel air minum harus dilaksanakan sesuai kebutuhan dengan ketentuan minimal sebagai berikut :

1) Pemeriksaan kualitas bakteriologis :

Jumlah minimal sampel air minum pada penyediaan air minum kemasan dan atau isi ulang adalah sebagai berikut :

a) Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan sekali

b) Air yang siap dimasukkan ke dalam kemasan/botol isi ulang, minimal satu sampel sebulan sekali.

c) Air dalam kemasan minimal dua sampel sebulan sekali. 2) Pemeriksaan kualitas kimiawi :

Jumlah minimal sampel air minum adalah sebagai berikut : a) Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan sekali

b) Air yang siap dimasukkan ke dalam kemasan/botol isi ulang minimal satu sampel sebulan sekali.

c) Air dalam kemasan minimal satu sampel sebulan sekali. 3) Pemeriksaan kualitas air minum :

Dilakukan di lapangan, dan di laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, atau laboratorium lainnya yang ditunjuk.

4) Hasil pemeriksaan laboratorium harus disampaikan kepada pemakai jasa, selambat-lambatnya 7 hari untuk pemeriksaan mikrobilogik dan 10 hari untuk


(29)

5) Pengambilan dan pemeriksaan sampel air minum dapat dilakukan sewaktu-waktu bila diperlukan karena adanya dugaan terjadinya pencemaran air minum yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan atau kejadian luar biasa pada para konsumen.

6) Parameter kualitas air yang diperiksa :

Dalam rangka pengawasan kualitas air minum secara rutin yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, maka parameter kualitas air minimal yang harus diperiksa di Laboratorium adalah sebagai berikut :

Parameter mikrobiologi yang berhubungan langsung dengan kesehatan adalah E.

Coli dan Total Bakteri Coli form.

7) Parameter kualitas air minum lainnya selain dari parameter yang tersebut, dapat dilakukan pemeriksaan bila diperlukan, terutama karena adanya indikasi pencemaran oleh bahan tersebut.

8) Bila parameter tersebut tidak dapat diperiksa di laboratorium kabupaten/kota, maka pemeriksaannya dapat dirujuk ke laboratorium propinsi atau laboratorium yang ditunjuk sebagai laboratorium rujukan.

9) Bahan kimia yang diperbolehkan digunakan untuk pengolahan air, termasuk bahan kimia tambahan lainnya hanya boleh digunakan setelah mendapatkan rekomendasi dari Dinas Kesehatan setempat.

10)Hasil pengawasan kualitas air wajib dilaporkan secara berkala oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat kepada Pemerintah Kabupaten/ Kota setempat secara rutin, minimal setiap 3 (tiga) bulan sekali, dan apabila terjadi kejadian luar biasa karena


(30)

terjadinya penurunan kualitas air minum dari penyediaan air minu tersebut maka pelaporannya wajib langsung dilakukan, dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Direktur Jenderal.

2.2. Definisi Air Minum

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan No.:907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum (Depkes, 2002). Slamet (1994) menyatakan, bagi manusia air minum merupakan kebutuhan utama untuk berbagai keperluan, seperti mandi, cuci, kakus dan dalam produksi pangan, mengingat bahwa berbagai penyakit dapat ditularkan melalui air saat manusia memanfaatkannya, maka untuk memutuskan penularan penyakit tersebut diperlukan sistem penyediaan air bersih maupun air minum yang baik bagi manusia.

Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk itu perusahaan air minum selalu memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan pada pelanggan, karena air baku belum tentu memenuhi standar, maka perlu dilakukan pengolahan agar memenuhi standar air minum. Air minum yang ideal harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau dan tidak mengandung kuman patogen. Air seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya


(31)

persyaratan ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air atau water borne diseases (Slamet, 1994).

2.2.1. Persyaratan Bakteriologis Air Minum

Parameter mikrobiologis untuk air minum adalah dengan menggunakan bakteri coli form dan E coli. Apabila dalam pemeriksaan air minum dan ditemukan adanya bakteri tersebut, maka dapat dipastikan bahwa air tersebut telah terkontaminasi oleh tinja manusia dan hewan berdarah panas (Depkes RI, 2002).

Menurut National Academy of Sciences USA dalam Purwati (2005) bahwa

bakteri indikator adalah bakteri yang memenuhi persyaratan berikut : 1. Dapat diterapkan untuk semua jenis perairan

2. Selalu ditemukan bila di dalam perairan tersebut terdapat bakteri patogen 3. Jumlahnya sebanding dengan tingkat pencemaran perairan tersebut 4. Jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan bakteri patogen 5. Tidak mengalami pertumbuhan selama berada di perairan 6. Daya tahan hidupnya lebih lama daripada bakteri patogen

7. Tidak ditemukan di dalam perairan yang tidak mengalami pencemaran 8. Relatif mudah dideteksi di laboratorium

9. Mempunyai ciri-ciri yang tetap

10.Tidak berbahaya atau menyebabkan penyakit pada manusia atau hewan.

Berdasarkan kriteria tersebut di atas, bakteri yang memenuhi syarat sebagian besar persyaratan adalah kelompok bakteri koli (Coli form). Kelompok bakteri koli


(32)

termasuk famili Enterobacteriaceae. Bakteri Enterobacteriaceae mempunyai 4 marga yaitu marga Excherichia, Citrobacter, Enterobacter/Aerobacter dan Klebsiella

(Hastaryo, 2005).

Ciri-ciri utama mikroba yang termasuk dalam kelompok Enterobacteriaceae, yaitu bersifat gram negatif, anaerobik fakultatif, berbentuk batang, oksidase negatif, tidak membentuk spora, fermentatif dan biasanya bergerak. Kelompok bakteri ini terdiri dari bakteri yang bersifat patogen dan non patogen dan merupakan flora normal dalam usus.

Penyebaran kelompok bakteri koli (Coli form) di alam sangat luas, diantaranya adalah hidup dan berkembang di dalam usus manusia dan binatang berdarah panas. Bakteri yang terdapat dalam suatu perairan dapat dibedakan menurut tempat asalnya, yaitu ada yang berasal dari usus manusia dan binatang (yang keluar bersama tinja) dan yang bukan berasal dari usus manusia. Perbedaannya terletak pada usus manusia dan binatang (yang keluar bersama tinja) dan yang bukan berasal dari usus manusia. Perbedaannya terletak pada suhu inkubasi pada saat analisis sampel air. Bakteri yang berasal dari usus manusia memerlukan suhu inkubasi 44,50C selama 24-48 jam, sedangkan yang bukan berasal dari usus manusia suhu inkubasinya 350C selama 24-48 jam. Kelompok bakteri yang berasal dari usus manusia dan binatang disebut bakteri Fecal coli atau E. coli. Selain bakteri Fecal coli, didalam usus hewan berdarah panas juga terdapat Fecal streptococcus yang termasuk dalam famili


(33)

Walaupun demikian, daya tahan hidup bakteri Fecal streptococcus dalam suatu perairan lebih kuat bila dibandingkan dengan kelompok bakteri coli.

2.2.2. Penyakit Bawaan Air

Adanya penyebab penyakit di dalam air dapat menyebabkan efek langsung terhadap kesehatan. Penyebab penyakit yang ditularkan melalui air dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian besar (Slamet, 1994), yaitu :

1. Penyebab hidup, yang menyebabkan penyakit menular

2. Penyebab tidak hidup, yang menyebabkan penyakit tidak menular Peranan air dalam penularan penyakit adalah :

a. Air sebagai penyebar mikroba patogen

b. Air sebagai sarang insekta penyebaran penyakit c. Air sebagai sarang hospes penular penyakit

d. Air sebagai media bagi pencemaran bahan-bahan kimia

Penyakit menular yang disebarkan melalui air disebut penyakit bawaan air (water borne diseases), penyakit-penyakit tersebut hanya dapat menyebar apabila mikroorganisme penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jenis mikroba yang dapat disebarkan melalui air, yaitu virus, bakteri, protozoa dan metazoa.


(34)

Tabel 2.2. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agentnya

Agent Penyakit

Virus :

Rotavirus

Virus Hepatitis A Virus Poliomyelitis

Diare pada anak-anak Hepatitis A

Polio Bakteri :

Vibrio cholerae

Escherichia coli enteropatogenik Salmonella typhi Salmonella paratyphi Shigella dysentriae Cholera Diare dysentri Typus abdominalis Paratyphus Dysentri Protozoa : Entamoeba histolytica Balantidia coli Giardia lamblia Dysentri amoeba Balantidiasis Giardiasis Metazoa : Ascaris lumbricoides Clonorchis sinensis Dyphylobothrium latum Taenia saginata/solium Schistosoma Ascariasis Clonorchisasis Dyphylobothriasis Taeniasis Schistosomiasis

Sumber : Slamet, 1994

2.3. Depot Air Minum Isi Ulang

Depot air minum isi ulang adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen (Deperindag, 2004). Proses pengolahan air pada prinsipnya harus mampu menghilangkan semua jenis pollutan, baik fisik, kimia maupun mikrobiologi (Suprihatin, 2003). Proses pengolahan air pada depot air minum isi ulang terdiri atas


(35)

penyaringan (filtrasi) dan desinfeksi. Pertama, air akan melewati filter dari bahan silika untuk menyaring partikel kasar. Setelah itu memasuki tabung karbon aktif untuk menghilangkan bau. Tahap berikutnya adalah penyaringan air dengan mata saringan berukuran 10 mikron kemudian melalui saringan 1 mikron untuk menahan bakteri.

Air yang keluar dari saringan 1 mikron dinyatakan telah bebas dari bau dan bakteri, ditampung pada tabung khusus yang berukuran lebih kecil dibanding tabung penampung air baku. Selanjutnya adalah tahap mematikan bakteri yang mungkin masih tersisa dengan menggunakan sinar ultraviolet, ozonisasi dan Reversed

Osmosis.

1. Ultraviolet (UV)

Salah satu metode pengolahan air adalah dengan penyinaran sinar ultraviolet dengan panjang gelombang pendek yang memiliki daya inti mikroba yang kuat. Cara kerjanya adalah dengan absorbsi oleh asam nukleat tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan pada permukaan sel. Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet, harus diperhatikan bahwa intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus cukup, untuk sanitasi air yang efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 MW sec/cm2 (Micro Watt detik per sentimeter per segi).

Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila intensitas dan waktunya cukup, tidak ada residu atau hasil samping dari proses penyinaran dengan ultraviolet, namun agar efektif, lampu UV harus dibersihkan


(36)

secara teratur dan harus diganti paling lama satu tahun. Air yang akan disinari dengan UV harus tetap melalui filter halus dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik, Fe atau Mn jika konsentrasinya cukup tinggi.

2. Ozonisasi

Ozon merupakan oksidan kuat yang mampu membunuh bakteri patogen, termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif disamping sangat aman.

Agar pemakaian ozon dapat dihemat, yaitu hanya ditujukan untuk membunuh bakteri-bakteri saja, maka sebelum dilakukan proses desinfeksi, air tersebut perlu dilakukan penyaringan agar zat-zat organik, besi dan mangan yang terkandung dalam air dapat dihilangkan (Surbakty, 1986, dalam Syafran, 2004). Menurut Prasetyo (2006) bahwa proses ozonisasi sebenarnya telah dikenal selama kurang lebih seratus tahun yang lalu. Proses ozonisasi pertama kali diperkenalkan oleh Nies dari negeri Perancis sebagai metode untuk mensterilisasi air minum pada tahun 1906. Penggunaan proses ozonisasi ini kemudian berkembang cepat. Hingga hanya dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun telah terdapat kurang lebih 300 lokasi pengolahan air minum yang menggunakan sistem ozonisasi di Amerika Serikat.

Desinfeksi dengan sistim ozonisasi, kualitas air dapat bertahan selama kurang lebih satu bulan dan masih aman dikonsumsi, sedangkan yang tidak menggunakan


(37)

ozonisasi, kualitas air hanya dapat bertahan beberapa hari saja air sudah tidak layak dikonsumsi. Karena tanpa ozonisasi, pertumbuhan bakteri dan jamur berlangsung cepat (Suseno-Tempo News Room, 2003).

3. Reversed Osmosis (RO)

Indriatmoko dan Herlambang (1999) dalam Syafran (2004), Reversed Osmosis (RO) adalah suatu proses pemurnian air melalui membran semipermiabel dengan tekanan tinggi (50-60 psi). Membran semipermeabel merupakan selaput penyaring skala molekul yang dapat ditembus oleh molekul air dengan mudah, akan tetapi tidak dapat atau sulit dilalui oleh molekul lain yang lebih besar dari molekul air. Membran RO menghasilkan air murni 99,99%. Diameternya lebih kecil dari 0,0001 mikron (500.000 kali lebih kecil dari sehelai rambut). Fungsinya adalah untuk menyaring mikroorganisme seperti bakteri maupun virus.

Bahan tambahan yang diperlukan dalam operasional unit pengolah air sistem RO antara lain : Kalium permanganate (KmnO4), anti scalant, anti fouling dan anti

bakteri. Kalium permanganat digunakan sebagai bahan oksidator terhadap zat besi, mangan dan bahan organik dalam air baku. Sistem pengolahan air sangat tergantung pada kualitas air baku yang akan diolah. Air baku yang buruk, seperti adanya kandungan khlorida dan TDS yang tinggi, membutuhkan pengolahan dengan sistem RO sehingga TDS yang tinggi dapat diturunkan atau dihilangkan.


(38)

2.4. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi adalah pencegahan penyakit dengan mengurangi atau mengendalikan faktor-faktor lingkungan fisik yang berhubungan dengan rantai penularan penyakit. Pengertian lain dari sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit melalui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit (Depkes, 2002).

WHO dalam Sasimartoyo (2002) memberikan batasan sanitasi, yaitu pengawasan penyediaan air minum masyarakat, pembuangan tinja dan air limbah, pembuangan sampah, vektor penyakit, kondisi perumahan, penyediaan dan penanganan makanan, kondisi atmosfer dan keselamatan lingkungan kerja. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata atau abstrak, termasuk manusia lainnya serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi antara elemen-elemen yang ada di alam (Slamet, 1994).

Menurut (Entjang, 2000) bahwa sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Pada prinsipnya usaha sanitasi bertujuan untuk menghilangkan sumber-sumber makanan (food preferences), tempat perkembangbiakan (breeding places) dan tempat tinggal (resting places) yang sangat dibutuhkan vektor dan binatang pengganggu (Depkes, 1990).


(39)

upaya kesehatan untuk memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk mencuci tangan dalam memelihara dan melindungi kebersihan tangan, menyediakan tempat sampah untuk membuang sampah dalam memelihara kebersihan lingkungan, membangun jamban untuk tempat membuang kotoran dalam memelihara kebersihan lingkungan dan menyediakan air yang memenuhi syarat kesehatan dalam upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Pentingnya lingkungan yang sehat ini telah dibuktikan WHO dengan penyelidikan-penyelidikan di seluruh dunia dimana didapatkan hasil bahwa angka kematian (mortality), angka kesakitan (morbidity) yang tinggi serta seringnya terjadi epidemi, terdapat di tempat yang sanitasi lingkungannya buruk, yaitu tempat yang terdapat banyak lalat, nyamuk, pembuangan kotoran dan sampah yang tidak teratur, air rumah tangga dan perumahan yang buruk serta keadaan sosial ekonomi rendah. Sebaliknya, di tempat-tempat yang kodnsi sanitasi lingkungannya baik, angka kematian dan kesakitan juga rendah (Entjang, 2000).

2.4.1. Faktor-faktor dan Kondisi Yang Menyebabkan Kualitas Bakteriologis Air pada Air Baku Tidak Memenuhi Standar Kesehatan

Pada dasarnya sumber air baku yang digunakan untuk penyediaan air seperti : air hujan, air permukaan (air danau, air sungai dan air waduk), air tanah dan mata air. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air baku antara lain disebabkan masuknya zat-zat pencemar yang dapat membahayakan atau mengkotaminasi air (Depkes, 2003).


(40)

2.4.2. Faktor-faktor Dan Kondisi Yang Menyebabkan Kualitas Bakteriologis Air Pada Depot Air Minum Isi Ulang Tidak Memenuhi Standar Kesehatan

Pemeriksaan coliform dan E.coli sangat penting mengingat masih ditemukan bakteri coliform dan E.coli di beberapa depot air minum isi ulang, selain itu dikhawatirkan adanya kontaminasi dengan bakteri patogen yang berbahaya bagi kesehatan terutama mikroorganisme patogen penyebab infeksi pencernaan.

Faktor – faktor dan kondisi yang menyebabkan kualitas bakterilogis air pada depot air minum isi ulang tidak memenuhi standar kesehatan (Depkes, 2003), meliputi :

1. Bakteri total coliform dan E.coli ada di air minum dikarenakan adanya kontaminasi pada peralatan pengolahan air minum, pengetahuan akan hygienes operator penjamah / pemilik depot air masih kurang, sanitasi tempat pengolahan air minum isi ulang atau sistem distribusi pada pipa penyalur air minum.

2. Saat pengambilan sampel air minum, depot air minum isi ulang dalam proses pengolahan air, sehingga belum terjadinya pengendapan. Hal ini bisa menyebabkan timbulnya kekeruhan pada air minum isi ulang sehingga akan memicu pertumbuhan bakteri.

3. Temperatur penyimpangan sampel air minum isi ulang yang dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri. Bakteri Coliform membutuhkan suhu 350C sebagai suhu optimal untuk berkembang biak, sedangkan bakteri Escherichia coli membutuhkan 370C sebagai suhu optimal untuk berkembang biak.


(41)

4. Tidak optimal pada saat melakukan istem desinfeksi / sterilisasi. Terutama depot yang menggunakan sistem desinfeksi / sterilisasi dengan ultra violet. Mekanisme kerja ultraviolet adalah memancarkan sinar radiasi yang dapat menyebabkan perubahan molekuler dalam komponen biockemical bakteri.

5. Selama operasional, efektivitas alat tidak diperhatikan oleh pemilik depot air minum isi ulang.

Dalam kehidupan manusia, air merupakan kebutuhan yang sangat vital, tanpa air manusia tidak bisa bertahan hidup demikian pula makhluk lainnya seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, air minum haruslah dapat menjamin, baik kuantitas maupun kualitasnya, seperti yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.:907/Menkes/- SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

Dalam rangka memenuhi persyaratan kualitas air minum, maka perlu dilaksanakan kegiatan pengawasan kualitas air minum yang diselenggarakan secara terus menerus dan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh penduduk dari penyediaan air minum yang ada terjamin kualitasnya, termasuk didalamnya air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun swasta, didistribusikan kepada masyarakat dengan kemasan dan atau isi ulang (Depkes, 2002). Pengawasan kualitas air perlu dilaksanakan untuk mengetahui keadaan sanitasi sarana air bersih dan kualitas air secara bateriologis maupun kimia sebagai data dasar dalam memberikan rekomendasi atau tindak lanjut untuk pengamanan kualitas air


(42)

terhadap upaya perlindungan, pencemaran, perbaikan kualitas air dan penyuluhan kepada pihak terkait (Depkes, 2003).

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi baik tidaknya kualitas air minum, diantaranya adalah tercemarnya mata air atau air baku, lemahnya sistem filtrasi dan sistem transportasi untuk mengangkut air dari sumber menuju depot (Suklan, 2003). Faktor lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi tingka cemaran mikroba (E.coli) dalam air minum isi ulang menurut Siswanto (2003) adalah proses pengolahan dan rendahnya kondisi sanitasi lingkungan depot air minum isi ulang, sehingga untuk menjaga kualitas air minum hasil produksi, maka perlu adanya pengawasan sanitasi lingkungan pada depot air minum isi ulang.

Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam proses pengolahan air, peralatan harus berfungsi dengan baik, mampu mengolah air baku untuk mereduksi kandungan partikel-partikel fisik, kimiawi yang tinggi dan membunuh mikroorganisme yang berbahaya, sehingga produksi air siap minum memenuhi syarat. Untuk memenuhi kualitas air minum, perlu dilakukan pemeriksaan kualitas di laboratorium, dengan indikator bahwa apabila dalam sampel air ditemukan bakteri Coliform atau E. coli, maka air tersebut tidak memenuhi persyaratan kualitas air minum (Slamet, 1994).


(43)

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Manajemen Pengawasan

1. Pengawasan

2. Sumber Daya Manusia 3. Pencatatan Kegiatan

Sumber Air Baku

1.PDAM 2.Sumur Bor

Kondisi Sanitasi Lingkungan

1. Tempat cuci tangan 2. Bangunan dan kebersihan

lingkungan pengolahan 3. Hygiene karyawan

4. Pembuangan sampah dan limbah 5. Pencucian gallon atau botol

Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian 2.6. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara manajemen pengawasan dengan kualitas bakteriologis depot air minum isi ulang. Semakin baik pelaksanaan pengawasan, maka kualitas air minum isi ulang akan semakin baik.

2. Ada hubungan antara kondisi sanitasi lingkungan dengan kualitas bakteriologis depot air minum isi ulang. Semakin baik kondisi sanitasi lingkungan, maka kualitas air minum isi ulang akan semakin baik.

3. Ada hubungan antara sumber air baku dengan kualitas bakteriologis air air minum isi ulang. Semakin memenuhi syarat sumber air baku, maka kualitas air minum isi ulang akan semakin memenuhi syarat kesehatan.


(44)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitain ini menggunakan survai bersifat deskriptif analitik dan korelatif dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu dalam pembahasannya melihat hubungan satu keadaan dengan keadaan lainnya yang bersifat sesaat pada suatu waktu dan tidak diikuti dalam suatu kurun waktu tertentu (Sastroasmoro, 1995). Penelitian ini guna mengetahui hubungan manejemen pengawasan sanitasi lingkungan dengan kualitas bakteriologis air minum isi ulang yang dilakukan diwilayah kota Batam. Standard yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kep.Menkes No. 907/MenKes/SK/VII/2002 tentang : Syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum (Sastroasmoro, 1995).

1. Objek penelitian yang sudah jelas sebagai unit analisis, yaitu depot air minum isi ulang.

2. Jumlah populasinya.

3. Interaksi secara teoritis dari variabel yang akan di teliti, yaitu kualitas bakteriologis air minum isi ulang (sebagai variabel dependen), manejemen pengawasan, kondisi sanitasi lingkungan dan sumber air baku (sebagai variabel independen).


(45)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Batam sebagai pusat perdagangan, industri, pelabuhan di daerah tersebut, dengan pertimbangan: (1) Kota Batam telah banyak berdiri pengolahan air minum dalam bentuk depot air minum isi ulang, (2) pengawasan depot air minum isi ulang oleh instansi berwenang dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Batam belum berjalan sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor : 907/Menkes/SK/VII/2002, dan (3) belum pernah dilakukan penelitian tersebut di kota Batam.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dengan pengusulan judul penelitian, penelusuran daftar pustaka, persiapan proposal penelitian, merancang kuesioner, konsultasi dengan pembimbing, pelaksanaan penelitian, analisa data sampai dengan penyusunan laporan akhir. Penelitian ini direncanakan selama 6 bulan, yaitu dari bulan Januari 2008 sampai dengan bulan Juni 2008.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua depot air minum isi ulang yang berada di dalam wilayah Kota Batam yang berjumlah 62 depot. Besar sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus Taro Yamane yang dikutip oleh Rakhmat dalam Riduwan (2004), yaitu :


(46)

1 . 2 +

= d N N n Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d2 = Presisi yang ditetapkan

Tingkat presisi yang ditetapkan adalah 10% pertapaan presisi 10% berdasarkan pertimbangan keterbatasan dan kemampuan penelitian, baik dari segi waktu, tenaga maupun biaya, maka didapatkan jumlah besar sampel adalah :

1 . 2 +

= d N N n 1 1 , 0 . 62 62 2+ = n 1 ) 01 , 0 ).( 62 ( 62 + =

n = 38 depot air minum isi ulang.

Pengambilan sampel sebanyak 38 untuk suatu penelitian berbentuk cross

sectional dianggap sudah mewakili sampel kajian. Borg dan Gall (1979) menjelaskan

bahwa penentuan jumlah sampel untuk suatu unit analisis perlu jumlah diantara 20 hingga 50 subyek. Selanjutnya dikatakan bahwa jumlah sampel yang sesuai tergantung kepada tujuan penelitian dan keadaan subyek yang dikaji. Namun demikian, jumlah sampel sebanyak 30 telah diterima umum sebagai jumlah sampel minimum sekiranya analisis statistik tertentu akan digunakan.

Penentuan sampel menggunakan teknik sampel acak sederhana (Simple

Random Sampling). Dikatakan sederhana (simple) karena pengambilan sampel


(47)

populasi. Cara demikian sesuai bila anggota populasi dianggap homogen (Sugiono, 2005).

Metode pengambilan sampel acak sederhana adalah metode yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi dengan cara demikian rupa, sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk diambil sebagai sampel. Ini berarti semua angota populasi menjadi anggota dari kerangka sampel (Sugiarto, 2003).

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pengendalian atas nomor-nomor individu yang ada dalam kerangka sampel. Dalam hal ini, masing-masing nomor atau nama dari anggota populasi ditulis pada selembar kertas kecil kemudian digulung dan ditempatkan dalam sebuah cawan, selanjutnya di undi hingga mendapatkan jumlah sampel sesuai jumlah yang ditentukan, yaitu 38 sampel.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer tentang manajemen pengawasan depot air minum isi ulang, kondisi sanitasi lingkungan dikumpulkan dengan cara melakukan observasi dan wawancara dengan pemilik atau penanggungjawab dengan menggunakan lembar observasi atau daftar tilik depot air minum isi ulang dan data kualitas bakteriologis air minum isi ulang diperoleh melalui hasil pemeriksaan laboratorium.


(48)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Batam, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Batam, yang merupakan lokasi penelitian serta buku-buku literatur yang ada.

Data pelaksanaan pengawasan depot air minum isi ulang diperoleh dengan menggunakan angket yang diisi oleh petugas sanitasi bagian pengawasan kualitas air Dinas Kesehatan Kota Batam.

3.5 Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional, Cara Ukur, Kategori dan Skala Ukur Variabel

Variabel Definisi Operasional

Cara dan

Alat Ukur Kategori Skala

Ukur Kualitas bakteriologis air minum isi ulang Menganalisis air minum isi ulang yang memenuhi syarat kesehatan atau tidak memenuhi syarat kesehatan dan cemaran bakteriologis.

Pemeriksaan laboratorium

1. Memenuhi syarat kesehatan 2. Tidak memenuhi

syarat kesehatan -Nominal Manajemen pengawasan Pengawasan Sumber Daya Manusia dan Pencatatan Kegiatan Observasi langsung 1. Baik 2. Buruk Ordinal Kondisi sanitasi lingkungan Kondisi lingkungan fisik depot air minum isi ulang yang diukur dengan parameter kebersihan Observasi langsung menggunakan formulir pemeriksaan 1. Baik 2. Buruk Ordinal Sumber air baku

Air baku dari sumber air

Wawancara 1. PDAM

2. Sumur Bor


(49)

3.6 Metode Pengukuran

Pengukuran pada manajemen pengawasan sanitasi lingkungan dan kualitas bakteriologis pada depot air minum isi ulang dibagi ada beberapa hal yang meliputi : 1. Pengukuran kualitas bakteriologis depot air minum isi ulang dilakukan dengan

melihat hasil pemeriksaan dilaboratorium dengan menggunakan kategori memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat dengan berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang : Syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum.

2. Pengukuran Manejemen pengawasan depot air minum isi ulang dilakukan

observasi : (a) pengawasan, (b) sumber daya manusia, dan pencatatan kegiatan Menurut Depkes RI (2002), pengukuran manajemen pengawasan depot air minum isi ulang adalah digunakan skala ordinal dengan 2 (dua) kategori yaitu baik dan buruk. Untuk memperoleh kategori baik, buruk menggunakan sistim pembobotan (skoring). Jumlah pertanyaan pemeriksaan untuk mengukur manajemen pengawasan ada 9 pertanyaan dengan total skor 9 Jawaban yang benar / ada diberi nilai satu (1) dan jawaban salah / tidak ada di beri nilai nol (0).

Berdasarkan total skor dari 9 pertanyaan pemeriksaan yang dilakukan, maka manajemen pengawasan diklasifikasikan dalam dua (2) kategori yaitu :

a. Baik ; Apabila hasil pemeriksaan memiliki total skor > 70%, skor dari 9 pertanyaan pemeriksaan yang dilakukan.

b. Buruk ; Apabila hasil pemeriksaan memiliki total skor < 70%, skor dari 9 pertanyaan pemeriksaan yang dilakukan.


(50)

3. Pengukuran kondisi sanitasi lingkungan depot air minum isi ulang meliputi berdasarkan hasil observasi :

a. Tempat cuci tangan

b. Bangunan dan kebersihan lingkungan pengolahan c. Hygiene karyawan

d. Pembuangan sampah dan limbah e. Pencucian gallon (botol)

Pengukuran kondisi sanitasi lingkungan adalah digunakan skala ordinal dengan 2 (dua) kategori yaitu : baik dan buruk. Untuk memperoleh kagetori baik, buruk menggunakan sistem pembobotan (skoring).

Jumlah pertanyaan pemeriksaan untuk mengukur kondisi sanitasi lingkungan ada 20 pertanyaan dengan total skor 20 Jawaban yang benar / ada diberi nilai satu (1) dan jawaban salah / tidak ada di beri nilai nol (0).

Berdasarkan total skor dari 20 pertanyaan pemeriksaan yang dilakukan, maka kondisi lingkungan diklasifikasikan dalam dua (2) kategori yaitu :

a. Baik ; Apabila hasil pemeriksaan memiliki total skor > 70%, skor dari 20 pertanyaan pemeriksaan yang dilakukan.

b. Buruk ; Apabila hasil pemeriksaan memiliki total skor < 70%, skor dari 20 pertanyaan pemeriksaan yang dilakukan (Depkes, 2006)

4. Pengukuran sumber air baku depot air minum isi ulang dilakukan pemeriksaan sampel dilaboratorium dengan menggunakan kategori memenuhi syarat dan tidak


(51)

907/MenKes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

1. Persiapan

a. Studi pendahuluan, dilakukan untuk memperoleh data awal tentang depot air minum isi ulang dan kualitas hasil produksi baik pada Dinas Kesehatan maupun pada Balai Tehnik Kesehatan Lingkungan.

b. Mengurus surat izin penelitian sebagai kelengkapan administrasi, surat izin digunakan untuk memudahkan pelaksanaan pengumpulan data di lapangan. c. Menentukan sampel, ini dilakukan untuk mengatasi masalah

keterbatasan-keterbatasan peneliti, baik dari segi waktu maupun biaya dalam penelitian.

d. Menyusun angket dan lembar observasi sebagai instrumen yang akan

digunakan untuk memperoleh data manajemen pengawasan dan kondisi sanitasi lingkungan depot air minum isi ulang.

e. Menghubungi laboratorium tempat pemeriksaan kualitas air dengan surat permohonan kesediaan pemeriksaan sampel, sehingga tenaga laboratorium dapat mempersiapkan media/bahan dan peralatan yang akan digunakan serta persiapan tenaga laboratorium.

2. Pelaksanaan

a. Melakukan pengambilan sampel air pada sumber air baku dan pada depot air minum isi ulang dan membawa ke laboratorium untuk segera dilakukan


(52)

pemeriksaan. Pengambilan sampel air dilakukan secara bertahap untuk menghindari menumpuknya sampel air di laboratorium.

b. Melakukan pemeriksaan sampel air di laboratorium dengan menggunakan teknik tabung ganda.

c. Menyampaikan angket kepada petugas sanitasi yang bertugas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Batam, kemudian melakukan observasi sanitasi lingkungan depot dengan menggunakan lembar observasi.

3. Cara pengambilan sampel air

Pengambilan sampel air yang akan diperuntukkan bagi pemeriksaan bakteriologi, botol sampel harus bersih dan steril. Botol sebaiknya yang bermulut lebar dengan penutup basah dan dibungkus dengan kertas pelindung. Kertas pelindung ditutupkan di atas tutup dan diikat mengelilingi leher botol sebelum disteril. Botol sampel harus mempunyai volume minimal 250 ml, sampel air yang diambil paling sedikit 100 ml sehingga masih ada sisa ruangan di atas sampel air sehingga sampel air dapat tercampur rata sebelum diperiksa.

a. Bahan dan alat yang dipergunakan

1. Botol gelas bervolume 250 ml (lengkap dengan tali untuk mengambil sampel air pada tendon/reservoar).

2. Kertas pembungkus berwarna coklat 3. Tas untuk wadah peralatan


(53)

b. Cara kerja

1. Membuka botol steril

a) Tali pengikat kertas pelindung warna coklat dilepas dan penutup diangkat sambil diputar.

b) Mengisi botol (Botol sampel ditenggelamkan sepenuhnya kedalam air) 2. Mengangkat botol

Setelah botol terisi, tali digulung kembali pada kayu untuk membawa botol ke atas, buang sebagian airnya bila botol terlalu penuh supaya ada ruang udara. 3. Menutup botol

Botol ditutup dengan pemutar kemudian melindungi dengan kertas berwarna coklat dan diikat.

4. Cara Pemeriksaan sampel air

Pemeriksaan sampel air secara bakteriologis di laboratorium dipergunakan untuk pemeriksaan air guna menentukan kualitas air tersebut. Dalam pemeriksaan bakteriologis di laboratorium, biasanya dilakukan pemeriksaan bakteri Coli form dan

E. coli dan jumlah kuman dengan metode tabung ganda atau “The multiple tube fermentation technique”. Metode ini dilakukan dengan tahapan pemeriksaan sebagai

berikut :

a. Tes perkiraan :

Tes perkiraan didasarkan atas kenyataan bahwa coli form bakteri dapat meragikan lactose dengan membentuk gas.


(54)

a) Sampel air

b) Media laktose broth (LB) c) Tabung reaksi + tabung durham d) Rak tabung reaksi

e) Pipet ukur f) Pipet filler g) Lampu spiritus h) Inkubator 2. Cara kerja :

a) Air yang sudah diolah (air minum) digunakan 7 tabung reaksi yang sudah berisi media Lactose Broth (5 tabung dengan kepekatan double strength dan 2 tabung dengan kepekatan single strength), pembagian porsi sampel yaitu 5 x 10 ml, 1 x 1 ml dan 1 x 0,1 ml.

b) Air yang belum diolah (air bersih) digunakan 3 tabung reaksi yang sudah berisi media lactose Broth (1 tabung dengan kepekatan double strength dan 2 tabung dengan kepekatan single strength), pembagian porsi sampel yaitu 1 x 10 ml, 1 x 1 ml dan 1 x 0,1 ml.

c) Dengan pipet steril, diambil dan dimasukkan sampel air secara aseptis ke dalam tabung sesuai porsi masing-masing.

d) Tabung dalam rak digoyang agar sampel air dengan media tercampur rata. e) Tabung tersebut dimasukkan ke dalam inkubator untuk pengeraman selama


(55)

1-diamati, tabung yang mengandung gas dicatat dan dilanjutkan pada tes penegasan.

b. Tes penegasan 1. Bahan dan alat :

a) Media Brillian Green Lactose Bile Broth (BGLB) b) Tabung reaksi + tabung durham

c) Rak tabung reaksi d) O s e

e) Lampu spiritus f) Inkubator 2. Cara kerja :

a) Tabung-tabung yang mengandung gas pada tes perkiraan dilanjutan dengan tes penegasan, jumlah tabung yang digunakan sesuai dengan jumlah tabung yang menghasilkan gas.

b) Dari masing-masing tabung diambil 1-2 ose dan masukkan secara aseptis ke dalam tabung media BGLB, (sebelum pengambilan, terlebih dahulu ose harus dipijarkan).

c) Tabung-tabung dalam rak digoyang agar tercampur secara merata

d) Masukkan ke dalam inkubator untuk pengeraman selama 1-2 x 24 jam pada suhu 370C, amati gas yang terbentuk dalam tabung durham

e) Tabung yang mengandung gas dicatat dan dinyatakan sampel tersebut mengandung bakteri golongan coli.


(56)

f) Angka kuman dihitung berdasarkan jumlah tabung yang mengandung gas, kemudian dicocokkan dengan tabel MPN (terlampir).

3.8 Teknik Pengolahan Data

Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer dan dianalisis, pengolahan data yang mencakup antara lain kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Editing, data yang diolah dirapikan, diseragamkan sehingga terlihat jelas sifat-sifat yang dimiliki data tersebut.

2. Tabulasi, data yang dikelompokkan sesuai dengan sifat yang dimiliki dan dipindahkan ke dalam suatu tabel dan disesuaikan dengan tujuan kemudian dianalisis secara deskriptif.

3. Coding, yaitu untuk memudahkan proses entri data tiap jawaban diberi kode dan

skor.

4. Entri, data diperoleh dientri ke dalam sistem komputerisasi.

5. Penyajian data / laporan.

Data yang diperoleh dari hasil pengisian angket untuk pelaksanaan pengawasan dan hasil observasi untuk kondisi sanitasi lingkungan depot air minum isi ulang akan dikelompokkan masing-masing menjadi dua kategori, yaitu baik dan buruk. Penggolongan kategori tersebut didasarkan pada nilai rata-rata skor jawaban “ya” pada instrumen pengumpulan data.


(57)

Nilai atau skor yang lebih besar atau sama dengan nilai rata-rata termasuk dalam kategori “baik” sedangkan nilai yang lebih kecil dari nilai rata-rata termasuk dalam kategori “buruk”. Data sumber air baku dengan depot air minum isi ulang yang mempunyai skala interval dibuat menjadi skala nominal (memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat), hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam perhitungan statistik. Caranya adalah dengan memeriksa dari seluruh sumber air baku.

Data kualitas bakteriologis depot air minum isi ulang hasil pemeriksaan laboratorium dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat berdasarkan ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor. : 907/Menkes/SK/ VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.: 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Pembacaan hasil menggunakan tabel Most Probable Number (MPN) Coli form metode Thomas dari

Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater. Disebut memenuhi

syarat apabila nilai MPN E. coli adalah 0 per 100 ml sampel air, sedangkan tidak memenuhi syarat apabila mengandung E. coli per 100 ml sampel air untuk air minum. Persyaratan air bersih, memenuhi syarat bila nilai MPN Coli form adalah 0 sampai 50 per 100 ml sampel air dan tidak memenuhi syarat bila nilai MPN Coli form lebih besar dari 50 per 100 ml sampel air.


(58)

3.9 Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan analisa tabel dan juga menggunakan analisa statistik untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara antara variabel-variabel dalam penelitian. Data dalam penelitian ini berupa skala nominal dan ordinal yang bersifat kategorial, maka digunakan uji statistik non parametric berupa uji chi – square (Murti, 1996), karena uji ini dipergunakan untuk mengetahui : 1. Ada tidaknya hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian.

2. Untuk mengetahui hubungan yang dominan dan mana yang tidak ada hubungan antara variabel terikat (kualitas bakteriologis air) dengan variabel bebas (manajemen pengawasan, kondisi sanitasi lingkungan dan sumber air baku). 3. Karena variabel terikat dan variabel bebas skalanya nominal dan ordinal.

Untuk tabel kontingensi 2 x 2 (df = 1), maka uji x2 dilakukan dengan korelasi dari Pearson. Hipotesa ditolak apabila nilai x2 dihitung lebih besar dari x2 tabel. Apabila ada sel yang frekuensi harapannya kurang dari 5 maka menggunakan uji Fisher Exact. Hipotesis ditolak apabila p < α, dengan α = 0,05. Untuk melihat erat hubungan untuk tabel (2x2) digunakan uji koefisien v. Analisa data yang dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi.

Dalam menganalisis kualitas air minum depot air minum isi ulang perlu dilakukan pemeriksaan secara bakteriologis yang mengacu pada keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002, sebagai standar untuk mengetahui kualitas air minum isi ulang yang memenuhi syarat kesehatan.


(59)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kota Batam terletak antara 00.25’29”- 10.15’00” Lintang Utara, 1030.34’35”- 1040.26’04” Bujur Timur. Batas Kota Batam berbatasan dengan sebelah Utara Selat Singapura, sebelah Selatan Kecamatan Senayang, sebelah Timur Kecamatan Bintan Utara, sebelah Barat Kabupaten Karimun dan Moro Kabupaten Karimun, merupakan salah satu pulau yang berada diantara perairan Selat Malaka dan Selat Singapura. Wilayah kota Batam terdiri dari 329 buah pulau besar dan kecil, yang letak satu dengan yang lainnya di hubungkan dengan perairan. Pulau –pulau yang tersebar pada umumnya merupakan sisa –sisa erosi atau pencetusan dari daratan pratersier yang membentang dari Semenanjung Malaysia di bagian utara sampai dengan pulau Moro, Kundur, serta Karimun di bagian selatan.

Permukaan tanah di kota Batam pada umumnya dapat digolongkan datar namun disana - sini berbukit – bukit, berbatu muda dengan ketinggian maksimum 160 meter diatas permukaan laut. Kota Batam mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 21,3 0 C -23,60 C dan suhu maksimum antara 31,5 0 C- 34,20C.

Pulau Batam yang merupakan bagian dari Propinsi Kepulauan Riau memiliki banyak nilai tambah. Dengan modal jalur pelayaran internasional serta jarak dengan Negara Singapura hanya 12,5 mil laut atau sekitar 20 km, maka untuk memacu


(60)

perkembangan di wilayah nusantara dari semua aspek kehidupan, khususnya di bidang ekonomi, maka Pemerintah Indonesia mengembangkan Pulau Batam menjadi Otorita pengembangan daerah industri Pulau Batam.

Di Batam telah terbangun kurang lebih 62 depot air minum isi ulang. Depot air minum isi ulang menawarkan alternative memperoleh air minum dengan harga yang relatif murah, sebagi sesuatu yang baru banyak aspek yang harus di kaji dan di pantau, terutama yang terkaitan dengan kualitas air tersebut.

Kesadaran masyarakat Kota Batam untuk mengkonsumsi air minum isi ulang yang memenuhi syarat kesehatan semakin meningkat, hal ini dibuktikan dengan banyaknya depot air minum isi ulang. Dari segi peningkatan ekonomi memang bermanfaat untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyrakat banyak, tapi dari sisi lain akan merugikan konsumen seandainya tidak ada aturan yang jelas mengenai pengawasan dan peredaran air depot air minum isi ulang .

4.2. Hasil Analisis Univariat

Hasil analisis univariat melakukan analisis pada seluruh variabel manajemen pengawasan (pengawasan, sumber daya manusia, pencatatan kegiatan), kondisi sanitasi lingkungan (tempat cuci tangan, bangunan dan kebersihan lingkungan pengolahan, hygiene karyawan, pembuangan sampah dan limbah, pencucian gallon atau botol), sumber baku (PDAM dan sumur bor), serta hasil uji laboratorium tentang kualitas bakteoriologis dalam air minum isi ulang. Tujuan dari analisis univariat


(61)

adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan tiap variabel yang akan diteliti dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1. Distribusi Formulir Inspeksi Manajemen Pengawasan Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Batam Tahun 2008

Ya Tidak N

o

Pemeriksaan terhadap

Uraian (Komponen yang di

periksa) Jlh % Jl

h % I Dilakukan

Pengawasan

1. Menguji kualitas bakteriologis sesuai dengan Kepmenkes Nomor : 907/Menkes/SK/VII/2002.

2. Setiap karyawan depot air minum isi ulang harus memeriksa kesehatan karyawan sedikitnya 6 bulan sekali.

3. Karyawan menggunakan pakaian kerja dilengkapi merek usaha sehingga mudah dikenal dan diawasi. 38 1 5 100 26,63 13,16 0 37 33 0 97,37 68,84

II Sumber Daya Manusia

1. Kursus penjamah makanan 2. Kursus pengujian laboratorium

sederhana Air minum.

3. Kursus pengambilan sampel air minum 6 5 6 15,79 13,16 15,76 32 33 32 84,21 68,64 84,21 II I Pencatatan Kegiatan

1. Arsip bon penjualan air minum dengan merek Toko

2. Penerimaan Air Baku, Meliputi waktu, keadaan dan nama petugas. 3. Catatan hasil pengujian mutu air

minum dan air baku

6 6 6 15,76 15,76 15,76 32 32 32 84,21 84,21 84,21

Predikat Penilaian : * Untuk pemeriksaan : - beri tanda “v” bila sesuai - beri tanda “x” bila tidak sesuai *Jumlah penilaian

- Jumlah tanda “v” total skor > 70 % (sesuai ”baik”) - Jumlah tanda ”x”total skor < 70 % (tidak sesuai ”buruk”)

Berdasarkan tabel 4.1. terlihat bahwa predikat penilaian untuk pemeriksaan bila sesuai (ya) dan bila tidak sesuai (tidak), dari 38 depot air minum isi ulang ada


(62)

pemeriksaan terhadap pengawasan dengan menguji kualitas bakteriologis sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/Men-Kes/SK/VII/2002 sebanyak 38 (100%) dan tidak sesuai 0 (0) depot air minum isi ulang, setiap karyawan depot air minum isi ulang harus memeriksa kesehatan karyawan sedikitnya 6 bulan sekali sebanyak 1 (2,63%) dan tidak sesuai sebanyak 37 (97,37%), karyawan menggunakan pakaian kerja dilengkapi merek usaha sehingga mudah dikenal dan diawasi sebanyak 5 (13,16%) dan tidak sesuai sebanyak 33 (68,84%). Pemeriksaan terhadap sumber daya manusia dengan kursus penjamah makanan sebanyak 6 (15,79%) dan tidak sesuai sebanyak 32 (84,21%), kursus pengujian laboratorium sederhana air minum sebanyak 5 (13,16%) dan tidak sesuai sebanyak 33 (68,84%), kursus pengambilan sampel air minum sebanyak 6 (15,79%) dan tidak sesuai sebanyak 32 (84,21%). Pemeriksaan terhadap pencatatan kegiatan dengan arsip bon penjualan air minum dengan merek toko 6 (15,79%) dan tidak sesuai sebanyak 32 (84,21%), penerimaan air baku meliputi waktu, keadaan dan nama petugas sebanyak 6 (15,79%) yang tidak sesuai sebanyak 32 (86,21%), catatan hasil pengujian mutu air minum dan air baku sebanyak 6 (15,79%) yang tidak sesuai sebanyak 32 (84,21%).


(63)

Tabel 4.2. Distribusi Formulir Inspeksi Kondisi Sanitasi Lingkungan Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Batam Tahun 2008

Ya Tidak

No Pemeriksaan terhadap Uraian (Komponen yang di periksa)

Jlh % Jlh %

I Tempat Cuci Tangan 1. Wadah yang bersih

2. Air yang tersedia cukup bersih 3. Adanya bahan pembersih untuk mencuci

tangan 34 38 13 89,47 100 34,21 4 0 25 10,53 0 65,79

II Bangunan dan Kebersihan Lingkungan

1. Konstruksi kuat, bebas tikus dan kecoa 2. Lantai terbuat dari bahan tahan air 3. Tersedia fasilitas WC dan kamar mandi 4. Ada pembuangan sampah dan air kotor 5. Halaman bersih / di sapu setiap hari 6. Suhu udara cukup sejuk dan tidak pengap 7. Cahaya cukup terang sehingga dapat

melihat air dengan jelas

33 37 2 27 29 28 27 68,84 97,37 5,26 71,05 76,32 73,68 71,05 5 1 36 11 9 10 11 13,16 2,63 94,74 28,95 23,68 26,32 28,95

III Hygiene Karyawan 1. Punya sertifikat kesehatan 2. Pakain bersih dan rapi

3. Hygiene perorangan (tangan, kuku, rambut) terawat baik

4. Berpakaian kerja khusus

5. Tidak berpenyakit kulit, luka atau carrier suatu penyakit. 8 28 36 7 36 21,05 73,68 94,74 18,42 94,74 30 10 2 31 2 78,95 26,32 5,26 81,58 5,26

IV Pembuangan Sampah dan Limbah

1. Sampah setiap hari dikumpulkan dan dibuang keluar depot air minum isi ulang. 2. Limbah yang dialirkan kesaluran

pembuangan limbah yang tertutup. 3. Setiap hari lantai selalu dicuci dan di

bersihkan. 25 26 28 65,79 68,42 73,68 13 12 10 34,21 31,58 26,32

V Pencucian Gallon atau Botol

1. Pencucian dilakukan pada semua bagian botol, yaitu bagian permukaan dalam, permukaan dalam serta leher dan mulut botol

2. Botol yang telah disterilkan harus langsung diisi dengan air minum dari kran pengisian. 35 18 92,11 47,37 3 20 7,89 52,63

Predikat Penilaian : * Untuk pemeriksaan : - beri tanda “v” bila sesuai - beri tanda “x” bila tidak sesuai

*Jumlah penilaian

- Jumlah tanda “v” total skor > 70 % (sesuai ”baik”) - Jumlah tanda ”x” total skor < 70 % (tidak sesuai ”buruk”)

Berdasarkan tabel 4.2. terlihat bahwa formulir inspeksi kondisi sanitasi lingkungan depot air minum isi ulang predikat penilaian untuk pemeriksaan bila sesuai (ya) dan bila tidak sesuai (tidak), dari 38 depot air minum isi ulang pada


(1)

Predikat Penilaian :

* Untuk pemeriksaan :

- beri tanda “v” bila sesuai

- beri tanda “x” bila tidak

sesuai

*Jumlah penilaian

- Jumlah tanda “v”

Total skor > 70 %

(sesuai ”baik”)

- Jumlah tanda ”x”

Total skor < 70 %

(tidak sesuai ”buruk”)

Jumlah :

Penilaian :

Anjuran Perbaikan :

Disahkan Oleh :

Kepala Dinas Kesehatan Kota

Pemilik Perusahaan,

Pemeriksa

(

)

(

)

(

)


(2)

Lampiran 6

MASTER DATA MANAJEMEN PENGAWASAN SANITASI LINGKUNGAN DAN

KUALITAS BAKTERIOLOGIS PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG KOTA BATAM

NO MANAJEMEN

KONDISI SANITASI

SUMBER AIR BAKU

KUALITAS BAKTERIOLOGIS

1 2 1 1 1

2 2 1 1 1

3 2 2 1 1

4 1 1 1 1

5 2 1 1 1

6 2 2 1 1

7 1 2 1 1

8 2 1 1 1

9 2 2 1 1

10 1 1 1 1

11 2 1 1 1

12 2 2 2 1

13 2 1 1 1

14 2 1 1 1

15 1 1 1 1

16 2 2 2 2

17 1 2 1 1

18 2 1 1 1

19 2 1 1 1

20 2 1 1 1

21 2 2 2 2

22 2 2 2 2

23 2 2 2 2

24 1 1 1 1

25 2 1 1 1

26 2 1 1 1

27 2 1 1 1

28 2 1 1 1

29 2 1 1 1

30 2 1 1 1

31 2 1 1 1

32 2 1 1 1

33 2 1 1 1

34 2 1 1 1

35 2 1 1 1

36 2 1 2 1


(3)

Distribusi Frequencies

Frequency Table

Manajemen Pengawasan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Baik 6 15.8 15.8 15.8

Buruk 32 84.2 84.2 100.0

Valid

Total 38 100.0 100.0

Kondisi Sanitasi Lingkungan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Baik 28 73.7 73.7 73.7

Buruk 10 26.3 26.3 100.0

Valid

Total 38 100.0 100.0

Sumber Air Baku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

PDAM 32 84.2 84.2 84.2

Sumur Bor 6 15.8 15.8 100.0

Valid

Total 38 100.0 100.0

Kualitas Bakteriologis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Memenuhi Syarat

Kesehatan 34 89.5 89.5 89.5

Tidak memenuhi Syarat 4 10.5 10.5 100.0

Valid


(4)

Manajemen Pengawasan * Kualitas Bakteriologis

Crosstab

Kualitas Bakteriologis Memenuhi Syarat

Kesehatan

Tidak memenuhi

Syarat Total

Count 6 0 6

Expected Count 5.4 .6 6.0

Baik

% of Total 15.8% .0% 15.8%

Count 28 4 32

Expected Count 28.6 3.4 32.0

Manajemen Pengawasan

Buruk

% of Total 73.7% 10.5% 84.2%

Count 34 4 38

Expected Count 34.0 4.0 38.0

Total

% of Total 89.5% 10.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .838a 1 .360

Continuity Correctionb .036 1 .849

Likelihood Ratio 1.460 1 .227

Fisher's Exact Test 1.000 .487

N of Valid Casesb 38

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,63. b. Computed only for a 2x2 table


(5)

Kondisi Sanitasi Lingkungan * Kualitas Bakteriologis

Crosstab

Kualitas Bakteriologis Memenuhi Syarat

Kesehatan

Tidak memenuhi

Syarat Total

Count 28 0 28

Expected

Count 25.1 2.9 28.0

Baik

% of Total 73.7% .0% 73.7%

Count 6 4 10

Expected

Count 8.9 1.1 10.0

Kondisi Sanitasi Lingkungan

Buru k

% of Total 15.8% 10.5% 26.3%

Count 34 4 38

Expected

Count 34.0 4.0 38.0

Total

% of Total 89.5% 10.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 12.518a 1 .000

Continuity Correctionb 8.631 1 .003

Likelihood Ratio 12.113 1 .001

Fisher's Exact Test .003 .003

Linear-by-Linear

Association 12.188 1 .000

N of Valid Casesb 38

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,05. b. Computed only for a 2x2


(6)

CROSSTAB

Sumber Air Baku * Kualitas Bakteriologis

Crosstab

Kualitas Bakteriologis Memenuhi

Syarat Kesehatan

Tidak memenuhi

Syarat Total

Count 32 0 32

Expected Count 28.6 3.4 32.0

PDAM

% of Total 84.2% .0% 84.2%

Count 2 4 6

Expected Count 5.4 .6 6.0

Sumber Air Baku

Sumur Bor

% of Total 5.3% 10.5% 15.8%

Count 34 4 38

Expected Count 34.0 4.0 38.0

Total

% of Total 89.5% 10.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 23.843a 1 .000

Continuity Correctionb 17.290 1 .000

Likelihood Ratio 17.936 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear

Association 23.216 1 .000

N of Valid Casesb 38

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,63. b. Computed only for a 2x2 table