Membangun Karakter Siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Berbicara Bahasa Arab

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Alfin, Jauharoti. 2009. Keterampilan Dasar Berbahasa. Surabaya: Pustaka Intelektual.
Bennett, Neville, dkk. 2005. Teaching Through Play. Jakarta: Grasindo.
Hadi, Sutrisno. 1987. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Hamid, Abdul, dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab. UIN MALANG PRESS.
Hasbullah. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ismail, Andang. 2006. Education Games. Yogyakarta : Pilar Media.
J. Moleong, Lexi. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Machmudah, Umi dan Abdul Wahab Rosyidi. 2008. Active Learning dalam
Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN MALIKI PRESS.
Mansur. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mustofa, Bisri dan Abdul Hamid. 2011. Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab.
Malang: UIN MALIKI PRESS.
Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara.
Mujib, Fathul dan Nailur Rahmawati. 2011. Metode Permainan-permainan Edukatif
dalam Belajar Bahasa Arab. Jogjakarta: DIVA Press.

Rosyidi, Abdul Wahab. 2009. Media Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN
MALANG PRESS.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta.
Sudjana. 1988. Evaluasi Hasil Belajar. Bandung: Pustaka Mertiana.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suja’i. 2008. Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab. Semarang: Wisongo Press.

Sunendar, Dadang dan Iskandarwassid. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suwandi dan Basrowi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas,(Bogor: Ghalia
Indonesia).
Tim Prima Pena. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gita Media Press.
Tim Redaksi Fokus Media. 2008. Undang-undang Guru dan Dosen. Bandung: Fokus
Media.
Wiraatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja.

Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 59 - 80


Nadlir

Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar. 1995. Metodologi Pengajaran Agama dan
Bahasa Arab. Jakarta: PT RAJA GRAFINDO PERSADA..
Kamus Besar, Peningkatan, (06 Juni 2012)

http://www.kamusbesar.com/41273/peningkatan.
Arik Lutfiyah, Pembelajaran Kalam (08 Juni 2012)
http://ariklutfiyah.blogspot.com/2011/05/maharat-istima-kalamqiraatdan-kitabat.html.
Mulyadi, Model-Model Penelitian Tindakan Kelas ,(12 Juni 2012)

staff.uny.ac.id/sites/default/files/.../Prof.../MODEL%20PTK.docx

Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 59 - 80

MEMBANGUN KARAKTER SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH(MI)
Heni Listiyana
Abstrak: Ibarat kertas putih yang kosong, bersih dan tidak ternoda

begitulah anak-anak dilahirkan. Ia diciptakan dengan membawa
fitrah32 dari tuhan yang maha esa. Setiap anak memiliki kelebihan dan
kekurangan, oleh karenanya tugas lingkungan (baca: orang tua,
keluarga guru dan lain-lain) memberikan rangsangan positif bagi
perkembangan dan pertumbuhannya.
Membangun karakter anak atau siswa harus dilakukan sejak dini
melalui pemberian contoh, pembiasaan diri dan pengontrolan. Tugas
pendidikan adalah memberikan rangsangan atau stimulus kepada
siswa agar ada perubahan pada diri siswa atau anak baik kognitif,
afektif maupun psikomotoriknya.
Umumnya anak usia MI, memilki tingkat ketergantungan tinggi
kepada lingkungannya, mereka juga senang meniru atau menjadi
seperti yang mereka idolakan. Jika guru telah menjadi idola maka
apapun yang dilakukan guru merupakan kebenaran yang harus ia tiru
atau miliki. Dan nilai-nilai yang mereka dapat selama usia MI ini
sifatnya lebih kekal. Karena apa yang dipelajari diwaktu kecil
diibaratkan tulisan di atas batu yang sulit untuk dihapus. Merubah
anak kecil lebih mudah dari pada merubah orang dewasa, jiwa anak
masih polos dan mudah untuk menanamkan nilai.
Kata Kunci: Membangun Karakter dan Siswa Madrasah Ibtidaiyah

Pendahuluan
Masa sekolah di Madrasah Ibtidaiyah adalah masa penting bagi
perkembangan dan pertumbuhan anak. Karena pada masa ini anak-anak masih
berada pada masa awal perkembangan dan pertumbuhan. Anak-anak MI
membutuhkan perhatian dan penanganan serius guna masa depan mereka. Cara
mendidik yang salah akan sangat mempengaruhi perkembangan mereka, baik fisik

32

Makna fitrah yang tepat adalah seperti yang disampaikan oleh Ibn Abd al-Bar dan Ibn ‘Athiyah,
yaitu karakter ciptaan dan kesiapan yang ada pada diri anak ketika dilahirkan, yang menyediakan
atau menyiapkannya untuk mengidentifikasi ciptaan-ciptaan Allah dan menjadikannya dalil
pengakuan terhadap Rabb-nya, mengetahui syariatnya, dan mengimani-Nya. (Sumber:
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2038288-fitrah-menurut-bahasa-istilahdan/#ixzz1xSB2tFbA)

Heni Listiyana

atau psikis. Misalnya saja jika anak sering mendapat perlakuan kasar, baik berupa
perkataan atau perbuatan, maka hakikatnya anak sudah di didik menjadi pribadi
yang kasar. Saat orang tua mencaci anak maka hakikatnya orang tua sudah

menyiapkan anak menjadi seorang pencaci. Hal ini berhubungan dengan
informasi yang di terima oleh otak dan disalurkan menuju short term memory
(STM) atau ingatan jangka pendek akan berakhir pada long term memory (LTM)
atau ingatan jangka panjang, informasi itu akan terus hidup dan tidak akan pernah
hilang. Informasi yang tidak pernah hilang itu tersimpan pada alam bawah sadar
manusia. Dan sifat dari alam bawah sadar manusia itu tahan lama. Jadi semakin
sering anak mendapat cacian dan makian, maka semakin banyak hal buruk yang
akan bersarang dalam jiwa dan raga orang tersebut. Artinya jika anak sering
mendapati dirinya dikatai “bodoh” maka alam bawah sadar akan menyampaikan
dan menguatkan konsep bahwa “saya bodoh”, meskipun pada dasarnya ia
memiliki potensi untuk menjadi pandai. Tapi sebaliknya, jika anak sering
mendapat pujian misalnya “pandai”, maka alam bawah sadar akan menggerakkan
dan menguatkan konsep bahwa “saya pandai”. Karena pada hakikatnya anak itu
bagaimana lingkungan membentuknya. Maka didiklah anak dengan cara yang
baik sehingga nantinya dia akan menjadi manusia baik dan melahirkan hal-hal
baik. Apa yang dilakukan anak hari ini adalah akumulasi dari pemahaman dan
konsep yang dia terima sejak dia lahir.
Karakter atau Akhlak bisa diubah
Sebelum membicarakan tentang apakah karakter atau akhlak itu bisa
diubah maka berikut penjelasan tentang definisi karakter atau akhlak.

Menurut Akhmad Sudrajat, salah seorang praktisi pendidikan karakter,
menyakatan bahwa karakter adalah nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan yang maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan , dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat

Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 81 - 97

Membangun Karakter Siswa

istiadat.33 Jadi pendidikan karakter adalah usaha secara sadar yang dilakukan
seseorang untuk menanamkan nilai-nilai perilaku manusia yang memiliki
hubungan dengan semua aspek kehidupannya. Berbicara tentang nilai, maka ada
nilai yang secara umum di pandang baik oleh masyarakat dan ada nilai yang
dianggap buruk. Jika orang melakukan perbuatan yang memiliki nilai baik, maka
masyakat akan menganggapnya sebagai orang yang berkarakter baik, pujian dan
sanjungan akan menyertainya. Sebaliknya jika ada orang yang melakukan
perbuatan yang memiliki nilai buruk, masyarakat akan menganggapnya

berkarakter buruk, dan masyakat akan mencela, mencaci, menjauhi bahkan
sampai menghukum orang tersebut akibat perbuatan yang dihasilkannya.
Pendidikan karakter berusaha untuk menanamkan nilai-nilai baik. Menurut
Pendidikan Nasional ada 18 nilai pengembangan pendidikan budaya dan karakter
yaitu:
1. Religius
2. Jujur
3. Toleransi
4. Disiplin
5. Kerja keras
6. Kreatif
7. Mandiri
8. Demokratis
9. Rasa Ingin Tahu
10. Semangat Kebangsaan
11. Cinta Tanah Air
12. Menghargai Prestasi
13. Bersahabat/Komunikatif
14. Cinta Damai
15. Gemar Membaca

16. Peduli Lingkungan
17. Peduli Sosial
33

Akhmadsudrajat.worpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp
Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 81 - 97

Heni Listiyana

18. Tanggung Jawab 34
Seluruh civitas akademika dan lembaga pendidikan dari tingkat dasar
hingga perguruan tinggi harus mengemban amanat untuk mengembangkan 18
nilai karakter di atas. Jika 18 karakter itu tertanam dalam peserta didik maka
bangsa Indonesia ke depan akan menjadi bangsa yang memiliki karakter yang
kuat dan mampu menunjukkan eksistensi dirinya di tengah persaingan global.
Apakah karakter sama dengan akhlak?
Berikut beberapa pendapat ulama’ tentang definisi akhlak. Imam Ghazali
mendefinisikan akhlak adalah ungkapan yang menetap dalam kondisi jiwa, di

mana semua perilaku bersumber darinya dengan penuh kemudahan

tanpa

memerlukan proses berpikir dan merenung. Sementara menurut Ibn Miskawaih,
salah seorang filosof muslim juga mendefinisikan akhlak adalah kondisi jiwa yang
mendorong untuk melakukannya tanpa berpikir dan merenung35. Dari pemaparan
di atas dapat disimpulkan akhlak memiliki 3 ciri, yaitu: pertama, akhlak adalah
perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga sudah menjadi
karakternya; kedua,akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa
memerlukan pemikiran, hal ini tidak menunjukkan bahwa saat melakukan,
pelakunya dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila; ketiga,
akhlak

adalah

perbuatan

yang


muncul

dari

dalam

diri

orang

yang

mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
Menurut al-ghazali, akhlak itu mengalami perubahan, artinya akhlak itu
dapat diperoleh melalui proses belajar atau dapat diubah melalui proses belajar.
Misalnya saja jika seseorang ingin mendapatkan akhlak sabar maka ia harus
berusaha untuk berlaku sabar, menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang
dikendalikan nafsu dan amarah. Jika dia sudah berhasil untuk melatih diri berlaku
sabar berulang kali maka ia telah memiiki akhlak sabar. Dan akan mendapatkan
predikat penyabar. Perlu diingat, tujuan utamanya berakhlak baik bukan hanya

pada pemberian predikat tapi lebih jauh lagi yaitu membiasakan manusia dalam
kondisi apapun dan dimanapun juga bisa berlaku sabar.
34

Rumahinspirasi.com/18-nilai-dalam-pendidikan-karakter-bangsa
Hamid Fahmi Zarkasyi,Konsep Akhlak Perspektif al Ghazali, www.oaseiman.com/konsepakhlak-perspektif-al-ghazali.html
35

Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 81 - 97

Membangun Karakter Siswa

Jalan menuju akhlak baik memang sedikit menanjak harus ada usaha lebih
keras untuk mendapatkannya, tetapi sebaliknya akhlak buruk jalannya menurun
sebagaimana perbuatan yang buruk, mudah dan gampang untuk dilakukan. Jadi
pendidikan akhlak yang dimaksud adalah pendidikan akhlak baik. sebagaimana
kecenderungan manusia untuk berlaku buruk dan tercela, demikian usaha
pendidikan akhlak untuk mengangkat derajat manusia.
Dari penjelasan di atas kiranya dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
akhlak, karakter, tabiat, sifat bisa diusahakan dalam arti dapat dibentuk melalui
proses belajar. Maka pendidikan merupakan jalan untuk menjadi manusia yang
berakhlak baik. Jadi dengan kata lain akhlak atau karakter seorang manusia dapat
diubah.
Hal atau kondisi apa saja yang dapat mempengaruhi atau membentuk
karakter atau akhlak. Menurut teori filosofi/psikologi karakter seseorang dibentuk
oleh/saat:
No Hal/kondisi yang membentuk karakter

Unsur

Unsur

dalam

luar

(intern)

(ekstern)

1

Keturunan/genetika

2

Perkembangan masa kecil



3

Kejadian spesial dalam hidup (traumatis,



dari



kegembiraan,dsb)
4

Pergaulan



5

Lingkungan dan masyarakat



6

Media (TV,Koran)



7

Apa yang diterima di sekolah/universitas



8

Posisi orang tersebut dalam



Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 81 - 97

Heni Listiyana

masyarakat/keluarga (anak
sulung/bungsu/tunggal, dsb)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka unsur luar (ekstern) itu yang paling
banyak mempengaruhi karakter atau akhlak seseorang. Sementara unsur dari
dalam (intern) menempati posisi yang kecil. Semakin banyak rangsangan positif
yang diterima oleh seseorang maka semakin kuat unsur ekstern mempengaruhi
karakter manusia. Semakin sering orang atau guru memberikan rangsangan
positif, semakin kuat dan cepat pula perubahan pada diri anak. sementara karakter
atau akhlak itu sangat berhubungan dengan perbuatan atau tingkah laku manusia.
Hal apa saja yang membentuk tingkah laku manusia. Berikut penjelasan tentang
unsur apa saja yang dapat membentuk tingkah laku individu:
1. Konstitusi jasmani

:

keadaan

jasmani

beserta

sifat-sifat

yang

mengikutinya.
2. Temperamen

: sifat laku jiwa, dalam hubungannya dengan sifat-

sifat kejasmanian.
3. Sifat

: peri keadaan yang menurut kodratnya ada pada

sesuatu.
4. Watak

: pribadi jiwa yang menyatakan dirinya dalam

segala tindakan dan pernyataan dalam hubungannya dengan bakat.
5. Kepribadian

: himpunan dan ciri-ciri jasmani dan rohani atau

kejiwaan yang relatif tetap yang membedakan seseorang dengan orang lain
pada sisi dan kondisi yang berbeda-beda.
6. Sikap

: kondisi mental yang kompleks yang melibatkan

keyakinan dan perasaan serta di posisi untuk bertindak dengan cara
tertentu. 36

36

Kerliplintang.blogspot.com/2012/01/karakter-tidak-bisa-diubah.html

Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 81 - 97

Membangun Karakter Siswa

Peran orang tua dalam membangun karakter anak
Kesuksesan pendidikan anak sangat ditentukan oleh 4 faktor. Yaitu, ayah,
ibu, yang di pelajari (ilmu) dan lingkungan. Unsur pertama kesuksesan mendidik
anak adalah ayah. Menjadi ayah adalah sebuah peran dan posisi yang mulia.
Selain sebagai ayah, laki-laki juga diberikan amanah sebagai pemimpin.
Memimpin istri, anak-anak dan keluarganya. Maka ajaran Islam memberikan
petunjuk kepada laki-laki dan perempuan untuk menentukan kriteria memilih
jodoh sebagai antisipasi :
a. Lijamaliha (karena kecantikannya)
b. Limaliha (karena hartanya)
c. Linasabiha (karena nasab/keturunannya)
d. Lidiniha (karena agamanya)
Kategori pertama adalah kecantikan/ketampanan, tidak hanya cantik/tampan
secara fisik tapi juga baik budi pekerti atau akhlaknya. Kategori kedua adalah
harta benda (kekayaan), hal ini untuk mendukung tercapainya kesejahteraan hidup
lahir dan batin. Kategori ketiga adalah nasab/keturunan, hal ini mengarahkan agar
tumbuh rasa percaya diri individu. Dan yang terakhir adalah agama, saran
Rasulullah SAW, sebagai penentu untuk keempat kategori itu adalah faktor
agamanya. Semakin baik pemahaman dan aplikasi keagamaan seseorang maka
akan semakin baik pula sisi kehidupan seseorang. Bahkan saat manusia
menghadapi hal tersulit dalam kehidupannya, manusia akan tetap berada dijalan
yang lurus karena memiliki pondasi agama yang kuat. Keshalehan beragama
seseorang itu bukan diturunkan, tapi harus diusahakan sehingga kualitas
keberagamaan seseorang itu tergantung kepada individu masing-masing. Ayah
yang shaleh, belum tentu memiliki anak yang shaleh. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi akhlak anak, untuk menjadi anak shaleh. Tapi paling tidak ayah
atau ibu yang shaleh/shalihah akan mampu mengarahkan anaknya menuju jalan
lurus/baik. Makanya kemudian jika ingin mendapat anak yang shaleh/shalehah
maka persiapkan diri dulu untuk menjadi orang tua yang shaleh dan shalehah.
Anak shaleh adalah anak yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,
baik akhlak, ibadah dan kehidupannya, yang akan mencintai memohonkan ampun
Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 81 - 97

Heni Listiyana

bagi kedua orang tuanya dan mendoakan ketika kedua orang tuanya telah tiada.
Doa anak shaleh itulah yang akan menjadi pengiring dan hadiah terindah bagi
perjalanan orang tua baik saat menanti di alam kubur atau bagi kehormatan dan
kebaikan nama kedua orang tua bagi kehidupan berikutnya. Dan anak yang
demikian menjadi harapan bagi semua orang tua.
Dari penjelasan di atas, maka sangat besar peran orang tua baik sebelum
menjadi orang tua dan lebih saat mengemban amanah menjadi orang tua. Dalam
kondisi yang seperti sekarang ini, di tengah kehidupan globalisasi dan era
kebebasan banyak anak muda yang tergelincir untuk mencicipi kehidupan bebas
itu dengan hal yang negatif atau dalam falsafah jawa berupa mo limo yang
meliputi M pertama adalah maling (mencuri, merampok, memalak, merompak,
korupsi dan semua hal yang merugikan atau mengambil milik orang lain), M
kedua adalah main (judi, togel dan termasuk mengundi nasib) M ketiga adalah
minum sebagai pelengkap orang main judi. M keempat adalah madat (memakai
opium, kokain, sabu dan semua obat terlarang),dan M kelima adalah Madon
(zina, selingkuh, free sex dan lain sebagainya).
Semakin banyak orang melakukan mo limo maka kehidupan manusia akan
semakin rusak. Saat ini tidak hanya kaum muda yang mengkonsumsi narkoba,
tetapi anak-anak sampai pada orang tua juga mengkonsumsinya. Apa jadinya
negara ini jika generasinya kecanduan narkoba. Atau jika ada orang memberikan
makan anak-anaknya dari hasil mencuri atau maling maka dipastikan makanan
yang dimakan akan menjadi darah daging yang haram, sesuatu yang haram akan
mempengaruhi pada hal-hal buruk. Jadi berhati-hatilah dalam memberikan sesuatu
kepada anak. Hindari sesuatu yang haram atau subhat (samar-samar atau belum
atau tidak jelas). Meskipun semua fasilitas sudah dipenuhi tetapi anak-anak yang
tumbuh dari barang haram, akan berdampak pada ketidakberkahan. Sebagai
renungan sudah banyak anak-anak yang lulus dari perguruan tinggi tapi nasib
mereka

tidak

jelas.

Bahkan

memiliki

nasib

yang

lebih

buruk

dari

keduaorangtuanya. Jadi kesuksesan mendidik anak itu kunci utama adalah berada
pada orang tua. Maka salah satu yang harus diajarkan orang tua kepada anak
adalah tentang pendidikan akhlak atau pendidikan karakter.
Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 81 - 97

Membangun Karakter Siswa

Peran Sekolah dalam Membangun Karakter Anak
Sekolah termasuk madrasah ibtidaiyah sudah merancang berbagai
kurikulum untuk mempersiapkan peserta didiknya agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah Swt, menjadi pribadi yang kuat, tangguh dan
siap menghadapi era globalisasi. Mendidik siswa yang berusia antara 6-12 tahun
membutuhkan kerja keras dan kreatifitas. Kerja keras untuk mempersiapkan
peserta didik agar matang secara jasmani, rohani, spiritual, ilmu, sosial, personal,
keimanan dan ketakwaan. Sementara kreatifitas dibutkan untuk melahirkan
manusia yang penuh dengan ide segar dan bermanfaat. MI adalah sekolah dasar
plus agama (baca; Islam). Keunggulan dari sekolah ini adalah penekanan pada
kemampuan dan pengetahuan tentang Islam. Selain belajar ilmu umum, seluruh
siswa MI juga mendapat penguatan pada materi pendidikan agama Islam (PAI)
yaitu berupa akidah akhlak, fikih, sejarah kudayaan Islam, al-qu’an hadits, dan
bahasa arab.
Dengan tambahan penguatan materi yang dimaksudkan tersebut,
diharapkan siswa lebih mengenal dengan agamanya. selain pada penguatan
materi, siswa juga sudah dibiasakan dengan melakukan ritus keagamaan misalnya.
Ada jam khusus baca tulis al-quran, sholat dhuha berjama’ah, sholat dhuhur
berjamaah, kegiatan berinfaq setiap minggu, bacaan doa yaumiyah (harian), serta
untuk pembiasaan keakraban antara bapak/ibu guru, ustadz/ustadzah dengan siswa
biasanya sebelum masuk kelas ada kegiatan baris-berbaris yang dipimpin oleh
salah satu guru, pemberian motivasi, sampai menyanyikan lagu penyemangat
belajar. Selain itu untuk penanaman ketaatan dan penghormatan (tawadhu’) maka
setiap anggota madrasah jika bertemu dengan ustadz/ustadzah dibiasakan dengan
mengucapkan salam dan bersalaman (cium tangan). Untuk memperjelas masingmasing kegiatan-kegiatan ritual itu berikut penjelasannya:
a. Baris bersama
Kegiatan ini dilakukan setiap hari, jika hari senin tiba kegiatan ini
dilakukan setelah upacara selesai. Dengan bantuan mikrophon ustadz/ustadzah
dapat melakukan sosialisasi berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh
madrasah meliputi peringatan hari besar, prestasi belajar, pelaksanaan ujian
Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 81 - 97

Heni Listiyana

baik ujian tengah semester (UTS) atau ujian akhir semester

(UAS),

pengumuman untuk kelas terbersih, hasil infak siswa, pemberian hadiah
kepada siswa berprestasi dan semua kegiatan yang dapat memotivasi siswa,
misalnya saja pengarahan dari kepala madrasah, wali kelas atau dari
ustadz/ustadzah. Kegiatan selanjutnya adalah bernyanyi dan ustadz/ustadzah
yang bertugas akan memberikan apresiasi kepada barisan yang paling rapi
untuk masuk kelas terlebih dahulu, siswa akan merasa sangat senang ketika
barisan mereka dapat giliran lebih awal bersalaman dengan ustadz/ustadzah
dan masuk kelas. Setelah semua siswa masuk dalam kelas diikuti oleh
ustadz/ustadzah maka ada giliran siswa untuk memimpin kegiatan doa
bersama, biasanya siswa yang mendapat giliran ini berasal dari kelas dua
hingga kelas enam. Semua jadwal memimpin doa bersama telah tersusun
dengan rapi. Mikropon yang di pasang di setiap penjuru kelas akan sangat
membantu siswa mengikuti kegiatan doa bersama. Kegiatan baris bersama
hingga berdoa dialokasikan antara 15-20 menit.
b. Membaca Senyap
Membaca senyap atau membaca dalam hati juga menjadi salah satu
kegiatan rutin siswa dalam rangka membiasakan siswa untuk gemar membaca.
Tidak hanya siswa saja yang wajib membaca senyap tapi juga ustadz/ustadzah
juga harus ikut membaca. Adapun buku yang dibaca biasanya bebas, siswa
boleh membawa buku dari rumah, pinjam buku diperpustakaan atau membaca
buku pelajaran, siswa akan melanjutkan kegiatan membaca buku pada
keesokan harinya atau pada waktu mereka senggang hingga mereka
menghabiskan seluruh isi bacaan dalam buku itu. Kegiatan ini berlangsung
selama 10 menit dengan diiringi musik yang merangsang ketenangan dan
menyiapkan siswa belajar. Jenis musik kitaro atau bunyi gemericik air akan
sangat membangkitakan ketenangan bagi siswa. Sehingga siswa tidak merasa
tegang dalam melakukan kegiatan belajar berikutnya.

Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 81 - 97

Membangun Karakter Siswa

c. Wudhu bersama
Sebelum masuk ke musholla atau masjid madrasah, siswa melepas sepatu
mereka ditempat sepatu yang disediakan, ustadz/ustadzah akan mengawasi
kegiatan siswa meletakkan sepatu. Hal ini untuk membiasakan siswa hidup
rapi, dan membiasakan hidup disiplin. Disiplin menunggu giliran meletakkan
sepatu di rak sepatu. Secara tertib dan teratur mereka antri untuk memasuki
berwudhu.
Kegiatan bersama yang juga menjadi kegiatan pembiasaan adalah wudhu.
Wudhu atau bersuci dari hadas kecil merupakan salah satu syarat sahnya
sholat yang jika tidak sempurna wudhu seseorang maka menjadi kurang nilai
dari suatu ibadah. Kegiatan berwudhu dilakukan dibawah pengawasan
ustadz/ustadzah sehingga diharapkan setiap siswa yang sudah di kelas tiga
sudah mampu melakukan wudhu secara sempurna. Mulai dari bacaan niat
wudhu sampai pada bacaan di akhir wudhu. Penanaman kebiasaan seperti ini
sangat membantu siswa dalam memahami dan menanamkan kebiasaan
berwudhu pada anak sedari kecil. Wudhu ini dilakukan menjelang sholat
dhuha dan menjelang sholat dhuhur berjamaah. Setelah semua siswa
berwudhu maka selanjutnya ustadz/ustadzah akan mempersiapkan para siswa
untuk sholat dhuha bersama.
d. Sholat dhuha berjamaah
Persiapan menjelang sholat dhuha dilakukan dengan dimulai memakai
mukenah bagi perempuan dan laki-laki menggunakan penutup kepala berupa
kopiah. Selanjutnya kegiatan meluruskan shaf dan merapatkan barisan jamaah.
Hal ini menunjukkan unsur keakraban dan menjalankan sunnah nabi bahwa
setiap muslim bersaudara, satu dengan yang lain bagaikan bangunan yang tak
terpisahkan dan jika diibaratkan dengan anggota tubuh maka sakit yang
dirasakan oleh kaki maka semua anggota tubuh juga akan merasakan sakit.
Mulut akan mendesis kesakitan, tangan akan memijit, mata akan menangis
atau mengeluarkan air mata, dan semua anggota tubuh terfokus pada kaki
yang sakit, demikian gambaran persaudaraan sesama muslim, sangat kuat
sekali.
Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 81 - 97

Heni Listiyana

Rasa tenggang rasa, menghormati dan menyayangi diantara sesama siswa
akan terus di pupuk, melalui pembiasaan sholat berjamaah. Kegiatan ini akan
sangat bermanfaat bagi tumbuhnya rasa tanggung jawab akan kewajiban
sholat dan lebih mendekatkan siswa kepada Allah Swt. Dan lebih dekat
dengan kegiatan berdoa. Perlu diketahui kegiatan berdoa itu merupakan wujud
pengakuan manusia akan kelemahannya dan mengagungkan kemahabesaran
Allah Swt, sehingga manusia tidak perlu menampakkan kesombongan dan
keangkuhannya selama hidup di dunia
e. Sholat Dhuhur Berjamaah
Selain sholat dhuha berjamaah maka sesuatu yang penting juga adalah
sholat dhuhur berjamaah. Karena sholat dhuhur merupakan salah satu sholat
wajib yang tidak boleh ditinggalkan oleh setiap muslim yang sudah baligh
(dewasa), tidak gila/hilang ingatan. Jika seseorang tidak mampu sholat dengan
berdiri, maka dia boleh sholat dengan duduk. Jika sholat dengan duduk masih
kesulitan, maka sholat dengan berbaring, terlentang atau jika semua hal
demikian tidak bisa dilakukan maka sholat dengan hati. Hal ini
mengisyaratkan bahwa kewajiban sholat itu adalah kewajiban seumur hidup
sejak dia sudah baligh. Lima waktu mulai dari shubuh, dhuhur, ashar, maghrib
dan Isya’. Waktu yang sudah ditentukan itu merupakan jalan Allah agar
manusia berkomunikasi dan terus berinteraksi setiap hari setiap waktu,
mendekat kepada sang pemilik hidup. Sholat juga bentuk kasih sayang Allah
Swt kepada manusia agar manusia selalu dalam lindungan-Nya. Tidak salah
dalam melangkah dan terjebak dalam lingkaran perbuatan maksiat dan dosa.
Sholat itu merupakan tiang agama, pembeda antara muslim dan non muslim,
jika setiap muslim kukuh dan kokoh dalam mendirikan sholat maka dia dapat
meminimalisir kerusakan yang ada dibumi akibat dari perbuatannya. Allah
Swt sangat memahami ciptaan-Nya yang berwujud manusia, ia mudah
melakukan kebaikan dan ia juga mudah untuk tergelincir. Jadi mendirikan
sholat sejak dini berarti sudah membekali anak dengan bekal yang luar biasa
untuk kehidupan mereka berikutnya. Menjadi jalan dan pelindung dalam
setiap jalan hidupnya.
Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 81 - 97

Membangun Karakter Siswa

f. Berinfaq
Kegiatan ini adalah wujud penanaman jiwa sosial kepada anak. Peduli
terhadap sesame dengan memberikan sebagian yang dia miliki. Memberikan
infak berarti anak belajar berbagi, membagi milik dan kesenangannya kepada
orang lain. Kelak jika dia tumbuh menjadi pemimpin maka dia akan menjadi
pemimpin yang memiliki jiwa sosial yang tinggi dengan sikap senang
berderma, dan menjauhkan diri dari keangkuhan. Berinfak mengajarkan agar
kita banyak bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah Swt, belajar
bahwa apa yang dimiliki saat ini hanyalah titipan, yang suatu saat bisa diminta
lagi oleh pemiliknya. Yang bisa berupa hilangnya harta benda, dan juga
permintaan pertanggung jawaban. Berinfak juga mengajarkan agar manusia
menyakini petunjuk kebenaran tentang satu perbuatan baik akan dibalas
dengan sepuluh kebaikan bahkan dilipatgandakan menjadi 700 kebaikan.
Selain itu berinfak juga mengajarkan bahwa ada perputaran nasib sebagaimana
ada perputaran harta benda dari milik kita yang jika dibelanjakan akan
menjadi milik orang lain. Berinfak juga mengajarkan bahwa apa yang ada di
dunia ini semua bersifat sementara. Karenanya kecintaan terhadap dunia harus
diarahkan kepada jalan yang benar.
Bukan nilai uang infak yang diajarkan tapi, pemupukan jiwa dermawan itu
adalah nilai yang paling utama. Biasanya berinfak ini dijadwalkan pada hari
jumat. Karena keistimewaan hari jumat itu segala kebaikan akan
dilipatgandakan dan semua doa di kabulkan.
g. Kegiatan Jumat bersih
Selain kegiatan berinfak yang dilakukan pada hari jumat kegiatan lainnya
adalah jumat bersih. Baik bersih diri berupa pemeriksaan, kuku, pakaian, kaos
kaki dan sepatu, maka juga ada kegiatan membersihkan lingkungan sekolah
bersama yang dilakukan oleh seluruh warga madrasah, mulai dari kepala
madrasah sampai pada anak-anak kelas satu.

Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 81 - 97

Heni Listiyana

h. Mengaji Al-quran
Kegiatan membaca al-quran merupakan kegiatan yang penting bagi siswa,
kegiatan ini dilakukan pada jam sebelum kegiatan belajar formal dimulai.
Dengan kegiatan ini anak-anak diajarkan untuk mengenal wahyu Allah SWT.
Kelas mengaji ini berdasarkan kepada kemampuan mereka untuk membaca
kumpulan huruf arab, belajar tajwid dan belajar tata cara menulis huruf arab.
Ada buku pedoman bagi siswa dari jilid satu sampai khatam al-quran. Hal ini
juga memudahkan bagi anak yang sudah mengaji di Taman Pendidikan Quran
(TPQ) lebih cepat menguasai materi alquran. Disisi lain orang tua tidak perlu
untuk mengikutkan anak mereka ke TPQ lagi. Materi yang diberikan itu
berupa doa-doa harian sampai surat-surat pendek
i. Belajar Nahwu Shorof
Bagi kelas atas, ada tambahan pelajaran nahwu shorof yaitu pelajaran
tentang gramatikal bahasa arab. Kegiatan ini dilakukan pada jam seusai belajar
formal. Bagi mereka yang telah memenuhi criteria untuk mengikuti kelas ini
maka mereka bisa mengikutinya pada hari-hari yang ditentukan. Biasanya
seminggu 2 kali.
Ada banyak lagi kegiatan pembiasaan bagi siswa dalam rangka memupuk
siswa memiliki jiwa religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi,

bersahabat/komunikatif,

cinta

damai,

gemar

membaca,

peduli

lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.
Berikut beberapa cara untuk membangun karakter pada siswa MI:
a. Pemberian Contoh
Seperti penjelasan di atas, bahwa masa anak di MI adalah masa imitasi
atau meniru. Oleh karenanya guru memiliki peran yang penting dalam
membangun karakter anak melalui pemberian contoh. Jika ada istilah guru
kencing berdiri, murid kencing berlari. Artinya murid memiliki kekuatan yang
lebih untuk menjadi lebih baik atau bahkan menjadi lebih buruk dari apa yang
Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 81 - 97

Membangun Karakter Siswa

telah dicontohkan oleh guru. Siswa di MI masih memiliki masa depan yang
panjang, mereka baru memulai lembar-lembar pertama dalam kehidupan
mereka. Kehidupan dan tantangan yang mereka hadapi juga akan lebih keras
dan kuat, jika mereka mendapatkan contoh perilaku yang buruk dari guru
maka demikianlah mereka akan membawanya sampai di akhir hayatnya. Jika
ada guru yang pernah memukul siswanya maka seumur hidup hal itu akan
terkenang dalam pikiran mereka. Hingga mungkin mereka enggan untuk
menaruh rasa hormat kepada guru itu kelak jika mereka sudah menamatkan
studi mereka di MI bahkan mungkin mereka akan memandang sebelah mata
kepada guru itu jika kehidupan guru itu lebih buruk darinya.
Sebagai renungan bersama, jadilah guru yang terus dikenang dan
dihormati oleh murid, sehingga kelak jika mereka sukses mereka akan
mengenang akan jasa dan pengorbanan yang telah diberikan oleh guru mereka.
Andaikan ada murid yang berbuat buruk, dengan melakukan tawuran,
langsung atau tidak maka ada peran guru disana. Mungkin saja guru tidak
mengajarkan tentang hal yang buruk, tapi guru tidak mampu membimbing
murid untuk menjadi manusia yang lebih baik. Paradigma pembelajaran yang
berorientasi pada peningkatan kognitif saja dinilai dan dirasakan kurang
efektif dalam mengantarkan anak-anak generasi muda menjadi manusia sukses
secara materi tapi banyak juga ditemukan koruptor-koruptor yang merupakan
produk pendidikan dari lembaga-lembaga pendidikan yang terkemuka.
Saat anak diajarkan untuk cium tangan guru, maka ada nilai moral yang
hendak disampaikan bahwa anak muda harus hormat kepada yang lebih tua.
Pesan berikutnya adalah orang tua atau guru harus menyayangi kepada yang
lebih muda. Dari satu sikap yang dicontohkan maka dapat menunjukkan dan
membangun karakter yang baik yaitu sikap saling menghormati dan kasih
sayang.
b. Pembiasaan Diri
cara kedua dalam membangun karakter adalah melalui pembiasaan diri.
Pembiasaan diri atau latihan merupakan hal yang sangat penting dalam
pembelajaran. Salah satu contohnya adalah jika siswa sudah menguasai materi
Jurnal PGMI Madrasatuna
Volume 04, Nomor 01, September 2012
Hal. 81 - 97

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN ANATOMI JARINGAN EPIDERMIS DAN STOMATA BERBAGAI DAUN GENUS ALLAMANDA (Dikembangkan menjadi Handout Siswa Biologi Kelas XI SMA)

5 148 23

Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (Analisis Framing pada Surat Kabar Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012)

0 72 56

Pendampingan Pada Siswa Berkesulitan Belajar Di SDI ISKANDAR SAID Surabaya

0 16 2

Strategi Pemasaran;'Customer Delivered Value' Cabang Pegadaian Syariah Pondok Aren Dalam Membangun Kepuasan Kepuasan Nasabah

9 90 113

Strategi Public Relations Pegadaian Syariah Cabang Ciputat Raya Dalam Membangun Kepuasan Layanan Terhadap Konsumen

7 149 96

Perancangan Sistem Informasi Akademik Pada SMK Bina Siswa 1 Gununghalu

27 252 1

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60

Studi Perbandingan Sikap Sosial Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Think Pair Share Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu

3 49 84

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12