Efektifitas pembelajaran akidah akhlak pada siswa kelas IV di madrasah ibtidaiyah Alhikmah Kalibata Jakarta Selatan

(1)

AL-HIKMAH KALIBATA JAKARTA SELATAN

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

MULYANAH NIM 809011000356

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M


(2)

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK PADA

SISWA KELAS IV DI MADRASAH IBTIDAIYAH

AL-HIKMAH KALIBATA JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh: Mulyanah NIM. 809011000356

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M


(3)

Skripsi berjudul Efektifitas Pembelajaran Akidah Akhlak Pada Siswa Kelas IV Di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan di susun oleh

Mulyanah Nomor Induk Mahasiswa 809011000356 Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 17 April 2014 Yang mengesahkan, Pembimbing


(4)

(5)

(6)

i Nama : MULYANAH

Nim : 809011000356

Judul :“EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS IV DI MADRASAH IBTIDAIYAH AL-HIKMAH KALIBATA JAKARTA SELATAN”

Efektifitas pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan. Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Islam Negeri Jakarta, juni 2013.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui Efektifitas Pembelajaran Akidah Akhlak terhadap pendidikan akhlak siswa di MI Al-HikmahKalibata Jakarta Selatan. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan data, menyusun, menganalisaserta menginterpretasikan data mengenai Efektifitas Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan. Pendidikan Akidah Akhlak yang penulis maksud yaitu sikap atau tingkah laku anak didik.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada siswa kelas IV sebanyak 30 siswa dari populasi seluruhnya jadi 100% penulis mengadakan riset atau penelitian kepada siswa kelas IV seluruhnya. Kemudian setiap angket terdiri dari 10 pertanyaan.

Dari hasil penelitian di MI Al-Hikmah diketahui adanya peningkatan prestasi belajar Akidah Akhlak, hal ini bukti dari angket penelitian dan terjun langsung ke MI Al-Hikmah ternyata anak/siswa di MI Al-Hikmah baik dan terpuji.

Adapun buku yang penulis gunakan sebagai pedoman penulisan skripsi

yaitu “ Pedoman Penyusunan Skripsi, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Universitas Islam Negeri Jakarta”


(7)

ii

BismillahirahmaniRahim …….

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat-Nya atas limpahan rahmat dan curahan kasih dari-Nya, sehingga penulis skripsi ini dapat selesai sebagaimana yang diharapkan, shalawat serta salam semoga tercurah keharibaan

nabi besar Muhammad SAW. Amin yaa Robbal’amin .

Selanjutnya perkenankanlah dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan terimakasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :

1. Ibu Nurlena Rifai, MA, Ph.D Dekan Fakultas agama Islam Universitas Islam Negeri Jakarta, yang memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. H. Abdul Ghafur, M.Ag, selaku pembimbing penulisan skripsi ini telah memberikan tuntunan bimbingan dan arahan yang bijaksana sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan lancer tanpa hambatan yang berarti. 3. Bapak/ibu dosen yang telah mendidik dan mencurahkan ilmunya kepada

penulis baik sebagai mahasiswa maupun sebagai pribadi.

4. Seluruh karyawan, staf administrasi dan perpustakaan Universitas Islam Negeri Jakarta, yang telah memberikan pelayanan ikhlas dalam mengawali dan mengakhiri penulisan ini.

5. Penuntun langkahku: ayahanda H. Madiar (alm), ibunda Muhaya yang menjadi power dalam mengayun langkah mengarungi cita-cita.

6. Cahaya mataku: Abdul Syukur, menjadi obor penerang pikiran dan seluh penyinar sukma, senantiasa mendorong penulis skripsi ini hingga pada titik penyelesaian.

7. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah memberikan sumbangsih pemikiran serta arahan dari awal penulisan hingga akhir. 8. Teman seperjuangan yaitu Ibu Dwi Ratnasari, Ibu Azizah, Ibu Atiah dan

Bapak Mursidi yang telah memberikan semangat dalam penyusunan skripsi.


(8)

iii

Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis mohon doa kiranya skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya dunia pendidikan. Semoga bantan lahir batin dari semua pihak menjadi amal ibadah di sisiNya. Amiien

Jakarta, 26 September 2013 Penulis

MULYANAH 809011000356


(9)

iv

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 7

B. Pengertian Pembelajaran ... 11

1. Karakteristik Pembelajaran ... 15

2. Azas-azas Pembelajaran ... 17

3. Model Pembelajaran ... 18

C. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 18

1. Ruang Lingkup Pelajaran Aqidah Akhlak ... 20

2. Fungsi Pelajaran Akidah Ajhlak ... 20

D. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak ... 21

E. Dasar-dasar Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 24

F. Macam-macam Metode Pembelajaran ... 25

1. Metode Ceramah ... 25

2. Metode Diskusi/Tanya Jawab ... 26

3. Metode Demonstrasi ... 26

4. Metode Pemberian Tugas ... 26


(10)

v

I. Hipotesis Tindakan ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 29

B. Metode Penelitian ... 30

C. Variabel Penelitian ... 31

D. Populasi dan Sampel ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang MI Al-Hikmah ... 34

B. Akhlak Terhadap Orang Tua ... 39

C. Akhlak tehadap Guru ... 43

D. Akhlak terhadap Teman ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN


(11)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan akhlak merupakan pendidikan dasar yang harus didapatkan setiap anak sabagai usaha untuk mempersiapkan anak untuk menjadi manusia dewasa yang kokoh, sikap, mental, dan jiwa yang kuat.

Pendidikan akhlak memiliki kedudukan yang penting dalam islam, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits :

Artinya :”tidak ada satupun yang paling berat berat dalam timbangan seseorang mukmin pada hari kiamat melebihi akhlak yang mulia, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang akhlaknya buruk dan

berlaku keji” (HR. At-Tirmizi)1.

Sedemikian pentingnya akhlak dalam kehidupan seorang muslim, baik dalam hubungn kepada sesame manusia maupun terhadap Allah SWT, setiap manusia sangat dianjurkan untuk berbudi pekerti luhur sesuai contoh yang diberikan Nabi kita Muhammad SAW, karena beliau memang diutus ke dunia untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana hadits berikut :

Artinya : “Sesungguhnya aku di utus ke muka bumi ini untuk

menyempurnakan akhlakyang mulia”2

1

Sumaiyah Muhamad Al Anshario, Menuju Akhlak Mulia, (Jakarta : Cendikiawan,2006), cet. 1, h. 20

2

Al-Imam Jalaludin Abdurahman bin Abu Bakar Alsayuti, Al-Jami’ Al-Shagir,


(12)

Demikian baiknya sikap dan perilaku Rasulullah SAW, sehingga Allah memuji beliau dalam firmanNya :





Artinya : “ dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi

pekerti yang agung” (QS. Al-Qalam : 4)3

Usaha untuk menumbuhkan potensi dasar akhlak dan akidah yang kokoh tergantung pada lingkungan yang pertama dan utama, yaitu keluarga. Orang tuanyalah yang akan menentukan dari tanggungjawabakan masa depannya nanti.

Pendidikan anak merupakan tanggungjawab orang tua, diantara tanggungjawab orang tua terhadap anak yang telah dilahirkan mulai sejak anak dalam kandungan. Orang tua berkewajiban memelihara dan mendidiknya secara tegas dinyatakan dalam firman Allah SWT di surat At- Tahrim ayat 6:































Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. Al-Tahriim:6)4

Orang tua adalah pendidikyang pertama bagi anaknya, karena ia lahir dan hadir di tengah keluarganya. Karena anak adalah amanah dari Tuhan yang dititipkan kepada orang tua. Ia tidak bias tumbuh dan berkembang secara sendiri, melainkan perlu bimbingan, arahan dan ajaran yang benar.

3

Depag RI, Al-Quran dan terjemahnya. Bandung : (PT. Syamil: Cipta Media,1998 ), h. 145

4


(13)

Zakiah daradjat dalam bukunya mengatakan :” hal yang perlu diingat dan perlu disadari oleh orang tua bahwa anak pada usia sekolah dasar sedang dalam usaha pertumbuhan kelas dasar yang cepat5. Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus menerus perlu dikembangkan kepada setia orang tua, sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tuanya, tetapi telah disadari oleh teori-teori perkembangan pendidikan anak.

Walaupun pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tua, akan tetapi karena keterbatasan orang tua, maka perlu bantuan suatu lembaga pendidikan, seperti sekolah untuk mengajarkan ilmu dan keterampilan. Pendidikan anak tidak boleh dianggap ringan, karena anak bukan saja akan menjadi generasi penerus di masa depan, tetapi juga merupakan investasi bagi orang tua.

Sekolah merupakan lembaga formal yang menyelenggarakan pendidikan secara sengaja, terarah dan sistematis oleh para pendidik professional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum untuk jenjang waktu tertentu dan diikuti oleh para peserta didik pada setipa jenjang tertentu.

Melalui lembaga pendidikan formal ini, peran dan fungsi masing-masing pendidikan (orang tua dan guru) semakin jelas, orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan kepada kepala sekolah, sekolah bertanggungjawab menjalankan amanah orang tua.

Guru harus selalu barusaha mengembangkan diri kreatif dan inofatif dalam memberikan materi pelajaran akidah akhlak pendekatan emosi, pengalaman, pembiasaan, fungsional dan juga pendekatan keteladanan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis ingin melihat lebih dekat dan meneliti lebih dalam tentang pembelajaran akidah akhlak yang sebaiknya dikembangkan pada anak usia sekolah dasar, misalnya MI.Al-Khairiyah apakah peserta didik di lembaga ini telah mendapat pola

5


(14)

pembelajaran akidah akhlak yang sesuai sehingga dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari paserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengadakan penilitian dan membahas skripsi yang berjudul”EfektifitasPembelajaran Aqidah Akhlakpada siswa kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka di temukan beberapa masalah yang di identifikasi sebagai berikut:

1. Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah masih berorentasi pada ketercapaian pembelajaran ranah kognitif.

2. Hasil belajar Akidah Akhlak ranah afektif dan psikomotor belum terukur dengan baik.

3. Masih banyak guru agama yang tidak membuat dan melakukan penilaian sikap dan perilaku, sehingga terdapat kurangnya respek.

4. Keterpaduan antara kemampuan siswa baik kognitif maupun psikomotorik pada mata pelajaran Akidah Akhlak belum terdiskripsikan dengan baik. 5. Guru hanya menggunakan metode ceramah saja dan tidak terjun langsung

kelapangan atau (praktek).

C. Pembatasan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi objek penelitian yang telah diuraikan, banyak sekali sub bahasan yang dapat dijelaskan, namun agar penelitian ini tidak meluas dari bahasan utama, maka dalam penulisan skripsi ini penulis hanya membatasi masalah pada efektitas pembelajaran Akidah Akhlak pada kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan.


(15)

a. Prestasi Siswa

b. Prestasi Belajar Akidah Akhlak

2. Perumusan Masalah

Agar penulis memperoleh gambaran yang jelas tentang masalah yang akan dibahas, maka penulis merumuskan masalah-masalah yang ada dalam pertanyaan berikut :

a. Bagaimana efektifitas pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan.

b. Seberapa besarkah pencapaian target presentasi siswa dan prestasi Akidah Akhlak.

D. Tujuan dan Signifikan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan yang telah dituliskan di atas, penulis memiliki tujuan penelitian sebagai berikut :

a. Ingin mengetahui efektifitas pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah

b. Ingin membuktikan sebarapa besarkah pencapaian target kurikulum, daya serap, presensi guru, presensi siswa, presensi siswa dan prestasi belajar Akidah Akhlak siswa.

2. Signifikan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan baik dari luar dan secara langsung bagi penulis atau secara tidak langsung bagi pihak lain yang memerlukannya antara lain :

a. Bagi penulis; Sebagai sarana untuk mengembangkan pemahaman terhadap teori-teori pembelajaran.

b. Bagi peneliti lain; diharapkan sebagai pendorong dan daya tarik yang menyebabkan penelitian selanjutnya lebih rinci dan mendalam sehingga semakin banyak yang meneliti akan banyak membantu


(16)

dalam pembelajaran, dan pengembangan kegiatan belajar mengajar khusus dalam bidang studi Akidah Akhlak.

c. Bagi mahasiswa; sebagai calon guru agama Islam diharapkan menjadi masukan awal, bahkan dalam kegiatan belajar mengajar sering terjadi kesenjangan bahkan kontradiktif antar teori-teori pembelajaran. Dengan realita di lapangan, sehingga tugas berikutnya. Setelah menjadi guru mampu untuk menghubungkan kesenjangan (kontradiktif tersebut ).

d. Bagi guru bidang studi Akidah Akhlak; diharapkan menjadi masukan lebih mengembangkan dan mempersiapkan metode yang berberhubungan dengan bidang studi Akidah Akhlak.

e. Terhadap sekolah diharapkan menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bidang studi Akidah Akhlak.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, manfaatnya diharapkan sebagai berikut:

1. Bagi peneliti: dapat memberikan kontribusi yang baik bagi siswa di dalam pembelajaran Akidah Akhlak dan juga untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah.

2. Bagi guru: dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan bidang Akidah Akhlak pada siswa kelas IV malalui implementasi pembelajaran terhadap sikap siswa di madrasah Ibtidaiyah umumnya.

3. Bagi siswa: dapat meningkatkan aspek nilai yang baik dalam diri siswa seperti nilai religius, nilai budi pekerti, dan nilai sosial, sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan motivasi berprestasi siswa terhadap pembelajaran Akidah Akhlak makin baik.

4. Bagi penulis: sebagai khazanah ilmu pengetahuan yang belum tahu dan menjadi tahu.


(17)

7

A. Kajian Teori 1. Efektifitas

a. Pengertian Efektifitas

Kata efektifitas menurut etimilogi merupakan kata serapan dari kata bahasa inggris yaitu Efektif menjadi efektif, lalu berubah menjadi efektifitas yaitu sesuatu yang membawa hasil atau dengan kata lain yaitu sesuatu kegiatan yang berlangsung dengan sisitem dan program yang terencana dan dikerjakan secara kontinyu sehingga tercapai hasil yang lebih baik.1

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil, berguna, dan ada efeknya. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dikelola oleh guru atau dosen yang setiap tindakannya dalam mengajar berakibat murid-muridnya dapat mencapai sasaran pembelajaran dari indikator yang sudah dirumuskan sebelumnya. Hal ini terjadi berkat murid-muridnya mencoba, mengalami, dan senang serta mau berbuat segala sesuatu yang mengarah pada tercapainya indikator.

Efektifitas adalah suatu yang berdampak, berubah, berakibat atau suatu yang menghasilkan perubahan dari sistem yang dibuat dan menghasilkan yang lebih baik. Dan untuk lebih jelasnya kami nukil dari beberapa pendapat para ahli sebagai berikut :

a. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “efektifitas adalah keberhasilan, kemujaraban, pengaruh atau kesan sejauh mana suatu kelompok mencapai tujuan.2

1

GB, Yuono, et.al, Pedoman Ejaan Indonasia yang telah disempurnakan, (Surabaya: Indah Pres, 1987), h. 39

2


(18)

b. Menurut Zakiah Darajat, efektifitas yaitu sesuatu kegiatan yang bekenaan sejauh mana usaha yang direncanakan atau yang diinginkan dapat terlaksana.3

c. Menuruut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Efektifitas adalah sesuatu yang mendapatkan hasil dan usaha yang mendapatkan

tujuan yang dilakukan dengan tindakan dan perbuatan”4

Sukarwati, mengemukakan bahwa:

Karakteristik mengajar yang efektif adalah 1) Penampilan guru seperti personalitinya, kedisiplinannya, penguasaan bahan ajar, persiapan bahan ajar seperti pembuatan rencana pembelajaran. 2) cara mengajarnya seperti urutan pengajarannya, pemilih hari model pengajarannya, penggunaan alat bantu pengajarannya dll. 3) kompetensi dalam mengajar. 4) kemampuan dalam mengambil keputusan secara bijaksana, seperti bagaimana mengendalikan metode sosiodrama, memberikan evaluasi dan sebagainya5

Dun and Dun, mengemukakan bahwa :

Siswa akan memperoleh kemajuan kalau 1) cara belajarnya mereka di pertimbangkan cara membuat rencana pelajaran untuk mereka. 2) diagnosa yang cermat perlu dikembangkan dan atas dasar itu dibuat rencana pelajaran atau program ntuk setiap individu. 3) kepada mereka diberikan pilihan dalam lingkungan belajar. 4) Dilakukan tes akhir dengan kriteria atau kerangka teori atau acuan.6

Pembelajaran efektif ini diperani oleh guru profesional (berkeahlian mengajar) yaitu guru yang mampu menciptakan kondisi-kondisi instruksional tertentu secara kondusif sedemikian rupa sehingga murid-muridnya merasa senang pada situasi yang kondusif ini dan senang belajar. Sebagaimana diketahui bahwa sesuatu kegiatan itu efektif terjadi keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

3

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1996), h. 20

4

Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : balai pustaka,1998), h. 35

5

http//id wordpress.com/tag/pgsd

6


(19)

Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas ini sesungguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas,mencakup berbagai faktor didalam ataupun diluar diri seseorang.Dengan demikian, efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi prokduktivitas,tetapi dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya.Disamping itu,efektivitas juga dapat dilihat dari tingkat kepuasan yang dicapai oleh orang.7

Berdasarkan hal tersebut, efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasarannya atau suatu tingkatan terhadap tujuan yang hendak dicapai, atau tingkat pencapaian tujuan. Sementara itu,belajar dapat pula dikatakan sebagai komunikasi terencanayang menghasilkan perubahan atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan dengan pola berprilaku yang diperlukan individu untuk mewujudkan secara lengkap tugas atau pekerjaan tertentu. Jadi, efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran sehingga dapat membawa hasil yang berguna serta ada efek yang positif,termasuk dalam pembelajaran PKn.Pencapaian tujuan tersebut berupa meningkatan pengetahuan dan pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orangtua serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.

Dengan pemahaman tersebut, dapat dikemukakan tentang aspek-aspek efektivitas belajar diantaranya sebagai berikut;1) peningkatan pengetahuan; 2) peningkatan ketrampilan; 3) perubahan sikap; 4) prilaku; 5) kemampuan adaptasi; 6) peningkatan integrasi; 7) peningkatan partisipasi; dan 8) peningkatan interaksi kultural. Hal ini penting untuk dimaknai bahwa keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa ditentukan oleh efektivitasnya dalam upaya pencapaian kompetensi belajar.8

7

Daryanto, Media pembelajaran , (Bandung: Satu Nusa, 2010), cet ke- 1, h. 54

8Ibid…


(20)

Jadi suatu program pendidikan dikatakan efektif kalau tujuan-tujuan berhasil dicapai,baik dari segi kuantitas lulusannya.untuk meningkatkan proses pembelajaran sangat diperlukan kualitas ilmu para tenaga pengajar (guru) baik dalam hal merencanakan maupun pelaksanaan pembelajaran. Implikasi dari teori ini adalah agar pimpinan organisasi sedapat mungkin penguasan supaya para guru memiliki kualitas dalam pembelajaran. Kegiatan yang dapat mendukung kegiatan tersebut adalah program bimbingan yang dapat terus menerus dan intensif terhadap guru yang berubungan dengan tugasnya dalam proses belajar mengajar.

Guru yang efektif dan efisien akan menghasilkan proses belajar yang bermutu karena guru tersebut memanfaatkan fasilitas pembelajaran dengan sebaik-baiknya.Serta penggunaan yang berkualitas sehingga tujuan pendidikan telah ditetapkan dan dapat tercapai dengan baik.

Menurut Tabarani Risyan, Efektivitas dan efisiensi guru dapat dilihat pada:

1. Masukan merata

2. Keluaran yang banyak dan bermutu tinggi

3.Ilmu dan keluaran yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat 4. Pendapat dan keluaran yang memadai

Sedangkan efesiensi guru dapat dilihat dari: 1. Kegairahan akan motivasi belajar yang tinggi 2. Semangat kerja yang besar

3. Kepercayaan berbagai pihak 4. Pembiayaan yang sedikit mungkin

5. Waktu dan tenaga yang sekecil mungkin tetapi menghasilkan sesuatu yang besar dan mendekati rasional 9

9

Tabarani Rusyan, Upaya meningkatkan budaya-budaya Kinerja Guru SD, (Jakarta:Inti Media Ilmu Cipta Nusantara, 2001), h. 163


(21)

B. Pengertian Pembelajaran

Kegiatan yang utama dalam proses pendidikan adalah belajar, karena belajar itu merupakan kegiatan inti selain kegiatan-kegiatan yang lain,

sedangkan pembelajaran pada dasarnya “merupakan kegiatan terencana yang,

menkondisikan atau merangsang seseorang agar bias belajar dengan baik agar

sesuai dengan tujuan pembelajaran”.10

Kata pembelajaran berarti proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Gagne dalam bukunya Margarey E. Bell Bliedier

tentang belajar membelajarkan mengungkapkan bahwa “ membelajarkan

diartikan sebagai peristiwa eksternal yang dirancang guru guna mendatangkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa”.11

Dalam pengertian lain pembelajaran adalah proses member suasana terjadinya perubahan perilaku individu belajar yang terikat tujuan. Secara umum proses belajar dapat dipahami secara konseptual dengan menggunakan pendekatan behaviorisme dan kognitif dengan pendekatan tersebut telah lahir teori belajar yang berorientasi ”Opera Conditioning dan Instrumental Conceptualisme”.12

Pembelajaran adalah proses (kegiatan) belajar.13 Dalam proses kegiatan tersebut terdapat dua komponen utama yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda yaitu komponen belajar dan mengajar.

Belajar menurut Slameto adalah “suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya”.14

10

Ahmad Jayadi & Abdul Majid, Tadzikirah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 26

11

A.Rahman Shaleh, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang : Lintas Media), h.48

12

Rustana Adiwinata, Perencanaan Pengajaran, (Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam : 2000) , h.3

13

Dept. Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Depdikbud, 1985), Cet.IV.

14

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1995), Cet. II, h.2.


(22)

Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.15

Hilgard dan Bower yang dikutip oleh Ngalim Purwanto mengemukakanBelajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).16

Menurut Morgan yang dikutip oleh Ngalim Purwanto “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi

sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.17

Dari beberapa definisi belajar yang dikemukakan para ahli penulis memberi kesimpulan bahwa yang dimaksud belajar adalah proses pencarian dari seorang individu atau peserta didik. Dalam proses ini individu tersebut memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat membentuk tingkah laku mereka dan dapat membuat adanya perubahan tingkah laku dalam diri mereka.

Sedangkan kata “teach” atau mengajar berasal dari bahasa Inggris kuno, yaitu teacan. Kata ini berasal dari bahasa Jerman kuno (old Teutenic) taikjan, yang berasal dari kata dasar teik, yang berarti memperlihatkan. To teach (mengajar) dilihat dari asal usul katanya berarti memperlihatkan sesuatu kepada seseorang melalui tanda atau simbol; penggunaan tanda atau simbol itu dimaksudkan untuk membangkitkan atau menumbuhkan respons mengenai kejadian, seseorang, observasi, penemuan dan lain sebagainya.18

15

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 28.

16

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 84.

17

Purwanto, Psikologi …, h.84.

18

Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,


(23)

Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian informasi itu sering juga dianggap sebagai proses mentransfer ilmu.19

Mengajar ialah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah siswa yang mengalami proses belajar, sedangkan guru hanya membimbing, menunjukkan jalan dan memperhitungkan kepribadian siswa, kesempatan untuk berbuat aktif berfikir lebih banyak diberikan kepada siswa.20

Menurut Gagne yang dikutip oleh Wina Sanjaya “mengajar

merupakan bagian dari pembelajaran, dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam

mempelajari sesuatu”.21

Dari beberapa definisi di atas dapat diberi kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu proses dimana seorang guru memberikan atau mentransfer ilmu yang mereka miliki kepada para siswa dan dalam proses mengajar itu guru memerlukan alat, tanda atau symbol agar siswa mudah mengerti materi yang disampaikan oleh guru.

Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian sering diistilahkan dengan pembelajaran. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan.22

19

Sanjaya, Pembelajaran Dalam …, h. 73-74.

20

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang … ,h.30.

21

Sanjaya, Pembelajaran Dalam …, h. 78.

22

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 103.


(24)

KataPembelajaran adalah terjemahan dari Instruction, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi Kognitif-Wholistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar.23

Dari beberapa uraian di atas, maka tampak jelas bahwa istilah

“pembelajaran” itu menunjukkan pada usaha siswa mempelajarai bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Proses pembelajaran yang dilakukan siswa tidak mungkin terjadi tanpa perlakuan guru. Yang membedakan hanya terletak pada peranannya saja.

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.24

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.25

23

Sanjaya, Pembelajaran Dalam …, h. 78.

24

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007), Cet.III, h. 255.

25


(25)

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 tentang

Sistem Pendidikan Nasional “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik melalui bebagai interaksi dan pengalaman belajar.26 Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.27

Pembelajaran adalah dimana adanya interaksi yang harmonis antara guru dan murid dalam proses belajar-mengajar. Guru dapat berinteraksi dengan murid baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Indicator keberhasilan pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan tingkah laku murid kea rah yang lebih baik.

1. Karakteristik Pembelajaran

Apabila dalam mengajar menempatkan guru sebagai pemeran utama yang memberikan informasi kepada siswa, maka dalam pembelajaran guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, memanage berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa. Terdapat beberapa karakteristik penting dari istilah pembelajaran, yaitu:

a. Pembelajaran berarti membelajarkan siswa.

Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama mengajar adalah membelajarkan siswa. Siswa tidak dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan sebagai subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya.

26

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 tahun 2003 pasal 1, tentang Sistem Pendidikan Nasional

27

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: BP. Cipta Jaya, 2005), h. 13.


(26)

b. Proses pembelajaran berlangsung di mana saja.

Kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran.

c. Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan.

Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.28

Selain tiga karakteristik pembelajaran yang disebutkan di atas, makna pembelajaran dalam konteks standar proses pendidikan ditunjukkan oleh beberapa ciri yang dijelaskan berikut ini:

a. Pembelajaran adalah proses berpikir

Belajar adalah berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri (self regulated).

b. Proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi otak

Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Menurut beberapa ahli, otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu otak kiri dan kanan. Otak kiri bersifat logis, skuensial, linier, dan rasional. Sedangkan cara kerja otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik.

c. Belajar berlangsung sepanjang hayat

Belajar adalah proses yang terus-menerus, yag tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas.29

28

Sanjaya, Pembelajaran Dalam …, h.79-80.

29


(27)

2. Azaz-azaz Pembelajaran

Azaz-azaz pembelajaran merupakan prinsip-prinsip umum yang harus dikuasai oleh guru dalam melakukan kegiatan belajar-mengajar.30 Berikut akan dibahas tentang azaz-azaz pembelajaran, yaitu:

a. Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh para siswa.

b. Minat dan Perhatian merupakan suatu gejala jiwa yang selalu bertalian. Seorang siswa yang memiliki minat dalam belajar, akan timbul perhatiannya terhadap pelajaran yang diminati tersebut.

c. Motivasi. Terdapat dua macam motivasi; 1) motivasi instrinsikadalah di mana seseorang memperoleh daya jiwa yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang timbul dalam dirinya sendiri. 2) motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang timbul yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar.

d. Apersepsi yaitu bersatunya memori yang lama dengan yang baru pada saat tertentu.

e. Korelasi dan Konsentrasi. Korelasi adalah hubungan antara satu mata pelajaran dengan pelajaran yang lain yang berfungsi dapat menambah kematangan pengetahuan yang dimiliki siswa. Dengan azaz korelasi maka pelajaran yang satu dengan yang lain diharapkan dapat menimbulkan konsentrasi siswa sehingga dapat membangkitkan minat dan perhatian mereka dalam belajar.

f. Kooperasi adalah belajar atau bekerja bersama (kelompok). Kooperasi dapat memberikan keuntungan-keuntungan kepada siswa, antara lain: 1. Hasil belajar lebih sempurna bila dibandingkan, dengan belajar

secara individu,

2. Pendapat yang dituangkan secara bersama lebih meyakinkan dan lebih kuat disbanding pendapat perorangan,

30

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. 1, h. 7-18.


(28)

3. Dengan kerjasama yang dilakukan oleh siswa dapat mengikat tali persatuan, tanggung jawab bersama, rasa memiliki, dan menghilangkan egoisme.

g. Individualisasi, azaz ini dilator belakangi oleh adanya perbedaan siswa baik dalam menerima, memahami, menghayati, menganalisis, dan kecepatan mereka dalam mengikuti pelajaran yang diberikan oleh seorang guru. Oleh karena itu setiap proses belajar mengajar hendaknya guru berusaha menyesuaikan materi yang disajikan dengan kondisi siswanya.

h. Evaluasi ialah penilaian seorang guru terhadap proses atau kegiatan belajar mengajar. Penilaian tersebut bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana tujuan pengajaran yang ditetapkan dapat tercapai, di samping itu juga hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses belajar mengajar tersebut.

3. Model Pembelajaran

Pembelajaran berbasis kompetensi sebagai aktualisasi dari kurikulum 2004 dapat dilakukan dengan berbagai model. Model tersebut antara lain: a. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning).

b. Bermain Peran (Role Playing).

c. Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning). d. Belajar Tuntas (Mastery Learning).

e. Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction).31

C. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak

Kata Aqidah berasal dari bahasa arab yaitu kata “Aqqada” yang berarti mengikat, membuhul, menyimpulkan, mengokohkan, menjanjikan.

Aqidah merupakan jamak dari kata “aqad” yang berarti keyakinan keagamaan yang dianut oleh seorang dan menjadi landasan segala bentuk

31

E.Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset, 2006), h.137-157.


(29)

aktifitas, sikap pandangan dan pegangan hidupnya. Istilah tersebut identik dengan iman(kepercayaan, keyakinan).32

Pendapat lain mengatakan bahwa Aqidah menurut bahasa berasal dari kata al-aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan kuat, al-ihkamu artinya mengokohkan/menetapkan dan ar-rabthu biquwwah yang berarti mengikat dengan kuat, sedangkan menurut istilah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya.33

Yang dimaksud dengan Aqidah yaitu iman atau keyakinan atau kepercayaan yang bersumber kepada Al-Qur’an hakekatnya iman, sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah SAW kepada sahabatnya :

Artinya : “Iman adalah percaya, membenarkan mengakui Allah dan MalaikatNya, kitab-kitabNya, paara RasulNya, percaya pada hari kebangkitan

dan percaya takdir Allah yang baik dan buruk”. (HR. Bukhari Muslim).34 Kata akhlak menurut (etimologi) adalah jamak dari kata khula, mempunyai akar kata yang sama dengan khaliq (penciptanya, yakni tuhan) dan makhluk ( yang diciptakan), dari kata khalaqa ( menciptakan).35

Dengan demikian kata khulaq dan akhlaq selain mengacu kepada konsep penciptaan alam semesta.

Menurut Imam Al-Ghazali, dalam bukunya “Ihya Ulumuddin” menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Menurut Amin dalam bukunya

“al-Akhlak” mengatakan bahwa akhlak adalah ilmu untuk menetapkan

32

Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta : 2006), cet. 7, h. 78

33

Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, (Bogor: Pustaka At-Taqwa, 2004), h. 35

34

Depag RI, paket Panduan Guru Keluarga Sakinah, (Jakarta : 2004), h. 32

35


(30)

ukuran segala perbuatan manusia baik dan yang buruk, yang benar atau yang salah, yang hak atau yang batil. Sedangkan Abdul Karim Zaidan menyatakan bahwa akhlak adalah nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa sehingga seseorang dapat menilai perbuatan baik dan buruk, kemudian memilih melakukan atau meninggalkan perbuatan ini.36

Sedangkan yang dimaksud dengan pengertian mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah sub mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang membahas ajaran agama islam yang memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

1. Ruang Lingkup Pelajaran Aqidah Akhlak

Ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak meliputi:

a. Masalah keimanan seperti rukun iman (iman kepada Allah, Rasul-rasul Allah, hari akhir dan iman kepada qodo dan qadar).

b. Cerita para nambi dan rasul allah yang sholeh

c. Masalah akhlak. Pembahasan akhlak ini meliputi akhlak mahmudah yang harus diupayakan menjadi kebiasaan dan akhlak madzmumah yang mutlak harus dihindari.

2. Fungsi Pelajaran Akidah Akhlak

Di madrasah ibtidaiyah, mata pelajaran aqidah akhlak ini memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa dalam meyakini kebenaran ajaran Islam yang telah dilaksanakan dalam lingkungan keluarga.

b. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan pemahaman dan pengamalan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. c. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari siswa dan

menghambat perkembamngannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

36

Roli Abdul Rohman, et.al. Menjaga Akidah dan Akhlak, (Solo : Tiga Serangkai, 2005), h. 5


(31)

d. Pemahaman, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan cara membaca dan menulis al-Qur`an, serta kandungan al-Qur`an dan Hadist.

D. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak

Tujuan adalah sarana yang hendak dicapai setelah kegiatan selesai. Tujuan mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah adalah untuk menanamkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt.

Adapun tujuan pembelajaran aqidah akhlak menurut GBPP Departemen Agama yaitu :

a. Memberikan pengetahuan, penghayatan dan keyakinan kepada siswa akan hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya.

b. Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan Akhlak yang baik, dan menjauhi Akhlak yang buruk dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan alam lingkungannya.

c. Memberikan bekal kepada anak atau siswa tentang Aqidah dan Akhlak untuk melanjutkan pelajaran kejenjang pendidikan menengah.37

Tujuan pembelajaran aqidah akhlak di madrasah adalah pembelajaran menumbuh kembangkan Akidah Islam pada peserta didik. Sehingga mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Secara garis besar, bahwa pendidikan Aqidah Akhlak kalau ditinjau pada ruang lingkup bahan pengajaran dan data urutan bahan, berisikan tiga macam pokok, yaitu:

a. Hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan vertikal antara manusia dengan khaliknya yang mencakup segi Aqidah meliputi: iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, Rasul-rasul-Nya dan hari akhir serta qodha` dan qodar-Nya.

37

Depag RI, Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta : 1998) , cet.1, h.13


(32)

b. Hubungan manusia dengan manusia, materi yang dipelajari meliputi: akhlak dalam pergaulan sesama manusia, kebiasaan membiasakan akhlak yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.

c. Hubungan manusia dengan alam sekitarnya,materi ini meliputi: akhlak manusia terhadap alam sekitarnya, baik lingkungan dalam arti luas maupun terhadap makhluk hidup selain manusia, yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Fungsi dan peranan aqidah dalam kehidupan umat manusia antara lain dapat di kemukakan sebagai berikut :

a. Menuntun dan mengemban dasar ketuhanan yang dimiliki manusia sejak lahir.Aqidah Islam berperan memenuhi kebutuhan fitrah manusia tersebut, menuntun dan mengarahkan manusia pada keyakinan yang benar tentang Tuhan, tidak menduga-duga.

b. Atau mengira-ngira, melainkan menunjukkan Tuhan yang sebenarnya. c. Memberikan ketenangan dan ketenteraman jiwa.

d. Memberikan pedoman hidup yang pasti.38

Jadi kedua pengertian di atas yaitu Aqidah dan Akhlak dapat di ketahui bahwa keduanya mempunyai hubungan yang erat, karena aqidah atau iman dan akhlak berada dalam hati. Dengan demikian tidak salah kalau pada sekolah Ibtidaiyah kedua bidang bahasan ini di jadikan satu mata pelajaran

yaitu “Aqidah akhlak“. e. Jenis-jenis Akhlak

Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat para Nabi dan orang-orang Shiddiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan sifat syaithan dan orang-orang tercela. Maka pada dasarnya, akhlak itu menjadi dua macam jenis:

a.Akhlak baik atau terpuji (Al-akhlaaqul Mahmuudah), yaitu perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk lain.

38

MB. Rahimsyah, Setyo Adhie, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Aprindo, 2010), h. 269-337


(33)

Akhlak baik meliputi: belas kasihan atau sayang, memberi nasehat, rasa persaudaraan memberi pertolongn, bertaubat, bersabar, bersyukur, bertawakkal, ikhlas, bersikap takut pada Allah Swt dan lain sebagainya.

b.Akhlak buruk atau tercela (Al-Akhlaaqul Madzmuumah) yaitu perbuatan buruk terhadap tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk lain. Akhlak buruk meliputi: mudah marah, mengadu domba, mengumpat, sifat kikir, takabbur, Musyrik, murtad, munafiq, riya, boros dan berfoya-foya, rakus atau tamak, dan sebagainya. Pada dasarnya hakekat akhlak bisa dibina dan di bentuk sebagaimana ucapan Al-Ghazali yang di kutip oleh Abudin Nata segala pembentukan dan pembiasaan”. Hasad atau Hasud disebut juga dengki, yang dimaksud ialah berusaha menghilangkan kenikmatan yang diperoleh orang lain, supaya nikmat itu pindah kedirinya atau supaya nikamt itu hilang dari orang yang didengkinya. Sifat itu termasuk akhlak tercela menurut pandangan Islam juga menurut pandangan masyarakat bangsa kita. Sebabnya karena orang yang hasad (dengki) itu tidak merasa senang melihat teman atau orang lain mendapatkan kenikamatan dan kebahagiaan. Ia ingin agar yang bahagia dan mendapatkan kenikmatan hanya dirinya saja, orang lain supaya celaka atau sengsara dan rugi.Itu sebabnya Nabi Muhammad Saw. mengharamkan dan melarang kita umat Islam memiliki sifat hasud atau dengki. Rasulullah Saw. bersabda:

Artinya:Dari Abu Huarairah RA. Sesunggguhnya Rasulullah Saw. Bersabda, Jauhilah oleh kamu sekalian buruk sangka, karena buruk sangka itu sedusta-dusta pembicaraan, dan janganlah kamu meneliti cela orang lain, dan janganlah kamu mengintai-intai, dan janganlah kamu sekalian menambah harga (menaikan harga) untuk menipu, dan janganlah kamu sekalian hasud menghasud, dan janganlah kamu sekalian benci membenci, dan janganlah kamu sekalian membelakangi, dan jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang


(34)

bersaudara’ (H.R. Al-Bukhari). Hadits diatas mengajarkan kepada kita agar menjahui 7 (tujuh) macam sifat tercela, yaitu:

a. Berburuk sangka, buruk terhadap sesama muslim, sebab hal itu akan menimbulkan percakapan dusta dan menurunkan derajat orang lain.

b. Meneliti cela orang lain, sebab walaupun tidak kita teliti, setiap orang pasti mempunyai cela atau cacat atau kekurangan. Mungkin cacat kita itu lebih banyakdari cacat orang yang kita cari cacatnya itu.Kita sering mendengar peribahasa Indonesia yang berbunyi:

“Kuman diseberang lautan tampak kelihatan, gajah dipelupuk mata

tidak tampak kelihatan”

c. Mengintai-intai kesalahan atau tempat kediaman orang lain, mengawasi orang lain untuk mencari kesalahannya adalah sifat tercela, sebab apabila tidak dapatkan kesalahan orang lain itu akan timbul dengki dan merusak amal kebaikannya.

d. Menaikan harga dengan tujuan menipu orang lain, sebab akan menimbulkan perselisihan dan kebencian.

e. Hasud-menghasud (dengki-mendengki) karena akan menimbulkan fitnah yang besar dan kerusakan yang menyedihkan.

f. Benci-membenci, sebab akan menimbulkan kerugian dan mengurangi keimanan.Belakang-membelakangi, yang akibatnya memutuskan persaudaraan, sedangkan kita diperintahkan untuk mempererat tali persaudaraan sesama muslim.39

E. Dasar-dasar Pembelajaran Aqidah Akhlak

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad Saw dengan lafal-lafalnya yang berbahasa Arab dan maknanya yang benar sebagai undang-undang bagi manusia dan

39


(35)

member petunjuk kepada mereka, serta menjadi sama pendekatan ibadah kepada Allah dengan membacanya.40

Al-Qur’an merupakan undang-undang dan petunjuk bagi manusia sebagai petunjuk Akidah dan kepercayaan yang dianut manusia, petunjuk Akidah yang murni sesuai dengan norma-norma Agama dan petunjuk mengenai syariat dan hukum.

b. Hadits

Hadits/sunnah adalah sesuatu yang didapatkan dari Nabi Muhammad Saw yang terdiri dari ucapan, perbuatan, ketetapan dan persetujuan, sifat fisik atau budi, geografi, baik sebelum kenabian ataupun sesudahnya.41

Rasulullah Saw merupakan seorang pendidik yang telah berhasil membentuk masyarakat rabbani, masyarakat yang berakhlak dan pendidik secara islami.

F. Macam-macam Metode Pembelajaran

Metode pengajaran mata pelajaran Akidah Akhlak agama Islam yang digunakan di MI Al-Hikmah secara umum sebagai berikut :

1. Metode Ceramah

Metode ini yang paling banyak dipergunakan oleh guru MI Al-Hikmah dalam mengajarkan materi Akidah Akhlak.

Langkah yang dipergunakan dengan metode ceramah ini adalah sebagai beriku: Guru menerangkan atau menjelaskan, murid mendengarkan, menyimak, memperhatikan dengan seksama dan membuat catatan-catatan penting dari apa yang telah di terangkan oleh gurunya.

40

Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Lembaga Pendidikan Umat,2005), h. 5

41

Abudin Nata, Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), cet. 5, h. 156


(36)

2. Metode Diskusi/Tanya jawab

Selain metode ceramah, ada juga metode lain yang dipergunakan adalah metode diskusi atau tanya jawab. Metode ini dipergunakan oleh guru MI Al-Hikmah untuk mengetahui kemampuan, pemahaman dan interpretasi siswa terhadap materi yang telah diajarkan.

Langkah yang dipergunakan adalah: guru memberi pertanyaan secara umum atau individu, kemudian siswa menjawabnya, jika tidak bisa maka dilemparkan pada yang lainnya.

Selain pertanyaan dari guru, siswa juga diberi kesempatan bertanya kepada guru.

Untuk diskusi terkadang dilakukan secara kelompok dan membuat resume.

Metode ini banyak dipergunakan oleh guru MI Al-Hikmah terutama pada materi pelajaran Akidah Akhlak.

3. Metode Demonstrasi

Metode ini dipakai untuk menjelaskan kepada siswa materi pelajaran yang membutuhkan peragaaan seperti shalat, haji, jual beli, membaca ayat Al-Qur’an dan lain-lain.

Materi pelajaran yang banyak menggunakan metode ini adalah Fiqih dan al-Qur’an Hadist dan lain-lain.

4. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas ini diberikan guru kepada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap pemahaman materi yang telah diberikan dan untuk mengetahui kemampuan penalaran siswa terhadap materi tersebut.

Pemberian tugas bisa bersifat kelompok atau perorangan, bisa pula dikerjakan ditempat atau di rumah.

Metode ini dipakai untuk seluruh mata pelajaran Agama Islam, atau mata pelajaran lain.


(37)

5. Metode Uswatun Hasanah

Dalam Al-Quran kata teladan diproyeksi dengan kata uswah yang kemudian diberi sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti baik, sehingga kata uswahhasanah mengandung arti sebagai teladan yang baik.

Metode ini dianggap penting karena semua aspek Agama yang terpenting adalah akhlak yang termasuk dalam kawasan afektif yang terwujud dalam bentuk tingkah laku (behavioral).

G. Hasil Penelitian yang Relevan

Sebagai bahan penguat penelitian tentang efektifitas pembelajaran Akidah Akhlak untuk meningkatkan hasil belajar siswa, penulis mengutip beberapa penelitian yang relevan, antara lain:

1. Dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Aktivitas untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Akidah Akhlak” (eksperimen di MI Nurul Falah Jakarta). Disusun oleh Rahman (8090183000097), Program Guru Madrasah Ibtidaiyah FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Mengatakan bahwa terdapat perbandingan pembelajaran berbasis Aktifitas dengan Efektif Pembelajaran terhadap hasil belajar siswa, dan nilai siswa pun lebih meningkat.

2. Dalam skripsi yang berjudul “Peranan Pendidikan Agama Islam (Akidah

Akhlak) di SDN 05 Jakarta)”. Disusun oleh Rahmat Hidayat

(106015000709),Program Guru Madrasah Ibtidaiyah FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Mengatakan bahwa Pembelajaran Akidah Akhlak terhadap siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan nilai siswa pun lebih meningkat.


(38)

H. Kerangka Berpikir

Kebanyakan pembelajaran Akidah Akhlak hanya berpusat pada guru dan materi yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, cenderung membosankan atau membuat siswa merasa jenuh dan tidak termotivasi sehingga menyebabkan menurunnya hasil belajar siswa. Dengan menggunakan metode yang lebih efektif diharapkan dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa dan lebih berprestasi lagi. Tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa mendengarkan dan menyimak apa yang di terangkan atau dijelaskan oleh guru tentang pembelajaran Akidah Akhlak yang menyangkut materi tersebut, lalu siswa diberi tugas untuk menulis, merangkum, dan latihan-latihan yang telah di jelaskan oleh gurunya yang berfungsi untuk meingkatkan motivasi belajar dan prestasi siswa.

Jadi, jika pembelajaran aktif dengan menggunakan efektifitas pembelajaran diharapkan dalam kegiatan belajar mengajar dari hasil tindakan ini diharapkan hasil belajar dapat ditingkatkan.

I. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan dugaan yang akan di uji kebenarannya dengan fakta yang ada. Berdasarkan landasan teori, maka hipotesis yang digunakan adalah efektifitas pembelajaran Akidah Akhlak dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MI Al-Hikmah, Kalibata, Jakarta Selatan.


(39)

16

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah ibtidaiyah al-Hikmah kalibata Jakarta selatan RT 011/RW 01 No. 29 Kalibata Jakarta Selatan Waktu penelitian berlangsung selama 4 bulan mulai dari bulan Maret 2012 sampai bulan Mei 2012.

Tabel 3.1

Jadwal penelitian yang dilakukan bulan Maret-Mei tahun 2012

KEGIATAN WAKTU PELAKSANAAN

Maret April Mei

No 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Persiapan dan studi pustaka x x X x x 2. Penyusunan perangkat

penelitian

x X x x x x

3. Pengumpulan data x x x x

4. Pengolahan data x x x x

5. Penyusunan laporan x x x x

6. Laporan akhir x x

7, Revisi x


(40)

B. Metode Penelitian

Yang dimaksud dengan metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisa data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi. Metodologi penelitian adalah metode-metode yang digunakan dalam proses penelitian. Dalam penelitian ini merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan melakukan verifikasi terhadap kebenaran suatu peristiwa atau suatu pengetahuan dengan memakai metode-metode ilmiah. Maka metode-metode-metode-metode ilmiah untuk penelitian ini dikelompokkan dalam metodologi penelitian, cara berpikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian ini agar mencapai suatu tujuan penelitian.

Setelah memperoleh sedikit gambaran tentang kerangka berfikir ilmiah, saya memasuki pemahaman lebih lanjut mengenai metode penelitian ilmiah. Metode di sini diartikan sebagai cara teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.

Berhasil tidaknya suatu penelitian banyak tergantung pada tepat tidaknya di dalam memilih suatu metode penelitian tersebut. Oleh karna itu metode penelitian merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam melaksanakan penelitian.

Metode penelitian yang diguanakan oleh penulis adalah penelitian lapangan (fild reseach) Yaitu data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner, wawancara dan observasi yang diberikan kuantitatif item pertanyaan dari indikator konsep yang diujikan dan diberikan kepada responden yang diambil sampel dari penelitian ini (siswa Madrasah AL-Hikmah).


(41)

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah variable efektivitas Guru dan Murid dalam prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. Agar setiap variable yang terdapat dalam penelitian ini dapat dimengerti dengan jelas, serta untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan pengertian, maka perlu pembatasan pengertian dari variable yang akan diteliti yaitu :1

1. Variable Bebas (Independen variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah efektivitas dan murid dikonotasikan dengan huruf (X).

2. Variabel Terikat (Dependen variable)

Variable Terikat dalam penelitian ini adalah prestasi murid pada mata pelajaran Aqidah Akhlak, variable terikat ini dikonotasikan dengan huruf (Y).

D. Populasi dan Sampel

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa MI Al-Hikmah dengan jumlah 30 siswa. Alasan dipilihnya siswa kelas IV MI Al-Hikmah sebanyak 30 siswa sebagai subjek penelitian adalah karena ditemukannya masalah saat proses belajar mengajar, yaitu keefektifitasan pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Kalibata masih rendah.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami tidak hanya oleh penulis saja, tetapi juga oleh orang lain. Berikut adalah langkah-langkah yang penulis lakukan untuk menganalisis data:

1 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2009 ), Cet 8,


(42)

1. Editing

Yang pertama kali dilakukan adalah melakukan edit atau memilih data, sehingga hanya data yang tercapai saja yang tersisa. Langkah edit ini bertujuan untuk merapikan data agar rapi, bersih dan mengadakan pengolahan lebih lanjut.

2. Skoring

Setelah melewati tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor terhadap pernyataan yang ada pada angket dengan ketentuan pertanyaan positif diberi skor (nilai) sebagai berikut:

A= Selalu (4) B= Sering (3) C= Kadang-kadang (2) D= Tidak pernah (1)

Sedangkan untuk pertanyaan yang negatif diberi skor (nilai) sebaliknya. 3. Tabulating

Pada tahap ini, penulis memindahkan jawaban kedalam blangko yang telah tersusun rapi dan rinci dalam bentuk tabel.

Untuk menganalisa data yang telah terkumpul, maka penulis menggunakan teknik analisa statistik dan teknik analisa statistik. Analisa non-statistik menggunakan metode deskriptif, yaitu menuturkan dan menganalisa data yang berupa angka-angka yang diperoleh dari penelitian, sebagai berikut:

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisa secara kuantitatif yang dinamakan deskripsi analisis, yaitu menggambarkan data apa adanya. Langkah pertama adalah membuat tabel frekuensi dan kemudian dilengkapi dengan presentase. Rumusnya sebagai berikut:


(43)

N

Fx

P

100

%

Keterangan: P= Prosentase F= Frekuensi

N= Number of Cases (Jumlah responden)


(44)

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang MI Al-Hikmah

Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah berada di wilayah Kelurahan Kalibata Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan. Di kelurahan Kalibata terdapat banyak Sekolah Swasta yang mengelolah pendidikan formal dari tingkat RA/TK, SD/MI, SMP/MTs, SLTA/MA bahkan sampai dengan Perguruan Tinggi. Tetapi selama ini mutu pendidikan tersebut masih kalah bersaing dengan sekolah-sekolah lain.

MI Al-Hikmah yang berdiri sejak tahun 1986 sampai saat ini masih tetap eksis dan dapat melaksanakan Kegiatan Belajar mengajar walaupun dalam serba keterbatasan.

Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah mempunyai potensi yang besar dan dapat dikembangkan lebih maju lagi, diantaranya karena :

1. Gedung MI Al-Hikmah sudah direnovasi sehingga Ruang kelas Belajarnya standar dan nyaman untuk belajar.

2. Sumber Daya Manusia ( SDM ) atau Guru sebagian besar sudah Strata Satu ( S.1 ) dan sudah Pegawai Negeri Sipil ( PNS ).

3. Lokasi yang strategis 4. Lokasi lahan yang luas.

Dengan segenap aktivitas akademik MI Nal-Hikmah akan selalu berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan mutu pendidikan, agar lulusan dari MI Al-Hikmah dapat bersaing dengan lulusan dari sekolah lain.


(45)

VISI DAN MISI VISI

Terselenggara proses pendidikan yang menggunakan keseimbangan Iman, Taqwa, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan kurikulum.

2. Meningkatkan kualitas manajemen pendidikan dan sumber daya manusia (tenaga kependidikan).

3. Menghasilkan Pelajar yang mempunyai daya pikir yang handal dan kreatif serta mengerti akan ajaran agama menuju perilaku santun dan berbudi pekerti luhur.

1. Struktur Organisasi

Untuk struktur organisasi MI Al-Hikmah Jakarta Selatan berdasarkan data yang diperoleh penulis dari bagian administrasi yaitu sebagai berikut:

STRUKTUR ORGANISASI MI AL-HIKMAH

YAYASAN MI AL-HIKMAH

KEPALA SEKOLAH

WAKASEK

TATA USAHA

GURU-GURU

SISWA-SISWI KOMITE


(46)

2. Keadaan Guru, karyawan dan Siswa-siswi Tabel 4.1

Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

No Keterangan Jumlah

1 Guru PNS Diperbantukan Tetap 2

2 Guru Tetap Yayasan

-3 Guru Honorer 6

4 Guru Tidak Tetap

1 Bendahara 1

2 Tata Usaha 2

Pendidik

Tenaga Kependidikan

Tabel 4.2

Data Guru Dan Karyawan

NO NAMA/NIP TERAKHIPEND.

R

BIDANG STUDY

1 H. Abdul Salam PGAN Bahasa Arab,

Akidah

2 Mursidi MAN Guru Kelas 4

3 Mulyana MAN Guru Kelas 2

4 Siti Azizah MAN Guru Kelas 1 5 M. Kholil Amir SLTA Guru Kelas 3

6 Ma`mun, S.Ag IAIN Guru Kelas 5

7 Tri Wahyuni, S.Pd UHAMKA Guru Kelas 6 8 Ahmad Zamroni, S.Pd.I Yudharta Fikh, Qurdist


(47)

Jumlah siswa-siswi MI Al-Hikmah dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3

Data Siswa MI Nurul Ikhwan Tahun Pelajaran 2012-2013

NO KELAS JENIS KELAMIN JUMLAH

L P

1 I 16 14 10

2 II 14 9 14

3 III 10 10 20

4 IV 12 8 30

5 V 11 19 30

6 VI 9 8 17

JUMLAH 72 58 111

3. Sarana dan Prasarana

Selain guru, murid, sarana dan prasarana pun merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam menunjang terlaksananya proses belajar mengajar, karena dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai maka proses belajar mengajarpun akan berjalan dengan baik, sebaliknya jika sarana dan prasarana kurang memadai maka proses belajar pun menjadi kurang efektif.

Tabel : 4.4

Keadaan Sarana dan Prasarana Madarasah Ibtidaiyah Al-kahairiyah

No Sarana Prasarana Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ruang Belajar

Ruang Kepala Madrasah Ruang Guru Perpustakaan WC Guru WC Murid Meja Murid Kursi Murid Papan Tulis 6 kls 1 1 1 1 1 120 240 6 Baik Baik Baik Rusak Ringan Baik Baik Baik Baik Baik


(48)

10 11 12 13

Kursi Pengajar Meja Pengajar Mesin Tik Computer

6 6 1 3

Baik Baik Baik Baik

4. Kurikulum Yang Digunakan

Kurikulum yang diterapkan Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah sebagai salah satu yang berada dibawah pengolahan Departemen Agama adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2008, dengan harapan siswa lulusannya dapat menguasai IPTEK dan memiliki IMTAQ yang kuat.

Pelaksanaan pengajaran bidang study Akidah Akhlak di MI Al-Hikmah diberikan selama enam tahun yang dibagi menjadi dua semester dalam satu tahun dengan jumlah jam sebanyak 2 jam pelajaran atau satu kali pertemuan setiap minggunya, dengan bobot waktu dalam satu jam pelajaran selama 35 menit, jadi dalam satu minggu waktu yang diberikan untuk pelajaran Aqidah Akhlak di madrasah ibtidaiyah Al-Hikmah adalah selama 70 menit.

5. Metode Yang Digunakan

Metode pengajaran pelajaran Akidah Akhlak yang digunakan di MI Al-Hikmah adalah :

1. Metode Ceramah

Metode ini yang paling banyak dipergunakan oleh guru MI Al-Hikmah dalam mengajarkan materi Aqidah Akhlak.

Langkah yang dipergunakan adalah sebagai berikut: Guru menerangkan dan murid mendengarkan, menyimak dan membuat catatan-catatan yang penting yang diperlukan.

2. Metode Diskusi/ Tanya Jawab

Selain metode ceramah metode lain yang dipergunakan adalah metode diskusi atau tanya jawab. Metode ini dipergunakan oleh guru


(49)

MI Al-Hikmah untuk mengetahui kemampuan, pemahaman dan interpretasi siswa terhadap materi yang telah diajarkan.

Langkah yang dipergunakan adalah: guru member pertanyaan secara umum atau individu, kemudian siswa menjawabnya, jika tidak bisa maka dilemparkan ke yang lain.

Selain pertanyaan dari guru, siswa juga diberi kesempatan bertanya kepada guru. Untuk diskusi terkadang dilakukan secara berkelompok dan membuat resume.

Metode ini banyak dipergunakan oleh guru MI Al-Hikmah terutama pada materi pelajaran Akidah Akhlak.

3. Metode pemberian tugas

Metode pemberian tugas diberikan oleh guru kepada siswa untuk mengetahui kemampuan penalaran siswa terhadap materi tersebut. Pemberian tugas bersifat kelompok atau perorangan, bisa pula dikerjakan ditempat atau di rumah.

Metode ini dipakai untuk seluruh mata pelajaran Akidah Akhlak atau mata pelajaran lainnya.

4. Metode uswatun hasanah

Dalam Al-Quran, kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah yang kemudian diberi sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti baik, sehingga kata uswah hasanah mengandung arti sebagai teladan yang baik.

Metode ini dianggap penting karena aspek agama yang terpenting adalah Akhlak yang termasuk dalam kawasan efektif yang terwujud dalam bentuk tingkah laku (behaviord).

B.Akhlak Terhadap Orang Tua

Mengingat perkembangan zaman yang sudah sangat maju dimana anak sangat dimanjakan oleh teknologi, media dan hiburan-hiburan yang sifatnya melemahkan dan membuat orang lupa daratan, sehingga bisa menjerumuskan kearah yang tidak baik. Padahal semua anak diharapkan dapat menggantikan


(50)

posisi orang tuanya dan membawa perubahan social, malah sebaliknya prilaku anak membuat para orang tua untuk selalu mengikuti anak-anaknya kemana pergi. Oleh karena itu salah satu cara untuk mengontrol ialah dengan memberikan bekal agama dan akhlak yang kuat dalam jiwa anak.

Karena akhlak merupakan hal yang urgen dan terpenting dalam ajaran islam. Sebab itu tugas utama Nabi Muhammad Saw diutus ke dunia ini adalah untuk menyempurnakan budi pekerti atau akhlak yang mulia(karimah). Yang lebih utama akhlak terhadap orang tua.

فا “ah” adalah kata-kata yang terlontar sebagai ungkapan rasa marah, kesal atau jemu itu tidak pantas lagi dilontarkan seorang anak terhadap orang tuanya. Betapapun besar pengabdian yang telah ia berikan kepada mereka, lebih tidak pantas lagi bila sang anak menghardik orangtuanya, dan itu sangat besar dosanya karena Allah menetapkan terlarang. Yang perlu dilakukan anak justru sebaliknya yaitu bertutur kata lembut, bermakna dan penuh penghormatan dan mendoakannya.

Supaya lebih jelas penulis akan menjelaskan bagaimana efektifitas pembelajaran aqidah Akhlak di MI Al-Hikmah Jakarta Selatan Melalui hasilpenelitian dengan menggunakan angket yaitu :

TABEL 4.5

Apakah anda pernah bicara tidak sopan pada orang tua anda ?

ALTERNATIF JAWABAN

FREKUENSI %

a. selalu - -

b. sering 4 13,3

c. kadang-kadang 4 13,3 d. tidak pernah 22 73,3

Jumlah 30 100

Ternyata dari hasil jawaban siswa, sebagian siswa menyatakan selalu bicara tidak sopan pada orang tua tidak ada, dan yang menjawab sering 13,3% yang menyatakan kadang-kadang 13,3% sedangkan yang menyatakan


(51)

tidak pernah 73,3%. Data di atas menunjukan bahwa orang tua sudah cukup baik mendidik anak-anaknya dalam keluarga. Sehingga anaknya ketika berbicar selalu sopan dan santun. Dari penelitian di atas mayoritas siswa di rumahnya berakhlak baik dan sopan.

TABEL 4.6

Apakah anda pernah berbohong pada orang tua ?

ALTERNATIF JAWABAN

FREKUENSI %

a. selalu - -

b. sering 2 6,6

c. kadang-kadang 8 26,6 d. tidak pernah 20 66,6

Jumlah 30 100

Data pada tabel di atas memperlihatkan dengan jelas, bahwa seorang guru dalam proses belajar mengajar selalu mengajarkan jujur pada siswa, agar siswa pada orang tua di rumah tidak suka berbohong. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responan yang menyatakan selalu berbohong kepada orang tua tidak ada, sering 6,6% sedangkan jawaban responden yang menjawab kadang-kadang 26,6%, dan yang menjawab tidak pernah cukup banyak yaitu 66,6%.

TABEL 4.7

Apakah anda menentang orang tua ketika ia menasehati ?

ALTERNATIF JAWABAN

FREKUENSI %

a. selalu - -

b. sering 2 6,6

c.kadang-kadang 6 20

d. Tidak pernah 22 73,3

Jumlah 30 100

Pada tabel diatas menunjukan bahwa anak yang selalu menentang orang tua ketika dinasehati tidak ada, dan yang menjawab sering 6,6% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 20%, adapun yang menjawab tidak pernah


(52)

73,3%. Menurut hemat penulis dalam tabel ini dapat dikatakan orangtuasudah cukup tegas dalam menasehati dan membimbing anaknya.

TABEL 4.8

Apakah anda pernah membuat orang tua marah ?

ALTERNATIF JAWABAN

FREKUENSI %

a. Selalu 1 3,3

b. Sering 2 6,6

c. Kadang-kadang 12 40

d. Tidak pernah 15 50

Jumlah 30 100

Selain diperintahkan untuk ibadah, maka orang tua juga menyuruh anaknya untuk belajar. Namun sikap anak ketika disuruh belajar alasanya tanggung karena acaranya bagus(film). Sehingga orangtua menjadi emosi lalu marah, hal ini sesuai hasil penelitian terlihat sikap anak yang selalu membuat orangtua marah ada 3,3%, dan yang sering ada 6,6%, namun yang kadang-kadang membuat orangtua marah ada 40%, sedangkan yang tidak pernah membuat orangtua marah ada 50%. Dari jawaban responden ini ternyata orang tua belum berhasil dalam mendidik anaknya di rumah. Maka pihak orang tua dan guru di sekolah harus saling bekerja sama agar siswa/anak dalam berakhlak lebih baik lagi terutama pada orangtua ataupun gurunya.

Tabel 4.9

Apakah anda membantu orangtua ketika orangtua mengalami kesulitan ?

ALTERNATIF JAWABAN

FREKUENSI %

a. Selalu 20 66,6

b. Sering 3 10

c. Kadang-kadang 7 23,3 d. tidak pernah - -


(53)

Pada tabel di atas yang mengatakan selalu membantu orangtua ketika mengalami kesulitan sangat baik yaitu 66,6%, sedangkan yang menyatakan sering 10%, dan yang menyatakan kadang-kadang 23,3%, namun yang menyatakan tidak pernah membantu orangtua ketika mengalami kesulitan tidak ada, hal ini terbukti bahwa rata-rata siswa di MI Al-Hikmah berakhlak baik dan jiwa sosialnya tinggi baik kepada orangtua ataupun orang lain.

TABEL 4.10

Apakah anda menolak perintah orangtua ?

ALTERNATIF JAWABAN

FREKUENSI %

a. Selalu - -

b. Sering 3 10

c. Kadang-kadang 9 30

d. Tidak pernah 12 60

Jumlah 30 100

Acara televisi ditayangkan semakin menarik dan sudah dikemas sebelum acara dimulai atau sudah diiklankan dahulu buat hari esoknya. Hal ini berpengaruh terhadap kepribadian anak dimana anak-anak sudah menyiapkan waktunya kalau tanggal sekian paket acara film(umpamanya). Dengan keadaan tersebut membuat anak menjadi malas ketika diperintahkan, namun dari hasil penelitian terlihat sikap anak yang selalu menolak perintah orangtua tidak ada,yang sering 10% namun kadang-kadang 30%, sedangkan yang menyatakan tidak pernah 60%. Hal ini membuktikan bahwa peranan orangtua cukup baik.

C. Akhlak Terhadap Guru

Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Guru adalah orangtua kita di sekolah setiap hari ia mengajar dan mendidik muridnya dengan penuh semangat dan kesabaran. Dia belum mengenal dan belum bisa apa-apa hingga mampu dan bisa, hingga ia menjadi sukses. Oleh sebab itu guru haruslah dihormati dan dihargai seperti orang tua sendiri di rumah.


(54)

Seorang siswa atau murid harus berkata sopan santun apalagi bila bertemu guru di jalan kita tidak boleh berpaling, harus bersalaman atau ucapkan salam. Namun di zaman sekarang ini malah sebaliknya guru diejek, dicaci maki dan dihina ia lupa akan jasa guru. Untuk lebih jelas apakah di MI Al-Khairiyah siswa-siswinya sudah cukup baik dalam menerapkan pelajaran Akidah Akhlaknya, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini :

TABEL 4.11

Apakah anda memperhatikan ketika guru menjelaskan pelajaran ?

ALTERNATIF JAWABAN

FREKUENSI %

a. Selalu 22 73,3

b. sering - -

c. Kadang-kadang 5 16,6

d. Tidak pernah 3 10

Jumlah 30 100

Ternyata dari hasil jawaban siswa, sebagian siswa menyatakan selalu memperhatikan ketika guru menjelaskan pelajaran nampak pada jawaban 73,3% dan sering tidak ada, namun kadang-kadang 16,6% sedangkan yang tidak pernah memperhatikan ketika guru menjelaskan palajaran hanya 10%. Data di atas menunjukan bahwa guru sudah cukup baik dalam proses belajar mengajar terutama ketika menjelaskan pelajaran. Sehingga siswa mau memperhatikan apa yang dijelaskan oleh gurunya.

TABEL 4.12

Apakah guru anda pernah membanding-bandingkan siswa yang satu dengan yang lain ?

ALTERNATIF JAWABAN

FREKUENSI %

a. selalu - -

b. sering 4 13,3

c. Kadang-kadang 3 10

d. Tidak pernah 23 76,6


(55)

Pada tabel diatas yang menyatakan guru selalu membandingkan-bandingkan siswanya tidak ada, namun yang menyatakan sering 13,3% dan yang menyatakan kadang-kadang 10% sedangkan yang menyatakan tidak pernah 76,6%. Data di atas berarti guru sudah menunjukan sikap baiknya dan terpujinya karena memang seorang guru tidak boleh membanding-bandingkan siswanya baik yang pinter dengan yang bodoh ataupun yang cantik dengan yang jelek hal ini juga membuat seorang siswa tidak suka pada guru itu dan akhirnya siswapun tidak senang dengan pelajaran ketika guru itu mengajar.

TABEL 4.13

Apakah anda menolak hukuman yang diberikan guru karena anda salah ?

ALTERNATIF JAWABAN

FREKUENSI %

a. Selalu 3 10

b. Sering 2 6,6

c. Kadang-kadang 2 6,6 d. Tidak pernah 23 76,6

Jumlah 30 100

Tabel di atas memperlihatkan dengan jelas bahwa siswa yang mnjawab selalu menolak hukuman yang diberikan guru ada 10%, dan yang menjawab sering ada 6,6%, kadang-kadang 6,6% sedangkan yang menolak hukuman yang diberikan guru karena ia salah cukup banyak yaitu 76,6% . hal ini terbukti bahwa siswa di MI Al-Hikmah sangat baik, siswa di zaman sekarang ini kebanyakanyang kita liat mereka bila diperintahkan oleh guru tidak mau apa lagi di hukum jikasalah mereka biasanya lebih marahan dia, tetapi ternyata di MI Al-Hikmah tidak seperti itu.


(1)

63

2. Kepada guru yang mengajarkan mata pelajaran Akidah Akhlak, hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa. Artinya perlu adanya berbagai strategi yang digunakan untuk diaplikasikan dalam proses belajar mengajar dengan harapan proses belajar siswa lebih variatif. Dengan peningkatan efektifitas dalam kegiatan belajar, diharapkan nantinya dapat meningkatan motivasi dan hasil belajar secara optimal.

3. Kepada guru Al-Hikmahagar lebih meningkatkan sumber daya manusia (SDM) guna menambah wawasan yang dimilikinya yang bertujuan untuk mencerdaskan anak didiknya untuk menjadi manusia yang berguna bagi Agama dan bangsanya.


(2)

64

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman, Roli. et.al. Menjaga Akidah dan Akhlak, (Solo: Tiga Serangkai,2005)

Abdurrahman, Al Imam Jalaludin bin Abu Bakar Alsayuti, Al-Jami’ Al -Shagir, (Bandung: Al-Maarif : 1991)

Adiwinata, Rustana, Perencanaan Pengajaran, (Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam : 2000)

Al-Anshari,Sumaiyah Muhamad, Menuju Akhlak Mulia,(Jakarta: Cendikia,2006)

Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) , Islam dan Peranan Wanita, (Jakarta: Bulan Bintang,

1978)

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : PT. Syamil Cipta Media)

, Garis-garis Besar Program Pengajaran(GBPP) Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta : 1998)

, Paket Panduan Guru Keluarga Sakinah, (Jakarta : 2004)

Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998)

Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002)

H. Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarata: Lembaga Pendidikan Umat, 2005)

Muhammad al Anshario, Menuju Akhlak Mulia, (Jakarta: Cendikiawan, 2006)

Nata, Abudin, Al-Quran dan Hadits, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996)


(3)

65

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: UMG Press)

Shaleh, A. Rahman, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Media)

Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press,1991)

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006)

Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Jakarta: CV Penerbit Jumanatul Ali, 2005)

Nasution, S.Strategi Dalam Belajar, (Jakarta: Bina Aksara, 2002)

Dimiyati dan Mujiono, BelajardanPembelajaran, (Jakarta: PT Pineka Cipta, 1999)

Winkel, WS. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi belajar, (Jakarta: PT. Gramedia, 1984)


(4)

ANGKET PENELITIAN

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

Nama : Kelas : Jenis Kelamin : Asal Sekolah :

1. Apakah anda pernah brbicara tidak sopan pada orang tua ?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

2. Apakah anda pernah berbohong pada orang tua ?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

3. Apakah anda menentang orang tua ketika ia menasehati ?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

4. Apakah anda pernah membuat orang tua marah ?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

5. Apakah anda membantu orang tua ketika orang tua mengalami kesulitan?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

6. Apakah anda menolak perintah orang tua ?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

7. Apakah anda memperhatikan ketika guru menjelaskan pelajaran ?

a. Selalu c. kadang-kadang


(5)

8. Apakah guru anda pernah membanding-bandingkan siswa yang satu dengan yang lain ?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

9. Apakah anda menolak hukuman yang diberikan guru karena anda salah ?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

10.Apakah anda menghormati guru ?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

11.Apakah anda memberi salam ketika bertemu guru di jalan ?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

12.Apakah anda suka membolos jika ada pelajaran yang tidak disukai ?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

13.Apakah anda membalasnya jika disakiti teman ?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

14.Apakah anda menolong teman jika ia mengalami kesulitan ?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Selalu d. tidak pernah

15.Apakah sikap anda baik dan sopan pada semua teman dan guru ?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

16.Apakah anda saling menghargai sesame teman ?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

17.Bagaimana sikap anda jika teman anda dipukuli orang lain, apakah membantunya?

a. Selalu c. kadang-kadang


(6)

18.Apakah anda diam saja ketika menyontek ?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

19.Apakah anda belajar bersama teman setiap hari ?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

20.Apakah anda disiplin di sekolah ?

a. Selalu c. kadang-kadang