BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) UNTUK MENGATASI BURNOUT SYNDROME SEORANG PENGURUS DI UNIT KEGIATAN MAHASISWA PADUAN SUARA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

(1)

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) UNTUK MENGATASI BURNOUT

SYNDROME SEORANG PENGURUS DI UNIT KEGIATAN MAHASISWA PADUAN SUARA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan kepada UIN Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

RAMADAHANA YUNASMARA PRATAMA NIM : B03212021

PROGAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

PERITYATAAII PERTAITGGUNGJAWABAI{ PET\IULISAI\I SKRIPSI Bismillahirohmanirohim

Yang bertanda tangan di bawah ini" saya: Nama

NIM

Jurusan

Alamat

Ramadahana Yunasmara Pratama B$2t2A2t

Dakwah

Perum Griya Kencana" Dsa Mojosarirejo, Kec Driyorejo, Kab Gresik

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1. Skripsi

Ini

tidak pernah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan tinggi

manapun untuk mendapatkan gelar akademik apapun.

2-

Skripsi

ini

adalah benar benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan

merupakan hasil plagiasi atas karya orang lain.

3. Apabila dikemudian hari terbuti

atau dapat dibuktikan skripsi ini sebagai hasil

plagiasi, saya akan bersedia menanggung segala konsekuensi hokum yang

terjadi.

Snrabaya, 26 Jvtrt2016


(3)

.^''rma

\I\f

- urusan

Judul

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Ramadahana Yunasmara pratama

803212021

Dakwah

Bimbingan Konseling

Islam

dengan pendekatan Rational

Emotive Behavior Therapy (REBT) untuk Mengatasi Burnout

syndrome Seorang pengurus

Di

unit

Kegiatan

Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oreh dosenpembimbing untuk diujikan

Surabaya- l6 Juni 2016

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

\rP.

19790s172009[rc07

(,


(4)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi oleh Ramadahana Yunasmara Pratama ini telah dipertahankan di depan

Tim Penguji SkriPsi SurabaYa, 3 Agustus 2016

Univ eri Sunan AmPel SurabaYa wah dan Komunikasl

5sot tgtqs2o32oot

Penguji I,

NIP. 19680309199103 1 001

.

Penguji

III,

Penguii IV,

Mengesahkan,

vtotianlaa inot[ir. tvt. Pa. t

NIP. 1 9790 sr72009r ra01

Penguji Iln

ft@-'t

M. Anis hhchtiar. M. Fil' I NrP. 1 969\ 2r920c90r 1002


(5)

il,,rf''1-$

KEMENTERIAN

AGA1VTA

UNTVERSITAS

ISLAM

IYEGERI

SUNAII

AMPEL

SURABAYA

PERPUSTAKAAFI

Jl. Jend. A. Yani 117 Surabaya 6A237 Telp. 031-8431972 Fax.031-8413300 E-Mail: perpus@uinsby.ac.id

1,. r{ 't' .,1

! I

LEMBAR PERNYATAAN PE,RSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya, yang bertanda tangan di bawah in\ sayr

Nama

NIM

Fakultas/Jurusan E-mail addtess

-R-*a*-ne

V:*mss

Rb*

Bogerzozr

Demi pengembangan ilnau pengetahuan, menyetuiui untuk memberikan kepada Perpustakaan

UIN Sunan Ampet Swabaya,

Hak

Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiah :

E

Sekripsi

E

Tesis

yang beriudul :

F-l

Desertasi fl

Lain-lain

(...

.... . )

k-g-gton

Hshn:11;pr

frdg1

9-:m

!.rn

9."lrrq.

beserta perangkat yang diperlukan (bil" ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini

Perpustakaan UIN Sunan Arrrpel Suabaya berhak menyimpan, mengalih-media/fonnat-kan,

mengelolanya

dalam

bentuk

pangkalan

data

(database), mendistdbusikannya, dan

menampilkan/mempublikasikannya di Intemet atau media lain secara fuIltextuntwk kepentingan akademis tanpa perlu meminta iiin dari saya selama tetap mencantumkan nuyli sLyL sebagai penulis/pencipta dan atau penerbit yangbersangkutan.

Saya betsedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Pelpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggamn Hak Cipta dalam karya ilrniah saya ini.

Demikian pemyataan ioi

y*g

saya buat dengan sebenarnya.


(6)

ABSTRAKSI

Ramadahana Yunasmara Pratama (B03212021), Bimbingan Konseling Islam dengan Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) Untuk Mengatasi Burnout Syndrome Seorang Pengurus Di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam dengan Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) untuk mengatasi masalah Burnout Syndrome seorang pengurus di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya (2) Bagaimana hasil akhir Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam menangani burnout syndrome seorang pengurus di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti ini menggunakan metode kualitatif, dengan analisa studi deskriptif. Dalam menganalisa gejala burnout syndrome data yang digunakan berupa penyajian data dan analisa data. Sebagai pelengkap dari penelitian ini, diberikan bukti berupa laporan verbatim dalam setiap sesi konseling, lalu menyajikan testimoni dari teman klien yang merasakan dampak perubahan sikap klien setelah melaksanakan proses bimingan konseling islamdengan pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy serta dokumentasi berupa foto proses konseling, serta foto hasil yang diperoleh dari proses bimbingan dan konseling islam menggunakan pendekatan Rational Emotive behavior Therapy.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa proses bimbingan konseling islam menggunkan Rational Emotive Behavior Therapy untuk mengatasi burnout syndrome dinilai lancar karena dalam proses konseling, konseli termasuk orang yang terbuka akan permasalahannya, serta proses identifikasi masalah hingga evaluasi berjalan sistematis dan sesuai dengan kaidah dari terapi tersebut. meskipun secara sarana dan prasarana kurang memadai seperti halnya ruang konseling yang tidak sesuai standarisasi dalam proses konseling, karena pada penelitian ini sanagt situasional dan kondisional, namun hal itu tidak mengubah esensial dari proses bimbingan konseling islam . hasil yang diperoleh dari proses bimbingan konseling islam dengan menggunakan Rational Emotive Behavior Therapy dinilai cukup berhasil. Presentase keberhasilan mencapai 66,67%, yang bisa dikategorikan cukup berhasil, adapun beberapa gejala yang kurang berhasil hanya sebagian kecil dan gejala itu juga dipengaruhi oleh factor yang diluar dari gejala burnout syndrome, yang dalam hal ini bukan ranah dari pembahasan serta terapi yang diberikan oleh konselor

Kata kunci : bimbingan konseling islam, Rational Emotive Behavior Therapy, Burnout syndrome


(7)

DAFTAR ISI

SKRIPSI ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN PUBLIKASI... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI... vii

BAB I A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konsep... 7

F. Metode Penelitian... 10

G. Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II A. Bimbingan dan Konseling Islam ... 23

B. Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) ... 32

C. Burnout Syndrome... 41

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 46

BAB III A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian ... 50


(8)

BAB IV

A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Rational Emotive Bahavior Therapy dalam Mengatasi Burnout Syndrome Seorang Pengurus di UKM Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya ... 89

B. Analisis Hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Rational Emotive

Bahavior Therapy dalam Mengatasi Burnout Syndrome Seorang Pengurus di UKM Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya ... 94

BAB V

A. Kesimpulan ... 98 B. Saran ... 99 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Rasa jenuh atau bosan tentunya merupakan sifat alamiah terhadap diri manusia, hal ini bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor antara lain, rutinitas yang monoton terhadap bidang yang digeluti sampai ketidak cocokan terhadap rekan kerja maupun atasan.

Dalam proses pendidikan di sekolah secara komprehensif, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.1

Dalam hal ini penulis akan membahas salah satu dari bentuk kesulitan belajar yaitu kejenuhan belajar yang tidak selalu mudah untuk diatasi. Bahkan lebih daripada itu, sering kali faktor penyebabnya tidak dapat diketahui dengan jelas. Gejala-gejala yang sering dialami adalah timbulnya rasa malas, lesu, dan tidak bergairah untuk belajar. Padahal sebelumnya individu yang bersangkutan masih mempunyai kemauan untuk belajar.2

Kondisiseperti ini sangat wajar dialami oleh setiap manusia, terkadang sesuatu yang dikerjakan seseorang bukan sepenuhnya atas keinginannya sendiri, namun berdasarkan tekanan atau tuntutan dari berbagai macam pihak, namun hal seperti ini akan berdampak cukup serius bagi kelangsungan kariernya.

1 Slameto,

Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta,

2003), hal.1.


(10)

Kondisi yang lebih buruk lagi, bila rasa jenuh itu mempengaruhi kegiatan dimana tempatnya bekerja.

Secara harfiah jenuh adalah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Future atau jenuh ialah terputus setelah terus menerus atau sikap malas, lamban, dan santai setelah sebelumnya giat dan bersungguh-sungguh. Selain itu jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan.

Perasaan jenuh dialami oleh semua manusia tanpa terkecuali, baik orang dewasa maupun remaja, baik yang aktif di perkuliahan maupun aktif di keorganisasian.dalam penelitian kali ini akan menjelaskan fenomana kejenuhan dalam berorganisasi di salah satu UKM di UIN Sunan Ampel Surabaya, yaitu UKM Paduan Suara.

Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya adalah organisasi intra kampus yang bergerak di bidang seni musik atau lebih berkonsentrasi di bidang paduan suara (choir), dalam paduan suara sendiri

terbagi dalam 4 kelompok suara yaitu, sopran untuk suara tinggi wanita, alto

untuk suara rendah wanita, tenor untuk suara tinggi pria dan bass untuk suara

rendah pria.

Eksistensinya paduan suara di dalam maupun di luar kampus cukup banyak. Di dalam kampus sendiri paduan suara mengikuti banyak kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga UIN Sunan Ampel Surabaya, seperti wisuda yang rutin dilaksanakan setahun dua kali, pengukuhan guru besar yang sering digelar di dalam kampus maupun upacara kenegaraan yang selalu dilaksanakan di dalam kampus. Tidak hanya berkecimpung di dalam kampus, paduan suara


(11)

UIN Sunan Ampel Surabaya juga menunjukan tajinya di luar kampus. Penampilan demi penampilan di berbagai ORMAS maupun perguruan tinggi swasta pernah dijalani oleh UKM Paduan Suara UINSA ini. Semua tidak lepas dari menejemen keorganisasian yang baik.

Namun seiring berjalannnya waktu pengurus merasakan adannya penurunan kualitas maupun kuantitas dalam keanggotaan paduan suara. Yang paling sering terasa yaitu di dalam kelompok suara Bass. Koordinator suara

Bass yaitu saudara AN, akhir-akhir ini kurang konsentrasi dalam latihan seperti halnya banyak nada-nada yang fals sehingga dapat mengganggu

keharmonisasian suara.

Kinerja dalam kepengurusan yang menurun drastis seperti jarang sekali hadir dalam rapat pengurus yang diadakan sebulan sekali. Rapat pengurus berguna untuk mengkondisikan anggota agar tetap berjalan dengan baik.

Rapat pengurus tidak pernah dihadiri oleh saudara AN sehingga pengurus harian kurang mengetahui perkembangan anggota di suara Bass.

Presensi kehadiran dalam latihan yang sangat minim sehingga saudara AN secara otomatis tertinggal dalam pembendaharaan lagu-lagu baru.

Gejala seperti ini terjadi setelah diadakannya event Festival Qasidah

Rebana dan Paduan Suara yang diadakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2015 yang lalu. Saat itu saudara AN diberi mandat untuk menjadi ketua pelaksana festival, berdasarkan hasil voting yag dilaksanakan seluruh anggota UKM Paduan Suara UIN Sunan


(12)

Setelah acara selesai perubahan mulai nampak pada diri saudara AN seketika saudara AN tidak pernah hadir dalam latihan maupun dalam kegiatan kegiatan paduan suara, bahkan pada saat laporan pertanggungjawaban acara festival saudara AN tidak hadir sehingga image yang kurang baik melekat pada

diri saudara AN.

Burnout syndrome ini merupakan gejala yang bisa mengakibatkan

kemunduran produktifitas dalam berorganisasi, maupun bekerja, namun hal seperti itu dapat diantisipasi dengan pemberian terapi secara kontiniu yang bertujuan untuk menumbuhkan kembali semangat bekerja dan berproses di dalam organisasi dengan menggunakan Rational Emotive Behavioral Theraphy (REBT).3

Burnout Syndrome atau yang lebih akrab disebut dengan kejenuhan ini

memang sering dialami oleh manusia terutama di dunia pekerjaan, peneliti pernah mengalami kasus kejenuhan ini, dimana rasa yang demikian sangat mengganggu produktifitas didalam dunia kerjannya.

Burnout syndrome berbeda dengan Stress, stress merupakan fenomena

psikofisik yang manusiawi. Artinya, strees itu bersifat inheren pada diri setiap

orang dalam menjalani kehidupan sehari hari. Stress dialami oleh setiap orang

degan tidak mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan, atau status sosial-ekonomi. Stress bisa dialami oleh bayi, anak-anak, remaja atau dewasa,

pejabat atau warga masyarakat biasa, pengusaha atau karyawan, serta pria

3

Hartono, Psikologi konseling ( Jakarta: kencana prenada media group,2012), hal. 139-140.


(13)

maupun wanita4, sehingga beberapa rekan kerja sempat memberi kritik yang cukup tegas mengenai permasalahan tersebut.

Kasus burnout syndrome ini sangat menarik untuk diteliti karena ini

merupakan masalah mendasar bagi dunia kerja, karena kejenuhan dapat mengganggu produktifitas dalam pekerjaan serta dapat membentuk permasalahan baru yang ada di lingkungan pekerjaan baik dari segi kerjasama team maupun hubungan dengan atasan.

Struktur piramida organisasi yang dibarengi dengan semakin berkurangnya posisi manajemen secara khusus berarti bahwa akan datang suatu waktu dalam karier seseorang ketika dia tidak lagi dapat „‟naik‟‟ dalam organisasi.

Kondisi yang semacam ini menyebabkan seseorang tidak berkembang dalam kariernya, tidak bisa mengembangkan aktualisasi dirinnya sebagai manusia, yang pada hakikatnya bahwa manusia perlu mencapai aktualisasi dirinya dalam proses bermasyarakat. Peningkatan mutu dari individu itu sendiri merupakan salah satu faktor agar manusia mencapai aktualisasi dirinnya.

Selain itu, kemajuan karier tidak selalu merupakan perjalanan keatas terus menerus, melainkan perjalanan yang meliputi periode pergerakan maupun periode stabilitas. Faktor-faktor ini berkontribusi terhadap apa yang dinamakan

carrer plateau (karier tanpa kemajuan).

Penyebab carrer plateau dan intervensi manajerialnya adalah burnout

yaitu hubungan antara pribadi dan pekerjaan ditinjau dari kinerjanya kurang

4 Farid Mashudi, Psikologi Konseling (Buku Panduan Lengkap dan Praktis Menerapkan


(14)

baik, langkah atau solusi yang dapat ditangani salah satunnya yaitu rotasi kerja. Iklim organisasi dan konflik peran yang menjadikan sikap kerja kurang baik dalam kasus ini dapat ditangani dengan cara management pencegahan stress.5

Dalam kasus yang dialami oleh saudara AN nampak adanya gejala

carrer plateu. Sikap yang kurang baik nampak pada saudara AN khususnya

saat berada di organisasi ini. Sikapnya yang cenderung menjauh bahkan menghindar dari pengurus dan Pembina UKM Paduan Suara, sikap yang kurang ramah pun nampak saat bertemu dengan anggota maupun pengurus UKM Paduan suara.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam dengan Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) untuk mengatasi masalah Burnout Syndrome

seorang pengurus di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya?

2. Bagaimana hasil akhir Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam

menangani Burnout Syndrome seorang pengurus di Unit Kegiatan

Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya?

C.Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan proses Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam

menangani Burnout Syndrome pada seorang pengurus di Unit Kegiatan

Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.


(15)

2. Mengetahui hasil akhir dari Rational Emotive Behavior Therapy dalam

menangani burnout syndrome pada seorang pengrus Unit Kegiatan

Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

D.Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Diharapakan penelitian ini dijadikan sumber referensi yang berguna bagi dunia pendidikan khususnya dan memperkaya sumber keilmuan yang sudah berkembang selama ini.

b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan pelengkap dari penelitian penelitian terdahulu agar masalah yang diangkat lebih kaya lagi dan penyelesaiannya lebih bervariatif lagi.

2. Secara Praktis

a. Diharapkan penelitian ini dapat di aplikasikan kedalam kehidupan sosial yang semakin berkembang selama ini.

b. Diharapkan penelitian ini dapat menyelesaikan masalah burnout yang

sudah banyak sekali dialami oleh manusia yang bekerja atau berkarier. c. Diharapkan penelitian ini mampu menjadi pembendaharaan alternatif

dalam menyelesaikan problema konseli yang banyak dialami oleh banyak orang.

E.Definisi Konsep

1. Bimbingan Konseling Islam

Bimbingan Konseling Islam (BKI) adalah bimbingan yaitu memberikan suatu pengetahuan yang dapat di manfaatkan unuk mengambil


(16)

suatu keputusan, atau memberikan suatu sekaligus dengan memberikan suatu nasihat, kedua mengarahkan, menuntun suatu tujuan, konseling yaitu hubungan timbal balik antara dua individu (konselor dan konseli) dimana yang satu berusaha membantu yang lain untuk mencapai pengertian tentang dirinnya dalam hubungannnya dengan masalah masalah yang sedang dihadapi pada waktu sekarang maupun yang akan datang.6

Jadi Bimbingan konseling Islam yaitu proses pemberian suatu nasihat oleh konselor kepada konseli yang berdasarkan syariat Islam dengan tujuan untuk membantu pencapaian tentang dirinnya dalam hubungan permasalahan yang sedang dihadapi pada waktu sekarang maupun yang akan datang.

2. Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy

Pendekatan rational emotive behavior therapy (REBT) adalah

pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara

perasaan, tingkah laku dan pikiran.7

Dari berbagai macam gejala yang dialami oleh saudara AN ini maka disusunlah rencana konseling individu dengan menggunakan Rational Emotive Behavior therapy (REBT) yaitu:

a. Teknik Kognitif 1) Tahap Pengajaran. 2) Tahap Persuasif 3) Tahap Konfrontasi

6 Shahudi Siradj,

Pengantar Bimbingan dan Konseling (Surabaya: PT Revka Putra


(17)

4) Tahap Pemberian Tugas. b. Teknik Emotive

1) Teknik Sosiodrama

2) Teknik self modelling .

3) Teknik Assertive Training

c. Teknik Behavioristik 1) Teknik Reinforcement

2) Teknik Social Modelling.

3) Teknik Live Models

3. Burnout Syndrome

.kejenuhan kerja (burnout) adalah suatu kondisi fisik, emosi dan mental yang sangat drop yang diakibatkan oleh sikap kerja yang menuntut dalm jagka panjang 8

Adapun perilaku yang nampak pada saudara AN sehingga dikategorikan mempunyai gejala burnout diantaranya:

a. Akhir akhir ini kurang konsentrasi dalam latihan seperti halnya banyak nada-nada yang fals sehingga dapat mengganggu keharmonisasian suara.

b. kinerja dalam kepengurusan yang menurun drastis seperti jarang sekali hadir dalam rapat pengurus yang diadakan sebulan sekali.

c. Menjadi pribadi yang mudah tersinggung bila ada teman yang menegur dia saat berbuat kesalahan.

8 Puspa Ayu Maharani, kejenuhan kerja (burnout) dengan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan, jurnal STIKES vol 5, no 2 , Desember 2012.


(18)

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang dilakukan melalui kualitatif, yang dimana kualitatif yaitu menggali secara lebih dalam tentang diri konseli yang akan diterapi sekaligus memberikan terapi secara intent dan fokus.

Dalam masalah ini peneliti akan menggali data diri konseli yaitu saudara AN yang dimana penggalian data ini meliputi biodata konseli setelah peneliti mendapatkan data secara akurat maka peneliti akan menganalisis masalah dan kemudia memberikan terapi dengan menggunkana pendekatan terapi REBT, dengan tujuan gejala burnout syndrome yang dialami konseli dapat berkurang.

Jenis penelitian yang diambil untuk masalah ini adalah studi deskriptif, tujuan dari penelitian deskriptif ini mengungkapkan fakta, keadaan, fenomena, variable dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adannya.

Dalam kasus ini peneliti akan menjabarkan keadaan yang sebenarnya pada diri konseli yaitu saudara AN dengan proses wawancara serta penggabungan data yang telah diperoleh dari sumber sekunder.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Sasaran penelitian dalam kasus ini adalah saudara AN sebagai konseli, yang dimana peran saudara AN adalah sebagai pengurus di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya yang menjabat sebagai koordinator suara Bass.


(19)

Serta saudara Ramadahana Yunasmara Pratama sebagai peneliti yang berperan sebagai konselor dalam kasus ini, peran konselor dalam kasus ini sebagai ketua umum di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya yang dimana ketua umum ini bertugas untuk mengatur dan mengkoordinir anggota.

Lokasi penelitian yang diambil berada di UIN Sunan Ampel Ampel Surabaya tepatnya di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara yang dimana UKM ini merupakan UKM Universitas yang berada dalam naungan kemahasiswaan, UKM Paduan Suara ini mempunyai kegiatan di bidang kepaduan suaraan dan berkesenian.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian ini menggunakan jenis data yang sifatnya kualitatif karena metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi dengan teknik analisis deskriptif. Penulisan deskriptif ini adalah jenis penulisan berdasarkan cara pembahasannya.

Penulisan ini berusaha untuk memaparkan, menguraikan deskripsi obyektif tentang Kejenuhan (burnout syndrome) seorang pengurus dalam

berorganisasi di Unit kegiatan mahasiswa paduan suara UIN Sunan Ampel Surabaya.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah:


(20)

a. Tahap pra lapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, memilih dan memanfaatkan informan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian.di tahap ini peneliti menyiapkan informasi informasi yang akan dijadikan bahan analisis pada kasus burnout yang di alami oleh saudara AN .

b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri dan memasuki lingkungan penelitian. Di tahap ini peneliti mulai membaca situasi yang ada didalam lokasi penelitian mulai dari berinteraksi dengan ketua selaku responden pendukung dan beberapa anggota yang bertujuan sebagai penguat dari kasus yang di teliti.

c. Tahap analisis data, yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data. Dalam tahap ini peneliti mulai menganalisis segala bahan yang dapat dalam penggalian informasi yang telah dilakukan ditahap sebelumnya.

d. Tahap penulisan hasil laporan, di tahap ini peneliti menuliskan segala bentuk informasi yang sudah danalisis dengan baik yang hasilnya akan di gambarkan secara menyeluruh dalam bentuk laporan kegiatan.

Dalam penelitian kali ini, peneliti akan menjelaskan sistematika tahapan penelitian yang dikemas dalam bentuk table dengan tujuan untuk mempermudah dalamproses penelitian tersebut.


(21)

Tabel 1.1 Tahapan penelitian

No Tahap

Kegiatan Sasaran Sistematika

Pencapaian

1 Menggali data

pribadi konseli/ klien Subyek peneliti (AN) Peneliti menggali informasi pribadi saudara AN dengan bentuk wawancara secara langsung. adapun garis besar yang akan diteliti meliputi (biodata, asal usul atau latar belakang). Dari proses tersebut diharapkan peneliti mampu mendapatkan informasi data diri subyek peneliti yaitu saudara AN dengan harapan data tersebut bisa dijadikan modal atau landasan yang kuat dalam proses terapi

2 Menggali data

lokasi penelitian yaitu di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya Administrat or UKM Paduan suara UIN Sunan Ampel Surabaya (Pengurus Inti)

Dalam tahap ini peneliti melakukan wawancara kepada perwakilan pengurus yaitu ketua umum, dan perangkat yang bertanggung jawab seperti sekretaris maupun perwakila anggota dari suara BASS yang dinilai ikut merasakan dampak dari gejala burnout syndrome yang dialami oleh saudara AN selaku coordinator Harapan yang ingin dicapai bagi peneliti adalah mendapatkan informasi seara lengkap tentang lokasi penelitian yang akan dijadikan tempat penelitian, hal hal yang diharapkan dapat tercapai meliputi apa saja dampak yang dialami organisasi dengan adannya bentuk burnout syndrome yang diidap oleh saudara AN ini

3 Menggali data

dari konseli yaitu saudara Subyek peneliti Peneliti mewawancarai subyek peneliti Harapan bagi peneliti yaaitu keterbukaan


(22)

AN tentang gejala burnout syndrome yang dia alami

tentang apa yang dia keluhkan sehingga dapat memperkuat hipotesis awal sang peneliti yaitu mengenai gejala burnout, asal muasal bagaimana bisa terjadi hal yang tidak biasa terjadi di dalam

organisasi paduan suara ini

konseli akan apa yang dirasakan dalam berorganisasi ini, permasalahan serta problematika yang mencuat sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa subyek peneliti mengalami burnout

4 Menganalisis,

serta mengkombina sikan sumber sumber yang sudah didapatkan dari subyek peneliti maupun dari lokasi penelitian Pelaporan sistematis Peneliti menganalisis, dan menyusun metode untuk menerapi konseli. Agar gejala burnout yang dialami bisa diminimalisir bahkan bisa dihilangkan

Melalui proses ini diharapkan, ditemukan jalan/ metode untuk menerapi konseli

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data sangat diperlukan guna mendapatkan data dalam sebuah penelitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data sesuai dengan apa yang diharapkan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan (observasi), wawancara

mendalam (in dept interview) dan studi dokumentasi. Adapun lebih jelasnya


(23)

a. Observasi

Observasi atau Pengamatan merupakan suatu unsur penting dalam penelitian kualitatif, observasi dalam konsep yang sederhana adalah sebuah proses atau kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti untuk bisa mengetahui kondisi realitas lapangan penelitian. Menurut Black dan Champion9 observasi adalah mengamati dan mendengar perilaku seseorang selama beberapa waktu, tanpa melakukan manipulasi atau pengendalian serta mencatat penemuan yang memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan ke dalam tindakan analisis.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipatif. Observasi pertisipatif adalah peneliti terlibat langsung dengan kegiatan subjek yang sedang diteliti atau dengan orang yang dijadikan sebagai sumber penelitian dengan mengikuti apa yang dikerjakan oleh subjek yang diteliti.10

Dalam kasus ini peneliti berperan sebagai pengurus inti, yang secara tidak langsung mendapatkan efek dari gejala burnout dari konseli, dan peneliti menjadi pengamat segala peristiwa yang terjadi dalam organisasi ini, sehingga hasil observasi dapat dinilai obyektif karna peneliti berperan langsung.

Responden pendukung berupa sumber data sekunder yang menjadi penguat atas penelitian ini yaitu wawancara dari wakil ketua unit

9 James A. Black dan Dean J. Champion,

Metode dan Masalah Penelitian Sosial,

(Bandung: Refika Aditama, 2009), hal. 286

10 Sugiono , Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D, (Bandung Alfabeta, 2010), hal . 227


(24)

kegiatan mahasiswa paduan suara saudara Muhammad Hisyam Ramadhan.

Penelitian ini akan mengamati tentang perubahan sikap yang nampak pada saudara (AN) sebagai obyek peneliti yang dimana berstatus sebagai pengurus di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya, perubahan sikap yang menuju kearah yang negatif ini sering dirasakan oleh peneliti, karena peneliti terlibat langsung dalam kepengurusan.

b. Wawancara

Wawancara merupakan bagian penting dalam penelitian kualitatif sehingga peneliti dapat memperoleh data dari berbagai informan secara langsung. Penelitian kualitatif sangat memungkinkan untuk penyatuan teknik observasi dengan wawancara. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nasution bahwa dalam sebuah penelitian kualitatif observasi saja, belum memadai itu sebabnya observasi harus dilengkapi dengan wawancara.

Menurut Hadi wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya-jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandankan tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini wawancara merupakan alat utama dalam menggali data tentang obyek peneliti, hal yang digali dari proses wawancara meliputi motivasi konseli mengikuti organisasi ini, harapan konseli terhadap organisasi ini sampai apa yang dirasakan setelah


(25)

bergabung dalam organisasi ini .hasil yang diharapkan dari proses wawancara ini adalah mengenal kepribadian saudara AN secara obyektif, mengetahui sumber permasalahan yang dialami Saudara AN .

c. Dokumentasi

Merupakan suatu metode atau teknik yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk mengungkapkan atau mencari berbagai informasi dari sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.11 Biasanya dokumentasi ini berupa pengambilan foto atau video aktifitas dari subyek yang ditelitinya. Kemudian dari foto-foto itulah diolah sehingga menjadi sebuah catatan lapangan, dan dari foto-foto itu bisa diketahui bagaimana kenyataan di lapangan.

Dalam penelitian kali ini peneliti akan mendokumentasikan segala hal yang bekaitan dengan obyek peneliti yang diantara nya foto proses konselig serta arsip arsip pendukung yang terdapat dalam I organisasi ini seperti struktur pengurus,AD/ART serta ketetapan tambahan yang tak tercantum dalam AD/ART.

6. Teknik Analisis Data

Untuk mengolah data data yang diperoleh, agar bisa dibaca dan mudah di pahami peneliti memberikan teknik analisa data. Analisa data, menurut potton, adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, katagori, dan satuan uraian dasar .


(26)

Metode analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah analisis data kualitatif dengan metode perbandingan tetap “grounded research”,

artinya teknik yang digunakan bersifat non satistik, teknik ini digunakan untuk memperoleh hasil analisis secara kualitatif yang berupa jawaban dari pertanyaan pertanyaan yang diajukan peneliti dalam tahap ini teknik analisis data akan menggambarkan secara detail proses dan jadwal yang akan dilakukan peneliti dalam proses penelitian ini.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Temuan keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaruhi dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Derajat kepercayaan keabsahan data (kredebilitas) dapat diadakan pengecekkan dengan tehnik pengamatan yang tekun, dan triangulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Pemeriksaan keabsahan data dalam kualitatif sangat diperlukan untuk menguji ataupun memeriksa akurasi data yang telah dikumpulkan dari proses penelitian ini berlangsung.

Menurut Nasution pemeriksaan keabsahan data diperlukan untuk membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan dan memang sesuai dengan sebenarnya ada atau kejadiannya.

Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data penelitian ini adalah triangulasi data. Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data yang diperoleh dari


(27)

beberapa teknik penggaliaan data yang digunakan, seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi.12 Triangulasi data ini biasanya ada dua cara yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

a. Membandingkan semua hasil data yang diperoleh dari lapangan mulai dari data observasi, wawancara dan dokumentasi, hal ini dilakukan untuk mencari keabsahan dari data-data yang telah diperoleh.

b. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumentasi, yang tujuannya untuk mengkomparasikan antara kedua data tersebut oleh karena itu dalam penelitian ini diadakan pengecekan terhadap validasi data yang telah diperoleh dengan mengkonfirmasi antara data/informasi yang diperoleh dari sumber lain yaitu teman dari subjek, saudara atau keluarga subjek, tetangga, guru atau dosen wali subjek. Peneliti membandingkan data hasil wawancara dari subjek penelitian dengan data hasil observasi dan mencocokkannya kemudaian mengalisis.

Dalam teknik pemeriksaan keabsahan data ini peniliti mengunakan triangulasi data seperti:

a. Menurut sudut pandang subyek penelitian yang tidak lain adalah konseli sebagai penderita burnout syndrome.

b. Menurut sudut pandang ketua umum Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya sebagai pihak yang mengatur serta mengkondiskan jalannya keorganisasian yang secara otomatis mendapatkan efek dari permasalahan yang diderita oleh subyek peneliti.


(28)

c. Menurut sudut pandang perwakilan anggota BASS sebagai pihak yang dinilai merasakan dampak langsung karna masalah yang dialami oleh subyek peneliti.

G.Sistematika Pembahasan

Dalam setiap pembahasan suatu masalah, sistematika pembahasan merupakan suatu aspek yang sangat penting, karena sistematika pembahasan ini dimaksudkan untuk mempermudah pembaca dalam mengetahui alur pembahasan yang terkandung di dalam skripsi.

BAB 1 terdiri dari pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dalam manfaat pnelitian terdapat 2 bagian yaitu ditinjau secara teoritis dan praktis, definisi konsep di dalam definisi konsep terdapat pengertian bimbingan konseling Islam, pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy. Metode penelitian

didalam metode penelitian ini terdiri daro pendekatan dan jenis penelitian, sasaran dan lokasi penelitian. Jenis dan sumber data, tahap tahap penelitian didalam tahapan penelitian ini terdiri dari dari tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan. Teknik pengumpulan data didalam teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara, dokumentasi. Teknik analisis data, teknik pemeriksaan dan keabsahan data. dan sistematika pembahasan.

BAB 2 dalam bab ini menjelaskan tentang kerangka teoritik yamg terdiri dari Bimbingan Konseling Islam didalam pembahasan ini meliputi pengertian bimbingan konseling Islam, ayat dan hadist tentang bimbingan


(29)

konseling Islam, fungsi bimbingan konseling Islam , Rational Emotive Behavioral Therapy dalam pembahasan ini berisikan pengertian Rational Emotive Behavior Therapy, teknik teknik Rational Emotive Behavior Therapy, Burnout Syndrome dalam pembahasan ini berisikan pengertian burnout syndrome dan penelitian yang relevan.

BAB 3 dalam bab ini berisi tentang penyajian data yang terdiri dari deskripsi umum obyek penelitian yang meliputi, deskripsi lokasi penelitian, deskripsi konselor, deskripsi klien, deskripsi masalah, dan selanjutnya yaitu deskripsi pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam dengan Rational Emotive Behavioral Therapy dalam mengatasi burnout syndrome seorang

pengurus Di UKM Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya, deskripsi hasil penelitian pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam dengan Rational Emotive Behavior Therapy dalam mengatasi burnout syndrome seorang

pengurus di UKM Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya

BAB 4. Dalam bab ini berisi tentang analisis data yang terdiri dari analisis factor factor yang mempengaruhi burnout syndrome, analisis proses

pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam dengan Rational Emotive Behavior Therapy dalam mengatasi burnout syndrome seorang pengurus di

UKM Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya. Analisis hasil proses Bimbingan dan konseling Islam dengan Rational Emotive Behavior Therapy

dalam mengatasi burnout syndrome seorang pengurus di UKM Paduan Suara


(30)

BAB 5 dalam bab ini berisikan penutup, di dalam penutup terdapat 2 isi yaitu kesimpulan dan saran.


(31)

BAB II

BIMBINGAN KONSELING ISLAM, RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR

THERAPY, DAN BURNOUT SINDROME

A. Bimbingan dan Konseling Islam

1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam

Konseling dalam Islam adalah suatu aktivitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan, (klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien dapat mengembagkan potensi akal fikirannya, kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupan dengan baik dan benar secara mandiri yang ber paradigma kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulllah SAW.

Bimbingan konseling Islam juga dapat diartikan sebagai suatu aktivitas memberikan bimbingan,pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (klien) yang mengalami penyimpangan perkembangan fitrah beragama, dengan mengembangkan potensi akal pikiran kepribadiannya, keimanan dan keyakinan yang dimilikinya, sehingga klien dapat menanggulangi problematika hidup secara mandiri yang berpedoman pada Al-Quran dan sunnah rasul SAW, demi tercapainya kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.1

Dari beberapa devinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan konseling Islam merupakan proses pemberian bantuan kepada individu baik

1 Hasyim Hasanah, ‘’Konseling Religi, Jurnal Bimbingan Konseling Islam’’. Peran

bimbingan konseling Islam dalam menurunkan tekanan emosi remaja, 2 (Juli-Desember, 2011), hal. 10-12.


(32)

yang mengalami permasalahan ataupun tidak dengan cara mengembangkan potensi fitrah yang dimilikinya, agar senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah. sehingga dengan cara yang mandiri individu mampu memecahkan permasalahan yang dihadapinya serta mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

2. Ayat dan Hadist tentang bimbingan konseling Islam

Para Nabi diutus untuk membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwamanusia, agar manusia keluar dari tipu daya setan.

Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya. Ayat ini menunjukan agar manusia selalu mendidik diri sendiri maupun orang lain, dengan kata lain membimbing ke arah mana seseorang ituakan menjadi baik atau buruk.

ِرصَعلٱَو

١

ٍرسُخ يِفَل َنَٰسنِإٱ َنِإ

٢

ِقَحٱِب ْاوَصاَوَ تَو ِتَٰحِلَٰصلٱ ْاوُلِمَعَو ْاوُنَماَء َنيِذَلٱ ََِإ

ِرَصلٱِب ْاوَصاَوَ تَو

٣

Artinya: Demi masa. Sungguh mereka dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan saling menasehati supaya mengikuti kesabaran dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran.(QS. Al-Ashr [103] 1-3)

Nabi Muhammad Saw juga menjelaskan Tentang Bimbingan Konseling Islam

َلَو ِهِلوُسَرِلَو ِهِباَتِكِلَو ِهَلِل َلاَق ْنَمِل اَنْلُ ق ُةَحيِصَنلا ُنيِدلا َلاَق ملسو هيلع ها ىلص ََِِنلا َنَأ

َنِمِلْسُمْلا ِةَمِِ

ملسم حيحص( ْمِهِتَماَعَو

)


(33)

Artinya: “Hak seorang muslim pada muslim lainnya ada enam: jika berjumpa hendaklah memberi salam; jika mengundang dalam sebuah acara, maka datangilah undangannya; bila dimintai nasehat, maka nasehatilah ia; jika memuji Allah dalam bersin, maka doakanlah; jika sakit

jenguklah ia; dan jika meninggal dunia, maka iringilah kekuburnya.” (HR Muslim).

Bimbingan konseling Islam sifatnya hanya merupakan bantuan saja, sedangkan tangguungjawab dan penyelesaian masalah terletak pada diri individu (klien) yang bersangkutan. Secara garis besar, tujuan BKI dapat dirumuskan untuk membantu individu mewujudkan dirinnya sebagai manusia seutuhnya, agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Manusia seutuhnya adalah mereka yang mampu menciptakan kondisi, memperoleh kesenangan dan kebahagiaan bagi dirinnya sendiridan bagi lingkungannya berkat pengembangan optimal segenap potensi yang dimilikinya (dimensi keindividual), seiring dengan pengembangan suasana kebersamaan dengan lingkungan sosialnya (dimensi kesosialan), sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku (dimensi kesusilaan), dan agar sesuatunya itu dikaitkan dengan pertanggungjawaban atas segenap aspek kehidupannya didunia terhadap kehidupan diakhirat kelak kemudian hari (dimensi keberagaman).

Citra manusia seutuhnya adalah manusia yang benar benar manusia, manusia dengan aku dan kehadirannya yang matang, tangguh dan dinamis, dengan kemampuan sosialnya yang luas dan bersemangat, tetapi


(34)

menyejukan; dengan kesusilaannya yang tinggi; serta dengan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mendalam.2

3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam

Dengan memperhatikan tujuan dari bimbingan konseling Islam, maka dapat dirumuskan beberapa fungsi bimbingan konseling Islam. Priyatno dan Firman Amti menyebutkan bahwa fungsi bimbingan konseling Islam meliputi empat hal, yaitu fungsi pencegahan, pengentasan, pemahaman, pemeliharaan dan pengembangan.

Menurut Hatcher dalam Abimanyu, fungsi bimbingan konseling Islam meliputi preventif, edukatif, dan rehabilitative. Fungsi preventif pada bimbingan konseling Islam berfokus pada penyesuaian diri, penyembuhan masalah psikologis yang dihadapi, mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional.

Fungsi edukatif merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada individu sebelum mereka mencapai masalah. Upaya ini meliputi pengembangan strategi-strategi dan progam-progam yang dapat digunakan untuk mengantsipasi dan mengelakkan resiko hidup yang tidak perlu terjadi. Fungsi rehabilitas terfokus pada upaya pemberian bantuan kepada individu dengan cara meningkatkan keterampilan dalam kehidupannya, mengidentifikasi, memecahkan masalah hidup dan membantu meningkatkan kemampuannya menghadapi transisi dalam hidup untuk keperluan hidup jangka pendek.

2 Hasyim Hasanah, ‘’Konseling Religi, jurnal bimbingan konseling Islam’’. Peran


(35)

Sementara itu Faqih menyebutkan bahwa fungsi bimbingan konseling Islam terdiri dari empat hal, yaitu:

a. Fungsi preventif

Dapat diartikan sebagai membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinnya sendiri.3

b. Fungsi kuratif

Diartikan sebagai membantu individu dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapnya maupun dialaminya.4

c. Fungsi preservatif

Diartikan sebagai upaya membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.

d. Fungsi developmental

Diartikan sebagai upaya untuk membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya permasalahan baginya.5

4. Ciri ciri Konseling Islam

Ciri khas konseling Islam yang sangat mendasar adalah, berparadigma kepada wahyu dan ketauladanan para nabi, rasul dan ahli

3 Hasyim Hasanah, ‘’Konseling Religi, Jurnal Bimbingan Konseling Islam’’. Peran

Bimbingan KonselingIIslam dalam Menurunkan Tekanan EmosiRremaja, 2 (Juli-Desember, 2011), hal. 10-12.

4 Hasyim Hasanah, ‘’Konseling Religi, Jurnal Bimbingan Konseling Islam’’. Peran

Bimbingan Konseling Islam dalam Menurunkan Tekanan Emosi Remaja, 2 (Juli-Desember, 2011), hal. 10-12.


(36)

warisnya. Seperti yang kita ketahui nabi dan rasul adalah panutan bagi seluruh umat Islam, segala aktivitasnya menjadi panutan bagi umat Islam di dunia.

Bimbingan Islami merupakan proses pemberian bantuan, artinya bimbingan tidak menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu. Individu dibantu, dibimbing, agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk allah maksydnya sebagi berikut:

a. Hidup selaras dengan ketentuan Allah artinya sesuai dengan kodrat yang ditentukan Allah: sesuai dengan sunnatullah, sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Allah.

b. Hidup selaras dengan petunjuk Allah artinya sesuai denga pedoman yang ditentukan Allah melalui rasulnya (ajaran Islam).6

c. Hidup selaras dengan petunjuk Allah berarti menyadari eksistensi diri sebagai makhluk Allah yang diciptakan Allah untuk mengabdi kepada- Nya; mengabdi dalam arti seluas luasnya .

Dengan menyadari eksistensi sebagai makhluk Allah yang sedemikian itu, berarti yang bersangkutan dalam hidupnya akan berperilaku yang tidak keluar dari ketentuan dan petunjuk Allah , dengan hidup serupa itu maka akan tercapailah kehidupan ynag bahagia di dunia mapun di akhirat.7


(37)

Landasan religious dalam bimbingan dan konseling Islami mengimplikasikan bahwa konselor sebagai „‟helper‟‟, pemberi bantuan, dituntut untuk memiliki pemahaman akan nilai nilai agama dan komitmn yang kuat dalam mengamalkan nilai nilai tersebut dalam kehidupan sehari hari, khususnya dalam memberian layanan bimbingan dan konseling kepada klien atau peserta didik.

5. Kriteria Konselor Islami

Konselor Islam seyogyanya menyadari bahwa memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada klien merupakan salah satu kegiatan yang bernilai ibadah karena dalam proses bantuannya terkandung nilai menegakkan „‟amar ma‟ruf nahyi munkar‟‟ (memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Agar layanan bantuan yang diberikan itu mengandung nilai ibadah, maka aktivitas bimbingan dan konseling tersebut harus didasarkan kepada keikhlasan dan kesabaran.8

Kaitannya dengan persyaratan bagi seorang konselor agama Islam, menurut penulis, harus diperhatikan kriteria kriteria berikut ini.

a. Konselor islami hendaklah orang yang menguasai materi khususnya dalam masalah keilmuan agama Islam, sehingga pengetahuannya mencukupi dalam hal hal yang berkaitan dengan masalah keagamaan


(38)

b. Konselor islami hendaklah orang-orang yang mengamalkan nilai-nilai agama Islam dengan baik dan konsekuen, tercermin melalui keimanan, ketaqwaan dan pengamalan keagamaan dalam kehidupannya sehari-hari. c. Konselor islami sedapat mungkin mentransfer kaidah-kaidah agama

Islam secara garis besar yang relevan dengan masalah yang dihadapi klien.

d. Konselor islami hendaknya menguasai metode dan strategi yang tepat dalam menyampaikan bimbingan dan konseling kepada klien, sehingga klien dengan tulus akan menerima nasihat konselor

e. Konselor islami memiliki pribadi yang terpuji sebagai teladan dalam perilaku baik ditempatnya bekerja maupun diluar tempat bekerja. Pendek kata, perilakunya adalah perilaku yang terpuji sebagai „‟uswatun hasanah‟‟, yang mampu menegakkan amar ma‟ruf nahyi munkar.

f. Konselor islami hendaknya menguasai bidang psikologi secara integral, sehingga dalam tugasnya melaksanakan bimbingan dan konseling akan dengan mudah menyampaikan nasihat dengan pendekatan psikologi.9

Hukum konselor memberikan konseling kepada konseli klien dan konseli klien yang meminta kepada konselor adalah wajib dan suatu keharusan bahkan merupakan ibadah. Menolong sesama muslim adalah suatu bentuk kewajiban bahkan dari segi konseling, konselor yang mempunyai kredibilitas di bdang ilmu konseling mempunyai kewajiban untuk membantu konseli yang sedang mengalami masalah.


(39)

Akibat konselor menyimpang dari wahyu dapat berakibat fatal bagi dirinya senidri mapun konseli/ klien dan Allah menghukumi mereka sebagai orang yang mendustakan agama (kafir), melanggar agama dengan sengaja an terang terangan (zhalim), menggangapnya enteng dan mnegabaikan agama (fasiq).

Pedoman konselor Islam adalah Al-Qur’an dan Al –Hadits. Apabila konselor berlawan dengan pedoman tersebut maka yang terjadi adalah kebingungan dari pihak konseli/klien dan dosa bagi konselor.

Sistem konseling Islam dimulai dengan pengarahan kepada kesadaran nurani dengan membaca ayat-ayat Allah, setelah itu baru melakukan proses terapi dengan membersihkan dan mensucikan sebab-sebab terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang di alami oleh konseli. Ayat ayat suci Al-quran bisa menjadi obat yang mujarab untuk pengobatan psikis manusia, khususnya bagi seorang muslim, karena wahyu yang diturunkan langsung oleh Allah SWT itu berisikan anjuran dan petunjuk kepada umat muslim.

Kemudian setelah tampak dalam cahaya kesucian dalam dada (qalb)

akal, fikiran, dan kejiwaan, baru proses pembimbingan dilakukan dengan mengajarkan pesan-pesan Al-Qur’an dalam mengantarkan individu kepada perbaikan-perbaikan diri secara esensial dan diiringi dengan al-hikmah, yaitu rahasia-rahasia di balik peristiwa yang terjadi di dalam hidup dan


(40)

kehidupan. Konselor sejati dan utama adalah mereka yang dalam proses konseling selalu dibawah bimbingan atau pimpinan Allah dan Al-Qur’an.10

B.Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)

1. Pengertian Rational Emotive Behavior Therapy

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan yang dikembangkan oleh Albert Ellis pada tahun 1950-an yang menekankan pada pentingnya peran pikiran pada tingkah laku, pada awalnya pendekatan ini dinamakan Rational Therapy (RT) kemudian ellise mengubahnya menjai

rational emotive Behavior Therapy (REBT).11

Rational Emotive Behavior Therapy merupakan pendekatan kognitif behavioral pendekatan ini meruppakan kembangan dari pendekatan behavioral pada proses konselingnya REBT berfokus pada tingkah laku individu, akan tetapi lebih menekankan bahwa tingkah laku yang bermasalah disebabkan oleh pemikiran yang irasional sehingga focus penanganan pada teori ini adalah pemikiran individu.

Terapi tingkah laku adalah penerapan aneka raga, teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar, ia menerapkan penerapan yang sistematis prinsip prinsip belajar pada perubahan tingkah laku kea rah cara cara yang lebih adaptif. Pendekatan ini telah memberikan sumbangan sumbangan yang berarti, baik kepada bidang bidang klinis maupun pendidikan.

10 HM. Hamdani Bakran Adz Dzaky, Psikoterapi dan konseling sosial (Yogyakrta: Fajar Pustaka Baru,2001),hal. 137-138.


(41)

Terapi tingkah laku berbeda dengan sebagian besar pendekatan terapi lainnya, ditandai oleh (a) pemusatan perhatian terhadap tingkah laku yang tampak dan spesifik, (b) kecermatan dan penguraian tujuan tujuan

treatment, (c) perumusan prosedur treatment, yang spesifik yang sesuai dengan masalah, dan (d) penafsiran obyektif dari hasil hasil terapi.12

Asumsi dasar dari REBT ini dikembangkan oleh Ellis yang dikategorikan menjadi beberapa postulat antara lain :

a. Pikiran perilaku dan tingkah laku secara bekesinambungan saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.

b. Ganggunan emosional disebabkan oleh factor biologi dan lingkungan. c. Manusia dipengaruhi oleh orang lain dan lingkungan sekitar dan individu

secara sengaja mempengaruhi pemikiran orang lain.

d. Manusia meyakini diri sendiri secara kognitif, omosional, dan tingkah laku. Individu sering berfikir menyakiti diri sendiri dan orang lain.

e. Ketika hal yang tidak menyenangkan terjadi individu cenderung menciptakan keyakinan yang irasional tentang kejadian tersebut.

f. Keyakinan irasional yang menyebabkan gangguan pada individu.

g. Sebagaian besar manusia memiliki kecenderungan yang besar.untuk membuat dan mempertahankan gangguan emosionalnya.

2. Tujuan Rational Emotive Behavioral Therapy

Tujuan utama REBT berfokus pada membantu orang untuk menyadari bahwa, mereka dapat hidup lebih rasional dan produktif. REBT

12 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT Revika aditama 2003), hal. 196-199.


(42)

membantu klien agar berhnti membuat tuntutan dan merasa kesal melalui ‘’kekacauan’’. Klien dalam REBT dapat mengekspresikan beberapa perasaan negatif, tetapi tujuan utamanya adalah membantu klien agar tidak memberikan tanggapan emosional melebihi yang selayaknya terhadap suatu peristiwa.

Tujuan lain dari REBT adalah membantu orang mengubah kebiasaan berfikir atau bertingkah laku yang menghancurkan diri sendiri. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan mengajarkan model A-B-C-D-E dari REBT kepada klien:

a. Berarti mengaktifkan pengalaman.

b. Mewakili pendapat orang mengenai pengalaman tersebut. c. Adalah reaksi emosional terhadap B.

d. Adalah menjauhkan pemikiran irasional, biasanya dengan bantuan konselor REBT, dan menggantikannya dengan

e. Pemikiran yang efektif dan filosofi pribadi baru yang akan membantu klien mencapai kepuasan hidup yang lebih besar.

Melalui proses ini, REBT membantu orang belajar bagaimana mengenali suatu anatomi emosional yaitu, mempelajari bagaimana perasaan terkait dengan pikiran. Pikiran mengenai suatu pengalaman dapat dikarakteristikan dalam empat cara: positif, negative, netral, kombinasi.

REBT juga mendorong klien untuk lebih toleran terhadapa diri sendiri dan orang lain, serta mengajak mereka untuk mencapai tujuan pribadi, tujuan tersebut dicapai dengan mengajak orang belajar berfikir


(43)

secara rasional untuk mengubah tingkah laku menghancurkan diri dan dengan membantunya mempelajari cara bertindak yang baru 13

3. Pendekatan dalam Rational Emotive Behavior Therapy

Dalam pendekatan REBT, seorang terapis berusaha secara langsung untuk mengubah diri konseli yaitu sebagai berikut:

a. Aktif-direktif terhadap kebanyakan konseli melakukan pembicaraan dan menjelaskan sesuatu, terutama pada saat awal hubungan. Aktif direktif disini yaitu konselor berperan aktif untuk megarahkan konseli dalam menyelesaikan masalahnnya

b. Mengkonfrontasi konseli secara langsung dengan demikian tidak akan ada waktu terbuang.

c. Menggunakan pendekatan yang penuh semangat terhadap konseli agar berfikir kemudian mendidik ulang dirinnya sendiri. Ekspresi yang terpancar dari konselor juga menentukan keberhasilan proses konseling, perlu adannya rasa empati yang tinggi dari konselor, agar konseli lebih yakin atas segala nasehat yang di berikan oleh konselor.

d. Gigih dan berulang kali menghantam ide-ide irasional yang mendasari ganggunan emosional konseli.

e. Memunculkan kekuatan konseli untuk berfikir daripada menggunakan perasaannya.

13 Samuel T. Glading, Konseling; profesi yang menyeluruh ( Jakarta: Permata Puri Media, 2012), hal. 267.


(44)

f. Sangat didaktif dan filosofis dalam pendekatannya, yaitu memberikan pengajaran tentang segala hal yang berkaitan dengan konseli namun belum ia ketahui.

g. Menggunakan humor dan latian malu sebagai cara untuk mengkonfrntasi pemikiran irasional konseli. 14

4. Teknik teknik Rational Emotive Behavior Therapy

Rational Emotive Behavioral Therapy menggunakan berbagia teknik yang bersifat kognitif, afektif, behavioral yang di sesuaikan dengan kondisi klien, teknik teknik Rational Emotive Behavioral Therapy sebagai berikut: a. Teknik-Teknik Rational

Adapun teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien. Dewa ketut menerangkan ada empat dalam teknik kognitif.

1) Tahap Pengajaran

Dalam REBT, konselor mengambil peranan lebih aktif dari pelajar. Tahap ini memberikan keleluasaan terhadap konselor untuk berbicara serta menunjukan bagaimana ketidaklogikaan berfikir itu secara langsung menimbulkan ganguan emos kepada klien tersebut 2) Tahap Persuasif

Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya karena pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar, dan konselor juga meyakinkan, berbagai argumentasi untuk menunjukan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.


(45)

3) Tahap konfrontasi

Konselor mengubah ketidaklogikaan membawa klie ke arah berfikir yang lebih logika.

4) Tahap pemberian tugas

Konselor memberikan tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata. Misalnya, menugaskan klien bergaul dengan anggota masyarakat kalau mereka merasa di pencilkan dari pergaulan atau membaca buku untuk memperbaiki carannya berfikir.

b. Teknik–teknik Emotif

Teknik teknik emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Antara teknik yang sering digunakan adalah : 1) Teknik Sosiodrama

Memberi peluang mengekspresikan berbagai perasaan yang menekanklienitu melalui suasana yang di dramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan maupun gerakan dramatis

2) Teknik Self Modelling

Digunakan dengan meminta klien berjanji dengan konselor untuk menghilangkan perasaan yang menimpannya. Dia diminta taat setia pada janjinya


(46)

3) Teknik Assertive Training

Digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien dengan pola perilaku tertentu yang diinginkannya.

c. Teknik-teknik Behavioristik

Terapi rational emotive banyak menggunakan teknik behavioristik terutama dalam hal upaya modifikasi perilaku negatif klien. Dengan mengubah akar-akar keyakinannya yang tidak rasional dan tidak logis. Beberapa teknik yang tergolong behavioristik adalah:

1) Teknik Reinforcement

Teknik reinforcement (penguatan), yaitu : untuk mendorong klien kea rah yang tingkah laku yang lebih rasional dan logis jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Teknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai-nilai dan keyakinan yang irasional pada klien dan menggantinya dengan system nilai yang lebih positif .

2) Teknik Social Modeling (pemodelan sosial)

Teknik social modelling (pemodelan sosial), yaitu: teknik untuk membentuk perilaku perilaku baru pada klien teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara mutasi (meniru), mengobservasi dan menyesuaikan dirinnya dan menginternalisasi norma norma dalam suatu model sosial dengan masalah tertentu yang sudah disiapkan konselor.


(47)

3) Teknik Live Models

Teknik life models (teknik kehidupan nyata), yaitu teknik yang digunakan untuk menggambar perilaku perilaku tertentu. Khususnya situasi situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan percakapan sosial, interaksi dengan memecahkan masalah.15

Peneliti menggunakan teknik kognitif dalam melaksanakan rational emotive behavioral therapy (REBT) sebab sesuai denga klien yang mengalami burnout sindrome.

Alasan mengapa peneliti menggunakan REBT ini untuk kasus

burnout syndrome ini karena tujuan konseling mengunakan REBT adalah membantu individu menyadari bahwa mereka dapat hidup lebih rasional dan lebih produktif.

Mengajarkan individu untuk mengkoreksi kesalahan berfikir dan tingkah laku yang merusak diri secara umum REBT mengajarkan bahwa konseli harus lebih toleransi kepada diri sendiri,orang lain dan lingkungannya. Sehingga konseli dapat berproses kembali di organisasi ini dengan rasa yang nyaman dan aman tentunnya.

Pada dasarnya setiap individu menghadapi permasalahan dalam hidupnya dalam jenis dan instensitas yang berbeda. Di dalam permasalahan individu tersebut, beberapa masalah dapat dipecahkan sendiri tanpa intervensi konselor, sedangkan ada beberapa masalah yang memerlukan tindakan dari konselor, pada umumnya permasalahan yang membutuhkan

15 Muhammad Surya, Teori Teori Konseling (Bandung; Pustaka Bani Quraisy, 2003), hal. 18.


(48)

proses konseling adalah (a) masalah kecewa (b) masalah frustasi (c) masalah kecemasan, (d) masalah stress, (e) masalah depresi, (f) masalah konflik, (g) masalah ketergantungan.

a. Masalah Kecewa

Kecewa merupakan bentuk gangguan emosi yang ditimbulkan oleh ketidakserasian antara apa yang diinginkan konseli dengan kenyataan yang terjadi

b. Masalah Stress

Stress adalah suatu bentuk gangguan emosi yang disebabkan adannya tekanan yang tidak dapat diatasi oleh individu.16

c. Masalah Depresi

Depresi dikenal sebagai keluhan keluhan umum yang dialami oleh masyarakat biasa maupun penderita yang berobat. Masalah depresi dapat dgolongkan kedalam gangguan emosi dan kepribadian yang perlu mendapat perhatian serius dari kalangan kedokteran bidang kesehatan jiwa, psikologi, maupu ahli konseling.

d. Masalah Konflik

Konflik ialah suatu bentuk pertentangan yang dialami oleh individu.konflik yang dialami konseli bisa ditimbulkan dari dua factor. Faktor didalam diri konseli maupun di luar diri konseli.


(49)

e. Masalah Ketergantungan

Ketergantungan adalah suatu keadaan dimana seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya menggantungkan pihak lain. Masalah ketrgantungan konseli tergolong masih ringan daripada masalah masalah yang telah di uraikan di atas.17

Manusia dilahirkan dengan potensi untuk berfikir rasional, tetapi juga dengan kecenderungan kecenderungan kearah berfikir curang. Mereka cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan keyakinan yang irasional dan untuk mereindoktrinasi dengan keyakinan keyakinan yang irasional itu, tetapi berorientasi kognitif-tingkah laku tindakan, dan menekankan berfikir, menilai, menganalisa, melakukan dan memutuskan ulang. Modelnya adalah didaktif direktif tetapi dilihat sebagai proses reduksi 18

C. Burnout Syndrome

1. Pengertian Burnout Syndrome

Menurut Chemis, burnout merupakan perubahan sikap dan perilaku dalam bentuk reaksi menarik diri secara psikologis dari pekerjaan. Seperti menjaga jarak atau bersikap sinis dengan klien, membolos, sering terlambat, dan keinginan pindah kerja yang kuat. Sedangkan Pines dan Aronson memandang burnout adalah tahap tahap kelelahan emosional. Fisik dan

17 Hartono, Psikologi Konseling (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hal. 78-88

18 Faizah Noer Laila, Bimbingan Konseling Sosial (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), hal. 107-108.


(50)

mental disebabkan keterlibatan yang lama dalam situasi yang menuntut secara emosional.19

Maslach seorang psikolog sosial yang meneliti para pekerja dibidang human service mendifinisikan burnout adalah sebagai suatu syndrome

tentang exhaustion emotional, cynicism (depersonalisasi), dan

ineffectiveness(low personal Accomplisment).

Dalam beberapa sumber yang terkait juga di temukan bahwa

burnout atau kejenuhan adalah suatu kondisi fisik, emosi dan mental yang tidak baik akibat situasi kerja yang berat dalam jangka panjang20

Dari beberapa sumber yang telah di peroleh maka disimpulkan bahwa burnout adalah satu sindrom akibat daripada tekanan yang berkepanjanan terhadap tekanan kerja yang membawa kepada penarikan diri daripada organisasi. Keadaan ini dapat membuat pekerja kehilangan komitmen terhadap pekerjaannnya, dan mulai mempunyai perasaan ingin keluar dari organisasi yang bersangkutan21

Burnout biasannya berlaku pada tiga fase yaitu:(1) kelemahan emosi

(emotional exhaustion) disebabkan oleh permintaan atau tekanan terlalu tinggi yang didapat oleh pekerja, (2) Depersonalization, perkembangan sikap yang tidak sensitive atau kurang peka terhadap hubungan dengan

19 Eka Denta Jaya, ‘’Burnout Ditinjau dari Locus Of Control Internal dan Eksternal’’.

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 38, 3 (September, 2005), hal. 214.

20 Puspa Ayu Maharani,’’ Kejenuhan Kerja (Burnout) dengan kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan ‘’. Jurnal STIKES Volume 5, 2 (Desember 2012), hal. 167.


(51)

pekerja pekerja lain, (3) low of personal accomplishment disebabkan oleh rasa kekecewaan dan putus asa yang di hadapi.

Tanda tanda serangan burnout: a. Mudah Sakit

Demam, flu, sakit kepala, gangguan pencernaan, dan kepenatan kronis, dalam hal ini mungkin pula terjadi penurunan libido, yang membuat seseorang menjadi mudah tersinggung.

Masalah mulai timbul ketika agenda menjadi terlalu banyak namun, tanpa emotional outlet yang memadai, dan, ini kondisi yang terlalu sering dialami oleh pria. ‘’Pada umumnya, apabila seorang pria diminta bercerita tentang dirinnya sendiri, ia akan bertutur tentang pekerjaannya, dan bukan tentang keluarga atau hobinya ,’’ kata Herbert J. Freudenberger pengarang burnout: the high cost of high achievement dan orang pertama yang menggunakan istilah burnout untuk keadaan ini b. Perubahan Perilaku (Cemas dan Depresi)

Mudah gugup, merasa tertekan dan cepat frustasi. Dari segi mental, kurangnya daya tahan, yang dicirikan sebagai rasa seperti habis digebuki, dapat menjadi pertanda akan terjadinya burnout. Menurut Dr. Jenskin, para pegendali lalu lintas udara menyebutnya bounceback.

Mereka tidak dapat pulih kembali setelah kepayahan mengatasi jam jam sangat sibuk dan kehilangan semangat ketika mengetahui tugas yang sama berat tlah menanti mereka. Daya mereka telah terkuras habis.


(52)

Depresi dan mudah tersinggung juga pertanda pada mereka yang mengalami burnout. Tetapi, yang lebih menarik adalah berkembangnya perasaan mejadi manusia super menurut Dr. Fraunderberger. Oang yang bersangkutan jadi merasa sanggup menangani segala sesuatunya, tidak memerlukan bantuan dan kadang kadang menjadi tinggi hati karenannya.

Karena itu, sebaiknya jangan biarkan diri anda mencemaskan segala sesuatu. Kecemasan bisa membuat tertekan bahkan bekembang menjadi depresi.

Riset yang dilakukan para ahli amerika serikat mengungkapkan, orang yang gampang stress maupun depresi, cenderung mudah mengalami gangguan ingatan. Gejala seperti itu mengarah pada penyakit alzheimer22

Burnout syndrome menurut Freudenberg adalah penurunan motivasi dan komitmen kerja yang disertai dengan gejala keleyihan fisik dan mental. Proses burnout dimulai dari adannya ketidakcocokan antara karakteristik karyawan dengan lingkungan dan desain pekerjaan maupun kebijakan organisasi.

Kondisi seperti ini mengakibatkan erosi dalam keterlibatan kerja. Tugas tugas yang semula nampak menyenangkan dan memberi makna entingkini mulai diraskan tidak menyenangkan dan tidak berarti.

Terjadinya erosi dalam keterlibatan kerja biasannya diiringi oleh munculnya perasaan yang tidak nyaman. Pada tahap ini, perasaan


(53)

antusias, dedikasi, dan kenikmatan bekerja mulai hilang dan berganti dengan kemarahan dan kecemasan. Pada akhirnya, kondisi tersebut menurunkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tugas.23

Situasi yag seperti ini tentunya dapat menghambat prestasi serta dapat berdampak langsung dengan tempat dia bekerja, karena secara tidak langsung pekerjaan yang dia lakukan merupakan bentuk kerja sama (team work) yang salaing berkaitan dengan lingkungan kerjannya.

Jika dinilai dari sudut pandang pribadi maka orang tersebut akan mengalami kerugian karena prestasi kerjannya akan dinilai buruk dan akan mengancam kehidupannya yang akan datang.

D. Rational Emotive Behavior Theraphy (REBT) dalam mengatasi Burnout Syndrome.

Dalam kasus burnout syndrome atau yang lebih dikenal dengan syndrome kejenuhan penggunaan terapi rational emotive behavior theraphy dinilai sangat efektif dalam penerapannya, karena pendekatan ini melingkupi sisi kognitif, emosi dan behavior seseorang.

Tujuan utama dari terapi realitas adalah membantu klien menjadi rasional dan memiliki mental yang kuat, serta menyadari nahwa dia mempunyai pilihan dalam memperlakukan diri sendiri dan orang lain, tujua selanjutnya yaitu membantu klien untuk menklaifikasi tujuan selanjutnya. Menyadarkan bahwa cita cita hidup sangat penting agar manusia dapat bertindak dengan tanggungjawab.

23 Singgih. D. Gunarsa, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan dari Anak Sampai Usia


(54)

Dalam kasus burnout sindome ini tujuan dari terapi Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) sangat lah sesuia dengan yang diharapkan, secara definitif gejala yang nampak pada burnout sundrome seperti menurunnya potensi kerja serta keadaan emosional yang kurang stabil. Bisa di atasi menggunakan terapi Rational Emotive Behavior.24

E.Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Hubungan antara Persepsi Kondisi Lingkungan Kerja dan Persepsi Beban Kerja dengan Burnout

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan pada hipotesis pertama secara stimulant tidak terdapat hubungan antara persepsi kondisi lingkungan kerja, beban kerja dengan

burnout.

Pada hipotesis yang kedua ternyata hubungan yang signifikan terhadap persepsi lingkungan kerja dengan burnout, pada hipotesis ketiga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan terhadap beban kerja terhadap burnout. Relevansi antara penelitian ini dan penilitian yang akan diamati oleh peneliti adalah bahwa salah satu factor gejala burnout adalah persepsi lingkunagn kerja yang dalam artian lingkungan kerja disini adalah organisasi diman saudara AN bernaung.

2. Hubungan Negatif antara Kecerdasan Emosional terhadap Burnout pada Karyawan PT LG Electronic Indonesia

24


(55)

Penelitian tersebut menunjukan hasil yang sangat signifikan dimana hipotesis penelitian mengatakan ada hubungan negative terhadap kecerdasan emosional dengan kecenderungan burnout pada karyawan PT LG electronic Indonesia dimana semakin tinggi kecerdasan erosional yang dimiliki oleh karyawan, maka semakin renda kecenderungan untuk mengalami burnout, sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional karyawan maka semakin tinggi kecenderungan untuk mengalami burnout dengan demikian penelitian ini cukup relevan dengan penelitian yang akan dibahas, karna salah satu faktor orang tersebut mengalami burnout yaitu tidak mempunyai/rendah dalam kecerdasan emosionalnya.

3. Hubungan Burnout dengan Kinerja Karyawan di CV Sumber Dinar Mas Abadi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan ada hunbungan antara burnout dengan kinerja karyawan CV Sumber Dinar Mas Abadi di Surabaya, yang berarti hipotesis untuk penelitian kali ini diterima, hal ini berarti burnout dapat mempegaruhi kinerja karyawan, kinerja karyawan ynag tinngi maka diikiti oleh rendahnnya burnout dan kinerja yang rendah akan diikuti oleh gejala burnout yang tinggi.

Untuk penelitian kali ini juga dinilai relevan dengan esensi dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, karna salah satu factor orang tersebut mengalami kejenuhan atau burnout adalah aktifitas kerja, bila pekerja tidak mendapatkan pekerjaan maka dia akan merasa jenuh, atau biala di aplikasikan adalam penelitian ini adalah wujud eksistensi yang


(56)

kurang dianggap seingga itu bisa menyebabkan orang tersebut menjadi

burnout.

4. Hubungan Antar Persepsi terhadap Lingkungan Kerja dengan Kecenderungan Burnout pada Perawat Rumah Sakit

Berdasarkan hasil analisis data penelitian membuktikan ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap lingkungan kerja dengan kecenderungan burnout pada perawat rumah sakit umum daerah sidoarjo. Semakin baik persepsi perawat terhadap lingkungan kerja maka semakin rendah kecenderungan burnout dan jika sebaliknya semakin buruk persepsi perawat terhadap lingkungan kerja maka semakin tinggi kecenderungan burnout, penelitian ini juga dinilai cukup relevan dengan penelitian yang akan diteliti.

Karena faktor yang membuat orang menjadi burnout salah satunya tentang pandangan atau persepsi ligkungan kerjannya dalam kasusu ini berarti pandangan atau prsepsi saudara AN yang negative terhadap lingkungan di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya.

5. Pengaruh Terapi Rational Emotive Behavior Terhadap Self Image Siswa di SMP 23 Surabaya

Disimpulkan bahwa terapi rational emotive behavior dapat mempengaruhi self image siswa di SMP 23 Surabaya, terapi yang digunakan dalam penelitian kali ini menggunakan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) yang dinilai sesuia dengan kasus yang dialami


(57)

oleh sadara AN, karana pengaruh burnour sendiri bukan hanya hadir dari factor eksternal, namun juga bisa di tinjau dari factor internalnya, memberikan gamabaran diri yang positif dinilai sesuai bila menggunakan terapi tersebut.


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 97

b. 60% sampai 75% = dikategorikan cukup berhasil

c. <60% = dikategorikan kurang berhasil3

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa setelah mendapatkan bimbingan dan konseling Islam menggunkan Rational Emotive Behavior Therapy maka terjadi perubahan pada diri klien . di mana klien yang semula adalah pribadi yang mudah tersinggung dan kurang bersemangat serta konsentrasi, dimana sekarang ia menjadi pribadi yang energik dan tidak mudah tersinggung atas perkataan orang dan kinerja dalam kepengurusan semakin mebaik dan dapat diketahui hasil dari bimbingan dan konseling Islam tersebut dalam perhitungan sebagai berikut:

a. Untuk gejala yang tidak pernah tampak : 2/3 x 100% = 66,67 %

b. Untuk gejala yang terkadang nampak : 1/3 x 100% = 33,33 %

c. Untuk gejala yang sering nampak : 0/3 x 100% = 0 %

Berdasarkan prosentase dari hasil diatas dapat diketahui bahwa hasil akhir proses bimbingan dan konseling Islam dengan rational emotive behavior therapy dalam mengatasi burnout syndrome, dikategorikan cukup berhasil. Hal ini sesuia dengan nilai skor 66,67 % yang tergolong dalam kategori 60 % sampai 75 % yang dkategorikan sebagai cukup berhasil.

Dari hasil akhir pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam ini sudah terlihat bahwa dengan rational emotive behavior therapy bisa membawa perubahan terhadap klien yakni dalam burnout syndrome yang dialaminya, meskipun gejala burnout ini suatu saat akan datang kembali.

3


(2)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka disini dapat disimpulkan sebgai berikut:

1. Proses pelaksanaan bimbingan konseling Islam dengan rational emotive behavior therapy dalam mengatasi burnout sindrom berjalan cukup lancar meskipun terdapat berbagai macam kendala, namun hal itu tidak mengurangi esensi dari proses bimbingan konseling. Sikap konseli yang terbuka akan permasalahannya membuat konselor dengan mudah menggali informasi dari diri konseli serta meberikan treatment yang sesuai dengan permasalahan konseli. Secara garis besar proses konseling menggunakan REBT dinilai lancar karena tahapan tahapan dalam pemberian treatment sudah dilakukan dengan baik dan benar.

2. Hasil dari pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam dengan rational emotive behavior therapy untuk mengatasi burnout syndrome seorang pengurus di UKM Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya. Didalam penelitian ini hasil yang telah didapat oleh peneliti selama awal dari proses konseling hingga terselesaikannya proses akhir konseling disini dapat dilihat bahwa, bias dinyatakan cukup berhasil. Karena hal ini sesuai dengan hasil yang didapat dari perhitungan dalam prosentase 66,67% dimana tergolong dalam kategori cukup berhasil. Adapun tingkat keberhasilannya dapat dilihat dengan adannya perubahan yang terjadi pada diri klien, yang


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

99

awalnya memiliki gejala seperti kurang konsentrasi, penurunan semangat bekerja serta mudah tersinggung berangsur angsur mulai pulih. Disini juga dapat dilihat perubahan bahwa hasil akhir dari proses konseling menunjukan peribahan pada klien yang sekarang sudah kembali lgi berproses di paduan suara dengan mengawal anak buahnya di suara bass lebih peduli lagi dan lebih mengayomi

B.Saran

Di dalam penelitian ini, disini peneliti menyadari bahwa penelitian masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu peneliti mengharapkan pada peneliti selanjutnya untuk lebih menyempurnakan hasil penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat maka terdapat saran saran sebagai berikut:

1. Bagi Konselor

Bahwa pelaksanaa bimbingan dan konseling Islam dengan menggunakan rational emotive behavior therapy dalam mengatasi burnout syndrome hendaknya dipertahankan dan alangkah lebih baik jika nantinnya bagi para konselor muda untuk memperbaiki dengan cara menambah ilmu pengetahuan yaitu dengan banyak membaca buku, mengikuti kegiatan kegiatan yang sekirannya bias menambah pengetahuan bagi diri masing masing, sehingga bisa memperdalam pelaksanaan rational emotive behavior therapy dan mendapat kemudahan serta mendapatkan hasil yang memuaskan baik nagi kita maupun bagi klien.


(4)

2. Bagi Klien

Gejala burnout memang suatu saat dapat muncul kembali, namun dengan adannya proses konseling yang telah dilakukan, maka diharapkan klien akan menggunakan alternatif penyelesaian yang konotasinnya tidak beda jau dengan proses konseling yang diberikan. Mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah salah satu obat yang mujarab saat kita mengalami kegelisahan, gusar serta cemas dalam menghaapi masalah, maka dari itu peneliti menyarankan kepada klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jadi kunci untama agar bisa terhindar dari perilaku burnout adalah selalu berfikir positive kepada segala situasi dan memikirkan damak jangka panjang dari sikap yang telah diperbuat.

3. Bagi Mahasiswa BKI

Bagi para mahasiswa BKI diharapkan agar meningkatkan keilmuan lebih mendalam lagi agar dapat menyempurnakan penelitian ini, karena ini jauh dari kata sempurna dikarenakan keterbatasan peneliti.


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 101

DAFTAR PUSTAKA

Amin, S. M. Bimbingan Konseling Islam. Jakarta: Amzah. (2010).

Bakar, A. A. Psikologi Industry dan Pengurusan Sumber Manusia. Malaysia: UMT. (2012).

Black, J. A., & Champion, D. J. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama. (2009).

Corey, G. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Revika Aditama. (2003).

Dzaky, H. H. Psikoterapi dan Konseling Sosial. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru. (2001)

Faqih. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta. (2001)

Glading, S. T. Konseling; Profesi yang Menyeluruh. Jakarta: Permata Puri Media. (2012).

Gunarsa, S. D. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. (2004).

Hakim, T. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara. (2004).

Hartono. Psikologi Konseling. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. (2012). Hasanah, H. Peran Bimbingan Konseling Islam dalam Menurunkan Tekanan

Emosi Remaja. Konseling Religi, Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 2. (2011).

Ide, P. Seri Tune Up Gaya Hidup Penghambat Alzheimer. Jakarta: PT Elex Medika Komputindo. (2008).

Jaya, E. D. Burnout ditinjau dari Locusof Control Internal dan Eksternal. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 38, 3. (2006).

Kaswan. Carrer Development (Pengembangan Karier untuk Mencapai

Kesuksesan dan Kepuasan). Bandung: Alfabeta. (2014).

Komalasari, G. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks. (2011). Laila, F. N. Bimbingan Konseling Sosial. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.

(2014).

Maharani, P. A. Kejenuhan Kerja (Bornout) dengan kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan. Jurnal STIKES Volume 5, 2. (2012).


(6)

Mashudi, F. Psikologi Konseling (Buku Panduan Lengkap dan Praktis

Menerapkan Psikologi Konseling). Yogyakarta: IRCiSoD. (2013).

Nurjayadi. (n.d.). Kejenuhan Kerja (burnout) pada Karyawan. Phronesis Vol. 6 No 11.

Siradj, S. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Surabaya: PT Revka Putra Medika.(2012).

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. (2003).

Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. (2009).

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D. Bandung: Alfabeta. (2010).

Surya, M. Teori-Teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. (2003). Syah, M. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. (1999).