PERILAKU BULLYING PADA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH X SURABAYA.

(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

PERILAKU BULLYING PADA SISWA

SKRIPSI

Oleh:

MOCH KAFABIY NIM. B07209083

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

2015


(2)

Skripsi Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh :

MOCH KAFABIY

NIM. B07209083

PRODI PENDIDIKAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2015


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Moch Kafabiy NIM : B07209083 Prodi : Psikologi

Fakultas : Fakultas Psikologi dan Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan data, tulisan atau pemikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pemikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiasi, maka saya menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Surabaya, Pebruari 2015 Yang membuat pernyataan,

Moch Kafabiy B07209083


(4)

Nama : MOCH KAFABIY NIM : B07209083

Judul : PERILAKU BULLYING PADA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH X SURABAYA

Ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Surabaya, 29 Januari 2015 Pembimbing,

Dra. Hj. Siti Azizah Rahayu M.Si NIP. 195510071986032001


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi oleh Moch Kafabiy telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Surabaya, Januari 2015

Mengesahkan, Fakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Dekan,

Prof. Dr. Moh. Sholeh, M.Pd NIP.

Ketua,

Dra. Hj Siti Azizah Rahayu, M.Si NIP. 195510071986032001

Sekretaris,

Penguji I,


(6)

Segala kegagalan yang terjadi padaku atas kesalahanku dan khilafku sendiri Pada Mu-lah Robbku, sembah sujud syukurku tiada henti ku tasbihkah dalam detikku

Dan untukmu junjunganku, Sayyidina Muhammad SAW Engkaulah panutanku, penolongku dan segala rindu Salamun ‘alaikum ya abal hasanain, ‘alaikas salam

Segala terima kasih tak berujung ku persembahkan kepada pihak- pihak yang dengan tulus membantuku, memotivasiku, dan mendoakanku. Semoga Allah

memberkahi segala Kasih-Nya padamu:

Ayahku H. Ali Tamin dan Ibuku Hj. sa’daiyah, hingga tiada kata yang mampu mewakili segala usaha, doa dan dukungan kalian kepadaku.

saudaraku tercinta: mas’ada, ach fachruddin dan nur rofiqiyah. terima kasih sudah sering membimbing dan memberikan masukan.

Bapak Ibu dosen yang dengan tulus mendidik dan membimbingku, khususnya pada Dra. Hj Siti Azizah Rahayu, M.Si selaku dosen pembimbing yang sabar dan telaten membimbing dan menuntunku dalam menyusun skripsi ini hingga telah teruji dengan baik.

Bapak dan Ibu dosen Psikologi. Bagiku, anda sekalian adalah orang hebat yang dengan murah hati berkenan memberikan ilmu. Semoga ilmu anda sekalian semakin diberkahi oleh-Nya dan bermanfaat bagiku kelak.

Teman-teman Al Khidmah Terima kasih telah membantuku dan menemaniku saat susah dan senang.

Dyah Arifatur R yang selalu menemaniku dan memberikan motivasi. Terima kasih sudah selalu ada dan semoga Allah membalas dengan kesuksesan menggapai


(7)

cita-digilib.uinsby.ac.id cita-digilib.uinsby.ac.id cita-digilib.uinsby.ac.id cita-digilib.uinsby.ac.id cita-digilib.uinsby.ac.id cita-digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

v

MOTTO

“Inna Ma’al ‘Usri Yusroo”

Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan (QS. Al-Insyirah: 6)

CITA-CITA TIDAK HANYA DITULIS TAPI HARUS DIWUJUDKAN


(8)

Segalaku adalah milik-Mu


(9)

viii

PERILAKU BULLYING PADA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH X SURABAYA Oleh : Moch Kafabiy

ABSTRAK

Salah satu yang menyita perahatian zaman sekarang adalah kekerasan di sekolah baik yang dilakukan guru terhadap siswa maupun siswa terhadap siswa lainnya. Maraknya aksi kekerasan yang dilakukan oleh siswa semakin banyak menghiasi deretan berita dihalaman media cetak maupun elektronik sehingga mencoreng citra pendidikan yang selama ini dipercaya oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena perilaku bullying pada siswa dan faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku bullying di Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya.

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kemudian dianalisis secara deskriptif. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa yang duduk di kelas VI di Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya dan informannya terdiri dari satu guru kelas, dua siswa yang duduk di kelas VI dan dua siswa yang duduk di kelas V. Dari temuan hasil penelitian ini, subyek melakukan perilaku bullying fisik seperti memukul dan menonjok, bullying verbal seperti mengejek dan bullying psikis seperti mengancam sedangkan faktor yang mempengaruhi perilaku bullying adalah faktor sekolah, faktor keluarga dan faktor teman.


(10)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ...viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... .xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C.Keaslian Penelitian ... 7

D.Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II PEMBAHASAN A.Definisi Perilaku bullying ... 12

B. Bentuk Bullying ... 15

C.Faktor yang Mempengaruhi Bullying ... 17

D.Karakteristik Perilaku Bullying ... 25

E. Perilaku Bullying Disekolah ... 27


(11)

x

B. Kehadiran Peneliti ... 33

C.Lokasi Penelitian ... 34

D.Sumber Data ... 34

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 36

F. Analisis Data ... 37

G.Pengecekan Keabsahan Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Setting Penelitian ... 41

B.Hasil Penelitian ... 51

C.Pembahasan ... 69

BAB V PENUTUP A.Simpulan ... 79

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN


(12)

4.1 Jadwal Penelitian ... 42

4.2 Profil M.I X ... 44

4.3 Identitas Subyek HA ... 45

4.4 Identitas Korban MM ... 46

4.5 Identitas MA ... 47

4.6 Identitas Korban HF ... 48

4.7 Identitas R ... 49

4.8 Identitas Korban MM ... 50

4.9 Perilaku Bullying yang Dilakukan Subyek ... 64


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan aset bangsa yang menjadi penerus bangsa ini. Bagaimana kondisi anak saat ini akan mempengaruhi kondisi bangsa dimasa depan kelak. Untuk itu penting bagi seluruh pihak, baik keluarga, masyarakat, maupun pemerintah untuk ikut serta dalam melindungi dan menjamin segala bentuk hak-hak anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, serta terbebas dari segala bentuk diskriminasi dan kekerasan.

Namun hak anak tidak hanya cukup terbebas dari segala bentuk diskriminasi dan kekerasan saja. Ada kebutuhan anak yang juga menjadi hak anak yang harus dipenuhi dan diperhatikan, salah satunya yaitu pendidikan yang hal ini tertuang dalam UU no. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, pasal 9 yang berbunyi:

“setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam

rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya

sesuai minat dan bakatnya”. (Dezy, 2012: 1)

Melalui pendidikan ini diharapkan anak-anak tumbuh menjadi dewasa yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta pengetahuan yang bisa mengembangkan potensi dirinya.

Pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari keberadaan sekolah. Perkembangan masyarakat modern menuntut bahwa sebagian


(14)

tugas pendidikan dijalankan oleh institusi yang disebut sekolah. Sekolah merupakan pelaksana pendidikan yang berfungsi untuk mengaplikasikan tujuan, kebijakan,dan manajemen pendidikan. Sebagai sebuah institusi, sekolah menjadi komunitas yang kompleks karena sekolah dihuni oleh berbagai elemen antara lain kepala sekolah, para guru, karyawan dan siswa.

Dari tujuan baik pendidikan dan cita-cita awal Negara yang ingin dicapai tersebut, ada sebuah permasalahan dalam dunia pendidikan ini. Salah satu permasalahan yang menyita perhatian di dunia pendidikan zaman sekarang adalah kekerasan di sekolah, baik yang dilakukan oleh guru terhadap siswa, maupun oleh siswa terhadap siswa lainnya. Maraknya aksi tawuran dan kekerasan (bullying) yang dilakukan oleh siswa di sekolah semakin banyak menghiasi deretan berita di halaman media cetak maupun elektronik menjadi bukti tercerabutnya nilai-nilai kemanusiaan. Tentunya kasus-kasus kekerasan tersebut tidak saja mencoreng citra pendidikan yang selama ini dipercaya oleh banyak kalangan sebagai sebuah tempat di mana proses humanisasi berlangsung, namun juga menimbulkan sejumlah pertanyaan, bahkan gugatan dari berbagai pihak yang semakin kritis mempertanyakan esensi pendidikan di sekolah (Ariefa, 2009: 1).

Tisna (dalam Riri dkk, 2013: 22) mengemukakan bahwa bullying adalah prilaku agresif dan negative seseorang atau sekelompok orang


(15)

3

dengan tujuan untuk menyakiti targetnya (korban) secara mental atau secara fisik.

Hal ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan Olweus (dalam Rida, 2013: 49) bahwa perilaku bullying merupakan tindakan negative yang dilakukan secara berulang ulang oleh sebagian siswa atau lebih yang bersifat menyerang karena adanya ketidak seimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat.

Berbeda dengan tidakan agresif yang dilakukan hanya dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu pendek, bullying terjadi secara berkelanjutan dalam jangka waktu cukup lama, sehingga korbannya terus-menerus berada dalam keadaan cemas dan terintimidasi. Perilaku bullying merupakan suatu perilaku yang berada dalam suatu kontinum, sehingga perilaku yang masih berada dalam frekuensi rendah mungkin tidak akan menimbulkan kekhawatirkan dan dampak yang serius karena kemungkinan hanya gurauan saja yang tidak menyakitkan korban.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya bullying di kalangan siswa, diantaranya adalah banyaknya menonton tayangan-tayangan kekerasan terutama di televisi. Saat ini hampir di setiap rumah memiliki televisi, dan acara televisi begitu beraneka ragam baik berupa pendidikan, informasi, maupun hiburan. Di satu sisi memang banyak tayangan-tayangan di televisi yang bermanfaat dan perlu untuk ditonton, seperti tayangan-tayangan informasi, pendidikan, dan pengetahuan yang penting, tetapi di sisi lain banyak pula tayangan-tayangan yang tidak mendidik


(16)

bahkan cenderung berdampak negatif bagi yang menontonnya terutama di kalangan siswa, seperti tayangan-tayangan yang berbau kekerasan dan tayangan ini bisa terdapat pada acara sinetron, film, atau berita-berita yang berbau kekerasan (Bambang, 2008: 72-73).

Munculnya masalah bullying pada institusi pendidikan formal (sekolah) ini bertentangan dengan isi dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 4 yang berbunyi:

“setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi”. (Dezy, 2012: 1)

Di lingkungan sekolah banyak sekali perilaku yang ditampilkan oleh siswa, perilaku yang baik ataupun perilaku yang kurang baik. Perilaku kurang baik seperti bullying yang ditampilkan siswa disekolah akan mengganggu proses belajar mengajar yang akan berdampak pada hasil belajar siswa (Riri dkk, 2013: 22).

Di Indonesia kejadian bullying akhirnya mencuat setelah terdapat korban-korban yang meninggal. Salah satunya adalah kasus kekerasan siswa sekolah dasar di jakarta yang dilakukan oleh senior terhadap juniornya yang berakibat meninggal dunia. “Kejadian itu berawal dari korban yang menjatuhkan air es seniornya, yang dibeli di kantin seharga seribu rupiah. Ketika itu korban tidak meminta maaf dan hanya mengganti air es dengan uang lima ratus rupiah. Kemudian senior menegur korban dan memukulnya di dalam kelas”


(17)

5

Dari hasil penelitian KPAI ternyata sebanyak 17% kekerasan terhadap anak terjadi di sekolah. Bahkan pada 2013, tercatat 181 kasus yang berujung pada tewasnya korban, 141 kasus korban menderita luka berat dan 97 kasus korban luka ringan. Tindakan kekerasan di sekolah bisa dilakukan oleh guru, kepala sekolah, bahkan sesama peserta didik (Elga, 2014).

Sekertaris perlindungan anak mengungkapkan bahwa, selama januari sampai april 2014 ada delapan kasus yang dilakukan di tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Di tingkat SD ada dua kasus, sedangkan di tingkat SMP dua kasus dan sisanya di tingkat SMA. Bentuk kekerasannya beragam, ada yang sepantaran, ada juga antar anak yang lebih tua kepada yang lebih muda. Menurut KPAI, perihal kekerasan terhadap anak belum memiliki data yang spesifik karena data yang dipaparkan masih terbatas hanya tahun ini saja (Tempo, 2014).

Tidak semua kekerasan berujung kematian namun data di atas cukup menggambarkan betapa perilaku kekerasan telah terjadi di lingkungan sekolah Indonesia. Kekerasan di sekolah yang paling sering terjadi adalah dengan Bullying (dikenal juga dengan istilah

“penggencetan”).

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melakukan penelitian di Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya dikarenakan dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di sekolah tersebut sering tidak ada guru yang mengajar dan hal tersebut akan mengurangi pengawasan guru terhadap


(18)

siswa sehingga ada kesempatan siswa untuk melakukan perilaku bullying terhadap siswa lain. Madrasah Ibtidaiyah X merupakan salah satu sekolah yang berbasis agama yang sangat menekankan nilai-nilai islam dalam setiap aspek pengajarannya. Sekolah ini mempunyai visi terwujudnya lulusan Madrasah Ibtidaiyah X yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlaq mulia, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan demokratis mengikuti pendidikan lebih kanjut. Sedangkan misi meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengalaman agama islam. Menegaskan tanggung jawab bersama antara orang tua, madrasah, masyarakat dan pemerintah daerah serta pemerintah pusat dalam meningkatkan suatu pendidikan. Mengupayakan lulusan untuk sekolah yang lebih tinggi.

Oleh karena itu, tujuan dari sekolah yang menanamkan nilai-nilai keislaman pada siswa, sangat bertentangan jika terjadi perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa.

Kasus bullying belakangan ini marak terjadi pada siswa di jenjang pendidikan dasar. Oleh karena itu, menarik perhatian peneliti untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Perilaku Bullying pada Siswa”


(19)

7

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana fenomena perilaku bullying pada siswa Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya?

2. Apa saja factor-faktor yang menyebabkan terjadinya bullying pada siswa Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya?

C. Keaslian Penelitian

Berikut adalah beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya:

1. Hubungan antara perilaku over protective orang tua dengan bullying pada siswa SDN Bendan Ngisor Semarang, oleh Karina Astarini, pada tahun 2013. Hasil penelitian yang dilakukan adalah ada hubungan positif antara perilaku over protective orang tua dengan bullying pada siswa SDN Bendan Ngisor semarang. Hal ini berarti bahwa makin rendah perilaku over protective orang tua maka makin rendah bullying pada siswa, begitu juga sebaliknya, semakin tinggi perilkau over

protective orang tua, maka makin tinggi pula bullying pada siswa.

2. Hubungan antara pola asuh ibu dengan perilaku bullying remaja, oleh Annisa, pada tahun 2012. Hasil penelitian yang dilakukan adalah terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh ibu dengan perilaku bullying remaja, artinya perilaku remaja dipengaruhi oleh pola asuh ibu.


(20)

3. hubungan karakteristik anak usia sekolah dengan kejadian bullying di sekolah dasar x di bogor, oleh fika latifah pada tahun 2012, hasil penelitian menunjukkan sebanyak 65% anak pernah mengalami kejadian bullying. Kejadian bullying diketahui tidak ada hubungannya dengan usia maupun tingkatan kelas anak. Akan tetapi kejadian

bullying berhubungan dengan perbedaan jenis kelamin serta

kecenderungan anak dalam berkelompok.

4. Layanan Bimbingan Konseling Disekolah dalam Menaggulangi Perilaku Bullying Di SD Muhammadiyah 4 Surabaya, oleh Puteri, R. M. pada tahun 2012. Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan perilaku bullying yang dilakukan oleh subyek antara lain: bullying fisik, verbal dan psikologis. Dalam menaggulangi perilaku bullying disekolah menggunakan tiga bidang pelayanan bimbingan yaitu pribadi sosial dan belajar, selain itu tim BK juga menggunakan pendekatan konseling rasional emotif terapi.

5. Hubungan antara perlakuan kekerasan dalam rumah tangga dengan kecenderungan perilaku bullying pada remaja di SMA Muhammadiyah Surabaya, oleh Supriyadi pada tahun 2007. Hasil penelitian yang dilakukan terdapat hubungan negatif dan signifikan antara perlakuan kekerasan dalam rumah tangga dengan perilaku


(21)

9

6. Implementasi Terapi Realitas Dalam Upaya Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa Korban bullying (Studi kasu Siswa X Disekolah Menengah Pertama Negeri 4 Surabaya, oleh Nurlia Izawati pada tahun 2013. Hasil penelitian yang dilakukan menggunakan permainan peran, motivasi, pemberian nasehat dan sharing (saling berbagi cerita) dikatakan berhasil, hal itu dibuktikan dengan adanya perubahan tingkah laku siswa setelah mendapat terapi.

Dari beberapa penelitian yang pernah ada diatas mengenai tema

bullying, masih belum ada yang memfokuskan masalah mengenai apa saja

yang menyebabkan perilaku bullying dan perbedaan yang lain terdapat pada lokasi penelitian. Mengingat masih belum adanya penelitian tersebut, maka perlu untuk diteliti.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui fenomena perilaku bullying pada siswa Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya bullying pada siswa Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya


(22)

E. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan refrensi dibidang psikologi, terutama psikologi pendidikan yang berkaitan dengan perilaku bullying di jenjang pendidikan dasar.

b. Manfaat praktis 1. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk menyusun program-program anti-bullying disekolah sehingga dapat mengurangi angka bullying di jenjang sekolah pendidikan dasar. 2. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi tentang bahaya yang ditimbulkan perilaku bullying agar siswa tidak lagi melakukan perilaku

bullying di sekolah.

3. Bagi orang tua

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan kepada orang tua sehingga orang tua dapat mencegah anaknya agar tidak terlibat dalam perilaku bullying.

4. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan pengalaman dan lebih memahami perilaku bullying pada siswa sekolah di jenjang pendidikan dasar.


(23)

11

5. Bagi peneliti lain

Dapat dikembangkan penelitian untuk mengetahui perilaku bullying pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

F. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam skripsi ini diklasifikasikan menjadi lima bab yang terbagi menjadi sub-sub bab yang saling berkaitan, sehingga antara yang satu dengan yang lain tidak dapat dilepaskan. Hal ini dimaksudkan agar permasalaha-permasalahan yang dirumuskan dapat terjawab secara tuntas. Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan maslah, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan

Bab kedua merupakan bab kajian pustaka yang membahas tentang landasan teori yang berisi tentang definisi perilaku bullying, bentuk

bullying, faktor yang mempengaruhi bullying, karakteristik perilaku

(korban dan pelaku) bullying dan perilaku bullying di sekolah.

Bab ketiga merupakan bab metode penelitian yang berisi tentang penelitian dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data dan pengecekan keabsahan temuan.


(24)

Bab keempat merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang setting penelitian, hasil penelitian yang meliputi deskripsi temuan penelitian dan hasil analisa data, kemudian yang terkahir adalah pembahasan.

Bab kelima merupakan penutup yang memuat tentang kesimpulan dan saran dari peneliti yang telah dilakukan.


(25)

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Perilaku Bullying

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup : berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal

(internal aktivity) seperti berfikir, persepsi dan emosi juga merupakan

perilaku manusia (Rosita, 2010: 63).

Menurut sarwono (2000) perilaku adalah sesuatu yang dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata. Hal serupa juga diungkapkan oleh Morgan, bahwa perilaku merupakan sesuatu yang konkrit yang dapat diobservasi, direkam maupun dipelajari.

Sedangkan Walgito (1994) mendefinisikan perilaku atau aktivitas kedalam pengertian yang luas yaitu perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (inert behavior) disamping aktivitas motoris juga termasuk aktivitas emosional dan kognitif.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan kegiatan atau aktivitas individu yang dapat diamati baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengertian bullying masih menjadi perdebatan dan belum menemukan suatu definisi yang diakui secara universal, sehingga belum ada pengertian yang baku sampai saat ini. Bullying berasal dari bahasa


(26)

inggris, yaitu bull yang berarti banteng yang senang menyeruduk kesana kemari. Istilah ini diambil untuk mengurai suatu istilah yang destruktif. Berbeda dengan Negara lain seperti norwegia, finlandia dan Denmark yang menyebutkan bullying dengan istilah mobbing atau mobbning. Istilah aslinya berasal dari inggris yaitu mob yang artinya sejumlah seseorang atau kelompok yang terlibat dalam kekerasan (Metha, 2008).

Bullying secara sederhana dapat diartikan sebagai penggunaan

kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau kelompok sehingga korban merasa tertekan (Christhoporus dkk, 2008) . Hal ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan olweus (dalam Rida dkk, 2013) bahwa bullying merupakan tindakan negatif yang dilakukan secara berulang ulang oleh sebagian siswa atau lebih yang bersifat menyerang karena adanya ketidak seimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat. Berbeda dengan tidakan agresif yang dilakukan hanya dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu pendek, bullying terjadi secara berkelanjutan dalam jangka waktu cukup lama, sehingga korbannya terus-menerus berada dalam keadaan cemas dan terintimidasi.

Bullying merupakan suatu perilaku yang berada dalam suatu

kontinum, sehingga perilaku yang masih berada dalam frekuensi rendah mungkin tidak akan menimbulkan kekhawatirkan dan dampak yang serius karena kemungkinan hanya gurauan saja yang tidak menyakitkan korban. Namun, jika bullying telah dilakukan dalam frekuensi yang tinggi sudah


(27)

15

pasti mengakibatkan keresahan dan diperlukan berbagai tindakan preventif ataupun intervensi dari berbagai pihak yang terkait (Bambang, 2008).

Tisna (dalam Riri dkk, 2013: 22) mengemukakan bahwa bullying adalah prilaku agresif dan negative seseorang atau sekelompok orang secara berulang kali yang menyalahgunakan ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan untuk menyakiti targetnya (korban) secara mental atau secara fisik.

Hergert (dalam Fitri, 2012: 6) mendefinisikan bullying dengan agresi secara bebas atau perilaku melukai secara penuh kepada orang lain yang dilakukan secara berulang dari waktu ke waktu.

Ada beberapa kata kunci mengenai pengertian bullying diatas, seperti disengaja, menyakitkan, berulang-ulang dan terdapat ketidak seimbangan kekuatan. Perilaku menggoda yang tidak bertujuan untuk menyakiti dan tidak terjadi secara berulang-ulang bukan dianggap sebagai bullying.

Dari kesimpulan di atas, peneliti berpendapat bahwa perilaku

bullying adalah kegiatan atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara

sengaja untuk menyakitkan orang lain dan dilakukan secara berulang-ulang karena ketidak seimbangan kekuatan baik itu dilakukan secara tampak ataupun tersembunyi.


(28)

B. Bentuk Bullying

Menurut Bangu (2007) bullying terdiri dari beberapa bentuk, diantaranya adalah bentuk fisik, verbal dan psikologis.

a. Bullying fisik

Bullying fisik merupakan bullying yang mudah diidentifikasi

diantara bentuk – bentuk yang lain. Bentuk bullying fisik diataranya sebagai berikut: (1) Memukul, (2) Menonjok, (3) Mendorong,

(4) Mencekik, (5) Menendang, (6) Meninju, (7) Menggigit, (8) Mencubit, (9) Mencakar, (10) Meludahi, (11) Merusak kepemilikan orang

b. Bullying verbal

Bentuk bullying verbal diantaranya sebagai berikut: (1) Menghina, (2) Mengolok-olok, (3) Menakuti lewat telepon, (4) Pemerasan, (5) Gosip, (6) Mencela, (7) Mengejek

c. Bullying Psikologis

Bullying psikis merupakan bullying yang tidak bisa dideteksi dari

luar Bentuk bullying psikologis diantaranya sebagai berikut:

(1) Mengintimidasi, (2) Tidak diikut sertakan dalam satu kelompok, (3) Mengucilkan, (4) Merusak hubungan, (5) Mengabaikan,


(29)

17

Sullivan (dalam Dina, 2010: 35) juga mengemukakan beberapa bentuk dari bullying, diantaranya adalah:

a. Bentuk Fisik contohnya adalah menggigit, menarik rambut, memukul, menendang, menonjok, mendorong, mencakar, meludahi dan merusak kepemilikan korban.

b. Bentuk non fisik dibagi menjadi dua yaitu: verbal dan non verbal

bullying verbal lebih menyakitkan dari bullying fisik meskipun

tidak menimbulkan luka pada tubuh. Namun bullying verbal justru memberikan luka pada perasaan atau hati korban

1. Verbal contohnya panggilan telepon yang meledek, pemerasan, mengancam atau mengintimidasi, menghasut, berkata jorok pada korban.

2. Non Verbal terdiri dari langsung dan tidak langsung

a. Langsung contohnya adalah muka mengancam, menggeram, hentakan mengancam, menakuti dan menatap muka

b. Tidak Langsung contohnya adalah manipulasi pertemanan, mengasingkan, tidak mengikut sertakan, mengirim pesan menghasut, curang dan sembunyi-sembunyi.

Dari dua pendapat bentuk bullying yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa bentuk bullying terdiri dari bentuk bullying fisik,

bullying verbal dan bullying psikis.


(30)

C. Factor yang mempengaruhi bullying

Setiap manusia dalam hidup dan perkembangannya sering dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, demikian halnya perilaku yang dimiliki manusia, salah satunya adalah bullying. Beane (dalam Dezy, 2012: 38) dalam bukunya menjelaskan bahwa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku bullying diantaranya adalah:

a. Media

Media mempunyai dampak yang signifikan dikalangan anak-anak saat ini. Beberapa penelitian mengidentifikasikan bahwa anak-anak yang melihat banyak kekerasan ditelevisi, video, game dan film lebih sering agresif dan kurang empati terhadap lingkungannya. Dari beberapa hasil penelitian tentang individu melihat kekerasan ditelevisi terdapat peningkatan perilaku agresif. Beberapa tanyangan ditelevisi telah mempromosikan konflik. Banyak video game dirancang dengan tema kekerasan sehingga dapat mendorong anak untuk melakukan atau meniru tindakan kekerasan.

b. Keluarga

Keluarga juga biasanya mempengaruhi perilaku pada anak-anak. Orang tua menjadi role model pertama bagi anak-anak mereka. Tidak sediki dari munculnya perilaku bullying dipengaruhi oleh orang tua. Meskipun orang tua punya wewenang untuk mengendalikan anak-anak tetapi sering kali orang tua menggunakan kekerasan agar dipatuhi oleh


(31)

19

Apabila orang tua mengekspresikan amarahnya dengan menggunakan fisik kepada anak-anak, dilakukan terus menerus dan sering dilihat oleh anak-anak mereka. Sehingga anak-anak berfikir bahwa tindakan kekerasan fisik diperbolehkan seperti apa yang dilakukan orang tua terhadap anak-anak.

Menurut Olweus (dalam Dezy, 2012: 39) ada beberapa lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi tindakan bullying, diantarnya:

1. Kurangnya kehangatan dan penerimaan.

2. Kegagalan untuk menetapkan batas yang jelas terhadap perilaku

bullying terhadap teman sebaya, saudara ataupun orang dewasa.

3. Kurangnya cinta dan perhatian serta memberikan kebebasan yang berlebihan

4. Menggunakan hukuman fisik dan kekerasan emosi seperti meledek. Selain itu, orang tua juga terlalu permisif atau tidak mengetahui bahwa anak-anak mereka melakukan bullying. Orang tua juga tidak mengembangkan sikap empati, sopan santun, kebaikan dan karakter penting lainnya kepada anak-anak mereka. c. Teman Sebaya

Selain media dan keluarga, Beane (dalam Dezy, 2012: 40) juga menyebutkan bahwa teman sebaya juga bias menjadi pengaruh dalam melakukan tindakan bullying. Anak-anak ditolak bukan karena perilaku atau karakteristik yang mereka miliki, namun karena peer group membutuhkan target untuk ditolak. Penolakan tersebut dapat membantu


(32)

kelompok dalam menentukan batas-batas penerimaan dengan membawa kesatuan kedalam kelompok. Dengan kata lain, individu-individu ditargetkan menjadi kambing hitam yang berfungsi untuk kepentinga kebersamaan kelompok. Ini adalah salah satu alasan siswa untuk bergabung kedalam kelompok, meskipun mereka tidak sama seperti orang yang ada didalam. Salah satu aturan yang dilakukan dalam suatu kelompok atau geng adalah mereka harus melakukan seperti yang kelompok lakukan. Kebutuhan mereka untuk merasa bersatu dengan teman-teman merupakan motivasi yang kuat.

Dari penolakan tersebut disebutkan dalam sebuah penelitian, bahwa anak-anak yang ditolak akan melakukan tindakan yang lebih agresif, lebih menarik diri, kurang mudah bergaul dan/atau kurang terampil dalam kognitif dibandingkan dengan teman-teman mereka yang diterima.

d. Lingkungan masyarakat

Salah satu lingkungan yang berpengaruh besar bagi anak menurut beane adalah masyarakat, karena bagaimanapun masyarakat merupakan tempat dan tumbuh kembangnya anak. Apa yang terjadi dimasyarakat tempat tinggal anak akan berpengaruh yang sangat signifikan, anak akan belajar bagaimana berperilaku seperti orang-orang yang ada disekitarnya. Jika anak dibesarkan dilingkungan masyarakat yang keras maka anak akan tumbuh menjadi masyarakat yang keras, begitu juga ketika anak


(33)

21

akan tumbuh menjadi pribadi yang bermoral dan baik. Lingkungan yang memperlihatkan kekerasan kepada anak akan mengajarkan kepada anak bahwa perilaku itu diperbolehkan untuk dilakukan.

e. Sekolah

Kemudian lingkungan sosial yang terkahir adalah sekolah. Beane (dalam Dezy, 2012: 40) menyebutkan bahwa kondisi sekolah juga dapat berpengaruh terhadap perilaku bullying pada anak. Ada beberapa faktor yang terkait dalam tindakan bullying, diantaranya:

1. Rendahnya moral staf

2. Ketidak jelasan standart perilaku

3. Tidak konsisten dalam menerapkan metode kedisiplinan 4. Buruknya organisasi

5. Anak-anak tidak diberlakukan sebagai individu 6. Fasilitas yang tidak memadai

7. Kurang perhatian terhadap murid baru 8. Tidak ada kebijakan anti-bullying

9. Tidak ada prosedur yang jelas dalam menangani dan menyelesaikan kejadian bullying

10.Apatis yang dilakukan warga sekolah terhadap bullying

11.Kurangnnya perhatian kepada murid yang berkebutuhan khusus 12.Tidak ada ruang untuk aktifitas yang tenang

13.Warga sekolah menggunakan sindiran yang menyakitkan 14.Warga sekolah menghina murid di depan teman-teman


(34)

Menurut Ariesto (dalam Karina, 2013: 15) dari beberapa tindakan

bullying terdapat beberapa factor yang kompleks, tidak ada faktor tunggal

yang menjadi penyebab terjadinya tindakan bullying, diantaranya: a. Faktor sekolah

Sekolah merupakan salah satu yang menjadi faktor terhadap perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa, antara lain:

1. Kurangnya pengetahuan terhadap bullying dan dampak yang dialami korban sehingga menganggap bahwa hal itu wajar dan hanya gangguan ringan,

2. Sikap apatis yang dilakukan pihak sekolah terhadapat kasus bullying,

3. Tidak ada peraturan yang jelas dan tegas terhadap kasus bullying. 4. Tidak ada penanganan terhadap kasus bullying serta pengawasan

kepada siswa. b. Faktor teman

Kelompok yang memiliki status social dan kekuatan yang lebih besar dari kelompok lain akan memicu timbulnya diskriminasi dan penindasan. Anak yang tidak termasuk dalam kelompok kerap menjadi sasaran kekerasan yang sistematis dan penindasan terus menerus yang dialukan oleh anggota kelompok ini. Anak-anak yang dipermalukan dan ditolak akan menjadi rentan untuk melakukan kekerasan dan penindasan, karena tindakan semacam itu adalah cara untuk mengatakan bahwa mereka


(35)

23

c. Faktor keluarga

Perilaku dan kepribadian ditentukan oleh jenis keluarga yang mereka tinggali. Meskipun sekolah dan lingkungan masyarakat juga bias mempengaruhi perilaku anak. Namun rumah merupakan tempat anak-anak mendapatkan pelajaran pertama pendidikan moral.

1. anak yang didik dengan ola asuh yang memanjakan (indulgent), mengistimewakan (highly privilege) dan terlalu melindungi (over

protective) akan menjadikan anak untuk merasa seperti raja dan

bias melakukan apa saja yang diinginkan bahkan dengan cara memaksa orang lain untuk mendapatkan kebutuhannya.

2. Orang tua yang tidak memberikan anak kesempatan untuk berekspresi dan lebih banyak mengkritik akan membuat anak

merasa dirinya “not good enough person”, sehingga akan

menimbullkan inferioritas, dependensi, tidak percaya diri, takut kepada pihak yang lebih kuat, sikap taat dan patuh yang tidak rasional. Perilaku tersebut akan membuat emosi anak tertekan akan berubah menjadi bentuk agresif yang diarahkan pada orang lain. 3. Orang tua yang mengalaimi disfungsi akan berdampak signifikan

kepada anak. Keluarga yang sering memukul, menyiksa fisik atau emosi, mengintimidasi anggota keluarga lain atau keluarga yang memiliki konflik terbuka tanpa ada resolusi, masalah yang berkepanjangan yang dialami oleh keluarga akan mempengaruhi emosi dan perkembangan kepribadian anak.


(36)

d. Faktor lingkungan

Lingkungan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

bullying, karena adanya budaya kekerasan. Anak yang tumbuh pada

lingkungan suatu kelompok yang sangat toleran terhadap tindakan

bullying, maka anak akan meniru dan memahani bahwa perilaku bullying

merupakan suatu hal yang biasa atau wajar. e. Faktor Media

Semua media mempunyai efek mendalam pada anak-anak yang mempersepsikan dunia tempat tinggal mereka. Dunia teknologi telah menjadi begitu kuat sehingga kita tidak bias mengabaikan efek-efek yang ditimbulkan pada anak-anak.

Banyak hiburan yang ada di media tetapi tidak mengajarkan dasar-dasar peradaban tetapi memperlihatkan sisi-sisi kekerasan. Gambar-gambar dan lirik-lirik yang kejam, berkonotasi seksual, kasar dan keras menghambat perkembangan empati dan rasa empati.

Budaya fantasi kekerasan yang ditampilkan di video akan memicu anak yang tergolong emosional menjadi rentan. Ketika anak dijejali gambaran media yang jelas-jelas mengelu-elukan kekerasan sebagai solusi yang sah untuk setiap permasalahan, maka mereka gagal mempelajari keterampilan untuk menuntaskan konflik secara damai. Anak-anak yang sering melihat kekerasan dimedia, akan cenderung mencoba untuk berperilaku agresi untuk menyelesaikan persoalannya.


(37)

25

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi perilkau bullying antara lain faktor media, keluarga, sekolah, teman dan lingkungan masyarakat.

D. Karakteristik Perilaku Bullying

Karakteristik bukanlah harga mati, banyak anak-anak yang sepintas kelihatannya biasa-biasa saja, ternyata tanpa sepengetahuan orang tua atau guru mereka telah menjadi pelaku atau bahkan korban bullying selama berbulan-bulan. Padahal apabila diketahui tanda-tandanya, anak tersebut dapat ditangani sedini mungkin sebelum efek negative dari bullying semakin merusak diri. Berikut merupakan karakteristik pelaku dan korban bullying.

a. Karakteristik Pelaku bullying

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Rudolph F (2005). ada beberapa karateristik pelaku bullying, diantaranya:

1. Perilaku agresif terhadap rekan-rekannya 2. Memiliki sikap positif terhadap kekerasan 3. Pola perilaku impulsive

4. Sikap dominan terhadap orang lain

5. Memilki empati yang rendah terhadap korban

6. Mempunyai tingkat kecemasan atau ketidak nyamanan sangat rendah


(38)

7. Ingin menguasai dan mengontrol serta mendapat kepuasan dalam melakukan penderitaan

8. Mempunyai persepsi sengat tinggi terhadap harga diri (popular dikalangan guru dan teman)

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Alana James PhD (2010), karakteristik pelaku bullying diantaranya:

1. Lebih agresif dari siswa lain

2. Memiliki keterampilan social yang buruk 3. Kurang perhatian dari orang tua

4. Memiliki perasaan iri b. Karakteristik korban bullying

Selain pelaku bullying, Dalam penelitian Dr. Rudolph F (2005) korban juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

1. Memiliki ukuran fisik dan kekuatan dibawah rata-rata. Sikap Pasif

2. Cenderung lebih cemas

3. Merasa tidak aman yang berlebihan 4. Sensitive

5. Anak yang lemah dan sering didominasi 6. Tidak akan membalas apabila diserang 7. Memiliki tingkat emosi yang rendah


(39)

27

9. Terisolasi secara social

10.Lebih dekat dengan guru atau orang yang lebih dewasa waktu istirahat

11.Lebih suka tinggal dirumah daripada pergi ke sekolah

12.Memiliki prevalensi lebih tinggi dari orang tua yang overprotektif atau personil guru

Sedangkan dalam penelitian Alana James PhD (2010), karakteristik korban bullying, yaitu:

1. Pasif

2. Memiliki harga diri yang rendah

3. Cenderung memiliki deperesi dan kecemasan yang besar 4. Memiliki keluarga yang overprotektif

Dari beberapa karakteristik diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik pelaku bullying lebih memiliki kekuatan baik itu fisik atau psikologis daibandingkan dengan korban bullying.

E. Perilaku Bullying di Sekolah

Fenomena perilaku bullying telah lama menjadi bagian dari dinamika sekolah. Bullying merupakan permasalahan yang umum terjadi di berbagai lingkungan, termasuk disekolah.

Dari hasil penelitian KPAI ternyata sebanyak 17% kekerasan terhadap anak terjadi di sekolah. Bahkan pada 2013, tercatat 181 kasus yang berujung pada tewasnya korban, 141 kasus korban menderita luka


(40)

berat, dan 97 kasus korban luka ringan. Tindakan kekerasan di sekolah bisa dilakukan oleh guru, kepala sekolah, bahkan sesama peserta didik (Elga, 2014: 10).

Seperti yang terjadi pada salah satu SMAN di Surabaya, siswa yang berusia 16 Tahun meninggal dunia setelah mengikuti masa orientasi siswa baru. Menurut Dr forensic di Surabaya bahwa siswa tersebut meniggal karena kekurangan oksigen (Ida dan Komang, 2014: 252). Perilaku bullying tidak hanya terjadi di sekolah menengah, akhir-akhir ini perilaku bullying banyak terjadi di sekolah dasar. Seperti peristiwa

bullying yang terjadi di sekolah dasar daerah Jakarta pada tahun 2014,

gara-gara korban menyenggol minumannya pelaku memukuli korban (Ida dan Komang, 2014: 253). Permasalahan ini harus diatasi oleh pihak sekolah. Bahkan terkadang ada yang menganggap bahwa perilaku bullying menjadi hal yang wajar oleh beberapa kalangan. Umumnya para guru dan orang tua menganggap bullying sebagai perstiwa kenakalan anak-anak biasa yang tidak perlu dibesar-besarkan. Kasus bullying yang dilakukan oleh anak bisa jadi tidak diketahui oleh guru dan orang tua.

Perilaku bullying di sekolah bisa juga dilakukan oleh antar siswa.

Bullying yang dilakukan antar siswa tidak selalu berlangsung dengan cara

berhadapan muka tapi bisa juga terjadi dibelakang teman. Misalnya mereka menikmati saat memanggil temannya dengan sebutan yang jelek. Meminta paksa uang atau makanan, bisa juga terjadi antara adik kelas


(41)

29

adik kelas dan menunjukkan bahwa dia lebih berkuasa. Kemudian guru ikut berperan dalam memicu praktek bullying. Misalnya guru berlebihan dalam menghukum siswa karena kesalahan siswa. Selanjutnya antar geng disekolah. Geng diartikan sebagai sekelompok orang yang jumlahnya tidak terlalu banyak, melakukan kegiatan secara bersam-sama dan memiliki kegemaran yang sama pula. Kegiatan yang dilakukan bisa positif bisa negatif, namun istilah geng sering berkonotasi negatif. Kemudian yang terakhir masyarakat disekitar sekolah, masyarakat disekitar sekolah ada yang mendukung kegiatan persekolah siswa, namun ada juga yang memanfaatkan siswa disekolah untuk kepentigan sendiri. Misalnya preman disekitar sekolah yang sering meminta uang secara paksa terhadap siswa disekolah baik saat pulang sekolah maupun saat berangkat sekolah. Hal ini sangat meresahkan bagi siwa karena biasanya mereka tidak bisa melawan atau menolak. ( Puteri, 2012: 17)

Menurut Rigby dan Alika (dalam Ida dan Komang 2014: 252) perilaku bullying yaitu tindakan menekan atau mengintimidasi anak lain baik secara fisik maupun verbal dan biasanya terjadi ketidakseimbangan kekuasaan diantara pelaku dan korban bullying. Tindakan bullying dilakukan oleh senior yang merasa lebih berkuasa kepada juniornya atau seorang atau sekelompok orang yang merasa lebih berkuasa kepada seorang yang lebih lemah.


(42)

F. Perspektif Teoritik

Bullying merupakan perilaku agresif yang dilakukan secara

berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain karena ketidak seimbangang kekuatan atau perilaku agresif yang dilakukan senior terhadap juniornya shingga korban merasa menderita baik fisik maupun psikis.

Perilaku bullying tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor media seperti tontonan televisi yang menayangkan tayangan kekerasan yang akan berdampak bagi para penontonnya dan akan menirukan perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Faktor yang kedua yaitu faktor keluarga, salah satu yang mempengaruhi perilaku yaitu kurangnya perhatian orang tua terhadap anak. Faktor yang ketiga adalah faktor teman seperti perilaku yang dilakukan oleh teman akan menyebabkan munculnya perilaku bullying. Faktor yang keempat adalah faktor sekolah adalah salah satu penyebabnya yaitu kurangnya pengawasan dari guru terhadap murid. Kemudian yang terakhir adalah faktor lingkungan masyarakat, perilaku kekerasan yang diperlihatkan oleh masyarakat kepada anak akan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap perilaku anak di kehidupan sehari-hari.

Bentuk bullying yang biasa dilakukan pelaku terhadap koban berupa bentuk bullying fisik seperti memukul, menonjok, menendang, menampar dan sebagainya. Kemudian bentuk bullying verbal seperti


(43)

31

KORBAN PELAKU

terakhir adalah bentuk bullying psikis seperti mengintimidasi, mengancam, mendiskriminasi dan sebagainya. Berikut merupakan bagan dari perpektif teoritik:

Gambar 2.1 Perspektif Teoritik FAKTOR MEDIA,

KELUARGA, TEMAN, SEKOLAH DAN

LINGKUNGAN BENTUK

BULLYING:

FISIK, VERBAL DAN PSIKIS PERILAKU


(44)

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana fenomena perilaku bullying yang terjadi dijenjang sekolah pendidikan dasar, dengan studi kasus pada murid di Madrasah Ibtidaiyah X. untuk mengetahui fenomena yang terjadi secara mendalam mengenai perilaku bullying di Madrasah Ibtidaiyah, dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan & Taylor (dalam Moleong, 2007: 4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian kualitatif dalam hal ini dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll. Secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007: 6).

Untuk jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus karena penelitian ini ingin menelaah masalah-masalah mengenai


(45)

33

yang dikemukakan oleh Yin (dalam Haris 2011: 76) bahwa studi kasus adalah suatu inquiry empiris yang mendalami fenomena dalam konteks kehidupan nyata, ketika batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas. Studi kasus dimaksud untuk menggambarkan suatu gejala yang ada pada saat penelitian. Melalui penelitian tersebut, peneliti mengharapkan mendapatkan gambaran mengenai fenomena perilaku

bullying yang terjadi di sekolah dan faktor yang mempengaruhi perilaku

tersebut.

B. Kehadiran Peneliti

Dalam masalah ini, peneliti berperan langsung sekaligus sebagai instrument dalam pengumpulan data. Peneliti juga turun langsung ke lokasi penelitian dan melakukan observasi serta wawancara secara mendalam terhadap para informan. Peneliti juga mempunyai peran sebagai partisipan penuh terhadap kegiatan yang berhubungan dengan rumusan masalah. Ketika dalam penelitian, peneliti memilih informan yang dapat membantu untuk mengetahui fenomena bullying yang terjadi di sekolah . Setelah mendapatkan subyek, peneliti tidak memberitahukan statusnya sebagai peneliti agar data yang diperoleh dari wawancara dijawab dengan sebenar-benarnya. Namun, kehadiran peneliti dilapangan hanya diketahui oleh informan.


(46)

C. Lokasi Penelitian

Dalam hal ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya. Madrasah Ibtidaiyah X ini dibangun di tengah pemukiman yang padat penduduk di Surabaya bagian utara, tepatnya berada di jalan Sawah Pulo Utara Lapangan no. 1 Surabaya. Madrasah Ibtidaiyah X mempunyai dua gedung sekolah dan tiap gedung mempunyai dua lantai. Peneliti mengambil sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian karena sekolah tersebut sering tidak ada guru yang mengajar dan hal tersebut akan mengurangi pengawasan guru terhadap siswa sehingga ada kesempatan siswa untuk melakukan perilaku bullying terhadap siswa lain. Madrasah Ibtidaiyah X merupakan salah satu sekolah yang berbasis agama yang sangat menekankan nilai-nilai islam dalam setiap aspek pengajarannya. Oleh karena itu, dari tujuan sekolah yang menanamkan nilai-nilai keislaman pada siswa, sangat bertentangan jika terjadi perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui informan yang telah terpilih untuk memberikan informasi dan data sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam hal ini adalah subyek penelitian kemudian diperkuat dengan informan seperti guru dan teman. Untuk pemilihan informan dalam penelitian kualitatif berdasarkan kriteria yang relevan


(47)

35

Dalam penelitian perilaku bullying di Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya, kriteria yang digunakan dalam pemilihan subyek adalah murid di Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya yang duduk di kelas VI dan dapat berkomunikasi dengan baik. Proses pemilihan subyek sebelumnya diawali dengan mengidentifikasi calon subyek yang sesuai dengan kriteria penelitian dan bekerja sama dengan key person dari pihak guru kelas atau pengajar untuk dapat memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti.

Kemudian data yang diperoleh diperkuat dengan adanya beberapa orang informan yang mengerti dengan keadaan subyek, baik di lingkungan kelas atau dilingkungan tempat tinggal. Berikut merupakan informan yang dipilih:

1. Guru kelas di Madrasah Ibtidaiyah X yaitu bapak AP. Beliau merupakan guru atau pengajar di kelas V dan kelas VI. Dari informan pertama ini, peneliti dapat mengetahui keadaaan dan kebiasaan siswa ketika berada di lingkungan sekolah.

2. Siswa di Madrasah Ibtidaiyah X yaitu MA dan MM yang berada di kelas VI dan R dan HF yang duduk di kelas V di Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya. Dari informan yang dipilih tersebut. Peneliti dapat mengetahui perilaku bullying yang dilakukan subyek dan faktor yang penyebab perilaku tersebut muncul. Informan korban atau teman dipilih untuk mengetahui perilaku yang pernah dilihat atau dirasakan.


(48)

E. Prosedur Pengumpulan Data

Menurut lofland dan lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti document dan lain-lain. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah studi kepustakaan dan wawancara:

1. Observasi ( pengamatan)

Teknik observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Observasi merupakan kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (Ahmad,2009: 58). Dalam hal ini peneliti akan melakukan observasi dengan melihat secara langsung lokasi penelitian dan mengamati kejadian-kejadian yang berhubungan dengan perilaku bullying pada siswa.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan ( Moleong, 2007: 186).

Dalam melakukan metode wawancara, peneliti membuat daftar pertanyaan untuk mempermudah alur pertanyaan yang ingin peneliti sampaikan. Ketika melakukan wawancara peneliti harus menggunakan alat


(49)

37

penelitian ini informan yang di wawancarai yaitu guru kelas, subyek, korban atau teman.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah catatan yang dijadikan sumber data dan dimanfaatkan untuk menguji serta umtuk menyimpan informasi yang dihasilkan. Dokumentasi juga mempunyai pengertian yaitu mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah tersedia.

Pada tahap ini, peneliti akan mengumpulkan data-data yang konkrit guna memperkuat penelitian. Data-data tersebut diantarnya adalah foto, video serta rekaman wawancara yang berkaitan dengan judul penelitian.

F. Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber informan yang telah dipilih, melalui teknik seperti wawancara dan observasi. Selain itu, pengumpulan data penelitian kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai mendapat hasil akhir dari pertanyaan yang ditanyakan.

Analisis penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai dilapangan. Namun pada kenyataannya, analisis penelitian kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data sampai selesai pengumpulan data.

Sarantakos (dalam Alston dan Bowles 1998: 195) mengemukakan bahwa dalam analisis data kualitatif terdapat tiga tahapan yaitu


(50)

1. Reduksi Data (data reduction) adalah membuat data berdasarkan instrument penelitian dan memasukkan serta memilih jawaban masing-masing informan berdasarkan tema.

2. Menggabungkan Data (data organization) adalah mengelompokkan jawaban dari tiap-tiap informan berdasarkan tema yang sama. Data yang telah dipilih dari tiap informan kemudian dikelompokkan berdasarkan tema yang sama.

3. Menjelaskan Data (data interpretation) adalah membuat kesimpulan dari jawaban-jawaban yang diberikan informan mengenai suatu tema. Setelah data diorganisir berdasarkan suatu tema maka dilakukan pembuatan kesimpulan dari jawaban-jawaban yang diberikan informan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan deskriptif yaitu menggambarkan hasil penelitian yang diperoleh dari data-data empirik yang ada, dengan tujuan agar sebuah fenomena memiliki nilai akademis dan ilmiah sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain.


(51)

39

G. Pengecekan Keabsahan Temuan

Untuk meningkatkan kualitas data, salah satu yang harus dilakukan yaitu dengan meningkatkan derajat kepercayaan (kredibilitas) yang meliputi triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh (Moleong, 2009: 330. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain seperti kepada orang tua, teman dan guru.

Patton (dalam Moleong, 2009: 330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan

sumber, motode, penyidik dan teori. Triangulasi dengan sumber berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Pada triangulasi metode patton (dalam Moleong, 2009:330) mengatakan bahwa, ada dua strategi yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

Teknik triangulasi ketiga yaitu dengan jalan memanfaatkan penelitian lain untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Sedangkan triangulasi dengan teori menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong. 2009: 331) bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat


(52)

kepercayaan dengan satu atau lebih teori. Dipihak lain, Patton (dalam Moleong, 2009: 331) berpendapat lain yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding.

Untuk meningkatkan derajat kepercayaan (kredibilitas) yang kedua peneliti menggunakan pemeriksaan sejawat melalui diskusi. Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspor hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat (Moleong, 2009: 332). Dalam tahap ini, peneliti diarahkan oleh pembimbing kemudian terjadi dialog terhadap hal-hal yang berkaitan dengan laporan data penelitian, sehingga data yang terkumpul didiskusikan dengan teman serta dosen pembimbing.


(53)

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan hasil temian lapangan yang selanjutnya akan dianalisis sesuai dengan kerangka pemikiran yang digunakan. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai setting penelitian, hasil penelitian dan pembahasan

A. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih satu bulan dimulain pada bulan November sampai bulan Desember 2014. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya, tepatnya dijalan Sawah Pulo Utara Lapangan no.1 Surabaya. Peneliti melakukan penelitian disekolah dikarenakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang fenomena

bullying pada siswa Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya dan faktor-faktor

yang menyebabkan terjadinya bullying pada siswa Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang menanamkan nilai-nilai keagamaan dan berada di daerah pemukiman yang padat penduduk. Disekolah ini banyak terjadi perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa.

Dalam pengambilan data wawancara dan observasi dilakukan secara bertahap oleh peneliti dimulai dari observasi awal, dokumentasi


(54)

sampai dengan wawancara terhadap subyek. Pelaksanaan penelitian mengalami beberapa kendala salah satunya adalah ketika peneliti bertemu dengan subyek, sikap yang ditunjukkan subyek masih terkesan takut dan malu. Untuk mencairkan suasana peneliti melakukan pendekatan kepada subyek dengan menenyakan nama identitas subyek tetapi usaha yang dilakukan peneliti belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Namun, ketika peneliti bertanya memakai bahasa daerah yang dilakukan sehari-hari oleh subyek, ada sikap ketebukaan yang dilakukan subyek dan akhirnya subyek semakin terbuka terhadap peneliti. Adapun jadwal penelitian di Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya dalam melakukan proses wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:


(55)

43

Tabel 4.1 Jadwal Penelitian Hari / tanggal Kegiatan

Sabtu, 15 – 11 – 2014 Meminta ijin kepada kelapa sekolah untuk melakukan penelitian di sekolah dan Sharing dengan guru AP

Selasa, 18 – 11 – 2014 Melakukan wawancara dengan guru AP tentang profil sekolah

Rabu, 19 – 11 – 2104 Melakukan wawancara dengan guru AP untuk menentukan subyek dan observasi

Sabtu, 22 – 11 – 21014 Wawancara dengan HA dan observasi

Selasa, 25 – 11 – 2014 Wawancara dengan HA dan observasi

Rabu, 26 – 11 – 2014 Wawancara dengan MM dan observasi

Sabtu, 29 – 11 – 2014 Wawancara dengan MM dan observasi

Selasa, 02 – 12 – 2014 Wawancara dengan MA dan observasi

Rabu, 03 – 12 – 2014 Wawancara dengan R dan observasi

Sabtu, 06 – 12 – 2014 Wawancara dengan HF dan observasi

Sabtu, 10 – 01 – 2015 Selesai penelitian & Berpamitan ke sekolah


(56)

Maka selanjutnya peneliti akan memaparkan profil lokasi penelitian, profil subyek dan profil informan dari penelitian ini:

1. Profil M.I X

Lokasi penelitian ini berada di jalan Sawah Pulo Utara Lapangan No. 1 Surabaya, Madrasah tersebut berada di tengah-tengah lokasi padat penduduk. Madrasah Ibtidaiyah X berdiri pada tahun 31 maret 1981, status sekolah adalah swasta dan sekarang sudah terakreditasi B. Kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah X adalah MH. Guru disekolah tersebut berjumlah 9 orang sedangkan yang mengurusi tata usaha berjumlah 3 orang. Madrasah Ibtidaiyah di tahun 2014 – 2015 memiliki siswa yang berjumlah 236 yang terdiri dari kelas I (33), kelas II (40), kelas III (41), kelas IV (43), kelas V (20 & 24) dan kelas VI (20 & 24). Ekstrakurikuler yang dimiliki oleh Madrasah Ibtidaiyah hanya Drum Band dan Samroh.


(57)

45

Tabel 4.2 Profil M.I X

Nama Madrasah Ibtidaiyyah X

Kepala Sekolah MD

Berdiri 31 Maret 1981

Alamat Jalan Sawah Pulo Utara

Lapangan No 1 Surabaya Status Sekolah Terakreditasi B

Jumlah Guru 9 orang

Staf Tata Usaha 3 orang Jumlah Siswa 236 murid

Ekstrakurikuler Drum Band dan Samroh

2. Profil Subyek HA

Subyek dalam penelitian ini berinisial HA dan berjenis kelamin laki-laki. Pada tahun ini usianya 12 tahun, HA lahir pada tanggal 30 Desember 2003 di Surabaya. Pada saat ini HA duduk di bangku kelas VI di Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya. HA merupakan anak pertama dari dua bersaudara. HA memiliki saudara perempuan yang saat ini masih duduk di bangku kelas dua sekolah dasar. Agam yang diyakini oleh HA adalah islam. Ayah HA yang berinisial AM. Sekarang AM bekerja sebagai karyawan swasta. Ibu HA berinisial R. Pekerjaan R adalah sebagai ibu rumah tangga dan berjualan makanan ringan di depan rumahnya. HA tinggal bersama ayah, ibu dan adiknya di jalan Jxx Pxx Surabaya.


(58)

Tabel 4.3 Identitas Subyek HA

Nama HA

Kelas VI

Anak ke 1 dari 2 bersaudara

Tempat, tanggal lahir Surabaya, 30 Desember 2003

Usia 12 Tahun

Agama Islam

Alamat Jalan Jxx Pxx Surabaya

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui bentuk bullying yang dilakukan oleh HA, peneliti juga mewawancarai informan yang dalam hal ini adalah siswa yang menjadi korban dan siswa yang mengetahui perilaku HA beserta guru kelas. Berikut merupakan profil informan yang diwawancarai oleh peneliti:

3. Profil Korban MM

Informan korban dalam penelitian ini berinisial MM. MM lahir di kota Surabaya pada tanggal 11 April 2003. Saat ini usia MM adalah 12 tahun. Agama yang dianut oleh MM adalah islam dan jenis kelamin MM adalah laki-laki. Sekarang MM duduk di bangku kelas VI di Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya. MM merupakan anak ke dua dari dua bersaudara. MM sekarang tinggal bersama ibu dan ayahnya di jalan Sxx Pxx Sx Surabaya, sementara kakaknya tidak bertempat tinggal dengan orang tua


(59)

47

berinisial J. Pekerjaan ayah MM adalah serabutan atau penjual barang bekas sedangkan ibu MM sebagai penjual sate. MM sering di bully oleh teman-temannya termasuk oleh HA. Perlakuan bullying yang diterima oleh MM berupa bullying fisik, bullying verbal dan bullying psikis.

Tabel 4.4 Identitas Korban MM

Nama MM

Kelas VI

Anak ke 2 dari 2 bersaudara

Tempat, tanggal lahir Surabaya, 11 April 2003

Usia 12 Tahun

Agama Islam

Alamat Jalan Sxx Pxx Sx Surabaya

4. Profil Informan MA (teman subyek dan korban)

MA lahir di kota Surabaya pada tanggal 14 April 2002. Pada saat ini berusia 13 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Agama yang dianut oleh MA adalah agama islam. MA duduk di bangku kelas VI di Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya. MA anak kedua dari tiga bersaudara, tetapi sekarang MA menjadi anak yang tertua karena saudara MA yang pertama sudah meninggal dunia. Adik MA berjenis kelamin perempuan yang masih belum bersekolah. Ayah MA berinisial R dan bekerja sebagai karyawan swasta sedangkan ibu MA berinisial S dan bekerja sebagai ibu rumah tangga. MA merupakan teman satu kelas dari HA dan MM. Ketika


(60)

berada di dalam kelas MA duduk bersama HA dan MA lebih dekat dengan HA daripada MM. MA tinggal bersama ibu, ayah beserta adiknya di Sxx Pxx Jxx Surabaya. Tempat tinggal MA sangat dekat dengan sekolahnya.

Tabel 4.5 Identitas MA (teman subyek dan korban)

Nama MA

Kelas VI

Anak ke 1 dari 2 bersaudara

Tempat, tanggal lahir Surabaya, 14 April 2002

Usia 13 Tahun

Agama Islam

Alamat Jalan Sxx Pxx Jxx Surabaya

5. Profil Korban HF (siswa kelas V)

HF merupakan anak dari ayah yang berinisial MN dan ibu LE. HF adalah anak kedua dari empat bersaudara. Jenis kelamin HF adalah laki-laki. Agama islam merupakan agama yang dianut oleh HF. Tempat kota lahir HF adalah Surabaya, tepat pada tanggal 14 Februari 2003. Pada saat ini HF berusia 12 tahun. HF sekarang duduk di bangku kelas V Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya. Ayah HF bekerja dalam bidang jasa service mesin jahit sedangkan ibu HF berjualan elektrik di rumahnya. HF tinggal bersama orang tua dan kedua adiknya, sementara kakaknya tinggal di


(61)

49

duduk di kelas 3 sekolah dasar sementara adik yang kedua masih belum sekolah.

Tabel 4.6 Identitas Korban HF

Nama HF

Kelas V

Anak ke 2 dari 4 bersaudara

Tempat, tanggal lahir Surabaya, 14 Februari 2003

Usia 12 Tahun

Agama Islam

Alamat Jalan Sxx Pxx Jxx Surabaya

6. Profil Informan R (teman HF dan siswa kelas V)

R berjenis kelamin laki-laki. Pada tanggal 02 Januari 2003 R genap berusia 12 tahun. R lahir di pulau Madura tepatnya di kota Sampang. Agama yang dianut oleh R adalah agama islam. R adalah anak pertama dari dua bersaudara. R mempunyai adik laki-laki yang sekarang masih duduk di bangku kelas satu SD. ayah R berinisial S sedangkan ibu R berinisial SA. Ayah dan ibu R merantau keluar kota Surabaya. Sekarang R tinggal bersama neneknya yang berada di jalan Sxx Pxx Dx Surabaya. R sekarang duduk di bangku kelas V Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya.


(62)

Tabel 4.7 Identitas R

Nama R

Kelas V

Anak ke 1 dari 2 bersaudara

Tempat, tanggal lahir Sampang, 02 Januari 2003

Usia 12 Tahun

Agama Islam

Alamat Jalan Sxx Pxx Dxx Surabaya

7. Profil AP (guru kelas)

AP lahir di Surabaya pada tanggal 14 Agustus 1987, pada saat ini usia beliau adalah 28 tahun. Agama yang dianut beliau adalah agama islam. Beliau lulusan S2 di Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Beliau masuk di Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya 6 tahun yang lalu. Beliau di sekolah tersebut sebagai Staf Tata Usaha dan sebagai guru kelas di Madrasah Ibtidaiyah. Tempat tinggal beliau di jalan Sxx Pxx Txx 1/8 Surabaya. Meskipun sudah lulus S2 tetapi beliau masih belum berkeluarga.


(63)

51

Tabel 4.8 Identitas AP (guru kelas)

Nama AP

Jabatan Guru kelas dan staf TU

Pendidikan terkahir S2 PBSID (UNESA) Tempat, tanggal lahir Surabaya, 19 Agustus 1987

Usia 28 Tahun

Agama Islam

Alamat Jalan Sxx Pxx Txx 1/8

Surabaya

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan fokus pada penelitian, maka dalam hal ini peneliti akan mendeskripsikan sesuai dengan fokus masalah yaitu fenomena perilaku bullying pada siswa Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya bullying pada siswa Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya. .

a. Perilaku Bullying yang dilakukan oleh subyek

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas mengenai bullying di sekolah Madrasah Ibtidaiyah X, bahwa disekolah banyak siswa yang melakukan bullying khususnya di kelas VI dan peneliti di rekomendasikan oleh guru tersebut untuk memilih HA


(64)

sebagai subyek. Berikut merupakan pengakuan dari AP selaku guru kelas di Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya:

“kalau perilaku bullying di sekolah ini banyak mas, setiap hari banyak anak yang melakukan bullying, seperti bullying verbal. Nanti tak pilihkan anaknya (HA) yang sering melakukan bullying di kelas tapi anak kelas V dan VI aja mas, biar enak kalau di

wawancara”(CHW: AP4).

Dari apa yang diungkapkan HA saat wawancara, terlihat bahwa HA tidak mengetahui mengenai pengertian bullying.

“saya gk tau bullying kak, bullying tu apa kak? (CHW: HA6)” Tetapi ketika dijabarkan bentuk bullying, HA memahami dan mengakui bahwa HA melakukan bullying kepada temannya, berikut merupakan hasil wawancara yang disampaikan oleh HA:

“iya kak, saya pernah mengejek, bertengkar dengan teman kak, pada saat berada di kelas (CHW: HA13-21)”

Kebiasaan HA yang bertengkar dengan teman satu kelasnya juga dibenarkan oleh MA selaku teman satu bangku HA. Dimana menurut MA, bahwa pada saat bermain bola bertengkar dengan teman sekelasnya.

“Gk kak, tapi kalau sama F iya kak, pada saat main bola, mainnya ngawur, kemudian marah dan akhrinya bertengkar (CHW: MA3)” MA juga mengaku bahwa, HA merupakan siswa yang paling berani di kelas, HA juga memukul kepala MA, apabila MA tidak memberikan contekan kepada HA. Berikut merupakan hasil wawancara dari MA:


(65)

53

“Semuanya takut sama HA kak, dulu saya diketakin kak, pada saat gk dikasih contekan. Jangan gitu HA, saya bilang gitu kak”

(CHW: MA6)

Perlakuan yang dilakukan oleh HA terhadap MA, juga dialami oleh MM. MM mengakui bahwa, HA memukul MM kepalanya dan diperintah oleh HA untuk memberikan contekan jawaban.

“Kadang ya, kadang gak. Saya diam juga sering dipukul sama dia (HA), diketakin (memukul di bagian kepala), minta contekan, kalau gak di kasih dianggap pelit. Terus saya biarin aja kak (CHW: MM20)”

MM juga mengakui bahwa HA merupakan anak yang paling berani di kelas dan memiliki banyak teman atau geng. MM mengatakan kalau semua teman satu kelas tidak ada yang berani dengan HA.

“Anak-anak takut semua, nanti kalau di lawan malah di tawur sama mereka (teman HA), jadi saya bingung kak (CHW: MM 13)” Pada saat HA tidak ada kegiatan, HA memukul MM. MM mengatakan kalau HA hari ini mukul MM maka besok tidak tetapi pada lusa kemudia HA kembali memukul MM, berikut merupakan pernyataan MM:

“Kalau pas HA nganggur kak, biasanya saya dipukul. kalau dia jalan-jalan lewat depanku pasti saya dipukul”(CHW: MM41) “Kalau sekarang mukul, besok gk Terus besoknya lagi mukul kak. Kayak gitu kak” (CHW: MM42)

Tidak hanya fisik yang dialami MM dari perlakuan HA. Perilaku verbal juga dialami oleh MM. dari pengakuan MM bahwa HA sering memanggil MM dengan panggilan sate, HA memanggil seperti itu karena ibu MM berjualan sate, berikut merupakan pernyataan dari MM:


(66)

“Ngatain orang tua saya kak”

“sate, dibiarin aja sama saya, jualan sate kan halal bukan haram

kalau haram gitu masih pantes” (CHW: MM24-25)

“gk tau kak, gk tak hitung, kalau dia manggil saya dengan

dipanggil sate” (CHW: MM40)

Tidak hanya MM yang dipanggil bukan dengan namanya. MA juga mengalami hal yang serupa. HA juga memanggil MA dengan nama ayahnya, berikut merupakan pernyataan dari MA:

“Tiap hari kak, kalau manggil saya mesti nama bapak” (CHW: MA7)

MM juga mengakui kalau MM diancam oleh HA karena MM tidak mau mengikuti perintah HA untuk menuliskan pekerjaan HA. Tetapi ancaman yang berikan HA kepada MM tidak jadi dilakukan dikarenakan HA lupa. Hal ini seperti yang diungkapkan MM saat diwawancarai mengenai ancaman HA:

“pernah kak, saya di suruh nulis tetapi saya gak mau”

“awas nanti kalau kamu pulang sekolah lewat rumahku, dia bilang gitu. Kemudian saya biarin aja, ketika sudah pulang dia lupa kak (CHW: MM26-27)”

Bukan hanya MM yang pernah di bully oleh HA. R yang sekarang masih duduk di kelas V mengatakan bahwa semua anak kelas V juga diancam dan dipukul kepalanya oleh HA. Menurut pengakuan R, HA merupakan anak yang sok jagoan dan suka mencari gara-gara.

“kelas V diancam semua sama HA, dipukul kepalanya juga”

“Dia juga sok jago dan kalau berada di luar HA suka cari gara” (CHW: R8)


(67)

55

Pada saat istirahat R juga mengaku bahwa R dipukul oleh HA. HA beranggapan bahwa R membuat kisruh kampong HA, padahal sebenarnya R hanya lewat dan tidak membuat rusuh kampung HA. Karena anggapan HA tersebut R dipukul dan R tidak berani memberitahukan ke guru. Karena menurut R apabila guru sampai mengetahui perbuatn HA, maka R akan dipukul lagi oleh HA.

“dipukul. Katanya bikin rusuh kampung sendiri, padahal kenyataanya gk seperti itu, saya cuma lewat aja. Kemudian pada saat istirahat saya dipukul, apabila saya ngasih tau ke guru, saya dipukul lagi” (CHW: R13-15)

“Lupa kak, kalau pas maen bola, kemudian pas istirahat dan kalau pas ketemu di jalan kak“. ”Disamperin terus diketak kak” (CHW: R22-23)

Perilaku bullying yang dilakukan oleh HA juga diungkapkan oleh HF. HF mengaku bahwa dia bertengkar dengan HA dan temannya. Menurut HF, HA dan temannya yang memulai pertengkaran dengan mencari perkara dan mengganggu HF. HF juga mengatakan bahwa HA merupakan anak yang sok jago dan sering memulai pertengkaran.

“bertengkar sama dia (HA), tadi aja (beberapa jam sebelum

wawancara) bertengkar sama dia (HA)” (CHW: HF6)

“temennya dia (HA) yang membuat kisruh duluan tetapi ketika di bales, gk mau”

“gk becanda, memang HA yang memulai buat bertengkar, dia (HA) orangnya sok jagoan” (CHW: HF9-11)

“Pas saya ke kantin mau dijitak, saya ngelawan terus dipukul

lenganku sama dia” (CHW: HF8)

Anak kelas V yang di bully oleh HA tidak hanya R dan HF. Dari pengakuan HF, bahwa dia melihat teman cewek satu kelasnya di bully oleh HA dan HF juga melihat teman satu kelasnya bertengkar dengan HA.


(68)

Menurut HF, pada saat temannya diam, tiba-tiba teman HF bertengkar dengan HA. Berikut merupakan hasil wawancara dengan HF:

“ gk tau kenapa, pada saat temen saya diam, tiba-tiba teman saya

bertengkar dengan HA” (CHW: HF12)

“Kalau tiap hari ketemu dijitak tapi kalau gk ada guru atau kalau pas dia pengen jitak, kalau sama cewek jilbabnya ditarik” (CHW: HF13)

Dari hasil temuan penelitian, HA merupakan anak yang pemberani dan suka membully temannya. HA juga memiliki kelompok atau geng sehingga HA ditakuti oleh temannya. MM dan MA adalah teman satu kelas HA. MA merupakan teman dekat HA, meskipun sekarang menjadi teman dekat, MA juga pernah dibully oleh HA. Sedangkan MM bukan termasuk teman dekat dari HA, walaupun bukan teman dekat, MM juga di sering bully oleh HA.

Tidak hanya anak kelas VI yang dibully oleh HA. Siswa kelas V pun tidak luput dari perlakuan HA seperti yang dialami oleh R dan HF. Mereka bertengkar dengan HA karena sering mencari gara-gara. Meskipun R dan HF di bully oleh HA mereka tidak pernah memberitahukan kepada guru karena mereska takut dipukul oleh HA dan dikeroyok oleh teman HA.


(69)

57

b. Faktor yang menyebabkan terjadinya bullying pada siswa Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya

1) Sekolah

Setelah melakukan penelitian dengan melakukan wawancara kepada AP. Faktor penyebab subyek melakukan bullying yang berasal dari sekolah lebih dikarenakan tidak adanya peraturan yang jelas dan tegas terhadap kasus bullying, AP beranggapan bahwa hal yang dilakukan siswa Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya merupakan hal yang wajar dan hanya gangguan biasa. Berikut merupakan pernyataan dari AP pada saat di wawancarai:

“peraturan khusus untuk bullying gk ada, hanya sebatas lisan saja, jika murid disini menggangu temannya, dia di hukum didepan kelas dengan berdiri dengan kaki satu dan tangannya menari telingan. Apabila itu dilakukan sampai tiga kali maka diberikan hukuman tambahan, seperti menulis beberapa bacaan dari buku” “kalau anak-anak nakal atau tidak bisa diatur, itu merupakan suatu hal biasa mas, namanya juga anak-anak”(CHW: AP1).

Selain dari tidak adanya aturan yang jelas dan tegas, pihak sekolah juga apatis dalam kasus bullying terhadap siswa serta tidak adanya penanganan dan pengawasan terhadan korban bullying. Hal ini juga senada dengan apa yang diungkapkan oleh MM dan R, berikut merupakan hasil wawancara:

“gurunya gak mau ngereken kak, gurunya juga gk tegas

kak”(CHW: MM29)


(1)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah jelaskan diatas dengan yang dikemukakan oleh Beane ada tiga faktor yang sama yang menyebabkan terjadinya bullying yaitu faktor sekolah, faktor keluarga dan faktor teman sedangkan faktor lingungan dan faktor media tidak menyebabkan terjadinya bullying yang dilakukan oleh subyek.


(2)

72 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian perilaku bullying Madrasah Ibtidaiyah X Surabaya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikur:

1. perilaku bullying yang dilakukan oleh subyek terdiri dari tiga bentuk, diantaranya adalah bullying fisik. Bentuk bullying yang dilakukan subyek diantaranya adalah memukul dan menonjok. Kemudian bentuk bullying selanjutnya yaitu bullying verbal. Bentuk bullying ini merupakan bentuk bullying yang tidak kasat mata dan tidak menimbulkan luka fisik pada korban. Bentuk bullying yang dilakukan oleh subyek dengan member julukan kepada korban (memanggi dengan sebutan sate). Sedangkan bentuk bullying yang terakhir adalah bullying psikis. Bentuk bullying ini juga sulit diidentifikasi. Dari temuan lapangan, bentuk bullying yang dilakukan oleh subyek adalah mengacam korban, karena korban tidak mau memberikan contekannya kepada subyek.

2. Faktor yang menyebabkan terjadinya bullying pada siswa, dalam hal ini pihak sekolah tidak memiliki peraturan yang jelas, tegas dan program yang berkaitan dengan kasus bullying serta menganggap bahwa perilaku bullying merupakan suatu kenakalan anak yang biasa. Hal ini juga berkaitan dengan hukuman yang diberikan guru terhadap


(3)

anak sangat berlebihan sehingga anak beranggapan bahwa perilaku tersebut boleh untuk dilakukan. Kemudian kurangnya pengamatan guru terhadap murid serta guru tidak disiplin ketika berada disekolah. Selain dari faktor sekolah, keluarga juga berperan dalam menyebabkan perilaku pada anak, diantaranya adalah kurangnya komunikasi dan kurangnya perhatian yang dilakukan oleh keluarga sehingga banyak waktu subyek dihabiskan dengan bermain bersama teman-temannya. Kemudian yang terkahir adalah faktor teman sebaya, yaitu kesetiaan yang dimiliki subyek sangat berlebihan terhadapt teman dan subyek dipaksa untuk mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh kelompok.


(4)

74

B. Saran

Dari hasil temuan penelitian, ada beberapa saran, diantaranya adalah:

1. Bagi Sekolah

a. Meningkatkan pemahaman mengenai bullying sehingga dapat mencegah perilaku tersebut pada peserta didik.

b. Membuat peraturan khusus dan membuat program anti bullying disekolah agar perilaku bullying dapat dicegah dan diantisipasi. c. Perlu adanya peningkatan sumber daya manusia dengan

meningkatkan guru pengajar dan staf tata usaha

d. Guru harus mengajarkan toleransi dan kesadaran akan keberagaman serta mencontohkan perilaku yang positif dan menghargai para siswa.

e. Siswa-siswa yang menjadi korban ingin mengetahui bahwa mereka didukung dan dilindungi, serta guru sebagai orang dewasa akan bertanggung jawab demi keamanan para siswa.

2. Bagi orang tua agar dapat mencontohkan perilaku yang positif, seperti menghargai, mendukung, mengajari cara berteman kepada anak-anak.


(5)

Amalia, D. (2010). Hubungan Persepsi Tentang Bullying Dengan Intense Melakukan Bullying Siswa SMA Negeri 82. Skripsi

Andina, E. (2014). Budaya kekerasan antar anak di sekolah dasar. IV (9).

Asstuti, P.R. (2008). Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan Pada Anak. Jakarta: Grasindo.

Bangu, A.E. (2007) Waspadai Fenomena Bullying Disekolah.

Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). Psikologi Social Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Chaplin, J.P., & Kartono, K. (2002). (Penterjemah), Kamus Lengkap Psikologi.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Desiree. (2012) Bullying Dipesantren (Studi Deskriptif dipesantren).

Elfianingrum, A. (2009). Menguarai akar kekerasan (bullying) di sekolah. Jurnal Dinamika.

Empat bulan 8 siswa SD – SMA alami kekerasan (2014, 05 Mei). Tempo.Co,Jakarta [on-line]. Diakses pada tanggal 17 Mei 2014 dari

http://www.tempo.co/read/news/2014/05/05/064575391/Empat-Bulan-8-Siswa-SD-SMA-Alami-Kekerasan

Latifah, F. (2012). Hubungan Karakteristik Anak Usia Sekolah Dengan Kejadian Bullying Disekolah Dasar X. Skripsi

Moleong, L. (2009) Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, L. (2007), Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurdiana, M. (2008). Hubungan Antara Bullying Dengan Depresi Pada Siswa. Skripsi

Nurhayati, R., Novotasari, D., & Natalia. (2013). Tipe Pola Asuh Orang Tua yang Behubungan dengan Perilaku Bullying di SMA Kabupaten Semarang. Jurnal Keperawatan Jiwa . 1 (1), 49-59.


(6)

76

Olweus, D. (2004). Bullying at school. Australia : Blackwell publishing.

Rahayu, D.P. (2012). Penerapan Misconduct Slip dan Faktor-faktor Penyebab Bullying di SMP X. Skripsi

Ratna Djuwita. (2007). Kekerasan Terselubung di Sekolah.

Safarudin, A.A. (2010) Pola Penyelesaian Masalah Internal Di Sekolah (Studi Kasus Pada SMA Negeri Dan SMA Swata Di Kabupaten Wonosobo). Saragih, R. (2010) Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Pelayan Puskesmas

di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Sarwono, S. (2000) Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: CV Rajawali.

Strauss & Corbin. (1997). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: Prosedur Teknik dan Teori. Surabaya: Bina Ilmu Offset

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sullivan, K. (2000). The Anti Bullying Handbook. United Kingdom: Oxford university Press.

Suprihatin, B. (2012) Pengaruh Intensitas menonton tayangan kekerasan di televise dan intensitas pemberian punishment dengan perilaku bullying di kalangan pelajar sma negeri 1 semin gunungkidul.

Walgito, B. (1994). Psikologi Social (Suatu Pengantar) Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Widiharto, W.C., Soejanto, S.S., & Eriany, P. (2008) Perilaku Bullying ditinjau dari harga diri dan pemahaman moral.

Sejiwa, Y. (2008). Bullying: Mengatasi Kekerasan Disekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta: Grasindo.

Yuniartiningtyas, F. (2012) Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Tipe Kepribadian dengan Perilaku Bullying di Sekolah Pada Siswa SMP Yunika, R., Alizamar., & Sukmawati, I. (2013). Upaya Guru Bimbingan dan

Kosenling dalam Mencegah Perilaku Bullying di SMA Negeri se Kota Padang.Jurnal Ilmiah Konseling, 2 (3), 21-25.