151631 MQFM 2009 12 Editorial 22 Desember 2009

Minggu, 14 Desember 2008
Sejarah Hari Ibu di indonesia.
Hari Ibu di Indonesia
Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Konggres
Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung yang kemudian dikenal
sebagai Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto. Dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari
12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres
Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).
Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita
abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis,
Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.
Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan
Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul
menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum
perempuan. Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan
Nusantara; pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan; pelibatan perempuan dalam
berbagai aspek pembangunan bangsa; perdagangan anak-anak dan kaum perempuan; perbaikan gizi
dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa
diwarnai gembar-gembor kesetaraan jender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis
dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.
Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan

Indonesia III pada tahun 1938. Peringatan 25 tahun Hari Ibu pada tahun 1953 dirayakan meriah di tak
kurang dari 85 kota Indonesia, mulai dari Meulaboh sampai Ternate.
Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22
Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.
Misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para
perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Dari situ pula tercermin semangat kaum
perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama. Di Solo, misalnya, 25
tahun Hari Ibu dirayakan dengan membuat pasar amal yang hasilnya untuk membiayai Yayasan
Kesejahteraan Buruh Wanita dan beasiswa untuk anak-anak perempuan. Pada waktu itu panitia Hari
Ibu Solo juga mengadakan rapat umum yang mengeluarkan resolusi meminta pemerintah melakukan
pengendalian harga, khususnya bahan-bahan makanan pokok. Pada tahun 1950-an, peringatan Hari Ibu
mengambil bentuk pawai dan rapat umum yang menyuarakan kepentingan kaum perempuan secara
langsung.
Satu momen penting bagi para wanita adalah untuk pertama kalinya wanita menjadi menteri adalah
Maria Ulfah di tahun 1950. Sebelum kemerdekaan Kongres Perempuan ikut terlibat dalam pergerakan
internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri. Tahun 1973 Kowani menjadi anggota penuh
International Council of Women (ICW). ICW berkedudukan sebagai dewan konsultatif kategori satu
terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa.
Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada
para ibu, memuji ke-ibu-an para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa,

penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka lomba masak dan berkebaya, atau
membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.

Lebih dari sekedar urusan domestik/ tetapi peran-peran besar yaitu di ranah perjuangan kemerdekaan/
pembangunan bangsa// Kesepakatan bahwa perempuan Indonesia ikut bersatu padu memperjuangkan
kemerdekaan//
Pendangkala makna// sekarang lebih ke perayaan mothers day/ just thanks atas peran ibu sebagai orang
yang telah melahirkan kita dan peran-peran domestik lain// Dampaknya lebih dirasakan secara
nasional/ lebih luas//

Sejarah Hari Ibu
Rabu, 22 Desember 2004M
09 Dzulqaidah 1425H

Hari Ibu di Indonesia dirayakan pada tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional.
Berbeda dengan di Amerika dan Kanada yang merayakan Hari Ibu atau Mother’s Day pada hari
Minggu di minggu kedua bulan Mei.
Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres
Perempuan di tahun yang sama dengan Sumpah Pemuda. Organisasi perempuan sendiri sudah bermula
sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu,

Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan,
Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.
Pada tanggal 22 Desember 1928 organisasi-organisasi perempuan mengadakan kongres pertamanya di
Yogyakarta dan membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia
(Kowani), kongres berikutnya diadakan di Jakarta dan Bandung.
Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22
Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional, hingga kini.
Satu momen penting bagi para wanita adalah untuk pertama kalinya wanita menjadi menteri adalah
Maria Ulfah di tahun 1950. Sebelum kemerdekaan Kongres Perempuan ikut terlibat dalam pergerakan
internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri. Tahun 1973 Kowani menjadi anggota penuh
International Council of Women (ICW). ICW berkedudukan sebagai dewan konsultatif kategori satu
terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa.
Pada kongres di Bandung tahun 1952 diusulkan dibuat sebuah monumen, setahun berikutnya
diletakkan batu pertama oleh Ibu Sukanto (ketua kongres pertama) untuk pembangunan Balai Srikandi
dan diresmikan oleh menteri Maria Ulfah tahun 1956. Akhirnya pada tahun 1983 Presiden Soeharto
meresmikan keseluruhan kompleks monumen menjadi Mandala Bhakti Wanitatama di Jl. Laksda
Adisucipto, Yogyakarta.
Popularity: 20% [?]

Sejarah hari Ibu begitu dekat dengan Jogjakarta// Jika diingat

sejarahnya.. akar peringatan hari ibu bermula pada kongres perempuan
indonesia pada 22-23 des 09/ di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama//
Dihadiri organisasi-organisasi perempuan/ dimana yang menjadi nafas
atau ruh pelaksanaan kongres ini adalah semangat perjuangan/ pelibatan
perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan/ pelibatan perempuan
dalam berbagai aspek pembangunan bangsa/ melawan perdagangan anak-anak
dan kaum perempuan/ perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita/
pernikahan usia dini bagi perempuan/ dan sebagainya//
para pejuang perempuan yang berkumpul hari itu/ melakukan pemikiran
kritis dan aneka upaya yang amat penting/ bagi kemajuan bangsa//
Misi diperingatinya Hari Ibu/ pada awalnya lebih untuk mengenang
semangat dan perjuangan para perempuan/ dalam upaya perbaikan
kualitas bangsa ini// Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk
mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji
ke-ibu-an para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan
kado istimewa, penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka
lomba masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban
kegiatan domestik sehari-hari// hari perjuangan perempuan
Mothers day di minggu kedua di Bulan Mei
Hari ibu di Indonesia diperingati setiap tanggal 22 Desember. Tahun ini

adalah hari ibu yang ke-78. Hari ibu merupakan hari pelaksanaan
Kongres Perempuan I di Yogyakarta pada tanggal 22-25 Desember 1928.
Penetapan tanggal tersebut sebagai hari ibu dilakukan pada Kongres
Perempuan III pada tahun 1938.
Dari akar sejarah tersebut tampak bahwa hari ibu di Indonesia sama
sekali tidak mengikuti tradisi Mother's Day yang ala amerika atau
negara2 barat lainnya dimana pada Mother's Day kaum perempuan
dibebaskan dari tugas rumah tangga yang dianggap sebagai kewajiban
mereka seperti memasak dan merawat anak. Pada Mother's Day
biasanya dinyatakan dengan mengirimkan kartu, memberi bunga,
menggantikan peran ibu di dapur, memberi hadiah yang biasanya dipilih
sesuatu yang mencerminkan sifat keibuan. Mother's Day didedikasikan
sebagai penghormatan jasa ibu dalam merawat anak2, suami, dan
mengurus rumah tangga.
Berbeda dengan Mother's Day, hari ibu di Indonesia bertolak dari
semangat pembebasan kaum perempuan dari belenggu ketertindasan.
Hari ibu diperingati sebagai momentum untuk memperbaiki nasib dan
derajat kaum perempuan agar menjadi terhormat sesuai dengan
kodratnya. Namun kenyataanya pemaknaan hari ibu di Indonesia saat ini
mulai terpengaruh oleh budaya domestifikasi kaum perempuan dan

cenderung berarah kepada konsumerisme. Domestifikasi perempuan
adalah meneguhkan peran perempuan sebagai makhluk domestik

perempuan di dalam rumah tangga yang identik dengan domain tugas
kesehariannya di rumah tangga. Domestifikasi kaum perempuan ini
tampak pada perayaan Mother's Day.. Namun pada hakekat dari Hari Ibu
di Indonesia sama sekali tidak dimaksudkan untuk melakukan
domestifikasi kaum perempuan, melainkan untuk membebaskan keadaan
perempuan yang mengalami ketertindasan.
Mari kita jadikan hari ibu sebagai momentum untuk membebaskan kaum
perempuan dari eksploitasi baik yang disadari maupun tidak disadari
oleh mereka sehingga menjadikan kaum perempuan sebagai kaum yang
mulia sesuai dengan kodratnya

Friday, December 26, 2008
Hari ibu vs mother's day Sejarah mother's day
Disetiap Negara diadakan perayaan hari ibu yang harinya berbeda-beda sesuai dengan asal mula hari
ibu itu ada menurut mereka, ada sebagian pendapat yang mengatakan asal mula munculnya peringatan
hari ibu itu dari adat orang romawi kuno dalam peribadatan dan penyembahan dewi Rhea dengan
penyelenggaraan festival Cyble, ibu dari segala dewa yunani kuno, pesta yang diadakan di Roma itu

mulai tanggal 15-18 maret. Dan selain itu orang romawi kuno juga memiliki hari besar lain yang
disebut Matronalia, sebagai peringatan dewi Juno di mana hari itu para ibu-ibu diberikan hadiah. Dan
disebagian Negara lain perayaan hari ibu itu bukan berasal dari ibu itu sendiri, tapi lebih condong
kepada perayaan hari besar Kristen dan penghormatan kepada gereja.
Di Inggris dan Irlandia ada istilah mothering Sunday yang sering disebut mother's day, dan peringatan
ini sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan mother's day yang diperingati orang Amerika. Hari
ini deperingati pada minggu ke empat bulan Lent (bulan puasa), yang tepatnya 3 minggu sebelum hari
paskah. Kebiasaan ini dianggap berasal dari kunjungan tahunan ibu-ibu ke gereja abad ke 16, yang
dipercayai bahwa pada hari Ini juga para ibu-ibu itu harus bersatu bersama anak-anak mereka.
Sedangkan di Amerika, perayaan hari ibu jatuh pada minggu kedua bulan mei, karena pada tanggal itu
pada tahun 1870 aktivis sosial Julia Ward Howe mencanangkan pentingnya perempuan bersatu
melawan perang saudara.
Hari Ibu di Indonesia sering dimaknai mengikuti tradisi Mother’s Day ala Amerika Serikat atau
Eropa yang mendedikasikan hari itu sebagai penghormatan terhadap jasa para ibu dalam merawat anakanak, suami serta mengurus rumah tangga. Pada hari itu kaum perempuan dibebaskan dari tugas
domestik yang sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan
urusan rumah tangga lainnya. Inti pemaknaan Mother’s Day macam ini adalah perayaan peran
domestik perempuan sekaligus peneguhan posisi perempuan sebagai makhluk domestik. Domestifikasi
perempuan ini mengawetkan bilik dapur, sumur, dan kasur sebagai domain kaum perempuan.
Penggunaan kata ibu ini pulalah yang tampaknya telah membuat pemaknaan Hari Ibu terseret ke arah
pemaknaan Mother’s Day, yang lebih ditujukan untuk memberi puja-puji terhadap ke-ibu-an

(motherhood) dan perannya sebagai "yang telah melahirkan dan menyusui", sebagai pengasuh anak,
sumber kasih sayang, pemandu urusan domestik, dan pendamping suami.
Hal-hal inilah yang menjadi titik sentral peringatan Mother’s Day di sebagian negara Eropa dan
Timur Tengah, yang mendapat pengaruh dari kebiasaan memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus. Maka,
di negara-negara tersebut, peringatan Mother’s Day jatuh pada bulan maret.
Yang barangkali telah merancukan pemaknaan Hari Ibu adalah digunakannya kata "ibu", dan bukan

"perempuan". Masalahnya, jika ditilik dari apa yang dilakukan para pejuang saat itu, titik sentral yang
digarap adalah kaum perempuan secara umum, bukan sebatas kaum ibu.
Hari Ibu di Tanah Air yang jatuh pada tanggal 22 Desember mempunyai akar sejarah dan makna jauh
berbeda dari tradisi Mother’s Day model Barat. Momentum ini bertolak dari semangat pembebasan
nasib kaum perempuan dari belenggu ketertindasan pada waktu itu.
Hari Ibu di Indonesia
Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Konggres
Perempuan Indonesia I 22-25 desember 1928 di Yogyakarta, di gedung yang kemudian dikenal sebagai
Mandala bhakti Wanita tama di Jalan Adisucipto. Dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota
di jawa dan sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan
yang kini dikenal sebagai kongres wanita Indonesia (kowani). Organisasi perempuan sendiri sudah ada
sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti Christina Tiahahu, Cut
Nyak Dhien, Cut Mutia , R.A.Kartini, Walanda Maramis , Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan,

Rangkayo Rasuna Said, Laksamana Malahayati dan lain-lain. Tahun 1959, Presiden Soekarno
menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1959. Tanggal
22 Desember dipilih untuk mengenang diselenggarakannya Kongres Perempuan pertama, 31 tahun
sebelumnya.
Jadi, menilik sejarahnya, mestinya bukan the state of being mother-nya yang diapresiasi, seharusnya
peringatan Hari Ibu tidak hanya dimaknai sebagai hari mengungkapkan kasih sayang dan memanjakan
ibu, memang Itu tidak salah, tetapi keperempuanan dan semangat juang mereka yang hebat. Berbagai
isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan
dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan
bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan
balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Dan seharusnya kita mengambil semangat
yang dimiliki para pahlawan wanita seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutia, R.A.
Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said, dan
Laksmana Malahayati, Semangat mereka, adalah semangat memperjuangkan hak-hak perempuan,
Apalagi permasalahan perempuan zaman sekarang begitu banyak. Misalnya soal perdagangan
perempuan, Ini seharusnya disuarakan dalam peringatan Hari Ibu!. Tanpa diwarnai gembar-gembor
kesetaraan gender, dan hak-hak lain yang malah menurunkan martabat wanita sebagai ratu dalam
keluarga dan pencetak generasi bangsa masa depan!. Para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran
kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa. Misi diperingatinya Hari Ibu pada
awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan

kualitas bangsa ini, seperti penentangan terhadap perkawinan anak-anak dan kawin paksa, tuntutan
akan syarat-syarat perceraian yang menguntungkan pihak perempuan, sokongan pemerintah untuk para
janda dan anak yatim, beasiswa untuk anak perempuan dan sekolah-sekolah perempuan. Makna historis
penting lainnya dari Kongres Perempuan I adalah menjadi batu pertama yang menandai babak baru
bangkitnya gerakan kaum perempuan Indonesia pada waktu itu untuk berorganisasi secara demokratis
tanpa membedakan agama, etnis, dan kelas sosial.
Jadi jelas kalau hari ibu di tanah air kita bukanlah mother's day seperti ala Amerika dan Eropa. Tujuan
dan latar belakang peringatan hari tersebut jauh berbeda.
Selamat hari Ibu…mother we all love you….we're nothing without you….Bunda….aku
mencintaimu…dari ujung dunia aku mengirim cinta dan doa, semoga engkau diberikan umur panjang
dan kesehatan. Selalu doakan anakmu….
Nailunni'am
Mahasiswa Al-Azhar Fak. Ushuluddin
Marhalah Blitza 2005/Pkl

Hari Ibu bukan Mother’s Day?
Posted by taqdir on 12/22/08 • Categorized as Indonesiaku
Berbeda dengan di Negara luar …hari Ibu di Indonesia, tidak terlihat berbeda dengan hari-hari lain.
Semuanya berjalan seperti biasa. Nyuci, nyetrika, masak, ngurus anak dan suami dan berbagai aktifitas
ibu lainnya tetep berjalan.

Saya kira hal ini wajar aja, karena memang hari ibu yang diperingati tiap tgl 22 Desember di Indonesia,
sama sekali ngga ada kaitannya dengan Mother’s Day.
Di Amerika, dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda,
Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong Hari Ibu atau Mother’s Day (dalam bahasa Inggris
dirayakan pada hari Minggu di pekan kedua bulan Mei. Di beberapa negara Eropa dan Timur Tengah,
Hari Ibu atau Mother’s Day diperingati setiap bulan Maret.
Bukan itu aja, bedanya pun bisa dilihat dari sejarahnya.
Jika hari Ibu di Indonesia bermula dari semangat kaoem perempoean Indonesia yang berkongres untuk
menentukan sikap, ikut berjuang bersama kaum laki laki dalam merebut kemerdekaan dan mengambil
peran dalam berbangsa dan bernegara. Maka untuk perayaan Mother’s Day di Amerika Serikat dan
beberapa negara lainnya, berawal dari keinginan seorang aktifis sosial, Julia Ward Howe, agar para
perempuan bersatu melawan perang saudara. Idenya ini kemudian dikembangkan oleh Ann Jarvis, yang
berkeinginan ada satu hari yang dinamakan Mother’s Work Day.
Ketika ia meninggal, anaknya Anna Jarvis, melakukan penghormatan atas kerja kerasa ibunya, pada
tanggal 10 Mei 1908. Ia kemudian mengirimkan draft kepada Presiden AS Woodrow Wilson, untuk
mencanangkan satu hari penghormatan kepada ibu. Presiden Wilson kemudian menetapkan Hari
Minggu kedua di bulan Mei, sebagai Mother’s Day, yang kemudian banyak diperingati.
Perbedaan lain adalah peringatan Mother’s Day di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, yang
mendapat pengaruh dari kebiasaan memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus, dan ibu para dewa dalam
sejarah Yunani kuno. Maka, di negara-negara tersebut, peringatan Mother’s Day jatuh pada bulan
Maret. Kalau di Indonesia tentu saja tidak seperti itu.
Bedanya jauh khan?
Kalau begitu, hari Ibu di Indonesia, mestinya kaum perempuan harus lebih bersemangat, bukan hari
bersantai ria dengan pemanjaan khusus. Hari ibu adalah hari untuk menata kembali sikap, memusatkan
tenaga, menyatukan kekuatan dan kemampuan. Hari yang mengingatkan bahwa kaum perempuan
untuk mempersiapkan diri mengemban tugas mulia, yaitu mempersiapkan anak-anak menjadi generasi
yang tangguh di masa datang.
Pengen tahu lebih jauh sejarah Hari Ibu dan andil Gedung Wanita Mandalabhakti Wanitatama
Djokdjakarta?
Silahkan main ke sini