RENSTRA 2012-2017_BADAN 2.BAB II OK

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. TUGAS POKOK, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI 1. Tugas dan Fungsi Unit Kerja

Berdasarkan Peraturan Bupati Batang nomor 45 tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Batang sebagai berikut :

a. Tugas Pokok

Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana.

b. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas pokok Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. penyusunan rumusan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan

perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana;

b. pelaksanaan kebijakan pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan

keluarga berencana;

c. penyusunan rencana pembangunan dan pengembangan di bidang

pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana; d. pelaksanaan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang

perencanaan, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, perlengkapan dan rumah tangga;

e. penyusunan pembinaan umum, teknis pemberdayaan perempuan,


(2)

dan penyuluhan;

f. pelaksanaan dan pengkoordinasian terhadap kegiatan-kegiatan instansi

pemerintah, swasta, lembaga sosial dan organisasi masyarakat di bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana; g. pelaksanaan dan pengendalian penyelenggaraan program pemberdayaan

perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana;

h. pengelolaan informasi dan pelaksanaan analisis pemberdayaan

perempuan dan keluarga berencana;

i. pelaksanaan dan pengendalian serta evaluasi pelaksanaan pemberdayaan

perempuan dan keluarga berencana;

j. pengumpulan dan pengolahan data keluarga berencana, keluarga

sejahtera pengolahan data statistik serta penyimpanan dan pelaporan; k. pembinaan terhadap UPTB dan kelompok jabatan fungsional di bidang

keluarga berencana;

l. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Bupati sesuai tugas

dan fungsinya.

2. Organisasi dan Tata Kerja

Susunan Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana terdiri dari :

a. Kepala Badan;

b. Sekretariat, membawahkan: 1. Subbagian Program;

2. Subbagian Keuangan dan Logistik; 3. Subbagian Umum dan Kepegawaian.


(3)

c. Bidang Data dan Informasi, membawahkan : 1. Subbidang Pengumpulan dan Pengolahan Data; 2. Subbidang Evaluasi Program dan Informasi.

d. Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, membawahkan :

1. Subbidang Jaminan Pelayanan Keluarga Berencana; 2. Subbidang Kesehatan Reproduksi.

e. Bidang Keluarga Sejahtera, membawahkan :

1. Subbidang Pemberdayaan Ekonomi Keluarga dan Ketahanan Keluarga; 2. Subbidang Institusi dan Peran Serta Masyarakat.

f. Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, membawahkan:

1. Subbidang Pemberdayaan Perempuan; 2. Subbidang Perlindungan Anak.

g. Unit Pelaksana Teknis Badan;

Kelompok Jabatan Fungsional.

B. SUMBER DAYA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN BATANG

1. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM)

a. Personalia

1) Jumlah Pegawai

a) Pejabat Struktural : 17 orang

b) Staf : 18 orang

c) Fungsional : 91 orang d) Pegawai Tidak Tetap : 6 orang


(4)

2) Pendidikan

b. P N S

1) Pasca Sarjana ( S2 ) : 5 orang 2) Sarjana ( S1 ) : 53 orang 3) Sarjana Muda : 18 orang

4) SLTA : 44 orang

5) SLTP : 4 orang

6) SD : 1 orang

2. Kondisi Sarana

a. Inventaris Barang Tidak Bergerak.

1) Gedung Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Batang di Jl. Dr Soetomo No. 58 Batang

2) Balai Penyuluhan Keluarga Berencana (Kec. Pecalungan, Bandar, dan Kecamatan Warungasem).

b. Inventaris Barang Bergerak.

1) Alat Kantor : Meja, Kursi, Almari, Mesin Ketik, Komputer, dll.

2) Alat Angkutan : Mobil, Kendaraan roda 2. 3) Alat-alat lain : lihat lampiran

3. Karakteristik Demografi

Manusia (penduduk) merupakan salah satu modal dalam pembangunan. Daya guna dari modal tersebut ditentukan oleh berbagai kondisi yang meliputi kuantitas, kualitas dan distribusinya. Jumlah penduduk Kabupaten Batang berdasarkan hasil registrasi akhir tahun 2010 tercatat sejumlah 710.423 jiwa. yang terdiri dari 354.650 jiwa penduduk laki-laki dan 355.773 jiwa penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin (rasio penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan) sebesar 99,68.

Jumlah rumah tangga di Kabupaten Batang sebanyak 166.052. rata-rata besarnya anggota rumah tangga sebesar 4,3 orang. Sedangkan kepadatan


(5)

penduduk di Kabupaten Batang tercatat sebesar 901 jiwa per km2. Jumlah kelahiran selama tahun 2010 sebanyak 3.269 jiwa sedangkan jumlah kematian selama periode tersebut sebanyak 1.373 jiwa. Tingkat pertambahan penduduk alamiah selama tahun 2010 sebesar 2,67.

Grafik 2.1

Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Batang

C. KINERJA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA TAHUN 2006 - 2011


(6)

Capaian kinerja Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dari Tahun 2006-2011 dapat dilihat pada tabel berikut :

2. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR

Capaian Tiap Tahun Kondisi Kinerja

Pada akhir Periode RPJMD

2006 2007 2008 2009 2010 2011

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Persentase partisipasi

perempuan di lembaga

pemerintah 1.92% 1.93% 1,93%

NO URUSAN/BIDANG INDIKATOR

Capaian Tiap Tahun Kondisi

Kinerja Pada akhir Periode

RPJMD

2006 2007 2008 2009 2010 2011

1 2 4 5 6 7 8 9 10

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Rata-rata jumlah

anak per keluarga 0.2725 0.2592 0.2547 0.2577 0.2522 Rasio akseptor

KB 79,6268 79,1883 79,8630 79,3374 79,2246 80,3419 Cakupan peserta

KB aktif 113.391 114.656 117.837 119.878 122.505 125.964 Keluarga Pra

Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I

134.862 130.439 130.158 128.738 126.244 128.023 Rata-rata jumlah

JIWA per kepala


(7)

Partisipasi perempuan

di lembaga swasta 99.32% 99.32% 98,06%

Rasio KDRT 0.01% 0.01% 0,01%

Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur

3.01% 3.08% 3.1% Partisipasi angkatan

kerja perempuan 191.329 191.462 192.793

Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan

100% 100% 100%

Keterangan : Badan PP dan KB baru terbentuk Tahun 2009

D. KONDISI LINGKUNGAN STRATEGIS

I. Kondisi Lingkungan Internal

1. Kekuatan (Strenght) antara lain :

a. Sarana dan prasarana kerja yang memadai dan cukup untuk seluruh tenaga program.

b. Adanya dukungan dana dalam APBD Kabupaten.

c. Alat Kontrasepsi KB yang tersedia dan dapat tersalurkan; d. Terbentuknya P2TP2A dan UPT P2A di seluruh kecamatan; e. Kesiapan seluruh jajaran KB dalam memberikan KIE KB dan KS; f. SDM PLKB semakin meningkat secara kualitas.

2. Kelemahan (Weaknes) antara lain

a. Motivasi dan etos kerja tenaga/personil masih perlu ditingkatkan;. b. Keterbatasan kuantitas SDM PLKB/PKB, berkurang akibat jumlah

yang pensiun tidak dibarengi dengan rekrutmen yang sebanding.

c. Belum memiliki gedung dan fasilitas perkantoran yang layak dan memadai, baik di tingkat kabupaten maupun di kecamatan,

d. Keterbatasan dukungan anggaran APBD yang memadai.

II. Kondisi Lingkungan Eksternal

1. Peluang (Oportunity) :


(8)

b. Mudahnya masyarakat memperoleh informasi dan pelayanan KB.

c. Adanya dukungan Dana Alokasi Khusus (DAK) di bidang KB setiap tahun dari pusat.

d. Adanya payung hukum kesetaraan dan keadilan gender.

e. Adanya kewenangan Pemerintah Daerah di bidang KB dan PP sesuai PP Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan antara Pemerintah, Pemerintahan Prpvinsi dan Pemerintahan Kabupaten/kota. f. Semakin melembaganya NKKBS ditengah masyarakat semakin

meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya ber KB bagi pasangan muda, sehingga KB seakan menjadi kebutuhan pokok disamping kebutuhan yang lain..

1. Ancaman (Threats)

a. Meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan KB yang bermutu. b. Imbas dari pendidikan gratis, askeskin dan jampersal sehingga

masyarakat juga menuntut KB gratis.

c. Masih rendahnya keterlibatan lintas sektor dalam Pengarus Utamaan Gender (PUG).

d. Masih rendahnya pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat tentang program pembangunan ketahanan dan kesejahteraan keluarga;

e. Kurangnya dukungan sarana dan prasarana serta biaya operasional untuk pembinaan dan pengembangan kelompok kegiatan (BKB, BKR, BKl, dan UPPKS serta PIK Remaja);

f. Makin menurunnya komitmen pejabat tingkat kecamatan dan desa dalam program KB;

g. Masih rendahnya partisipsi pria dalam program KB;

h. Semakin meningkatnya pola kehidupan yang materialistik, berimbas pada semakin sulitnya mencari pionir dan kader KB di Desa-desa.

i. Semakin menurunnya pemahaman KB secara utuh di kalangan sebagian masyarakat, yang salah satu indikasinya mereka memiliki banyak anak.


(9)

1. Strategi SO

Yaitu strategi dengan mengoptimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan cara menggabungkan kekuatan dengan peluang (S + O) strategi ini mengarah pada Agresive Strategies.. Dari analisis lingkungan internal diperoleh beberapa strategi alternatif yaitu :

1. Memaksimalkan peran SDM PLKB dengan seluruh potensi yang adan termasuk dukungan sarana dan prasarana yang ada untuk melakukan KIE dan Advokasi baik kepada stakeholder terkait maupun masyarakat secara umum dalam rangka menunjang kinerja program secara keseluruhan.

2. Memanfaatkan dukukan dana APBD Kabupaten secara selektif, terencana dan menggunakan skala priorisa untuk mendukung kegiatan yang menjadi unrusan kewenangan daerah di bidang KB sesuai PP 38 tahun 2007.

3. Memanfaatkan alat dan obat kontrasepsi yang tersedia untuk menunjang pencapaian kinerja baik jangka pendek, menengah, serta jangka panjang.

2. Strategi ST

Yaitu menggunakan kekuatan untuk mencegah dan mengatasi ancaman, dengan cara menggabungkan kekuatan dan ancaman (S + T), strategi ini sifatnya lebih mengarah pada Competitive Strategies atau Diversification Strategies. Dari analisis lingkungan internal diperoleh beberapa strategi alternatif yaitu :

1. Meningkatkan upaya peningkatkan pembiayan program KB dan KS dalam rangka menanggulangi semakin meningkatnya tuntutan dan kebutuhan masyarakat baik di bidang KIE, advokasi maupun pelayanan KB secara umum.

2. Peningkatan koordinasi lintas sektor (stakeholder) terkait dalam rangka mendapatkan dukungan di bidang pembinaan dan pengembangan ketahanan keluarga.


(10)

3. Memaksimalkan peran P2TP2A dan UPT P2 di seluruh kecamatan untuk mendukung kegiatan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

3. Strategi WO

Mengurangi kelemahan untuk memanfaatkan peluang, dengan cara menggabungkan kelemahan dengan peluang (W + O) strategi ini sifatnya lebih mengarah pada Conservative Strategies atau Turn Around. Dari analisis lingkungan internal diperoleh beberapa strategi alternatif yaitu :

1. Memaksimalkan penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk meningkan etos kerja karyawan.

2. Pemanfatatan Pelembagaan Norma Keluarga Kecil Bahagian Sejahtera (NKKBS) yang telah tertanam baik di tengah masyarakat untuk menunjang tercapainya KKP secara umum.

3. Memaksimalkan kewenangan yang ada di PP 38 2007 untuk memajukan program KB.

4. Strategi WT

Mengurangi kelemahan untuk mencegah dan menghindari ancaman, dengan cara menggabungkan kelemahan dengan ancaman (W + T) strategi ini sifatnya lebih mengarah pada Defensive Strategies. Dari analisis lingkungan internal diperoleh beberapa strategi alternatif yaitu :

1. Meningkatkan SDM tenaga program KB dan PP baik kualitas maupun kuantitas.

2. Memaksimalkan peran P2TP2A dan UPT P2 di seluruh kecamatan untuk memdukung kegiatan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.


(11)

(1)

Capaian kinerja Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dari Tahun 2006-2011 dapat dilihat pada tabel berikut :

2. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR

Capaian Tiap Tahun Kondisi Kinerja

Pada akhir Periode RPJMD

2006 2007 2008 2009 2010 2011

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Persentase partisipasi

perempuan di lembaga

pemerintah 1.92% 1.93% 1,93%

NO URUSAN/BIDANG INDIKATOR

Capaian Tiap Tahun Kondisi Kinerja Pada akhir Periode

RPJMD 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1 2 4 5 6 7 8 9 10

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Rata-rata jumlah

anak per keluarga 0.2725 0.2592 0.2547 0.2577 0.2522 Rasio akseptor

KB 79,6268 79,1883 79,8630 79,3374 79,2246 80,3419 Cakupan peserta

KB aktif 113.391 114.656 117.837 119.878 122.505 125.964 Keluarga Pra

Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I

134.862 130.439 130.158 128.738 126.244 128.023

Rata-rata jumlah JIWA per kepala


(2)

Partisipasi perempuan

di lembaga swasta 99.32% 99.32% 98,06%

Rasio KDRT 0.01% 0.01% 0,01%

Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur

3.01% 3.08% 3.1%

Partisipasi angkatan

kerja perempuan 191.329 191.462 192.793

Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan

100% 100% 100%

Keterangan : Badan PP dan KB baru terbentuk Tahun 2009

D. KONDISI LINGKUNGAN STRATEGIS

I. Kondisi Lingkungan Internal

1. Kekuatan (Strenght) antara lain :

a. Sarana dan prasarana kerja yang memadai dan cukup untuk seluruh tenaga program.

b. Adanya dukungan dana dalam APBD Kabupaten.

c. Alat Kontrasepsi KB yang tersedia dan dapat tersalurkan; d. Terbentuknya P2TP2A dan UPT P2A di seluruh kecamatan; e. Kesiapan seluruh jajaran KB dalam memberikan KIE KB dan KS; f. SDM PLKB semakin meningkat secara kualitas.

2. Kelemahan (Weaknes) antara lain

a. Motivasi dan etos kerja tenaga/personil masih perlu ditingkatkan;. b. Keterbatasan kuantitas SDM PLKB/PKB, berkurang akibat jumlah

yang pensiun tidak dibarengi dengan rekrutmen yang sebanding.

c. Belum memiliki gedung dan fasilitas perkantoran yang layak dan memadai, baik di tingkat kabupaten maupun di kecamatan,

d. Keterbatasan dukungan anggaran APBD yang memadai.

II. Kondisi Lingkungan Eksternal

1. Peluang (Oportunity) :


(3)

b. Mudahnya masyarakat memperoleh informasi dan pelayanan KB.

c. Adanya dukungan Dana Alokasi Khusus (DAK) di bidang KB setiap tahun dari pusat.

d. Adanya payung hukum kesetaraan dan keadilan gender.

e. Adanya kewenangan Pemerintah Daerah di bidang KB dan PP sesuai PP Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan antara Pemerintah, Pemerintahan Prpvinsi dan Pemerintahan Kabupaten/kota. f. Semakin melembaganya NKKBS ditengah masyarakat semakin

meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya ber KB bagi pasangan muda, sehingga KB seakan menjadi kebutuhan pokok disamping kebutuhan yang lain..

1. Ancaman (Threats)

a. Meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan KB yang bermutu. b. Imbas dari pendidikan gratis, askeskin dan jampersal sehingga

masyarakat juga menuntut KB gratis.

c. Masih rendahnya keterlibatan lintas sektor dalam Pengarus Utamaan Gender (PUG).

d. Masih rendahnya pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat tentang program pembangunan ketahanan dan kesejahteraan keluarga;

e. Kurangnya dukungan sarana dan prasarana serta biaya operasional untuk pembinaan dan pengembangan kelompok kegiatan (BKB, BKR, BKl, dan UPPKS serta PIK Remaja);

f. Makin menurunnya komitmen pejabat tingkat kecamatan dan desa dalam program KB;

g. Masih rendahnya partisipsi pria dalam program KB;

h. Semakin meningkatnya pola kehidupan yang materialistik, berimbas pada semakin sulitnya mencari pionir dan kader KB di Desa-desa.

i. Semakin menurunnya pemahaman KB secara utuh di kalangan sebagian masyarakat, yang salah satu indikasinya mereka memiliki banyak anak.


(4)

1. Strategi SO

Yaitu strategi dengan mengoptimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan cara menggabungkan kekuatan dengan peluang (S + O) strategi ini mengarah pada Agresive Strategies.. Dari analisis lingkungan internal diperoleh beberapa strategi alternatif yaitu :

1. Memaksimalkan peran SDM PLKB dengan seluruh potensi yang adan termasuk dukungan sarana dan prasarana yang ada untuk melakukan KIE dan Advokasi baik kepada stakeholder terkait maupun masyarakat secara umum dalam rangka menunjang kinerja program secara keseluruhan.

2. Memanfaatkan dukukan dana APBD Kabupaten secara selektif, terencana dan menggunakan skala priorisa untuk mendukung kegiatan yang menjadi unrusan kewenangan daerah di bidang KB sesuai PP 38 tahun 2007.

3. Memanfaatkan alat dan obat kontrasepsi yang tersedia untuk menunjang pencapaian kinerja baik jangka pendek, menengah, serta jangka panjang.

2. Strategi ST

Yaitu menggunakan kekuatan untuk mencegah dan mengatasi ancaman, dengan cara menggabungkan kekuatan dan ancaman (S + T), strategi ini sifatnya lebih mengarah pada Competitive Strategies atau

Diversification Strategies. Dari analisis lingkungan internal diperoleh

beberapa strategi alternatif yaitu :

1. Meningkatkan upaya peningkatkan pembiayan program KB dan KS dalam rangka menanggulangi semakin meningkatnya tuntutan dan kebutuhan masyarakat baik di bidang KIE, advokasi maupun pelayanan KB secara umum.

2. Peningkatan koordinasi lintas sektor (stakeholder) terkait dalam rangka mendapatkan dukungan di bidang pembinaan dan pengembangan ketahanan keluarga.


(5)

3. Memaksimalkan peran P2TP2A dan UPT P2 di seluruh kecamatan untuk mendukung kegiatan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

3. Strategi WO

Mengurangi kelemahan untuk memanfaatkan peluang, dengan cara menggabungkan kelemahan dengan peluang (W + O) strategi ini sifatnya lebih mengarah pada Conservative Strategies atau Turn

Around. Dari analisis lingkungan internal diperoleh beberapa strategi

alternatif yaitu :

1. Memaksimalkan penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk meningkan etos kerja karyawan.

2. Pemanfatatan Pelembagaan Norma Keluarga Kecil Bahagian Sejahtera (NKKBS) yang telah tertanam baik di tengah masyarakat untuk menunjang tercapainya KKP secara umum.

3. Memaksimalkan kewenangan yang ada di PP 38 2007 untuk memajukan program KB.

4. Strategi WT

Mengurangi kelemahan untuk mencegah dan menghindari ancaman, dengan cara menggabungkan kelemahan dengan ancaman (W + T) strategi ini sifatnya lebih mengarah pada Defensive Strategies. Dari analisis lingkungan internal diperoleh beberapa strategi alternatif yaitu :

1. Meningkatkan SDM tenaga program KB dan PP baik kualitas maupun kuantitas.

2. Memaksimalkan peran P2TP2A dan UPT P2 di seluruh kecamatan untuk memdukung kegiatan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.


(6)