PERSEPSI SISWA SMK YPM 3 TAMAN TERHADAP KESEMPATAN MEMPEROLEH PEKERJAAN.

(1)

PERSEPSI SISWA SMK YPM 3 TAMAN TERHADAP KESEMPATAN MEMPEROLEH PEKERJAAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan

Program Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

Isti Varadhilla NIM. B07210124

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

ABSTRACT

This thesis is the result of research literature to answer the question How high (open) and how is the perception of vocational students YPM 3 Parks to obtain employment opportunities.

The research data was collected through the reading and study of texts (text reading) and then analyzed by descriptive-quantitative technique.

The method used is quantitative method with quantitative descriptive research type. The sampling method which uses Proportionate Stratified Random Sampling technique because the population has members that are not homogeneous.

The results of this study indicate that YPM 3 vocational students have a positive perception of the chance to get a job. That is, the students perceived that the opportunity to get a job is still open. It can be seen on an average which was 40.7. Which is included in the open category. As well as the significant value between multimedia and accounting departments, amounting to 0,020, it shows there is a significant difference in the average perception of vocational students about the opportunity to gain work between departments Multimendia and majoring in

Accounting. Multimendia significant value between departments and

administrative offices, amounting to 0.058, it shows there is no significant difference in the average perception of vocational students about the opportunity to gain work between departments and majors Multimendia office administration. As well as when seen from the significant value between multimendia and accounting departments, amounting to 0.968, it shows there is no significant difference in the average perception of vocational students about the opportunity to gain work between the Department of Accounting and Administration departments.

In line with the above conclusions, as a teacher or tutor suggested to keep his lead in completing education. So that students can feel confident if you've logged into the industrial world. It also allows students to obtain employment. as well as more explained about the types of jobs that can accommodate students with the expertise of each program.


(5)

INTISARI

Skripsi ini adalah hasil penelitian kepustakaan untuk menjawab pertanyaan Seberapa tinggi (terbuka) dan bagaimana gambaran persepsi siswa SMK YPM 3 Taman terhadap kesempatan memperoleh pekerjaaan.

Data penelitian ini dihimpun melalui pembacaan dan kajian teks (teks reading) dan selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif-kuantitatif.

Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Metode pengambilan sampel yakni menggunakan teknik

Proportionate Stratified Random Sampling karena populasi mempunyai

anggota-anggota yang tidak homogen.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa SMK YPM 3 memiliki persepsi yang positif terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan. Artinya, para siswa berpersepsi bahwa kesempatan memperoleh pekerjaan masih terbuka. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata yakni 40,7. Yang termasuk dalam kategori terbuka. Serta nilai signifikansi antara jurusan multimedia dan akuntansi yakni sebesar 0,020, maka hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata persepsi siswa SMK tentang kesempatan memperoleh kerja antara jurusan Multimendia dan jurusan Akuntansi. Nilai signifikansi antara jurusan multimendia dan administrasi perkantoran yakni sebesar 0,058, maka hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata persepsi siswa SMK tentang kesempatan memperoleh kerja antara jurusan Multimendia dan jurusan administrasi perkantoran. Serta jika dilihat dari nilai signifikansi antara jurusan multimendia dan akuntansi yakni sebesar 0,968, maka hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata persepsi siswa SMK tentang kesempatan memperoleh kerja antara jurusan Akuntasi dan jurusan Administrasi Perkantoran.

Sejalan dengan kesimpulan diatas maka sebagai guru atau tutor disarankan tetap membimbing muridnya dalam menyelesaikan pendidikan. Sehingga siswa dapat merasa percaya diri jika telah masuk ke dunia industri. Hal ini juga memudahkan siswa dalam memperoleh pekerjaan. serta lebih menjelaskan tentang jenis lapangan pekerjaan yang dapat menampung siswa dengan program keahlian masing-masing.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRACT ... v

INTISARI ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.LATAR BELAKANG ... 1

B.RUMUSAN MASALAH ... 8

C.TUJUAN PENELITIAN ... 8

D.MANFAAT PENELITIAN ... 8

E.KEASLIAN PENELITIAN ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A.PERSEPSI ... 12

1. Pengertian Persepsi... 12

2. Aspek-aspek Persepsi ... 13

3. Syarat-syarat Terjadinya Persepsi ... 14

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 15

5. Ciri dan Karakteristik Persepsi ... 21

6. Proses Terjadi dan Pembentukan Persepsi ... 22

7. Indikator-indikator Persepsi ... 24

B.KESEMPATAN MEMPEROLEH PEKERJAAN ... 25

1. Pengertian Kesempatan Kerja ... 25

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja ... 28

C.HUBUNGAN ANTAR VARIABEL ... 30

D.KERANGKA TEORITIK... 31

E.HIPOTESIS ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A.VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 35

B.POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING ... 36

C.TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 38

D.VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 40

E.ANALISIS DATA ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 47

A.HASIL PENELITIAN ... 47

1. Deskripsi Subyek... 47

2. Pengujian Hipotesis ... 48

B.PEMBAHASAN ... 54

BAB V PENUTUP ... 60

A.KESIMPULAN... 60

B.SARAN ... 60


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Penilaian Skala ... 39

Tabel 2: Kriterian Penentuan Skala ... 39

Tabel 3: Blue Print Skala Persepsi Siswa SMK ... 40

Tabel 4: Hasil Uji Validitas Putaran Pertama ... 41

Tabel 5: Hasil Uji Validitas Putaran Kedua ... 42

Tabel 6: Hasil Uji Validitas Putaran Ketiga ... 42

Tabel 7: Hasil Uji Validitas Putaran Keempat ... 43

Tabel 8: Indeks Daya Beda Aitem ... 45

Tabel 9: Hasil Uji Normalitas... 46

Tabel 10: Kriteria Interpretasi Skor ... 49

Tabel 11: Statistik Deskriptif ... 49

Tabel 12:Hasil Crosstabs Persepsi Terhadap Kesempatan Memperoleh Pekerjaan dengan Jurusan / Program Keahlian ... 50


(8)

DAFTAR GAMBAR


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sekolah menengah Kejuruan ( SMK ) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat bernama SMK atau Madrasah Aliyah Kejuruan ( MAK ), atau bentuk lain yang sederajat. SMK adalah sekolah yang mengembangkan dan melanjutkan pendidikan dasar dan mempersiapkan peserta didiknya untuk dapat bekerja, baik bekerja sendiri atau bekerja sebagai bagian dari suatu kelompok sesuai bidangnya masing-masing.

Pada SMK terdapat berbagai keahlian yang diajarkan kepada siswa, seperti Administrasi Perkantoran, Akuntansi, Multimedia, Desain Grafis, Mesin, Elektro, dan lain sebagainya. Pada saat mendaftar, siswa dapat memilih bidang keahlian yang diminati oleh siswa itu sendiri. Muatan kurikulum yang ada pada sekolah juga menyesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja yang ada di lapangan. Hal ini ditujukan agar siswa tidak mengalami kesulitan ketika terjun di dunia kerja.

Saat memempuh pendidikan pada SMK, siswa memang telah disiapkan agar dapat langsung terjun ke dunia industri sesuai bidangnya masing-masing. Perbedaan antara SMK dan SMA adalah selain mendapat pelajaran umum, siswa juga mendapat pelajaran khusus, yaitu pelajaran yang memang menjadi


(10)

minat siswa tersebut. Selain itu, siswa SMK mendapatkan kesempatan praktek bekerja pada kelas XI selama beberapa bulan sesuai dengan program keahliannya.

Dikutip dari Lipsus Kompas, menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Mustagfirin, setidaknya ada tiga keuntungan bisa diperoleh para siswa lulusan SMK. Pertama, SMK berperan sebagai elevator atau tangga tercepat dari masyarakat yang berasal dari kalangan kurang mampu untuk bisa menaikkan taraf hidupnya. Kedua, lulusan SMK bisa memiliki pilihan dalam hidupnya. Setelah lulus sekolah, mereka mempunyai pilihan untuk bekerja atau berwirausaha. Ketiga, SMK mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dan industri di Indonesia. Setiap siswa SMK setelah lulus sekolah nanti mempunyai kesempatan yang sama, yakni memperoleh kesempatan bekerja pada perusaahan. Namun hal ini tidak selalu mudah diperoleh seluruh siswa. Mengingat jumlah pekerjaan yang tersedia di lapangan.

Menurut Soeharsono (1985), Kesempatan kerja adalah lapangan usaha yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi, dengan demikian kesempatan kerja mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan kesempatan kerja juga dapat diartikan sebagai partisipasi dalam pembangunan. Kesempatan kerja akan sangat sulit didapatkan jika jumlah perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan tidak seimbang dengan jumlah para pencari kerja. Hal ini pula yang menibulkan banyak pengangguran di negeri ini.


(11)

Seseorang dapat diterima bekerja disebuah perusahaan adalah karena pencari kerja tersebut telah memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan. Kriteria teresbut diantaranya, usia minimal sampai usia maksimal, pengalaman kerja, keahlian dan kemampuan yang dimiliki, serta memenuhi perjanjian yang telah disepakati bersama.

Senjata yang perlu disiapkan dalam mencari pekerjaan adalah ijazah dan keterampilan. Para siswa SMK telah diberikan skill sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Sehingga memiliki nial jual bagi pencari kerja tersebut. Karena skill sangat diperhitungkan dalam rekruitmen karyawan pada sebuah perusahaan. Tidak jarang seorang siswa telah mendapatkan pekerjaan sebelum menyelesaikan sekolahnya. Karena siswa SMK memiliki keahlian yang memang dibutuhkan oleh perusahaan pada bidang-bidang yang berbeda. Namun tidak jarang pula siswa kesulitan mendapatkan pekerjaan dikarenakan kurang memiliki keterampilan. Hal ini bisa dikarenakan pada saat menempuh pendidikan SMK , siswa kurang menguasai ilmu pengetahuan yang telah disampaikan oleh guru. Bisa juga karena lapangan pekerjaan yang sedikit, sehingga bersaing dengan pencari kerja yang lainnya.

Berbagai upaya pun telah dilakukan pemerintah untuk membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat. Namun pada kenyataannya, hal ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Jumlah pengangguran negeri ini tidak lantas berkurang drastis (Afrilia, 2010).


(12)

Semakin berkurangnya kesempatan kerja menjadikan persaingan antar angkatan kerja sangat ketat. Dari masalah ini menimbulkan pengangguran pada angkatan kerja yang belum terserap di lapangan pekerjaan. Ketidakinginan hidup menjadi penganggur ini berujung pada pemikiran untuk bekerja apa saja dengan mengabaikan latar belakang pendidikan yang dimiliki yang dalam ketenagakerjaan. Kurangnya kesempatan kerja ini menyebabkan pencari kerja mau tidak mau untuk menerima dan masuk dalam pekerjaan yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

Pendidikan merupakan suatu faktor yang berkaitan langsung dengan usia muda, mengingat usia muda merupakan usia sekolah.

Permasalahan yang muncul secara langsung apabila berbicara

mengenai pendidikan adalah pengadaan fasilitas pendidikan yang meliputi gedung/bangunan sekolah, tenaga pengajar/guru, buku-buku, dan sarana penunjang pendidikan lainnya.

Menurut teori Human Capital, selain memiliki keterampilan bawaan,

individu memperoleh bakat dan pengetahuan melalui pendidikan, menghasilkan serangkaian manfaat baik bagi dirinya dan bagi masyarakat secara keseluruhan. Akibatnya sebagian besar peneliti menganggap bahwa waktu dan uang yang diinvestasikan dalam membayar kembali pendidikan dan bahwa pengembalian ini memiliki efek positif pada kemungkinan memuaskan kebutuhan manusia. Karena itu, manfaat pendidikantelah didefinisikan sebagai dampak dari pendidikan yang mendorong kemungkinan untuk semakin terampil (Vila, 2000).


(13)

Menjawab permasalahan tersebut Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) harus benar-benar serius dalam menyiapkan sumber daya manusia yang potensial. Dijelaskan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 15 yakni, “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk siap bekerja dalam bidang tertentu”. Secara konstitusi, menunjukkan bahwa penyelenggaraan SMK mempunyai peranan yang cukup penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini, sejalan dengan kebutuhan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang keahlian yang sedang berkembang di masyarakat, sehingga hal tersebut menjadi alasan serta ketegasan pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan kejuruan.

Untuk menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan dunia Industri, maka SMK harus mampu dalam menyiapkan anak didiknya untuk siap memasuki dunia kerja. Untuk itu, pemerintah telah menerapkan konsep link and match dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah, kependidikan berbasis ganda sesuai dengan kebijakan link and match, yang mengharapkan agar program pendidikan kejuruan dilaksanakan di dua tempat. Sebagian program pendidikan dilaksanakan di sekolah, seperti teori dan praktik dasar kejuruan. Sebagian lagi dilaksanakan di dunia kerja, seperti keterampilan produktif yang diperoleh melalui prinsip learning by doing.


(14)

Kesiapan kerja adalah keseluruhan kondisi individu yang meliputi kematangan fisik, mental, dan pengalaman serta adanya kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan. Ada 2 indikator yang mempengaruhi kesiapan kerja, yaitu (1) faktor internal yang meliputi kematangan fisik, mental, tekanan, kreativitas, minat, bakat, intelegensi, kemandirian, 4 penguasaan ilmu pengetahuan dan motivasi; dan (2) faktor eksternal yang mencakup peran masyarakat, keluarga, sarana dan prasarana sekolah, informasi dunia kerja, dan pengalaman Pratek kerja industri. Kondisi yang terjadi di SMK YPM 3 Taman pada siswa kelas X dengan program keahlian Administrasi, Akuntasi, dan Multimedia adalah kurang memilki pengetahuan yang luas tentang lapangan pekerjaan dan seluk beluk jenis-jenis pekerjaan. Hal ini dapat diketahui pada hasil tes AUM (Alat Ungkap Masalah) yang sebelumnya diberikan kepada siswa.

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi siswa SMK terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan (peluang kerja). Karena SMK memang bertujuan mencetak siswa yang ahli dan siap bekerja.

Menurut Sugihartono (2007) “Persepsi adalah kemampuan otak dalam

menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan/menginterpretasi stimulus yang masuk kedalam alat indera”. Jadi penelitian ini akan menghasilkan berbagai macam persepsi siswa SMK terhadap kesempatan kerja sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, peristiwa yang telah didapatkan selama bersekolah.


(15)

Salah satu syarat terjadinya persepsi adalah objek yang dipersepsikan. Dalam penelitian ini objek yang dipersepsikan adalah kesempatan memperoleh kerja. Yang dimaksud dengan persepsi siswa terhadap kesempatan memperoleh kerja adalah proses seseorang menyimpulkan suatu pesan atau informasi yang berupa peristiwa, pengalaman, dan pengetahuannya mengenai keadaan yang menggambarkan ketersediaan pekerjaan untuk diisi oleh para pencari kerja pada bidang masing-masing.

Proses ini berlangsung ketika siswa mendapatkan pengetahuan tentang kesempatan kerja melalui berbagai macam sumber. Mulai dari guru di sekolah, teman, maupun media massa. Pada dasarnya siswa SMK memang dididik untuk menjadi tenaga ahli yang siap bekerja. Ketika ilmu yang didapatkan dirasa telah cukup, maka yang ingin peneliti ketahui adalah persepsi siswa terhadap kesempatam memperoleh kerja. Mengingat saat ini mencari pekerjaan sangat sulit. Jumlah lapangan kerja tidak seimbang dengan jumlah pencari kerja. Proses ini ditangkap oleh panca indera kemudian masuk kedalam otak lalu diinterpretasikan berupa tingkah laku atau gambaran sebuah informasi.

Hal ini menarik untuk diteliti karena mengingat SMK saat ini diminati oleh banyak siswa yang telah menyelesaikan pendidikan SMP. Mereka memilih SMK sebagai lanjutan pendidikan tentu dengan berbagai macam pertimbangan. SMK memberikan jalan bagi siswa yang langsung ingin bekerja usai lulus sekolah nanti. Namun tidak semua siswa memiliki keinginan untuk langsung bekerja. Akan tetapi mengingat tujuan SMK adalah menyiapkan


(16)

tenaga madya yang siap bekerja, maka peneliti ingin memfokuskan penelitian pada persepsi siswa tentang kesempatan memperoleh kerja.

Jadi maksud dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana siswa SMK YPM 3 menginterpretasi berbagai macam pengetahuan dan informasi tentang peluang kerja atau kesempatan bekerja selepas lulus nanti sesuai yang telah dilihat, diamati dan dipelajari oleh siswa tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah positif atau negatif kah persepsi siswa SMK YPM 3 Taman terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan serta apakah terdapat perbedaan yang siginifikan persepsi jika ditinjau dari program keahlian ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui positif atau negatif kah persepsi siswa SMK YPM 3 Taman terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan serta untuk mengetahui tingkat perbedaan signifikansi persepsi jika ditinjau dari program keahlian.

D. MANFAAT PENELITIAN

A. Manfaat Teoritis :

Menambah Khasanah Pengetahuan dalam psikologi, terutama bagi Perkembangan Kajian Psikologi Pendidikan.


(17)

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan refrensi bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) YPM 3 Taman pada khususnya mengenai persepsi siswa SMK terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan. Sehingga sekolah dapat memberikan bekal bagi siswa tentang peluang kerja setelah lulus nanti.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian sebelumnya berjudul “Persepsi Mahasiswa Baru Dan Akhir Program Studi Ilmu Informasi Dan Perpustakaan Terhadap Lapangan Kerja Di Bidang Program Studi Ilmu Informasi Dan Perpustakaan” . Hasil penelitian ini menemukan bahwa persepsi antara mahasiswa baru dan mahasiswa akhir Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan berbeda dalam mempersepsikan peluang atau lapangan pekerjaan terkait dengan program studi yang mereka jalani saat ini, yaitu program studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan. Perbedaan persepsi itu timbul karena adanya perbedaan tingkat informasi yang dimiliki oleh mahasiswa, pengaruh orang lain, pengalaman dan juga faktor yang lain nya.

Penelitian lain yang berjudul, “Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Peluang Kerja Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan

Bhs. Arab Fak. Tarbiyah UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA”. Hasil

penelitian ini menunjukkan, persepsi mahasiswa tentang peluang kerja cukup bagus yaitu sekitar 67,5% responden yakin mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kompetensi. Dan dari hasil uji Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang


(18)

Peluang Kerja Terhadap Prestasi Belajar diperoleh koefisien kontingensi 0,587 dan koefisien Phi 0,724 dengan df 38, sehingga Persepsi Mahasiswa Tentang Peluang Kerja Terhadap Prestasi Belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa Pendidikan Bhs. Arab Fak. Tarbiyah dalam taraf signifikansi 5% maupun 1%.

Penelitian dengan judul “Kontribusi KreativitasSiswa dan Persepsi Peluang Kerja Terhadap Minat Berwirausaha Pada Siswa Kelas XI Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Banyudono Tahun Ajaran 2011/2012” menghasilkan bahwa minat berwirausaha dipengaruhi oleh kreativitas siswa dan persepsi peluang kerja. Kesimpulan yang 2 diambil adalah: 1) Kreativitas siswa berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XI Jurusan Akuntansi SMK N 1 Banyudono, dapat diterima. Hal ini berdasarkan analisis regresi linier berganda (uji t) diketahui bahwa thitung > ttabel, yaitu 4,322 > 1,993 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,000 dengan sumbangan efektif sebesar 25,2%; 2) Persepsi peluang kerja berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XI Jurusan Akuntansi SMK N 1 Banyudono, dapat diterima. Hal ini berdasarkan analisis regresi linier berganda (uji t) diketahui bahwa thitung > ttabel, yaitu 2,380 > 1,993 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,020, dengan sumbangan efektif sebesar 10,8%; 3) Kreativitas siswa dan persepsi peluang kerja berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XI Jurusan Akuntansi SMK N 1 Banyudono, dapat diterima. Hal ini berdasarkan analisis variansi regresi linier berganda (uji F) diketahui bahwa Fhitung > Ftabel,


(19)

yaitu 20,289 > 3,124 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,000; 4) Hasil uji koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0,360 menunjukkan bahwa besarnya pengaruh kreativitas siswa dan persepsi peluang kerja terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XI Jurusan Akuntansi SMK N 1 Banyudono, adalah sebesar 36% sedangkan 64% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Penelitian dengan judul “Hubungan Antara Persepsi Terhadap Metode Pembelajaran Kontekstual dengan Motivasi Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Pangkalan Kerinci, Riau”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap metode pembelajaran kontekstual dengan motivasi belajar Biologi. Efektifitas regresi dalam penelitian ini adalah sebesar 64.7%, artinya motivasi belajar Biologi siswa kelas XI IPA 64.7% ditentukan oleh persepsi terhadap pembelajaran kontekstual.


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.PERSEPSI

1. Pengertian Persepsi

Slameto (2010) mengemukakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan dilakukan yaitu dengan inderanya, yaitu indera pengelihatan, pendengaran, peraba, dan penciuman.

Menurut Sugihartono (2007) “Persepsi adalah kemampuan otak dalah menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan/menginterpretasi stimulus yang masuk kedalam alat indera”.

Menurut Bimo Walgito (2010), Persepsi merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris.

Persepsi menurut Young (1956) persepsi merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasikan, dan memberikan penilaian pada objek-objek fisik maupun objek-objek-objek-objek sosial.

Pareek dalam Alex Sobur (2003) Persepsi adalah proses menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera atau data dalam proses persepsi.


(21)

Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2004)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses di mana seseorang menyimpulkan suatu pesan atau informasi yang berupa peristiwa atau pengalamanya. Penerimaan pesan ini dilakukan dengan panca indera yang dimilikinya.

Menurut Sunaryo (2004), persepsi dibedakan menjadi 2 macam, yaitu External Perception dan Self Perception. External Perception adalah persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar diri individu. Sedangkan Self Perception adalah persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam individu.

2. Aspek-aspek Persepsi

Menurut Allport (Mar’at, 1991), aspek-aspek persepsi ada tiga yaitu : a. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya.


(22)

Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.

b. Komponen Afektif

Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi, sifatnya evaluaitf yang berhubungan erat dengan nila-nilai kebudayaan atau system nila-nilai yang dimilikinya.

c. Komponen Kognitif

Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.

3. Syarat-syarat terjadinya Persepsi

Syarat terjadinya persepsi menurut Sunaryo (2004) adalah sebagai berikut :

a. Adanya objek yang di persepsikan, lalu objek tersebut menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor, b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan

persepsi,

c. Adanya alat indera atau reseptor sebagai penerima stimulus dan syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan ke otak lalu dari otak dibawa melalui syaraf motorik sebagai alat untuk mengadakan respon.


(23)

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Gibson, Ivancevich, dan Donnely (1996) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.

a. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain : 1) Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda. 2) Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan

untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.

3) Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.


(24)

4) Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

5) Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.

6) Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

b. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :

1) Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.


(25)

2) Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.

3) Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.

4) Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi

Menurut Rakhmat, Krech dan Crutchfield (Sobur, 2003) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat dikategorikan menjadi: a. Faktor fungsional

Faktor fungsional dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati), pelayanan, dan pengalaman masa lalu seseorang individu. b. Faktor-faktor struktural

Faktor-faktor struktural berarti bahwa faktor-faktor tersebut timbul atau dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari sistem syaraf individu.


(26)

Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik adalah beberapa dari faktor situasional yang mempen-garuhi persepsi.

d. Faktor personal

Faktor personal ini terdiri atas pengalaman, motivasi dan kepribadian.

Sedangkan menurut Manahan (2008) persepsi sebagai gambaran seseorang tentang sesuatu objek yang menjadi fokus permasalahan yang sedang terjadi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut :

a. Faktor Individu. Individu dalam membuat suatu persepsi akan dilatarbelakangi oleh kemampuan individu untuk mempelajari sesuatu (attitude), motivasi individu untuk membuat persepsi tentang sesuatu tersebut, kepentingan individu terhadap sesuatu yang dipersepsikan, pengalaman individu dalam menyusun persepsi, serta harapan individu dalam menentukan persepsi tersebut.

b. Faktor Situasi. Situasi dalam menyusun suatu persepsi ditentukan momen yang tepat, banguUniversitas Sumatera Utara nan atau struktur dari objek yang dipersepsikan, serta kebiasaan yang berlaku dalam sosial masyarakat dalam merumuskan persepsi.

c. Faktor Target. Gangguan yang ada dalam menyusun persepsi sebagai gangguan dalam menentukan target atau persepsi, biasanya


(27)

adalah objek yang akan dipersepsikan merupakan perihal yang benar - benar baru (novelty), adanya gambaran hidup yang mempengaruhi dalam membentuk persepsi (motion), suara - suara yang timbul pada saat membentuk persepsi (sounds), ukuran dari bentuk persepsi (size), yang melatarbelakangi pembentuk persepsi tersebut (background), dan kedekatan persepsi dengan objek lain yang dapat membentuk persepsi yang hampir sama (proximity), serta kesamaan (similarity) dari persepsi yang akan dibangun dengan persepsi lain.

Sarlito Wirawan (1984) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut :

a. Kuat lemahnya rangsangan, yang ditemukan oleh kejelasan, pengulangan gerak, ukuran dan bentuk rangsangan. Makin kuat rangsangan, makin kuat pula kerja indera.

b. Cara kerja alat indera menentukan cepat tepatnya dan lancarnya proses terjadinnya persepsi.

c. Kadar intensitas kebutuhan, besarnya perhatian, kebutuhan dan kesiapan yang dimiliki individu menyebabkan terjadinya persepsi. d. Pengalaman individu tentang stimulus atau rangsangan yang

bersangkutan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Baltus (1983) adalah :


(28)

a. Kemampuan dan keterbatasan fisik dari alat indera dapat mempengaruhi persepsi untuk sementara waktu ataupun permanen. b. Kondisi lingkungan.

c. Pengalaman masa lalu. Bagaimana cara individu untuk menginterpretasikan atau bereaksi terhadap suatu stimulus tergantung dari pengalaman masa lalunya.

d. Kebutuhan dan keinginan. Ketika seorang individu membutuhkan atau menginginkan sesuatu maka ia akan terus berfokus pada hal yang dibutuhkan dan diinginkannya tersebut.

e. Kepercayan, prasangka dan nilai. Individu akan lebih memperhatikan dan menerima orang lain yang memiliki kepercayaan dan nilai yang sama dengannya. Sedangkan prasangka dapat menimbulkan bias dalam mempersepsi sesuatu.

Sedangkan menurut Chaplin (1999) persepsi secara umum bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktorfaktor motivasional. Maka, arti suatu objek atau satu kejadian objektif ditentukan baik oleh kondisi perangsang maupun faktor-faktor organisme. Dengan alasan sedemikian, persepsi mengenai dunia oleh pribadi-pribadi yang berbeda juga akan berbeda karena setiap individu menanggapinya berkenaan dengan aspek-aspek situasi tadi yang mengandung arti khusus sekali bagi dirinya.


(29)

5. Ciri dan Karakteristik Persepsi

Irwanto (Umi Amalia, 2003) mengemukakan ciri-ciri umum persepsi adalah sebagai berikut :

a. Rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan moralitas tiap-tiap indera, yaitu sensoris dasar dan masing-masing indera (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi perasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya).

b. Dunia persepsi mempunyai dimensi ruang (sifat ruang), kita dapat menyatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, depan-belakang, dan lain sebagainya.

c. Dimensi persepsi mempunyai dimensi waktu seperti cepat-lambat, tua-muda, dan lain sebagainnya.

d. Objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan kontek ini merupakan keseluruhan yang menyatu, contohnya kita melihat meja tidak berdiri sendiri tetapi diruang tertentu, posisi atau letak tertentu. e. Dunia persepsi adalah dunia penuh arti, kita cenderung melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungannya (dengan tujuan yang ada pada diri kita).

Irvin T. Rock (Muchtar, T. W. 2007) menjelaskan, karakteristik seseorang terhadap suatu objek meliputi :


(30)

a. Proses mental yang berfikir, yang menimbang hal-hal yang dianggap paling baik dari beberapa macam pilihan.

b. Perseptor dalam mempersiapkan sesuatu tidak terlepas dari latar belakang perseptor.

c. Persepsi dapat dijadikan dasar bagi seseorang untuk menseleksi dan mengambil tindakan.

d. Secara umum dalam mempersepsikan sesuatu, seseorang harus dibekali pengetahuan, panca indera, dan kesadaran lingkungan.

6. Proses Terjadi dan Pembentukan Persepsi

Dakir (1997) mengungkapakan bahwa proses persepsi terbagi menjadi tiga tahapan sebagai berikut:

a. Seleksi terhadap stimulus yang datang dari luar melalui indera,

b. Interprestasi yaitu proses pengorganisasian informasi, sehingga mempunyai arti bagi seseorang, dan

c. Reaksi yaitu tingkah laku akibat interprestasi.

Proses pembentukan persepsi menurut Miftah Thoha (2003) didasari pada beberapa tahapan sebagai berikut :

a. Stimulus atau rangsangan

Terjadianya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu stimulus atau rangsangan yang hadir dari lingkungannya. b. Registrasi


(31)

Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syaraf seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim kepadanya. Kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya tersebut.

c. Interprestasi

Interprestasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interprestasi bergantung pada cara pendalamannya, motivasi dan kepribadian seseorang.

Menurut Santhy Handayani (2005), “Persepsi pada dasarnya hanya akan terjadi apabila individu menerima rangsangan dari luar dirinya, sehingga persepsi akan timbul setelah adannya pengamatan terhadap objek”. Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk selalu memberikan makna terhadap rangsangan yang diterimanya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, yang kemudian individu tersebut memberikan tanggapan terhadap rangsangan yang diterimanya itu. Kemampuan individu dalam memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimanya itu disebut kemampuan mempersepsi.


(32)

Seperti Moh. Surya (1981) yang mengemukakan bahwa “Persepsi adalah proses penerimaan, penafsiran dan pemberian arti terhadap perangsang yang diterima individu melalui alat indera”.

Sementara menurut Mc Croskey dan Whelness (dalam Ritonga, 1998 : 15) menyebutkan ada empat tahapan persepsi :

1. Penerimaan pesan atau informasi dari luar. 2. Memberikan kode pada informasi yang diindera.

3. Menginterpretasikan informasi yang telah diberikan kode tersebut. 4. Menyimpulkan arti dalam ingatan.

7. Indikator-indikator Persepsi

Menurut Bimo Walgito (1990), persepsi meiliki indicator-indikator sebagai berikut :

a. Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu. Rangsang atau objek tersebut diserap atau diterima oleh panca indera, baik penglihatan, pendengaranm peraba, pencium, dan pengecap secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Dari hasil penyerapan atau penerimaan oleh alat-alat indera tersebut akan mendapat gambaran, tanggapan, atau kesan di dalam otak. Gambaran tersebut dapat tunggal maupun jamak, tergantung objek persepsi yang diamati. Di dalam otak terkumpul gambaran-ganbaran atau kesan-kesan, baik yang lama maupun yang baru saja terbentuk. Jelas tidaknya gambaran tersebut tergantung dari jelas atau tidaknya


(33)

rangsang, normalitas alat indera dan waktum baru saja atau sudah lama.

b. Pengertian atau pemahaman

Setelah terjadi gambaran atau kesan-kesan di salam otak maka gambaran tersebut diorganisir, digolong-golongkan (diklasifikasi), dibandingkan, diinterpretasim sehingga terbentuk pengertian atau pemahaman. Proses terjadinya pengertian atau pemahaman tersebut sangat unik dan cepat. Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada gambaran-gambaran lama yang telah dimiliki individu sebelumnya (disebut apersepsi).

c. Penilaian atau evaluasi

Setelah terbentuk pengertian atau pemahaman, terjadilah penilaian dari individu terhadap benda atau sesuatu yang dipersepsikan.

B.KESEMPATAN MEMPEROLEH PEKERJAAN

1. Pengertian Kesempatan Kerja

Sebelum membahas tentang kesempatan kerja, sebaiknya perlu diketahui terlebih dahulu apa pengertian dari pekerjaan. menurut

Wikipedia, pekerjaan secara umum didefinisikan sebagai sebuah kegiatan

aktif yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan bentuk uang bagi seseorang.


(34)

Tujuan manusia bekerja adalah sebagai berikut : a. Memenuhi kebutuhan hidup

b. Meningkatkan pendapatan

c. Memperoleh kehidupan yang layak

d. Menyalurkan potensi diri atau senagai hobi

e. Memberi identitas diri dan menambah rasa percaya diri Pekerjaan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1) Pekerjaan yang menghasilkan barang,

Contoh pekerjaan yang menghasilkan barang adalah petani, nelayan, penjahit, pengerajin, dll.

2) Pekerjaan yang menghasilkan jasa

Contoh pekerjaan yang menghasilkan jasa adalah dokter, guru, montir, polisi, sopir, sekretaris, dll.

Menurut Soeharsono (1985), Kesempatan kerja adalah lapangan usaha yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi, dengan demikian kesempatan kerja mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan kesempatan kerja juga dapat diartikan sebagai partisipasi dalam pembangunan.

Sedangkan Swasono dan Sulistyaningsih (1993) berpendapat bahwa Kesempatan kerja adalah termasuk lapangan pekerjaan yang sudah diduduki (employment) dan masih lowong (vacancy). Dari lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut timbul kemudian kebutuhan tenaga


(35)

kerja yang datang misalnya dari perusahaan swasta atau BUMN dan departemen-departemen pemerintah. Adanya kebutuhan tersebut berarti ada kesempatan kerja bagi orang yang menganggur. Dengan demikian kesempatan kerja (employment) yaitu kesempatan kerja yang sudah diduduki.

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan ketersediaan pekerjaan untuk diisi oleh para pencari kerja. Kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga kerja yang tersedia apabila lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang tersedia.

Jumlah atau besarnya penduduk pada umumnya dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara yang secara kasar mencerminkan kemajuan perekonomian negara tersebut. Jumlah penduduk yang makin besar telah membawa akibat jumlah angkatan kerja yang makin besar pula, ini berarti makin besar pula jumlah orang yang mencari pekerjaan atau yang menganggur, maka dengan pembangunan ekonomi diharapkan laju pertumbuhan ekonomi dapat selalu dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan penduduk, sehingga kegiatan perekonomian akan menjadi lebih luas dan selanjutnya tingkat kesempatan kerja akan bertambah dan memperkecil jumlah orang yang menganggur (Mulyadi, 2000).


(36)

Menurut Simanjuntak (2001), faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja adalah sebagai berikut :

a. Kondisi perekonomian

Pesatnya roda perekonomian suatu daerah mencerminkan aktivitas produksi yang tinggi, kapasitas produksi yang tinggi membutuhkan tingginya faktor produksi diantaranya adalah tenaga kerja. Jadi banyak perusahaan yang menambah tenaga kerja baru.

b. Pertumbuhan penduduk

Kualitas pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh tingginya angka pertumbuhan penduduk. Oleh sebab itu semakin tinggi jumlah penduduk akan mengurangi kesempatan orang untuk bekerja

c. Produktivitas/kualitas SDM

Tingginya produktivitas dan kualitas sumber daya seseorang akan mendorong tingginya tingkat kesempatan kerja, dan sebaliknya kualitas sumber daya manusia yang rendah akan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya.

d. Tingkat upah

Kenaikan upah yang tidak dibarengi dengan kenaikan kapasitas produksi akan menyebabkan pihak perusahaan akan


(37)

mengurangi jumlah karyawannya, hal tersebut akan menurunkan tingkat kesempatan kerja.

e. Struktur umur penduduk

Semakin besar struktur umur penduduk yang digolongkan muda, maka kesempatan kerja akan menurun dan sebaliknya.

SMK adalah sekolah yang mengembangkan dan melanjutkan pendidikan dasar serta mempersiapkan peserta didiknya untuk dapat bekerja, baik bekerja sendiri atau bekerja sebagai bagian dari suatu kelompok sesuai bidangnya masing-masing.

Pada jenjang pendidikan menengah, pendidikan jalur sekolah menengah kejuruan (SMK) diharapkan menghasilkan tamatan berkarakter, mampu mengembangkan keunggulan lokal, dan mumpuni untuk bersaing di pasar global. SMK juga harus mempunyai partner industri guna menjaga kualitas lulusan sesuai kebutuhan industri.

Kebutuhan akan tenaga madya sangat besar di bidang industri, baik di dalam maupun di luar negeri. Sebagai institusi pendidikan yang menyediakan teknisi madya terbesar, siswa SMK tentu memiliki keahlian bervariasi. Dari sisi peluang kerja, SMK juga pilihan terbaik, terutama bagi siswa yang tidak punya kesempatan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.

Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh para siswa lulusan SMK, yaitu sebagai tangga untuk dapat menaikkan taraf hidup bagi masyarakat


(38)

kurang mampu, siswa dapat memilih bekerja atau berwirausaha, serta dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan industry di Indonesia.

Tetapi kesempatan kerja akan sangat sulit didapatkan jika jumlah perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan tidak seimbang dengan jumlah para pencari kerja.

A. HUBUNGAN ANTARA VARIABEL

SMK adalah sekolah yang mengembangkan dan melanjutkan pendidikan dasar serta mempersiapkan peserta didiknya untuk dapat bekerja, baik bekerja sendiri atau bekerja sebagai bagian dari suatu kelompok sesuai bidangnya masing-masing.

Pada jenjang pendidikan menengah, pendidikan jalur sekolah menengah kejuruan (SMK) diharapkan menghasilkan tamatan berkarakter, mampu mengembangkan keunggulan lokal, dan mumpuni untuk bersaing di pasar global. SMK juga harus mempunyai partner industri guna menjaga kualitas lulusan sesuai kebutuhan industri.

Kebutuhan akan tenaga madya sangat besar di bidang industri, baik di dalam maupun di luar negeri. Sebagai institusi pendidikan yang menyediakan teknisi madya terbesar, siswa SMK tentu memiliki keahlian bervariasi. Dari sisi peluang kerja, SMK juga pilihan terbaik, terutama bagi siswa yang tidak punya kesempatan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.

Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh para siswa lulusan SMK, yaitu sebagai tangga untuk dapat menaikkan taraf hidup bagi masyarakat


(39)

kurang mampu, siswa dapat memilih bekerja atau berwirausaha, serta dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan industry di Indonesia.

Tetapi kesempatan kerja akan sangat sulit didapatkan jika jumlah perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan tidak seimbang dengan jumlah para pencari kerja.

B. KERANGKA TEORITIK

Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2004)

Syarat terjadinya persepsi menurut Sunaryo (2004) adalah sebagai berikut :

1. Adanya objek yang di persepsikan, lalu objek tersebut menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.

2. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi,

3. Adanya alat indera atau reseptor sebagai penerima stimulus dan syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan ke otak lalu dari otak dibawa melalui syaraf motorik sebagai alat untuk mengadakan respon.


(40)

Dalam hal ini objek yang akan dipersepsikan adalah kesempatan memperoleh kerja bagi lulusan SMK. Kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing.

Siswa SMK selama 3 tahun, selain mendapatkan pelajaran umum seperti siswa SMA, mereka mendapatkan pelajaran khusus sesuai program keahlian yang diminati oleh siswa tersebut. Selain itu, siswa juga memperoleh kesempatan praktek kerja pada suatu perusahaan yang bergerak di bidang yang sesuai dengan program keahlian siswa tersebut.

Para siswa SMK telah diberikan skill sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Sehingga memiliki nial jual bagi pencari kerja tersebut. Karena skill sangan diperhitungkan dalam rekruitmen karyawan pada sebuah perusahaan.

Meski demikian, pandangan setiap siswa akan kesempatan kerja yang akan didapatkannya nanti berbeda-beda. Mereka mempersepsikan kesempatan memperoleh pekerjaan sesuai dengan apa yang telah mereka amati dan apa yang telah mereka pelajari.

Proses persepsi terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan tersebut berlangsung sebelum hingga saat siswa menempuh pendidikan SMK. Proses tersebut berawal ketika siswa mendapatkan pengetahuan, pengalaman, atau pun informasi mengenai lapangan pekerjaan serta jumlah pencari kerja. Siswa


(41)

menangkap stimulus tersebut dengan panca indera , karena hal ini merupakan persesepsi audio visual maka panca indera yang diberfungsi adalah mata dan telinga. Siswa mendapatkan berbagai macam pengetahuan mengenai hal tersebut melalui membaca serta mendengar. Siswa banyak mendapatkan informasi tersebutdengan membaca media cetak atau pun internet yang menawarkan segudang informasi. Sedangkan pendengaran dipakai ketika siswa mendengarkan informasi tersebut melalui radio ataupun mendengar berbagai percakapan dari banyak pihak, misal orangtua, guru atau teman. Kemudian setelah siswa mendapatkan pengetahuan mengenai kesempatan memperoleh kerja, berbagai informasi tersebut diproses didalam otak. Sehingga menimbulkan berbagai macam arti dan makna dari pengetahuan tersebut. Kemudian siswa menginterpretasikan kesempatan memperoleh kerja dengan berbagai macam pendapat pula. Setelah diproses melalui otak dan menjadikan siswa tersebut mempunyai gambaran akan kesempatan memperoleh kerja, dari informasi tersebut menimbulkan perilaku guna menyikapi apa yang telah dipersepsikan. Pada hal ini yang dipersepsikan adalah kesempatan memperoleh kerja.

C. HIPOTESIS

Siswa SMK YPM 3 Taman memiliki 3 program keahlian. Yakni multimedia, akuntansi, dan administrasi perkantoran. Setiap program keahlian


(42)

memiliki pembelajaran dan prospek kerja dalam bidangnya masing-masing. Mengenai hal tersebut, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Ha : terdapat perbedaan tingkat persepsi yang signifikan pada siswa dengan jurusan multimedia dan akuntansi.

Ho : tidak terdapat perbedaan tingkat persepsi yang signifikan pada siswa dengan jurusan multimedia dan akuntansi.

2. Ha : terdapat perbedaan tingkat persepsi yang signifikan pada siswa dengan jurusan multimedia dan administrasi perkantoran.

Ho : tidak terdapat perbedaan tingkat persepsi yang signifikan pada siswa dengan jurusan multimedia dan administrasi perkantoran.

3. Ha : terdapat perbedaan tingkat persepsi yang signifikan pada siswa dengan jurusan akuntansi dan administrasi perkantoran.

Ho : tidak terdapat perbedaan tingkat persepsi yang signifikan pada siswa dengan jurusan akuntansi dan administrasi perkantoran.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL

Menurut Nisfiannoor (2009), variabel adalah suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi atau macam-macam nilai. Variabel dapat memiliki dua nilai atau lebih. Motivasi, IQ, dan semua atribut dari manusia bisa dikategorikan sebagai variabel karena memiliki variasi. Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi siswa SMK

Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2004)

Dalam hal ini, objek yang akan dipersepsikan adalah kesempatan memperoleh pekerjaan. Kesempatan memperoleh pekerjaan adalah suatu keadaan yang menggambarkan ketersediaan pekerjaan untuk diisi oleh para pencari kerja. Kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga kerja yang tersedia apabila lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang tersedia.

Jadi persepsi siswa SMK terhadap kesempatan memperoleh kerja adalah proses seseorang menyimpulkan suatu pesan atau informasi yang


(44)

berupa peristiwa, pengalaman, dan pengetahuannya mengenai keadaan yang menggambarkan ketersediaan pekerjaan untuk diisi oleh para pencari kerja pada bidang masing-masing.

B. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING

Populasi dalam Penelitian ini adalah siswa & siswi SMK YPM 3 Taman Sidoarjo kelas X yang terdiri dari 3 program keahlian Administrasi, Akuntansi, dan Multimedia secara keseluruhan berjumlah 500 siswa. Dan sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 150 siswa dari 3 kelas yang berbeda-beda program keahlian.

Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah :

1. Siswa & siswi SMK YPM 3 Taman Sidoarjo kelas XII yang terdiri dari 3 program keahlian Administrasi, Akuntansi, dan Multimedia sesuai dengan tema penelitian yang akan diangkat oleh peneliti yaitu Persepsi Siswa SMK tentang Pekerjaan terhadap Prestasi Belajar Siswa Terhadap Kesempatan Memperoleh Kerja.

2. Program keahlian yang dijadikan sampel

Di tempat penelitian diadakan terdapat 3 (tiga) program keahlian, yaitu Akuntasi, Administrasi Perkantoran, dan Multimedia dengan jumlah sebagai berikut :

a. Admisitrasi 2 kelas @kelas 50 siswa b. Akuntasi 4 kelas @kelas 50 siswa c. Multimedia 4 kelas @kelas 50 siswa


(45)

Penetuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut :

n = �

+�.�2

n = �

+�.�2 n =

+ . . 2 =

+ . .

=

+

=

= 83,3 dibulatkan menjadi 83 orang

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Proportionate Stratified Random Sampling karena populasi mempunyai anggota-anggota yang tidak homogen. Karena pada Sekolah Menegah Kejuruan terdapat 3 (tiga) program keahlian, yaitu Administrasi Perkantoran, Akuntasni, dan Multimedia. (Hadi, 1997).

Dengan masing-masing program keahlian :

a. Adm. Pkt = 100/500 x 83 = 16,6 b. Akuntansi = 200/500 x 83 = 33,2 c. Multimedia = 200/500 x 83 = 33,2 keterangan :

n = sampel minimal N = ukuran populasi α = taraf signifikansi


(46)

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah = 16,6+33,2+33,2 = 83 siswa.

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Digunakannya skala ini dengan alasan pernyataan-pernyataan yang diberikan pada skala model likert diyakini memiliki keunggulan, menurut Azwar (2003) antara lain :

1. Dalam skala aitem-aitem yang tidak jelas menunjukkan perilaku yang diteliti.

2. Merupakan metode pernyataan sikap yang menggunakan subjek sebagai dasar penentu nilai skala.

3. Skala mudah dibuat dan reliabilitasnya tinggi.

4. Jangka respon yang benar membuat skala model likert dapat memberikan keterangan yang lebih nyata dan jelas tentang pendapat sikap yang dimiliki oleh subjek.

Metode yang digunakam untuk mengumpulkan data pada penelitian adalah metode kuantitatif dengan skala sebagai alat pengumpulan data. Pada penelitiam ini, skala yang digunakan adalah skala likert. Cara penilaian skala likert adalah sebagai berikut :


(47)

Tabel 1

Penilaian Skala

Pernyataan Posititf Negative

Sangat Setuju SS 4 1

Setuju S 3 2

Kurang Setuju KS 2 3

Tidak Setuju TS 1 4

Berikut ini adalah tabel kriteria penentuan skala menurut Djemari (2008) :

Tabel 2

Kriteria Penentuan Skala

Kriteria Nilai

Sangat Positif X ≥ M+1.SBx

Positif M + 1.SBx > X ≥ M

Negatif M > X> M - 1.SBx

Sangat Negatif X < M – 1.SBx

Keterangan :

M = Mean (nilai rata-rata)

SB = Simpangan baku ideal (Standard Deviasi) X = Skor yang dicapai oleh responden

Terdapat dua jenis pernyataan dalam skala psikologi ini, yaitu pernyataan Favourable dan Unfavourable. Pernyataan Favourable menunjukkan indikasi yang mendukung teori, sedangkan pernyataan

Unfavourable menunjukkan indikasi yang tidak mendukung teori. Berikut


(48)

Tabel 3

Blueprint Skala Persepsi Siswa SMK

DIMENSI INDIKATOR

ITEM

JML

F UF

Proses menyimpulkan pesan atau informasi berupa peristiwa, pengalaman, dan pengetahuannya Ketersediaan pekerjaan 1,2,6,7,8,16,1

7 3,15,22 10

Jumalah pencari pekerjaan

12,14,23,25 4,5,11,18,24,27 10 Keahlian

dalam suatu bidang pekerjaan

9,10,20,28,30 13,19,21,26,29 10

D. VALIDITAS DAN RELIABILITAS

1. Validitas Alat Ukur

Perhitungan uji validitas skala dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program computer SPSS versi 11,5. Syarat bahwa aitem-aitem tersebut valid adalah nilai corrected item total correlation (r hitung) lebih besar sama dengan 0,220 dianggap memiliki daya beda yang tinggi dan bisa dikatakan sebagai aitem yang valid. Sebaliknya jika harga koefisien Corrected Item Total Correlation dibawah 0,220, maka aitem tersebut dikatakan tidak valid.

Setelah dianalisis daya beda aitem dan reliabilitasnya diperoleh 13 aitem valid dan 17 aitem tidak valid.


(49)

Tabel 4

Hasil Uji Validitas Putaran Pertama

No. Aitem Nilai Korelasi ( r ) Nilai r tabel Keterangan

Aitem 1 0,3223 0,220 Valid

Aitem 2 0,4115 0,220 Valid

Aitem 3 0,4454 0,220 Valid

Aitem 4 -0,1615 0,220 Tidak Valid

Aitem 5 0,2823 0,220 Valid

Aitem 6 0,2235 0,220 Valid

Aitem 7 -0,0681 0,220 Tidak valid

Aitem 8 0,3874 0,220 Valid

Aitem 9 0,0420 0,220 Tidak Valid

Aitem 10 0,3216 0,220 Valid

Aitem 11 0,2304 0,220 Valid

Aitem 12 0,0037 0,220 Tidak Valid

Aitem 13 0,2750 0,220 Valid

Aitem 14 0,0557 0,220 Tidak Valid

Aitem 15 0,1997 0,220 Tidak Valid

Aitem 16 0,0786 0,220 Tidak Valid

Aitem 17 -0,1714 0,220 Tidak Valid

Aitem 18 0,1710 0,220 Tidak Valid

Aitem 19 0,3686 0,220 Valid

Aitem 20 0,1668 0,220 Tidak Valid

Aitem 21 0,2902 0,220 Valid

Aitem 22 0,2607 0,220 Valid

Aitem 23 0,3671 0,220 Valid

Aitem 24 0,1394 0,220 Tidak Valid

Aitem 25 0,0795 0,220 Tidak Valid

Aitem 26 0,0433 0,220 Tidak Valid

Aitem 27 0,0554 0,220 Tidak Valid

Aitem 28 0,2657 0,220 Valid

Aitem 29 -0,1457 0,220 Tidak Valid


(50)

Tabel 5

Hasil Uji Validitas Putaran Kedua

No. Aitem Nilai Korelasi ( r ) Nilai r Tabel Keterangan

Aitem 1 0,3833 0,220 Valid

Aitem 2 0,4063 0,220 Valid

Aitem 3 0,4152 0,220 Valid

Aitem 5 0,2839 0,220 Valid

Aitem 6 0,2836 0,220 Valid

Aitem 8 0,3601 0,220 Valid

Aitem 10 0,3217 0.220 Valid

Aitem 11 0,1894 0,220 Tidak Valid

Aitem 13 0,2804 0,220 Valid

Aitem 19 0,3261 0,220 Valid

Aitem 21 0,2381 0,220 Valid

Aitem 22 0,2783 0,220 Valid

Aitem 23 0,4301 0,220 Valid

Aitem 28 0,2627 0,220 Valid

Aitem 30 0,4840 0,220 Valid

Tabel 6

Hasil Uji Validitas Putaran Ketiga

No. Aitem Nilai Korelasi ( r ) Nilai r Tabel Keterangan

Aitem 1 0,3876 0,220 Valid

Aitem 2 0,4215 0,220 Valid

Aitem 3 0,4175 0,220 Valid

Aitem 5 0,2578 0,220 Valid

Aitem 6 0,2822 0,220 Valid

Aitem 8 0,3873 0,220 Valid

Aitem 10 0,3592 0.220 Valid

Aitem 13 0,2105 0,220 Tidak Valid

Aitem 19 0,2964 0,220 Valid

Aitem 21 0,2490 0,220 Valid

Aitem 22 0,2659 0,220 Valid

Aitem 23 0,4472 0,220 Valid

Aitem 28 0,3075 0,220 Valid


(51)

Tabel 7

Hasil Uji Validitas Putaran Keempat

No. Aitem Nilai Korelasi ( r ) Nilai r Tabel Keterangan

Aitem 1 0,4012 0,220 Valid

Aitem 2 0,4222 0,220 Valid

Aitem 3 0,3826 0,220 Valid

Aitem 5 0,2335 0,220 Valid

Aitem 6 0,2593 0,220 Valid

Aitem 8 0,4226 0,220 Valid

Aitem 10 0,3866 0.220 Valid

Aitem 19 0,2584 0,220 Valid

Aitem 21 0,2537 0,220 Valid

Aitem 22 0,2860 0,220 Valid

Aitem 23 0,4549 0,220 Valid

Aitem 28 0,3202 0,220 Valid

Aitem 30 0,5177 0,220 Valid

2. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas sebenarnya mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Reliabilitas ini ditunjukkan oleh konsistensi skor yang diperoleh subjek dengan memakai alat yang sama (Suryabrata, 2002). Teknik yang digunakan adalah adalah teknik reliabilitas Cronbach’s Alpha. Alasan peneliti menggunakan koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha adalah karena dapat digunakan aoabila asumsi tidak dapat dipenuhi. Selain itu koefisien Cronbach’s Alpha merupakan teknik statistika yang fleksibel sehingga dapat digunakan untuk berbagai jenis data (Azwar, 2000).

Menurut Sekaran dalam Hardaningtyas (2005) pada umumnya bila koefisien Cronbach’s Alpha < 0.6 dapat dikatakan tingkat reliabilitasnya kurang baik, sedangkan koefisien Cronbach’s Alpha > 0.7 – 0.8 tingkat reliabilitasnya dapat diterima, dan akan sangat baik jika >0.8. Teknik yang


(52)

digunakan adalah teknik koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha dengan bantuan komputer Seri Program Statistik atauStatistical Package For The

Social Sciences (SPSS).

Pengukuran reliabilitas adalah dengan menentukan besarnya menguji aitem-aitem mana yang memiliki daya beda aitem yang tinggi, yang mana sesuai dengan kaedah atau harga koefisien Corrected Item Total

Correlation jika Lebih sama dengan r hitung 0,25 dianggap memiliki daya

beda yang tinggi dan bisa dikatakan sebagai aitem yang valid. Sebaliknya jika harga koefisien Corrected Item Total Correlation di bawah r hitung 0,220, maka aitem tersebut dikatakan tidak valid.

Berdasarkan nilai koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0.7824 > 0,07, maka instrumen Stres kerja tersebut tingkat reliabilitasnya diterima. Artinya semua item tersebut sangat reliabel sebagai instrumen pengumpul data.

3. Analisis Butir Aitem

Setelah menganalisis aitem yang telah dihitung, maka selanjutnya dapat dilakukan pemilihan atau seleksi aitem. Yaitu menyisihkan aitem berdasarkan spesifikasi dengan menyisihkan penetapan harga minimal 0,220.

Maka terdapat 13 aitem yang diterima (valid), Aitem yang valid (mempunyai indeks diskriminasi aitem yang tinggi) adalah aitem nomor 1,2,3,5,6,8,10,19,21,22,23,28,dan 30. Dan terdapat 17 aitem yang tidak valid, aitem yang tidak valid (mempunyai indeks diskriminasi aitem yang


(53)

rendah) adalah aitem nomor

4,7,9,11,12,13,14,15,16,17,18,20,24,25,26,27,dan 29.

Tabel 8

Indeks Daya Beda Aitem

NO. AITEM NILAI

KORELASI (R)

NILAI R TABEL

KETERANGAN

AITEM 1 0,4012 0,220 Diterima

AITEM 2 0,4222 0,220 Diterima

AITEM 3 0,3826 0,220 Diterima

AITEM 4 -0,1615 0,220 Gugur

AITEM 5 0,2335 0,220 Diterima

AITEM 6 0,2593 0,220 Diterima

AITEM 7 -0,0681 0,220 Gugur

AITEM 8 0.4226 0,220 Diterima

AITEM 9 0,0420 0,220 Gugur

AITEM 10 0,3866 0,220 Diterima

AITEM 11 0,1894 0,220 Gugur

AITEM 12 0,0037 0,220 Gugur

AITEM 13 0,2105 0,220 Gugur

AITEM 14 0,0557 0,220 Gugur

AITEM 15 0,1997 0,220 Gugur

AITEM 16 0,0786 0,220 Gugur

AITEM 17 -0,1714 0,220 Gugur

AITEM 18 0,1710 0,220 Gugur

AITEM 19 0,2584 0,220 Diterima

AITEM 20 0,1668 0,220 Gugur

AITEM 21 0,2537 0,220 Diterima

AITEM 22 0,2860 0,220 Diterima

AITEM 23 0,4549 0,220 Diterima

AITEM 24 0,1394 0,220 Gugur

AITEM 25 0,0795 0,220 Gugur

AITEM 26 0,0433 0,220 Gugur

AITEM 27 0,0554 0,220 Gugur

AITEM 28 0,3202 0,220 Diterima

AITEM 29 -0,1457 0,220 Gugur


(54)

E. ANALISIS DATA

Data yang terkumpul dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan statistic deskriptif. Statistic deskriptif lebih berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data, serta penyajian hasil peringkasan data tersebut. Data-data tersebut diringkas dengan baik dan teratur dalam bentuk tabel atau grafik (Nisfiannoor, 2009). Teknik analisis data tersebut dilakukan dengan menggunakan program SPSS Versi 11,5.

Namun sebelum analisa data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel atau populasi yang dianalisis berdistribusi normal atau tidak, dengan teknik uji kolmogorof smirnov akan dijelaskan sejauh mana data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Kaidah yang digunakan adalah jika harga signifikas >0,05 maka data tersebut berdistribusi normal, sebaliknya jika harga signifikansi <0,05 maka data tersebut berdistribusi tidak normal.. uji normalitas ini menggunakan program SPSS Versi 11.5. hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 9

Hasil Uji Normalitas

Variabel Kolmogorof Smirnov

Keterangan (p>0,05) Bentuk

Persepsi Siswa SMK

0,200 0,200 > 0,05 Normal

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa variabel dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hal tersebut dapat dilihat dari uji normalitas yang menghasilkan Kolmogorof Smirnov sebesar 0,200 yang mana lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan berdistribusi normal.


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.HASIL PENELITIAN

1. DESKRIPSI SUBJEK

SMK YPM 3 Sepanjang, Kec. Taman Kab. Sidoarjo ini didirikan pada tahun 1990, namun tahun operasionalnya mulai 1992 dengan 98 anak terbagu dalam 2 jurusan yaitu Jurusan Keuangan dengan Program Studi Akuntasi dan Jurusan Perkantoran. Seiring berkembangnya waktu, saat ini siswa SMK YPM 3 Taman memiliki siswa lebih dari 1000 anak yang terbagi dalam 3 Program Keahlian yaitu Akuntasi, Administrasi Perkantoran, dan Multimedia. Untuk siswa kelas X (sepuluh) Program Keahlian Akuntasi dan Multimedia masing-masing memiliki 3 kelas dengan setiap kelas rata-rata per kelas 50 anak. Sedangkan untuk Program Keahlian Administrasi Perkantoran memiliki 2 kelas dengan siswa per kelasnya berjumlah 48-50 anak. Begitu pula dengan jumlah siswa kelas XI (sebelas) dan XII (dua belas).

Responden dalam penelitian ini berjumlah 88 siswa dari 3 program keahlian, terdiri dari 70 responden berjenis kelamin laki-laki dan 18 ressponden berjenis kelamin perempuan. Dari responden yang berjenis kelamin laki-laki, terdapat 6 responden yang berpersepsi sangat negatif terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan, artinya responden tersebut berpersepsi bahwa kesempatan kerja sangat tertutup atau sedikit sekali, 6 responden lainnya berpersepsi negatif artinya responden tersebut berpersepsi bahwa kesempatan kerja tersedia namun sedikit. Sedangkan 5 responden


(56)

berpersepsi positif terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan, artinya responden tersebut berpersepsi kesempaan kerja tersedia begitu terbuka. Hanya ada 1 responden yang berpersepsi sangat positif terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan, artinya responden tersebut berpersepsi bahwa kesempatan kerja sangat luas dan terbuka.

Sedangkan dari responden yang berjenis kelamin perempuan, terdapat 11 responden yang berpersepsi sangat negatif terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan, artinya responden tersebut berpersepsi bahwa kesempatan kerja sangat tertutup atau sedikit sekali, 19 responden lainnya berpersepsi negatif artinya responden tersebut berpersepsi bahwa kesempatan kerja tersedia namun sedikit. Sedangkan 29 responden berpersepsi positif terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan, artinya responden tersebut berpersepsi kesempaan kerja tersedia begitu terbuka. Ada 11 responden yang berpersepsi sangat positif terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan, artinya responden tersebut berpersepsi bahwa kesempatan kerja sangat luas dan terbuka.

2. PENGUJIAN HIPOTESIS

a. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi persepsi siswa SMK terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan melalui data, baik dengan tabel, grafik, maupun ringkasan data maka digunakan uji statistic deskriptif. Adapun kaidah yang digunakan peneliti untuk


(57)

mengklasifikasikan tingkat persepsi siswa SMK terhadap kesemoatan memperoleh pekerjaan yang dialami oleh subyek.

Tabel 10

Kriteria Interpretasi Skor

Kriteria Interpretasi Skor

≥44,7 Sangat Positif

40,7 - <44,4 Positif

>37 - <40,7 Negatif

≤37 Sangat Negatif

Untuk mengetahui ganbaran tingkat persepsi siswa SMK yang dialami siswa SMK YPM 3 Taman, maka dapat dilihat pada tabel hasil uji statistic deskriptif.

Tabel 11

Statistik Deskriptif

N Min Max Mean SD

SKOR 88 29,00 49,00 40,75 3,76969

Valid N(listwise) 88

Hasil pada analisis statistic deskriptif mean menunjukkan 40,7045, jika disesuaikan dengan nilai norma pada tabel diatas maka rata responden memiliki tingkat persepsi tentang memperoleh pekerjaan yang terbuka.


(58)

b. Hasil Statistik Persepsi Terhadap Kesempatan Memperoleh Pekerjaan ditinjau dari Pogram Keahlian

Tabel 12

Hasil Crosstabs Persepsi Terhadap Kesempatan Memperoleh Pekerjaan Dengan Jurusan/Program Keahlian

Jurusan Kriteria Total

Sangat Negatif

Negatif Positif Sangat

Positif

MM 8 13 13 1 35

AK 6 7 14 8 35

AP 3 5 7 3 18

Total 17 25 34 12 88

Dari hasil statistik menunjukkan bahwa responden dari jurusan Multimedia (MM) sebanyak 35, jurusan Akuntansi (AK) sebanyak 35 dan dari jurusan Administrasi Perkantoran (AP) sebanyak 18. Dari responden dengan program keahlian Multimedia, terdapat 8 responden yang menganggap sangat negatif terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan, artinya responden tersebut berpersepsi bahwa kesempatan kerja sangat tertutup atau sedikit sekali,13 responden lainnya menganggap negatif artinya responden tersebut berpersepsi bahwa kesempatan kerja tersedia namun sedikit. Sedangkan 13 responden menganggap positif terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan, artinya responden tersebut berpersepsi kesempaan kerja tersedia begitu terbuka. Hanya ada 1 responden yang menganggap sangat positif terhadap kesempatan


(59)

memperoleh pekerjaan, artinya responden tersebut berpersepsi bahwa kesempatan kerja sangat luas dan terbuka.

Pada program keahlian Akuntansi, terdapat 6 responden yang menganggap sangat negatif terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan, artinya responden tersebut berpersepsi bahwa kesempatan kerja sangat tertutup atau sedikit sekali, 7 responden lainnya menganggap negatif artinya responden tersebut berpersepsi bahwa kesempatan kerja tersedia namun sedikit. Sedangkan 14 responden menganggap positif terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan, artinya responden tersebut berpersepsi kesempaan kerja tersedia begitu terbuka. Ada 8 responden yang menganggap sangat positif terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan, artinya responden tersebut berpersepsi bahwa kesempatan kerja sangat luas dan terbuka.

Dari responden pada program keahlian Administrasi Perkantoran, terdapat 3 responden yang menganggap sangat negatif terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan, artinya responden tersebut berpersepsi bahwa kesempatan kerja sangat tertutup atau sedikit sekali, 5 responden lainnya menganggap negatif artinya responden tersebut berpersepsi bahwa kesempatan kerja tersedia namun sedikit. Sedangkan 7 responden menganggap positif terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan, artinya responden tersebut berpersepsi kesempaan kerja tersedia begitu terbuka. Ada 3 responden yang menganggap sangat positif terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan, artinya responden tersebut


(60)

berpersepsi bahwa kesempatan kerja sangat luas dan terbuka. Hal ini dapat dilihat pada diagram dibawah ini :

Gambar 1 Diagram Analisis Jurusan/Program Keahlian Dengan Persepsi Terhadap Kesempatan Memperoleh Pekerjaan

Jika dilihat dari tabel chi-square, terlihat bahwa signifikansi adalah 0,276 > 0,05, berarti tidak ada hubungan antara persepsi tentang memperoleh pekerjaan dengan usia

c. Hasil Uji Varian Tabel 13

Analisis Varian

Mean Difference

Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval

Jurusan Jurusan Lower

Bound

Upper Bound

MM AK -2,0857 0,87769 0,020 -3,8303 -0,3406 AP -2,0429 1,06494 0,058 -4,1602 0,0745 AK MM 2,0857 0,87769 0,020 0,3406 3,8308

0 2 4 6 8 10 12 14 Sangat Negatif

Negatif Positif Sangat

Positif MM AK AP Jumlah Responde JUR


(61)

AP 0,0429 1,06494 0,968 -2,0745 2,1602 AP MM 2,0429 1,06494 0,058 -0,0745 4,1602 AK -0,0429 1,06494 0,968 -2,1602 2,0745

Berdasarkan hasil analisis dari Post Hoc Test pada tabel diatas, maka diketahui sebagai berikut :

a. Perbedaan rata-rata (mean difference) persepsi tentang kesempatan memperoleh kerja siswa SMK jurusan Multimedia dan akuntasi sebesar -2,0857,. Jika dilihat dari nilai signifikansi antara jurusan multimedia dan akuntansi yakni sebesar 0,020, maka hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata persepsi siswa SMK tentang kesempatan memperoleh kerja antara jurusan Multimendia dan jurusan Akuntansi. Berdasarkan nilai rata-rata (mean) persepsi siswa SMK tentang kesempatan memperoleh kerja pada jurusan Multimedia sebesar 39,4571 dan nilai rata-rata (mean) pada jurusan Akuntasi sebesar 41,5429. Maka dapat disimpulkan bahwa jurusan Multimedia tidak memiliki perbedaan tingkat persepsi tentang kesempatan memperoleh pekerjaan dengan jurusan Akuntasi.

b. Perbedaan rata-rata (mean difference) persepsi tentang kesempatan memperoleh kerja siswa SMK jurusan Multimedia dan Administrasi Perkantoran sebesar -2,0429. Jika dilihat dari nilai signifikansi antara jurusan multimendia dan akuntansi yakni sebesar 0,058, maka hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata persepsi


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

memperoleh kerja antara jurusan Akuntasi dan jurusan Administrasi Perkantoran.

Perbedaan signifikasi antara program keahlian multimedia dan akuntansi disebabkan karena siswa dengan program keahlian akuntansi berpersepsi kesempatan kerja bagi mereka masih sangat terbuka jika dibandingkan dengan kesempatan kerja bagi siswa dengan program keahlian multimedia. Hal ini dikarenakan siswa dapat melihat kebutuhan pasar akan tenaga ahli dalam bidang akuntansi, dimana semua perusahaan membutuhkan tenaga dibidang tersebut. Namun, antara program keahlian multimedia dan administrasi perkantoran serta administrasi perkantoran dan akuntasi tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Hasil dari penelitian ini adalah siswa memliki tingkat persepsi terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan yang positif. Artinya siswa berpersepsi bahwa kesempatan kerja bagi mereka masih terbuka luas. Dengan adanya penelitian ini dapat diketahui apakah persepsi siswa SMK terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan, terbuka atau tertutup. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pemahaman siswa tentang jenis pekerjaan, keahlian yang dimiliki, dan pengetahuan tentang jumlah pencari kerja pada keahlian yang dimiliki seorang siswa SMK.

Namun, hasil penelitian ini kurang maksimal dikarenakan kesalahan pada penyusunan instrumen penelitian. Penulisan aitem yang disajikan kurang mengungkap bagaimana seorang siswa mempersepsikan kesempatan


(2)

memperoleh pekerjaan. Sehingga banyak informasi yang perlu lebih digali lagi bagi peneliti selanjutnya.

Dengan adanya penelitian ini dapat diketahui positif atau negatif kah persepsi siswa SMK YPM 3 Taman terhadap keempatan memperoleh pekerjaan serta gambaran persepsi siswa SMK YPM 3 Taman terhadap kesempatan memperoleh pekerjaaan. Hal yang perlu diperhatikan pada proses pembentukan persepsi adalah informasi serta pengalaman yang didapatkan. Hal ini berpengaruh pada hasil persepsi seorang siswa terhadap objek yang dipersepsikan, dalam hal ini adalah kesempatan memperoleh pekerjaan.


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

60 BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang ada, maka secara keseluruhan terlihat bahwa siswa SMK YPM 3 memiliki persepsi yang positif terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan. Artinya, para siswa berpersepsi bahwa kesempatan memperoleh pekerjaan masih terbuka.

Namun, terdapat perbedaan signifikasi antara program keahlian multimedia dan akuntansi disebabkan karena siswa dengan program keahlian akuntansi berpersepsi kesempatan kerja bagi mereka masih sangat terbuka jika dibandingkan dengan kesempatan kerja bagi siswa dengan program keahlian multimedia. Hal ini dikarenakan siswa dapat melihat kebutuhan pasar akan tenaga ahli dalam bidang akuntansi, dimana semua perusahaan membutuhkan tenaga dibidang tersebut. Namun, antara program keahlian multimedia dan administrasi perkantoran serta administrasi perkantoran dan akuntasi tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

B. SARAN

Dari hasil penelitian ini ada beberapa saranyang peneliti ingin sampaikan baik yang berkenan dengan kepentingan ilmiah maupun kepentingan praktis.

1. Bagi Siswa

Siswa yang henak mencari pekerjaan seusai menyelesaikan pendidikan di SMK disarankan agar lebih mempersiapkan diri baik


(4)

dari segi mental maupun keahlian. Jadi siswa diharapkan siap dengan modal yang dimilikinya. Hal ini juga dapat menambah sikap percaya diri jika masuk ke dunia industry.

2. Bagi Guru dan Sekolah

Guru dan sekolah diharapkan tetap membimbing muridnya dalam menyelesaikan pendidikan. Sehingga siswa dapat merasa bekalnya cukup jika telah masuk ke dunia industry. Hal ini juga memudahkan siswa dalam memperoleh pekerjaan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian yang lebih lanjut, hendaknya lebih mengungkap persespsi siswa dengan lebih memperhatikan pada aitem-aitem yang akan diberikan pada

responden. Sehingga pada penelitian selanjutnya dapat


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

DAFTAR PUSTAKA

Arifah, 2013,SMK, Pilihan Hidup Generasi Muda. Tgl Akses: 04 Mei 2015, lipsus.kompas.com/kemdikbud/read/2013/10/14/1547221/SMK.Pilihan.Hid up.Generasi.Muda

Azwar,Saifudin. 2012. Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka Pelajar : Yogyakarta. Baltus, R.K. (1983). Personal Psychology for Life and Work. New York : Mc Graw

Hill.

Chaplin, J.P. (1999). Kamus Lengkap Psikologi. (Edisi 5). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Djemari,Mardapi. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Mitra Cendekia : Yogyakarta.

Gibson, Ivancevich, and Donnely (1996), Organisasi : Struktur, Perilaku, Proses. (terjemahan Wahid, 1989, Organization 5th ed,Jakarta,Erlangga. Hitt, Michael

Handayani, Santhy. 2005. Hubungan Tentang Kinerja Guru PPL dengan Motivasi Belajar Siswa Tingkat I SMK Negeri 5 Bandung. Skripsi FPTK UPI. Bandung : tidak diterbitkan

Mador, Lourdes Badillo, Sa´nchez, Antonio Garci´a, dan Vila, Luis E. 2005. Mismatches in the Spanish Labor Market: Education vs. Competence Match. Jurnal International Advances in Economic Research 11 (2005) Mar’at, 1991 Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Ghalia Indonesia :

Jakarta.

Mulyadi, S. 2000. Ekonomi Sumber Daya Manusia.Rajawali Pers : Jakarta.

Muchtar, T.W.2007. Studi Komparatif Persepsi dan Minat Siswa SMP tentang SMK. Skripsi sarjana pada Jurusan Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI. Bandung : tidak diterbitkan

Nisfiannoor, Muhammad. 2009. Pendekatan Statistika Modern. Salemba Humanika : Jakarta.

Ritonga, A. 1998. Hubungan Persepsi Guru SMKN 6 Bandung Tentang Perkembangan IPTEK dengan Motivasi Peningkatan Kompetensi Guru. Skripsi Sarjana pada JPTB FPTK IKIP Bandung : tidak diterbitkan.

Sagir, Soeharsono (1985), Kesempatan Kerja, Ketahanan Nasional Dan

Pembangunan Manusia Seutuhnya, Alumni : Bandung.

Sarlito, Wirawan. 1984. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers Simanjuntak, Payaman. 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. LPFE .


(6)

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Rineka Cipta : Bandung.

Sobur. A. 2003. Psikologi Umum. CV. Pustaka Setia : Bandung.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. UNY Pers : Yogyakarta. Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. EGC :Jakarta.

Surya, Mochammad. 1981. Psikologi Umum. PPB FIP UPI. Bandung

Swasono dan Sulistyaningsih (1993), Pengembangan Sumberdaya Manusia: Konsepsi Makro untuk Pelaksanaan di Indonesia. Izufa Gempita : Jakarta. Tampubolon, Manahan P., 2008. Perilaku Keorganisasian (Organization Behavior),

Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Toha, Miftah. 2003. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Umi Amalia. 2003. Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru Teknik Sekolah Menengah Kejuruan Terhadap Keberhasilan Belajarnya Pada Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI. Bandung : tidak diterbitkan

Walgito., Bimo. 1990. Psikologi Sosial Edisi Revis. Yayasan Penerbitan Fakutas UGM : Yogyakarta.

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Andi Offset : Yogyakarta. Young, K. 1956. Social Psychology. McGraw-Hill Publiser : New York.

Yousda, Ine Amirman, 1995. Penelitian dan Statistik Pendidikan. Bumi Aksara : Jakarta.