BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG
Barang/jasa publik adalah fasilitas yang diberikan oleh pemerintah untuk
publik/masyarakat secara umum tanpa masyarakat tersebut mengeluarkan biaya
untuk dapat menikmatinya. Jasa publik disediakan secara seragam kepada seluruh

pengguna diseluruh daerah dan seluruh masyarakat dapat memanfaatkan jasa ini.
Namun demikian, bukan berarti bahwa penyedian jasa publik ini tanpa
menimbulkan biaya. Sebuah proses publik digunakan dalam menentukan jumlah
yang harus disediakan dan distribusi biaya kepada para individu. Pemerintah
terlihat dalam penyediaan barang dan jasa publik karena kegagalan mmekanisme
pasar. Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui dua
sumber, yaitu pajak dan pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai

konsumen jasa public (Mardiasmo, 2009). Tentu saja dalam penentuan harga
pelayanan publik ini yang namanya pemerintah memiliki andil yang sangat besar.
Dengan adanya keterlibatan pemerintah diharapkan dalam penentuan harga barang
publik, adalah ingin meningkatkan baik effisiensi alokas sumber daya maupun
keadilan dalam distribusi pendapatan. Pemerintah akan terlibat dalam penyediaan
barang pribadi untuk memproteksi masyarakat dari penipuan, kepastian tersedianya

jasa, maupun keseragaman kualitas jasa. Semua keterlibatan pemerintah ini

ditunjukkan untuk mencapai penentuan harga yang efisien. Tujuan kebijakan harga
oleh mencakup tindakan-tindakan yang perlu agar pasar bekerja lebih baik,
termasuk memperbaiki arus informasi atau mengurangi unsur-unsur monopoli dan
batasan-batasan dalam masukknya perusahaan-perusahaan baru dalam pasar.
Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi
seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Kedua
metode ini sudah cukup lama dikenal dalam dunia kerja. Tidak hanya dalam dunia

kerja, dalam dunia penidikan pun kedua ini kerap kali digunakan. Namun selalu
terjadi perbedaan pandangan, mana yang lebih diprioritaskan antara reward
denganpunishment ,Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan.
Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan
motivasi para pegawai.
Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward
merupakan bentuk reinforcement yang positif; maka punishment sebagai bentuk

reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa
menjadi alat motivasi.

Pada dasarnya keduanya sama-sama dibutuhkan dalam memotivasi seseorang,
termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam meningkatkan kinerjanya.
Keduanya merupakan reaksi dari seorang pimpinan terhadap kinerja dan
produktivitas yang telah ditunjukkan oleh bawahannya; hukuman untuk perbuatan
jahat dan ganjaran untuk perbuatan baik. Melihat dari fungsinya itu, seolah

keduanya berlawanan, tetapi pada hakekatnya sama-sama bertujuan agar seseorang
menjadi lebih baik, termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam bekerja.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian manajemen pelayanan public dan manajemen
pelayanan swasta/bisnis ?
2. Bagaimana cara penentuan harga pelayanan sector public dan
swasta ?
3. Apa saja pelayanan public yang dapat dijual ?
4. Bagaimana cara dasar pembebanan tarif pelayanan sector swasta ?
5. Bagaimana cara dasar pembebanan tarif pelayanan sector public ?
6. Apa pengertian reward dan punishment ?


7. Bagaimana konsep dan aplikasi system reward dan punishment di
sektor public ?
C. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Dapat memahami manajemen pelayanan public dan manajemen
pelayanan swasta.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Dapat memahami penentuan harga pelayanan sector public dan swasta.
Dapat memahami pelayanan public yang dapat dijual.
Dapat memahami dasar pembebanan tarif pelayanan sector swasta.
Dapat memahami dasar pembebanan tarif pelayanan sector public.
Dapat memahami reward dan punishment.
Dapat memahami konsep dan aplikasi system reward dan punishment

di sector public.

Manfaat pembuatan makalah ini adalah :
1. Diharapkan mampu merubah wawasan dan pengetahuan pembaca
mengenai manajemen pelayanan sector public dan sector swasta &
Sistem reward dan punishment sector public dan sector swasta
2. Diharapkan dapat memberi informasi bagi semua sehingga dapat
memperkaya bahan kajian mengenai manajemen pelayanan sector
public dan sector swasta & Sistem reward dan punishment sector
public dan sector swasta

BAB II

PEMBAHASAN
A. MANAJEMEN
PELAYANAN
PELAYANAN SWASTA/BISNIS

PUBLIK


DAN

MANAJEMEN

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara ( Meneg PAN )
Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, memberikan pengertian pelayanan publik yaitu

segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang –undang. Fungi pelayanan publik adalah salah satu
fungsi fundamental yang harus diemban pemerntah di tingkat pusat maupun
daerah.
Fungsi ini juga diemban oleh BUMN/BUMD dalam memberikan dan
menyediakan layanan jasa dan/ atau barang publik. Dalam konsep pelayanan
dikenal dua jenis pelaku pelayanan, yaitu penyedia layanan dan penerima layanan.

Menurut Barata (2003) penyedia layanan atau service provider adalah pihak yang
dapat memberikan suatau layanan tertentu kepada konsumen, beruapa layanan
dalambentuk penyediaan dan penyerahan barang (goods) maupun jasa-jasa
(service).penerima layanan adalah pelanggan (consumer) yang menerima layanan

dari penyedia layanan.
Adapun berdasarkan status keterlibatannya dengan pihak yang melayani
terdapat 2 (dua) golongan pelanggan yaitu :

1. Pelanggan internal adalah orang-orang yang terlibat dalam proses penyediaan
jasa atau proses
produksi barang, sejak dari perncanaan, pencitraan jasa atau
pembuatan barang sampai dengan pemasaran barang, penjualan dan
pengadministrasiannya.
2) Pelanggan eksternal adalah semua orang yang berada diluar organisasi yang
menerima layanan penyerahan barang. Pada prinsipnya pelayanan publik berbeda
dengan pelayanan swasta.

Namun demikian terdapat persamaan di antara keduanya, yaitu:
a) Keduanya berusaha memenuhi harapan pelanggan dan mendapakan
kepercayaannya.
b) Kepercayaan pelanggan adalah jaminan atas kelangsungan hidup organisasi.
Karakteristik khusus dari pelayanan publik yang membedakannya dari pelayanan
swasta
adalah sebagai berikut :


a) Sebagian besar layanan pemerintah berupa jasa, barang tak nyata, misalnya
perizinan, sertifikat, peraturan, informasi keamanan, kerertiban, kebersihan,
transportasi dan sebagainya.
b) Selalu terkait dengan jenis pelayanan-pelayanan yang lain, dan membentuk
sebuah jalinan sistem pelayanan yang berskala regional atau bahkan nasional
c) Pelanggan internal cukup menonjol, sebagai akibat dari tatanan organisasi
pemerintah yang cenderung birokratis. Dalam dunia pelayanan berlaku prinsip

utamakan pelanggan eksternal lebih dari pelanggan internal, namaun situasi nyata
dalam hal hubungan antar lembaga pemerintah sering memojokkan petugas
pelayanan agar mendahulukan pelanggan internal.
d) Efesiensi dan efektifitas pelayanan akan meningkat seiring dengan peningkatan
mutu pelayanan, semakin tinggi mutu pelayanan bagi masyarakat semaki tinggi
pula peran serta masyarakat dalam kegiatan pelayanan.
e) Masyarakat secara keseluruhan diperlakukan sebagai pelanggan tidak langsung
yang sangat berpengaruh kepada upaya-upaya pengembangan pelayanan.

f) Tujuan akhir dari pelayanan publik adalah terciptanya tatatan kehidupan
masyarakat yang berdaya untuk mengurus persoalannya masing-masing.

Savas (1987) mengelompokkan jenis-jenis barang dan jasa yang dibutuhkan
masyarakatdan individu ke dalam 4 ( empat ) kelompok berdasarkan konsep
exclusion dan comsumtiondalam hal pengelolaan penyedia pelayanan publik. Cirri
dari exclusion akan melekat pada barang/jasa jika pengguan potensinya dapat
ditolak menggunakannya. Kecuali jika yang bersangkutan dapat dipindah
tangankan apabila terjadi kesepakatan antara pembeli dan pemasok. Sedangkan

dari segi consumption adalah barang konsumsi merupakan barang atau jasa yang
dapat diperguanakan secara bersama-sama atau kolektif oleh banyak orang tanpa
ada pengurangan kualitas maupaun kuantitasnya.
1. Barang Privat
Barang adan jasa jenis ini dikonsumsi secara individual dan tidak dapat
diperoleh oleh si pemakai tanpa persetujuan pemasoknya. Bentuk

persetujuannya bisa dilakukan dengan penetapan dan negosiasi harga
tertentu.serta transaksi pembelian. Contoh makanan, pakaian.
2. Barang semi privat
Barang dan jasa jenis ini dikonsumsi secara individual, namun sulit
mencegah siapa putunjuk memperolehnya meskipun mereka tidak mau
membayar, atau biasa disebut juga dengan barang semi privat. Contoh :

pembelian radio ketika dinyalakan, si pemilik tidak dapat mencegah orang
lain untuk tidak ikut mendengarkan.

3. Barang semi publik
Barang dan jasa jenis ini umumnya digunakan secara bersama-sama namun
si pengguna harus membayar dan merekea yang tidak dapat/ mau membayar
dapat dengan mudah dicegah dari kemungkinan menikmati abarang tersbut.
Semakin sulit atau mahal mencegah seorang konsumen potensial dari
pemanfaatan toll goods semakin serupa barang tersebut dengan ciri barang
publik. Contoh : jalan tol dan jembatan timbang.
4. Barang publik

Barang dan jasa ini umunya digunakan secara bersama-sama dan tidak
mungkin mencegah siapa pun untuk menggunakannya, sehingga masyarakat
( pengguna ) pada umumnya tidak bersedia membayar berapa pun tanpa
dipaksa untuk memperoleh barang misalnya jalan raya dan taman.
Dari keempat pengelompokan barang tersebut penyediaan jenis barang
privat dan semi privat dapat murni dilakukan oleh swasta. Sedangkan penyediaan
barang se
mmmi public dapat dilakukan baik oleh pemerintah


maupun swasta. Khusus untuk penyediaan jenis barang publik haruslah oleh
pemerintah.
Dalam keputusan Menpan nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang pedoman
umum penyelenggaraan pelayanan publik, pengelompokan pelayanan publik
secara garis besar adalah :
a. Pelayanan administrative
b. Pelayanan barang

c. Pelayanan jasa
Pelayanan publik identik dengan representasi dari ekseistensi birokrasi
pemerintahan, karena berkenaan langsung dengan salah satu fungsi pemerintah,
yaiu memberikan pelyanan. Oleh karenanya sebuah kualitas pelayanan publik
merupakan cerminan dari sebuah kualitas birokrasi pemerintah. Selain itu dalam
paper-nya yang berjudul Management in the Publik Domain,Stewart & Ranson
(1998) secara umum menggambarkan perbedaan manajemen pelayanan pada
sektor swasta.

1. Sektor swasta lebih mendasarkan pada pilihan individu dalam pasar.
Organisasi di sektor swasta dituntut untuk dapat memenuhi selera dan

pilihan individual untuk memenuhi keputusan tiap-tiap individu pelanggan.
Keadaan seperti itu berbeda dengan yang terjadi disektor publik. Sektor
publik tidak mendasarkan pada pilihan individual dalam pasar tetapi pilihan
kolektif dalam pemerintahan. Organisasi sektor publik mendasarkan pada
tuntutan masyarakat yang sifatnya kolektif (masa).

2. Karakteristik sektor swasta adalah di pengaruhi hukum permintaan dan
penawaran ( supply and demand ). Permintaan dan penawaran tersebut akan
berdampak pada harga suatu produk barang atau jasa. Sementara itu,
penggerak sektor public adalah karena kebutuhan sumber daya. Adanya
kebutuhan masyarakat terhadap sumber daya, seperti air bersih, listrik,
keamanan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya menjadi alasan utama
bagi sektor publik untuk menyediakannya.

3. Manajemen di sektor swasta bersifat tertutup terhadap akses publik,
sedangkan setkor publik bersifat terbuka untuk masyarakat terutama yang
terkait dengan manajemen pelayanan. Dalam organisasi sektor publik,
informasi harus diberikan kepada publik seluas mungkin untuk
meningkatkan tranparansi dan akuntabilitas publik sehingga pelayanan yang
diberikan dapat diterima seluruh masyarakat secara menyeluruh. Sementara
itu disektor swasta informasi yang disampaikan kepada publik relative
terbatas.

4. Sektor swasta berorientasi pada keadilan pasar ( equity of market ).
Keadilan pasar berarti adanya kesempatan yang sama untuk masuk pasar.
Sektor swasta berkepentingan untuk menghilangkan hambatan dalam
memasuki pasar. Keadilan pasar akan terjadi apabila terdapat kompetisi yang
adil dalam pasar sempurna, yaitu dengan tidak adanya monopoli dan
monopsoni.
5. Tujuan manajemen pelayanan sektor swasta adalah untuk mencari
kepuasan pelanggan, sedangkan sektor publik bertujuan untuk menciptakan

keadilan dan kesejahteraan sosial. Sektor publik dihadapkan pada
permasalahan keadilan distribusi, kesejahteraan sosial, sedangkan sektor
swasta tidak dibebani tanggung jawab untuk melakukan keadilan distributive
seperti itu.
6. Organisasi sektor swasta memiliki konsepsi bahwa pelanggan adalah raja.
Pelanggan merupakan penguasa tinggi. Sementara itu, dalam organisasi
sector publik kekuasaan tertinggi adalah masyarakat.

7. Persaingan dalam sektor swasta merupakan instrument pasar, sedangkan
dalam sektor publik yang merupakan instrument pemerintahan adalah
tindakan kolektif. Keadaan inilah yang menyebabkan sektor publik tidak
bisa menjadi murni pasar akan tetapi bersifat setengah pasar. Kekuatan
sektor swasta adalah kekuatan pasar, sehingga kekuatan pasar yang akan
memaksa orang membeli atau keluar dari pasar. Sektor swasta bisa
membebankan harga yang berbeda untuk pelanggan yang berbeda dan hal
ini tidaka akan mengundang protes berupa demonstrasi.

B. PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK
Dalam penentuan kebijakan penetapan harga barang dan jasa publik,
ternyata tidak terlepas dari proses politik. Karena pemerintah memiliki andil yang
besar dalam penentuannya, proses politik diperlukan dalam menentukan :

a) Berapa jumlah barang publik yang harus disediakan ; dan
b) Bagaimana implikasinya terhadap distribusi biaya yang akan menjadi tanggung
jawab para individu.
Dalam penentuan harga pelayanan publik pemerintah perlu turun tangan
untuk menjamin bahwa manfaat eksternal juga perlu dipertimbangkan. Faktor
eksternal yang dimaksud adalah faktor-faktor yang berada diluar lingkungan
perusahaan/lembaga pemerintah pelayanan publik yang dapat mempengaruhi

perubahan kebijakan harga barang atau jasa publik, contohnya kondisi
pasar,ekonomi, politik dan lain-lain.
Dalam menentukan harga pelayanan publik, pemerintah mempertimbangkan
beberapa tujuan terkait dengan penyediaan barang atau jasa. Tujuan tersebut antara
lain :
a) Dapat dijual dengan harga pasar

b) Dijual dengan tingkat harga tertentu yang berbeda dengan harga pasar;
c) Diberikan secara gratis kepada para konsumennya.
Masing-masing keputusan akan mempunyai konsekuensi. Sebagai contoh,
meskipun keputusan memberikan secara gratis kepada masyarakat akan
memaksimalkan penggunaan barang atau jasa oleh masyarakat. Cara ini
menimbulkan biaya yang sangat tinggi yang harus ditanggung oleh pemerintah.

Dengan kata lain, contoh tersebut menggambarkan kondisi yang tidak
efisien bagi penyediaan barang dan jasa oleh pemerintah.
Keputusan penentuan harga oleh pemerintah ditunjukan untuk memperbaiki
alokasi sumber daya ekonomi pada sektor publik. Dalam perekonomian, tingkat
harga merupakan suatu tanda tingginya nilai yang merupakan kesediaan konsumen
untuk membayar atas barang yang dihasilkan oleh produsen, sekaligus tingginya
biaya untuk menghasilkan barang tersebut oleh produsen.

Ketidakefisienan atau pemborosan akan terjadi apabiala dipandang dari ilmu
ekonomiyaitu konsumen menilai barang atau jasa yang disediakan oleh pemerintah
terlalu mudah diperoleh. Contoh yang digunakan adalah penyediaan publik utilities
oleh pemerintah seperti air minum dan listrik. Pemerintah tidak diharapakan untuk
memperoleh keuntungan dari penyediaan barang yang dibutuhkan oleh masyarakat
banyak itu, sehingga pemerintah dapatmenetapkan harga tertinggi. Pemerintah
hanya menutup biaya totalnya yang mengakibatkan perusahaan-perusahaan

pemerintah penyediaan barang utilitas publik akan tetap berjalan tanpa mengalami
kerugian.
Akan tetapi, situasi penyediaan utilitas publik tersebut diatas tidak berlaku
untuk seluruh barang dan jasa yang disediakan oleh pemerintah. Perusahaan yang
mengelola utilitas publik yang harus menjual produksinya tanpa memperoleh
keuntungan sama sekali akan menghadapi permasalahan dalam jumlah tertentu.
Pemerintah akan menetapkan jumlah keuntungan maksimal, kemudian konsumen
akan membayar jumlah diatas nilai yang ditetapkan sebelumnya pada saat zero

profit. Pada konsumen tidak terlalu dibebankan tingkat harga yang terlalu tinggi,
tetapi produsen masih dapat melakukan perluasan usaha untuk menambah
investasinya.
Penentuan harga dengan metode inilah yang harus dipertimbankan dalam
pengambilan keputusan penyediaan barang publik oleh pemerintah. Kajian-kajian
harus dilakukan utuk memperoleh kebijakan yang tepat sasaran, artinya perusahaan
penghasil utilitas publik diwajibkan membatasi keuntungan yang harus diperoleh

oleh perusahaan-perusahaan tersebut, mengingat tugas pemerintah dalam
pnyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
C. PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL
Dalam Mardiasmo (2009) disebutkan bahwa pemerintah dapat dibenarkan
menarik tarif untuk pelayanan tertentu baik secara langsung atau tidak langsung

melalui perusahaan milik pemerintah. Disebutkan pula beberapa pelayanan publik
yang dapat dibebankan tarif pelayanannya yaitu:
 Penyediaan air bersih
 Transportasi publik
 Jasa pos dan telekomunikasi
 Energy dan listrik
 Perumahan rakyat
 Fasilitas reaksi atau pariwisata

 Pendidikan
 Jalan tol
 Irigasi
 Jasa pemadam kebakaran
 Pelayanan kesehatan
 Pengolahan sampah atau limbah

Dalam membebankan tarif pelayanan publik Mardiasmo (2009) juga
menyatakan beberapa alasannya, seperti:
1. Adanya barang privat versus barang publik
Barang privat adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang mamfaat
barang atau jasa tersebut hanya dinikmati secara individual oleh pembelinya,
sedangkan yang tidak mengonsumsi tidak dapat menikmati barang dan jasa
tersebut. Contoh : makanan, minuman, listrik, telpon dan sebagainya.

Barang publik adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang mamfaat
barang dan jasa tersebut dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat secara
bersama-sama. Hal yang menjadi masalah adalah bagaimana membedakan
barang publik dengan barang privat, ini dikarenakan hal berikut :
 Batasan barang publik dengan barang privat sulit ditentukan

Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang atau jasa publik, tetapi
dalam penggunaannya tidak dapat dihindari keterlibatannya beberapa
elemen pembebanan langsung, seperti pelayanan medis, tarif obat, tarif air.
 Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada
membebankan pajak karena pembebanan tariff lebih mudah
pengumpulannya.
Dalam penyediaan barang publik, yang perlu diperhatikan adalah :

 Identifikasi barang atau jasa yang menjadi kebutuhan masyarakat
 Siapa yang berkompeten untuk menyediakan kebutuhan publik tersebut
 Dapatkah penyediaan pelayanan publik tertentu diserahkan kepada sector
swasta dan pihak ketiga
 Pelayanan publik apa saja yang tidak harus dilakukan pemerintah tapi
dapat di tangai oleh swasta.

2. Efesiensi ekonomi
Ketika setiap individu bebas menentukan banyaknya barang dan jasa yang
mereka ingin konsumsi, mekanisme harga memiliki peran penting dalam
mengalokasikan sumber daya melalui :
 Pendistribusian permintaan;

 Pemberian Insentif untuk menghindari pemborosan;
 Pemberian insentif kepada pemasok berkaitan dengan skala produksi
 Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan
meningkatkan persediaan jasa.
3. Prinsip keuntungan
Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang, pembebanan langsung
kepada masyarakat yang menerima jasa tersebut dianggap “wajar” bila

berdasarkan prinsip bahwa yang tidak menikmati mamfaat tidak perlu
membayar. Jadi pembebanan hanya dikenakan kepada masyarakat atau
mereka yang di untungkan kepada pelayanan tersebut.
D. DASAR PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN SEKTOR SWASTA.
Perusahaan dalam menetapkan harga suatu produk atau jasa, ada dua faktor
yang harus dipertimbangkan yaitu :

a) Faktor Internal perusahaan meliputi :
1) Tujuan pemasaran perusahaan
Faktor utama yang menetukan dalam penetapan harga adalah tujuan
pemasaran perusahaan.
2) Strategi bauran pemasaran
Harga adalah salah satu komponan bauran pemasaran.oleh karena itu,
harga perlu di koordinasikan dan saling mendukung dengan bauran
pemasaran lainnya ; yaitu produk, distribusi, dan promosi.

3) Biaya
Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus
ditetapkan perusahaan agar tidak mengalami kerugian.
b) Faktor eksternal perusahaan meliputi :
1) Sifat pasar dan permintaan;
Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasar dn permintaan yang
dihadapinya, apakah termasuk pasar persaingan sempurna, persaingan
monopoli, maupun oligopoly.

2) Persaingan;
Kebebasan perusahaaan dalam menentukan harga itu bergantung pada
jenis pasar yang berbeda-beda. Berdasarkan bentuk persaingannya,
empat jenis pasar antara lain ;
 Pasar persaingan murni (pure competition)
 Pasar persaingan Monopoli ( Monopolistic competition )
 Pasar Persainagan oligopoly ( Oligopolistic competition )
 Pasar Monopoli Murni ( Pure Monopoly)

E. DASAR PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN PUBLIK
Penyediaan barang publik memiliki tujuannya dalam menciptakan
penggunaan sumber daya secara efisien, menambah penapatan, dan mempengaruhi
kesejahteraan masyarakat pada segmentasi yang berbeda. Dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat, instansi milik pemerintah apakah BUMD dan

BUMN akan memberikan tariff pelayanan publik yang diwujudkan dalam bentuk
retribusi, pajak dan pembebanan tarif jasa langsung kepada masyarakat sebagai
konsumen jasa publik.
Kesulitan dalam penentuan tarif pelayanan kepada mengingat terdapat
kesulitan dalam membedakan barang publik dengan barang privat, dikarenakan
adanya kesulitan dalam menentukan batasan antara kedua barang tersebut. Adanya
pebebanan secara langsung dalam penggunaan barang/jasa publik, dan
kecendrungan membebankan tariff pelayanan langsung daripada membebankannya

pada pajak yang dibayarkan secara berkala. Kesulitan berikutnya adalah terdpa
tanggapan bahwa dlam suatu siste ekonomi campuran, barang privat lebih baik
disediakan oleh pihak swasta da barang publik diberikan secara kolektif oleh
pemerintah yang dibayai oleh pajak.
Dalam strategi harga terdapat beberapa alternatif untuk menentukan harga
yaitu:
1) Two-part tariffs : banyak kepentingan publik (seperti listrik)
dipungut dengan two-part tariffs, yaitu fixed charge untuk menutupi

biaya overhead atau biaya infrastruktur dan variable charge yang
didasarkan atas besarnya konsumsi.
2) Peak-load tariffs : pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif
tertinggi. Permasalahannya adalah beban tertinggi, membutuhkan
tambahan kapasitas yang disediakan, tarif tertinggi untuk periode
puncak yang harus menggambarkan higher marginal cost (seperti
telepon dan transportasi umum).

3) Full cost recovery. Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh
atau biaya total untuk menghasilkan pelayanan. Penetapan harga
berdasarkan biaya penuh atas pelayanan publik perlu
mempertimbangkan keadilan (equity) dan kemampuan public untuk
membayar.
4) Harga diatas marginal cost. Dalam beberapa kasus, sengaja
ditetapkan harga diatas marginal cost, seperti tarif parker mobil,
adanya beberapa biaya perijinan atau licence fee.

Penentuan tarif ini juga harus mempertimbangkan opportunity cost untuk
staf,perlengkapan, opportunity cost of capital, accounting price, untuk input ketika
harga pasar tidak menunjukkan value to siciety (opportunity cost). Pelayanan
menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat agar dapat
mengestimasi marginal cost, sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan yang
tepat. Marginal cost pricing bukan merupakan satu-satunya dasar untuk penetapan
harga di sektor publik.

Digunakan marginal cost pricing atau tidak, yang jelas harus ada kebijakan
yang jelas mengenai harga pelayanan yang mampu menunjukkan biaya secara
akurat dan mampu mengidentifikasi skala subsidi publik.
Berapa pun harga yang dibebankan kepada masyarakat harusnya juga
merujuk pada standar yang dibuat oleh organisasi sektor publik sebagi bentuk
perbandingan pelayanan yang dapat di ukur, untuk itu sektor publik harus segera
merumuskan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang menekankan pada
pengelolanan sektor publik yang memiliki paradigma Value for Money yang

merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada
tiga elemen utama yaitu: Ekonomi, Efesiensi, dan Efektivitas.
Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang
dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi
sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan
menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Efisiensi adalah
pencapaian output yang maksimium dengan input yang tertentu atau penggunaan
input yang terendah untuk mencapai output tertentu dan efisiensi merupakan

perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang
telah ditetapkan (Efisiensi/tepat sasaran).
Dalam penentuan standar pelayanan minimum, sebagai feed-back pelayanan
kepada masyarakat maka organisasi sektor public harus memperhatikan
stakeholder sebagai orang yang berkentingan dengan keberadaanperusahaan
karenanya keterlibatan stakeholder dalam penyusunan tarif dan standar pelayanan
minimum sangat urgen seperti, masyarakat umum, akademisi dan para konsultan
dan pihak yang konsen dalam sektor publik.

SISTEM REWARD DAN PUNISHMENT : SEBUAH PERBANDINGAN ANTARA SEKTOR
PUBLIK DAN BISNIS

Reward dan punishment merupakan bentuk metode dalam memotivasi tim
(karyawan) untuk meningkatkan kinerja dan prestasinya. Reward sendiri artinya
adalah ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Perusahaan memberikan
Reward sebagai bentuk Recognition (pengakuan) yang dipublikasikan untuk
memacu tim yang lainnya. Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah

satu alat untuk peningkatan motivasi para pegawai. Metode ini bisa menstimulus
tim untuk melakukan suatu perbuatan yang positif secara berulang-ulang.
Selain motivasi, reward juga bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapai. Terdapat tiga bentuk reward yang
dapat diberikan kepada individu dalam sebuah organisasi, yang disebut sebagai the
reward triangel yaitu

1. Direct financial reward, seperti peningkatan gaji, bonus, komisi, contest,
insensif
dan
lainnya.
2. Career advancement, sepertiteritori yang luas, pelanggan ukuran besar,
promosi
jabatan
dan
lainnya.
3. Recognition, sertifikasi penghargaan pencapaian prestasi, recognition
dinner, bingkisan, tropi, berita di media organisasi dan keanggotaan pada
kelompok khusus.

Bentuk dan metode reward , beberapa metode dapat membantu menejemen
didalam mendesain perencanaan reward yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Namun dalam membangun sebuah program reward bukanlah bersifat keilmuan
tetapi diperlukan seni dari seorang manajer dalam upaya mencapai tujuan dan
target yang di harapkan.
Beberapa bentuk metode reward yang biasa digunakan dalam salary,
commission, incentivepayment, salescontest, personal benefit. Masing masing
dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan didalam organisasi.

A

Reward dan punishment

Reward yang disebut positive incentive adalah outcome yng meningkatkan
kepuasan dari kebutuhan individu (Anthony dan Govindarajan, 2007 : 513).
Reward ini dapat berupa pembayaran dalam bentuk moneter, nonmoneter, dan
psikologi yang diberikan oleh organisasi untuk karyawannya.
Punishment yang disebut negative incentive adalah outcome yang
menurunkan kepuasan dari kebutuhan individu (Anthony dan Govindarajan, 2007 :
513). Punishment juga dibutuhkan dalam suatu organisasi untuk karyawannya agar
mencapai tujuan organisasi dengan cara membentuk perilaku tertentu. Punishment

merupakan cara efektif dan memiliki metode kompleks untuk suppressing atau
mengeliminasi perilaku tetapi punishment ini tidak direkomendasikan
pengaplikasiannya.
 Teori pengharapan (expectancy teory)
Teori pengharapan (expectancy teory) terdapat motivasi yng mempunyai 3
unsur (Gudono, 2009 : 61) yaitu :

a.
Harapan mengenai hubungan antara usaha dan kinerja, penambahan
usaha akan meningkatkan kinerja. (unsure expectancy)
b.
Persepsi hubungan antara kinerja dan hasil, dan kinerja dan hasil, dan
kinerja yang baik akan memunculkan hadiah atau outcome atu reward.
(unsure instrumentality)
c.
Nilai daya tarik hadiah (reward ) tersebut bagi seseorang. (unsure
valence)

Perilaku

Hasil Kerja

Reward

Motivasi individu paling lemah saat individu tersebut mempercayai diberikan
karena pencapaian yang ditargetkan bagi diri sendiri terlalu sulit.

 Teori penguatan
Dalam teori penguatan, perilaku tertentu (behavior shaping) dibentukn
melalui penentuan konsekuensi tindakan yang diatur sesuai dengan tujuan

organisasi. Ada 4 konsekuensi tindakan (Gudono, 2009 : 66 – 67), adalah sebagai
berikut :
a. Positive reinforcement yaitu bersifat memperkuat perilaku, dimana dilakukan
dengan menimbulkan konsekuensi yang disukai pelaku.
b. Negative reinforcement yaitu bersifat memperkuat perilaku dengan cara
menarik (menghilangkan) sesuatu yang bersifat tidak nyaman bagi pelaku.

c.
Hukuman (punishment) yaitu bersifat melemahkan perilaku tertentu, dimana
dilakukan dengan memberikan konsekuensi yang tidak nyaman bagi perilaku.
d. Extinction yaitu bersifat melemahkan perilaku tertentu, dimana dilakukan
dengan cara “mengabaikan” tindakan pelaku sehingga dia tidak mengulanginnya
lagi.
 Teori keagenan

Teori keagenan adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent
(Anthony dan Govindarajan 2007 : 530). Principal memperkerjakan agent untuk
bertindak sesuai dengan kepentingan principal, namun prinsipal dan agent
mempunyai perbedaan preferensi dan tujuan.
Dalam perusahaan (organisasi sektor bisnis) pemegang saham dan atasan bertindak
sebagai principal, sedangkan CEO dan bawahan bertindak sebagai agent mereka.

B.

Konsep dan aplikasi system reward dan punishment di sektor publik.
Reward dan punishment merupakan salah satu system kompensasi dan
insentif yang baik untuk memotivasi agent agar bekerja atas kepentingan terbaik
principal.
1.

Perbedaan organisasi sektor publik dengan bisnis.

Perbedaan karakteristik organisasi sektor public dengan bisnis dalam hal
tujuan organisasi, sifat output, hubungan antara input dan output, operasi
berdasarkan market forces, dan hubungan dengan kepuasan pelanggan
menyebabkan adanya perbedaan dalam system pengukuran kinerja.
2.
Perbedaan system pengukuran kinerja.
Perbedaan dalam karakteristik organisasi antara organisasi sektor public
dan bisnis menyebabkan adanya perbedaan system pengukuran kinerja
di antara kedua organisasi tersebut. Perbedaan itu tampak dari informasi

yang digunakan sebagai alat pengendalian dan tolak ukur kinerja.Teknik
pengukuran kinerja yang komprehensif dan banyak dipakai dan
dikembangkan di berbagai organisasi organisasi adalah balanced
scorecard (BSC) yang dibuat untuk organisasi sektor bisnis. Empat
perspektif indikator keberhasilan untuk adaptasi metedologi BSC
(Gordon Roberton 2002 dalam Mahsun 2003 : 3-4) sebagai berikut :
a.
b.

Perspektif stakeholders dan financial.
Perspektif pelanggan.

c.
d.

Perspektif proses internal.
Perspektif inovasi dan pembelajaran.

3.
Perbedaan indikator kinerja
Tujuan dan indikator kinerja yang digunakan dlam BSC organisasi
sektor bisnis, dalam Hansen dan Mowen (2009 : 372, 373, 378, 379),
adalah sebagai berikut.
a.
Perspektif keuangan.

Perspektif ini mempunyai tujuan kinerja seperti pertumbuhan
pendapatan, penurunan biaya, dan penggunaan asset.
b.
Perspektif pelanggan.
Perspektif ini bertujuan untuk peningkatan pangsa pasar,
peningkatan retensi pelanggan, peningkatan akuisisi pelanggan,
peningkatan kepuasan pelanggan, dan peningkatan profitabilitas
pelanggan.
c.
Perspektif proses bisnis internal.

Perspektif ini mempunyai indikator kinerja seperti peningkatan
jumlah produk, peningkatan produk yang dimiliki, penurunan waktu
pengembangan produk baru, peningkatan kualitas proses, peningkatan
efisiensi proses, penurunan waktu pemrosesan, peningkatan kualitas
pelayanan, peningkatan efisiensi pelayanan, dan penurunan waktu
pelayanan.
d.
Perspektif inovasi dan pembelajaran.

Perspektif ini mempunyai indikator kinerja seperti peningkatan
kualitas karyawan, peningkatan motivasi dan pelibatan, dan
peningkatan system informasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam sektor publik mempunyai suatu dampak yang penting pada
konsumen dan perilaku. Harga juga mempunyai kemampuan untuk mencapai
sejumlah pencapaian lain.termasuk dalam penggunaan sumber daya efisien,
peningkatan pendapatan dan pemerataan pendpatan. Sering kali,harga diatur dlam
cara-cara yang bertentangan dengan sasaran hasil kebijakan publik, akan tetapi

sering kali juga hal ini merupakan hasil suatu pemahaman yang kurang mengenai
peran harga dan keberadaan alternative mekanisme penetapan harga.
Ketika menentukan harga untuk suatu fasilitas yang ada, adalah hal yang
penting untuk memahami bahwa ada banyak pilihan dalam penetapan harga dan
tidak ada suatu metode tunggal yang benar untuk tiap-tiap situasi. Pemamfaatan
sumber daya efisien tergantung pada penetapan biaya marginal, walaupun untuk
kebanyakan barang publik, hal ini mengarah pada pendapatan jangka pendek.

Memang disadari bahwa penetapan harga pada barang publik di tunjukan
untuk mengganti biaya penyediaan barang tersebut. Namun, juga harus di ingat
bahwa penyediaan barang publik pada awalnya memiliki tujuan tertentu. Tidak
seperti barang swasta yang secara pasti bertujuan untuk mendapatkan laba
semaksimal mungkin. Penyediaan barang publik lebih mengarah pada pencapaian
kesejahteraan masyarakat, sedangkan tujuan-tujuannya bisa berupa peningkatan
pendapatan, pemerataan, ataupun mewujudkan eksternalitas positif dari
penyediaanya.

Reward dan punishment merupakan salah satu system kompensasi dan
insentif yang baik untuk memotivasi agar bekerja atas kepentingan terbaik
principal. Perbedaan jumlah reward, yang mungkin diikuti jumlah punishment
yang diterima pekerja diorganisasi sector public dan bisnis terlihat dari perbedaan
penawaran gaji pekerja sector public. Reward diterima pekerjaan sector public,
kejelasan pengukuran dan budaya organisasi akan mempengaruhi perbedaan
reward yang diberikan.
3.2 Saran

Adapun saran dari pembahasan dalam makalah ini adalah :
1. Diharapkan penyusunan dari manajemen pelayanan sector public dan
sector swasta & reward dan punishment : sebagai perbandingan system
sector public dan swasta dapat teralokasikan dengan baik.
2. Dalam penyusunan makalah ini, masih banyak yang harus diperbaiki agar
bisa terus memajukan kesejahteraan masyarakat

DAFTAR PUSTAKA
Barata, Atep Adya.2003.Dasar-dasar Pelayanan Prima.Jakarta: Gramedia.
Mardiasmo.2009.Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Savas, F. S. 1987. Privatization- The Key to Better Government. Chatman House
Publisher
Inc. Chatman: New Jarsey.
Keputusan MENPAN Nomor 63/KEP/7/2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan
Pelayanan Publik.
Oxford Advance Learner’s Dictionary Of Current English.2000.Edisi ke-6. Oxford
University Press: Inggris.

Stewart, John., dan Stewart ranson. 1998. “Management in the Publik Domain”.
Publik
Money and Management, Vol. 89, Musim Panas.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik