PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN TENTANG PENDIDIKAN SEKS.

PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN TENTANG
PENDIDIKAN SEKS

SKRIPSI
Disusun oleh:

M. BAGUS TRI MARIO ADI
NIM. D01212036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016

ii

iii

iv


v

ABSTRAK
M. Bagus Tri Mario Adi, 2016. Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan Tentang
Pendidikan Seks, Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Surabaya. Dosen Pembimbing: Dr. Rubaidi,
M.Ag
Kata kunci: Pemikiran, Pendidikan Seks
Maraknya kekerasan seks di tempat umum terjadi karena pelaku tidak bisa
mengontrol rangsangan dan gairah seksual. Tapi sebenarnya rangsangan ini bisa
dikendalikan dengan cara-cara yang diajarkan dalam pendidikan seks. Bukan saja
pendidikan seks yang disampaikan melalui sekolah, media massa, saluran komunikasi
publik dan lain sebagainya, tetapi juga dari orang tua terutamanya. Untuk
menyelesaikan permasalahan seks ini, maka dibutuhkan tanggung jawab dari
berbagai pihak dalam pendidikan seks. Banyak tokoh Muslim yang berbicara tentang
pendidikan seks ini. Penulis lebih tertarik pada satu tokoh pendidikan Islam yang
terkenal yaitu Abdullah Nashih Ulwan. Oleh sebab itu penulis mengangkat judul
“Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan Tentang Pendidikan Seks” dalam pembahasan
skripsi ini.
Penelitian ini mengkaji: pertama, bagaimana pendidikan seks dalam

pandangan al-quran; kedua, pemikiran Abdullah Nashih Ulwan tentang pendidikan
seks, yang bertujuan untuk mengetahui pendidikan seks dalam pandangan Islam, dan
mengetahui pemikiran Abdullah Nashih Ulwan tentang pendidikan seks. Sedangkan
penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research).
Dan metode yang digunakan dalam menganalisis datanya adalah content Analysis
(Analisis Isi) dengan pendekatan deskriptif. Metode pengumpulan data yang dipakai
adalah metode dokumentasi, dengan menggunakan primer yaitu buku Tarbiyatul
Aulad Fil Islam, karya Abdullah Nashih Ulwan dan Pendidikan Seks, karya Abullah
Nashih Ulwan dan Hassan Hathout. Sedangkan data sekundernya adalah buku-buku
lain yang relevan dengan judul skripsi ini.
Berdasarkan penelitian ini, maka penulis menyimpulkan bahwa pemikiran
Abdullah Nashih Ulwan tentang pendidikan seks berlandaskan al-quran dan hadits
dan Abdulah Nashih Ulwan menyampaikan tujuh aspek penting dalam pemikirannya
mengenai pendidikan seks, yaitu etika meminta izin, etika melihat, cara
menghindarkan dari rangsangan-rangsangan seksual, mengajarkan remaja hukumhukum syar’i berhubungan dengan usia remaja dan dewasa, pernikahan dan
hubungan seks, isti’faf (menjaga kehormatan diri) bagi yang belum mampu menikah,
dan menjelaskan seks kepada remaja secara terang-terangan.

v


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ......................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................. iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI .......................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................... v
MOTTO ................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
E. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 7
F. Definisi Operasional ................................................................................. 11

G. Sistematika Pembahasan .......................................................................... 13
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Seks ........................................................................................ 16

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Dasar Pendidikan Seks ............................................................................. 23
C. Tujuan Pendidikan Seks ........................................................................... 27
D. Materi Pendidikan Seks ............................................................................ 30
E. Strategi Pendidikan Seks .......................................................................... 33
F. Tempat Pendidikan Seks .......................................................................... 40
G. Persoalan Seks Pada Remaja ..................................................................... 42
N. Arti Penting Pendidikan Seks ................................................................... 44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 48
B. Fokus Penelitian ..................................................................................... 48
C. Pendekatan ............................................................................................. 48
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 49

E. Teknik Analisis Data ............................................................................... 50
BAB IV BIOGRAFI ABDULLAH NASHIH ULWAN
A. Sekilas Kehidupan Abdullah Nashih Ulwan .......................................... 53
B. Kepribadian Abdullah Nashih Ulwan .................................................... 54
C. Latar Belakang Pendidikan Abdullah Nashih Ulwan ............................ 57
D. Karir Profesi Abdullah Nashih Ulwan ................................................... 59
E. Karya-Karya Abdullah Nasih Ulwan ..................................................... 61
F. Wafat Abdullah Nashih Ulwan .............................................................. 64

xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN
TENTANG PENDIDIKAN SEKS
A. Pendidikan Seks Dalam Pandangan Al-Qur’an ........................................ 66
B. Analisis Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan Tentang Pendidikan Seks ... 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................107
B. Saran- saran ............................................................................................108

C. Penutup ...................................................................................................109
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan memiliki beberapa aspek. Pendidikan seks, salah satu aspek
pendidikan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Permasalah seks
mempunyai banyak pembahasan. Banyak pembahasan yang dapat diambil dari
tema tersebut. Seksolog, psikolog, dokter serta masyarakatpun sudah tidak
canggung lagi untuk membicarakan hal yang bersangkutan tentang seks.
Fenomena ini hadir dikarenakan bahwa seks merupakan sebuah hal yang penting,
yaitu sebagai kebutuhan biologis manusia. Tanpa belajarpun manusia akan
mengerti tentang seks, yaitu tujuannya untuk reproduksi, mempertahankan
keberadaan manusia dan keturunan agar tetap berkelanjutan. Tetapi seks sering

kali mendapat kecaman apabila mengangkat pembahasannya dalam masyarakat
umum. Banyak pihak yang tidak sepakat jika seks dibicarakan dalam masyarakat
umum. Mereka memandang bahwa seks merupakan urusan rumah tangga,
bahkan lebih sempit seks merupakan urusan kamar. Sehingga dikatakan tabu,
tidak sopan, jorok, melanggar norma dan etika sosial bagi orang yang
membicarakan seks di masyarakat umum.1
Sejarah manusia yang berhubungan dengan kehidupan seks di abadikan
dalam al Qur'an di antaranya riwayat Nabi Yusuf as. Yusuf adalah seorang pria
Michel Faucault, “Histoire De La Seksualite 1: La Volonte De Savior”, terj. Rahayu S
Hidayat, Seks Dan Kekuasaan Sejarah Seksualitas, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1997), h. 2.
1

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

yang tampan rupawan. Ia mengabdikan diri pada seorang pejabat tinggi di
kerajaan Mesir. Istri pejabat tinggi yang bernama Zulaikha itu tergila-gila melihat

ketampanan Yusuf. Pada sebuah kesempatan, dirayunya Yusuf untuk melayani
nafsu birahinya. Sebagaimana firman Allah dalam QS.Yusuf 23:

            
             

Artinya : Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya
menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan
dia menutup pintu pintu seraya berkata: “marilah kesini.” Yusuf
berkata: aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku (suami
Zulaikha) telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya
orang-orang yang dzalim tidak akan beruntung (QS.Yusuf 23).2
Yusuf yang lebih takut kepada Allah daripada majikannya itu jelas
menolak ajakan Zulaikha. Ketika meninggalkan kamar, baju belakang Yusuf
sempat ditarik Zulaikha hingga sobek. Pada saat itu, tepat di depan pintu muncul
tuannya. Zulaikha kemudian memfitnah Yusuf bahwa Yusuflah yang berusaha
memperkosanya. Walaupun sudah berargumen dengan menunjukkan baju
belakangnya yang sobek (suatu tanda bahwa Zulaikha yang menginginkan
perbuatan itu), Yusuf tetap dijebloskan ke dalam penjara. Kisah ini merupakan
contoh pengaruh nafsu seksual yang bisa membuat seseorang lupa diri dan

mencelakakan orang lain.

Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya Juz 1-30, (Surabaya: Mekar Surabaya,
2000), h. 351
2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Islam memandang pendidikan seks secara universal, pergaulan antara
laki-laki dan perempuan tidak terbatas pada satu lingkaran, tetapi dalam segala
lingkaran.3 Pergaulan dikategorikan sebagai salah satu unsur rohani yang perlu
diberikan, dan hendaknya anak dihindarkan bergaul dengan orang-orang yang
tidak

berakhlak,

karena


pergaulan

akan

berpengaruh

besar

terhadap

perkembangan jiwa, watak, dan fikiran anak.4
Menurut tokoh pendidikan nasional Arif Rahman Hakim, pendidikan seks
merupakan perlakuan proses sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan
masyarakat untuk menyampaikan proses perkelaminan menurut agama dan yang
sudah ditetapkan oleh masyarakat. Pendidikan seks bukanlah pendidikan tentang
how to do (bagaimana melakukan hubungan seks), atau hubungan seks aman,
tidak hamil dan lain sebagainya, tetapi pendidikan seks merupakan sebuah upaya
meningkatkan kerangka moralitas agama. Pendidikan seks tidak boleh
bertentangan dengan ajaran agama. Ketika seks terlepas dari kerangka moral
agama, maka kebobrokan moral kaum terpelajar justru akan semakin mewabah.

Namun kenyataannya masyarakat saat ini mempunyai anggapan bahwa anakanak tidak perlu diberikan pendidikan dan pembelajaan mengenai seks, karena
mereka beranggapan bahwa anak-anak setelah mereka remaja mereka akan tahu
dengan sendirinya. Orang tua merasa riskan untuk membicarakan dan
menyampaikan masalah seks kepada anak-anaknya. Selain itu para orang tua

3
4

M. Dja’far, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1989), h. 119.
Sayid Syabiq, Nilai-Nilai Islam, (Yogyakarta: Sumbangsih, 1988), h. 153.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

memang tidak mempunyai bekal atau pengetahuan tentang masalah seluk beluk
seks. Mungkin hal ini yang mengakibatkan pendidikan seks kurang mendapatkan
tempat dan perhatian di dalam pola pengasuhan anak. Bahkan sebagian orang
berpendapat, bahwa pengetahuan seks akan menambah jumlah penyimpangan
seksual.
Maraknya kekerasan seks di tempat umum terjadi karena pelaku tidak
bisa mengontrol rangsangan dan gairah seksual. Menurut Kepala Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Sugiri Syarief,
rangsangan ini bisa dikendalikan dengan cara-cara yang diajarkan dalam
pendidikan seks. Dari masa ke masa, gagasan untuk memberikan pendidikan seks
selalu menjadi perdebatan. Pihak yang menolak selalu mengaitkannya dengan
keterbukaan informasi tentang seks, yang dikhawatirkan justru memicu
pergaulan bebas dan bahkan tindak kekerasan seksual. Namun dalam kaitannya
dengan kasus pemerkosaan di tempat-tempat umum yang belakangan sedang
hangat dibicarakan, Syarief punya pandangan berbeda. Menurutnya, pendidikan
seks tetap dibutuhkan.5 Indonesia pernah melakukan penelitian tentang perilaku
seks bebas para remaja perkotaan. Dengan hasil bahwa, ketika informasi yang
diterima para remaja bukan yang transparan dan jelas, Maka kecenderungan para
remaja untuk melakukan seks bebas semakin tinggi. Karena ketidak-tahuannya
akan informasi seks yang baik dan benar dan semakin beragamnya sumber-

http://health.detik.com/read/2011/09/16/145059/1724201/763/pendidikan-seks-bisa-kurangikasus-perkosaan, diakses pada 12 Desember 2015.
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

sumber informasi seks yang tidak menjamin bahwa kecenderungan perilaku seks
remaja menurun. Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut, maka pemecahan
masalah yang relevan adalah keterbukaan dan transparansi dalam proses
pendidikan seks. Bukan saja pendidikan seks yang disampaikan melalui sekoah,
media massa, saluran komunikasi publik dan lain sebagainya akan tetapi yang
paling penting adalah pendidikan seks dari orang tua. Karena orang tua
merupakan agen sosialisasi yang paling utama sebelum para anaknya melakukan
sosialisasi dengan masyarakat lainnya dan peran orang tua sangat berpengaruh
dalam pembentukan pandangan moral tentang seks.6
Untuk menyelesaikan permasalahan seks pada generasi para remaja saat
ini, maka perlu dibutuhkannya tanggung jawab dari berbagai pihak dalam
pendidikan seks. Salah satu tokoh atau sarjana muslim yang telah banyak
membahas tentang pendidikan seks ialah Abdulah Nashih Ulwan beliau dikenal
sebagai sarjana yang banyak berkecimpung dalam menyampaikan pemikirannya
dalam dunia pendidikan islam. Pemikirannya yang begitu tajam dengan
analisisnya yang mendalam dari berbagai rujukan terutama sumber hukum islam,
patut untuk dikembangkan sampai sekarang.
Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka merupakan suatu alasan
yang mendasar. Penulis membahas permasalahan tersebut dalam penelitian yang
berjudul “Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan Tentang Pendidikan Seks.”

6

Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), cet. 16, h. 240.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian masalah latar belakang diatas, maka dapat diambil
permasalahan yang akan dikaji dalam skripsi ini adalah :
1.

Bagaimana pendidikan seks dalam pandangan Al-Qur’an ?

2.

Bagaimana pemikiran Abdullah Nashih Ulwan tentang pendidikan
seks ?

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka dapat diambil sebuah
tujuan penulisan skripsi ini adalah :
1.

Untuk mendeskripsikan pendidikan seks dalam pandangan AlQur’an.

2.

Untuk mendeskripsikan pemikiran Abdullah Nashih Ulwan tentang
pendidikan seks.

D. MANFAAT PENELITIAN
1.

Secara Teoritis
a.

Diharapkan dapat menambah sebuah wawasan atau pemikiran wacana
tentang pendidikan seks.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

b.

Dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah bahan referensi
dalam mengadakan penelitian yang berkaitan dengan pendidikan.

c.

Subjektif hasil karya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangsih atau menjadi pertimbangan terhadap perkembangan ilmu
pendidikan islam dan lebih tepatnya pada aspek pendidikan seks.

2.

Secara Praktis
a.

Memberikan masukan kepada orang tua, pengajar dan pendidik dalam
memberikan pendidikan seks yang telah ditetapkan Islam untuk
mengatur perilaku seks pada anak didik.

b.

Memberikan pengetahuan dan penerangan tentang masalah-masalah
seksual pada anak didik sejak usia dini sampai dewasa.

E. PENELITIAN TERDAHULU
Setelah melakukan pencarian tentang pembahasan pendidikan seks, maka
penulis menemukan beberapa skripsi yang mempunyai kesamaan atau relevansi
pembahasan dengan skripsi yang akan dilakukan oleh penulis, adapun skripsi
terbut diantaranya adalah :
Skripsi yang ditulis oleh Khoirul Anam Muawwan, mahasiswa jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun 2014 yang berjudul “Hubungan Konsep
Pendidikan Seks dan Pembentukan Akhlak Remaja Perspektif Al-Quran”, dalam

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

skripsi ini memberikan sebuah hasil penelitian yang mennunjukkan bahwa antara
pendidikan seks remaja dan pembentukan akhlak remaja dalam al-Quran
ditemukan adanya suatu hubungan. Pendidikan seks remaja betujuan mengatur
umat islam khususnya seorang remaja memahami aspek-aspek seksual dan
syahwat agar tidak terjadi perbuatan yang tercela melalui batasan-batasan yang
dapat mencegah terjadinya hal tersebut. Di dalam agama Islam, pendidikan seks
termasuk bagian pendidikan akhlak, sedangkan pendidikan akhlak merupakan
bagian dari pendidikan Islam. Oleh karena itu pendidikan seks menurut Islam
harus sesuai dengan tujuan Islam. Sedangkan tujuan pendidikan Islam adalah
pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang
yang bermoral, laki-laki maupun perempuan, jiwa yang bersih, kemauan keras,
cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan
pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia, tahu membedakan mana yang
buruk dengan baik, dan mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka
lakukan. Al-Quran banyak yang menjelaskan tentang pendidikan seks dan
pembentukan akhlak. Kalau dikaitkan dengan kontek kekinian, dengan adanya
aturan agama tentang hal ini, sangat sesuai dengan etika manusia dalam
pergaulannya. Mengingat banyak permasalahan yang terjadi di kalangan remaja,
konsep pendidikan dan pembentukan akhlak remaja yang ada di dalam al-Quran
perlu untuk ditekankan lebih mendalam guna sebagai pengatur hubungan yang
baik sesama manusia serta Tuhannya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Skripsi berikutnya ditulis oleh Anita Eka Hasiani, mahasiswi jurusan
Psikologi Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
tahun 2013 yang berjudul “Pengetahuan Orang Tua Tentang Pendidikan Seksual
Remaja Autis”, yang didalamnya membahas sejauh mana pengetahuan orangtua
tentang pendidikan seksual remaja autis dan memahami upaya dan pengarahan
yang dilakukan oleh orang tua apabila terjadi dorongan dan perilaku seksual pada
remaja autis. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus ( case study )
adalah suatu kasus yang menyelidiki suatu gejala dalam latar kehidupan nyata.
Pendekatan kualitatif ini memberikan gambaran yang empiris tentang
pengetahauan orangtua tentang pendidikan seks remaja autis.Subjek penelitian
berjumlah dua orang yaitu orangtua remaja autis. Selain itu significant other dari
kerabat dekat. Hasil temuan penulisan ini menunjukkan bahwa pengetahuan
orangtua dalam memahami pendidikan seksual masih di anggap tabu untuk
dibicarakan, adanya keterbatasan komunikasi antara orangtua dengan anak
membuat anak cenderung tertutup dengan orangtua, adanya pembatasan media
agar perilaku seksual pada anak bisa dikendalikan oleh orangtua. Hasil temuan
lain menunjukkan adanya dampak negatif pada anak yang mempunyai keinginan
untuk cepat nikah agar hasrat seksualnya terpenuhi.
Skripsi berikutnya ditulis oleh Siti Fanita, mahasiswi jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
tahun 2013 yang berjudul “Pola Komunikasi Antara Guru Bimbingan Konseling
Dan Murid Tentang Pendidikan Seks Di Smp Hang Tuah 2 Surabaya”, yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

menghasilkan beberapa poin hasil penelitian yaitu: 1. Ruang lingkup materi
pendidikan seks di sekolah SMP Hang Tuah 2 Surabaya merupakan pendidikan
seks awal antara lain. (ketaatan kepada tuhan, memperkenalkan pergaulan yang
sehat antara teman sebaya maupun diatasnya, memahami tentang pentingnya alat
reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan pada usia remaja, cara mengatasi
dorongan seksual, sikap positif terhadap seksualitas dan dampak dari hubungan
seks bebas). 2. Proses komunikasi antara guru bimbingan konseling dan murid
tentang pendidikan seks di SMP Hang Tuah 2 Surabaya terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu: (tahap persiapan, guru bimbingan konseling merancang rencana
layanan informasi bimbingan yang akan disampaikan kepada murid, tahap
pembentukan, guru bimbingan konseling biasa melakukan tahap pembentukan
dengan beberapa kegiatan dan metode bimbingan konseling klasikal tentang
pendidikan seks dan tahap evaluasi, memberikan penilaian terhadap murid). 3.
Pola komunikasi antara guru bimbingan konseling dan murid tentang pendidikan
seks di SMP Hang Tuah 2 Surabaya, yaitu: (pola komunikasi satu arah, pola
komunikasi dua arah dan pola komunikasi banyak arah). 4. Komunikasi verbal
dan nonverbal yang digunakan guru bimbingan konseling kepada murid tentang
pendidikan seks di SMP Hang Tuah 2 Surabaya adalah: (komunikasi verbal:
menggunakan bahasa gaul seperti no sex, galau, putus cinta dan woles. Tidak
menyebutkan kata-kata alat konstrasepsi dan penjelasan tentang cara penggunaan
kondom dan komunikasi nonverbal: Memperhatikan sorot mata, menatap wajah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

murid ketika berbicara dan menggerakkan babadan lebih dekat kepada murid
serta menjaga penampilan).
Dari tema dan objek pembahasannya, hasil penelusuran skripsi diatas
memiliki kajian atau pembahasan yang sama yakni terkait dengan pendidikan
seks. Tentang materi maupun hubungannya dengan pembentukan akidah bagi
anak. Namun pada penulisan skripsi ini, penulis lebih menitik beratkan dan
memfokuskan pengkajian pendidikan seks berlandaskan pada pemikiran
Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya yang berjudul “ Pendidikan Anak Dalam
Islam”.
F. DEFINISI OPERASIONAL
Demi mempermudah dalam memahami judul skripsi (Pemikiran
Abdullah Nashih Ulwan Tentang Pendidikan Seks) dan mengetahui arah dan
tujuan pembahasan skiripsi ini, maka berikut ini penulis akan paparkan definisi
operasional sebagai berikut:
1.

Pemikiran : Pemikiran dari kata pikir yang berarti akal budi; ingatan;
angan-angan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pemikiran
merupakan proses, cara, perbuatan memikir.7 Sedangkan pengertian
lainnya pemikiran adalah aksi (act) yang menyebabkan pikiran
mendapatkan pengertian baru dengan perantara hal yang sudah diketahui.
Yang beraksi dalam pemikiran, bukan hanya pikiran atau akal budi saja

7

http://kbbi.web.id/pikir, diakses pada 12 Desember 2015.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

tetapi sesungguhnya manusia secara keseluruhan. Proses pemikiran
adalah suatu pergerakan mental dari satu hal menuju hal lain, dari
proposisi satu ke proposisi ke proposisi lainnya dari apa yang sudah
diketahui ke hal yang yang belum diketahui.8
2.

Abdullah Nashih Ulwan : Abdullah Nashih Ulwan adalah seorang
ulama, faqih, da’i, dan pendidik. Beliau dilahirkan di Desa Qadhi Askar
di kota Halab, Suriah pada tahun 1347 H/1928 M, di sebuah keluarga
yang taat beragama, yang sudah terkenal dengan ketaqwaan dan
keshalehannya. Nasabnya sampai kepada Al-Husain bin Ali bin Abi
Thalib. Beliau mendapatkan gelar doktor dalam bidang fikih dan dakwah
dan beliau meninggal dunia pada hari sabtu, 5 Muharram 1398 H/ 29
Agustus 1987 M di Jeddah.9

3.

Pendidikan Seks : Dalam arti umum pendidikan seks dapat diartikan
sebagai salah satu cara untuk mengurangi penyalahgunaan seks.
Khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak
diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular
seksual, depresi10. Sedangkan jika dilihat dalam sudut pandang keislaman
maka pendidikan seks adalah masalah mengajarkan, memberi pengertian,
dan menjelaskan masalah-masalah yang menyangkut seks, naluri, dan

8
https://communicationdomain.wordpress.com/2010/12/18/pemikiran/, diakses pada 12
Desember 2015.
9
Dr. Abdulah Nashih Ulwan, “Tarbiyatul Aulad fil Islam” terj Arif Rahman Hakim dan
Abdul Halim, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Solo : Insan Kamil, 2012), cet. 1, h. 905.
10
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, ... h. 234.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

perkawinan kepada anak sejak akalnya mulai tumbuh dan siap memahami
hal-hal di atas. Dengan demikian, ketika anak mecapai usia remaja dan
dapat memahami persoalan hidup, ia mengetahui mana yang halal dan
yang haram, bahkan tingkah laku Islam yang luhur menjadi adat dan
tradisi bagi anak tersebut. Ia tidak mengikuti kehendak syahwat, hawa
nafsu, dan tidak menempuh jalan yang sesat.11 Jadi pengertian diatas
relatif sama hanya saja dalam pengertian sudut pandang islam dalam
pendidikan seks membubuhkan muatan agama dalam penyajiannya. Jadi,
Pengertian pendidikan seks adalah salah satu bentuk pengenalan fungsi
seks dan organ-organ seksual untuk menjamin kesehatan dan fungsi seks
yang normal. Pemahaman yang berbeda terhadap arti pendidikan seks
membuat orang salah mengartikan kata pendidikan seks sebagai sesuatu
yang jorok dan hanya mengajarkan hubungan kelamin antara laki-laki dan
perempuan. Padahal, pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan
secara

keseluruhan,

sehingga

pengertian

pendidikan

seks

erat

hubungannya dengan pendidikan pada umumnya.
G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan yaitu rangkaian pembahasan yang tercakup
dalam isi skripsi ini, dimana yang satu dengan yang lain saling berkaitan sebagai
satu kesatuan yang utuh, yang merupakan urutan-uruatan tiap bab.
Dr. Abdullah Nashih Ulwan & Dr. Hassan Hathout, Pendidikan Seks (Pendidikan Anak
Menurut Islam), (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1996), cet . 2, h. 1.
11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Bab Pertama, bab ini akan dijelaskan tentang substansi dan esensi
global dari seluruh materi, yang mana pembahasan materi yang ada dalam karya
ilmiah (skripsi) ini mewakili secara global pada bab-bab yang lainnya. Dalam
penulisan karya ilmiah (skripsi) ini merupakan satu kesatuan yang saling
melengkapi sehingga saling berhubungan antara bab yang satu dengan bab yang
lainya. Bahasan pada bab ini yaitu memuat latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional,
dan sistematika pembahasan.
Bab Dua, memuat kajian teori mengenai definisi pendidikan seks dan
remaja secara umum. menjelaskan tentang pengertian pendidikan, seks dan
pendidikan seks, pengertian pendidikan seks menurut para ahli, dasar pendidikan
seks, tujuan, materi pendidikan seks, strategi, tempat pendidikan seks, persoalan
seks pada remaja dan arti penting pendidikan seks.
Bab Tiga, memuat rincian dan penjelasan metode-metode yang akan
penulis gunakan dalam pembuatan skripsi ini.
Bab Empat, memuat biografi dan karya Abdullah Nashih Ulwan. Bab ini
menjelaskan biografi serta karya dari Abdullah Nashih Ulwan secara rinci.
Bab Lima, Berisi tentang pemikiran beliau mengenai pendidikan seks
yang meliputi aspek etika meminta izin, etika melihat, menghindarkan anak dari
rangsangan-rangsangan seksual, pernikahan dan hubungan seksual, isti’faf
(menjaga kehormatan diri) bagi yang belum mampu menikah, serta menjelaskan
masalah seksual kepada anak secara terbuka. Serta memuat analisa penulis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

mengenai korelasi pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dengan al-quran dan
analisa pemikiran Abdullah Nashih Ulwan mengenai pendidikan seks.
Bab Enam, memuat uraian kesimpulan hasil skripsi beserta saran dan
penutup.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN SEKS
Secara etimologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
”pendidikan” berasal dari kata “didik” yang berarti proses pengubah tingkah laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan melalui pengajaran
dan pelatihan.1 “Pendidikan sering diterjemahkan dengan paedagogi. Pada
Yunani kuno seorang remaja yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang
pelayan; pelayan tersebut biasa disebut paedagogos, penuntun remaja.”2
“Dengan demikian istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani,
yaitu paedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada remaja. Istilah
ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan kata education yang
berarti pengembangan atau bimbingan.”3
Dalam bahasa Arab istilah ini dikenal dengan kata tarbiyah, dengan kata
kerja rabba-yurabbi- tarbiyatan yang berarti mengasuh, mendidik dan
memelihara.”4 Menurut An-Nahlawi, kata tarbiyah ditemukan dalam tiga akar
kata yaitu: pertama, raba-yarbu yang artinya bertambah dan tumbuh. Kedua,
rabiya-yarba’, dengan wazn (bentuk) khafiya-yakhfa, artinya menjadi besar.
http://kbbi.web.id/didik, diakses pada 25 Maret 2016.
Noeng Muhajir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Suatu Teori Pendidikan,
(Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993), h. 15.
3
Abdul Rahman Saleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2005), h. 2.
4
Ahmad Warson Al- Munawwir, Kamus Al- Munawwir Arab- Indonesia Terlengkap,
(Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997), h. 504.
1

2

16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Ketiga, rabba-yarubbu, dengan wazn (bentuk) madda-yamuddu, berarti
memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara.5
Al-Baqy telah menginformasikan bahwa didalam al-Qur’an kata
“tarbiyah” dengan berbagai kata serumpun diulang sebanyak lebih dari 872
kali.”6 Kata tersebut berakar pada kata rabb. Kata ini sebagaimana dijelaskan
oleh Al-Ashfahany, pada mulanya berarti al-tarbiyah yaitu insya’ al-sya’i halan
ila halin ila had taman, yang artinya mengembangkan atau menumbuhkan
sesuatu setahap demi setahap sampai pada batas yang sempurna. 7
Secara terminologi, kata “pendidikan” dirumuskan oleh para pakar dalam
berbagai pengertian yang berbeda, Marimba memberi pengertian pendidikan
sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik mennuju terbentuknya kepribadian
yang utama.8 Definisi ini selanjutnya dinilai oleh Ahmad Tafsir sebagai definisi
yang belum mencakup semua yang kita kenal sebagai pendidikan. Pendidikan
oleh diri sendiri dan oleh lingkungan, tampak belum tercakup oleh batasan
pendidikan yang diberikan oleh Marimba tersebut. Namun demikian, Tafsir lebih
lanjut mengatakan bahwa pengertian mana yang akan diambil, boleh saja.9

5
Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip- Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, (Bandung:
CV Diponegoro, 1980), h. 31.
6
Muhammad Fuad Abdul Baqy, Al- Mu’jam Al- Mufahras li Alfaz Al- Qur’an Al- Karim,
(Beirut: Dar Al- Fikr, 1981), h. 285- 299.
7
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Nedia Pratama, 2005), h. 6.
8
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: PT Al- Ma’arif, 1998), h.
20.
9
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 23.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Adapun kata “seks” dalam bahasa Arab disebut al-jins, atau al-ittis}a>l al-

jinsi> dan pendidikan seks berarti al-tarbiyat al-jinsiyah. dalam Kamus Bahasa
Inggris berarti (1) perkelaminan; (2) jenis kelamin.10 Makna sama dijumpai
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu (1) jenis kelamin; (2) hal yang
berhubungan dengan alat kelamin, seperti senggama.11 Sedangkan menurut
Chaplin, seks adalah:
1.

Perbedaan yang khas antara perempuan dan laki-laki atau antara
organisme yang memproduksi telur dan sel sperma.

2.

Proses reproduksi, pengembangbiakan.

3.

Kesenangan atau organis yang berasosiasi dengan perangsangan terhadap
organ-organ kemaluan (alat kelamin).
Mereka yang tergolong sensitif dan berpikiran sempit terhadap makna

kata “seks” akan langsung menyimpulkan bahwa seks adalah hubungan intim
(intercouse) antara seorang laki-laki dan perempuan. Pengertian seks yang
sempit tersebut muncul karena pada mulanya hubungan intim adalah alat untuk
mendapatkan “kepuasan” dari hubungan jenis kelamin. Dari pengaruh tersebut,
maka pikiran orang apabila memahami seks lantas tertuju pada hubungan yang
menyangkut genetalitas dan organ seks semata.

John M. Echols dan Hassan Sadily, Kamus Inggris Indonesia An English Indonesia
Dictionary, (Jakarta: PT. Gramedia, 2000), h. 517.
11
http://kbbi.web.id/seks, diakses pada 25 Maret 2016.
10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Pandangan Islam terhadap seks sangat obyektif dan bijaksana. Islam tidak
menutup mata pada kenyataan bahwa seks merupakan kebutuhan hidup bagi
seluruh umat manusia. Islam tidak mengharuskan manusia menghindari seks
untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah, Islam sangat menghargai seks dan
tidak anti seks. Islam memiliki beberapa peraturan, pedoman, petunjuk, perintah
dan larangan mengenai hubungan seks antar manusia dengan tujuan manusia
mendapat manfaat, keuntungan, keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan
baik didunia maupun di akhirat. Oleh karena itu Islam mengatur semuanya
tentang seks dan penyalurannya secara tegas dan jelas tertuang dalam Al-Qur'an
dan Hadits.
Persoalan seks merupakan hal yang tabu, dan menjadi problema alamiah
yang dalam penyalurannya telah diatur dan diperhatikan dalam syari'at. Karena
jika remaja salah dalam menyalurkan naluri seksnya akan berakibat yang tidak
baik dalam kehidupannya. Dengan pemberian pengertian dan menjelaskan
masalah-masalah yang menyangkut seks, remaja akan mengerti dan tahu
bagaimana seharusnya dia menyalurkan naluri tersebut yang sesuai dengan
aturan-aturan yang diperbolehkan dalam syariat Islam.
Pendidikan seks diungkapkan oleh para ahli dalam berbagai variasi,
diantaranya: Menurut M. Bukhori, pendidikan seks adalah pendidikan yang
mempunyai obyek khusus dalam bidang perkelaminan secara menyeluruh.
Selanjutnya menurut Bukhori mengenai arti dari pendidikan seks ada berbagai
pendapat, antara lain:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

a.

Ilmu yang membahas mengenai perbedaan kelamin laki-laki dan
perempuan ditinjau dari sudut anatomi, fisiologi dan psikologi.

b.

Ilmu yang membahas tentang nafsu birahi.

c.

Ilmu yang membahas mengenai kelanjutan keturunan, procreation (hal
memperremajaan), perkembangbiakan manusia.

d.

Ilmu yang membahas tentang penyakit kelamin.

e.

Penerangan yang bertujuan untuk membimbing serta mengasuh setiap
laki-laki dan perempuan, sejak dari remaja-remaja sampai dewasa
didalam perihal pergaulan antar kelamin pada umumnya dan kehidupan
seksual khususnya.12
Menurut Abdullah Nashih Ulwan, pendidikan seks adalah upaya

pengajaran, penyadaran dan pemahaman tentang masalah-masalah seksual
kepada remaja, sejak ia mengenal masalah-masalah yang berkenaan dengan
naluri seks dan perkawinan. Sehingga ketika remaja telah tumbuh menjadi
seorang pemuda dan dapat memahami urusan-urusan kehidupan, ia telah
mengetahui apa saja yang diharamkan dan apa saja yang dihalalkan. Lebih jauh
lagi, ia bahkan mampu menerapkan tingkah laku Islami sebagai akhlak dan
kebiasaan hidup, serta tidak diperbudak syahwat dan tenggelam dalam gaya
hidup hedonis. 13

M. Bukhori, Islam dan Adab Seksual, (Solo: Amzah, 2001), h. 3.
Dr. Abdullah Nashih Ulwan & Dr. Hassan Hathout, Pendidikan Seks (Pendidikan Anak
Menurut Islam), ... cet . 2, h. 1
12

13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Menurt Utsman Ath-Thawill, pendidikan seks yaitu memberikan
pelajaran dan pengertian kepada remaja baik laki-laki maupun perempuan sejak
ia mulai memasuki usia baligh, serta beterus terang kepadanya tentang masalahmasalah yang berhubungan dengan seks, naluri dan perkawinan. Sehingga ketika
ia tumbuh menjadi remaja dan memahami masalah-masalah kehidupan, ia telah
mengerti akan hal-hal yang halal dan yang haram, dan ia akan senantiasa
bertingkah laku yang Islami, serta tidak akan memperturutkan hawa nafsu dan
tidak pula menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.14
Menurut Nina Surtiretna, pendidikan seks yaitu upaya memberikan
pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis dan psikososial sebagai
akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia. Pendidikan seks pada dasarnya
merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ
reproduksi dengan menanamkan moral, etika serta komitmen agar tidak terjadi
penyalahgunaan organ reproduksi tersebut. Dengan demikian, pendidikan seks
ini bisa juga disebut pendidikan kehidupan berkeluarga.15
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks
adalah upaya pengajaran, penyadaran, bimbingan dan penjelasan mengenai
masalah seksual agar manusia dapat melaksanakan fungsi seksualnya dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan ajaran islam.

14
Utsman Ath-Thawill, Ajaran Islam Tentang Fenomena Seksual, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2000), h. ix.
15
Nina Surtiretna, Remaja dan Problema Seks Tinjauan Islam dan Medis, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006), h. 2.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Pendidikan seks di sini diberikan secara utuh kepada remaja, tidak hanya
semata-mata pemberian pengetahuan tentang organ seksual dan fungsi serta
bagaimana arah efektif menunda kehamilan. Pendidikan ini ditekankan bagi
remaja memahami hukum islam dalam hal seksual. Dibutuhkannya pendidik
sebagai pemberi penjelasan kepada para remaja tentang pendidikan seks.
Pemberian pendidikan seks tersebut dapat menjadi dorongan akhlak pada diri
seorang remaja.16
Dalam agama Islam, pendidikan seks termasuk pendidikan akhlak.
Pendidikan akhlak merupakan bagian dari pendidikan Islam. Pendidikan seks
menurut Islam harus sesuai dengan tujuan Islam. Sedangkan tujuan pendidikan
Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan
peserta didik yang bermoral dan akhlak yang tinggi.17
Dengan mengetahui tujuan pendidikan Islam di atas, maka antara tujuan
pendidikan Islam dan tujuan pendidikan seks dapatlah dikatakan sama-sama
untuk merealisasikan pengabdian seorang hamba kepada Allah SWT. Hal ini
bertujuan untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Pendidikan
seks dapat menjadi sebuah upaya untuk menanamkan seks yang benar dan sesuai
fitrah manusia.

98
h. 103.

16

Fauzil Adzim, Mendidik Anak Menuju Taklif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h. 97-

17

Atiyah Al-Abrashy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam,(Jakarta: Bulan Bintang, 1970),

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

B. DASAR PENDIDIKAN SEKS
Al-Quran merupakan pedoman bagi umat Islam di dunia. Substansi ajaran
Islam (shari‘ah) sudah mengakomodir secara sempurna terhadap kehidupan
manusia dengan berbagai kompleksitasnya, termasuk perkara sensasi manusia.
Salah satunya yaitu keterangan mengenai pendidikan seks. guna membimbing
manusia terkait dengan seksual sebagai fitrah baginya, dan bagaimana
seharusnya manusia memanfaatkan fitrah tersebut menurut Islam. Demikian juga
agar manusia dapat menghindari seksual terlarang sekecil apapun, dan menutup
kemungkinan penyebab terjadinya seksual terlarang. Sehingga kesucian dan
kehormatan dirinya dan orang lain dapat terjaga dengan baik. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam QS.Al-Mu’minun 12-14:

              

          
           
Artinya : Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik (QS Al-Mu’minun 12-14).18
18

Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya Juz 1-30, .... h. 527

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Kemudian dalam firman Allah SWT dalam QS. An-Nur 30-31:

             

     

   

             

          
            

            

            
            
Artinya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya;
yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah
mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau puteraputera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak
yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (QS An-Nur
30-31).19
Dan dasar pendidikan seks selanjutnya dalam firman Allah SWT
dalam QS Al-Isra 32:

         
Artinya: dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk (QS
Al-Isra 32).20.
Ayat di atas dapat di simpulkan bahwa pendidikan seks pada dasarnya
merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ
reproduksi dengan menanamkan moral, etika, serta peraturan hukum agama agar
tidak terjadi penyalahgunaan alat reproduksi tersebut. Pendidikan seks juga tidak
hanya semata-mata mengajarkan tentang masalah bersenggama, fungsi-fungsi
organ dan kesehatannya saja melainkan disertai dengan penguatan agama,
tentang larangan yang telah diharamkan dalam hukum islam, dan aturan-aturan
yang telah ada agar tidak terjadinya perilaku penyimpangan seksual bagi para
remaja maupun umat muslim lainnya.
Pendidikan seks ini berusaha mengenal penciptaan manusia dari jenis
laki-laki dan perempuan dalam rangka saling mengenal menuju ketakwaan

19
20

Ibid ... h. 548
Ibid ... h. 429

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

kepada Allah. Pendidikan seks dapat memberikan pemahaman seseorang pada
lawan jenisnya, bahwa manusia (laki-laki dan perempuan) memiliki k