Tipe & Size (, 121K) TOPIK UTAMA B

GENDER DARI DEFINISI HINGGA IMPLEMENTASI
Gender didefinisikan sebagai perbedaanperbedaan sifat, peranan, fungsi dan status
antara laki-laki dan perempuan bukan
berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi
berdasarkan relasi sosial budaya yang
dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang
lebih
luas.
Pengarustamaan
adalah
upaya/strategi yang harus dilakukan untuk
memberi peluang kepada seluruh komponen
atau stakeholders agar dapat berperan secara
optimal
dalam
pembangunan.
Pengarusutamaan
Gender
(gender
mainstreaming) merupakan sebuah upaya
untuk menghilangkan hambatan-hambatan

yang
menyebabkan
tidak
tercapainya
kesetaraan dan keadilan gender (marginalisiasi,
stereotype, suborndinasi, kekerasan dan
beban
ganda).
Secara
internasional,
Pemerintah Indonesia telah meratifikasi
kesepakatan global PBB pada Convention on
the Elimination of all form of discrimination
againts women, dimana berkewajiban untuk
menghapus diskriminasi dan pemajuan
kesetaraan dan keadilan gender baik yang
bersifat sementara maupun berkesinambungan.
Sesuai dengan Inpres No 9/2000 tentang
Pengarusutamaan
Gender

dalam
Pembangunan
Nasional,
pengertian
Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah
strategi
yang
dibangun
untuk
mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi
integral dari perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaliasi atas
kebijakan dan program pembangunan nasional.

Konsep Pengarusutamaan Gender
Pelaksanaan PUG diinstruksikan kepada
seluruh
kementerian
maupun
lembaga

pemerintah dan non pemerintah di pemerintah
nasional, provinsi, maupun kabupaten/ kota
untuk melakukan penyusunan program dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi
dengan
mempertimbangkan
permasalahan kebutuhanaspirasi perempuan
pada pembangunan dalam kebijakan, program
dan kegiatan. Strategi tersebut dapat dilaksanakan melalui sebuah proses yang memasukkan analisa
gender ke dalam program kerja, pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan kepentingan
perempuan dan laki-laki kedalam proses pembangunan. Secara umum tujuan PUG adalah memastikan
apakah perempuan dan laki-laki diperlakukan adil dan setara dalam memperoleh Akses, Kontrol, Partisipasi
dan memperoleh Manfaat (AKPM) yang sama atas pembangunan. Namun, sejak diberlakukannnya Inpres
tersebut, implementasi PUG belum berjalan optimal sesuai dengan yang diamanatkan di dalam Inpres
tersebut. Dalam upaya pengoptimalan pelaksanaan strategi tersebut, Pemerintah mencamtumkannya dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, yaitu menjadi salah satu arah
pembangunan di dalam Misi 2 untuk mewujudkan bangsa yang berdaya saing, adalah pemberdayaan
perempuan dan anak. Hal ini diwujudkan melalui peningkatan kualitas hidup perempuan, kesejahteraan


perlindungan anak, penurunan kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi serta penguatan kelembagan dan
jaringan PUG. Adapun tujuan pelaksanaan PUG adalah agar semua komponen masyarakat mendapatkan
manfaat yang sama dari pembangunan, memperoleh akses, partisipasi dan kontrol yang setara antara lakilaki dan perempuan, serta kelomppk-kelompi rentan dan termajinalisasi dalam pembangunan.

Implementasi Strategi PUG
Penguatan
Kementerian
Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak ( KPPPA),
merupakan respon yang konkrit dalam
mewujudkan PUG ini, dimana institusi ini
menetapkan visi dan misinya, dan menyusun
pengertian,
isu
dan
masalah
serta
perencanaan
terkait
gender

dan
penganggaran responsif gender (Perencanaan
dan Penganggaran Responsif Gender), dan
telah disosialisasikan ke K/L dan pemerintah
daerah dalam bentuk seminar dan forum
diskusi, agar strategi PUG semaikin dapat
dipahami dan semakin mendapat perhatian,
agar semua pihak dapat lebih berpartisipasi
dalam implementasinya. Pendokumentasian
Pelaksanaan
Perencanaan
dan
Penganggaran Responsif Gender (PPRG)
yang
dilaksanakan
di
Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak, dilakukan dengan memetakan kegiatan
yang terkait dengan Pengarusutamaan

Gender di 7 (tujuh) Kementerian/Lembaga
yaitu Bappenas, Kementerian Pemberdayaan
Perempuan
dan
Perlindungan
Anak,
Keuangan, Kesehatan, Pekerjaan Umum,
Pertanian dan Pendidikan Nasional serta
terfokus pada beberapa Pemerintah Daerah
yaitu Propinsi Banten, Jawa Tengah,
Kalimantan
Barat,
Sumatera
Selatan,
Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan
Pontianak.
Terkait
implementasi,
di
Kementerian PU telah dibentuk Tim PUG-PU

yang terdiri dari Pengarah, Tim Pelaksana, 5 (lima) Kelompok Kerja (Pokja) dan Sekretariat dalam
upayamerespon isu gender tersebut. Demikian juga, strategi PUG telah tercamtum dalam Rencana
Strategis Kementerian PU Tahun 2010-2014 yang mengisyaratkan bahwa kebijakan perencanaan dan
penganggaran serta implementasi program dan kegiatan yang diselenggarakan telah berpegang pada asas
setara dan dan adil gender dalam kerangka mendukung pembangunan ke-PU-an. Konsep setara dan adil
gender harus benar-benar menjadi pegangan dalam setiap tahapan kegiatan di Kementerian PU. Dimana
setara berarti seimbang relasi antara laki-laki dan perempuan (dan orang lanjut usia, anak-anak di bawah
umur, orangorang dengan kebisaan berbeda/difable, serta orang-orang yang tidak mampu secara ekonomi)
dalam aspek egaliter, kemampuan memadai yang meliputi Knowledge Attitude Practise, pengakuan
terhadap eksistensi, ruang partisipasi, pengambilan peran dan fungsi secara proporsional dalam proses
pembangunan secara utuh menyeluruh baik dari pemanfaatan hasil, pelaksanaan, pemeliharaan,
pengawasan, penyusunan, evaluasi maupun perencanaan pembangunan di bidang ke-PU-an dan
permukiman. Sementara adil dapat diartikan sebagai tidak adanya pembakuan peran, beban ganda,
subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan (dan orang lanjut usia, anak-anak di bawah
umur, orang-orang dengan kebisaan berbeda/difable, serta orangorang yang tidak mampu secara ekonomi)
maupun laki-laki. Jika melihat definisi setara dan adil di atas dan dikaitkan dengan tolok ukur
pengarusutamaan gender yang dapat diukur dari sisi akses, partisipasi, kontrol dan manfaat, maka “setara”
berada pada ukuran akses, partisipasi dan kontrol sedangkan “adil” dilihat dari sisi pemanfaatannya. Lebih
lanjut, PUG di lingkungan Kementerian PU diupayakan melalui implementasi tugas dan fungsinya, yaitu :
penyediaan prasarana dan sarana dasar pekerjaan umum yang meliputi kebijakan dan strategi penataan

ruang dan pembangunan kawasan, serta pembinaan bidang penataan ruang; pembinaan dan penyediaan
jalan dan jembatan; pembinaan dan penyediaan air baku, air irigasi, serta pengembangan daerah rawa dan

pengendalian banjir; pembinaan dan penyediaan perumahan dan permukiman; pembinaan dan penyediaan
prasarana dan sarana perkotaan dan perdesaan, seperti air bersih, persampahan, drainase dan sanitasi.
Adapun beberapa kegiatan yang telah dihasilkan oleh Tim PUG Kementerian PU,
antara lain identifikasi isu gender terkait bidang penataan ruang, yaitu:
Kurang adanya keterlibatan yang seimbang antara perempuan dan laki-laki dalam pelaksanaan
sosialisasi peraturan perundangan terkait bidang penataan ruang
Belum dipertimbangkannya kebutuhan strategis dan praktis gender dalam melakukan perencanaan
tata ruang khususnya RTRW Kota dan RDTR
Dalam NSPK (Norma, Standar, Pedoman, Kriteria) belum menggunakan informasi terpilah dari
perempuan dan laki-laki.
Kurang tersampaikannya isu gender dalam materi panduan penataan ruang
Belum terindentifikasinya dengan baik, penyelenggaran penataan ruang yang responsive
gender baik input, proses maupun output. Terkait implementasi lebih lanjut, sesuai dengan Permen
Keuangan No. 119/PMK.02/2009, telah diamanatkan implementasi Anggaran Responsif Gender.
Penganggaran yang responsif gender bukanlah tujuan, melainkan sebuah kerangka kerja atau alat
analisiskebijakan anggaran untuk mewujudkan kesetaraan gender melalui proses-proses penentuan alokasi
yang proporsional atau berkeadilan. Penerapan Anggaran Responsif Gender (ARG) dalam struktur

penganggaran pada penyusunan RKA ditempatkan pada tingkat program dan kegiatan, Hal ini berarti pada
saat penyusunan program sudah ditentukan sasaran dan kegiatan yang mempertimbangkan perspektif
gender dan menerapkan analisis gender. Dalam penganggaran ini, turut dilampirkan Gender Budget
Statement (GBS) yang isinya merefleksikan kegiatan yang akan dilakukan Kementerian/ Lembaga (K/L)
dalam menangani persoalan gender dalam konteks suatu program.

Penutup
Kegiatan konkrit yang responsif gender salah satunya adalah Kegiatan Pengembangan Kota/Kabupaten
Layak Anak yang diinisiasi oleh Kementerian PPPA, dengan melibatkan K/L an pemerintah daerah untuk
berpartisipasi aktif di dalamnya. Terkait kegiatan tersebut Kementerian PU telah merespon, dengan telah
menyusun program-program yaitu penyediaan air bersih, sarana air minum pada tingkat desa di wilayah
rawan air, sarana taman bermain anak, jalan lingkungan dipelosok untuk mendukung akses anak menuju
sekolah dan zona aman sekolah untuk dapat dikembangkan untuk kota-kota lainnya. Demikian juga
kementerian lain dan pemerintah daerah telah merespon dengan menyusun kegiatan yang
mengimplemetasikan PUG.