Tipe & Size (, 370K) TOPIK UTAMA D

KORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN
RUANG SUATU PERSPEKTIF

“Apakah Rencana Tata Ruang Pulau sudah sesuai dengan koridor
ekonomi?”, demikian pertanyaan ini diutarakan oleh Menko
Perekonomian dalam rapat pleno BKPRN yang membahas 9 rancangan
Peraturan Presiden tanggal 25 Januari 2011. Pertanyaan inilah yang
menggelitik para pakar penataan ruang, khususnya tim pelaksana di
BKPRN. Disini ada 2 (dua) topik yang saling berkaitan dengan
pertanyaan tersebut : “Apakah koridor ekonomi harus menjadi acuan
dari Rencana Tata Ruang?” atau sebaliknya “Apakah Rencana Tata
Ruang yang menjadi acuan bagi pengembangan koridor ekonomi?”.
Sampai tulisan ini naik cetak, pertanyaan ini belum bisa terjawab
dengan tegas. Sebenarnya, esensi dari penataan ruang dalam
pembangunan tercantum dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang Pasal 20, 23, dan 26 yang menjelaskan bahwa
RTRWN, RTRW Provinsi, dan/atau RTRW Kabupaten/Kota merupakan pedoman untuk penetapan lokasi
dan fungsi ruang untuk investasi. Dalam hal ini, RTRWN menetapkan kawasan andalan potensi ekonomi
dengan fungsi ruang komoditas/sektor unggulan yang secara keseluruhan didukung dengan pengembangan
infrastruktur. Sementara investasi dalam hal ini adalah investasi publik maupun investasi swasta. 112
kawasan andalan ekonomi yang berada di pulau dan 47 kawasan andalan ekonomi yang berbasis kelautan

dan perikanan telah ditetapkan dalam RTRWN dan/ atau RTR Pulau. Masing-masing kawasan memiliki
sektor/komoditas unggulan yang didorong pengembangannya secara sinergis dengan pengembangan
pusat-pusat pertumbuhannya masing-masing yang secara hirarkis disebut Pusat Kegiatan Nasional (PKN),
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Perspektif pengembangan koridor
ekonomi Indonesia, sebagai wujud dari upaya percepatan dan perluasan ekonomi Indonesia, merupakan
upaya penegasan transformasi ekonomi menuju pembangunan ekonomi yang berbasis kewilayahan dengan
komoditas unggulannya. Antara satu komoditas dengan komoditas lainnya kemudian bersinergi melalui
hubungan/konektivitas antar kawasan. Dalam suatu studi yang dilakukan di lingkungan Menko
Perekonomian diungkapkan adanya 6 (enam) koridor ekonomi yang telah teridentifikasi :
Koridor Ekonomi Sumatera – Banten Utara sebagai sentra produksi dan pengolahan hasil bumi
dan lumbung energi nasional dengan fokus sektor pada minyak kelapa sawit/CPO, Karet, dan
Batubara ;
Koridor Ekonomi Jawa sebagai pendorong industri dan jasa nasional dengan fokus sektor pada
produk makanan, tekstil dan industri alat angkut ;

Koridor Ekonomi Kalimantan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung
energi nasional dengan fokus sektor pada migas, minyak kelapa sawit, dan batubara ;
Koridor Ekonomi Sulawesi – Maluku Utara sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian,
perkebunan, dan perikanan nasional dengan fokus sektor pada tanaman pangan, perkebunan,
perikanan, dan pertambangan nikel ;

Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan
nasional dengan fokus sektor pada pariwisata serta pertanian dan peternakan ; dan
Koridor Ekonomi Papua – Maluku sebagai pengolahan sumber daya alam yang melimpah dan
SDM yang sejahtera dengan focus
sektor pada pertambangan serta pertanian dan perkebunan. Setelah melakukan metoda superimpose
antara Peta RTRWN/ Pulau dengan peta keenam koridor ekonomi di atas, terlihat bahwa kedua peta
tersebut kompatibel satu sama lain. RTRWN/ Pulau mengindikasikan keenam koridor ekonomi merupakan
wilayah yang memiliki keunggulan dalam hal ketersediaan infrastruktur yang relatif baik bahkan sangat baik,
dan keberadaan proses ekonomi produksi komoditas/sektor unggulan yang berdaya saing tinggi. Pada saat
yang sama hal ini menegaskan bahwa RTRWN/Pulau telah berhasil menjadi acuan/pedoma ,penetapan
lokasi dan fungsi ruang investasi yang diwujudkan dengan penetapan koridor ekonomi nasional (lihat Peta I).
Di sisi lain, penetapan koridor ekonomi ini merupakan upaya operasionalisasi perwujudan sasaran wilayah
prioritas yang ditetapkan dalam RTRWN/Pulau , yaitu Wilayah Pantai Timur Sumatera, Wilayah Banten
Utara, Wilayah Pantai Utara Jawa, Wilayah Bali Bagian Selatan, Wilayah Tengah Kepulauan Nusa
Tenggara, Wilayah Pulau Kalimantan Bagian Selatan, Wilayah Pulau Sulawesi Bagian Barat, Tenggara dan
Utara hingga Wilayah Maluku bagian Utara, serta Wilayah Pulau Maluku, Pulau Papua bagia utara sampai
ke Jayapura, kemudian ke Selatan, Wilayah Merauke. Melalui peta-peta tersebut, perdebatan tentang
RTRW dan keberadaan 6 (enam) koridor ekonomi menjadi lebih jelas dan memberikan perspektif bersama
baik bagi perencana ruang maupun pembangunan wilayah dalam upaya percepatan dan perluasan ekonomi
nasional. Hal ini juga mendorong pengembangan wilayah pulau/nasional sehingga dapat menghasilkan

ruang nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat Indonesia.