TESIS : Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik GuruPintar

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sarana strategis bagi peningkatan mutu sumber daya manusia, oleh karena itu pendidikan merupakan salah satu tolok ukur bagi tingkat kemajuan suatu bangsa. Atas dasar itu pula, upaya untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan akan senantiasa dilakukan.

Pendidikan merupakan ujung tombak pembangunan nasional, karena didalamnya ada proses pembinaan untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang handal dan berkualitas. Untuk itu segala upaya positif senantiasa harus terus dilakukan dalam proses pendidikan agar pembangunan nasional khususnya di bidang pendidikan dapat tercapai. Untuk merekayasa Sumber Daya Manusia berkualitas, yamg mampu bersanding bahkan bersaing dengan negara maju, diperlukan guru dan tenaga kependidikan profesional yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Guru dan tenaga kependidikan tersebut dibina, dikembangkan, dan diberikan penghargaan yang layak sesuai dengan tuntutan visi, misi dan tugas yang diembannya.

Salah satu masalah krusial yang dihadapi bangsa ini adalah rendahnya mutu pendidikan, yang bermuara pada lemahnya daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) dan rendahnya produktifitas manusia Indonesia pada umumnya. Kualitas pendidikan Indonesia yang oleh banyak kalangan masih dianggap rendah ini diperlihatkan dengan indikator Human Development Index (HDI) Indonesia yang masih rendah pada tabel 1.1 di bawah ini (tahun 2004 peringkat 111 dari 117 negara dan tahun 2005 peringkat


(2)

memiliki peringkat 111 pada tahun 1995 tetapi pada tahun 2005 sudah mencapai peringkat 85, suatu kemajuan yang memiliki prestasi tersendiri.

Tebel 1.1 Ranking Indonesia berdasarkan HDI dibandingkan beberapa negara tahun 1995, 2000, 2003, 2004, dan 2005

No Negara Peringkat Pada Tahun

1995 2000 2003 2004 2005

1 2 3 4 5 6 Thailand Malaysia Philipina Indonesia Cina Vietnam 58 59 100 104 111 120 76 61 77 109 99 108 74 58 85 112 104 109 76 59 83 111 94 112 73 61 84 110 85 108 Sumber : Kunandar 2007 Jika dibandingkan dengan kualitas sistem pendidikan dikaitkan dengan daya saing tenaga kerja pada 12 negara Asia, peringkatnya sangat jauh dengan rasio 6,59 menempati posisi akhir paling bawah, bahkan di bawah negara Malaysia dan Vietnam (tabel 1.2). Ini menunjukkan bahwa kualitas tenaga kerja di Indonesia tidak mampu bersaing di tingkat Internasional khususnya di kawasan Asia.

Tebel 1.2. Kualitas Sistem Pendidikan Dikaitkan dengan Daya Saing Tenaga Kerja

pada 12 Negara Asia

No Negara Skor

... 7 8 9 10 11 12 Malaysia Hongkong Philipina Thailand Vietnam Indonesia 4,41 4,72 5,47 5,96 6,21 6,59

Sumber : PERC dalam Kunandar 2007

Persoalan yang dihadapi sektor pendidikan amatlah kompleks, salah satunya adalah masalah yang berkaitan dengan aspek substansial seperti kelayakan mengajar dan sulitnya mengimplementasikan kurikulum yang memiliki basis kompetensi. Tabel 1.3 tampak jelas pada semua jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA dan SMK) persentase


(3)

guru yang tidak layak mengajar masih cukup besar, terlebih pada jenjang Sekolah Dasar.

Tebel 1.3 Guru menurut Kelayakan Mengajar Tahun 2002/2003

No Jenjang Pendidikan Negeri % Swasta % Jumlah %

1 2 3 4 SD Jumlah SMP Jumlah SMA Jumlah SMK Jumlah Layak Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak Tidak 584.395 558.675 1.143.070 202.720 108.811 311.531 87.379 35.424 122.803 27.967 20.678 48.645 47,3 45,2 92,6 43,4 23,3 66,7 38,0 15,4 53,4 19,0 14,0 33,0 41.315 50.542 91.857 96.385 58.832 155.217 67.051 40.260 107.311 55.631 43.283 98.914 3,3 4,1 7,4 20,7 12,6 33,3 29,1 17,5 46,6 37,7 29,3 67,0 625.710 609.217 1.234.927 299.105 167.643 466.748 154.430 75.648 230.114 83.598 63.961 147.559 50,7 49,3 100 64,1 35,9 100 67,1 32,9 100 56,7 43,3 100 Sumber : Balitbang Depdiknas dalam Kunandar 2007 Undang-undang no.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab XI pasal 39 seperti yang dikutif AKSI (2005:18) mendefinisikan pendidikan dengan jelas. Ayat (1) ; Pendidikan merupakan tenaga profesional yang harus merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Ayat (2) : Tenaga Kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

Guru merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan anak didik dalam melakukan proses pembelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi serta internalisasi etika dan moral. Oleh karenanya guru harus senantiasa belajar. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dan keadaan zaman yang cepat berubah di berbagai bidang, menuntut sigapnya para guru untuk selalu mengikutinya. Sudah seharusnya guru mempunyai kegemaran membaca yang kuat


(4)

serta mengikuti informasi setiap saat. Baik melalui membaca buku, surat kabar, televisi, jelajah internet serta mengikuti berbagai seminar tentang pendidikan.

Tenaga kependidikan terdiri dari :

1) Pengelola satuan pendidikan (kepala sekolah), bertugas mengelola sekolah dengan memberdayakan sumber daya agar terjadi pembelajaran efektif

2) Penilik/pengawas sekolah, bertugas melakukan supervise terhadap kinerja sekolah dan pembelajaran serta dokumen penunjang.

3) Tata usaha sekolah, melaksanakan administrasi sekolah dan pelayanan kepada pelanggan

4) Pustakawan, melaksanakan pelayanan penggunaan sumber belajar 5) Laboran, melaksanakan penggunaan laboratorium; dan

6) Teknisi sumber belajar, melaksanakan pelayanan dan pemeliharaan peralatan, dan berbagai kategori-kategori yang nanti berkembang.

Paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas secara efektif dan efisien, perlu didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam hal ini, pengembangan SDM merupakan proses peningkatan kemampuan manusia agar mampu melakukan pilihan-pilihan. Pengertian ini memusatkan perhatian pada pemerataan dalam peningkatan kemampuan manusia dan pemanfaatan kemampuan itu. Rumusan tersebut menunjukan bahwa pengembangan SDM tidak hanya sekedar meningkatkan kemampuan, akan tetapi juga menyangkut pemanfaatan kemampuan tersebut.

Kompetensi merupakan sebuah perwujudan atau aktualisasi potensi yang harus dikembangkan. Sebuah kenyataan yang harus dihadapi bahwa pengembangan pendidikan dengan segala konsep inovasinya menuntut kompetensi yang tinggi dari para pengelola dan pelaksananya. Guru sebagai ujung tombak penyelenggara


(5)

pendidikan merupakan komponen utama yang harus memiliki sejumlah kompetensi handal yang mampu melahirkan anak didik yang memiliki kecakapan hidup baik secara

general maupun specific (general life skills dan specific life skills). Kompetensi guru harus berkembang lebih maju dibandingkan dengan konsep-konsep pendidikan itu sendiri. Apalah artinya konsep, program, atau pendekatan yang digunakan dalam pendidikan apabila kompetensi guru tidak dikembangkan dan ditingkatkan. Karena hal itu akan mengakibatkan konsep dan program tersebut tidak akan mencapai keberhasilan yang optimal, bahkan cenderung hanya menumpang lewat begitu saja, padahal pemerintah dan para pakar pendidikan telah merancangnya sedemikian rupa dalam rangka peningkatan mutu.

Upaya peningkatan mutu pendidikan tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi membutuhkan kerja keras dari semua pihak, baik pemerintah, guru, tenaga kependidikan, dan masyarakat. Dalam hal ini, guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewujudkan harapan tersebut. Guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan di lapangan harus benar-benar profesional dalam menjalankan tugasnya.

Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua ini menujukan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik; ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.


(6)

Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lainnya memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara, dan bangsa.

Hal itu menyadarkan kita bahwa upaya peningkatan kompetensi guru sungguh bukanlah hal yang mudah dilakukan. Padahal Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa guru sebagai tenaga profesional harus memiliki kompetensi yang memenuhi standar (teruji dan bersertifikat). Berkenaan dengan implementasi Undang-undang tersebut, Departemen Pendidikan Nasional sejak tahun 2007 telah melakukan ujian sertifikasi bagi para guru secara bertahap, diharapkan dalam kurun waktu 10 tahun ke depan semua guru sudah mendapat sertifikasi kompetensi.

Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dalam BAB III tentang Prinsip Profesionalitas dikatakan : Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (Pasal 8). Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat (Pasal 9) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. (Pasal 10 point 1).


(7)

Untuk meningkatkan kualitas guru, perlu dilakukan sistem pengujian terhadap kompetensi guru. Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah, beberapa daerah telah melakukan uji kompetensi guru. Mereka melakukannya terutama untuk mengetahui kemampuan guru di daerahnya, untuk kenaikan pangkat dan jabatan, serta untuk mengangkat kepala sekolah dan wakil kepala sekolah.

Pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

Permasalahan yang dihadapi saat ini menyangkut kompetensi guru adalah masih rendahnya kompetensi yang dimiliki guru dalam melaksanakan proses pendidikan. Kekuatan untuk melakukan perilaku produktif dan efisien, tergantung pada kekuatan sebuah pengharapan dimana tindakan tersebut akan diikuti dengan pemberian out come

dan ketertarikan out come tersebut kepada individu yang akan melakukan tindakan. Dengan pemberian out come yang dapat memotivasi seseorang untuk meningkatkan produktivitasnya, sehingga dapat mengakibatkan kinerjanya meningkat.

Faktor pemuas atau motivator yang merupakan kondisi intrinsik yang dapat memotivasi prestasi kerja seseorang. Faktor-faktor seperti tantangan tugas, penghargaan atas hasil kerja yang baik, peluang untuk mencapai kemajuan, pertumbuhan pribadi, dan pengembangan dapat memotivasi perilaku.

Menurut Mulyasa (2008:9), terdapat beberapa hal yang menyebabkan lemahnya kinerja guru, antara lan, rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas, rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas (Classroom action research), rendahnya


(8)

motivasi berprestasi, kurang disiplin, rendahnya komitmen profesi, serta rendahnya kemampuan manajemen waktu.

Belajar merupakan suatu kegiatan, dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam hal ini tingkah laku yang dimaksudkan adalah tingkah laku yang positif dalam hubungannya untuk mencapai kesempurnaan hidupnya (Sunaryo dalam Rianto dkk, 1988 : 3). Berdasarkan konsep belajar diatas maka peran guru berfungsi sebagai Fasilitator, komunikator, Motivator dan Evaluator, yang digambarkan sebagai berikut :

1) Guru berfungsi sebagai fasilitator berarti bahwa proses pembelajaran di kelas, guru bertindak sebagai pendamping nara sumber bagi siswa dalam pembelajaran

2) Guru berfungsi sebagai komunikator, berarti guru dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas, guru bertindak sebagai penghubung interaksi pembelajaran antar siswa.

3) Guru berfungsi sebagai motivator, berarti bahwa dalam proses pembelajaran , guru selalu memberi motivasi untuk lebih giat meningkatkan prestasi belajar.

4) Guru berfungsi sebagai evaluator, berarti bahwa guru dalam menjalankan proses pembelajaran di kelas, guru selalu menjalankan evaluasi pada awal dan akhir pembelajaran.

Disamping keempat fungsi guru tersebut di atas, guru juga menjalankan tugas sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar, guru selalu menjalankan proses pembelajaran di kelas, sedangkan sebagai pendidik guru selalu mendidik siswa baik yang bermasalah maupun tidak bermasalah agar sikap dan tingkah lakunya dapat berubah sesuai harapan masyarakat, bangsa dan Negara.


(9)

Dalam pendidikan persekolahan perubahan perilaku akibat pembelajaran disebut dengan hasil belajar. Netra (1976) mengemukakan prestasi belajar adalah kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan. Dengan belajar seseorang memiliki sejumlah kemampuan, pengetahuan dan keterampilan tertentu dengan aktivitas yang dialaminya. Berkaitan dengan masalah ini Nurkancana (1986) mengatakan bahwa prestasi belajar diartikan sebagai hasil pengukuran serta dinyatakan dalam bentuk angka (skor) yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Kategori hasil belajar yang lainnya dikemukakan oleh Gagne (1972: 66) yang meliputi lima hal, yaitu : informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motorik.

Dalam perkembangan selanjutnya Bloom, dkk (1985 : 6-7) mengelompokkan hasil belajar menjadi tiga, yaitu kognitif, afektif, psikomotor. Ketiga dominan inilah sekaligus menjadi tujuan belajar dan merupakan pedoman pada proses pendidikan dan kriteria untuk mengevaluasi keberhasilan belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dalam kegiatan belajar dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai. Adapun hasil belajar dalam penelitian ini ditunjukan dengan Nilai Ujian Akhir, yang dibatasi pada mata pelajaran Geografi.

Dalam sistem pendidikan Nasional dikenal tiga macam bentuk pendidikan yang dikembangkan masyarakat, yaitu : Pesantren, Sekolah dan Madrasah. Menurut sejarahnya, pendidikan di Indonesia diawali dengan munculnya model pesantren yang dikembangkan oleh masyarakat Islam dalam rangka untuk Dakwah dan menanamkan nilai-nilai Islam di Masyarakat. Melalui pesantren ini dikembangkan ilmu-ilmu pengetahuan agama dan nilai-nilai keagamaan secara mendalam untuk mencetak ahli


(10)

Setelah penjajah Belanda datang ke Indonesia, maka berkembang pendidikan model Barat dalam bentuk sekolah. Pendidikan model sekolah ini pada awalnya merupakan pendidikan agama, namun kemudian berkembang menjadi lembaga pendidikan umum yang secara khusus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pegawai pemerintahan kolonial.

Melihat kelebihan dan kekurangan dari kedua model pendidikan tersebut, dalam perkembangan berikutnya muncul sebuah gagasan dari masyarakat Islam untuk memadukan pendidikan model sekolah – yang dikembangkan Barat – dengan model pesantren – yang dikembangkan masyarakat Islam. Dari pemaduan ini lahirlah pendidikan model Madrasah.

Dengan pendidikan madrasah tersebut diharapkan peserta didik memiliki pengetahuan umum yang seimbang dengan pendidikan sekolah, tetapi juga menguasai nilai-nilai agama yang sama dengan pendidikan pesantren. Jadi pendidikan madrasah bisa menjadi bentuk pendidikan alternatif bagi masyarakat Islam, karena memadukan pengetahuan umum dan pengetahuan agama secara seimbang.

Sekilas sejarah singkat Madrasah Aliyah Negeri Cililin Sebelum menjadi MAN Cililin, sekolah ini awalnya bernama PGA Muslimin, pada tahun 1967 PGA Muslimin berubah status menjadi negeri dengan nama PGA Negeri Cililin. Pada tahun 1978 terjadi perubahan status dari PGA Negeri Cililin menjadi Madrasah Aliyah Negeri Cililin sampai sekarang. Madrasah Aliyah Negeri Cililin ini merupakan Madrasah Aliyah Negeri Pertama di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Saat ini Madrasah Aliyah Negeri Cililin membina lebih dari 40 Madrasah Aliyah Swasta yang tergabung dalam kegiatan Kelompok Kerja Madrasah (KKM’ 01) MAN CILILIN .

Dari uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan mendalami tentang model pembelajaran di lingkungan Madrasah Aliyah dengan judul :”Pengaruh Kompetensi Guru Geografi terhadap Hasil Belajar Peseta didik di Lingkungan Madrasah Aliyah se-KKM 01 Cililin Kabupaten Bandung Barat.”


(11)

B. Perumusan Masalah

Berkaitan dengan identifikasi masalah maka dirumuskan masalah yang dijadikan sebagai landasan penelitian lebih lanjut sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kualifikasi akademik guru Geografi Madrasah Aliyah se-KKM 01 Cililin Kab.Bandung Barat ?

2. Sejauhmanakah pengaruh Kompetensi guru Geografi terhadap hasil belajar siswa Madrasah Aliyah se-KKM 01 Cililin Kab.Bandung Barat?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi dan memberi gambaran yang kongkrit bagaimana pengaruh kompetensi guru geografi dalam pembelajaran di Madrasah Aliyah se-Kabupaten Bandung Barat. Kondisi yang akan diteliti adalah kualifikasi guru geografi terhadap hasil belajar siswa Madrasah Aliyah se-KKM 01 Cililin Kab.Bandung Barat.

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat diperoleh strategi pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga Guru Geografi di Lingkungan Madrasah Aliyah memiliki kompetensi dan meningkatkan kreatifitas guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. Serta diharapkan dari hasil penelitian ini menjadi sumbangan bagi berbagai


(12)

1. Guru, dengan penelitian ini akan menambah pengetahuan, serta menjadi bahan renungan (refleksi) dalam upaya memperbaiki profesionalisme dan kompetensi guru.

2. Secara Praktis, menjadi referensi yang dapat dipakai untuk mengembangkan program-program pemberdayaan ke depan, baik yang dilaksanakan oleh MGMP, LPTK, LPMP, Dinas pendidikan, Kementrian Agama dan pihak-pihak terkait lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakan kependidikan secara umum.

3. Kepala Sekolah, dapat mengembangkan suasana kondusif bagi proses pembelajaran.

4. Bagi kegiatan penelitian, untuk menjadi informasi dan dasar pengembangan penelitian selanjutnya.


(1)

Untuk meningkatkan kualitas guru, perlu dilakukan sistem pengujian terhadap kompetensi guru. Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah, beberapa daerah telah melakukan uji kompetensi guru. Mereka melakukannya terutama untuk mengetahui kemampuan guru di daerahnya, untuk kenaikan pangkat dan jabatan, serta untuk mengangkat kepala sekolah dan wakil kepala sekolah.

Pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

Permasalahan yang dihadapi saat ini menyangkut kompetensi guru adalah masih rendahnya kompetensi yang dimiliki guru dalam melaksanakan proses pendidikan. Kekuatan untuk melakukan perilaku produktif dan efisien, tergantung pada kekuatan sebuah pengharapan dimana tindakan tersebut akan diikuti dengan pemberian out come dan ketertarikan out come tersebut kepada individu yang akan melakukan tindakan. Dengan pemberian out come yang dapat memotivasi seseorang untuk meningkatkan produktivitasnya, sehingga dapat mengakibatkan kinerjanya meningkat.

Faktor pemuas atau motivator yang merupakan kondisi intrinsik yang dapat memotivasi prestasi kerja seseorang. Faktor-faktor seperti tantangan tugas, penghargaan atas hasil kerja yang baik, peluang untuk mencapai kemajuan, pertumbuhan pribadi, dan pengembangan dapat memotivasi perilaku.

Menurut Mulyasa (2008:9), terdapat beberapa hal yang menyebabkan lemahnya kinerja guru, antara lan, rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas, rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas (Classroom action research), rendahnya


(2)

motivasi berprestasi, kurang disiplin, rendahnya komitmen profesi, serta rendahnya kemampuan manajemen waktu.

Belajar merupakan suatu kegiatan, dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam hal ini tingkah laku yang dimaksudkan adalah tingkah laku yang positif dalam hubungannya untuk mencapai kesempurnaan hidupnya (Sunaryo dalam Rianto dkk, 1988 : 3). Berdasarkan konsep belajar diatas maka peran guru berfungsi sebagai Fasilitator, komunikator, Motivator dan Evaluator, yang digambarkan sebagai berikut :

1) Guru berfungsi sebagai fasilitator berarti bahwa proses pembelajaran di kelas, guru bertindak sebagai pendamping nara sumber bagi siswa dalam pembelajaran

2) Guru berfungsi sebagai komunikator, berarti guru dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas, guru bertindak sebagai penghubung interaksi pembelajaran antar siswa.

3) Guru berfungsi sebagai motivator, berarti bahwa dalam proses pembelajaran , guru selalu memberi motivasi untuk lebih giat meningkatkan prestasi belajar.

4) Guru berfungsi sebagai evaluator, berarti bahwa guru dalam menjalankan proses pembelajaran di kelas, guru selalu menjalankan evaluasi pada awal dan akhir pembelajaran.

Disamping keempat fungsi guru tersebut di atas, guru juga menjalankan tugas sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar, guru selalu menjalankan proses pembelajaran di kelas, sedangkan sebagai pendidik guru selalu mendidik siswa baik yang bermasalah maupun tidak bermasalah agar sikap dan tingkah lakunya dapat berubah sesuai harapan masyarakat, bangsa dan Negara.


(3)

Dalam pendidikan persekolahan perubahan perilaku akibat pembelajaran disebut dengan hasil belajar. Netra (1976) mengemukakan prestasi belajar adalah kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan. Dengan belajar seseorang memiliki sejumlah kemampuan, pengetahuan dan keterampilan tertentu dengan aktivitas yang dialaminya. Berkaitan dengan masalah ini Nurkancana (1986) mengatakan bahwa prestasi belajar diartikan sebagai hasil pengukuran serta dinyatakan dalam bentuk angka (skor) yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Kategori hasil belajar yang lainnya dikemukakan oleh Gagne (1972: 66) yang meliputi lima hal, yaitu : informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motorik.

Dalam perkembangan selanjutnya Bloom, dkk (1985 : 6-7) mengelompokkan hasil belajar menjadi tiga, yaitu kognitif, afektif, psikomotor. Ketiga dominan inilah sekaligus menjadi tujuan belajar dan merupakan pedoman pada proses pendidikan dan kriteria untuk mengevaluasi keberhasilan belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dalam kegiatan belajar dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai. Adapun hasil belajar dalam penelitian ini ditunjukan dengan Nilai Ujian Akhir, yang dibatasi pada mata pelajaran Geografi.

Dalam sistem pendidikan Nasional dikenal tiga macam bentuk pendidikan yang dikembangkan masyarakat, yaitu : Pesantren, Sekolah dan Madrasah. Menurut sejarahnya, pendidikan di Indonesia diawali dengan munculnya model pesantren yang dikembangkan oleh masyarakat Islam dalam rangka untuk Dakwah dan menanamkan nilai-nilai Islam di Masyarakat. Melalui pesantren ini dikembangkan ilmu-ilmu pengetahuan agama dan nilai-nilai keagamaan secara mendalam untuk mencetak ahli agama.


(4)

Setelah penjajah Belanda datang ke Indonesia, maka berkembang pendidikan model Barat dalam bentuk sekolah. Pendidikan model sekolah ini pada awalnya merupakan pendidikan agama, namun kemudian berkembang menjadi lembaga pendidikan umum yang secara khusus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pegawai pemerintahan kolonial.

Melihat kelebihan dan kekurangan dari kedua model pendidikan tersebut, dalam perkembangan berikutnya muncul sebuah gagasan dari masyarakat Islam untuk memadukan pendidikan model sekolah – yang dikembangkan Barat – dengan model pesantren – yang dikembangkan masyarakat Islam. Dari pemaduan ini lahirlah pendidikan model Madrasah.

Dengan pendidikan madrasah tersebut diharapkan peserta didik memiliki pengetahuan umum yang seimbang dengan pendidikan sekolah, tetapi juga menguasai nilai-nilai agama yang sama dengan pendidikan pesantren. Jadi pendidikan madrasah bisa menjadi bentuk pendidikan alternatif bagi masyarakat Islam, karena memadukan pengetahuan umum dan pengetahuan agama secara seimbang.

Sekilas sejarah singkat Madrasah Aliyah Negeri Cililin Sebelum menjadi MAN Cililin, sekolah ini awalnya bernama PGA Muslimin, pada tahun 1967 PGA Muslimin berubah status menjadi negeri dengan nama PGA Negeri Cililin. Pada tahun 1978 terjadi perubahan status dari PGA Negeri Cililin menjadi Madrasah Aliyah Negeri Cililin sampai sekarang. Madrasah Aliyah Negeri Cililin ini merupakan Madrasah Aliyah Negeri Pertama di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Saat ini Madrasah Aliyah Negeri Cililin membina lebih dari 40 Madrasah Aliyah Swasta yang tergabung dalam kegiatan Kelompok Kerja Madrasah (KKM’ 01) MAN CILILIN .

Dari uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan mendalami tentang model pembelajaran di lingkungan Madrasah Aliyah dengan judul :”Pengaruh Kompetensi Guru Geografi terhadap Hasil Belajar Peseta didik di Lingkungan Madrasah Aliyah se-KKM 01 Cililin Kabupaten Bandung Barat.”


(5)

B. Perumusan Masalah

Berkaitan dengan identifikasi masalah maka dirumuskan masalah yang dijadikan sebagai landasan penelitian lebih lanjut sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kualifikasi akademik guru Geografi Madrasah Aliyah se-KKM 01 Cililin Kab.Bandung Barat ?

2. Sejauhmanakah pengaruh Kompetensi guru Geografi terhadap hasil belajar siswa Madrasah Aliyah se-KKM 01 Cililin Kab.Bandung Barat?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi dan memberi gambaran yang kongkrit bagaimana pengaruh kompetensi guru geografi dalam pembelajaran di Madrasah Aliyah se-Kabupaten Bandung Barat. Kondisi yang akan diteliti adalah kualifikasi guru geografi terhadap hasil belajar siswa Madrasah Aliyah se-KKM 01 Cililin Kab.Bandung Barat.

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat diperoleh strategi pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga Guru Geografi di Lingkungan Madrasah Aliyah memiliki kompetensi dan meningkatkan kreatifitas guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. Serta diharapkan dari hasil penelitian ini menjadi sumbangan bagi berbagai pihak :


(6)

1. Guru, dengan penelitian ini akan menambah pengetahuan, serta menjadi bahan renungan (refleksi) dalam upaya memperbaiki profesionalisme dan kompetensi guru.

2. Secara Praktis, menjadi referensi yang dapat dipakai untuk mengembangkan program-program pemberdayaan ke depan, baik yang dilaksanakan oleh MGMP, LPTK, LPMP, Dinas pendidikan, Kementrian Agama dan pihak-pihak terkait lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakan kependidikan secara umum.

3. Kepala Sekolah, dapat mengembangkan suasana kondusif bagi proses pembelajaran.

4. Bagi kegiatan penelitian, untuk menjadi informasi dan dasar pengembangan penelitian selanjutnya.