Metode Pendidikan Kepribadian Menurut Abdullah Nashih Ulwan - Test Repository

  

METODE PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MENURUT

ABDULLAH NASHIH ULWAN

S K R I P S I

  Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Disusun oleh

NUR FARIDA LUTFIYATI

111 10 116

  

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

201

  7

  

METODE PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MENURUT

ABDULLAH NASHIH ULWAN

S K R I P S I

  Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Disusun oleh

NUR FARIDA LUTFIYATI

111 10 116

  

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

201

  7

  MOTTO

  ۚ ٍخاَجَسَد ٌَْيِعْىا اُ٘ذُٗأ َِيِزهىاَٗ ٌُْنٍِْْ اٍَُْ٘آ َِيِزهىا ُ هاللَّ ِعَفْشَي شيِثَخ َُُ٘يََْعَذ اََِت ُ هاللََّٗ

  “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Mujadillah: 11)

  

طاْيى ٌٖعفّا طاْىا شيخ

  “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain” (al Hadits) vii

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1.

  Kedua orang tua saya yaitu, Ibu saya Siti Arofah dan bapak saya Sugeng Ahmad yang selalu melimpahkan kasih sayangnya serta mendo‟akan saya dalam setiap sujudnya.

  2. Suami saya Arif Maslah yang telah meluangkan banyak waktunya untuk membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

  3. Kedua anak saya, pertama Muhammad Kasyif Ubaidillah Alkafie dan anak kedua saya Muhammad Harun Khoirul Wafa yang selalu menjadi penyemangat saya dalam menyelesaikan studi ini.

  4. Keluarga saya khususnya kakak saya Muhammad Syukron Effendi beserta

keluarga yang selalu mendukung saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

  5. Bulek Siti Zubaedah yang selalu menjadi ibu kedua saya beserta keluarga.

  6. Bulek Muayyadah dan Mbak Imroatul Chosiah yang membantu saya dalam pekerjaan rumah khususnya selama menyelesaikan tugas akhir ini.

  viii KATA PENGANTAR Asslamu

  ‟alaikum Wr. Wb Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

  Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi M.Pd Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

  4. Bapak Muh Hafidz sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  Dan semua pihak yang telah memotivasi dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau

  

DAFTAR ISI

SAMPUL……………………………………………………………. i

HALAMAN BERLOGO…………………………………………… ii

HALAMAN JUDUL………………………………………………. iii

PERSETUJUAN PEMBIM

  BING…………………………………... i PENGESAHAN KELULUSAN………………………………….. v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………………………... vi

MOTTO…………………………………………………………... vii

PERSEMBAHAN………………………………………………... viii

KATA PENGANTAR……………………………………………. ix

DAFTAR ISI……………………………………………………… xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………… 1 B. Rumusan Masalah………………………………………. 5 C. Tujuan Penelitian……………………………………….. 6 D. Manfaat Hasil Penelitian………………………………... 6 E. Penegasan Istilah………………………………………... 7 F. Metode Penelitian………………………………………. 14 G. Sistematika Penulisan…………………………………... 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENDIDIKAN 1. Pengertian Pendidikan……………………………… 18 2. Dasar Pendidikan…………………………………… 20 3. Tujuan Pendidikan………………………………….. 23

4. Metode Pendidikan Dalam Islam…………………… 25 B.

  KEPRIBADIAN 1.

  Pengertian Kepribadian…………………………….. 29 2. Ciri-ciri Kepribadian Yang Teguh…………………. 30 3. Metode Meraih Pribadi Yang Baik…………………. 32 4. Faktor Pembentuk Kepribadian…………………….. 35 5. Prinsip Kependirian Yang Baik…………………….. 41

  BAB III GAMBARAN UMUM ABDULLAH NASHIH ULWAN A. Riwayat Hidup…………………………………………. 44 B. Karya-karya Abdullah Nashih Ulwan…………………. 45 C. Deskripsi Kitab Tarbiyatul Aulad…………………….... 46 BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISA DATA A. Konsep Pendidikan Kepribadian Secara Umum……….. 50 1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kperibadian....... 50 2. Hubungan Kepribadian DEngan Kebudayaan……… 53 3. Hubungan Kepribadian Dengan Keragaman Individu 55 4. Unsur-unsur Kepribadian…………………………… 56 5. Aneka Warna Kepribadian………………………….. 59 6. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian…………... 60 7. Tanggung Jawab Pendidikan Kepribadian………….. 61 B. Metode Pendidikan Kepribadian Menurut Nashih Ulwan. 74 1. Pendidikan Kepribadian Dengan keteladanan……… 78 2. Pendidikan Kepribadian Dengan Adat Kebiasaan….. 81 3. Pendidikan Kepribadian Dengan Nasihat…………... 83

4. Pendidikan Kepribadian Dengan Perhatian………… 85 5.

  Pendidikan Kepribadian Dengan Hukuman……….... 87

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………… 103 B. Saran…………………………………………………… 104

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang santun karena dalam Islam sangat

  menjunjung tinggi pentingnya etika, moral, dan akhlak mulia pada pribadi manusia. Kepribadian yang baik, dengan segala macam bentuk dan warnanya, sangat diperlukan setiap tempat dan waktu: dalam hubungan dengan Allah. Dengan hubungan sesama, dan dalam hubungan dengan masyarakat. Manusia semua mempunyai akhlak dan perilaku yang baik di dalam hidup, dan memperoleh ganjaran yang baik di akhirat kelak.

  Adapun pertanyaan bagaimana menerapkan perangai dan tingkah laku yang baik di dalam kehidupan sehari-hari, maka jawabanya adalah bahwa yang menjadi landasan kita dalam hal ini adalah akal (hikmah), yaitu dengan menggunakannya pada jalan yang benar; kemudian agama yaitu dengan berpegang teguh kepada ajaran-ajarannya; dan juga akhlak dan kesopanan.

  Imam Ali as berkata: “Akal adalah landasan yang paling kuat. Imam Ali as juga berkata: “Akal adalah kebaikan setiap orang.” Pada kesempatan lain, Imam Ali as juga berkata: “Agama dan kesopanan adalah buah dari akal” (Mustofa, 1991:406).

  Seandainya dalam semua segi, setiap orang sama seperti kebanyakan atau bahkan semua orang lain, kita bisa tahu apa yang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan pengalaman diri kita sendiri. Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di kampus, sejawat di kantor tetangga atau bahkan dengan suami/istri dan anak- anak dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar batas yang dilakukan oleh seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh dan masih banyak lagi.

  Memang manusia didunia diciptakan beragam bentuk, sifat, watak dan tingkah lakunya. Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik, maka sukar sekali dibuat gambaran yang umum tentang kepribadian. Kami mencoba mengenal seseorang dengan mengetahui struktur kepribadiannya. Struktur kepribadian ini dapat diketahui melalui pemeriksaan terhadap sejarah hidup, cita-cita, dan persoalan-persoalan yang dihadapi seseorang.

  Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain.kita harus memahami defenisi dari kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita membutuhkan teori-teori tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian agar tembentuk suatu kepribadian yang baik. Sehingga gangguan- gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari.

  Secara faktual, kegiatan pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia (Siwoyo, 2008:1). Sederhananya menyoal perihal pendidikan tentu juga tidak akan pernah lepas pembahasannya mengenai manusia. Keduanya merupakan dua entitas yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga untuk berikhtiar dalam perenungan atau pemikiran atas pendidikan membutuhkan pemahaman yang utuh dan komprehensif tentang hakekat manusia.

  Upaya yang dilakukan para pemikir untuk menerjemahkan atas hakikat manusia sudah berlangsung sejak berabad-abad lamanya. Pembahasan manusia seolah tak pernah habis dan mungkin tak akan pernah habis atas berbagai kajian yang dilakukan terhadapanya. Para pemikir yang berkontemplasi pada kajian mengenai manusia, bisa kita jumpai melalui salah satu disiplin ilmu yang bernama psikologi. Mempelajari psikologi berarti usaha untuk mengenal manusia dan tentu kita berusaha mengetahui aspek- aspek kepribadian (Sobur, 2011:19).

  Ada berbagai rumusan yang sudah ditelurkan oleh berbagai ahli pikir tentang manusia. Antara pemikir yang satu dengan yang lainnnya atau aliran satu dengan yang lainnya memiliki ketidaksamaan. Perbedaan ini disebabkan kajian yang digelutinya masing-masing. Sebut saja para penganut teori psikoanalisis yang mengatakan bahwa manusia sebagai homo valens (manusia berkeinginan), para penganut teori behaviorisme yang menyebutkan bahwa manusia sebagai homo mechanicus / manusia mesin dan para penganut teori humanisme yang menyatakan bahwa manusia sebagai homo ludens / manusia bermaian (Yusuf dan Nurihsan, 2011:21-23).

  Memang pada dasarnya berbicara tentang hakikat manusia membicarakan tentang pokok soal yang bersifat radikal yaitu berusaha menemukan akar pengertian tentang manusia yang mungkin saja melewati batas-batas pengertian yang hanya menekankan pada salah satu aspek kehidupan, seperti yang terdapat dalam kajian berbagai ilmu diatas. Hal senada juga diungkapkan oleh Hadari Nawawi, seperti yang dikutip oleh Sokip, bahwa berfikir tentang manusia itu tidak dapat sekedar disandarkan pada gejala-gejala atau fakta-fakta yang tampak atau yang dapat ditangkap oleh panca indera (Qomar, 2003:128). Ha ini, bisa di maknai sebagai “sirine”, bahwa manusia juga merupakan makhluk yang serba terbatas. Dan dengan adanya keterbatasan itulah yang mengharuskan manusia untuk selalu senantiasa meminta pertolongan kepada Allah SWT.

  Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Allah yang paling sempurna diantara makhluk lainnya (Ali, 2008:14). Oleh sebab itu, karena kesempurnaan yang dimiliki manusia, ia diberi amanat oleh Allah untuk mengemban tugas ganda, yaitu sebagai khalifah (wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khlmifah memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran dimuka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya mengolah serta medayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya) dan

  

abdullah ( orang yang taat dan patuh kepada Allah. Hakikat kehambaan

  kepada Allah adalah ketaatan. Ketundukan dan kepatuhan. Ketaatan, ketudukan dan kepatuhan manusia itu hanya layak diberikan kepada Allah. Dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia menempati posisi sebagai ciptaan dan Tuhan sebagai pencipta. Konsekuensi manusia sebagai hamba Allah, dia harus senantiasa beribadah hanya kepadaNya.

  Pengingkaran manusia dalam penghambaan diri kepada Allah akan mengakibatkan dia menghamba kepada dirinya, menghamba kepada hawa nafsunya atau menghamba kepada sesama makhluk Allah. Beberapa hal tersebut disebut perbuatan syirik, dimana dosa tersebut meruapak dosa yang paling besar). Kelebihan manusia dari makhluk lainnya disebutkan oleh Allah dalam QS.At-Tin ayat 4, sebagai berikut :

  ٌي٘قذ ِغحا يف ُا غّلاا اْقيخ ذقى

  Artinya : "Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-

  baiknya" (QS. At Tin: 4)

  Salah satu instrumen yang dibutuhkan oleh manusia untuk tetap mempertahankan eksitensinya atas tugas yang diemban tersebut salah satunya dengan melalui pendidikan. Karena pada hakiaktnya pendidikan berfungsi sebagai usaha untuk mengembangkan potensi individu dan sekaligus usaha untuk mewariskan nilai-nilai budaya, maka pendidikan juga menyangkut pembentukan kepribadian.

  Pendidikan berkaitan dengan usaha untuk mengubah sikap dan tingkah laku. Sedangkan kepribadian berhubungan dengan pola tingkah laku (Jalaludin dan Abdulllah, 2012:190). Senada dengan itu, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam mengenai terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Ada 3 (tiga) unsur yang mendukung tegaknya Pendidikan Islam,

  pertama harus ada usaha yang berupa bimbingan bagi pengembangan potensi

  jasmani dan rohani secara berimbang. Kedua, usaha tersebut berdasarkan atas ajaran Islam. Ketiga, usaha tersebut bertujuan agar dididik pada akhirnya memiliki kepribadian utama menurut ukuran Islam / kepribadian muslim (Munarji, 2004:6-7).

  Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti akan melakukan penelitian dengan judul: METODE PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MENURUT ABDULLAH NASHIH ULWAN.

B. Rumusan Masalah

  Mengacu pada latar belakang masalah secara definitif masalah yang penulis teliti dapat dirumuskan, sebagai berikut :

1. Bagaimana metode pendidikan kepribadian menurut Abdullah Nashih

  Ulwan? 2. Masihkah relevan metode tersebut untuk digunakan saat ini?

C. Tujuan Penelitian

  Setiap kegiatan atau aktifitas pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai untuk memberi arah pada penelitian supaya dapat berjalan lancar.

  Tujuan penelitian merupakan target yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian. Sesuai dengan pokok permasalahan tersebut, maka peneliti ini bertujuan untuk: 1.

  Mengetahui pentingnya pendidikan kepribadian.

2. Mengetahui metode pendidikan kepribadian menurut Abdullah Nashih Ulwan dan relevansinya.

D. Manfaat Hasil Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang pendidikan kepribadian. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun secara teoritik, yaitu : 1.

  Secara Praktis, Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dan khasanah kepustakaan Islam serta memberikan informasi tentang khasanah pengetahuan proses dan metode pembentukan kepribadian dalam Islam menurut perspektif Abdullah Nashih Ulwan.

2. Secara Teoritik a.

  Bagi Penulis Penulis sangat berharap dapat membantu umat muslim membangun kembali tradisi akademis/ilmiah yang dinamis dan objektif. b.

  Bagi Lembaga Hasil penulisan skripsi ini diharapkan dapat bemanfaat bagi para mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Program Studi

  Pendidikan Agama Islam di kampus Institut Agama Islam Negeri Salatiga khususnya, dan umumnya bagi siapa saja yang mencintai keilmuan. Pendidikan yang memandang faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berkontribusi besar dalam membangun kepribadian.

E. Kajian Pustaka

  Sebenarnya penelitian masalah pendidikan anak sudah banyak penulis yang tertarik untuk menelitinya. seperti halnya konsep pendidikan yang disajikan oleh Abdullah Nashih Ulwan yang menjadi fokus penelitian penulis. Diantara para peneliti sebelumnya, antara lain:

1. MARINAH, (STAIN SALATIGA). Skripsi tahun 2000, dengan judul

  KONSEP PENDIDIKAN ANAK MENURUT ABDULLAH NASHIH ULWAN (Perspektif psikologi madzab ketiga). Di dalam tulisannya ia membahas pendidikan anak menurut Ulwan yang dikomparasikan dengan psikologi madzab ketiga yang dipelopori oleh Maslow. Adapun kesimpulan dari penelitiannya adalah: a.

  Konsep pendidikan yang diuraikan Abdullah Nashih Ulwan sejalan dengan konsep yang diuraikan oleh Abraham Maslow atau psikologi madzab ketiga tentang pemberikan kebebasan kepada anak didik. b.

  Perbedaan yang nampak dari kedua tokoh tersebut ada pada dimensi latar belakang kehidupan. Ulwan bercorak religius atau tauhid, sedangkan Maslow bercorak humanistik.

2. SRI INDARTI, (STAIN SALATIGA). Skripsi tahun 2003 dengan judul:

  PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM (Studi Komparasi Dr. Abdullah Nashih Ulwan dan Prof. Dr. Zakiah Daradjat). Dari komparasi kedua tokoh tersebut diambil kesimpulan sebagai berikut : a.

  Bahwa pendidikan merupakan upaya atau proses pembentukan akhlak pada diri manusia untuk mendekatkan diri pada Allah dengan berbagai metode pendekatan yang pada akhirnya berorientasi pada pencapaian kebahagiaan dunia dan akhirat.

  b.

  Ulwan menggunakan pendekatan teologis integral, artinya selain dengan pendekatan agama, Ulwan juga menyarankan untuk mengikuti teladan rasul. Sedangkan Zakiah menggunakan pendekatan teologis dipadu psikologis, sesuai keahliannya sebagai ahli psikoterapi, Zakiah berharap pendidikan dapat tercapai dengan baik apabila mendekatkan diri pada Sang Pencipta dan terapi sosialnya.

  Kedua penelitian itu keduanya sama-sama memfokuskan pada pendidikan setelah anak mencapai umur untuk dididik dan bersifat umum. Oleh karena itu, penulis kali ini akan membahas konsep pendidikan tanggung jawab

  • – tanggung jawab pendidikan, metode-metode pendidikan serta kaidah-kaidah dasar dalam mendidik anak, akan memfokuskan pembahasan mengenai pendidikan
keprbadian yang terkandung dalam kitab tarbiyatul aulad karangan Nashih Ulwan.

F. Penegasan Istilah

  Menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, perlu penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel penelitian. Istilah yang perlu penjelasan sebagai berikut :

1. Pendidikan

  Pengertian pendidikan secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu padegogik artinya ilmu menuntun anak. Sedangkan Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (1989:23). Dari beberapa pengertian menurut beberapa pakar, maka penulis menyimpulkan, bahwa pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan baik untuk dirinya sendiri ataupun orang lain guna menuju kesempurnaan dalam rangka mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, kecerdasan, kepribadian mulia, keterampilan serta berkembang ke arah kedewasaan jasmani dan rohani sehingga terbentuk kepribadian yang berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBIberasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan

  (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.

  Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

  Pendidik secara terminology yang dipaparkan mempunyai beberapa makna, di antara lain (Ramayulis, 2008:57-58): a.

  Moh. Fadhil al Djamil menyebutkan, bahwa pendidik adalah orang yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baiksehingga terangkat derajat kemanusiaanya sesuai dengan dimiliki manusia.

  b.

  Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul pertangung jawaban sebagai pendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan peserta didik. (Al-Jamali, tanpa tahun:74) c.

  Sutari Imam Barnabib (1993:61) mengemukakan, bahwa pendidik adalah setiap orang yang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan peserta didik.

  d.

  Zakiah Daradjat berpendapat bahwa pendidik adalah individu yang akan memenuhi kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkah laku peserta didik. (1987:19). e.

  Ahmad Tafsir (2013:18) mengatakan bahwa pendidk dalam islam sama dengan teori di barat, yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik.

  Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah upaya menuntun anak sejak lahir untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi alam beserta lingkungannya

2. Kepribadian

  Kepribadian secara etimologi merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “personality”. Sedangkan istilah personality secara etimologi beras al dari bahasa latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus).

  Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu.

  Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu.

  Pengertian secara terminologi menurut pendapat para ahli antara lain: (Yusuf, 2009:126) a.

  May mengartikan kepribadian sebagai “a social stimulus value”. Jadi menurutnya cara orang lain mereaksi, itulah kepribadian individu.

  Dalam kata lain, pendapat orang lain yang menentukan kepribadian individu itu. b.

  McDougal dan kawan-kawannya berpendapat, bahwa kepribadian adalah tingkatan sifat-sifat dimana biasanya sifat yang tinggi tingkatannya mempunyai pengaruh yang menentukan.

  c.

  Gordon W. allport mengemukakan, kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individul sebagai sistim psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

  “Kepribadian adalah suatu totalitas psikhophisis yang komleks dari individu, sehingga nampak di dalam tingkah lakunya yang unik (Sujanto, 2006:12). Kepribadian dapat juga diartikan sebagai kualitas prilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. Keunikan peyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut: a.

  Kerakter, yaitu kosenkuen tidaknya dalam mematuhi etika prilaku, konsisten atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.

  b.

  Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat lambatnya meraksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.

  c.

  Sikap, sambutan terhapa objek yang bersifat positif, negative atau ambivalen (ragu-ragu). d.

  Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilanreaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih atau putus asa.

  e.

  Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan unutk menerima resiko dari tindakan atau perbutan yang dilakukan.

  f.

  Sosialibilitas, yaitu disposisipribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Disposisi ini seperti tampak dalam sifat pribadi yang tertutup atau terbuka; dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. (Yusuf, 2009:128).

  Menurut penulis salah satu kata kunci dari defenisi kepribadian adalah penyesuaian. Penyesuaian itu dapat diartikan sebagai suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan emosional, frustasi dan konflik dan memelihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan lingkungan.

3. Abdullah Nashih Ulwan

  Abdullah Nashih Ulwan adalah seorang tokoh muslim, ia dilahirkan di kota Halab Suriah pada tahun 1928 tepatnya didaerah qodhi askar. Beliau mempunyai nama lengkap Al-Ustadz Syaikh Abdullah Nashih Ulwan. Abdullah Nashih Ulwan putra Syekh Ulwan yang pada umur 15 beliau sudah menghafal al-Qur'an dan menguasai ilmu Bahasa Arab dengan baik. Beliau sangat cemerlang dalam pelajaran dan selalu menjadi tumpuan rujukan teman-temannya di madrasah (Mustafti,

  2002:1). Beliau adalah orang yang pertama kali memperkenalkan mata pelajaran Tarbiyah Islamiyah sebagai pelajaran dasar di sekolah. Dan pada perkembangan selanjutnya, pelajaran Tarbiyah Islamiyah ini menjadi mata pelajaran wajib yang harus diambil murid-murid di sekolah menengah di seluruh Suriyah. Beliau aktif sebagai da‟i di sekolahsekolah dan masjid- masjid di daerah Halab.

  Abdullah Nashih Ulwan merupakan pemerhati masalah pendidikan terutama pendidikan anak dan dakwah Islam. Jenjang pendidikan yang dilaluinya yakni setelah beliau menyelesaikan Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, beliau melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkatan Atas di Halab juga pada tahun 1949. Jurusan Ilmu Syari‟ah dan Pengetahuan Alam. Kemudian melajutkan di Al-Azhar University (Mesir) mengambil Fakultas Ushuluddin, yang selesai pada tahun 1952 diselesaikan selama 4 tahun, dengan gelar sarjana. Dan melanjutkan S-2 pada perguruan tinggi lulus pada tahun 1954 dan menerima ijazah spesialis bidang pendidikan, setaraf dengan Master of Arts (MA).2 Pada tahun yang sama (1954) ia belum sempat meraih gelar doktor pada perguruan tinggi tersebut, karena diusir dari negeri Mesir karena ia seorang aktivis dalam organisasi ikhwanul musliminyang dikenal ajarannya radikal, yaitu tahun 1954, Ulwan aktif menjadi seorang da‟i.

  Pada tahun 1979 Abdullah Nashih Ulwan meninggalkan Suriah menuju ke Jordan, di sana beliau tetap menjalankan dakwahnya dan pada tahun 1980 beliau meninggalkan Jordan ke Jeddah Arab Saudi setelah mendapatkan tawaran sebagai dosen di Fakultas Pengajaran Islam di Universitas Abdul Aziz dan beliau menjadi dosen di sana. Beliau berhasil memperoleh ijazah Doktor di Universitas Al-Sand Pakistan pada tahun 1982 dengan desertasi “Fiqh Dakwah wa Daiyah”. Setelah pulang menghadiri pengkumpulan di Pakistan beliau merasa sakit di bagian dada, lalu dokter mengatakan bahwa ia mengalami penyakit di bagian hati dan paru-paru, lalu beliau dirawat di rumah sakit. Abdullah Nashih Ulwan meninggal pada tanggal 29 Agustus 1987 M bertempatan dengan tanggal

  5 Muharram 1408 H pada hari Sabtu jam 09.30 pagi di rumah sakit Universitas Malik Abdul Aziz Jeddah Arab Saudi dalam usia 59 tahun.

  Jenazahnya di di bawa ke Masjidil Haram untuk dishalati dan dikebumikan di Makkah (Ulwan, tanpa tahun.:542).

  Jadi judul “Pendidikan Kepribadian Dalam Perspektif Abdullah Nashih Ulwan” adalah proses pembentukan kepribadian itu tidak hanya di pengaruhi oleh satu faktor yang dominan saja misalnya, faktor lingkungan maupun keturunan (hereditas) saja, melainkan kedua faktor tersebut (lingkungan dan keturunan) sangat berpengaruh sekali demi pembentukan kepribadian yang bagus sesuai aturan Al-

  Qur‟an dan Al-Hadist. Dengan demikian, maksud dari judul skripsi ini adalah penulis berusaha mengkaji suatu konsep dari Abdullah Nashih Ulwan dalam hal perkembangan kepribadian (tingkah laku) yang prosesnya banyak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu antara faktor keturunan dan lingkungan sekitar. Kemudian dari konsep tersebut penulis berusaha akan memadukan dengan dasar-dasar pendidikan Islam yang disesuaikan terhadap pedoman Al- Qur‟an dan Al-Hadist, sehingga kita akan mengetahui dari segi kelemahan dan kelebihan dari teori dan/atau pandangan tersebut.

G. Metode Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian kepustakaan

  (library research) yaitu penelitian yang mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat dalam kepustakaan (Arikunto, 1995:332). Jenis penelitian ini sekedar membedakan dengan penelitian lapangan (field research).

  Penelitian ini juga disebut penelitian kualitatif oleh karena itu, metode yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan menggunakan teknik penulisan/pendekatan deskriptif. Hal ini dimaksudkan tidak untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto, 1995:310).

  2. Sumber Data Mengingat studi ini seluruhnya bersifat kepustakaan, sumber tersebut antara lain: a.

  Sumber Primer Yaitu sumber informasi langsung mempunyai wewenang dan bertanggung jawab terhadap pengumpulan dan penyimpanan data atau yang sering disebut dengan informasi tangan pertama. Dalam hal ini data primer yang dig unakan adalah Buku berjudul “Pendidikan Anak dalam Islam” terjemahan dari “Tarbiyatul Aulad fil Islam” karya Abdullah Nashih Ulwan, Jilid I dan II. Dan buku-buku tentang pendidikan kepribadian dari pengarang lain.

  b.

  Sumber Sekunder Yaitu data informasi yang secara tidak langsung mempunyai wewenang dan bertanggung jawab terhadap informasi yang ada padanya (M. Ali, 1987:42). Dalam hal ini adalah data-data yang bersumber pada penulis itu sendiri maupun karya-karya lain yang berkaitan dengan penelitian tersebut, berupa: buku, jurnal, makalah, artikel, internet dan sebagainya.

  3. Teknik Penggalian Data Data yang diperlukan dalam studi kepustakaan ini digali dari sumbernya melalui riset kepustakaan (library research) yaitu mempelajari dan menelaah secara mendalam kandungan karya dari Abdullah Nashih Ulwan, yang termuat dalam sumber primer. Di samping itu, peneliti juga mempelajari dan menelaah buku-buku dan tulisan-tulisan serta karya ilmiah lainnya yang terkait dengan pokok masalah yang diteliti. Kemudian data yang telah terhimpun di bahas dan di analisis.

  4. Pengumpulan dan Analisa Data Agar penelitian ini dapat terarah sistematis, maka penelitian ini dilakukan melalui langkah kerja metodologis, sebagai berikut: a.

  Melacak dan mengumpulkan data yang relevan dengan pemaknaan pendidikan kepribadian. Oleh karena itu, buku acuan yang dijadikan sumber penulisan bukan hanya terbatas pada tulisan Abdullah Nashih Ulwan saja, tetapi mencakup buku tentang pendidikan secara umum maupun menurut para ahli dan juga buku-buku psikologi.

  b.

  Memproses data yang terkumpul untuk diklasifikasikan berdasar kesamaan tema dan masalah, kemudian diberi tanda khusus untuk memudahkan pengeditan (editing), sekaligus disiapkan secara sistematis.

  c.

  Data yang selesai diolah, selanjutnya disusun secara sistematis berdasar kerangka penulisan.

  d.

H. Sistematika Penulisan

  Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa bagian pembahasan teoritis dan pembahasan empiris dari dua pokok pembahsan tersebut kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab. Adapun perinciannya, sebagai berikut :

  BAB I : PENDAHULUAN. Dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok-pokok pikiran yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut antara lain : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan.

  BAB II : KAJIAN PUSTAKA. Pada bab II ini penulis akan mengemukakan tinjauan teoritis tentang: Pertama, tinjauan tentang pendidikan meliputi pengertian pendidikan, tujuan pendidikan. Kedua, tinjauan tentang kepribadian yang meliputi tentang pengertian kepribadian, tujuan pembentukan kepribadian dan metode pembentukan kepribadian.

  BAB III : GAMBARAN UMUM ABDULLAH NASHIH ULWAN Bab ini berisi tentang riwayat hidup Abdullah Nashih Ulwan, karya-karya Abdullah Nashih Ulwan dan deskripsi singkat Kitab “Tarbiyatul Aulad Fil-Islam”.

  BAB IV : ANALISA DATA Dalam bab ini berisi tentang pembahasan: Pertama, metode pendidikan kepribadian menurut Abdullah Nashih Ulwan. Kedua, relevansi metode pendidikan kepribadian tersebut.

  BAB V : PENUTUP Meliputi tentang kesimpulan dan saran-saran yang menjadi akhir dari penulisan skripsi ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Dalam bahasa Indonesia, kata pendidikan berasal dari kata didik

  yang mendapat awalan pen dan akhiran an, sehingga menjadi pendidikan yang berarti perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik (Poerwadarminta, 1991:250). Istilah ini sepadan dengan education dalam bahasa Inggris. Jadi secara etimologi kata pendidikan, pengajaran (education atau teaching) menunjukkan pada suatu kegiatan atau proses yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain.

  Dalam mendefinisikan pendidikan kerap kali para para ahli berbeda satu dengan yang lain. Hal ini terjadi karena ada suatu ketergantungan si pemberi definisi dalam memahami atau menafsirkan konsep pendidikan itu sendiri. Akan tetapi seberapa banyak perbedaan dalam mendefinisikan pendidikan, penulis meyakini bahwa muaranya nanti akan tetap sama yaitu tentang proses penyempurnaan yang lebih baik.

  Adapun pendidikan menurut Purwanto adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan (1998:10). Sedang menurut Roqib, pendidikan adalah proses perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia (2009:15).

  Sedangkan Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (1989:23). Dari beberapa pengertian menurut beberapa pakar, maka

  18 penulis menyimpulkan, bahwa pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan baik untuk dirinya sendiri ataupun orang lain guna menuju kesempurnaan dalam rangka mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, kecerdasan, kepribadian mulia, keterampilan serta berkembang ke arah kedewasaan jasmani dan rohani sehingga terbentuk kepribadian yang berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

  Disisi lain, Marimba (1989:19) mengidentifikasikan unsur-unsur sebagai kegiatan kependidikan dalam lima unsur. Pertama, Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar. Kedua, Adanya pendidik atau pembimbing atau penolong. Ketiga, Ada yang dididik atau si terdidik. Keempat, Bimbingan itu mempunyai dasar atau tujuan. Kelima, Dalam usaha itu tentu ada alat yang dipergunakan.

  Dalam makna yang lebih luas, hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup itu sendiri. Apapun yang dilakukan manusia masuk dalam kategori pendidikan walaupun tidak semuanya bisa terdeteksi. Karena belajar sesungguhnya merupakan suatu aktivitas mental/psikis dalam interaksi dengan lingkungan yang perubahan- perubahannya tercermin dalam pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap (Roqib, 2009:121). Dan dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti prakteknya identik dengan sekolah, yaitu pengajaran formal dalam kondisi-kondisi yang diatur.

2. Dasar Pendidikan

  Dasar adalah landasan berpijak atau tegaknya sesuatu supaya menjadi kokoh berdiri. Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam menetapkan dasar bagi suatu aktifitas, manusia akan berpedoman kepada pandangan hidup dan hukum-hukum dasar yang dianut dalam kehidupannya. Dasar yang menjadi acuan pendidikan harus merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan pada aktifitas yang dicita-citakan. Dalam agama Islam sumber yang terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah.

  a.

  Al-Qur‟an Al- qur‟an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh malaikat jibril kepada nabi Muhammad saw. Yang terkandung ajaran-ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad (Djarajat, 2008:19). Al-

  Qur‟an merupakan sumber segala-galanya yang telah diberikan oleh Allah kepada umatnya agar senantiasa merujuk dan mencari segala permasalahan yang terjadi dalam dinamika kehidupannya. Al-Qur ‟an merupakan pedoman normatif dalam pelaksanaan pendidikan Islam. Kalam yang tertuang dalam Al-

  Qur‟an merupakan

  das solen yang harus diterjemahkan menjadi desain oleh ahli

  pendidikan menjadi suatu rumusan pendidikan Islam yang dapat menghantarkan pada tujuan pendidikan yang hakiki (Zubaedi, 2012:17).

  Atas begitu pentingnya pendidikan, di dalam Al- Qur‟an telah merekam atas kemuliaan orang yang berpendidikan (memiliki ilmu).

  اَرِإَٗ َويِق اَرِإ اٍَُْ٘آ َِيِزهىا اَُّٖيَأ اَي ٌُْنَى ُ هاللَّ ِحَغْفَي اُ٘حَغْفاَف ِظِىاَجََْىا يِف اُ٘حهغَفَذ ٌُْنَى

  ُهاللََّٗ اُٗضُشّْاَف اُٗضُشّْا َويِق ۚ ٍخاَجَسَد ٌَْيِعْىا اُ٘ذُٗأ َِيِزهىاَٗ ٌُْنٍِْْ اٍَُْ٘آ َِيِزهىا ُ هاللَّ ِعَفْشَي

  شيِثَخ َُُ٘يََْعَذ اََِت

  Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan

  kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang- orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha teliti apa

  . (QS. Al Mujadillah :11)

  yang kamu kerjakan b.

  As-sunnah

  Sunnah Rasulullah saw yang dijadikan landasan dalam pendidikan adalah berupa perkataan, perbuatan atau pengakuan Rasulullah saw dalam bentuk isyarat. Yang dimaksud dengan pengakuan dalam isyarat suatu perbuatan yang dilakukan oleh sahabat atau orang lain dan Rasulullah membiarkan saja dan perbuatan atau kegiatan serta kejadian itu terus berlangsung.

  Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa sunnah nabi menjadi landasan dan sumber kedua setelah Al- Qur‟an. Di dalam sunnah nabi juga berisi ajaran tentang aqidah, syariat dan kepribadian seperti Al- Qur‟an yang juga berkaitan dengan masalah pendidikan.

  Yang lebih penting lagi dalam sunnah adalah bahwa di dalamnya terdapat cerminan tingkah laku dan kepribadian Rasulullah saw yang menjadi suri tauladan dan harus diikuti oleh setiap muslim sebagai satu media kepribadian Islam. Oleh karena itu sunnah merupakan landasan kedua cara pembinaan pribadi manusia muslim. Sunnah selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk sunnah yang berkaitan dengan pendidikan (Djarajat, 2008:21).

  c.

  Ijtihad

  Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu: berfikir dengan

  menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari‟at Islam untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum syari‟at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-

  Qur‟an dan sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al- Qur‟an dan sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaedah-kaedah yaitu diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi Al-

  Qur‟an dan sunnah tersebut. Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasulullah wafat.