Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Metoderole Playuntuk Meningkatkan Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Tp A SMK Saraswati Salatiga T1 132010061 BAB IV

(1)

29 BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Subjek Penelitian

SMK Saraswati Salatiga adalah sekolah menengah kejuruan yang terletak di Jalan Hasanuddin No 738 Salatiga, dengan jumlah 6 konsentrasi penjurusan yaitu Listrik Instalasi (LI) yang bejumlah 1 kelas, Otomasi Industri (OI) berjumlah 1 kelas, Teknik Permesinan (TP) berjumlah 2 kelas, Mesin Industri (MI) berjumlah 2 kelas, Multi Media (MM) berjumlah 2 kelas, dan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) yang berjumlah 4 kelas. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI Teknik Permesinan A yang berjumlah 21 siswa laki-laki.

Dari data awal yang diperoleh penulis tentang komunikasi antar pribadi sebelum diberikan tindakan atau hasil Pretest menunjukkan 4 siswa dalam kategori tinggi, 7 siswa dalam kategori sedang, dan 10 siswa dalam kategori rendah. Jadi ada 11 siswa yang sudah mempunyai kemampuan komunikasi antar pribadi dengan baik dan 10 siswa yang masih membutuhkam bantuan untuk peningkatan komunikasi antar pribadi.


(2)

30 4.2 Pelaksanaan Penelitian

4.2.1 Perijinan

Pada tanggal 12 Agustus 2014 penulis bertemu dengan guru BK SMK Saraswati Salatiga untuk membicarakan tentang penelitian di SMK Saraswati Salatiga. Penulis meminta ijin kepada guru BK untuk melakukan penelitian pada tanggal 13 Agustus 2014, akan tetapi surat ijin penelitian dari Wakil Dekan FKIP UKSW dikeluarkan pada tanggal 14 Agustus 2014. Guru BK SMK Saraswati Salatiga mengijinkan penulis untuk melakukan pengumpulan data awal terlebih dahulu pada tanggal 13 Agustus 2014 dan dilanjutkan penulis melakukan treatmen pada tanggal 14 Agustus 2014 disertakan dengan surat ijin dari Wakil Dekan FKIP UKSW.

4.2.2 Pengumpulan Data Awal (Pre-Test)

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 13 Agustus 2014 dengan populasi 21 siswa. Pada mulanya penulis melakukan observasi dan wawancara kepada Guru BK di SMK Saraswati Salatiga guna mencari sample penelitian yang masih memiliki komunikasi antar pribadi yang rendah. Dari hasil observasi dan wawancara oleh guru BK, Guru BK merekomendasikan kelas XI Teknik Permesinan A sebagai subjek penelitian.


(3)

31 Prosedur pengumpulan data dilakukan sesuai dengan tanggal dan jam yang telah diberikan oleh pihak sekolah kepada penulis. Adapun prosedur-prosedur pengumpulan data yaitu:

Langkah pertama, penulis memasuki ruang kelas, penulis memperkenalkan diri kepada siswa dan identitas diri antara lain, nama, usia, alamat, dan menjelaskan bahwa saat ini penulis adalah mahasiswa progdi Bimbingan dan Konseling FKIP UKSW Salatiga. Kemudian penulis menjelaskan maksud kedatangan penulis di SMK Saraswati Salatiga serta meminta bantuan dan kerjasama dalam penyelesaina tugas akhir dengan meminta data komunikasi antar pribadi melalui instrumen komunikasi antar pribadi. Selain itu penulis menjelaskan maksud dan tujuan pemberian instrumen komunikasi antar pribadi tersebut termasuk akan diambil sample untuk penelitian melalui metode role play. Langkah selanjutnya penulis meminta data mengenai komunikasi antar pribadi dengan memberikan cara - cara pengisian instrumen dan jawaban terhadap pernyataan - pernyataan pada instrumen komunikasi antar pribadi yaitu selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. Setelah itu penulis membagikan instrumen komunikasi antar pribadi kepada siswa.

Sebelum siswa mengerjakan, penulis memandu siswa untuk mengisi data diri siswa seperti nama dan usia dan tak lupa penulis meningatkan siswa untuk membaca kembali petunjuk pengisian instrument komunikasi antar pribadi tersebut. Setelah itu penulis


(4)

32 memberikan waktu 1 jam pelajaran (45 menit) dan penulis siaga apabila ada siswa yang belum jelas mengenai maksud dari setiap item instrument guna mengantisipasi jika terjadi kesalahan ketik dan bahasa. Setelah selesai pengisian, penulis meningatkan kembali untuk memeriksa apabila lupa menuliskan identitas diri dan jika ada item yang belum terjawab atau terlewati. Setelah semua siswa selesai mengisi instrumen, penulis meminta instrumen tersebut untuk dikumpulkan dan penulis kembali memeriksa jumlah instrument, dan setelah itu penulis mengucapkan terimakasih atas kerjasama dalam pengisian instrument dan penulis akan meminta bantuannya kembali untuk melakukan treatmen tentang peningkatan komunikasi antar pribadi.

Tabel 4.1

Distribusi Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Teknik Permesinan A

SMK Saraswati Salatiga

Interval Komunikasi Antar pribadi

Kelas

Frekuensi Persentase

132-145 Sangat Tinggi 2 9,52%

119-131 Tinggi 7 33,33%

106-118 Sedang 1 4,76%

93-105 Rendah 8 38,10%


(5)

33 Dari tabel 4.1 tersebut diperoleh siswa dengan kategori sangat tinggi 2 siswa (9,52%), tinggi 7 siswa (33,33%), sedang 1 siswa (4,76%), rendah 8 siswa (38,10%), dan sangat rendah 2 siswa (9,52%). Maka dari itu siswa dengan kategori rendah dan sangat rendah akan menjadi subjek penelitian ini. Berikut daftar subjek siswa dengan kategori rendah dan sangat rendah :

Tabel 4.2

Distribusi Subjek Dengan Kategori Rendah

Dari tabel 4.2 tersebut, dapat dikelompokkan secara random antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, yaitu 5 siswa untuk kelompok kontrol dan 5 siswa untuk kelompok eksperimen. Kelompok kontrol berfungsi sebagai pembanding dari kelompok eksperimen, sedangkan kelompok eksperimen adalah kelompok yang akan diberikan layanan dengan metode role play

Nama Skor

A R 99

R K 94

M K 96

M S 96

N A 80

F R 96

T H 87

M R 95

E A 101


(6)

34 4.3 Pengambilan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Pengambilan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen didasarkan dari 10 siswa yang mnemiliki tingkat komunikasi antar pribadi yang rendah. Kemudian dibagi lagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol yang terdiri dari 5 orang dan kelompok eksperimen yang terdiri dari 5 orang. Pengambilan kelompok diampil dengan cara random.

Tabel 4.3

Pengambilan Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

No Absen Nilai Kelompok

1 99 1

7 94 1

8 96 1

3 96 1

5 80 1

9 96 2

10 87 2

6 95 2

4 101 2

2 93 2

Sebelum melakukan treatmen peneliti melakukan U-Test untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen, dan hasilnya sebagai berikut:


(7)

35 Tabel 4.4

Data Hasil Uji Mann-Whitney Test

Kelompok Kontrol dengan Kelompok Eksperimen Sebelum Diberikan Treatmen

Keterangan :

1 (kelompok eksperimen) 2 (kelompok kontrol)

Dari uji beda yang dilakukan, Mean Rank kelompok eksperimen sebesar 5.60 sedangkan Mean Rank kelompok kontrol sebesar 5.40 jadi terdapat selisih sebesar 0.20 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen, sehingga peneliti diberikan ijin untuk melakukan treatmen dengan metode

role play.

Ranks Kelomp

ok N Mean Rank Sum of Ranks

Nilai 1 5 5.60 28.00

2 5 5.40 27.00

Total 10

Test Statisticsb

Nilai Mann-Whitney U 12.000 Wilcoxon W 27.000

Z -.106

Asymp. Sig. (2-tailed) .916 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a a. Not corrected for ties.


(8)

36 4.4 Pelaksanaan Lanyanan Bimbingan Kelompok Dengan Metode Role Play Guna Meningkatkan Komunikas Antar Pribadi

Role play adalah suatu teknik dalam bimbingan kelompok, maka penulis menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan metode role play dalam penelitian ini. Kegiatan ini terdiri dari 7 pertemuan diantaranya, 1x pertemuan untuk menjelaskan materi komunikasi antar pribadi dan role play, 5x pertemuan adalah pelaksanaan role play, dan 1x untuk pemantapan. Mula-mula penulis dan didampingi guru BK di sekolah tersebut memanggil ke 5 subjek eksperimen ini, serta diberikan pengarahan dan penjelasan aturan main dalam penelitian ini. Subjek penelitian menyambut baik dan mereka bersedia diajak kerjasama untuk menjadi subjek penelitian ini. Peningkatan komunikasi antar pribadi siswa yang diselenggarakan di sekolah yaitu dengan menggunakan salah satu strategi layanan BK yaitu dengan metode role play yang diselenggarakan di sekolah sebanyak tujuh kali pertemuan.

Berikut proses yang akan dilakukan guna peningkatan komunikasi antrpribadi siswa melalui metode role play :

1. Pertemuan Pertama 14 Agustus 2014 ( 09.30-10.15 )

Kegiatan dari pertemuan pertama ini adalah menjelaskan materi komunikasi antar pribadi dan role play. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada saat jam sekolah berlangsung dengan memanfaatkan jam pelajaran BK dan jam pelajaran kosong dan diluar sekolah pada waktu


(9)

37 setelah berakhirnya proses belajar mengajar di sekolah. Pertama-tama penulis meminta ijin kepada pihak sekolah dan siswa untuk menjadi subjek penelitian dan memohon keseriusan untuk bekerja sama dalam penelitian ini. Pertemuan pertama ini dilakukan di ruang kelas. Setelah mendapatkan ijin dari guru BK dan siswa itu sendiri, mula-mula penulis memberikan foto copy yang berisikan materi-materi tentang komunikasi antar pribadi dan role play yang sudah disiapkan untuk dijelaskan dan dibahas bersama-sama. Materi pertama yang dijelaskan adalah komunikasi antar pribadi, setelah itu berlanjut dengan materi role play. Saat penulis menjelaskan dan membahas bersama-sama, siswa tampak memperhatikan dan mendengarkan dengan baik apalagi materi role play termasuk baru pertama kali mereka akan lakukan selama sekolah. Pada pertemuan ini siswa memberikan respon yang positif. Siswa menyambut baik dalam pertemuan pertama ini, dan ketika penulis menjelaskan materi seputar komunikasi dan role play, siswa sering bertanya pada bagian yang mereka belum pahami.

Pada pertemuan yang telah ditentukan akan dilaksanakan praktek

role play guna meningkatkan komunikasi antar pribadi. Pada pertemuan selanjutnya siswa sudah melakukan praktek role play. Kegiatan role play

merupakan suatu dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial. Untuk itu digunakan role play, yaitu beberapa orang mengisi peranan tertentu dan memainkan suatu adegan tentang


(10)

38 pergaulan sosial yang mengandung persoalan yang harus diselesaikan. Para pembawa peran membawakan adegan ini sesuai dengan peranan (role) yang ditentukan bagi masing-masing pemeran, adegan itu diperankan dan dimainkan dihadapan sejumlah penonton yang menyaksikan adegan itu dan meliatkan diri serta mendiskusikan jalan cerita setelah sandiwara selesai dimainkan.

2. Pertemuan Kedua 15 Agustus 2014 (10.15-11.00)

Pada pertemuan ini mula-mula penulis menyiapkan suatu skenario dari beberapa skenario yang telah dipersiapkan dengan tema membayangkan perasaan orang lain, yang sesuai dengan indikator empati pada komunikasi antar pribadi. Pada pertemuan ini pemeran siswa diminta untuk membayangkan suatu kejadian yang terjadi di sekitarnya, sehingga siswa dapat menyimpulkan perasaan-perasaan apa saja yang mungkin dapat dialami orang-orang disekitarnya. Indikator ini ditekankan pada imajinasi, penalaran, dan mengambil perspektif lingkungan sekitar.

Skenario dalam pertemuan ini menceritakan tentang seorang guru baru yang baru pertama kali mengajar dikelas, tetapi si guru baru tersebut tidak mendapatkan respon yang baik dari para siswa dan ada sekelompok siswa yang selalu membuat onar saat guru tersebut menerangkan, dan hasilnya si guru tersebut geram, tetapi guru itu tidak berani marah-marah terhadap siswa dikarenakan si guru itu adalah guru baru. Pada skenario ini siswa diminta untuk masuk kedalam situasi tersebut dam membayangkan apa saja yang dirasakan pada tokoh-tokoh tersebut, disamping


(11)

39 mempraktekkan skenario tersebut. Dalam pembagian peran tokoh, siswa diberi waktu sekitar 5 menit untuk memahami dan mengamati apa yang akan diperankan. Pemeranan dilakukan secara rotasi atau bergantian dengan maksud semua subjek penelitian bisa merasakkan hal yang sama. a. Pemeranan :

Pada pertemuan kedua ini siswa belum dapat memerankan perannya dengan baik, pemeranan cenderung kaku, masih malu-malu, dan cenderung pasif dalam pemeranan. Siswa belum sepenuhnya mampu malakukan drama dengan baik dengan apa yang diperintahkan. Kebanyakan siswa hanya memerankan perannya secara singkat dan sederhana, siswa belum bisa membuka kerangka-kerangka dalam skenario untuk diperankan.

b. Evaluasi :

Garis besar evaluasi keseluruhan siswa pada pertemuan kedua ini, siswa kurang menghayati perannya, siswa masih bingung dalam berperan, belum sepenuhnya serius, belum menerapkan komunikasi antar pribadi dengan baik, siswa masih malu-malu dan masih suka bercanda dengan teman yang lain. Tetapi disisi lain banyak siswa yang aktif dalam bermain peran ini.

3. Pertemuan Ketiga 16 Agustus 2014 (07.45-08.30)

Pertemuan ketiga ini langkah-langkah dan indikator masih tetap sama dengan pertemuan kedua. Penulis menyiapkan satu skenario yang dipersiapkan dengan tema membayangkan perasaan orang lain. Pada


(12)

40 pertemuan ini peranan siswa diminta untuk membayangkan suatu kejadian yang terjadi disekitarnya, atau yang dialami oleh orang-orang disekitarnya. Indikator ini ditekankan pada imajinasi, penalaran, dan mengambil prespektif lingkungan sekitarnya.

Skenario pada pertemuan ini menceritakan tentang sekelompok sahabat yang melihat teman satu kelasnya mengalami kesusahan dalam menjalani hidup. Sekelompok sahabat itupun merasakasihab melihat temannya itu. Pada skenario ini siswa diminta untuk masuk dalam situasi tersebut dan membayangkan perasaan apa saja yang dirasakan para tokoh-tokoh skenario, disamping mempraktekan skenario tersebut. Dalam pembagian peran tokoh, siswa diberi waktu sektiar 5 menit untuk memahami dan mengerti apa yang akan diperankan. Pemeranan dilakukan secara bergantian.

a. Pemeranan :

Pada pertemuan ini antara pemeran pertama dan pemeran kedua sudah cukup baik. Siswa lebih bisa diatur dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya, akan tetapi para siswa masih belum benar-benar menghayati skenario dengan baik.

b. Evaluasi

Garis besar evaluasi keseluruhan siswa pada pertemuan ketiga ini, siswa sudah mulai bisa berfikir sendiri tentang watak-watak apa saja yang akan diperankan, tetapi siswa belum cakap dalam memerankan watak-watak yang siswa kemukakan sendiri. Siswa masih cenderung


(13)

41 malu-malu, sebagian siswa hanya mengikuti alur saja, pemeranan tahap yang ketiga ini sudah lebih baik dari tahap yang ketiga.

4. Pertemuan Keempat 16 Agustus 2014 (11.00-11.45)

Tahap-tahap yang digunakan pada pertemuan ini tetaplah sama dengan urutan yang dalam indikator tetapi hanya skenarionya saja yang berbeda. Adapun indikator dalam mertemuan keempat ini adalah berkata sesuai dengan kenyataan. Skenario dalam pertemuan ini menceritakan tentang siswa yang kehilangan dompetnya saat dikelas.

a. Pemeranan :

Pemeranan pada skenario ini cukup lumayan baik. Hal ini dikarenakan siswa sendiri banyak yang mengikuti pelaksanaan role play pada pertemuan ini siswa sudah cukup memahami urutan-urutan dalam pemeranan, sehinngga tidak saling bingung ketika mulai role play ini. Tetapi sulit bagi siswa untuk benar masuk atau benar-benar menghayati dalam setiap pemeranan.

b. Evaluasi :

Garis besar evaluasi keseluruhan siswa pada pertemuan keempat ini, siswa mulai memahami alur rangkaian role play dan siswa sudah saling menunjukkan kerjasama yang baik. Siswa tampak senang dalam layanan BK dengan metode role play ini. Sebagian besar siswanya sudah menunjukkan penghayatan yang baik, dapat memunculkan poin-poin komunikasi antar pribadi yang terkandung dalam skenario yang


(14)

42 diperankan, akan tetapi dalam pemeranan siswa belum sepenuhnya lancar dalam melaksanakan role play.

5. Pertemuan Kelima 18 Agustus 2014 (12.00-12.45)

Pada pertemuan kelima ini memakai indikator mendorong teman menunjukkan ekspresi yang positif. Skenario dalam pertemuan kelima ini menceritakan tentang seorang murid baru yang baru saja masuk di kelas XI Teknik Permesinan A. Siswa tersebut dikucilkan oleh teman-teman sekelasnya, dikarenakan menurut teman-temannya yang lain dia adalah anak yang sombong, angkuh dan pendiam. Padahal anak tersebut adalah anak yang baik, akan tetapi dia seorang yang pemalu, dia tidak mudah bergaul, dan kurang cepat beradaptasi dengan lingkungannya yang baru. a. Pemeranan :

Pemeranan skenario pada pertemuan kelima ini menunjukkan kemajuan yang baik. Siswa mampu memerankan role play dengan imajinasi dan alur yang baik. Dalam pemeranan dalam skenario ini cukup menarik dan cukup lancar. Poin-poin komunikasi antar pribadi dalam pertemuan ini sudah nampak oleh sebagian besar siswa. Siswa sudah mulai terbiasa dengan layanan role play, sehingga memudahkan untuk mengarahkan siswa pada pemeranan yang lebih baik lagi.

b. Evaluasi :

Siswa mulai lancar dalam memerankan role play ini, siswa sudah menunjukkan kerjasama yang baik, dan siswa dapat membentuk alur cerita dengan imajinasinya sendiri. Kelemahan dalam pertemuan ini


(15)

43 adalah siswa masih sering salah didalam pengucapan bahasa dan ekspresi sehingga sedikit banyak menjadi bahan tertawaan siswa lainnya.

6. Pertemuan Keenam 18 Agustus 2014 (14.00-15.00)

Pertemuan ini memakai indikator mendorong teman untuk menyatakan ide atau gagasan. Pada pertemuan ini treatmen dilakukan pada jam pulang sekolah, dikarenakan jadwal pelajaran siswa kelas XI Teknik Permesinan A pada hari Senin sangat padat. Poin keenam yang ingin dicapai yaitu siswa sedikit banyak dapat memberikan dorongan kepada teman yang lain untuk menyatakan ide atau gagasan. Skenario dalam pertemuan ini menceritakan tentang siswa yang berbakat, akan tetapi dia kurang percaya diri apabila diberi pertanyaan oleh guru. Dia selalu gugup san salah-salah saat menjawab. Selain siswa itu, juga terdapat siswa lain di kelas XI Teknik Permesinan A yang selalu mendapatkan prestasi. Setelah berjalannya waktu siswa yang pandai itupun mengetahui apabila temannya tersebut adalah anak yang cerdas, hanya saja dia kurang percaya diri, lalu diapun memberikan dorongan dan masukan agar temannya tersebut berani dan percaya diri dengan kemampuannya.

a. Pemeranan :

Pemeranan role play pada pertemuan ini cukup baik, siswa sudah bisa larut dalam pemeranan dan dapat ikut menunjukkan perasaan apa yang dialami teman yang lainnya, akan tetapi pada pertemuan ini, ada siswa yang kurang serius dalam menjalani role play.


(16)

44 b. Evaluasi :

Dalam pertemuan ini mendapatkan pelajaran yaitu role paly akan lebih mudah dilakukan jika pemerannya sedikit banyak pernah mengalami kejadian yang hampir mirip dengan skenario yang akan mereka perankan.

7. Pertemuan Ketujuh 19 Agustus 2014 (09.30-10.15)

Pada akhir pertemuan ketujuh adalah pertemuan terakhir, dilakukan evaluasi dan pemantapan dari awal pertemuan hingga akhir pertemuan. Pertemuan ini mengulas baik permainan role play dari pertemuan-pertemuan yang lalu untuk dibahas untuk poin-poin komunikasi antar pribadi yang terkandung dalam setiap pertemuan. Siswa diminta untun memberikan komentar atau tanggapan tentang sikap para pelaku siswa lain dalam beradegan role play. Siswa mengaku senang dengan permainan ini karena dapat mengasah perasaan dan pikiran dari sudut pandang berbeda. Pertemuan ini sekaligus mengakhiri layanan BK dengan menggunakan metode role play, yang kemudian siswa diminta untuk melakukan post-test, dan akan dibandingkan peningkatannya dengan pre-test. Sehingga dapat diketahui apakah ada peningkatan yang signifikan atau tidak.


(17)

45 4.5 Pengumpulan Data Akhir (Post-Test )

4.5.1 Data Kelompok Eksperimen

Pemberian treatmen kepada kelompok eksperimen berlangsung selama 5 hari dari tanggal 14 Agustus 2014 sampai tanggal 19 Agustus 2014. Treatmen yang diberikan kepada kelompok eksperimen berupa 7 SATLAN, 5 kali bermain peran dengan materi yang berbeda-beda selama 3 hari. Didalam role play terdapat aspek-aspek komunikasi antar pribadi, dan di dalam skenario juga terdapat contoh- contoh permasalahan beserta pemecahan masalah siswa. Setelah semua treatmen selesai dilaksanakan, peneliti memberikan skala komunikasi antar pribadi untuk diisi oleh setiap anggota kelompok eksperimen dan hasilnya digunakan untuk data akhir (post-test) dan untuk mengetahui keefektifan metode role play dalam upaya meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa. Hasil yang didapatkan oleh peneliti sebagai berikut :


(18)

46 Tabel 4.5

Perbandingan Pre-Test dengan Post-Test Kelompok Eksperimen Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Teknik Permesinan A

SMK Saraswati Salatiga

Interval Kriteria

Pretest Postest

Frekuens

i Persentase Frekuensi

Persentas e

132-145 Sangat Tinggi 0 0 3 60%

119-131 Tinggi 0 0 2 40%

106-118 Sedang 0 0 0 0

93-105 Rendah 4 80% 0 0

80-92 Sangat Rendah 1 20% 0 0

Tabel 4.6

Uji Mann-Whitney Pre-Test dengan Post-Test Kelompok Eksperimen Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Teknik Permesinan A

SMK Saraswati Salatiga Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Data Pre Test 5 3.00 15.00

Post Test 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

Data

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.627

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a a. Not corrected for ties.


(19)

47 Test Statisticsb

Data

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.627

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok

Pada pengolahan hasil uji statistic terhadap hasil pre-test dan post-test kelompok eksperimen dengan teknik Mann-Whitney dengan hasil

mean rank pre-test sebesar 3.00 dan mean rank post-test sebesar 8.00 Selisih mean rank antara pre-test dengan post-test kelompok eksperimen sebesar 5.00 yang artinya ada peningkatan yang signifikan komunikasi antar pribadi siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga setelah diberikan layanan dengan menggunakan metode role play.

Gambar 4.1

Diagram Post-Test Treatmen Kelompok Eksperimen Komunikasi Antar Pribadi

0% 20% 40% 60% 80% 100%

sangat tinggi

tinggi sedang rendah sangat

rendah pretest postest


(20)

48 Dari data diatas dapat diketahui sebelum peneliti melakukan treatmen, 4 siswa memiliki komunikasi antar pribadi rendah dan 1 siswa memiliki komunikasi antar pribadi sangat rendah. Setelah peneliti melakukan treatmen dengan menggunakan metode role play diketahui bahwa 3 siswa memiliki komunikasi antar pribadi yang sangat tinggi dan 2 siswa memiliki komunikasi antar pribadi yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa pemberian treatmen pembelajaran menggunakan metode role play

efektif dalam mengingkatkan komunikasi antar pribadi.

4.5.2 Data Kelompok Kontrol

Peneliti tidak memberikan treatmen apapun kepada kelompok kontrol siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan mengetahui keefektifan metode role play

dalam meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa kelas XI Teknik Permesinan A dengan membandingkan data kelompok eksperimen yang diberikan treatmen role play dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan treatmen apapun. Adapun hasil yang yang diperoleh dari penelitian terhadap kelompok kontrol sebagai berikut :


(21)

49 Tabel 4.7

Perbandingan Pre-Test dengan Post-Test Kelompok Kontrol Komunikasi Antar Pribadi

Interval Kriteria Pretest Postest

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

132-145 Sangat Tinggi 0 0 0 0

119-131 Tinggi 0 0 0 0

106-118 Sedang 0 0 0 0

93-105 Rendah 5 100% 5 100%

80-92 Sangat Rendah 0 0 0 0

Gambar 4.2

Diagram Post-Test Treatmen Kelompok Kontrol Komunikasi Antar Pribadi

Dari data awal yang didapat, 5 siswa memiliki komunikasi antar pribadi rendah. Setelah peneliti melakukan post-test diketahut tidak ada peningkatan terhadap komunikasi antar pribadi kelompok kontrol yaitu 5 siswa masih masuk dalam kategori rendah

.

0% 20% 40% 60% 80% 100%

sangat tinggi

tinggi sedang rendah sangat

rendah pretest postest


(22)

50 4.6 Pengolahan Data Penelitian

Setelah peneliti memperoleh data akhir (Post-Test) dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol selanjutnya peneliti mengolah data tersebut menggunakan teknik analisis Mann Whitney dengan bantuan program SPSS 16 for Windows. Dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.8

Hasil Post-Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Siswa Kelas XI Teknik Permesinan A

Nilai Kelompok No Absen

136

1 (eksperimen) 1

135

1 (eksperimen) 7

122 1 (eksperimen) 8

121

1 (eksperimen) 3

136

1 (eksperimen) 5

101

2 (kontrol) 9

105 2 (kontrol) 10

102

2 (kontrol) 6

98

2 (kontrol) 4

103

2 (kontrol) 2


(23)

51 Tabel 4.9

Perbandingan Hasil Post-Test

Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Siswa Kelas XI Teknik Permesinan A

Interval Kriteria

K. Eksperimen K. Kontrol

132-145 Sangat Tinggi 3 0

119-131 Tinggi 2 0

106-118 Sedang 0 0

93-105 Rendah 0 5

80-92 Sangat Rendah 0 0

Total 5 5

Setelah dilakukan treatmen pada kelompok eksperimen siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga, kemudian dilakukan post-test yang menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen terdapat 3 siswa yang memiliki komunikasi antar pribadi sangat tinggi dan 2 siswa yang memiliki komunikasi antar pribadi tinggi. Pada kelompok kontrol terdapat 5 siswa yamg memiliki komunikasi antar pribadi rendah.

4.7Uji Hipotesis

Setelah seluruh data terkumpul maka penulis melakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik analisis Mann-Whitney ( U-Test) dengan bantuan program SPSS 16 for Windows. Dari hasil pengolahan data diperoleh hasil sebagai berikut :


(24)

52 Tabel 4.10

Uji Mann-Whitney Post-Test Kelompok Eksperimen Dengan Kelompok Kontrol

Keterangan :

1 (kelompok eksperimen) 2 (kelompok kontrol)

Pada pengolahan hasil uji statistic terhadap hasil post-test antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dengan teknik Mann-Whitney dengan hasil mean rank post-test kelompok eksperimen sebesar 8.00 dan mean rank kelompok kontrol sebesar 3.00. Selisih mean rank

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Nilai 1 5 8.00 40.00

2 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

Nilai Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000

Z -2.619

Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a a. Not corrected for ties.


(25)

53 antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol sebesar 5.00 yang artinya ada peningkatan yang signifikan komunikasi antar pribadi siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga setelah diberikan layanan dengan menggunakan metode role play.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah melalui metode role play dapat meningkatkan komunikasi anterpribadi pada siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa hasil dari uji Mann-Whitney U= 1.500, nilai Z= -2.319, dan koefesien Asymp sig 2-tailed adalah 0.009, jadi melalui metode

role play dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.

4.8Pembahasan Hasil Penelitian

Kegiatan bimbingan kelompok malui metode role play ini dilakukan pada kelas XI TP A yang memiliki komunikasi antar pribadi rendah dengan jumlah siswa 10 siswa yang dikenai layanan BK menggunakan metode role play guna mengingkatkan komunikasi antar pribadi antar siswa. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala komunikasi antarpeibadi dari DeVito (2011). Layanan ini dilakukan selama 7 kali pertemuan atas persetujuan guru kelas, guru pembimbing, dan siswa sendiri. Diperoleh peningkatan komunikasi antar pribadi setelah diberikan layanan menggunakan metode role play.


(26)

54 Dalam permainan role play skenario-skenario diambil dari kejadian-kejadian yang sering dialami oleh kebanyakan siswa dan diarahkan kedalam hubingan yang dekat dahulu, yaitu teman sebaya. Kegiatan role play merupakan suatu dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial. Untuk itu digunakan

role play, yaitu beberapa orang mengisi peranan tertentu dan memainkan suatu adegan tentang pergaulan sosial yang mengandung persoalan sosial, sehingga pemahaman komunikasi antar pribadi para siswa dapat diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat sekitarnya.

Dalam penelitian ini, setiap pertemuan para siswa sudah melaksanakn role play dengan mandiri, tetapi terkadang masih diberi pengarahan-pengarahan dalam setiap peran yang akan dimainkan. Dalam tahap-tahap role play pemeranan ulang selalu lebih baik dari pemeranan pertama pada setiap pertemuan. Hal ini dikarenakan sebelum pemeran ulang, para siswa beserta peneliti menganalisi pemahaman dan sikap-sikap komunikasi antar pribadi dalam skenario tersebut, mengevalusi dan memberikan pengarahan-pengarahan dari hasil evaluasi tersebut. Para siswapun lebih aktif pada saat pemeranan ulang. Pada setiap skenario para siswa dapat memerankan dengan lancar dan baik ketika siswa pernah mengalami peristiwa yang sama dengan cerita di skenario tersebut. Ternyata siswa lebih bisa memahami dan bisa mengaplikasikan


(27)

55 komunikasi antar pribadi dengan tepat dan cepat ketika siswa pernah mengalami kejadian yang sama dengan cerita skenario tersebut.

Dalam memerankan skenario siswa tidak hanya diminta untuk memerankan dan merotasi perannya saja, tetapi siswa diajak untuk menganalisis skenario tersebut dan membahas tentang tindakan-tindakan yang baik dilakukan saat mereka mengaplikasikan role play dalam setiap skenario. Hal ini dilakukan penulis dengan tujuan agar membantu siswa membentuk pemahaman-pemahaman yang mendalam khususnya komunikasi antar pribadi, mampu berfikir dalam setiap kejadian di sekitarnya dan mengembangkan kognitifnya serta merasakan tentang apa yang dialami lingkungannya. Disamping itu siswa diajak untuk aktif bertindak dan merespon gejala-gejala yang dialami disekitarnya.

Dari pertemuan-pertemuan yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan bahwa teknik role play membutuhkan waktu cukup lama untuk memahami dan memerankan secara baik dan lancar, dan dalam pemeranan siswa akan lebih mudah memahami perannya dengan cepat jika kejadian-kejadian tersebut pernah terjadi dalam kehidupan mereka, metode role play adalah pemecahan masalah yang terjadi dalam konteks kehidupan sosial dengan cara mendramakan masalah-masalah tersebut melalui sebuah drama. Melalui metode ini maka para siswa diajak untuk memecahkan dilema pribadi dengan bantuan kelompok sosial yang anggota-anggotanya adalah teman-teman sendiri. Dengan kata lain, dilihat


(28)

56 dari dimensi pribadi model ini berupaya membantu individu dengan proses kelompok sosial.

Dalam penelitian ini, sikap komunikasi antar pribadi siswa tidak langsung tiba-tiba bisa muncul dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi melalui bermain peran dapat membantu siswa mengembangkan pola fikir yang fleksibel, mengasah kemampuan kognitif siswa khususnya pada nilai dan pemahaman komunikasi antar pribadi secara lebih mendalam.

Kesimpulan paling akhir dari penelitian ini, layanan BK dengan metode role play ini hanya sampai pada tahap membantu siswa membentuk pemahaman komunikasi antar pribadi yang lebih mendalam, yang pada nantinya, siswa sendiri yang akan mengeksplorasi dan mengembangkan kehidupan sehari-hari. Dalam membentuk pemahaman komunikasi antar pribadi yang mendalam para siswa dilatih untuk mengaplikasikan serta mencobakan melalui permainan peran (role play). Guna role play dalam penelitian ini yaitu membentuk kebiasaan siswa melakukan sikap-sikap komunikasi antar pribadi yang nantinya dapat berkembang dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan menggunakan metode role play pada kelompok eksperimen siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga, dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi. Hal ini tampak dari hasil perbandinga pre-test dan post-test antara kelompok eksperimen dengan


(29)

57 kelompok kontrol. Pre-test kelompok eksperimen 4 siswa dalam kategori rendah dan 1 siswa dalam kategori sangat rendah, setelah mendapatkan treatmen berupa role play diperoleh hasil post-test diperoleh 3 siswa dalam katergori sangat tinggi dan 2 siswa dalam kategori tinggi. Dan dari hasil

pre-test kelompok kontrol terdapat 4 siswa dalam kategori rendah, 1 siswa dalam kategori sangat rendah, setelah dilakukan post-test diperoleh hasil 1 siswa dalam kategori tinggi dan 4 siswa dalam kategori sedang. Setelah data diperoleh dari uji Mann-Whitney diperoleh hasil mean rank kelompok eksperimen sebesar 8.00 dan mean rank kelompok kontrol sebesar 3.00 dengan selisih 5.00 antara mean rank kelompok eksperimen dengan mean rank kelompok kontrol. Jadi terdapat peningkatan komunikasi antar pribadi siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok dengan metode role play.


(1)

52 Tabel 4.10

Uji Mann-Whitney Post-Test Kelompok Eksperimen Dengan Kelompok Kontrol

Keterangan :

1 (kelompok eksperimen) 2 (kelompok kontrol)

Pada pengolahan hasil uji statistic terhadap hasil post-test antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dengan teknik Mann-Whitney dengan hasil mean rank post-test kelompok eksperimen sebesar 8.00 dan mean rank kelompok kontrol sebesar 3.00. Selisih mean rank

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Nilai 1 5 8.00 40.00

2 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

Nilai

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.619

Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a a. Not corrected for ties.


(2)

53 antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol sebesar 5.00 yang artinya ada peningkatan yang signifikan komunikasi antar pribadi siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga setelah diberikan layanan dengan menggunakan metode role play.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah melalui metode role play dapat meningkatkan komunikasi anterpribadi pada siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa hasil dari uji Mann-Whitney U= 1.500, nilai Z= -2.319, dan koefesien Asymp sig 2-tailed adalah 0.009, jadi melalui metode role play dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.

4.8Pembahasan Hasil Penelitian

Kegiatan bimbingan kelompok malui metode role play ini dilakukan pada kelas XI TP A yang memiliki komunikasi antar pribadi rendah dengan jumlah siswa 10 siswa yang dikenai layanan BK menggunakan metode role play guna mengingkatkan komunikasi antar pribadi antar siswa. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala komunikasi antarpeibadi dari DeVito (2011). Layanan ini dilakukan selama 7 kali pertemuan atas persetujuan guru kelas, guru pembimbing, dan siswa sendiri. Diperoleh peningkatan komunikasi antar pribadi setelah diberikan layanan menggunakan metode role play.


(3)

54 Dalam permainan role play skenario-skenario diambil dari kejadian-kejadian yang sering dialami oleh kebanyakan siswa dan diarahkan kedalam hubingan yang dekat dahulu, yaitu teman sebaya. Kegiatan role play merupakan suatu dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial. Untuk itu digunakan role play, yaitu beberapa orang mengisi peranan tertentu dan memainkan suatu adegan tentang pergaulan sosial yang mengandung persoalan sosial, sehingga pemahaman komunikasi antar pribadi para siswa dapat diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat sekitarnya.

Dalam penelitian ini, setiap pertemuan para siswa sudah melaksanakn role play dengan mandiri, tetapi terkadang masih diberi pengarahan-pengarahan dalam setiap peran yang akan dimainkan. Dalam tahap-tahap role play pemeranan ulang selalu lebih baik dari pemeranan pertama pada setiap pertemuan. Hal ini dikarenakan sebelum pemeran ulang, para siswa beserta peneliti menganalisi pemahaman dan sikap-sikap komunikasi antar pribadi dalam skenario tersebut, mengevalusi dan memberikan pengarahan-pengarahan dari hasil evaluasi tersebut. Para siswapun lebih aktif pada saat pemeranan ulang. Pada setiap skenario para siswa dapat memerankan dengan lancar dan baik ketika siswa pernah mengalami peristiwa yang sama dengan cerita di skenario tersebut. Ternyata siswa lebih bisa memahami dan bisa mengaplikasikan


(4)

55 komunikasi antar pribadi dengan tepat dan cepat ketika siswa pernah mengalami kejadian yang sama dengan cerita skenario tersebut.

Dalam memerankan skenario siswa tidak hanya diminta untuk memerankan dan merotasi perannya saja, tetapi siswa diajak untuk menganalisis skenario tersebut dan membahas tentang tindakan-tindakan yang baik dilakukan saat mereka mengaplikasikan role play dalam setiap skenario. Hal ini dilakukan penulis dengan tujuan agar membantu siswa membentuk pemahaman-pemahaman yang mendalam khususnya komunikasi antar pribadi, mampu berfikir dalam setiap kejadian di sekitarnya dan mengembangkan kognitifnya serta merasakan tentang apa yang dialami lingkungannya. Disamping itu siswa diajak untuk aktif bertindak dan merespon gejala-gejala yang dialami disekitarnya.

Dari pertemuan-pertemuan yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan bahwa teknik role play membutuhkan waktu cukup lama untuk memahami dan memerankan secara baik dan lancar, dan dalam pemeranan siswa akan lebih mudah memahami perannya dengan cepat jika kejadian-kejadian tersebut pernah terjadi dalam kehidupan mereka, metode role play adalah pemecahan masalah yang terjadi dalam konteks kehidupan sosial dengan cara mendramakan masalah-masalah tersebut melalui sebuah drama. Melalui metode ini maka para siswa diajak untuk memecahkan dilema pribadi dengan bantuan kelompok sosial yang anggota-anggotanya adalah teman-teman sendiri. Dengan kata lain, dilihat


(5)

56 dari dimensi pribadi model ini berupaya membantu individu dengan proses kelompok sosial.

Dalam penelitian ini, sikap komunikasi antar pribadi siswa tidak langsung tiba-tiba bisa muncul dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi melalui bermain peran dapat membantu siswa mengembangkan pola fikir yang fleksibel, mengasah kemampuan kognitif siswa khususnya pada nilai dan pemahaman komunikasi antar pribadi secara lebih mendalam.

Kesimpulan paling akhir dari penelitian ini, layanan BK dengan metode role play ini hanya sampai pada tahap membantu siswa membentuk pemahaman komunikasi antar pribadi yang lebih mendalam, yang pada nantinya, siswa sendiri yang akan mengeksplorasi dan mengembangkan kehidupan sehari-hari. Dalam membentuk pemahaman komunikasi antar pribadi yang mendalam para siswa dilatih untuk mengaplikasikan serta mencobakan melalui permainan peran (role play). Guna role play dalam penelitian ini yaitu membentuk kebiasaan siswa melakukan sikap-sikap komunikasi antar pribadi yang nantinya dapat berkembang dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan menggunakan metode role play pada kelompok eksperimen siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga, dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi. Hal ini tampak dari hasil perbandinga pre-test dan post-test antara kelompok eksperimen dengan


(6)

57 kelompok kontrol. Pre-test kelompok eksperimen 4 siswa dalam kategori rendah dan 1 siswa dalam kategori sangat rendah, setelah mendapatkan treatmen berupa role play diperoleh hasil post-test diperoleh 3 siswa dalam katergori sangat tinggi dan 2 siswa dalam kategori tinggi. Dan dari hasil pre-test kelompok kontrol terdapat 4 siswa dalam kategori rendah, 1 siswa dalam kategori sangat rendah, setelah dilakukan post-test diperoleh hasil 1 siswa dalam kategori tinggi dan 4 siswa dalam kategori sedang. Setelah data diperoleh dari uji Mann-Whitney diperoleh hasil mean rank kelompok eksperimen sebesar 8.00 dan mean rank kelompok kontrol sebesar 3.00 dengan selisih 5.00 antara mean rank kelompok eksperimen dengan mean rank kelompok kontrol. Jadi terdapat peningkatan komunikasi antar pribadi siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok dengan metode role play.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Konformitas Teman Sebaya dengan Perilaku Agresif pada Siswa Kelas XI SMK Saraswati Salatiga T1 132009093 BAB IV

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Eksposur Kekerasan di Televisi dengan Jenis Perilaku Agresif Siswa Kelas XI SMK SARASWATI Salatiga T1 132009100 BAB IV

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Metoderole Playuntuk Meningkatkan Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Tp A SMK Saraswati Salatiga

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Metoderole Playuntuk Meningkatkan Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Tp A SMK Saraswati Salatiga T1 132010061 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Metoderole Playuntuk Meningkatkan Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Tp A SMK Saraswati Salatiga T1 132010061 BAB II

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Metoderole Playuntuk Meningkatkan Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Tp A SMK Saraswati Salatiga T1 132010061 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Metoderole Playuntuk Meningkatkan Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Tp A SMK Saraswati Salatiga

0 0 42

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Self Efficacy dengan Perilaku Merokok pada Siswa Kelas X SMK Saraswati Salatiga T1 BAB IV

0 0 6

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Perilaku Komunikasi antar Pribadi Siswa Kelas XI TMO A SMK Negeri 2 Salatiga Melalui Bimbingan Kelompok dengan Teknik Sosiodrama T1 Full text

0 0 15

T1 Abstract Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Perilaku Komunikasi antar Pribadi Siswa Kelas XI TMO A SMK Negeri 2 Salatiga Melalui Bimbingan Kelompok dengan Teknik Sosiodrama

0 0 1