HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSI PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMP NEGERI 1 PRAMBANAN.
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN
INTENSI PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA
SMP N 1 PRAMBANAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta untuk
Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Fitriyati
Muslifah NIM
09104244030
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JULI 2013
i
MOTTO
“Ceroboh dan tidak bisa menahan emosi adalah sikap yang bisa berakibat
fatal” (Penulis)
“Hati suci selalu benar, tetapi gejolak hati selalu mengubah hasrat hati suci.
Orang yang ada dalam hati suci adalah orang yang taqwa dan beriman. Itulah
tantangan hidup.”
(Penulis)
“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar” (Terjemahan Al-Baqarah: 153)
“Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keikhlasan,
dan istiqomah dalam menghadapi cobaan”
( Muhammad Zainuddin Abdul Madjid )
v
PERSEMBAHAN
Persembahkan karyaku sebagai tanda kasihku kepada:
1. Ayah tercinta yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan nasihatmu
kepadaku sehingga memandirikanku untuk menjadi pribadi yang mandiri.
2. Ibu tercinta yang telah memberikan kasih sayang, doa yang tidak selalu
putus, dan nasihat yang kamu curahkan kepadaku. Semoga aku dapat
menjadi yang ibu harapkan. Skripsi ini aku persembahkan untuk hadiah
terindah dari jasa-jasamu.
3. Kakakku Siti Kholifah dan Muhammad Fahrudin atas kasih sayang dan
dukunganmu secara tulus yang kamu berikan padaku.
vi
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSI PERILAKU
MENYONTEK PADA SISWA SMP NEGERI 1 PRAMBANAN
Oleh Fitriyati
Muslifah NIM
09104244030
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kontrol diri dan
intensi perilaku menyontek pada siswa SMP Negeri 1 Prambanan dan
mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan intensi perilaku menyontek
pada siswa SMP Negeri 1 Prambanan.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan jenis korelasional. Subjek penelitian adalah kelas VII dan VIII
SMP Negeri 1 Prambanan dengan ukuran sampel sebesar 132 siswa.
Teknik pengambilan sampel adalah proportionate stratified random sampling.
Instrumen pengumpulan data menggunakan skala kontrol diri dengan koefisien
reliabilitas sebesar 0,922 dan skala intensi perilaku menyontek dengan koefisien
reliabilitas sebesar 0,973. Teknik analisis penelitian menggunakan analisis
korelasi product moment dengan bantuan SPSS For Window seri 16.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol diri siswa SMP Negeri 1
Prambanan termasuk dalam kategori sedang dengan prosentase sebesar
66%
siswa. Intensi perilaku menyontek siswa SMP Negeri 1 Prambanan termasuk
dalam kategori sedang dengan prosentase sebesar 68% siswa. Penelitian
ini menunjukkan adanya hubungan negatif signifikan antara kontrol diri
dengan intensi perilaku menyontek pada siswa SMP Negeri 1 Prambanan
dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,512dan nilai p= 0,000. Hasil analisis
korelasi yang mendukung perolehan koefisien determinasi (R square)
sebesar 0,262 yang menunjukkan bahwa 26,2% intensi perilaku menyontek
pada siswa SMP Negeri 1
Prambanan dipengaruhi oleh kontrol diri. Berdasarkan hasil tersebut,
dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi kontrol diri siswa SMP Negeri 1
Prambanan, maka semakin rendah intensi perilaku menyontek. Sebaliknya,
semakin rendah kontrol diri siswa SMP Negeri 1 Prambanan, maka semakin
tinggi intensi perilaku menyontek.
Kata kunci:
menyontek
kontrol
diri,
intensi
vii
perilaku
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Penulisan
skripsi
ini
dapat
terselesaikan
karena
bantuan
dari
berbagai pihak untuk itu, pada kesempatan kali ini perkenankan penulis
mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin
penelitian.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Ketua
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah
memberikan informasi dan ijin penelitian.
4. Bapak Fathur Rahman, M. Si., selaku Dosen pembimbing I yang dengan
kesabaran memberikan masukan, dukungan, dan keluangan waktu
selama membimbing dari awal sampai akhir.
5. Ibu Dr. Budi Astuti, M.Si., selaku Dosen pembimbing II yang penuh
kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan diselasela kesibukannya.
6. Seluruh Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah
memberikan wawasan, ilmu, dan pengalamannya.
viii
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ......
i
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................
ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN............................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
iv
HALAMAN MOTTO.......................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................
vi
ABSTRAK.........................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR......................................................................................
viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL.............................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................
8
C. Batasan Masalah ....................................................................................... 9
D. Rumusan Masalah ....................................................................................
9
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................
9
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kontrol Diri ..............................................................................................
12
1. Pengertian Kontrol Diri ...................................................................... 12
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri ............................... 13
3. Jenis-Jenis Kontrol Diri ...................................................................... 14
4. Aspek-Aspek Kontrol Diri .................................................................. 18
5. Kontrol Diri Remaja ........................................................................... 21
x
B. Intensi Perilaku Menyontek ......................................................................
22
1. Pengertian Intensi Perilaku Menyontek .............................................. 22
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Perilaku Menyontek ...... 24
3. Aspek-Aspek Intensi Perilaku Menyontek .........................................
30
4. Kriteria Intensi Perilaku Menyontek .................................................. 32
C. Hubungan antara Kontrol Diri dengan Intensi Perilaku Menyontek ........ 34
D. Hipotesis ................................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 39
C. Variabel Penelitian ....................................................................................
40
D. Subjek Penelitian ....................................................................................... 40
1. Populasi Penelitian .............................................................................
40
2. Sampel Penelitian ...............................................................................
41
E. Definisi Operasional Penelitian ................................................................ 43
1. Definisi Kontrol Diri ........................................................................... 43
2. Definisi Intensi Perilaku Menyontek ................................................... 43
F. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 44
G. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................... 44
1. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................. 44
2. Kisi-Kisi Instrumen ............................................................................. 45
H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................................... 48
I. Teknik Analisis Data .................................................................................
53
1. Uji Persyaratan Analisis ...................................................................... 53
2. Uji Hipotesis........................................................................................ 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 56
1. Deskripsi Lokasi .................................................................................. 56
2. Deskripsi Subjek Penelitian ................................................................. 56
3. Deskripsi Data dan Kategori ................................................................ 56
xi
4. Uji Normalitas ..................................................................................... 65
5. Uji Linearitas ....................................................................................... 66
6. Pengujian Hipotesis ............................................................................. 67
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 70
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 79
B. Saran .......................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
82
LAMPIRAN.........................................................................................................
87
x
ii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1.
Data Populasi Penelitian ........................................................... 41
Tabel 2.
Sampel Penelitian ..................................................................... 43
Tabel 3.
Kisi-Kisi Skala Kontrol Diri Sebelum Uji Coba....................... 46
Tabel 4.
Kisi-Kisi Skala Intensi Perilaku Menyontek Sebelum
Uji Coba ................................................................................... 47
Eabel 5.
Subjek Uji Coba.............................................................. ........... 48
Tabel 6.
Kisi-Kisi Skala Kontrol Diri Setelah Uji Coba ........................ 50
Tabel 7.
Kisi-Kisi Skala Intensi Perilaku Menyontek Setelah
Uji Coba ................................................................................... 51
Tabel 8.
Distribusi Fenomena Kontrol Diri ............................................ 57
Tabel 9.
Deskripsi Variabel Kontrol Diri ............................................... 59
Tabel 10. Kategorisasi Tingkat Kontrol Diri Siswa Kelas VII dan
VIII SMP Negeri 1 Prambanan ................................................ 59
Tabel 11. Distribusi Fenomena Intensi Perilaku Menyontek ................... 61
Tabel 12. Deskripsi Variabel Intensi Perilaku Menyontek ...................... 63
Tabel 13. Kategorisasi Tingkat Intensi Perilaku Menyontek Siswa
Kelas VII dan VIII SMP Negeri 1 Prambanan ........................ 64
Tabel 14. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis .................................................. 66
Tabel 15. Ringkasan Hasil Uji Linearitas ................................................. 67
Tabel 16. Ringkasan Hasil Analisis Korelasi antara Kontrol Diri
dengan Intensi Perilaku Menyontek .......................................... 68
Tabel 17. Koefisien Determinasi Penelitian .............................................. 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1.
Intensi
Grafik Hubungan antara Kontrol Diri dengan
Perilaku Menyontek ............................................................ 37
Gambar 2.
Grafik Kontrol Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Negeri
1 Prambanan ........................................................................ 60
Gambar 3.
Grafik Intensi Perilaku Menyontek Kelas VII dan VIII
SMP Negeri 1 Prambanan .................................................... 65
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1.
Skala Uji Coba.................................................................... 88
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen
96
...............................
Skala Penelitian ................................................................... 117
Lampiran 4.
Data Hasil Penelitian ........................................................... 123
Lampiran 5.
Surat –Surat Ijin Penelitian .................................................. 150
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuhkembangkan
potensi sumber daya manusia. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Hasbullah (2006: 1), bahwa pendidikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai
masyarakat. Inti
dari
proses
dengan nilai-nilai di dalam
pendidikan
adalah
belajar
yang
melibatkan mental sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam
bersikap (Fuad Ihsan,
2003: 2). Pelaksanaan pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang
demokratis
serta
bertanggung
jawab.
Tujuan
tersebut tercantum dalam Undang- Undang nomor 20 tahun 2013 bab
2 pasal 3 (Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden
Republik Indonesia,
2013). Menurut Sindhunata (Indarto, Y., dan Masrun, 2004: 412), secara
singkat tujuan pendidikan nasional untuk
mewujudkan
manusia
Indonesia yang berkualitas secara utuh yaitu bermutu dalam kepribadian,
intelektual, dan kesehatannya.
Sementara itu masih ada beberapa institusi pendidikan yang
1
lebih mengutamakan nilai yang dicapai siswa bukan pada proses belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat dari cara guru dalam mengukur tingkat
keberhasilan
2
siswa hanya dengan nilai bukan pada proses dalam belajar dan tidak ada
penghargaan yang diberikan kepada siswa yang semangat dalam
mengikuti proses belajar. Menurut Muhibbin Syah (2000: 142)
kebanyakan pelaksanaan pengukuran hasil belajar cenderung bersifat
kuantitatif, lantaran simbol angka atau skor untuk menentukan kualitas
keseluruhan kinerja akademik siswa. Hal tersebut membuat siswa
tertekan dan memiliki keharusan dalam meraih nilai yang tinggi bukan
pada ilmu yang disampaikan.
Orientasi siswa hanya untuk memperoleh nilai yang tinggi, lebih
banyak menggunakan kemampuan kognitif daripada afektif dan
psikomotor (Burns, 1993: 356). Menurut Whitley (Dody Hartanto, 2012:
33) siswa berpandangan bahwa semakin tinggi nilai yang dicapai oleh
siswa,
maka
semakin
tinggi
tingkat
penguasaan
materi
yang
disampaikan oleh guru. Begitu juga sebaliknya semakin rendah nilai
yang dicapai, semakin rendah penguasaan materi. Hal ini memicu
siswa
berlomba- lomba untuk mencapai nilai tertinggi dan dianggap
berhasil dalam belajar. Dalam mencapai nilai yang tinggi banyak hal yang
dapat dilakukan siswa, tidak jarang siswa melakukan praktik-praktik
yang terlarang sehingga tujuan dari tes atau ujian terabaikan. Menurut
Saifudin Azwar (1995: 12), adanya pandangan masyarakat yang tidak
tepat mengenai kegagalan, yang menyatakan
bahwa
orang
bisa
melakukan apapun agar bisa lolos dari ujian, tidak terkecuali dalam
dunia pendidikan.
3
Kemungkinan mengalami kegagalan dalam pencapaian nilai
dianggap
sebagai
ancaman
menyenangkan. Untuk
berbagai
dan
merupakan
menghadapi
respon
yang
misalnya
hal
ancaman
dilakukan
yang
tidak
kegagalan
ada
oleh
siswa,
mempelajari kembali materi yang
diberikan guru dan latihan mengerjakan soal-soal. Ada juga siswa yang
menghindar dari ancaman kegagalan dengan cara menyontek (Uni
Setyani,
2007: 32).
Menyontek merupakan salah satu gejala yang merugikan siswa.
Menurut Indarto, Y., dan Masrun (2004: 419), perilaku menyontek
menjadi masalah karena akan menimbulkan kesalahan dalam pengukuran
kemampuan siswa, guru menjadi sulit untuk menentukan penilaian
secara objektif. Masing-masing siswa memiliki perbedaan
dalam
bersikap dan penilaian terhadap perilaku menyontek yang dipengaruhi
oleh keyakinan akan
dirinya.
bahwa menyontek itu adalah
Banyak
hal
yang
siswa
biasa.
Hartanto (2012: 2), siswa mengemukakan bahwa
yang
yang
memasuki masa remaja
beranggapan
Menurut
Dody
seseorang
menganggap
perilaku menyontek merupakan hal yang tidak menyalahi aturan.
Menurut Cizek (Dody Hartanto, 2012: 17), tindakan yang dapat
dikategorikan sebagai perilaku menyontek adalah mengganti suatu
jawaban dengan
melihat
jawaban teman ketika ujian atau tes
4
berlangsung, menggunakan
catatan ketika ujian berlangsung atau
membawa jawaban yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu sebelum
5
dengan menuliskannya
berlangsungnya ujian, menggunakan media elektronik untuk
memperoleh jawaban, dan mengizinkan seseorang melihat atau menyalin
jawabannya.
Maraknya kasus menyontek pada kalangan pelajar terjadi
terutama pada pelajar tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas. Berdasarkan penelitian di luar negeri yang dilakukan
Brandes, Eric M. Anderman, dan Tamera B. Murdock (Dody Hartanto,
2012: 16), di California pada 1.037 siswa kelas VI di 45 sekolah dasar
dan 2.265 siswa sekolah menengah di 105 sekolah menengah atas
ditemukan lebih suka menyontek dibandingkan siswa kelas VI sekolah
dasar. Anderman dan Midgley (Dody Hartanto, 2012: 16), menyatakan
bahwa siswa
menengah
atas
sekolah menengah
lebih
pertama
banyak menyontek
dan
pada
siswa
saat
sekolah
awal kelas
delapan atau akhir kelas sembilan. Berdasarkan data survey nasional
yang dilakukan Josephson Institute of ethics di Amerika pada tahun 2006
(Paris S Strom; Robert D Strom dalam Dody Hartanto, 2012: 20), dari
36.000 responden yaitu siswa Sekolah Menengah Pertama, 60% siswa
mengakui pernah menyontek pada saat ujian dan mengerjakan tugas.
Lloyd Emily (2004: 179), menyatakan bahwa perilaku menyontek
selama ujian di sekolah meningkat setiap tahunnya.
Sementara itu fenomena perilaku menyontek terjadi di Indonesia
dengan berbagai media yang digunakan oleh siswa. Surat kabar Jawa
Pos (Nugroho,
2008),
mengungkapkan
6
bahwa
siswa
SMP
di
Surabaya melakukan
perilaku
mencapai 89,6%;
7
menyontek
tanpa
rasa
malu
langsung
bertanya
kepada
teman
mencapai
46,5%;
20%
menggunakan kode; dan 14,9% mengandalkan lirikan. Jumlah siswa
yang lolos dari pengamatan guru sebanyak 65,3%. Sejalan dengan hal
tersebut. Menurut Ali dalam liputan 6 SCTV (2012), mengungkapkan
sejumlah siswa di Grobokan,
bertukar
jawaban
Jawa
Tengah
menyontek
dengan
dan membawa kunci jawaban dari HP saat
pelaksanaan ujian nasional.
Begitu juga yang terjadi di SMP N 1 Prambanan, kasus
menyontek terus
menyertai setiap ujian yang dilangsungkan bagi
siswanya. Hal ini berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti
saat KKN tanggal 23
Juli 2012 terdapat beberapa siswa yang menyontek dengan melihat
jawaban
teman
ketika
pretes
berlangsung.
Lebih
lanjut
dari
hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah tersebut mengungkapkan bahwa perilaku menyontek terjadi
pada diri siswa–siswinya dalam proses belajar mengajar dan sering
menemukan beberapa
jawaban ujian yang sama antara siswa satu
dengan siswa yang lainnya. Sedangkan dilain
bertentangan
dengan
visi sekolah
yaitu
pihak, hal ini sangat
unggul
dalam
prestasi
berlandaskan imtaq dan berkarakter serta terampil berkarya.
Masalah menyontek merupakan masalah mikro tetapi mempunyai
dampak makro, terutama bagi individu yang melakukan. Menurut
Simkin dan Mc Leod (Dody Hartanto, 2012: 57), dampak yang dapat
8
dirasakan antara lain nilai-nilai moral berkurang sehingga semakin
membuka peluang untuk melakukan tindakan menyontek, pengetahuan
siswa yang
9
tidak berkembang, dan ketidakmampuan bersaing di dunia kerja.
Abdullah Alhadza (2004: 34), menyatakan bahwa dampak
yang
dirasakan oleh siswa atas perilaku menyontek dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu kurangnya pengawasan dari guru, tuntutan untuk
mendapatkan nilai tinggi, seringnya siswa menunda-nunda pekerjaan
akademik, keyakinan terhadap
kemampuan
diri
rendah,
siswa
memiliki tingkat kecerdasan rendah, dan kontrol diri yang dimiliki siswa
rendah.
Perilaku menyontek terbentuk karena adanya intensi yang dapat
membentuk suatu perilaku. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Fishbein dan Ajzen (Tri Dayakisni dan Hudaniah, 2006: 143), bahwa
terbentuknya intensi pada diri seseorang
tertentu. Intensi
kebutuhan
terbentuk
yang memiliki
dalam
rangka
dampak
pada
menandakan bagaimana upaya seseorang
mencoba
dan
terikat dengan perilaku
berencana
memenuhi
perilaku.
kebutuhanIntensi
mempunyai
menampilkan
juga
niatuntuk
perilaku
tertentu seperti perilaku menyontek.
Intensi perilaku menyontek dipengaruhi oleh beberapa faktor,
baik faktor
Faktor
internal
maupun faktor
eksternal.
internal
yang mempengaruhi
intensi
perilaku
menyontek adalah motivasi, keyakinan norma subjektif, kontrol diri,
dan kepribadian, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi intensi
perilaku menyontek adalah tuntutan orang tua, teman sebaya, dan guru.
10
Hal ini sejalan dengan pernyataan Abdullah Alhadza (2004) bahwa
intensi
perilaku
menyontek
dipengaruhi
oleh beberapa
meliputi orang lain, keyakinan diri, kontrol diri, dan
11
faktor
motivasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi intensi perilaku
menyontek adalah kontrol diri. Menurut Ghufron, N. M., dan Risnawita,
R., (2010: 10), kontrol diri terkait dengan kecakapan individu
dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya, kemampuan
untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan
situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi,
kemampuan untuk mengendalikan
menarik
perilaku,
kecenderungan
perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai
untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu sesuai dengan orang
lain, dan menutupi perasaannya.
Menurut John W. Santrock (2003: 524), bahwa kontrol diri
memainkan
peran
penting
dalam
intensi
perilaku
menyontek.
Sebagai salah satu sifat kepribadian, kontrol diri satu individu dengan
individu lain tidaklah sama, ada individu yang memiliki kontrol diri yang
tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri yang
rendah.
Semakin tinggi kontrol diri siswa, maka semakin rendah keinginan
siswa
untuk
melakukan perilaku menyontek. Sebaliknya semakin
rendah kontrol diri yang dimiliki siswa, maka semakin tinggi keinginan
siswa untuk
melakukan perilaku menyontek. Pernyataan tersebut
didukung oleh Calvin dan Gardner (1993:
145), yang menyatakan bahwa seseorang yang mampu mengendalikan
diri akan muncul rasa memiliki kemampuan baik dan bangga dalam
dirinya sehingga seseorang tidak memiliki keinginan untuk menyontek,
12
sebaliknya seseorang yang kehilangan kontrol diri dapat menyebabkan
perasaan malu dan ragu-ragu sehingga seseorang memiliki keinginan
untuk menyontek.
13
Uraian latar belakang diatas, menunjukkan bahwa kontrol
diri merupakan hal yang penting dalam diri seorang remaja karena
kontrol diri tersebut mempengaruhi seseorang memiliki intensi untuk
berperilaku menyontek. Oleh karena itu peneliti bermaksud meneliti
sejauh mana hubungan antara kontrol diri dengan intensi perilaku
menyontek pada siswa SMP Negeri 1 Prambanan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Sistem pendidikan di Indonesia masih mengutamakan teori sehingga
masyarakat memandang bahwa pencapaian prestasi tinggi ditentukan
oleh tingkat perolehan nilai yang dicapai.
2. Guru dalam mengukur tingkat keberhasilan siswa hanya terpaku pada
nilai bukan pada proses dalam belajar.
3. Beberapa siswa menghindar dari ancaman kegagalan akademik dengan
cara menyontek.
4. Perilaku menyontek dapat menimbulkan kesalahan dalam pengukuran
kemampuan akademik siswa sehingga guru menjadi sulit untuk
menentukan penilaian secara objektif.
5. Banyak siswa beranggapan bahwa menyontek itu adalah hal biasa dan
tidak menyalahi aturan.
6. Dampak perilaku menyontek antara lain nilai-nilai moral menurun.
14
7. Siswa yang memiliki kontrol diri rendah akan memunculkan intensi
perilaku menyontek.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas,
peneliti memberi batasan masalah pada: siswa yang memiliki kontrol
diri rendah akan memunculkan intensi perilaku menyontek.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan pada batasan masalah,
maka
dalam
penelitian
ini
dapat
dirumuskan
masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kontrol diri siswa SMP Negeri 1 Prambanan?
2. Bagaimana intensi perilaku menyontek siswa SMP Negeri 1
Prambanan?
3. Apakah ada hubungan antara kontrol diri dengan intensi perilaku
menyontek pada siswa SMP Negeri 1 Prambanan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui tingkat kontrol diri siswa SMP Negeri 1 Prambanan.
2. Mengetahui intensi perilaku menyontek siswa SMP Negeri 1
Prambanan.
15
3. Mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan intensi perilaku
menyontek pada siswa SMP Negeri 1 Prambanan.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian tentang kontrol diri dengan intensi
perilaku menyontek pada remaja awal ini akan memberikan
kontribusi ilmu bagi pengembangan layanan
bimbingan
dan
konseling terutama peningkatan kualitas layanan bimbingan pribadi
dan belajar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru Mata Pelajaran
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan guru dalam
penyusunan metode pembelajaran untuk mengurangi intensi
perilaku menyontek.
b. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling dapat mengembangkan layanan
bimbingan
dan
konseling
untuk
mencegah
terjadinya
intensi perilaku menyontek pada siswa dan bekerjasama dengan
guru mata pelajaran dalam pencegahan terjadinya perilaku
menyontek.
c. Bagi Siswa
Siswa mampu mempertahankan kontrol dirinya dengan baik
16
sehingga
mencegah
intensi
dihadapkan berbagai tugas.
17
perilaku
menyontek
ketika
d. Bagi Orang Tua
Diharapkan orang tua
mampu memberikan perhatian dan
pengawasan dalam proses belajar anak dan menerapkan sikap
disiplin pada anak.
e. Bagi Peneliti
Diharapkan setelah melakukan penelitian ini, peneliti
dapat
memahami adanya keterkaitan kontrol diri dengan intensi
perilaku menyontek.
18
BAB II KAJIAN
PUSTAKA
A. Kontrol Diri
1. Pengertian Kontrol Diri
Menurut
kemampuan
Chaplin
untuk
(2006:
451),
membimbing
kontrol
tingkah
diri adalah
laku
sendiri
atau
kemampuan untuk menekan tingkah laku impulsif. Ghufron, N. M.,
dan Risnawita, R., (2010: 25), menyatakan kontrol diri merupakan
suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri
dan lingkungannya, selain itu juga kemampuan untuk mengontrol
dan mengelola faktor- faktor perilaku sesuai dengan situasi dan
kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi
kemampuan
menarik
untuk
untuk
perhatian,
orang
lain,
mengendalikan perilaku,
keinginan
kecenderungan
mengubah perilaku agar sesuai
menyenangkan
orang
lain, selalu konform
dengan orang lain, dan menutupi perasaannya.
Goldfried dan Merbaum (Muhid, 2009: 65), mendefinisikan
kontrol
diri
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menyusun,
membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang
dapat membawa individu
ke
konsekuensipositif.
menggambarkan
keputusan
pertimbangan kognitif untuk
19
arah
Kontrol diri
individu
juga
yang
menyatukan perilaku
melalui
yang
telah
disusun
untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu. Menurut
Elizabeth B. Hurlock (1999:
kemampuan seseorang untuk
20
124),
kontrol
diri
adalah
membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk-bentuk perilaku
melalui pertimbangan kognitif sehingga dapat membawa ke arah
konsekuensi positif.
Berdasarkan
pengertian
kontrol
diri
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa kontrol diri merupakan kemampuan yang
dimiliki individu untuk mengatur, mengarahkan, dan mengubah
perilaku melalui pertimbangan kognitif ke arah yang lebih positif,
sehingga perilaku yang timbul tidak menyimpang dari aturan yang
berlaku.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri
Kontrol diri seorang individu tidak lepas dari berbagai faktor
yang dapat mempengaruhi baik faktor dari dalam diri individu
maupun dari luar diri individu. Siwi (Nurhidayat, A., 2004:
90), mengungkapkan bahwa kontrol diri pada individu didasari oleh
dua faktor, yaitu faktor sosial dan faktor personal, faktor sosial
adalah faktor
agar
dimana
individu
tidak mengganggu
harus
ketenteraman
mengontrol
sosial
dan
perilakunya
melanggar
kenyamanan dan keamanan orang lain. Sedangkan faktor personal
adalah untuk belajar mengenai kamampuan, kebaikan dan hal-hal
lain dari lingkungan budayanya. Jo Meadow Mary (1987: 62),
mengemukakan bahwa peningkatan fungsi diri berkaitan dengan
kontrol diri berdasarkan faktor dalam yaitu harga diri. Harga diri
21
merupakan penilaian yang kita lakukan terhadap diri sendiri.
Penilaian ini ditentukan oleh emosi.
22
Menurut Surbakti (2010: 405), kontrol diri tidak lepas dari
berbagai faktor seperti dorongan atau keinginan dalam diri. Pada
dasarnya setiap manusia memiliki dorongan untuk melakukan
perilaku tertentu. Tetapi pada kebanyakan orang dorongan-dorongan
tersebut biasanya tidak diwujudkan dalam penyimpangan. Hal
tersebut karena seseorang yang normal mampu menahan diri dari
dorongan-dorongan untuk
dalam diri
yang
berperilaku
menyimpang.
Dorongan
rendah maka kontrol diri seseorang
baik.
Sebaliknya dorongan dalam diri yang kuat maka seseorang memiliki
kontrol diri yang rendah.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan faktorfaktor kontrol diri adalah faktor sosial dan faktor personal. Faktor
sosial meliputi lingkungan dimana seseorang berada. Sedangkan
faktor personal adalah dorongan dalam diri dan harga diri
yang dipengaruhi oleh emosi.
3. Jenis-Jenis Kontrol Diri
Averill (Herasti Widyari, 2011), mengemukakan kontrol diri
dengan sebutan kontrol personal yaitu meliputi kontrol perilaku
(behavior control),
kontrol kognitif (cognitive control),
dan
mengontrol keputusan (decisional control).
a. Kontrol Perilaku (Behavior Control)
Kontrol perilaku merupakan kesiapan tersedianya suatu respons
23
yang dapat secara langsung mempengaruhi atau
memodifikasi
24
suatu
keadaan
yang
tidak
menyenangkan.
mengontrol perilaku ini diperinci
menjadi dua komponen,
yaitu mengatur pelaksanaan (regulated
dan
Kemampuan
administration)
kemampuan memodifikasi
stimulus
(stimulusmodifiability).Kemampuan
pelaksanaan
merupakan
kemampuan
mengatur
individu
untuk
menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan.
Apakah dirinya sendiri atau aturan perilaku dengan menggunakan
kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan
menggunakan sumber eksternal. Kemampuan mengatur stimulus
merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan
suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi. Ada beberapa
cara yang dapat digunakan, yaitu mencegah atau menjauhi
stimulus, menempatkan tenggang waktu di antara rangkaian
stimulus yang sedang
berlangsung,
menghentikan
stimulus
sebelum waktunya berakhir, dan membatasi intensitasnya.
b. Kontrol Kognitif (Cognitive Control)
Kontrol
kognitif
mengolah informasi
merupakan
yang
kemampuan
tidak
individu
diinginkan
dengan
dalam
cara
menginterpretasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian
dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau
mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri atas dua komponen, yaitu
memperoleh
informasi (information
25
gain)
dan
melakukan
penilaian (appraisal). Dengan informasi yang dimiliki oleh
individu mengenai suatu keadaan
26
yang
tidak
menyenangkan,
keadaan tersebut
individu
dapat
mengantisipasi
dengan berbagai pertimbangan.
penilaian berarti individu
Melakukan
berusaha menilai dan menafsirkan
suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segisegi positif secara subjektif.
c. Kontrol Keputusan (Decisional Control)
Mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk
memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang
diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan
pilihan akan berfungsi, baik dengan adanya suatu kesempatan,
kebebasan, atau
kemungkinan
pada
diri
individu
untuk
memilih berbagai kemungkinan tindakan.
Sedangkan menurut Ghufron, N. M., dan Risnawita, R., (2010:
45), bahwa jenis-jenis kontrol diri diantaranya sebagai
berikut. a. Kemampuan mengontrol perilaku
Kemampuan untuk memodifikasi suatu keadaan yang tidak
menyenangkan,
dimana
terdapat
keteraturan
untuk
menentukan siapa yang mengendalikan situasi, apakah oleh
dirinya sendiri atau orang lain. Individu yang mampu mengontrol
dirinya akan mampu mengatur perilakunya sesuai dengan
kemampuan
dirinya
dan
bila tidak maka individu akan
menggunakan sumber eksternal.
27
b. Kemampuan mengontrol stimulus
Kemampuan
untuk
mengetahui
bagaimana
dan
kapan
stimulus yang tidak dikehendaki muncul. Ada beberapa cara
yang dapat digunakan agar stimulus yang tidak dikehendaki
muncul yaitu mencegah
atau
stimulus, menghentikan
berakhir,
dan
menjauhi
stimulus
sebelum
melakukan kegiatan
yang
dapat
mengalihkan perhatian dari stimulus.
c. Kemampuan mengantisipasi peristiwa
Kemampuan individu untuk mengolah informasi dengan cara
menilai dan menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka
kognitif. Informasi yang dimiliki individu berkenaan dengan
suatu keadaan
yang
individu mampu
tidak
menyenangkan
mengantisipasi
akan
keadaan
membuat
melalui
pertimbangan secara objektif.
d. Kemampuan menafsirkan peristiwa
Penilaian yang dilakukan individu merupakan suatu usaha untuk
menilai dan menafsirkan suatu keadaan dengan memperhatikan
segi-segi positif secara subjektif.
e. Kemampuan mengambil keputusan
Kemampuan seseorang untuk memilih suatu tindakan berdasarkan
sesuatu yang diyakininya. Kemampuan dalam mengontrol
keputusan
akan
berfungsi dengan
28
baik
apabila
terdapat
kesempatan dalam diri individu untuk
memilih berbagai
kemungkinan.
Menurut Block dan Block (Ghufron, N. M., dan Risnawita, R.,
2010: 96), ada tiga jenis kualitas kontrol diri, yaitu over control, under
control, dan appropriate control. Over control merupakan kontrol diri
yang dilakukan oleh individu secara berlebihan yang menyebabkan
individu banyak menahan diri dalam bereaksi terhadap stimulus.
Under control merupakan suatu kecenderungan individu untuk
melepaskan impulsivitas dengan bebas tanpa perhitungan yang
masak. Sementara Appropriate control merupakan kontrol individu
dalam upaya mengendalikan impuls secara tepat.
Dari
uraian
mengenai
jenis-jenis
kontrol
diri
dapat
disimpulkan bahwa kontrol diri ada berbagai jenis yaitu kontrol
diri
kognitif, stimulus,
mengantisipasi peristiwa, perilaku,
keputusan over control, under control, dan appropriate control.
4. Aspek-Aspek Kontrol Diri
Liebert, Poulus, dan Marmor (1979: 98), mengemukakan
terdapat tiga aspek yang berhubungan dengan kontrol diri yaitu:
a. Kemampuan untuk melawan godaan
Kemampuan melawan godaan baik dari dalam diri maupun dari
luar yang dapat mengacu kepada kemampuan menahan diri dari
kesempatan untuk terlibat dalam pelanggaran.
29
b. Kemampuan menunda kepuasan atau kesenangan
Kemampuan menunda kepuasan atau kesenangan sebagai aspek
kontrol diri yang dapat dilihat dari perilaku individu ketika
menunda
pemenuhan
keinginan
yang
muncul
tiba-tiba
sebagai usaha memperoleh hasil yang lebih baik pada masa
mendatang.
c. Kemampuan membangun standar prestasi pribadi
Kemampuan membangun standar prestasi pribadi merupakan
segala
bentuk
tingkah
laku
individu
yang
ditunjukkan
untuk memperoleh persetujuan dan menghindari ketidaksetujuan
dari diri sendiri atau orang lain dalam menampilkan kompetensi
pribadi.
Menurut Gillom et al (Singgih D. Gunarsa, 2004: 251), kontrol
diri yang dimiliki seseorang terdiri dari tiga aspek yaitu:
a. Kemampuan mengkontrol tingkah laku yang bersifat
menyakiti atau merugikan orang lain.
b. Kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain dan
kemampuan untuk mengikuti peraturan yang
berlaku.
c. Kemampuan untuk mengungkapkan keinginan atau perasaan
kepada orang lain tanpa menyelidiki atau menyinggung
perasaan orang lain.
Kemampuan mengontrol diri menurut Averill (Zulkarnain,
2002: 35), terdiri dari lima aspek, yaitu:
a. Kemampuan mengatur pelaksanaan perilaku
Kemampuan
mengatur
30
pelaksanan perilaku
merupakan
kemampuan untuk menentukan siapa yang mengendalikan
situasi
atau
keadaan.
mengatur pelaksanaan
dirinya mengatur
31
Seseorang
yang
baik
dengan
akan
kemampuan
memungkinkan
perilaku dan akan meminta bantuan dari luar dirinya apabila
merasa dirinya tidak mampu.
b. Kemampuan memodifikasi stimulus
Kemampuan
memodifikasi
stimulus
merupakan
kemampuan yang digunakan untuk mengetahui bagaimana
dan kapan menghadapi stimulus yang tidak dikehendaki.
c. Kemapuan memperoleh informasi
Kemampuan
memperoleh
informasi
merupakan
kemampuan yang digunakan terhadap keadaan yang tidak
menyenangkan dan antisipasi terhadap
keadaan
dengan
berbagai pertimbangan.
d. Kemampuan melakukan penilaian
Kemampuan melakukan penilaian merupakan kemampuan
individu
untuk
menilai
dan
menafsirkan
peristiwa
dengan memperhatikan dari segi positif dan negatif.
e. Kemampuan mengontrol keputusan
Kemampuan
mengontrol
keputusan
merupakan
kemampuan memilih hasil dari tindakan yang telah diyakini
dan disetujui.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa aspek-aspek yang mempengaruhi kontrol diri seseorang
adalah kemampuan untuk melawan godaan, kemampuan untuk
bekerja sama
dengan orang
32
lain
dan kemampuan untuk
mengikuti peraturan yang
pelaksanaan
33
berlaku,
kemampuan
mengatur
perilaku,
kemampuan memodifikasi stimulus, kemampuan
melakukan penilaian, dan kemampuan mengontrol keputusan.
5. Kontrol Diri Remaja
Pada remaja kemampuan mengontrol diri berkembang seiring
dengan kematangan emosi. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1990:
37), remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi apabila
pada akhir
masa
remajanya
emosinya
tidak
meledak
jika
dihadapkan dengan seseorang melainkan menunggu waktu yang
tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan
cara-cara yang
dapat diterima orang lain. Masa remaja terdapat suatu periode
“topan dan badai” dimana pada periode ini remaja gejolak emosinya
tinggi. Pada periode tersebut remaja harus dapat mengarahkan
gejolak emosi di dalam dirinya agar tidak berkembang ke arah
negatif.
Endang
Purwanti dan Nur
Widodo
(2002:
mengemukakan pada remaja mulai adanya pengendalian
terlihat
dari
pelampiasan
emosi
remaja
113),
emosi,
lebih terlihat dalam
gerakan tubuh yang ekspresif.
Remaja telah mencapai tahap pelaksanaan formal dalam
kemampuan
kognitif
oleh
karenanya
remaja
mampu
mempertimbangkan suatu kemungkinan untuk menyelesaikan suatu
masalah
dan
mempertanggungjawabkannya.
Sejalan
dengan
pernyataan Singgih Gunarsa (2004: 252), bahwa remaja sudah mulai
34
menginternalisasikan
aturan
akan
35
dan
mulai
menyadari
kebutuhan
hidup sosial yang teratur. Remaja melaksanakan aturan bukan
sekedar untuk menghindari hukuman dan mendapatkan imbalan
melainkan untuk
orang
lain
menjadi
individu
yang
menyenangkan
bagi
dan menjadi individu yang baik secara sosial demi
tercapainya kehidupan sosial yang teratur. Adapun menurut Logue
(1995) beberapa ciri-ciri remaja yang memiliki kontrol tinggi diri
adalah sebagai berikut.
a. Tekun dan tetap bertahan dengan tugas yang harus dikerjakan,
walaupun menghadapi banyak hambatan.
b. Dapat mengubah perilaku menyesuaikan dengan aturan dan
norma yang berlaku dimana ia berada.
c. Tidak menunjukkan perilaku yang emosional atau meledakledak.
d. Bersifat toleran atau dapat menyesuaikan terhadap situasi yang
tidak dikehendaki
B. Intensi Perilaku Menyontek
1. Pengertian Intensi Perilaku Menyontek
Menyontek
merupakan
perilaku
yang
tidak
tabu
lagi
dalam dunia pendidikan. Perilaku menyontek adalah wujud dari
keinginan seseorang untuk menyontek dan ekspresi dari keinginan
tersebut. Hal tersebut bukan merupakan sifat bawaan individu,
tetapi merupakan hasil belajar dan pengaruh dari lingkungannya.
Menurut Kartini Kartono dan Gulo (1987: 26), intensi dapat
diartikan sebagai tujuan atau maksud seseorang untuk berbuat
sesuatu. Tri Dayakisni dan Hudaniah (2006: 142), intensi adalah niat
seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Agus Sujanto, dkk
36
(2009: 100), mengemukakan bahwa
merupakan keinginan
intensi
individu
mengenai masa depannya mencakup harapan-harapan, keinginan-
37
keinginan,
ambisi,
Sedangkan menurut
cita-cita,
Kartini
dan
Kartono
rencana
(2003:
merupakan dorongan keinginan yang terarah
seseorang.
175),
intensi
pada tujuan hidup
tertentu dan dikendalikan oleh akal budi.
Fishbein dan Ajzen (Tri Dayakisni dan Hudaniah, 2006: 143),
menyatakan bahwa intensi perilaku merupakan determinan terdekat
dengan perilaku yang dimaksud dan merupakan prediktor tunggal
terbaik bagi perilaku yang akan dilakukan seseorang. Sependapat
dengan pernyataan tersebut, Semin dan Fiedler (1996: 17),
menyatakan bahwa intensi sebagai maksud, pamrih, keinginan,
tujuan, suatu perjuangan guna mencapai satu tujuan, ciri-ciri
yang dapat dibedakan dari proses-proses psikologi, yang mencakup
referensi atau kaitannya dengan suatu objek.
Menurut Indarto, Y., dan Masrun (2004: 411), menyontek
sebagai perbuatan curang, tidak jujur, dan tidak legal
dalam
mendapatkan jawaban pada saat tes. Sependapat dengan definisi di
atas Haryono, W., dkk (2001: 10), mendefinisikan menyontek
sebagai segala macam tindakan dalam ujian atau tes untuk
memperoleh nilai secara tidak sah. Menurut Ehrlich, Flexner, Carruth
dan Hawkins (Eric Anderman dan Murdock, 2007: 34), menyontek
merupakan tindakan yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang
melalui cara-cara yang tidak baik dengan tujuan untuk memperoleh
keberhasilan
akademik dan
38
menghindari
kegagalan
akademik.
Bower (Abdullah Alhadza:
39
2004), menyontek merupakan perbuatan yang menggunakan cara-cara
yang tidak sah yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau
menghindari kegagalan akademis.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
intensi perilaku menyontek adalah keinginan dari dalam diri
seseorang untuk
sah
melakukan perilaku
demi
yang
tidak
mendapatkan keberhasilan akademik dan
menghindari kegagalan akademik.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Perilaku Menyontek
Setiap perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor
dari dalam diri maupun faktor dari luar. Menurut Abdullah Alhadza
(2004), faktor yang mempengaruhi seorang individu memiliki
intensi perilaku menyontek adalah sebagai berikut.
a. Terpengaruh oleh orang lain yang berperilaku menyontek,
meskipun awalnya tidak ada niat untuk menyontek.
b. Terpaksa membuka buku karena pertanyaan ujian sama persis
dengan buku.
c. Merasa guru kurang adil dalam memberikan nilai. Karena kurang
adil , maka siswa menyontek agar mendapat nilai yang baik.
d. Adanya peluang untuk melakukan perilaku menyontek.
e. Takut gagal dalam ujian, sehingga siswa menghalalkan berbagai
cara agar lulus.
40
f. Ingin mendapatkan nilai tinggi tetapi tidak mau berusaha dengan
belajar.
g. Tidak percaya diri, yang awalnya siswa sudah belajar dan
mempersiapkan untuk ujian atau tes karena tidak percaya
diri, maka akan
berakibat kefatalan yaitu siswa akan lupa
dengan apa yang sudah dipelajari
h. Merasa sulit menghafal atau mengingat materi.
i.
Karena ingin sukses secara instan, maka siswa mencari jalan
pintas dengan menyontek.
Intensi perilaku menururt Fishbein dan Ajzen (Baron dan
Byrne, 2003: 133), dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
a. Sikap terhadap perilaku.
Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh keyakinan individu
bahwa dalam melakukan perilaku tertentu akan membawa pada
konsekuensi-konsekuensi tertentu
penilaian
individu
terhadap
(behavioral
beliefs)
dan
konsekuensi-konsekuensi
yang
akan terjadi pada individu (outcome evaluations). Keyakinan
tentang konsekuensi perilaku terbentuk berdasarkan pengetahuan
individu tentang perilaku tersebut yang diperoleh dari pengalaman
masa lalu dan informasi dari orang lain.
b. Norma subjektif terhadap perilaku.
Norma subjektif ditentukan oleh keyakinan normatif (normative
beliefs)
mengenai
harapan-harapan
41
kelompok
acuan
atau
orang
42
tertentu
yang
dianggap
motivasi individu untuk
penting
terhadap
memenuhi
atau
individu
dan
menuruti
harapantersebut (motivations to comply). Keyakinan
normatif
diperoleh
dari informasi orang yang berpengaruh
(significant others) tentang apakah individu perlu, harus, atau
dilarang
melakukan perilaku tertentu dan dari pengalaman
individu yang berhubungan dengan perilaku
banyak orang
yang
tersebut. Semakin
dapat
mempengaruhi
individu untuk melakukan suatu perilaku sehingga individu
semakin yakin akan perilaku tersebut untuk dilakukan dan menjadi
keyakinan normatif bagi dirinya, serta semakin besar motivasi
individu untuk memenuhi harapan-harapan dari orang yang
berarti (significant others) bagi dirinya maka akan semakin
diterima perilaku tersebut sebagai suatu norma subjektif bagi
dirinya.
c. Persepsi tentang kontrol diri.
Persepsi terhadap kontrol diri merupakan penilaian terhadap
kemampuan atau ketidakmampuan untuk menampilkan perilaku,
atau penilaian seseorang mengenai seberapa mudah atau seberapa
sulit untuk menampilkan perilaku. Individu tidak membentuk
intensi untuk melakukan suatu perilaku kecuali merasa yakin
memiliki kemampuan untuk menampilkan perilaku tersebut.
Semakin
tinggi
persepsi
43
terhadap
kontrol
diri,
semakin
tinggi intensi perilaku. Semin dan Fiedler (1996: 23), menjelaskan
bahwa
44
persepsi terhadap kontrol diri bersama dengan sikap terhadap
perilaku
dan
norma subjektif
sedangkan persepsi
akan membentuk intensi,
terhadap kontrol perilaku dengan
intensi
akan mempengaruhi terwujudnya suatu
perilaku.
Semakin positif persepsi individu terhadap
kemampuannya untuk menampilkan perilaku, semakin besar
kemungkinan intensi terwujud menjadi perilaku.
Berbagi hal yang menyebabkan siswa menyontek dapat
berasal dari
dalam
dirinya
maupun
dkk (Eric Anderman 2007: 10),
faktor
luar
dirinya.
Murdock,
menyatakan
personal
yang
mempengaruhi
perilaku menyontek yaitu sebagai berikut.
a. Kepribadian
Faktor ini melihat alasan siswa yang menyontek diakibatkan
pembawaan dalam dirinya. Beberapa hal yang termasuk ke
dalam kategori kepribadian antara lain dorongan dari dalam diri
yang kuat untuk
hebat
mencari
dengan mendapat
sensasi
karena
ingin
dianggap
nilai
yang
besar
padahal
mendapatkannya dengan menyontek, kontrol diri yang lemah
dari siswa, perkembangan moral yang belum mencapai tahap
ideal, dan kendali eksternal yang dimiliki siswa sehingga siswa
lebih
menggantungkan
harapan
kemampuan di luar dirinya.
45
terhadap
orang
lain
atau
b. Motivasi
Perilaku menyontek didasari oleh suatu motivasi yang berbeda
dari setiap siswa, adapun motivasi tersebut berasal dari dalam diri
siswa seperti self efficacy serta pandangan terhadap tujuan dan
alasan dalam pembelajaran. Self efficacy menjadi salah satu
faktor penyebab siswa menyontek karena siswa merasa tidak
yakin terhadap kemampuannya sehingga memiliki pandangan
terhadap soal atau ujian yang diberikan oleh guru terlalu sulit
dan tidak dapat
dengan
dikerjakan
dengan baik
kecuali
menyontek. Pandangan terhadap tujuan dan
alasan pembelajaran siswa yang berorintasi terhadap nilai bukan
ilmu yang didapatkan membuat siswa mencari jalan yang lebih
mudah dan singkat untuk mendapat nilai
yang
bagus
tanpa
harus belajar dengan keras. Selain itu tingkat kemampuan
yang berbeda pada siswa menjadikan siswa lebih sering untuk
menyontek. Siswa yang memiliki
kemampuan yang
lebih
rendah untuk mendapat keberhasilan salah satunya dengan
menyontek.
Sedangkan menurut menurut Schab (Klausmeier, 1985: 388),
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek adalah.
a. Malas belajar.
Siswa yang memiliki konsep diri negatif akan merasa pesimis
dan tidak percaya pada kemampuan dirinya sehingga siswa
46
malas
47
berusaha karena merasa dirinya tidak kompeten dan tidak akan
mampu mencapai prestasi yang diharapkan.
b. Ketakutan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi.
Perasaan tidak kompeten pada siswa yang mem
INTENSI PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA
SMP N 1 PRAMBANAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta untuk
Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Fitriyati
Muslifah NIM
09104244030
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JULI 2013
i
MOTTO
“Ceroboh dan tidak bisa menahan emosi adalah sikap yang bisa berakibat
fatal” (Penulis)
“Hati suci selalu benar, tetapi gejolak hati selalu mengubah hasrat hati suci.
Orang yang ada dalam hati suci adalah orang yang taqwa dan beriman. Itulah
tantangan hidup.”
(Penulis)
“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar” (Terjemahan Al-Baqarah: 153)
“Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keikhlasan,
dan istiqomah dalam menghadapi cobaan”
( Muhammad Zainuddin Abdul Madjid )
v
PERSEMBAHAN
Persembahkan karyaku sebagai tanda kasihku kepada:
1. Ayah tercinta yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan nasihatmu
kepadaku sehingga memandirikanku untuk menjadi pribadi yang mandiri.
2. Ibu tercinta yang telah memberikan kasih sayang, doa yang tidak selalu
putus, dan nasihat yang kamu curahkan kepadaku. Semoga aku dapat
menjadi yang ibu harapkan. Skripsi ini aku persembahkan untuk hadiah
terindah dari jasa-jasamu.
3. Kakakku Siti Kholifah dan Muhammad Fahrudin atas kasih sayang dan
dukunganmu secara tulus yang kamu berikan padaku.
vi
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSI PERILAKU
MENYONTEK PADA SISWA SMP NEGERI 1 PRAMBANAN
Oleh Fitriyati
Muslifah NIM
09104244030
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kontrol diri dan
intensi perilaku menyontek pada siswa SMP Negeri 1 Prambanan dan
mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan intensi perilaku menyontek
pada siswa SMP Negeri 1 Prambanan.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan jenis korelasional. Subjek penelitian adalah kelas VII dan VIII
SMP Negeri 1 Prambanan dengan ukuran sampel sebesar 132 siswa.
Teknik pengambilan sampel adalah proportionate stratified random sampling.
Instrumen pengumpulan data menggunakan skala kontrol diri dengan koefisien
reliabilitas sebesar 0,922 dan skala intensi perilaku menyontek dengan koefisien
reliabilitas sebesar 0,973. Teknik analisis penelitian menggunakan analisis
korelasi product moment dengan bantuan SPSS For Window seri 16.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol diri siswa SMP Negeri 1
Prambanan termasuk dalam kategori sedang dengan prosentase sebesar
66%
siswa. Intensi perilaku menyontek siswa SMP Negeri 1 Prambanan termasuk
dalam kategori sedang dengan prosentase sebesar 68% siswa. Penelitian
ini menunjukkan adanya hubungan negatif signifikan antara kontrol diri
dengan intensi perilaku menyontek pada siswa SMP Negeri 1 Prambanan
dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,512dan nilai p= 0,000. Hasil analisis
korelasi yang mendukung perolehan koefisien determinasi (R square)
sebesar 0,262 yang menunjukkan bahwa 26,2% intensi perilaku menyontek
pada siswa SMP Negeri 1
Prambanan dipengaruhi oleh kontrol diri. Berdasarkan hasil tersebut,
dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi kontrol diri siswa SMP Negeri 1
Prambanan, maka semakin rendah intensi perilaku menyontek. Sebaliknya,
semakin rendah kontrol diri siswa SMP Negeri 1 Prambanan, maka semakin
tinggi intensi perilaku menyontek.
Kata kunci:
menyontek
kontrol
diri,
intensi
vii
perilaku
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Penulisan
skripsi
ini
dapat
terselesaikan
karena
bantuan
dari
berbagai pihak untuk itu, pada kesempatan kali ini perkenankan penulis
mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin
penelitian.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Ketua
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah
memberikan informasi dan ijin penelitian.
4. Bapak Fathur Rahman, M. Si., selaku Dosen pembimbing I yang dengan
kesabaran memberikan masukan, dukungan, dan keluangan waktu
selama membimbing dari awal sampai akhir.
5. Ibu Dr. Budi Astuti, M.Si., selaku Dosen pembimbing II yang penuh
kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan diselasela kesibukannya.
6. Seluruh Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah
memberikan wawasan, ilmu, dan pengalamannya.
viii
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ......
i
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................
ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN............................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
iv
HALAMAN MOTTO.......................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................
vi
ABSTRAK.........................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR......................................................................................
viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL.............................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................
8
C. Batasan Masalah ....................................................................................... 9
D. Rumusan Masalah ....................................................................................
9
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................
9
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kontrol Diri ..............................................................................................
12
1. Pengertian Kontrol Diri ...................................................................... 12
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri ............................... 13
3. Jenis-Jenis Kontrol Diri ...................................................................... 14
4. Aspek-Aspek Kontrol Diri .................................................................. 18
5. Kontrol Diri Remaja ........................................................................... 21
x
B. Intensi Perilaku Menyontek ......................................................................
22
1. Pengertian Intensi Perilaku Menyontek .............................................. 22
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Perilaku Menyontek ...... 24
3. Aspek-Aspek Intensi Perilaku Menyontek .........................................
30
4. Kriteria Intensi Perilaku Menyontek .................................................. 32
C. Hubungan antara Kontrol Diri dengan Intensi Perilaku Menyontek ........ 34
D. Hipotesis ................................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 39
C. Variabel Penelitian ....................................................................................
40
D. Subjek Penelitian ....................................................................................... 40
1. Populasi Penelitian .............................................................................
40
2. Sampel Penelitian ...............................................................................
41
E. Definisi Operasional Penelitian ................................................................ 43
1. Definisi Kontrol Diri ........................................................................... 43
2. Definisi Intensi Perilaku Menyontek ................................................... 43
F. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 44
G. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................... 44
1. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................. 44
2. Kisi-Kisi Instrumen ............................................................................. 45
H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................................... 48
I. Teknik Analisis Data .................................................................................
53
1. Uji Persyaratan Analisis ...................................................................... 53
2. Uji Hipotesis........................................................................................ 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 56
1. Deskripsi Lokasi .................................................................................. 56
2. Deskripsi Subjek Penelitian ................................................................. 56
3. Deskripsi Data dan Kategori ................................................................ 56
xi
4. Uji Normalitas ..................................................................................... 65
5. Uji Linearitas ....................................................................................... 66
6. Pengujian Hipotesis ............................................................................. 67
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 70
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 79
B. Saran .......................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
82
LAMPIRAN.........................................................................................................
87
x
ii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1.
Data Populasi Penelitian ........................................................... 41
Tabel 2.
Sampel Penelitian ..................................................................... 43
Tabel 3.
Kisi-Kisi Skala Kontrol Diri Sebelum Uji Coba....................... 46
Tabel 4.
Kisi-Kisi Skala Intensi Perilaku Menyontek Sebelum
Uji Coba ................................................................................... 47
Eabel 5.
Subjek Uji Coba.............................................................. ........... 48
Tabel 6.
Kisi-Kisi Skala Kontrol Diri Setelah Uji Coba ........................ 50
Tabel 7.
Kisi-Kisi Skala Intensi Perilaku Menyontek Setelah
Uji Coba ................................................................................... 51
Tabel 8.
Distribusi Fenomena Kontrol Diri ............................................ 57
Tabel 9.
Deskripsi Variabel Kontrol Diri ............................................... 59
Tabel 10. Kategorisasi Tingkat Kontrol Diri Siswa Kelas VII dan
VIII SMP Negeri 1 Prambanan ................................................ 59
Tabel 11. Distribusi Fenomena Intensi Perilaku Menyontek ................... 61
Tabel 12. Deskripsi Variabel Intensi Perilaku Menyontek ...................... 63
Tabel 13. Kategorisasi Tingkat Intensi Perilaku Menyontek Siswa
Kelas VII dan VIII SMP Negeri 1 Prambanan ........................ 64
Tabel 14. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis .................................................. 66
Tabel 15. Ringkasan Hasil Uji Linearitas ................................................. 67
Tabel 16. Ringkasan Hasil Analisis Korelasi antara Kontrol Diri
dengan Intensi Perilaku Menyontek .......................................... 68
Tabel 17. Koefisien Determinasi Penelitian .............................................. 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1.
Intensi
Grafik Hubungan antara Kontrol Diri dengan
Perilaku Menyontek ............................................................ 37
Gambar 2.
Grafik Kontrol Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP Negeri
1 Prambanan ........................................................................ 60
Gambar 3.
Grafik Intensi Perilaku Menyontek Kelas VII dan VIII
SMP Negeri 1 Prambanan .................................................... 65
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1.
Skala Uji Coba.................................................................... 88
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen
96
...............................
Skala Penelitian ................................................................... 117
Lampiran 4.
Data Hasil Penelitian ........................................................... 123
Lampiran 5.
Surat –Surat Ijin Penelitian .................................................. 150
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuhkembangkan
potensi sumber daya manusia. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Hasbullah (2006: 1), bahwa pendidikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai
masyarakat. Inti
dari
proses
dengan nilai-nilai di dalam
pendidikan
adalah
belajar
yang
melibatkan mental sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam
bersikap (Fuad Ihsan,
2003: 2). Pelaksanaan pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang
demokratis
serta
bertanggung
jawab.
Tujuan
tersebut tercantum dalam Undang- Undang nomor 20 tahun 2013 bab
2 pasal 3 (Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden
Republik Indonesia,
2013). Menurut Sindhunata (Indarto, Y., dan Masrun, 2004: 412), secara
singkat tujuan pendidikan nasional untuk
mewujudkan
manusia
Indonesia yang berkualitas secara utuh yaitu bermutu dalam kepribadian,
intelektual, dan kesehatannya.
Sementara itu masih ada beberapa institusi pendidikan yang
1
lebih mengutamakan nilai yang dicapai siswa bukan pada proses belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat dari cara guru dalam mengukur tingkat
keberhasilan
2
siswa hanya dengan nilai bukan pada proses dalam belajar dan tidak ada
penghargaan yang diberikan kepada siswa yang semangat dalam
mengikuti proses belajar. Menurut Muhibbin Syah (2000: 142)
kebanyakan pelaksanaan pengukuran hasil belajar cenderung bersifat
kuantitatif, lantaran simbol angka atau skor untuk menentukan kualitas
keseluruhan kinerja akademik siswa. Hal tersebut membuat siswa
tertekan dan memiliki keharusan dalam meraih nilai yang tinggi bukan
pada ilmu yang disampaikan.
Orientasi siswa hanya untuk memperoleh nilai yang tinggi, lebih
banyak menggunakan kemampuan kognitif daripada afektif dan
psikomotor (Burns, 1993: 356). Menurut Whitley (Dody Hartanto, 2012:
33) siswa berpandangan bahwa semakin tinggi nilai yang dicapai oleh
siswa,
maka
semakin
tinggi
tingkat
penguasaan
materi
yang
disampaikan oleh guru. Begitu juga sebaliknya semakin rendah nilai
yang dicapai, semakin rendah penguasaan materi. Hal ini memicu
siswa
berlomba- lomba untuk mencapai nilai tertinggi dan dianggap
berhasil dalam belajar. Dalam mencapai nilai yang tinggi banyak hal yang
dapat dilakukan siswa, tidak jarang siswa melakukan praktik-praktik
yang terlarang sehingga tujuan dari tes atau ujian terabaikan. Menurut
Saifudin Azwar (1995: 12), adanya pandangan masyarakat yang tidak
tepat mengenai kegagalan, yang menyatakan
bahwa
orang
bisa
melakukan apapun agar bisa lolos dari ujian, tidak terkecuali dalam
dunia pendidikan.
3
Kemungkinan mengalami kegagalan dalam pencapaian nilai
dianggap
sebagai
ancaman
menyenangkan. Untuk
berbagai
dan
merupakan
menghadapi
respon
yang
misalnya
hal
ancaman
dilakukan
yang
tidak
kegagalan
ada
oleh
siswa,
mempelajari kembali materi yang
diberikan guru dan latihan mengerjakan soal-soal. Ada juga siswa yang
menghindar dari ancaman kegagalan dengan cara menyontek (Uni
Setyani,
2007: 32).
Menyontek merupakan salah satu gejala yang merugikan siswa.
Menurut Indarto, Y., dan Masrun (2004: 419), perilaku menyontek
menjadi masalah karena akan menimbulkan kesalahan dalam pengukuran
kemampuan siswa, guru menjadi sulit untuk menentukan penilaian
secara objektif. Masing-masing siswa memiliki perbedaan
dalam
bersikap dan penilaian terhadap perilaku menyontek yang dipengaruhi
oleh keyakinan akan
dirinya.
bahwa menyontek itu adalah
Banyak
hal
yang
siswa
biasa.
Hartanto (2012: 2), siswa mengemukakan bahwa
yang
yang
memasuki masa remaja
beranggapan
Menurut
Dody
seseorang
menganggap
perilaku menyontek merupakan hal yang tidak menyalahi aturan.
Menurut Cizek (Dody Hartanto, 2012: 17), tindakan yang dapat
dikategorikan sebagai perilaku menyontek adalah mengganti suatu
jawaban dengan
melihat
jawaban teman ketika ujian atau tes
4
berlangsung, menggunakan
catatan ketika ujian berlangsung atau
membawa jawaban yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu sebelum
5
dengan menuliskannya
berlangsungnya ujian, menggunakan media elektronik untuk
memperoleh jawaban, dan mengizinkan seseorang melihat atau menyalin
jawabannya.
Maraknya kasus menyontek pada kalangan pelajar terjadi
terutama pada pelajar tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas. Berdasarkan penelitian di luar negeri yang dilakukan
Brandes, Eric M. Anderman, dan Tamera B. Murdock (Dody Hartanto,
2012: 16), di California pada 1.037 siswa kelas VI di 45 sekolah dasar
dan 2.265 siswa sekolah menengah di 105 sekolah menengah atas
ditemukan lebih suka menyontek dibandingkan siswa kelas VI sekolah
dasar. Anderman dan Midgley (Dody Hartanto, 2012: 16), menyatakan
bahwa siswa
menengah
atas
sekolah menengah
lebih
pertama
banyak menyontek
dan
pada
siswa
saat
sekolah
awal kelas
delapan atau akhir kelas sembilan. Berdasarkan data survey nasional
yang dilakukan Josephson Institute of ethics di Amerika pada tahun 2006
(Paris S Strom; Robert D Strom dalam Dody Hartanto, 2012: 20), dari
36.000 responden yaitu siswa Sekolah Menengah Pertama, 60% siswa
mengakui pernah menyontek pada saat ujian dan mengerjakan tugas.
Lloyd Emily (2004: 179), menyatakan bahwa perilaku menyontek
selama ujian di sekolah meningkat setiap tahunnya.
Sementara itu fenomena perilaku menyontek terjadi di Indonesia
dengan berbagai media yang digunakan oleh siswa. Surat kabar Jawa
Pos (Nugroho,
2008),
mengungkapkan
6
bahwa
siswa
SMP
di
Surabaya melakukan
perilaku
mencapai 89,6%;
7
menyontek
tanpa
rasa
malu
langsung
bertanya
kepada
teman
mencapai
46,5%;
20%
menggunakan kode; dan 14,9% mengandalkan lirikan. Jumlah siswa
yang lolos dari pengamatan guru sebanyak 65,3%. Sejalan dengan hal
tersebut. Menurut Ali dalam liputan 6 SCTV (2012), mengungkapkan
sejumlah siswa di Grobokan,
bertukar
jawaban
Jawa
Tengah
menyontek
dengan
dan membawa kunci jawaban dari HP saat
pelaksanaan ujian nasional.
Begitu juga yang terjadi di SMP N 1 Prambanan, kasus
menyontek terus
menyertai setiap ujian yang dilangsungkan bagi
siswanya. Hal ini berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti
saat KKN tanggal 23
Juli 2012 terdapat beberapa siswa yang menyontek dengan melihat
jawaban
teman
ketika
pretes
berlangsung.
Lebih
lanjut
dari
hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah tersebut mengungkapkan bahwa perilaku menyontek terjadi
pada diri siswa–siswinya dalam proses belajar mengajar dan sering
menemukan beberapa
jawaban ujian yang sama antara siswa satu
dengan siswa yang lainnya. Sedangkan dilain
bertentangan
dengan
visi sekolah
yaitu
pihak, hal ini sangat
unggul
dalam
prestasi
berlandaskan imtaq dan berkarakter serta terampil berkarya.
Masalah menyontek merupakan masalah mikro tetapi mempunyai
dampak makro, terutama bagi individu yang melakukan. Menurut
Simkin dan Mc Leod (Dody Hartanto, 2012: 57), dampak yang dapat
8
dirasakan antara lain nilai-nilai moral berkurang sehingga semakin
membuka peluang untuk melakukan tindakan menyontek, pengetahuan
siswa yang
9
tidak berkembang, dan ketidakmampuan bersaing di dunia kerja.
Abdullah Alhadza (2004: 34), menyatakan bahwa dampak
yang
dirasakan oleh siswa atas perilaku menyontek dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu kurangnya pengawasan dari guru, tuntutan untuk
mendapatkan nilai tinggi, seringnya siswa menunda-nunda pekerjaan
akademik, keyakinan terhadap
kemampuan
diri
rendah,
siswa
memiliki tingkat kecerdasan rendah, dan kontrol diri yang dimiliki siswa
rendah.
Perilaku menyontek terbentuk karena adanya intensi yang dapat
membentuk suatu perilaku. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Fishbein dan Ajzen (Tri Dayakisni dan Hudaniah, 2006: 143), bahwa
terbentuknya intensi pada diri seseorang
tertentu. Intensi
kebutuhan
terbentuk
yang memiliki
dalam
rangka
dampak
pada
menandakan bagaimana upaya seseorang
mencoba
dan
terikat dengan perilaku
berencana
memenuhi
perilaku.
kebutuhanIntensi
mempunyai
menampilkan
juga
niatuntuk
perilaku
tertentu seperti perilaku menyontek.
Intensi perilaku menyontek dipengaruhi oleh beberapa faktor,
baik faktor
Faktor
internal
maupun faktor
eksternal.
internal
yang mempengaruhi
intensi
perilaku
menyontek adalah motivasi, keyakinan norma subjektif, kontrol diri,
dan kepribadian, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi intensi
perilaku menyontek adalah tuntutan orang tua, teman sebaya, dan guru.
10
Hal ini sejalan dengan pernyataan Abdullah Alhadza (2004) bahwa
intensi
perilaku
menyontek
dipengaruhi
oleh beberapa
meliputi orang lain, keyakinan diri, kontrol diri, dan
11
faktor
motivasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi intensi perilaku
menyontek adalah kontrol diri. Menurut Ghufron, N. M., dan Risnawita,
R., (2010: 10), kontrol diri terkait dengan kecakapan individu
dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya, kemampuan
untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan
situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi,
kemampuan untuk mengendalikan
menarik
perilaku,
kecenderungan
perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai
untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu sesuai dengan orang
lain, dan menutupi perasaannya.
Menurut John W. Santrock (2003: 524), bahwa kontrol diri
memainkan
peran
penting
dalam
intensi
perilaku
menyontek.
Sebagai salah satu sifat kepribadian, kontrol diri satu individu dengan
individu lain tidaklah sama, ada individu yang memiliki kontrol diri yang
tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri yang
rendah.
Semakin tinggi kontrol diri siswa, maka semakin rendah keinginan
siswa
untuk
melakukan perilaku menyontek. Sebaliknya semakin
rendah kontrol diri yang dimiliki siswa, maka semakin tinggi keinginan
siswa untuk
melakukan perilaku menyontek. Pernyataan tersebut
didukung oleh Calvin dan Gardner (1993:
145), yang menyatakan bahwa seseorang yang mampu mengendalikan
diri akan muncul rasa memiliki kemampuan baik dan bangga dalam
dirinya sehingga seseorang tidak memiliki keinginan untuk menyontek,
12
sebaliknya seseorang yang kehilangan kontrol diri dapat menyebabkan
perasaan malu dan ragu-ragu sehingga seseorang memiliki keinginan
untuk menyontek.
13
Uraian latar belakang diatas, menunjukkan bahwa kontrol
diri merupakan hal yang penting dalam diri seorang remaja karena
kontrol diri tersebut mempengaruhi seseorang memiliki intensi untuk
berperilaku menyontek. Oleh karena itu peneliti bermaksud meneliti
sejauh mana hubungan antara kontrol diri dengan intensi perilaku
menyontek pada siswa SMP Negeri 1 Prambanan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Sistem pendidikan di Indonesia masih mengutamakan teori sehingga
masyarakat memandang bahwa pencapaian prestasi tinggi ditentukan
oleh tingkat perolehan nilai yang dicapai.
2. Guru dalam mengukur tingkat keberhasilan siswa hanya terpaku pada
nilai bukan pada proses dalam belajar.
3. Beberapa siswa menghindar dari ancaman kegagalan akademik dengan
cara menyontek.
4. Perilaku menyontek dapat menimbulkan kesalahan dalam pengukuran
kemampuan akademik siswa sehingga guru menjadi sulit untuk
menentukan penilaian secara objektif.
5. Banyak siswa beranggapan bahwa menyontek itu adalah hal biasa dan
tidak menyalahi aturan.
6. Dampak perilaku menyontek antara lain nilai-nilai moral menurun.
14
7. Siswa yang memiliki kontrol diri rendah akan memunculkan intensi
perilaku menyontek.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas,
peneliti memberi batasan masalah pada: siswa yang memiliki kontrol
diri rendah akan memunculkan intensi perilaku menyontek.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan pada batasan masalah,
maka
dalam
penelitian
ini
dapat
dirumuskan
masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kontrol diri siswa SMP Negeri 1 Prambanan?
2. Bagaimana intensi perilaku menyontek siswa SMP Negeri 1
Prambanan?
3. Apakah ada hubungan antara kontrol diri dengan intensi perilaku
menyontek pada siswa SMP Negeri 1 Prambanan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui tingkat kontrol diri siswa SMP Negeri 1 Prambanan.
2. Mengetahui intensi perilaku menyontek siswa SMP Negeri 1
Prambanan.
15
3. Mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan intensi perilaku
menyontek pada siswa SMP Negeri 1 Prambanan.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian tentang kontrol diri dengan intensi
perilaku menyontek pada remaja awal ini akan memberikan
kontribusi ilmu bagi pengembangan layanan
bimbingan
dan
konseling terutama peningkatan kualitas layanan bimbingan pribadi
dan belajar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru Mata Pelajaran
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan guru dalam
penyusunan metode pembelajaran untuk mengurangi intensi
perilaku menyontek.
b. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling dapat mengembangkan layanan
bimbingan
dan
konseling
untuk
mencegah
terjadinya
intensi perilaku menyontek pada siswa dan bekerjasama dengan
guru mata pelajaran dalam pencegahan terjadinya perilaku
menyontek.
c. Bagi Siswa
Siswa mampu mempertahankan kontrol dirinya dengan baik
16
sehingga
mencegah
intensi
dihadapkan berbagai tugas.
17
perilaku
menyontek
ketika
d. Bagi Orang Tua
Diharapkan orang tua
mampu memberikan perhatian dan
pengawasan dalam proses belajar anak dan menerapkan sikap
disiplin pada anak.
e. Bagi Peneliti
Diharapkan setelah melakukan penelitian ini, peneliti
dapat
memahami adanya keterkaitan kontrol diri dengan intensi
perilaku menyontek.
18
BAB II KAJIAN
PUSTAKA
A. Kontrol Diri
1. Pengertian Kontrol Diri
Menurut
kemampuan
Chaplin
untuk
(2006:
451),
membimbing
kontrol
tingkah
diri adalah
laku
sendiri
atau
kemampuan untuk menekan tingkah laku impulsif. Ghufron, N. M.,
dan Risnawita, R., (2010: 25), menyatakan kontrol diri merupakan
suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri
dan lingkungannya, selain itu juga kemampuan untuk mengontrol
dan mengelola faktor- faktor perilaku sesuai dengan situasi dan
kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi
kemampuan
menarik
untuk
untuk
perhatian,
orang
lain,
mengendalikan perilaku,
keinginan
kecenderungan
mengubah perilaku agar sesuai
menyenangkan
orang
lain, selalu konform
dengan orang lain, dan menutupi perasaannya.
Goldfried dan Merbaum (Muhid, 2009: 65), mendefinisikan
kontrol
diri
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menyusun,
membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang
dapat membawa individu
ke
konsekuensipositif.
menggambarkan
keputusan
pertimbangan kognitif untuk
19
arah
Kontrol diri
individu
juga
yang
menyatukan perilaku
melalui
yang
telah
disusun
untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu. Menurut
Elizabeth B. Hurlock (1999:
kemampuan seseorang untuk
20
124),
kontrol
diri
adalah
membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk-bentuk perilaku
melalui pertimbangan kognitif sehingga dapat membawa ke arah
konsekuensi positif.
Berdasarkan
pengertian
kontrol
diri
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa kontrol diri merupakan kemampuan yang
dimiliki individu untuk mengatur, mengarahkan, dan mengubah
perilaku melalui pertimbangan kognitif ke arah yang lebih positif,
sehingga perilaku yang timbul tidak menyimpang dari aturan yang
berlaku.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri
Kontrol diri seorang individu tidak lepas dari berbagai faktor
yang dapat mempengaruhi baik faktor dari dalam diri individu
maupun dari luar diri individu. Siwi (Nurhidayat, A., 2004:
90), mengungkapkan bahwa kontrol diri pada individu didasari oleh
dua faktor, yaitu faktor sosial dan faktor personal, faktor sosial
adalah faktor
agar
dimana
individu
tidak mengganggu
harus
ketenteraman
mengontrol
sosial
dan
perilakunya
melanggar
kenyamanan dan keamanan orang lain. Sedangkan faktor personal
adalah untuk belajar mengenai kamampuan, kebaikan dan hal-hal
lain dari lingkungan budayanya. Jo Meadow Mary (1987: 62),
mengemukakan bahwa peningkatan fungsi diri berkaitan dengan
kontrol diri berdasarkan faktor dalam yaitu harga diri. Harga diri
21
merupakan penilaian yang kita lakukan terhadap diri sendiri.
Penilaian ini ditentukan oleh emosi.
22
Menurut Surbakti (2010: 405), kontrol diri tidak lepas dari
berbagai faktor seperti dorongan atau keinginan dalam diri. Pada
dasarnya setiap manusia memiliki dorongan untuk melakukan
perilaku tertentu. Tetapi pada kebanyakan orang dorongan-dorongan
tersebut biasanya tidak diwujudkan dalam penyimpangan. Hal
tersebut karena seseorang yang normal mampu menahan diri dari
dorongan-dorongan untuk
dalam diri
yang
berperilaku
menyimpang.
Dorongan
rendah maka kontrol diri seseorang
baik.
Sebaliknya dorongan dalam diri yang kuat maka seseorang memiliki
kontrol diri yang rendah.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan faktorfaktor kontrol diri adalah faktor sosial dan faktor personal. Faktor
sosial meliputi lingkungan dimana seseorang berada. Sedangkan
faktor personal adalah dorongan dalam diri dan harga diri
yang dipengaruhi oleh emosi.
3. Jenis-Jenis Kontrol Diri
Averill (Herasti Widyari, 2011), mengemukakan kontrol diri
dengan sebutan kontrol personal yaitu meliputi kontrol perilaku
(behavior control),
kontrol kognitif (cognitive control),
dan
mengontrol keputusan (decisional control).
a. Kontrol Perilaku (Behavior Control)
Kontrol perilaku merupakan kesiapan tersedianya suatu respons
23
yang dapat secara langsung mempengaruhi atau
memodifikasi
24
suatu
keadaan
yang
tidak
menyenangkan.
mengontrol perilaku ini diperinci
menjadi dua komponen,
yaitu mengatur pelaksanaan (regulated
dan
Kemampuan
administration)
kemampuan memodifikasi
stimulus
(stimulusmodifiability).Kemampuan
pelaksanaan
merupakan
kemampuan
mengatur
individu
untuk
menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan.
Apakah dirinya sendiri atau aturan perilaku dengan menggunakan
kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan
menggunakan sumber eksternal. Kemampuan mengatur stimulus
merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan
suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi. Ada beberapa
cara yang dapat digunakan, yaitu mencegah atau menjauhi
stimulus, menempatkan tenggang waktu di antara rangkaian
stimulus yang sedang
berlangsung,
menghentikan
stimulus
sebelum waktunya berakhir, dan membatasi intensitasnya.
b. Kontrol Kognitif (Cognitive Control)
Kontrol
kognitif
mengolah informasi
merupakan
yang
kemampuan
tidak
individu
diinginkan
dengan
dalam
cara
menginterpretasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian
dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau
mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri atas dua komponen, yaitu
memperoleh
informasi (information
25
gain)
dan
melakukan
penilaian (appraisal). Dengan informasi yang dimiliki oleh
individu mengenai suatu keadaan
26
yang
tidak
menyenangkan,
keadaan tersebut
individu
dapat
mengantisipasi
dengan berbagai pertimbangan.
penilaian berarti individu
Melakukan
berusaha menilai dan menafsirkan
suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segisegi positif secara subjektif.
c. Kontrol Keputusan (Decisional Control)
Mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk
memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang
diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan
pilihan akan berfungsi, baik dengan adanya suatu kesempatan,
kebebasan, atau
kemungkinan
pada
diri
individu
untuk
memilih berbagai kemungkinan tindakan.
Sedangkan menurut Ghufron, N. M., dan Risnawita, R., (2010:
45), bahwa jenis-jenis kontrol diri diantaranya sebagai
berikut. a. Kemampuan mengontrol perilaku
Kemampuan untuk memodifikasi suatu keadaan yang tidak
menyenangkan,
dimana
terdapat
keteraturan
untuk
menentukan siapa yang mengendalikan situasi, apakah oleh
dirinya sendiri atau orang lain. Individu yang mampu mengontrol
dirinya akan mampu mengatur perilakunya sesuai dengan
kemampuan
dirinya
dan
bila tidak maka individu akan
menggunakan sumber eksternal.
27
b. Kemampuan mengontrol stimulus
Kemampuan
untuk
mengetahui
bagaimana
dan
kapan
stimulus yang tidak dikehendaki muncul. Ada beberapa cara
yang dapat digunakan agar stimulus yang tidak dikehendaki
muncul yaitu mencegah
atau
stimulus, menghentikan
berakhir,
dan
menjauhi
stimulus
sebelum
melakukan kegiatan
yang
dapat
mengalihkan perhatian dari stimulus.
c. Kemampuan mengantisipasi peristiwa
Kemampuan individu untuk mengolah informasi dengan cara
menilai dan menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka
kognitif. Informasi yang dimiliki individu berkenaan dengan
suatu keadaan
yang
individu mampu
tidak
menyenangkan
mengantisipasi
akan
keadaan
membuat
melalui
pertimbangan secara objektif.
d. Kemampuan menafsirkan peristiwa
Penilaian yang dilakukan individu merupakan suatu usaha untuk
menilai dan menafsirkan suatu keadaan dengan memperhatikan
segi-segi positif secara subjektif.
e. Kemampuan mengambil keputusan
Kemampuan seseorang untuk memilih suatu tindakan berdasarkan
sesuatu yang diyakininya. Kemampuan dalam mengontrol
keputusan
akan
berfungsi dengan
28
baik
apabila
terdapat
kesempatan dalam diri individu untuk
memilih berbagai
kemungkinan.
Menurut Block dan Block (Ghufron, N. M., dan Risnawita, R.,
2010: 96), ada tiga jenis kualitas kontrol diri, yaitu over control, under
control, dan appropriate control. Over control merupakan kontrol diri
yang dilakukan oleh individu secara berlebihan yang menyebabkan
individu banyak menahan diri dalam bereaksi terhadap stimulus.
Under control merupakan suatu kecenderungan individu untuk
melepaskan impulsivitas dengan bebas tanpa perhitungan yang
masak. Sementara Appropriate control merupakan kontrol individu
dalam upaya mengendalikan impuls secara tepat.
Dari
uraian
mengenai
jenis-jenis
kontrol
diri
dapat
disimpulkan bahwa kontrol diri ada berbagai jenis yaitu kontrol
diri
kognitif, stimulus,
mengantisipasi peristiwa, perilaku,
keputusan over control, under control, dan appropriate control.
4. Aspek-Aspek Kontrol Diri
Liebert, Poulus, dan Marmor (1979: 98), mengemukakan
terdapat tiga aspek yang berhubungan dengan kontrol diri yaitu:
a. Kemampuan untuk melawan godaan
Kemampuan melawan godaan baik dari dalam diri maupun dari
luar yang dapat mengacu kepada kemampuan menahan diri dari
kesempatan untuk terlibat dalam pelanggaran.
29
b. Kemampuan menunda kepuasan atau kesenangan
Kemampuan menunda kepuasan atau kesenangan sebagai aspek
kontrol diri yang dapat dilihat dari perilaku individu ketika
menunda
pemenuhan
keinginan
yang
muncul
tiba-tiba
sebagai usaha memperoleh hasil yang lebih baik pada masa
mendatang.
c. Kemampuan membangun standar prestasi pribadi
Kemampuan membangun standar prestasi pribadi merupakan
segala
bentuk
tingkah
laku
individu
yang
ditunjukkan
untuk memperoleh persetujuan dan menghindari ketidaksetujuan
dari diri sendiri atau orang lain dalam menampilkan kompetensi
pribadi.
Menurut Gillom et al (Singgih D. Gunarsa, 2004: 251), kontrol
diri yang dimiliki seseorang terdiri dari tiga aspek yaitu:
a. Kemampuan mengkontrol tingkah laku yang bersifat
menyakiti atau merugikan orang lain.
b. Kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain dan
kemampuan untuk mengikuti peraturan yang
berlaku.
c. Kemampuan untuk mengungkapkan keinginan atau perasaan
kepada orang lain tanpa menyelidiki atau menyinggung
perasaan orang lain.
Kemampuan mengontrol diri menurut Averill (Zulkarnain,
2002: 35), terdiri dari lima aspek, yaitu:
a. Kemampuan mengatur pelaksanaan perilaku
Kemampuan
mengatur
30
pelaksanan perilaku
merupakan
kemampuan untuk menentukan siapa yang mengendalikan
situasi
atau
keadaan.
mengatur pelaksanaan
dirinya mengatur
31
Seseorang
yang
baik
dengan
akan
kemampuan
memungkinkan
perilaku dan akan meminta bantuan dari luar dirinya apabila
merasa dirinya tidak mampu.
b. Kemampuan memodifikasi stimulus
Kemampuan
memodifikasi
stimulus
merupakan
kemampuan yang digunakan untuk mengetahui bagaimana
dan kapan menghadapi stimulus yang tidak dikehendaki.
c. Kemapuan memperoleh informasi
Kemampuan
memperoleh
informasi
merupakan
kemampuan yang digunakan terhadap keadaan yang tidak
menyenangkan dan antisipasi terhadap
keadaan
dengan
berbagai pertimbangan.
d. Kemampuan melakukan penilaian
Kemampuan melakukan penilaian merupakan kemampuan
individu
untuk
menilai
dan
menafsirkan
peristiwa
dengan memperhatikan dari segi positif dan negatif.
e. Kemampuan mengontrol keputusan
Kemampuan
mengontrol
keputusan
merupakan
kemampuan memilih hasil dari tindakan yang telah diyakini
dan disetujui.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa aspek-aspek yang mempengaruhi kontrol diri seseorang
adalah kemampuan untuk melawan godaan, kemampuan untuk
bekerja sama
dengan orang
32
lain
dan kemampuan untuk
mengikuti peraturan yang
pelaksanaan
33
berlaku,
kemampuan
mengatur
perilaku,
kemampuan memodifikasi stimulus, kemampuan
melakukan penilaian, dan kemampuan mengontrol keputusan.
5. Kontrol Diri Remaja
Pada remaja kemampuan mengontrol diri berkembang seiring
dengan kematangan emosi. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1990:
37), remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi apabila
pada akhir
masa
remajanya
emosinya
tidak
meledak
jika
dihadapkan dengan seseorang melainkan menunggu waktu yang
tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan
cara-cara yang
dapat diterima orang lain. Masa remaja terdapat suatu periode
“topan dan badai” dimana pada periode ini remaja gejolak emosinya
tinggi. Pada periode tersebut remaja harus dapat mengarahkan
gejolak emosi di dalam dirinya agar tidak berkembang ke arah
negatif.
Endang
Purwanti dan Nur
Widodo
(2002:
mengemukakan pada remaja mulai adanya pengendalian
terlihat
dari
pelampiasan
emosi
remaja
113),
emosi,
lebih terlihat dalam
gerakan tubuh yang ekspresif.
Remaja telah mencapai tahap pelaksanaan formal dalam
kemampuan
kognitif
oleh
karenanya
remaja
mampu
mempertimbangkan suatu kemungkinan untuk menyelesaikan suatu
masalah
dan
mempertanggungjawabkannya.
Sejalan
dengan
pernyataan Singgih Gunarsa (2004: 252), bahwa remaja sudah mulai
34
menginternalisasikan
aturan
akan
35
dan
mulai
menyadari
kebutuhan
hidup sosial yang teratur. Remaja melaksanakan aturan bukan
sekedar untuk menghindari hukuman dan mendapatkan imbalan
melainkan untuk
orang
lain
menjadi
individu
yang
menyenangkan
bagi
dan menjadi individu yang baik secara sosial demi
tercapainya kehidupan sosial yang teratur. Adapun menurut Logue
(1995) beberapa ciri-ciri remaja yang memiliki kontrol tinggi diri
adalah sebagai berikut.
a. Tekun dan tetap bertahan dengan tugas yang harus dikerjakan,
walaupun menghadapi banyak hambatan.
b. Dapat mengubah perilaku menyesuaikan dengan aturan dan
norma yang berlaku dimana ia berada.
c. Tidak menunjukkan perilaku yang emosional atau meledakledak.
d. Bersifat toleran atau dapat menyesuaikan terhadap situasi yang
tidak dikehendaki
B. Intensi Perilaku Menyontek
1. Pengertian Intensi Perilaku Menyontek
Menyontek
merupakan
perilaku
yang
tidak
tabu
lagi
dalam dunia pendidikan. Perilaku menyontek adalah wujud dari
keinginan seseorang untuk menyontek dan ekspresi dari keinginan
tersebut. Hal tersebut bukan merupakan sifat bawaan individu,
tetapi merupakan hasil belajar dan pengaruh dari lingkungannya.
Menurut Kartini Kartono dan Gulo (1987: 26), intensi dapat
diartikan sebagai tujuan atau maksud seseorang untuk berbuat
sesuatu. Tri Dayakisni dan Hudaniah (2006: 142), intensi adalah niat
seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Agus Sujanto, dkk
36
(2009: 100), mengemukakan bahwa
merupakan keinginan
intensi
individu
mengenai masa depannya mencakup harapan-harapan, keinginan-
37
keinginan,
ambisi,
Sedangkan menurut
cita-cita,
Kartini
dan
Kartono
rencana
(2003:
merupakan dorongan keinginan yang terarah
seseorang.
175),
intensi
pada tujuan hidup
tertentu dan dikendalikan oleh akal budi.
Fishbein dan Ajzen (Tri Dayakisni dan Hudaniah, 2006: 143),
menyatakan bahwa intensi perilaku merupakan determinan terdekat
dengan perilaku yang dimaksud dan merupakan prediktor tunggal
terbaik bagi perilaku yang akan dilakukan seseorang. Sependapat
dengan pernyataan tersebut, Semin dan Fiedler (1996: 17),
menyatakan bahwa intensi sebagai maksud, pamrih, keinginan,
tujuan, suatu perjuangan guna mencapai satu tujuan, ciri-ciri
yang dapat dibedakan dari proses-proses psikologi, yang mencakup
referensi atau kaitannya dengan suatu objek.
Menurut Indarto, Y., dan Masrun (2004: 411), menyontek
sebagai perbuatan curang, tidak jujur, dan tidak legal
dalam
mendapatkan jawaban pada saat tes. Sependapat dengan definisi di
atas Haryono, W., dkk (2001: 10), mendefinisikan menyontek
sebagai segala macam tindakan dalam ujian atau tes untuk
memperoleh nilai secara tidak sah. Menurut Ehrlich, Flexner, Carruth
dan Hawkins (Eric Anderman dan Murdock, 2007: 34), menyontek
merupakan tindakan yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang
melalui cara-cara yang tidak baik dengan tujuan untuk memperoleh
keberhasilan
akademik dan
38
menghindari
kegagalan
akademik.
Bower (Abdullah Alhadza:
39
2004), menyontek merupakan perbuatan yang menggunakan cara-cara
yang tidak sah yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau
menghindari kegagalan akademis.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
intensi perilaku menyontek adalah keinginan dari dalam diri
seseorang untuk
sah
melakukan perilaku
demi
yang
tidak
mendapatkan keberhasilan akademik dan
menghindari kegagalan akademik.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Perilaku Menyontek
Setiap perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor
dari dalam diri maupun faktor dari luar. Menurut Abdullah Alhadza
(2004), faktor yang mempengaruhi seorang individu memiliki
intensi perilaku menyontek adalah sebagai berikut.
a. Terpengaruh oleh orang lain yang berperilaku menyontek,
meskipun awalnya tidak ada niat untuk menyontek.
b. Terpaksa membuka buku karena pertanyaan ujian sama persis
dengan buku.
c. Merasa guru kurang adil dalam memberikan nilai. Karena kurang
adil , maka siswa menyontek agar mendapat nilai yang baik.
d. Adanya peluang untuk melakukan perilaku menyontek.
e. Takut gagal dalam ujian, sehingga siswa menghalalkan berbagai
cara agar lulus.
40
f. Ingin mendapatkan nilai tinggi tetapi tidak mau berusaha dengan
belajar.
g. Tidak percaya diri, yang awalnya siswa sudah belajar dan
mempersiapkan untuk ujian atau tes karena tidak percaya
diri, maka akan
berakibat kefatalan yaitu siswa akan lupa
dengan apa yang sudah dipelajari
h. Merasa sulit menghafal atau mengingat materi.
i.
Karena ingin sukses secara instan, maka siswa mencari jalan
pintas dengan menyontek.
Intensi perilaku menururt Fishbein dan Ajzen (Baron dan
Byrne, 2003: 133), dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
a. Sikap terhadap perilaku.
Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh keyakinan individu
bahwa dalam melakukan perilaku tertentu akan membawa pada
konsekuensi-konsekuensi tertentu
penilaian
individu
terhadap
(behavioral
beliefs)
dan
konsekuensi-konsekuensi
yang
akan terjadi pada individu (outcome evaluations). Keyakinan
tentang konsekuensi perilaku terbentuk berdasarkan pengetahuan
individu tentang perilaku tersebut yang diperoleh dari pengalaman
masa lalu dan informasi dari orang lain.
b. Norma subjektif terhadap perilaku.
Norma subjektif ditentukan oleh keyakinan normatif (normative
beliefs)
mengenai
harapan-harapan
41
kelompok
acuan
atau
orang
42
tertentu
yang
dianggap
motivasi individu untuk
penting
terhadap
memenuhi
atau
individu
dan
menuruti
harapantersebut (motivations to comply). Keyakinan
normatif
diperoleh
dari informasi orang yang berpengaruh
(significant others) tentang apakah individu perlu, harus, atau
dilarang
melakukan perilaku tertentu dan dari pengalaman
individu yang berhubungan dengan perilaku
banyak orang
yang
tersebut. Semakin
dapat
mempengaruhi
individu untuk melakukan suatu perilaku sehingga individu
semakin yakin akan perilaku tersebut untuk dilakukan dan menjadi
keyakinan normatif bagi dirinya, serta semakin besar motivasi
individu untuk memenuhi harapan-harapan dari orang yang
berarti (significant others) bagi dirinya maka akan semakin
diterima perilaku tersebut sebagai suatu norma subjektif bagi
dirinya.
c. Persepsi tentang kontrol diri.
Persepsi terhadap kontrol diri merupakan penilaian terhadap
kemampuan atau ketidakmampuan untuk menampilkan perilaku,
atau penilaian seseorang mengenai seberapa mudah atau seberapa
sulit untuk menampilkan perilaku. Individu tidak membentuk
intensi untuk melakukan suatu perilaku kecuali merasa yakin
memiliki kemampuan untuk menampilkan perilaku tersebut.
Semakin
tinggi
persepsi
43
terhadap
kontrol
diri,
semakin
tinggi intensi perilaku. Semin dan Fiedler (1996: 23), menjelaskan
bahwa
44
persepsi terhadap kontrol diri bersama dengan sikap terhadap
perilaku
dan
norma subjektif
sedangkan persepsi
akan membentuk intensi,
terhadap kontrol perilaku dengan
intensi
akan mempengaruhi terwujudnya suatu
perilaku.
Semakin positif persepsi individu terhadap
kemampuannya untuk menampilkan perilaku, semakin besar
kemungkinan intensi terwujud menjadi perilaku.
Berbagi hal yang menyebabkan siswa menyontek dapat
berasal dari
dalam
dirinya
maupun
dkk (Eric Anderman 2007: 10),
faktor
luar
dirinya.
Murdock,
menyatakan
personal
yang
mempengaruhi
perilaku menyontek yaitu sebagai berikut.
a. Kepribadian
Faktor ini melihat alasan siswa yang menyontek diakibatkan
pembawaan dalam dirinya. Beberapa hal yang termasuk ke
dalam kategori kepribadian antara lain dorongan dari dalam diri
yang kuat untuk
hebat
mencari
dengan mendapat
sensasi
karena
ingin
dianggap
nilai
yang
besar
padahal
mendapatkannya dengan menyontek, kontrol diri yang lemah
dari siswa, perkembangan moral yang belum mencapai tahap
ideal, dan kendali eksternal yang dimiliki siswa sehingga siswa
lebih
menggantungkan
harapan
kemampuan di luar dirinya.
45
terhadap
orang
lain
atau
b. Motivasi
Perilaku menyontek didasari oleh suatu motivasi yang berbeda
dari setiap siswa, adapun motivasi tersebut berasal dari dalam diri
siswa seperti self efficacy serta pandangan terhadap tujuan dan
alasan dalam pembelajaran. Self efficacy menjadi salah satu
faktor penyebab siswa menyontek karena siswa merasa tidak
yakin terhadap kemampuannya sehingga memiliki pandangan
terhadap soal atau ujian yang diberikan oleh guru terlalu sulit
dan tidak dapat
dengan
dikerjakan
dengan baik
kecuali
menyontek. Pandangan terhadap tujuan dan
alasan pembelajaran siswa yang berorintasi terhadap nilai bukan
ilmu yang didapatkan membuat siswa mencari jalan yang lebih
mudah dan singkat untuk mendapat nilai
yang
bagus
tanpa
harus belajar dengan keras. Selain itu tingkat kemampuan
yang berbeda pada siswa menjadikan siswa lebih sering untuk
menyontek. Siswa yang memiliki
kemampuan yang
lebih
rendah untuk mendapat keberhasilan salah satunya dengan
menyontek.
Sedangkan menurut menurut Schab (Klausmeier, 1985: 388),
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek adalah.
a. Malas belajar.
Siswa yang memiliki konsep diri negatif akan merasa pesimis
dan tidak percaya pada kemampuan dirinya sehingga siswa
46
malas
47
berusaha karena merasa dirinya tidak kompeten dan tidak akan
mampu mencapai prestasi yang diharapkan.
b. Ketakutan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi.
Perasaan tidak kompeten pada siswa yang mem