Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana (Studi Erupsi Gunung Merapi) T2 942012005 BAB V
BAB V
PENUTUP
Pada
Bab
V
merupakan
Penutup
dari
laporan
penelitian, bagian ini membahas Simpulan dan Saran
penelitian. Sub pokok bahasan meliputi Implikasi
Penelitan, Simpulan dan Saran.
1.1. Implikasi Penelitian
Sebagai
sebuah
penelitian
bertumpu
pada
metode
riset
(research
and
development),
terapan
dan
yang
pengembangan
penelitian
Strategi
Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi Merapi di
SD Negeri Keningar 1 dan 2 masih memerlukan
pengembangan perbaikan. Khususnya perbaikan pada
sisi
operasionalisasi
konsep
berdasarkan
temuan-
temuan perbaikan dari aplikasi lapangan. Perbaikan
pada
sisi
operasionalisasi
ini
penting
karena
keterbatasan penelitian ini adalah pada ketersediaan
waktu penelitian. Sehingga konsep SMSBBE Merapi di
SD Negeri Keningar 1 dan 2 belum teruji pada bencana
erupsi
Merapi
lanjutan
yang
dari
nyata.
berbagai
Dibutuhkan
sudut
penelitian
keahlian
untuk
menyempurnakan aplikasi strategi ini.
1.2. Simpulan
Berdasarkan
laporan
analisis
dan
hasil
penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikuti:
1. Peta risiko bencana erupsi Merapi di sekolah SD
Negeri Keningar 01 dan 02 Kecamatan dukun
Kabupaten
Magelang
menunjukkan
bahwa
SD
158
Keningar 1 dan 2 adalah sekolah dengan risiko
tinggi ancaman bencana erupsi Merapi. Ancaman
risiko bencana meningkat jika erupsi Merapi terjadi
pada waktu aktivitas sekolah berlangsung. Sekolah
berubah menjadi tempat paling rentan di desa
karena berisi anak-anak dan perempuan. Indikator
yang mempengaruhi adalah pertama SD Negeri
Keningar 1 dan 2 berada di lokasi 5,3 km dari pusat
paparan
hazard
paparan
gas
(bahaya)
beracun,
guguran
hujan
lava/lahar,
abu/kerikil
dan
limpahan banjir lahar dingin. Karakteristik ancaman
bahaya bagi sekolah bisa terjadi dalam waktu antara
5 menit sampai 60 menit dari tenggat. Kedua,
kerentanan/vulnerability
komunitas
SD
Negeri
Keningar 1 dan 2 tinggi karena lokasi, infrastruktur
meliputi alat-alat keselamatan dasar dan kebijakan
pendukung
upaya
pengurangan
risiko
bagi
komunitas sekolah belum tersedia. Kesiapsiagaan
bencana erupsi Merapi belum didesiminasikan oleh
sekolah dan pemerintah setempat, sebagai budaya
komunitas sekolah termasuk peningkatan kapasitas
guru dan kepala sekolah. Kerentanan sekolah tinggi
karena sekolah adalah ruang dimana kehidupan
anak-anak
dan
perempuan
tumbuh.
Ketiga,
kapasitas (capacity) komunitas SD Negeri Keningar 1
dan 2 rendah dalam mengurangan risiko bencana.
Indikatornya
sekolah
keselamatan
dan
belum
kebijakan
memiliki
dasar
alat-alat
(tools)
bagi
kesiapsiagaan bencana erupsi Merapi. Komunitas
sekolah
bersama
pengalaman
masyarakat
keberhasilan
desa
mengelola
memiliki
evakuasi,
159
pengungsian,
sekolah
darurat,
rehabilitasi
dan
rekonstruksi sekolah yang bertumpu pada kekuatan
lokal. Kemampuan ini belum digunakan untuk
membangun strategi mitigasi dan kesiapsiagaan
sekolah yang terintegrasi dengan desa.
2. Rumusan Strategi Manajemen Sekolah Berbasis
Bencana (SMSBB) bagi SD Negeri Keningar 1 dan 2
bertumpu pada pertama, Kebutuhan manajemen
Sekolah SD Negeri Keningar 1 dan 2 mengikuti
siklus status Merapi. Status Merapi Aktif Normal
dan Waspada, sekolah membutuhkan kurikulum
kurikulum kebencanaan dan standar manajemen
sekolah berbasis bencana (MSBB). Status Siaga
Merapi, manajemen sekolah melakukan simulasi,
informasi, lokasi dan prosedur pengungsian. Status
awas Merapi, Sekolah menerapkan prosedur Standar
Keselamatan Dasar dan Evakuasi (SKDE) Sekolah.
Saat
menjalankan
membutuhkan
sekolah
materi
darurat,
sekolah
dan
alat-
alat/sarana/prasarana sekolah. Saat kembali ke
sekolah,
fokus
infrastruktur
dan
pada
perbaikan
memastikan
kerusakan
kegiatan
belajar
mengajar aktif kembali. Kedua, Strategi Manajemen
Sekolah Berbasis Bencana Erupsi (SMSBBE) Merapi
di SD Negeri Keningar 1 dan 2, focus pada
pemenuhan
kebutuhan
dasar
sekolah.
Yaitu
keselamatan, kesehatan dan keamanan komunitas
sekolah. SMSBBE Merapi meliputi (1). Standar
Keselamatan Dasar dan Evakuasi (SKDE) Sekolah
yang mengatur procedure keselamatan dan evakuasi
komunitas sekolah pada waktu terjadi ancaman
160
erupsi Merapi pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
(2).
Standar
Manajemen
Sekolah
Darurat. Merupakan prosedur pelaksanaan sekolah
darurat yang bersinergi dengan desa dan kelompok
pendukung lainnya.
1.3. Saran
1. Bagi
SD
Negeri
Keningar
1
dan
2
penting
mengembangkan strategi yang telah ada menjadi
model integrasi manajemen sekolah dan desa bagi
pengurangan
risiko
bencana
erupsi
Merapi.
Membangun model akan memberi inspirasi sekolahsekolah yang senasib untuk membangun strategi
manajeman ketahanan sekolah mereka.
2. Bagi pemerintah desa Keningar, penting untuk
mengembangkan
segera
kebijakan
prosedur
keselamatan dan evakuasi bagi masyarakat desa.
Komunikasi intensif dengan sekolah dan sister
village Ngrajek Kecamatan Mungkid akan menolong
warga desa dalam pengungsian.
3. Bagi
sekolah-sekolah
yang
berada di
Kawasan
Rawan Bencana (KRB) III Erupsi Merapi, sangat
penting untuk memulai menyusun dan menjalankan
pemetaan risiko bencana secara mandiri dan atas
inisiatif sendiri. Dokumen peta ancaman bahaya,
kerentanan dan kapasitas sekolah terhadap risiko
bencana erupsi Merapi akan membantu sekolah
menyusun strategi ketahanan sekolah terhadap
risiko bencana.
4. Bagi pemerintah, Badan Geologi dan BPPTK perlu
mengintegrasikan Early Warning System Merapi di
161
sekolah-sekolah, panti jompo, panti asuhan, kantor
dan institusi rentan lainnya sehingga menjamin
perlindungan rasa aman bagi kelompok rentan jika
terjadi ancaman bencana.
5. Bagi Kementerian Pendidikan Nasional di tingkat
kabupaten/kota
dan
pusat
perlu
memulai
membangun integrasi risiko bencana dari dalam
institusi kemendiknas sendiri. Internalisasi dari
dalam akan mengubah pendekatan generalisasi
manajemen antara sekolah yang berada di risiko
bencana tinggi dan rendah, yang jelas memiliki
kebutuhan berbeda. Guru dan kepala sekolah yang
bertugas di wilayah rawan membutuhkan dukungan
pendidikan khusus, alat-alat, sarana dan prasarana
yang menjamin ketahanan sekolah dimana mereka
bertugas.
6. Bagi Universitas Kristen Satya Wacana, khususnya
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan perlu
memprioritaskan penelitian-penelitian terapan bagi
mahasiswa dan dosen, khususnya isu-isu yang
langsung menyentuh problem yang di hadapi oleh
sekolah.
Termasuk
menerapkan
kebijakan
universitas peduli risiko bencana dalam manajemen
internal kampus.
7. Bagi
komunitas
masyarakat
perlu
mengorganisasikan diri untuk membangun konsep
mitigasi dan kesiapsiagaan yang terintegrasi antara
desa dan sekolah. Integrasi strategi manajemen
akan membantu minimalisasi korban dari kelompok
paling rentan selain balita, ibu hamil, manula dan
diffable. Yaitu anak-anak dan perempuan.
162
PENUTUP
Pada
Bab
V
merupakan
Penutup
dari
laporan
penelitian, bagian ini membahas Simpulan dan Saran
penelitian. Sub pokok bahasan meliputi Implikasi
Penelitan, Simpulan dan Saran.
1.1. Implikasi Penelitian
Sebagai
sebuah
penelitian
bertumpu
pada
metode
riset
(research
and
development),
terapan
dan
yang
pengembangan
penelitian
Strategi
Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi Merapi di
SD Negeri Keningar 1 dan 2 masih memerlukan
pengembangan perbaikan. Khususnya perbaikan pada
sisi
operasionalisasi
konsep
berdasarkan
temuan-
temuan perbaikan dari aplikasi lapangan. Perbaikan
pada
sisi
operasionalisasi
ini
penting
karena
keterbatasan penelitian ini adalah pada ketersediaan
waktu penelitian. Sehingga konsep SMSBBE Merapi di
SD Negeri Keningar 1 dan 2 belum teruji pada bencana
erupsi
Merapi
lanjutan
yang
dari
nyata.
berbagai
Dibutuhkan
sudut
penelitian
keahlian
untuk
menyempurnakan aplikasi strategi ini.
1.2. Simpulan
Berdasarkan
laporan
analisis
dan
hasil
penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikuti:
1. Peta risiko bencana erupsi Merapi di sekolah SD
Negeri Keningar 01 dan 02 Kecamatan dukun
Kabupaten
Magelang
menunjukkan
bahwa
SD
158
Keningar 1 dan 2 adalah sekolah dengan risiko
tinggi ancaman bencana erupsi Merapi. Ancaman
risiko bencana meningkat jika erupsi Merapi terjadi
pada waktu aktivitas sekolah berlangsung. Sekolah
berubah menjadi tempat paling rentan di desa
karena berisi anak-anak dan perempuan. Indikator
yang mempengaruhi adalah pertama SD Negeri
Keningar 1 dan 2 berada di lokasi 5,3 km dari pusat
paparan
hazard
paparan
gas
(bahaya)
beracun,
guguran
hujan
lava/lahar,
abu/kerikil
dan
limpahan banjir lahar dingin. Karakteristik ancaman
bahaya bagi sekolah bisa terjadi dalam waktu antara
5 menit sampai 60 menit dari tenggat. Kedua,
kerentanan/vulnerability
komunitas
SD
Negeri
Keningar 1 dan 2 tinggi karena lokasi, infrastruktur
meliputi alat-alat keselamatan dasar dan kebijakan
pendukung
upaya
pengurangan
risiko
bagi
komunitas sekolah belum tersedia. Kesiapsiagaan
bencana erupsi Merapi belum didesiminasikan oleh
sekolah dan pemerintah setempat, sebagai budaya
komunitas sekolah termasuk peningkatan kapasitas
guru dan kepala sekolah. Kerentanan sekolah tinggi
karena sekolah adalah ruang dimana kehidupan
anak-anak
dan
perempuan
tumbuh.
Ketiga,
kapasitas (capacity) komunitas SD Negeri Keningar 1
dan 2 rendah dalam mengurangan risiko bencana.
Indikatornya
sekolah
keselamatan
dan
belum
kebijakan
memiliki
dasar
alat-alat
(tools)
bagi
kesiapsiagaan bencana erupsi Merapi. Komunitas
sekolah
bersama
pengalaman
masyarakat
keberhasilan
desa
mengelola
memiliki
evakuasi,
159
pengungsian,
sekolah
darurat,
rehabilitasi
dan
rekonstruksi sekolah yang bertumpu pada kekuatan
lokal. Kemampuan ini belum digunakan untuk
membangun strategi mitigasi dan kesiapsiagaan
sekolah yang terintegrasi dengan desa.
2. Rumusan Strategi Manajemen Sekolah Berbasis
Bencana (SMSBB) bagi SD Negeri Keningar 1 dan 2
bertumpu pada pertama, Kebutuhan manajemen
Sekolah SD Negeri Keningar 1 dan 2 mengikuti
siklus status Merapi. Status Merapi Aktif Normal
dan Waspada, sekolah membutuhkan kurikulum
kurikulum kebencanaan dan standar manajemen
sekolah berbasis bencana (MSBB). Status Siaga
Merapi, manajemen sekolah melakukan simulasi,
informasi, lokasi dan prosedur pengungsian. Status
awas Merapi, Sekolah menerapkan prosedur Standar
Keselamatan Dasar dan Evakuasi (SKDE) Sekolah.
Saat
menjalankan
membutuhkan
sekolah
materi
darurat,
sekolah
dan
alat-
alat/sarana/prasarana sekolah. Saat kembali ke
sekolah,
fokus
infrastruktur
dan
pada
perbaikan
memastikan
kerusakan
kegiatan
belajar
mengajar aktif kembali. Kedua, Strategi Manajemen
Sekolah Berbasis Bencana Erupsi (SMSBBE) Merapi
di SD Negeri Keningar 1 dan 2, focus pada
pemenuhan
kebutuhan
dasar
sekolah.
Yaitu
keselamatan, kesehatan dan keamanan komunitas
sekolah. SMSBBE Merapi meliputi (1). Standar
Keselamatan Dasar dan Evakuasi (SKDE) Sekolah
yang mengatur procedure keselamatan dan evakuasi
komunitas sekolah pada waktu terjadi ancaman
160
erupsi Merapi pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
(2).
Standar
Manajemen
Sekolah
Darurat. Merupakan prosedur pelaksanaan sekolah
darurat yang bersinergi dengan desa dan kelompok
pendukung lainnya.
1.3. Saran
1. Bagi
SD
Negeri
Keningar
1
dan
2
penting
mengembangkan strategi yang telah ada menjadi
model integrasi manajemen sekolah dan desa bagi
pengurangan
risiko
bencana
erupsi
Merapi.
Membangun model akan memberi inspirasi sekolahsekolah yang senasib untuk membangun strategi
manajeman ketahanan sekolah mereka.
2. Bagi pemerintah desa Keningar, penting untuk
mengembangkan
segera
kebijakan
prosedur
keselamatan dan evakuasi bagi masyarakat desa.
Komunikasi intensif dengan sekolah dan sister
village Ngrajek Kecamatan Mungkid akan menolong
warga desa dalam pengungsian.
3. Bagi
sekolah-sekolah
yang
berada di
Kawasan
Rawan Bencana (KRB) III Erupsi Merapi, sangat
penting untuk memulai menyusun dan menjalankan
pemetaan risiko bencana secara mandiri dan atas
inisiatif sendiri. Dokumen peta ancaman bahaya,
kerentanan dan kapasitas sekolah terhadap risiko
bencana erupsi Merapi akan membantu sekolah
menyusun strategi ketahanan sekolah terhadap
risiko bencana.
4. Bagi pemerintah, Badan Geologi dan BPPTK perlu
mengintegrasikan Early Warning System Merapi di
161
sekolah-sekolah, panti jompo, panti asuhan, kantor
dan institusi rentan lainnya sehingga menjamin
perlindungan rasa aman bagi kelompok rentan jika
terjadi ancaman bencana.
5. Bagi Kementerian Pendidikan Nasional di tingkat
kabupaten/kota
dan
pusat
perlu
memulai
membangun integrasi risiko bencana dari dalam
institusi kemendiknas sendiri. Internalisasi dari
dalam akan mengubah pendekatan generalisasi
manajemen antara sekolah yang berada di risiko
bencana tinggi dan rendah, yang jelas memiliki
kebutuhan berbeda. Guru dan kepala sekolah yang
bertugas di wilayah rawan membutuhkan dukungan
pendidikan khusus, alat-alat, sarana dan prasarana
yang menjamin ketahanan sekolah dimana mereka
bertugas.
6. Bagi Universitas Kristen Satya Wacana, khususnya
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan perlu
memprioritaskan penelitian-penelitian terapan bagi
mahasiswa dan dosen, khususnya isu-isu yang
langsung menyentuh problem yang di hadapi oleh
sekolah.
Termasuk
menerapkan
kebijakan
universitas peduli risiko bencana dalam manajemen
internal kampus.
7. Bagi
komunitas
masyarakat
perlu
mengorganisasikan diri untuk membangun konsep
mitigasi dan kesiapsiagaan yang terintegrasi antara
desa dan sekolah. Integrasi strategi manajemen
akan membantu minimalisasi korban dari kelompok
paling rentan selain balita, ibu hamil, manula dan
diffable. Yaitu anak-anak dan perempuan.
162