Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Metoderole Playuntuk Meningkatkan Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Tp A SMK Saraswati Salatiga T1 132010061 BAB II

(1)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Komunikasi Antar Pribadi

2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

DeVito (2011) mengemukakan komunikasi antar pribadi adalah proses selektif, sistemik, unik, dan interaksi berkelanjutan antar orang-orang yang mencerminkan dan membangun pengetahuan pribadi satu sama lain dan menciptakan makna bersama.

Komunikasi merupakan suatu proses dimana pihak-pihak peserta saling menggunakan informasi dengan tujuan untuk mencapai pengertian yang sama mengenai suatu masalah yang penting bagi semua pihak yang terlibat Cherry (dalam Suprapto dan Fahrianoor, 2004). Sedangkan menurut Wood (dalam Enjang, 2009) komunikasi merupakan suatu proses sistematis dalam interaksi antar individu, dengan menggunakan berbagai simbol dalam rangka menciptakan dan menginterpretasi makna atau arti.

2.1.2 Ciri-Ciri Komunikasi Antar pribadi

Adapun ciri-ciri komunikasi antar pribadi menurut Rogers (dalam Wiryanto, 2004) adalah sebagai berikut :

1. Arus pesan cenderung dua arah 2. Konteks komunikasinya dua arah.

3. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama selektivitas keterpaan tinggi

4. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat 5. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap


(2)

8 2.1.3 Aspek-aspek Komunikasi Antar pribadi

Aspek-aspek komunikasi antar pribadi DeVito (2011) antara lain adalah:

1. Keterbukaan (Openness)

Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antar pribadi yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksai atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masalalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di masa kini. 2. Empati (Empathy)

Komunikasi antar pribadi dapat berlangsung kondusif apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukkan rasa empati pada komunikan (penerima pesan). Empati dapat diartikan sebagai menghayati perasaan orang lain atau turut merasakan apa yang dirasakan orang lain.

3. Dukungan (Supportiveness)

Dalam komunikasi antar pribadi diprelukan sikap memberi dukungan dari pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi. Dukungan merupakan pemberian dorongan atau pengobaran semangat kepada orang lain dalam suasana hubungan komunikasi, sehingga dengan adanya dukungan komunikasi antar pribadi akan bertahan lama karena tercipta suasana yang mendukung.


(3)

9 4. Rasa positif (Positivenes)

Rasa positif merupakan kecenderungan seseorang untuk mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan, menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, memiliki keyakinan atas kemampuannya untuk mengatasi persoalan, peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang diterima. Dapat memberi dan menerima pujian tanpa pura-pura memberi dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah.

5. Kesetaraan (Equality)

Kesetaraan merupakan perasaan sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga atau sikap orang lain terhadapnya.

2.1.4 Faktor-Faktor Komunikasi Antar pribadi

Faktor-faktor yang menyebabkan komunikasi antar pribadi menurut Rahmat (2001) mengemukakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan komunikasi antar pribadi terdiri dari :

1. Persepsi antar pribadi

Berupa pengalaman tentang peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan


(4)

10 untuk membedakan bahwa manusia bukan benda tapi sebagai objek persepsi.

2. Konsep diri

Brooks (dalam Rahmat, 2001) menyatakan bahwa konsep diri adalah suatu pandangan dan perasaan individu tentang dirinya. Jika individu dapat diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan dirinya, individu cenderung akan bersikap menghormati dan menerima dirinya. Sebaliknya bila orang lain selalu meremehkan, menyalahkan dan menolak dirinya, individu cenderung akan bersikap tidak akan menyenangi dirinya.

3. Atraksi antar pribadi

Barlund (dalam Rahmat, 2001) berpandangan atraksi antar pribadi diperoleh dengan mengetahui siapa yang tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, maka individu dapat meramalkan arus komunikasi antar pribadi yang akan terjadi. Misalnya semakin tertarik individu kepada seseorang, semakin besar kecenderungan individu berkomunikasinya. Kesukaan kepada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang disebut atraksi antar pribadi.

4. Hubungan antar pribadi

Menurut Goldstein (dalam Rahmat, 2001) antar pribadi ada 3 yaitu :

a) Semakin baik hubungan antar pribadi seseorang maka semakin terbuka individu mengemukakan perasaannya.


(5)

11 b) Semakin baik hubungan antar pribadi seseorang maka semakin

cenderung individu meneliti perasaannya secara mendalam beserta penolongnya (Psikolog).

c) Semakin baik hubungan antar pribadi seseorang maka semakin cenderung individu mendengarkan dengan penuh perhatian dan bertindak atas nasehat penolongnya.

2.2 Role Play

2.2.1 Pengertian Role Play

Menurut Bennet (Romlah 2001) Role play adalah permainan peranan yang menggambarkan ketrampilan-ketrampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya.

Wahab, (2009) mengemukakan dalam bukunya bahwa “Bermain peran (rolepalying) adalah berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu seperti menghidupkan kembali suasana historis misalnya mengungkapkan kembali perjuangan para pahlawan kemerdekaan, atau mengungkapkan kemungkinan keadaan yang akan datang. Husain Ahmad dalam (Hidayati, 2004) role playing adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku dan nilai dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain. Metode role play ditekankan kepada setiap


(6)

12 individu siswa dalam memerankan suatu tokoh pada drama yang bersangkutan. Dengan metode role playing siswa diharapkan bapat memerankan berbagai fitur dan menghayati dalam berbagai situasi, jika metode role playing direncanakan dengan baik dapat menambahkan kemampuan bertanggung jawab dan bekerja sama dengan orang lain, menghargai pendapat orang lain danmengambil keputusan dalam kerja kelompok.

Dari pendapat tersebut mengenai metode bermain peran (roleplaying), maka dapat disimpulkan bahwa metode role play merupakan salah satu metode yang dapat menyajikan bahan pelajaran dengan cara memainkan peranan dan mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, dengan harapan agar peserta didik dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam hubungan sosial dengan orang-orang dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Disamping itu ,metode ini digunakan pula untuk membentuk para siswa mengumpulkan dan mengorganisasikan isu-isu sosial, mengembangkan empati terhadap orang lain dan berupaya memperbaiki keterampilan sosial. Dalam metode ini para siswa dibimbing untuk memecahkan berbagai konflik, belajar mengambil peranan orang lain dan mengamati perilaku sosial. Dengan berbagai penyesuaian, metode ini dapat digunakan untuk berbagai bidang studi peserta didik dari berbagai usia.


(7)

13 2.2.2 Tahap-tahap Role Play

Menurut Wahab (2007) bermain peran ada 3 tahap : a) Tahap persiapan

1. Memilih pemain

a) Pilih secara suka rela tidak ada unsur paksaan

b) Sebisa mungkin pilih pemain yang dapat mengenali peran yang akan dibawakannya. Hindari pemain yang ditunjuk sendiri oleh siswa

c) Pilih beberapa pemain agar seorang tidak memainkan dua peran sekaligus

d) Setiap kelompok paling banyak 5 orang

e) Hindari siswa membawakan peran dengan kehidupan sebenarnya

2. Mempersiapkan penonton

a) Harus yakin bahwa pemirsa mengetahui keadaan dari tujuan bermain peran

b) Arahkan mereka bagaimana seharusnya berprilaku 3. Persiapan para pemain

a) Biarkan siswa agar mempersiapkannya dengan sedikit mungkin campur tangan guru

b) Permainan harus lancar, dan sebaiknya ada kata pembuka tetapi hindari melatih kembali saat sudah siap bermain


(8)

14 b) Tahap pelaksanaan

1. Upayakan agar singkat, bagi pemula 5 menit sudah cukup dan bermain sampai habis, jangan di interuksi

2. Biarkan agar spontanitas menjadi kunci utamanya 3. Jangan menilai aktingnya, bahasanya dan lain-lain 4. Biarkan siswa bermain bebas dan tingkatan

5. Jika terjadi kemacetan hal yang dapat dilakukan misalnya: a) Dibimbing dengan pertanyaan

b) Mencari orang lain untuk peran tersebut c) Menghentikan dan melangkah ke tindak lanjut 6. Jika pemain tersesat lakukan :

a) Rumuskan kembali keadaan dan masalah b) Simpulkan apa apa yang sudah dilakukan c) Hentikan dan arahkan kembali

d) Mulai kembali dengan penjelasan singkat c) Tahap tindak lanjut

1. Diskusi

a) Diskusi tindak lanjut dapat memberi pengaruh yang besar terhadap sikap dan pengetahuan siswa

b) Diskusi juga dapat menganalisis, menafsirkan, menberi jalan keluar atau merekreasi

c) Didalam diskusi sebaiknya dinilai apa yang telah dilaksanakan


(9)

15 d) Melakukan bermain peran kembali

e) Kadang-kadang memainkan kembalidapat memberi pemahaman yang lebih baik

2.2.3 Tujuan dan manfaat Role play

Menurut Mukminan (dalam Hidayat, 2004) tujuan dan manfaat metode role play adalah sebagai berikut :

a) Agar siswa menghayati suatu kejadian atau hal yang sebenarnya, dalam realita hidup

b) Agar siswa memahami apa yang menjadi sebab dari suatu serta bagaimana sebabnya

c) Mempertajam indera dan rasa siswa terhadap sesuatu

d) Sebagai penyalur atau pelepasan ketegangan dan perasaan-perasaan e) sebagai alat pendiaknosa keadaan kemampuan siswa

f) Pembentukan konsep diri suatu peran tertentu secara mandiri g) Menggali peranan peranan dan fitur seseorang dalam suatu

kehidupan kejadian atau kegiatan

h) Membina kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, berfikir krisis analisis, berkomunikasi dan hidup dalam kelompok

i) Melatih kemampuan siswa dalam mengendalikan dan meperbaharui perasaan, cara berfikir, dan perbuatannya

2.2.4 Kekurangan dan kelebihan metode Role play

Menurut Roestiyah (2001) metode Role play memiliki kekurangan dan kelebihan sebagai berikut:


(10)

16 a) Kelebihan metode role play

1. Siswa akan lebih tertarik perhatiaanya pada pelajaran, karena masalah-masalah sosial sangat berarti untuk siswa

2. Siswa lebih mudah memahami materi ataupun masalah-masalah sosial itu karena siswa bermai peran sendiri

3. Menumbuhkan sikap saling pengertian tenggang rasa, toleransi dan cinta kasih terhadap sesama karena siswa berperan seprti orang lain, maka siswa dapat menempatkan diri seperti watak orang lain, dapat merasakan perasaan orang lain dan dapat mengakui pendapat orang lain

4. Menimbulkan diskusi yang hidup, karena merasa menghayati sediri permasalahannya

5. Siswa yang tidak bermain peran atau penonton tidak pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik

b) Kekurangan metode role play

1. Jika guru tidak menguasai tujuan intruksional penggunaan teknik ini untuk sesuatu unit pelajaran, maka role play tidak akan berhasil

2. Dengan role play jangan menjadi kesempatan untuk menumbuhkan sifat perasangka yang buruk, ras diskriminasi,balas dendam dan sebagainya sehingga menyimpang dari tujuan semula


(11)

17 3. Dalam hubungan antar manusia selalu memperhatikan

norma-norma kaidah sosial, adat istiadat, kebiasaan dan keyakinan seseorang jangan sampai ditinggalkan, sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain

4. Jika guru tidak memahami langkah-langkah pelaksanaan metode ini,sehingga akan mengacaukan berlangsungnya role play, karena yang memegang peran atau penonton tidak tau bersama-sama

2.3 Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Galih Wicaksono (2013) dengan

judul “Penerapan Teknik Bermain Peran Dalam Bimbingan Kelompok

Untuk Meningkatkan Kemampuan komunikasi Antar pribadi Siswa kelas XI Multimedia SMK UNESA” menunjukkan bahwa tehnik bermain peran dalam bimbingan kelompok dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa kelas XI Multimedia SMK UNESA dengan N=7 dan XI=0 diperoleh

ρ=0,008. dalam ketetapan α sebesar 5% adalah 0,05 maka harga 0,008 < 0,05. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Huda (2013) mengenai

“Metode Pembelajaran Role Playing Dan Minat Belajar Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”. Penelitian ini untuk menguji metode pembelajaran role play dan minat belajar baik secara bersama-sama maupun per variabel terhadapprestasi belajar siswa. Metode statistik yang digunakan untuk menguji masing-masing hipotesis adalah metode analisis jalur. Hasil akhir membuktikan bahwa ada pengaruh yang


(12)

18 signifikan metode pembelajaran role play terhadap minat belajar, ada pengaruh yang signifikan metode pembelajaran role play terhadap prestasi belajar, ada pengaruh yang signifikan minat belajar terhadap prestasi belajar, dan tidak ada pengaruh metode pembelajaran role play terhadap prestasi belajar melalui minat belajar siswa kelas VIII SMPN 12 Palembang.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

H0= Tidak terdapat peningkatan yang signifikan komunikasi antar pribadi siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga yang menggunakan metode Role play.

Ha= Terdapat peningkatan yang signifikan komunikasi antar pribadi siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga yang menggunakan metode Role play.

Dengan kriteria p<0,05 maka Ha diterima atau terdapat peningkatan komunikasi antar pribadi dengan menggunakan metode role play, sebaliknya apabila p> 0,05 maka H0 ditolak atau tidak terdapat peningkatan komunikasi antar pribadi dengan menggunakan metode role play.


(1)

13 2.2.2 Tahap-tahap Role Play

Menurut Wahab (2007) bermain peran ada 3 tahap : a) Tahap persiapan

1. Memilih pemain

a) Pilih secara suka rela tidak ada unsur paksaan

b) Sebisa mungkin pilih pemain yang dapat mengenali peran yang akan dibawakannya. Hindari pemain yang ditunjuk sendiri oleh siswa

c) Pilih beberapa pemain agar seorang tidak memainkan dua peran sekaligus

d) Setiap kelompok paling banyak 5 orang

e) Hindari siswa membawakan peran dengan kehidupan sebenarnya

2. Mempersiapkan penonton

a) Harus yakin bahwa pemirsa mengetahui keadaan dari tujuan bermain peran

b) Arahkan mereka bagaimana seharusnya berprilaku 3. Persiapan para pemain

a) Biarkan siswa agar mempersiapkannya dengan sedikit mungkin campur tangan guru

b) Permainan harus lancar, dan sebaiknya ada kata pembuka tetapi hindari melatih kembali saat sudah siap bermain


(2)

14 b) Tahap pelaksanaan

1. Upayakan agar singkat, bagi pemula 5 menit sudah cukup dan bermain sampai habis, jangan di interuksi

2. Biarkan agar spontanitas menjadi kunci utamanya 3. Jangan menilai aktingnya, bahasanya dan lain-lain 4. Biarkan siswa bermain bebas dan tingkatan

5. Jika terjadi kemacetan hal yang dapat dilakukan misalnya: a) Dibimbing dengan pertanyaan

b) Mencari orang lain untuk peran tersebut c) Menghentikan dan melangkah ke tindak lanjut 6. Jika pemain tersesat lakukan :

a) Rumuskan kembali keadaan dan masalah b) Simpulkan apa apa yang sudah dilakukan c) Hentikan dan arahkan kembali

d) Mulai kembali dengan penjelasan singkat c) Tahap tindak lanjut

1. Diskusi

a) Diskusi tindak lanjut dapat memberi pengaruh yang besar terhadap sikap dan pengetahuan siswa

b) Diskusi juga dapat menganalisis, menafsirkan, menberi jalan keluar atau merekreasi

c) Didalam diskusi sebaiknya dinilai apa yang telah dilaksanakan


(3)

15 d) Melakukan bermain peran kembali

e) Kadang-kadang memainkan kembalidapat memberi pemahaman yang lebih baik

2.2.3 Tujuan dan manfaat Role play

Menurut Mukminan (dalam Hidayat, 2004) tujuan dan manfaat metode role play adalah sebagai berikut :

a) Agar siswa menghayati suatu kejadian atau hal yang sebenarnya, dalam realita hidup

b) Agar siswa memahami apa yang menjadi sebab dari suatu serta bagaimana sebabnya

c) Mempertajam indera dan rasa siswa terhadap sesuatu

d) Sebagai penyalur atau pelepasan ketegangan dan perasaan-perasaan e) sebagai alat pendiaknosa keadaan kemampuan siswa

f) Pembentukan konsep diri suatu peran tertentu secara mandiri g) Menggali peranan peranan dan fitur seseorang dalam suatu

kehidupan kejadian atau kegiatan

h) Membina kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, berfikir krisis analisis, berkomunikasi dan hidup dalam kelompok

i) Melatih kemampuan siswa dalam mengendalikan dan meperbaharui perasaan, cara berfikir, dan perbuatannya

2.2.4 Kekurangan dan kelebihan metode Role play

Menurut Roestiyah (2001) metode Role play memiliki kekurangan dan kelebihan sebagai berikut:


(4)

16 a) Kelebihan metode role play

1. Siswa akan lebih tertarik perhatiaanya pada pelajaran, karena masalah-masalah sosial sangat berarti untuk siswa

2. Siswa lebih mudah memahami materi ataupun masalah-masalah sosial itu karena siswa bermai peran sendiri

3. Menumbuhkan sikap saling pengertian tenggang rasa, toleransi dan cinta kasih terhadap sesama karena siswa berperan seprti orang lain, maka siswa dapat menempatkan diri seperti watak orang lain, dapat merasakan perasaan orang lain dan dapat mengakui pendapat orang lain

4. Menimbulkan diskusi yang hidup, karena merasa menghayati sediri permasalahannya

5. Siswa yang tidak bermain peran atau penonton tidak pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik

b) Kekurangan metode role play

1. Jika guru tidak menguasai tujuan intruksional penggunaan teknik ini untuk sesuatu unit pelajaran, maka role play tidak akan berhasil

2. Dengan role play jangan menjadi kesempatan untuk menumbuhkan sifat perasangka yang buruk, ras diskriminasi,balas dendam dan sebagainya sehingga menyimpang dari tujuan semula


(5)

17 3. Dalam hubungan antar manusia selalu memperhatikan

norma-norma kaidah sosial, adat istiadat, kebiasaan dan keyakinan seseorang jangan sampai ditinggalkan, sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain

4. Jika guru tidak memahami langkah-langkah pelaksanaan metode ini,sehingga akan mengacaukan berlangsungnya role play, karena yang memegang peran atau penonton tidak tau bersama-sama

2.3 Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Galih Wicaksono (2013) dengan judul “Penerapan Teknik Bermain Peran Dalam Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan komunikasi Antar pribadi Siswa kelas XI Multimedia SMK UNESA” menunjukkan bahwa tehnik bermain peran dalam bimbingan kelompok dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa kelas XI Multimedia SMK UNESA dengan N=7 dan XI=0 diperoleh ρ=0,008. dalam ketetapan α sebesar 5% adalah 0,05 maka harga 0,008 < 0,05. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Huda (2013) mengenai “Metode Pembelajaran Role Playing Dan Minat Belajar Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”. Penelitian ini untuk menguji metode pembelajaran role play dan minat belajar baik secara bersama-sama maupun per variabel terhadapprestasi belajar siswa. Metode statistik yang digunakan untuk menguji masing-masing hipotesis adalah metode analisis jalur. Hasil akhir membuktikan bahwa ada pengaruh yang


(6)

18 signifikan metode pembelajaran role play terhadap minat belajar, ada pengaruh yang signifikan metode pembelajaran role play terhadap prestasi belajar, ada pengaruh yang signifikan minat belajar terhadap prestasi belajar, dan tidak ada pengaruh metode pembelajaran role play terhadap prestasi belajar melalui minat belajar siswa kelas VIII SMPN 12 Palembang.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

H0= Tidak terdapat peningkatan yang signifikan komunikasi antar pribadi

siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga yang menggunakan metode Role play.

Ha= Terdapat peningkatan yang signifikan komunikasi antar pribadi

siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga yang menggunakan metode Role play.

Dengan kriteria p<0,05 maka Ha diterima atau terdapat peningkatan

komunikasi antar pribadi dengan menggunakan metode role play, sebaliknya apabila p> 0,05 maka H0 ditolak atau tidak terdapat

peningkatan komunikasi antar pribadi dengan menggunakan metode role play.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Konformitas Teman Sebaya dengan Perilaku Agresif pada Siswa Kelas XI SMK Saraswati Salatiga T1 132009093 BAB II

1 7 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Eksposur Kekerasan di Televisi dengan Jenis Perilaku Agresif Siswa Kelas XI SMK SARASWATI Salatiga T1 132009100 BAB II

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Metoderole Playuntuk Meningkatkan Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Tp A SMK Saraswati Salatiga

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Metoderole Playuntuk Meningkatkan Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Tp A SMK Saraswati Salatiga T1 132010061 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Metoderole Playuntuk Meningkatkan Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Tp A SMK Saraswati Salatiga T1 132010061 BAB IV

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Metoderole Playuntuk Meningkatkan Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Tp A SMK Saraswati Salatiga T1 132010061 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Metoderole Playuntuk Meningkatkan Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Tp A SMK Saraswati Salatiga

0 0 42

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Self Efficacy dengan Perilaku Merokok pada Siswa Kelas X SMK Saraswati Salatiga T1 BAB II

0 0 10

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Perilaku Komunikasi antar Pribadi Siswa Kelas XI TMO A SMK Negeri 2 Salatiga Melalui Bimbingan Kelompok dengan Teknik Sosiodrama T1 Full text

0 0 15

T1 Abstract Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Perilaku Komunikasi antar Pribadi Siswa Kelas XI TMO A SMK Negeri 2 Salatiga Melalui Bimbingan Kelompok dengan Teknik Sosiodrama

0 0 1