Pengaruh sholat lima waktu berjamaah terhadap kecerdasan spiritual santri di pondok pesantren Yasalami Malang.

(1)

PENGARUH SHOLAT LIMA WAKTU BERJAMAAH

TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL SANTRI DI PONDOK

PESANTREN YASALAMI MALANG

SKRIPSI

Oleh:

MOHAMMAD KHOIRUL ANAM NIM. D71213118

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Mohammad Khoirul Anam, D71213118, 2017, Pengaruh Sholat Lima Waktu Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok pesantren Yasalami Malang. Pembimbing: (1) Al Qudus NES, Lc,MHI, (2) Dr. Amir Maliki Abitokha M.Ag Kata kunci:Sholat Lima Waktu,Kecerdasan Spiritual.

Dipesantren terdapat kegiatan-kegiatan yang mendorong manusia khususnya santri agar memiliki kepribadian yang baik terlebih kecerdasan Spiritualnya jika dilakukan secara terus menerus. Kegiatan tersebut salah satunya dengan melakukan sholat lima waktu, ketika manusia melakukan kebiasaan yang positif maka secara tidak langsung akan memberi efek yang baik pada kecerdasan spiritualn yang dimiliki orang tersebut. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian tentang Pengaruh Sholat Lima Waktu Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren Yasalami Malang.

Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah tentang bagaimana

pelaksanaan sholat lima waktudi Pondok pesantren Yasalami Malang,

bagaimanakecerdasan spiritual santri, serta bagaiamana pengaruh sholat lima waktu terhadap kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren Yasalami Malang

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach) yang menggunakan metode kuantitatif dengan teknik statistik regresi linier sederhana dan uji signifikansi. Sedangkan metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah 1) Wawancara, 2) Observasi, 3) Dokumentasi dan 4) Angket.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan sholat lima waktu terhadap kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren Yasalami Malang cukup baik dalam sisi teknis pelaksanaannya, namun kurang baik dalam hasil implementasinya pada individu santri. Hasil angket menunjukkan bahwa pelaksanaa sholat lima waktu sebesar 58,5%. Sedangkan kecerdasan spiritual santri tergolong cukup baik sebesar 59,25%

Hasil lain menunjukkan terdapat hubungan yang sigifikan antarasholat lima waktu terhadap kecerdasan spiritual santri. Dan kolerasi variabelsholat lima waktu terhadap kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren Yasalami Malangdiperoleh 58% dan sisanya 42% dipengaruhi oleh faktor lain, seperti intelegensi, lingkungan masyarakat, dan sebagainya.


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiiiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Hipotesis ... 10

F. Keterbasan Penelitian ... 10

G. Definisi Operasional... 11


(8)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Sholat Lima Waktu Berjamaah ... 14

1. Pengertian Sholat ... 14

2. Kewajiban Mengerjakan Sholat ... 16

3. Sholat Fardhu Dan Waktunya ... 19

4. Hikmah Sholat ... 20

5. Syarat-Syarat Sholat... 21

6. Rukun Sholat ... 23

7. Hal - Hal Yang Membatalkan Sholat ... 25

8. Perbuatan Makruh Ketika Sholat ... 27

9. Sunnah Di Dalam Sholat ... 28

10. Sholat Jamaah ... 30

11. Hukum Sholat Berjamaah ... 31

12. Syarat-Syarat Sholat Jamaah... 32

13. Hikmah Dan Manfaat Sholat Berjamaah ... 33

B. Kecerdasan Spiritual ... 37

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual ... 37

2. Ciri – Ciri Kecerdasan Spiritual ... 40

3. Sudut Pandang Menguji Tingkat Kecerdasan Spiritual ... 42

4. Pengukuran Kecerdasan Spiritual ... 44

5. Faktor – Fator Yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual ... 44

6. Manfaat Kecerdasan Spiritual ... 45

C. Pengaruh Sholat Lima Waktu Berjamaah Terhadap Kecerdasan Spiritual ... 51


(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek Penelitian ... 51

1. Proil Umum PP Yasaami Malang ... 51

2. Sejarah Singkat Berdirinya PP Yaslami ... 51

3. Visi Dan Misi PP Yasalami Malang ... 52

4. Lokasi PP Yasalami Malang ... 53

5. Keadaan Sarana Prasarana PP Yasalami Malang ... 53

6. Jadwal Kegiatan PP Yasalami Malang ... 55

7. Program Unggulan Pesantren... 58

8. Prestasi Yang diraih PP Yasalami Malang ... 61

B. Metode Penelitian ... 61

1. Jenis Penelitian ... 62

2. Rancangan Penelitian ... 63

C. Populasi Dan Sampel ... 64

1. Populasi ... 64

2. Sampel ... 65

D. Variable Dan Instrumen Penelitian ... 66

1. Variabel ... 66

2. Instrumen Penelitian... 67

E. Metode Pengumpulan Data ... 69

1. Angket ... 70

2. Dokumenasi ... 70

3. Interview ... 71

4. Observasi ... 71

F. TeknikAnalisis Data ... 71

1. Editing ... 71

2. Koding ... 72


(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data ... 76

1. Data Sholat Lima Waktu Berjamaah... 76

2. Data Kecerdasan Spiritual ... 79

B. Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis ... 83

1. Hasil Presentase Sholat Lima Waktu Berjamaah ... 83

2. Hasil Presentase Kecerdasan Spiritual ... 98

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 124

B. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan cerminan kepribadian suatu bangsa, maju dan tidaknya suatu negara itu tergantung dari Sumber Daya Manusianya (SDM). Maka dari itu, negara kita melalui pemerintah tentunya mempunyai keinginan supaya rakyatnya memiliki kemampuan dan kecerdasan yang tinggi, sebagaimana yang tercantum dalam amanat UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas yang mengatakan bahwa Tujuan pendidikan nasional adalah

“Menciptakan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Yuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional di atas, perhatian pemerintah terhadap dunia pendidikan sekarang ini dirasakan sudah cukup baik. Terbukti dengan dikeluarkannya kurikulum pendidikan yang terbaru yaitu Kurikulum 2013. Di mana kompetensi inti yang tercantum didalamya terdiri dari 4 point, yakni sikap Spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan.

Akan tetapi dalam penerapannya yang masih kurang maksimal dikarenakan tidak semua lembaga pendidikan ataupun lembaga-lembaga yang lain memiliki pendidik yang sesuai serta sarana dan prasarana yang


(12)

2

memadai, oleh karena itu pemerintahpun mengupayakan agar setiap lembaga bisa mencari pendidik yang profesional serta mefasilitasi santri atau siswanya dengan sebaik baiknya agar nantinya tujuan dari pada kurikulum yang diterapkan bisa tercapai secara maksimal.

Sistem pendidikan pada saat ini lebih mengutamakan pada pengembangan sikap Spiritual yang ada hubungannya dengan kecerdasan spiritual (SQ), kemudian sikap sosial barulah pengetahuan dan yang terakhir yaitu aspek keterampilan. Kecerdasan spiritual (SQ), sangat penting dibentuk dalam diri peserta didik, karena untuk menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha esa dan berakhlak mulia memerlukan kecerdasan spiritual yang cukup, supaya nanti peserta didik dapat menyeimbangkan antara kebutuhan rohani dan kebutuhan jasmaninya.

Pada zaman sekarang ini kita juga sering mendengar tentang kenakalan remaja atau siswa yang semakin marak terjadi dan kenakalan ini seperti sebuah lingkaran hitam yang tak pernah putus, sambung menyambung dari waktu ke waktu, bahkan dari hari ke hari semakin rumit. Masalah kenakalan ini merupakan masalah yang sering terjadi di berbagai kota di Indonesia. Sejalan dengan arus globalisasi dan teknologi yang semakin berkembang, arus informasi yang semakin mudah diakses serta gaya hidup modernisasi, disamping memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi di berbagai media, di sisi lain juga membawa suatu


(13)

3

dampak negatif yang cukup meluas di berbagai lapisan masyarakat.

Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007) menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 30% dari jumlah penduduk, jadi sekitar 1,2 juta jiwa1. Hal ini tentunya sangat disayangkan, mengingat remaja adalah salah satu aset bangsa yang berharga bagi kemajuan bangsanya.

Kondisi remaja di Indonesia saat ini dapat digambarkan sebagai berikut; 1. Pernikahan usia remaja

2. Sex pra nikah dan Kehamilan tidak dinginkan 3. Aborsi 2,4 jt : 700-800 ribu adalah remaja

4. MMR 343/100.000 (17.000/th, 1417/bln, 47/hr perempuan meninggal) karena komplikasi kehamilan dan persalinan.

5. HIV/AIDS: 1283 kasus, diperkirakan 52.000 terinfeksi (fenomena gunung es), 70% remaja.

6. Miras dan Narkoba2

Tidak mengherankan bila remaja menyumbang angka yang besar dalam kriminalitas di negeri ini. Secara psikologis, masa remaja merurpakan masa yang begitu unik, penuh teka teki, dilematis dan sangat rentan. Oleh karena itulah dari permasalahan diatas tentu sangat

1http://ntb.bkkbn.go.id/lists/artikel/dispform.aspx?id=673&contenttypeid=0x0/ diakses pada 15Juli 2016 pukul 22:23 WIB


(14)

4

diperlukan sekali yang namanya kecedasan spiritual. Karena dengan kecerdasan spiritual siswa akan mampu untuk mengendalikan diri sebelum bertindak. Kecerdasan spiritual membantu seseorang untuk menemukan makna hidup dan kebahagiaan. Inilah kenapa kecerdasan spiritual dinilai sebagai kecerdasan yang paling penting dalam kehidupan seseorang. Karena, menemukan makna dari kehidupan dan kebahagiaan adalah tujuan dari setiap orang dalam hidupnya. Untuk apa mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi bila hidupnya tidak berbahagia? Untuk apa dapat meraih kesuksesan, baik itu dalam karier, kekayaan, maupun dalam kehidupan sosial, bilatidak bisa merasakan sebuah kebahagiaan? Itulah kenapa kecerdasan spiritual dikatakan sebagai kecerdasan yang paling penting dan tinggi, karena keserdasan spiritual lah yang bisa mebuat hati menjadi tenang serta nafsupun menjadi lebih terjaga.

Jika memang kecerdasan spiritual dinilai sebagai kecerdasan yang paling penting dan tinggi karena terkait dengan kemampuan seseorang dalam meraih tingkat kedekatan dengan allah serta mendapatkan kebahagiaan, ketentraman dan kenyamanan maka pertanyaan yang segera muncul adalah bagaimana cara agar kecedasan spiritual itu dapat di kembangkan? Dari situlah kami mencoba untuk meneliti tentang cara bagaimana agar kecerdasan spiritual itu bisa diraih, dari sini peneliti mencoba untuk menggali tentang pengaruh sholat lima waktu berjamaah terhadap kecerdasan spiritual siswa, perlu kita ketahui bahwa Jika dilihat


(15)

5

sebagai media membangun umat, shalat jamaah dapat mewujudkan keharmonisan hidup antar sesama. Bahkan dalam Islam, shalat dipandang dapat mencegah seseorang untuk melakukan perbuatan keji dan mungkar.

Selain itu Ibadah sholat termasuk dalam rukun islam yang ke dua, setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, dimana hukum melaksanakannya adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan yang mukallaf.3 Shalat juga merupakan ibadah paling pertama

yang di wajibkan oleh Allah kepada hamba-Nya. Allah mewajibkan dengan cara bercakap-cakap langsung dengan Rasulullah di malam Mi’raj, shalat juga merupakan amalan pertama yang akan di hisab kelak di Yaumul Akhir.4 Pelaksanaan pendidikan sholat di pondok pesantren bertujuan untuk

mendidik, membimbing, melatih dan mengamalkan ajaran islam. Maka dari itu peranan pendidik sangatlah penting dalam mendidik, membimbing, melatih anak didiknya agar sholat wajib dapat dilaksanakan di kehidupan sehari-hari lebih-lebih sholat berjamaah yang dilakukan secara teratur.

Di dalam firman Allah Surat Al-Ankabut ayat 45:

3 A. Hasan, pengajaran sholat, bangil: pustaka tamam, hlm. 7.

4 Syaikh Abdul Qadir Ar-Rahwabi, 2007, Panduan Lengkap Shalat menurut Empat Madzhab, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, hlm xv


(16)

6







Artinya: Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah di wahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakan shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S al Ankabut: 45)5.

M. Quraish Shihab ketika menafsirkan ayat ini mengutip pendapat Thabathaba’i, bahwa shalat adalah amal ibadah yang pelaksanaannya membuahkan sifat kerohanian dalam diri manusia yang menjadikannya tercegah dari perbuatan keji dan munkar. Dengan demikian hati orang yang shalat menjadi suci dari kekejian dan kemungkaran, serta bersih dari kotoran dosa dan pelanggaran. Shalat adalah cara untuk memperoleh potensi keterhindaran dari keburukan6. Pondok pesantren dipandang sebagai benteng

dari berbagai masalah dan sebagai penyelaras ketika ada masalah, serta sebagai pondasi dalamagama, melalui pembiasaan nilai-nilai keagamaan yang ada di pesantren, dengan cara semua kegiatan yang diatur sangat rinci dan tertata selama 24 jam. Mulai dari tidur sampai tidur lagi semua diperhatikan. Selain itu, ada banyak kegiatan yang harus diikuti, seperti mengaji, hafalan, setoran, shalat fardhu lima waktu berjamaah,wiridan, les bahasa arab, sholawatan, latihan pidato, kerja bakti, dsb.

Pondok pesantren dipandang sebagai benteng dari berbagai masalah dan sebagai penyelaras ketika ada masalah, serta sebagai pondasi dalamagama, melalui pembiasaan nilai-nilai keagamaan yang ada di pesantren, dengan cara semua kegiatan yang diatur sangat rinci dan tertata selama 24 jam. Mulai dari tidur sampai tidur lagi semua diperhatikan. Selain itu, ada banyak kegiatan yang harus diikuti, seperti mengaji, hafalan, setoran, shalat fardhu lima waktu berjamaah,wiridan, les bahasa arab, sholawatan, latihan pidato, kerja bakti, dsb

Oleh karena itu dengan mengetahui bahwa Pesantren adalah salah satu pondasi dalam agama dan Shalat sebagai salah satu cara untuk mencegah dari

5 al-Qur’an dan terjemahan, 29 al Ankabut: 45

6 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an. Juz X. (Jakarta: Lentera Hati), h. 507-508


(17)

7

perbuatan keji dan mungkar, ketika sholat dilakukan secara berketerusan yang diamalkan oleh seorang muslim dimulai dari shubuh, zhuhur, ashar, maghrib dan isya’ memberikan hal positif bagi orang tersebut. Hikmah di balik penentuan waktu ini adalah agar seorang muslim tidak berlengah-lengah di waktu pagi, kemudian ketika seorang muslim beristirahat sejenak dari aktivitas menjelang zhuhur dan lebih-lebih lagi ketika seorang muslim beristirahat dari aktivitas, untuk kemudian diteruskan dengan ashar. Pada waktu istirahat tersebut, biasanya dorongan untuk memperoleh kebenaran dan kebaikan agak lemah karena kepenatan aktivitas, sehingga memudahkan godaan setan masuk ke dalam diri manusia. Dengan adanya kewajiban shalat lima waktu ini, manusia akan terus dijaga dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik setiap harinya.

Namun tentu saja, walaupun shalat berjamaah telah diterapkan sedemikian rupa oleh pesantren, bahkan juga ada sanksi-sanksi yang berikan kepada santri jika tidak melaksanakan sholat berjamaah, akan tetapi tetap sajaada santri yang melanggar tidak mengikuti sholat berjamaah dan melanggar dari pada peraturan-peraturan pesantren, Berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh santri mulai dari pelanggaran yang ringan sampai pelanggaran yang berat seperti membolos ngaji, mencuri barang milik temannya (ghashab)7

Oleh karena itulah, penulis ingin membahas lebih lanjut tentang pengaruh


(18)

8

shalat lima waktu berjamaah dalam upaya meningkatkan kecerdasan spiritual santri. Yang mana penulis untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya tersebut, penulis melakukan penelitian di Pondok Pesantren Yasalami, mengingat lembaga tersebut merupakan salah satu lembaga yang mewajibkan santrinya untuk mengikuti dan melaksanakan sholat lima waktu berjamaah.

Dengan itu penulis memberi judul penelitian ini: “Pengaruh Shalat Lima Waktu Berjamaah terhadap kecerdasan spiritual siswa di pondok pesantren Yasalami Malang”

B. Rumusan Masalah

Berpijak pada latar belakang yang telah dipaparkan dimuka, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan sholat lima waktu berjamaah di Pondok Pesantren Yasalami Malang?

2. Bagaimana kecerdasan spiritual santri yang melaksanakan sholat lima waktu berjamaah di Pondok Pesantren Yasalami Malang?

3. Adakah pengaruh aktivitas sholat lima waktu berjamaah terhadap kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren Yasalami Malang? C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan sholat lima waktu berjamaah di Pondok Pesantren Yasalami Malang.


(19)

9

2. Untuk mengetahui kecerdasan spiritual santri yang melaksanakan sholat lima waktu berjamaah di Pondok Pesantren Yasalami Malang.

3. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas sholat lima waktu berjamaah terhadap kecerdasan spiritual di Pondok Pesantren Yasalami Malang.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, sebagai berikut:

1. Teoritis

Dapat berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya pada bidang fiqih, dan dapat memberikan informasi bagi masyarakat tentang pentingnya melakukan sholat lima waktu berjamaah dalam kehidupan sehari hari 2. Praktis

a. Bagi Penulis

Sebagai bahan informasi dan suatu pengalaman bagi penulis sebagai calon pendidik guna menambah dan memperluas pemahaman berfikir, dan juga sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan ujian akhir program sarjana strata satu.

b. Bagi Lembaga


(20)

10

tersebut dapat lebih maju serta dapat mengembangkan sistem pendidikan yang lebih bermutu yang salah satunya dengan meningkatkan kompetensi para guru Pendidikan Agama Islam.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara dari permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis kerja atau Hipotesis Alternatif (Ha)

Yaitu hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara variabel X dengan variabel Y atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Adapun hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah “Ada Pengaruh Sholat Lima Waktu Berjamaah Terhadap Keerdasan Spirituan Santri di Pondok Pesantren Yasalami.”

2. Hipotesis Nihil atau Hipotesis Nol (Ho)

Yaitu hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan atua pengaruh variabel X terhadap Variabel Y. Adapun hipotesis nol dalam penelitian ini adalah “Tidak Ada Pengaruh Pengaruh Sholat Lima Waktu Berjamaah Terhadap Keerdasan Spirituan Santri di Pondok Pesantren Yasalami.” F. Keterbatasan Penelitian


(21)

11

skripsi ini, maka kiranya peneliti untuk memberikan batasan masalah adalah: 1. Pembahasan tentang shalat fardhu lima waktu berjamaah

2. Pembahasan tentang kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren Yasalami Malang

G. Definisi Operasional

Untuk memperjelas ruang lingkup penelitian ini, maka dari masing masing definisi Konseptual dan Operasional dapat dijelaskan seperti berikut:

1. Pengaruh:

Daya ada atau timbul (orang atau benda dan sebagainya), yang berkuasa yang berkekuatan gaib dan sebagainya

2. Sholat lima waktu berjamaah

Shalat fardhu lima waktu adalah shalat yang diwajibkan bagi tiap-tiap orang dewasa (baligh) dan berakal tiap lima kali sehari semalam. Meliputi shalat shubuh, zhuhur, ashar, maghrib dan isya’. Sholat berjama’ah adalah shalat yang di lakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama. Salah seorang bertindak sebagai imam, sementara yang lainnya menjadi makmum

3. Kecerdasan spiritual

Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient disingkat SQ) adalah kecerdasan untuk memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas


(22)

12

dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain

H. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pengantar meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini diuraikan berbagai pembahasan teori tentang kajian pustaka yang terdiri dari: A. Shalat fardhu lima waktu berjamaah B. Kecerdasan spiritual C. Pengaruh shalat lima waktu berjamaah terhadap kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren Yasalami Malang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memuat tentang : Bab ini berisi tentang Gambaran umum PP Yasalami, Sejarah Berdirinya, Nama pengasuh, Visi dan Misi, Prestasi Yang Diraih, Sarana dan Prasarana, Keadaan Guru, Keadaan Sarana dan Prasarana. Sedangkan untuk metode penelitiannya meliputi jenis penelitian, rancangan penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, instrumen penilaian, teknik analisis data.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA


(23)

13

Pengaruh Sholat lima waktu berjamaah terhadap Kecerdasan spiritual, Dan Nominasi Sholat lima waktu berjamaah. Serta Fariasi Data Tiap Pernyataan, dan sebagai kesimpulan memperkuat penjelasan keseluruhan menggunakan rumus analisa prosentase dari analisa kesatu dan analisa kedua.

BAB V PENUTUP

Bab ini Meliputi : Kesimpulan, Saran saran dan Penutup. Dan diakhiri dengan Daftar Kepustakaan, Daftar Riwayat Hidup dan Lampiran Lampiran


(24)

14

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam landasan teori ini peneliti akan menejelaskan tentang sholat lima waktu berjamaah dan tentang kecerdasan spiritual serta pengaruh sholat lima waktu bejamaah terhadap kecerdasan spiritual dan nantinya akan dijadikan landasan dalam pembuatan angket serta hal-hal yang lainnya.

A.Pengertian sholat lima waktu berjamaah 1. Pengertian sholat

Sholat secara etimlogi berarti Do‟a sedangkan secara istilah atau Syari‟ah (terminology) sholat adalah perkataan dan perbuatan tertentu atau khusus yang dimulai dengan takbir (takbiratul ihram) dan diakhiri dengan salam Kata shalat berasal dari bahasa Arab, yakni “Shalla – Yushalli – Shalatan”, jamaknya adalah “Shalawat” yang berarti menghadapkan segenap pikiran untuk bersujud, bersyukur dan memohon bantuan”.1.

Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan. Adapun secara hakikinya ialah” berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya”atau” mendahirkan hajat dan


(25)

15

keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya.Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Sholat ialah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadah, dengan penuh kekhusukan dan keiklhlasan didalam beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta syarat-syarat yang telah ditentukan syara'.

Shalat dibagi menjadi dua macam, yakni shalat wajib (fardhu) dan

Melaksanakan sholat adalah wajib‟ain bagi setiap orang yang mukallaf (terbebani kewajiban syaria‟ah), baligh (telah dewasa dengan ciri telah bermimpi basah), dan „aqil (berakal). Shalat dibagi menjadi dua macam, yakni shalat wajib (fardhu) dan shalat sunnahShalat dibagi menjadi dua macam, yakni shalat wajib (fardhu) dan shalat sunnah2.

Firman Allah dalam surah Al-Bayyinah ayat 5:



















Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan

yang demikian itulah agama yang lurus.”3

2 Muhammad Jawab Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, Terj. Masykur A.B., dkk., (Jakarta: Penerbit

Lentera, 2010), h. 71


(26)

16

Sholat sebagai salah satu bagian penting ibadah dalam islam sebagaimana bangunan ibadah yang lain juga memiliki banyak keistimewaan. Ia tidak hanya memiliki hikmah spesifik dalam setiap gerakannya dan rukunnya namun secara umum sholat juga memiliki pengaruh drastis terhadap perkembangan kepribadian seorang muslim. Tentu saja hal itu tidak serta merta dan langsung kita dapatkan dengan instan dalam pelaksanaan sholat. Manfaatnya tanpa terasa dan secara gradual akan masuk dalam diri muslim yang taat melaksankannya.

Ibadah sholat yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam adalah bangunan megah indah yang memiliki sejuta ruang yang menampung semua inspirasi dan aspirasi serta ekspresi positif seseorang untuk berperilaku baik, karena perbuatan dan perkataan yang terkandung dalam sholat banyak mengandung hikmah, yang diantaranya menuntut kepada mushalli untuk meninggalkan perbuatan keji dan mungkar.

2. Kewajiban Mengerjakan Shalat

Sholat merupakan salah satu kewajiban yang menduduki posisi kedua setelah syahadat dalam rukun islam. Sehingga didalam Al-Qur'an dan hadist banyak dijelaskan mengenai kewajiban untuk melaksanakan sholat.


(27)

17









Artinya : “Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan

waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa : 103)4

ْْتا

ِْءاَشْحَفْلاْ ْنَعْىَهْ َ تَْةاَصلاْ َنِإَْةاَصلاْ ْمِقَأَوْ ِباَتِكْلاْ ْنِمْ َكْيَلِإْ َيِحوُأْاَمُْل

َْنوُعَ ْصَتْاَمُْمَلْعَ يَُْللاَوُْرَ بْكَأَِْللاُْرْكِذَلَوِْرَكُْمْلاَو

٥٤

.

Artinya : "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Seseungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang

lain).Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al‟Ankabut : 45)5

Dalil hadist yang mewajibkan shalat yaitu

ْنَع َملَسَو ِْيَلَع ُللا ىلَص ِللا َلوُسَر َلَأْسَن ْنَأ اَيِهُن َلاَق ٍكِلاَم ِنْب ِسَنَأ ْنَع

ُنْحَنَو َُلَأْسَيَ ف ُلِقاَعْلا ِةَيِداَبْلا ِلَْأ ْنِم ُلُجرلا َءيِجَي ْنَأ اَُ بِجْعُ ي َناَكَف ٍءْيَش

ْلا ِلَْأ ْنِم ٌلُجَر َءاَجَف ُعَمْسَن

َكنَأ اََل َمَعَزَ ف َكُلوُسَر اَناَتَأ ُدمَحُم اَي َلاَقَ ف ِةَيِداَب

ْنَمَف َلاَق ُللا َلاَق َءاَمسلا َقَلَخ ْنَمَف َلاَق َقَدَص َلاَق َكَلَسْرَأ َللا نَأ ُمُعْزَ ت

َلَعَجَو َلاَبِجْلا ِِذَ َبَصَن ْنَمَف َلاَق ُللا َلاَق َضْرَْْا َقَلَخ

َلاَق َلَعَج اَم اَهيِف

َكَلَسْرَأ ُللآ َلاَبِجْلا ِِذَ َبَصَنَو َضْرَْْا َقَلَخَو َءاَمسلا َقَلَخ يِذلاِبَف َلاَق ُللا

4 al-Qur‟an dan terjemahan QS Annisa 103 5 al-Qur‟an dan terjemahan QS Al-angkabut 45


(28)

18

َلاَق اَِتَلْ يَلَو اَِمْوَ ي يِف ٍتاَوَلَص َسْمَخ اَْ يَلَع نَأ َكُلوُسَر َمَعَزَو َلاَق ْمَعَ ن َلاَق

ِبَف َلاَق َقَدَص

نَأ َكُلوُسَر َمَعَزَو َلاَق ْمَعَ ن َلاَق اَذَهِب َكَرَمَأ ُللآ َكَلَسْرَأ يِذلا

ْمَعَ ن َلاَق اَذَهِب َكَرَمَأ ُللآ َكَلَسْرَأ يِذلاِبَف َلاَق َقَدَص َلاَق اَِلاَوْمَأ يِف ًةاَكَز اَْ يَلَع

ِرْهَش َمْوَص اَْ يَلَع نَأ َكُلوُسَر َمَعَزَو َلاَق

َلاَق َقَدَص َلاَق اَِتََس يِف َناَضَمَر

جَح اَْ يَلَع نَأ َكُلوُسَر َمَعَزَو َلاَق ْمَعَ ن َلاَق اَذَهِب َكَرَمَأ ُللآ َكَلَسْرَأ يِذلاِبَف

ِب َكَثَعَ ب يِذلاَو َلاَق ىلَو مُث َلاَق َقَدَص َلاَق ًًيِبَس ِْيَلِإ َعاَطَتْسا ْنَم ِتْيَ بْلا

ِقَحْلا

َقَدَص ْنِئَل َملَسَو ِْيَلَع ُللا ىلَص يِب لا َلاَقَ ف نُهْ ِم ُصُقْ نَأ َََو نِهْيَلَع ُديِزَأ ََ

َة َجْلا نَلُخْدَيَل

203. Dari Anas bin Malik RA, dia berkata. "Kami pernah dilarang untuk bertanya kepada Rasulullah tentang sesuatu. maka kami dikejutkan oleh kedatangan seorang laki-laki dewasa dari pedalaman, lalu dia bertanya kepada Nabi SAW, sedangkan kami mendengarnya. Kemudian datang lagi seorang laki-laki dari pedalaman lalu berkata, "Hai Muhammad! Utusanmu telah datang kepada kami dan dia berkata kepada kami, bahwa engkau mengatakan, "Sesungguhnya Allah telah mengutusmu?" Nabi SAW menjawab, "Dia benar". Laki-laki itu bertanya lagi, "Siapa yang menciptakan langit?" Nabi SAW menjawab, "Allah". Dia bertanya, "Siapa yang

menciptakan bumi?' Nabi menjawab, "Allah," dia bertanya, "Siapa yang menegakkan

gunung-gunung dan segala sesuatu yang ada di dalamnya?' Nabi SAW menjawab,

"Allah". Kemudian laki-laki itu berkata, "Demi Dzat yang telah menciptakan langit

dan bumi serta menegakkan gunung-gunung, apakah {Dia} Allah telah mengutusmu?" Nabi SAW menjawab, 'Ya", lalu dia bertanya, "Utusanmu mengatakan bahwa kami diwajibkan melakukan shalat lima waktu dalam sehari semalam?" Nabi SAW menjawab, "Dia benar? Dia bertanya, "Demi Dzat yang telah mengutusmu, apakah Allah memerintahkan ini kepadamu?" Nabi SAW menjawab,

"Ya'\ Dia bertanya, "Utusanmu mengatakan bahwa kami diwajibkan membayar zakat

harta kami?" Nabi SAW menjawab, "Dia benar". Dia bertanya, "Demi Allah yang telah mengutusmu, apakah Allah telah memerintahkan ini kepadamu?" Nabi SAW menjawab, "Ya". Dia bertanya, "Dan utusanmu mengatakan bahwa kami diwajibkan menunaikan ibadah haji ke Baitullah bagi orang mampu mengadakan perjalanan ke sana?" Nabi SAW menjawab, "Dia benar". Dia bertanya lagi, "Demi Allah yang telah mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkan ini kepadamu?" Nabi SAW menjawab, "Ya". Kemudian laki-laki itu berpaling, dia mengatakan, "Demi Allah


(29)

19

yang telah mengutusmu dengan benar, saya tidak akan menambah dan tidak akan mengurangi semua itu." Maka Nabi SAW bersabda, "Sungguh jika dia jujur, dia pasti

masuk surga."6

3. Shalat fardhu dan waktunya

Shalat fardhu ada lima masing-masing mempunyai waktu yang ditentukan. Berikut adalah pandangan fikih madzhab Syafi‟i dalam merumuskan waktu shalat:7

a. Zhuhur

Awal waktunya setelah matahari condong dari pertengahan langit atau melampaui meridian. Akhir waktunya apabila bayang-bayang sesuatu benda telah sama panjangnya dengan benda tersebut, kira-kira pukul 12.00-15.00 siang.

b. Ashar

Waktunya mulai dari habisnya waktu zuhur atau matahari telah condong 50 derajat ke arah barat, sampai terbenamnya matahari. Kira-kira pukul 15.00-17.30 sore.

c. Maghrib

Waktunya kira-kira matahari condong 91 derajat ke barat atau terbenamnya matahari sampai hilangnya syafaq (awan senja) merah. Kira-kira pukul 18.00-19.00 sore.

6Mukhtashar Shahih Muslim,Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

7 Bambang Subandi, Memahami Panggilan Allah dari Bersuci Hingga Shalat, (Surabaya: Jaudar


(30)

20

d. Isya‟

Waktunya kira-kira posisi matahari 108 derajat atau mulai terbenam syafaq (awan senja), hingga terbit fajar. Kira-kira pukul 19.00-04.00 pagi e. Subuh

Waktunya kira-kira matahari pada posisi -110 derajat atau tebit fajar shidiq, hingga tebit matahari. Kira-kira pukul 04.00-5.30 pagi.

4. Hikmah Shalat

Shalat disyaritakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah swt untuk menghilangkan dosa-dosa, ungkapan kepatuhan dan merendahkan diri di hadapan Allah, menggunakan anggota tubuh badan untuk berbakti kepadanya yang dengannya bisa seseorang terbersih dari dosanya dan tersucikan dari kesalahan-kesalahan dan terjarkan akan ketaatan dan ketundukan8.

Allah swt telah menentukan bahwa shalat merupakan syarat asasi dalam memperkokoh hidayah dan ketakwaan, sebagaimana disebutkan didalam firmannya :













“Alif Laam Miim. Kitab ini (Al-Quran) tidak ada keraguan didalamnya, menjadi petunjuk bagi mereka yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. “ (QS. Al-Baqarah : 1-2)9.

8Abdul Hamid, M.Ag, Drs. Beni HMd Saebani, M.Si. Fiqh Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 2009) h

..75-78


(31)

21

Disamping itu Allah swt telah mengecualikan orang-orang yang senantiasa memelihara shalatnya dari kebiasaan manusia pada umumnya : Berkeluh kesah dan kurang bersyukur, disebutkan dalam firmannya :













“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh, kesah dan kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang

mereka itu tetap mengerjakan shalat.”(QS. Al-Ma‟arij : 19 – 22)10

5. Syarat-syarat Shalat

Syarat-syarat shalat merupakan sesuatu hal yang harus dipenuhi sebelum kita melaksanakan shalat. Syarat shalat dibagi menjadi 2 diantaranya : Syarat wajib adalah syarat yang menyebabkan seseorang wajib melaksanakan shalat dan tidak bisa dinego-nego lagi. Sedangkan syarat sah adalah syarat yang menjadikan shalat seseorang diterima secara syara' disamping adanya kriteria lain seperti rukun.

1) Syarat-syarat wajib shalat11 a. Beragama Islam

Baik laki-laki maupun perempuan dan tidak diwajibkan bagi orang kafir. orang kafir tidak dituntut untuk melaksanakan shalat tetapi mereka akan tetap menerima hukuman di akhirat. Namun bagi orang kafir yang

10 al-Qur‟an dan terjemahan QS Al-ma‟arij 19 - 22


(32)

22

apabila mereka masuk islam tidak diwajibkan membayar shalat yang ditinggalkannnya selama kafir. Allah swt berfirman :









Artinya : Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu.”(QS. Al-Anfaal : 38)12

b. Sudah Baligh

Anak kecil yang belum baligh tidak diwajibkan untuk melaksanakan sholat berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW, yang artinya:

Dari Ali r.a. bahwa Nabi Muhammad SAW berkata: Diangkatkan pena ( tidak ditulis dosa) dalam tiga perkara: Orang gila yang akalnya tidak berperan sampai ia sembuh, orang tidur sampai ia bangun dan dari anak-anak sampai dia baligh. (HR Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim).

c. Berakal

Orang gila atau orang kurang akal tidak diwajibkan untuk sholat dan sejenisnya seperti penyakit sawan (ayan) yang sedang kambuh tidak diwajibkan sholat, karena akal merupakan prinsip dalam menetapkan kewajiban, demikianlah menurut pendapat ulama alasanya adalah hadist


(33)

23

yang diterima dari Ali r.a yang artinya : “dan dari orang gila yang tidak berperan akalnya sampai dia sembuh”

d. Suci dari haid dan nifas.

Haid dan nifas adalah keluar nya darah pada perempuan dari kemaluan pada saat tertentu. Orang yang mengalami haid atau nifas tidak di waibkan untuk sholat bahkan di haramkan

2) Syarat-syarat sah shalat13

a. Mengetahui masuknya waktu shalat b. Suci dari hadats kecil dan besar

c. Suci dari najis (pakaian, badan dan tempat) d. Menutup aurat

e. Menghadap qiblat

f. Tertib dalam melaksanakan shalat

g. Meninggalkan berbicara dengan sengaja saat shalat h. Meninggalkan gerak berlebihan selain gerakan shalat i. Tidak makan dan minum saat shalat

6. Rukun Sholat

Rukun merupakan faktor esensial yang membentuk suatu suatu perbuatan hukum, dan ketiadaannya membatalkan perbuatan hukum tersebut.14Rukun-rukun dalam pelaksanaan shalat ada 17, yakni:15.

13Ibid Wahbah bin Mushtafa Al-Zuhaili, h 728-782


(34)

24

1) Niat

2) Takbiratul ihram

3) Berdiri bagi yang mampu 4) Membaca surat al-Fatihah 5) Ruku‟

6) Diam sejenak (Thuma‟ninah) saat ruku‟ 7) I‟idal

8) Diam sejenak (Thuma‟ninah) saat i‟tidal 9) Sujud dua kali

10)Diam sejenak (Thuma‟ninah) saat sujud 11)Duduk diantara dua sujud

12)Diam sejenak (Thuma‟ninah) saat duduk 13)Membaca tasyahud akhir

14)Duduk tasyahud akhir

15)Membaca shalawat saat tasyahud akhir 16)Salam

17)Tertib

15 Salim ibn Abdullah Sa‟d ibn Samir al-Hadrani al-Syafi‟i, Matn Safinat al-Naja: Arabic and

English, Terj. Abdullah Muhammad al-Marbuqi al-Syafi‟i, (tt: School of Imam al-Shafi‟i, 2009), h. 44-46


(35)

25

7. Hal-hal Yang Membatalkan Shalat

Shalat itu batal atau tidak sah apabila salah saatu syarat rukunnya tidak dilaksanakan atau ditinggalkan dengan sengaja. Shalat dihukumi batal karena terjadi hal-hal seperti tersebut diawah ini.16

1) Berhadast.

Hadast besar atau kecil, baik sengaja atau lupa sebelum mengucapakan salam pertama. Jika hadast terjadi pada orang shalat atau dia dipaksa untuk berhadast, maka shalatnya batal, sebab thaharahnya batal dengan ijmak.

2) Terkena najis yang tidak dimaafkan

Baik kering maupun basah pada badan, pakaian dan dia tahu namun tidak menghilangkannya seketika. Jika dia tidak tau najis, kecuali setelah selesai shalat, maka dia harus mengulang shalatnya. Namun jika dia mati sebelum tau, maka yang diharapkan dari Allah adalah tidak menghukumnya di akhirat.

Sengaja berbicara

Meskipun sedikit yaitu satu huruf atau dua huruf yang memberikan pengertian. Jika bermaksud zikir atau membaca ayat Al-Qur‟an dan tidak berbicara kepada orang itu, maka tidak batal shalatnya. Namun jika bermaksud berbicara kepada oaring itu atau tidak bermaksud apa-apa, maka batal shalatnya.


(36)

26

3) Terbuka auratnya

Sebagian aurat kelihatan bagi orang yang mampu menutupinya. Misalnya angin menerbangkan penutup aurat dan dia tidak menutupnya seketika. Lain halnya jika dia segera menutupnya, maka shalatnya tidak batal. Namun apabila orang lain atau kera yang membukanya maka batal, meskipun langsung ditutup. Jika aurat dibuka karena lupa, lau ditutup langsung, maka tidak membatalkan. Jika tidak, maka batal.

4) Mengubah niat

Niat keluar dari shalat sebelum waktunya. Waktunya bersamaan dengan salam.

5) Makan atau minum

Makan dan minum didalam shalat maka shalatnya batal. 6) Bergerak berturut-turut tiga kali

Perbuatan banyak yang tidak termasuk perbuatan shalat, meskipun lupa. Misalnya tiga langkah kaki, tiga langkah kaki adalah perbuatan banyak berturut-turut, meskipun jaraknya hanya selangkah kaki. Contoh lainnya menggerakkan tiga nggota badan, misalnya dua tangan dan kepala sendiri. Perbuatan yang sedikit tidak membatalkan shalat, sebab nabi saw menggendong Umamah binti Zainab saat beliau berdiri dan meletakannya saat sujud dan beliau melepaskan dua sandal dan memerintahkan membunuh ular dan kalajengking.


(37)

27

Melompat dengan keras walaupun sekali 8) Membelakangi kiblat

Sengaja beralih dari kiblat dengan dada tanpa alasan meskipun dipaksa kebuali dalam shalat kahuf dan shalat sunah diperjalanan. Orang sakit yang tidak mendapatkan orang yang menghadapknnya ke kiblat, maka dia shalat sesuai keadaannya dan dia harus mengulang shalatnya. Jika dia lupa bahwa dia sedang shalat, lalu berlih dari kiblat dan kembali kea rah kiblat seketika, maka tidak batal.

9) Menambahkan rukun yang berupa perbuatan, seperti menambah rukuk, sujud, berdiri atau duduk sejara sengaja.

10)Tertawa terbahak-bahak

11)Mendahului imam dengan sengaja 12)Murtad

Murtad artinya keluar dari islam. Murtad menyebabkan shalat batal seketika jika terjadi didalamnya. Lain halnya jika terjadi setelah shalat selesai.

8. Perbuatan makruh ketika sholat17 1) Meninggalkan perbuatan sunnah 2) Menolehkan kepala

3) Menengadah 4) Menahan hajat


(38)

28

5) Menahan lapar 6) Menahan kantuk

7) Menggunakan sesuatu yang mengganggu 8) Shalat di sekitar najis dan tempat kotor 9) Meludah

10)Bertolak pinggang 11)Menguap atau batuk

12)Mempermainkan anggota badan 13)Mengangkat pakaian

14)Membersihkan tempat sujud saat shalat sedang berlangsung 15)Memejamkan mata

9. Sunah didalam shalat

Sunah didalam shalat yang diperintahkan ada 2 macam yaitu sunah ad‟adh dan haiat

1) Sunah Ad‟adh

a. Membaca tasyahud awal

b. Membaca shalawat pada tasyahud awal

c. Membaca shalawat atas keluarga nabi saw, pada tasyahud akhir d. Membaca Qunut pada shalat subuh dan shalat witir pada

pertengahan hingga akhir bulan ramadhan. 2) Sunah Hay‟at


(39)

29

a. Mengangkat kedua belah tangan ketika takbiratul ikhram,ketika akan ruku‟ dan ketika berdiri dari ruku‟.

b. Meletakan telapak tangan yang kanan diatas pergelangan tangan kiri ketika sedekap,

c. Membaca do‟a Iftitah sehabis takbiratul ikhram. d. Membaca Ta‟awwudz ketika hendak membaca fatihah, e. Membaca Amiin ketika sesudah membaca Fatihah,

f. Membaca surat Al-Qor‟an pada dua raka‟t permulaan sehabis membaca Fatihah,

g. Mengeraskan bacaan Fatihah dan surat pada raka‟at pertama dan kedua, pada shalat magrib, isya‟ dan subuh selain makmum.

h. Membaca Takbir ketika gerakan naik turun, i. Membaca tasbih ketika ruku‟ dan sujud.

j. Membaca “sami‟allaahu liman hamidah” ketika bangkit dari ruku‟ dan membaca “Rabbanaa lakal Hamdu” ketika I‟tidal,

k. Meletakan kedua telapak tangan diatas paha ketika duduk tasyahud awal dan tasyahud akhir,dengan membentangkan yang kiri dan mengenggamkan yang kanan, kecuali jari telunjuk.

l. Duduk Iftirasy dalam semua duduk shalat, m. Duduk Tawarruk pada duduk tasyahud akhir n. Membaca salam yang kedua.


(40)

30

o. Memalingkan muka ke kanan dan kekiri ketika membaca salam pertama dan kedua

10.Shalat Jama’ah

Kata “Jamaah” secara bahasa berarti golongan atau kelompok. Sedangkan yang dimaksud shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan secara berkelompok, yang tediri imam dan makmum.18

Sedangkan Sulaiman Rasjid mendefiniskan shalat berjamaah adalah apabila dua orang shalat bersama-sama dan salah seorang diantara mereka mengikuti yang lain19.

Shalat berjamaah meskipun hukumnya sunah tetapi sangat ditekankan. Adapun caa mengerjakannya adalah imam berdiri didepan dan makumum dibelakang. Makmum harus mengikuti perbuatan imam dan tidak boleh mendahuluinya dalam setiap gerakan.

Shalat berjamaah mempunyai keutamaan dan pahala yang sangat besar, dari ibnu umar radhiallaahu anhuma, bahwasanya Rasullah saw bersabda “Shalat berjamaah dua puluh tujuh kali lebih utama daripada shalat sendirian”.

Shalat yang disunahkan berjamaah ialah : a. Shalat fardhu lima waktu

b. Shalat dua hari raya

18Ibid Muhyiddin Abdusshomad, h. 111


(41)

31

c. Shalat tarawih dan witir dalam bulan ramadhan d. Shalat minta hujan

e. Shalat gerhana matahari dan bulan f. Shalat jenazah

11.Hukum Shalat Berjamaah

Hukum melaksanakan shalat berjamaah terbagi menjadi enam macam, yaitu:20 1) Wajib „Ain

Yaitu shalat jum‟at bagi laki-laki merdeka, baligh, dan tidak dalam perjalanan.

2) Fardhu Kifayah

Seperti shalat jamaah dalam shalat maktubah. 3) Sunnah

Seperti shalat jenazah, shalat dua hari raya dan beberapa sunnah lain yang dianjurkan secara berjamaah.

4) Mubah

Seperti shalat sunnah rawatib, tasbih, tahajjud, dan semacamnya. 5) Makruh

Seperti orang yang shalat qadha‟ bemakmum kepada orang yang shalat „ada‟, begitu sebaliknya.

6) Haram atau Dilarang


(42)

32

Yaitu apabila susunan rukun shalat imam dan makmum berbeda.Seperti imam shalat shubuh sedangkan makmum mengerjakan shalat jenazah atau shalat gerhana. Larangan ini timbul

12.Syarat-syarat Shalat Jamaah 1) Syarat Imam21

a. Islam b. Baligh c. Berakal sehat

d. Suci dari hadats besar dan kecil e. Bacaan al-Qurannya bagus

f. Imam harus seorang laki apabila makmumnya terdiri dari laki-laki. Sedangkan seorang perempuan tidak boleh menjadi imam dari makmum laki-laki, ia hanya boleh menjadi imam jika makmumnya hanya terdiri dari perempuan saja.

2) Orang yang Paling Berhak Menjadi Imam

Berikut adalah kriteria orang yang paling berhak untuk menjadi imam dalam shalat berjamaah:22

a. Orang yang paling paham agama

b. Orang yang paling bagus bacaan al-Qurannya

21 Ibid., Muhyiddin Abdusshomad h. 128 22 Ibid., Muhyiddin Abdusshomad h. 128-129


(43)

33

c. Orang yang paling wara‟ (hati-hati dalam masalah agama) d. Orang yang lebih bagus nasabnya

e. Orang yang paling bersih perjalanan hidupnya f. Orang yang paling baik perilakunya

g. Orang yang paling baik suaranya

h. Orang yang paling berpenampilan menarik i. Orang yang paling harum pakaiannya j. Orang yang paling harum badannya k. Orang yang telah berumah tangga 13.Hikmah Dan Manfaat shalat Berjamaah

Menurut Jumhur Ulama‟, sholat berjama‟ah hukumnya sunnah muakkad, sedangkan menurut Imam Ahmad Bin Hanbal, sholat berjama‟ah hukumnya wajib. Rosulullah SAW selama hidupnya sebagai Rosul belum pernah meninggalkan sholat berjama‟ah di masjid meskipun beliau dalam keadaan sakit. Rosululah SAW pernah memperingatkan dengan keras keharusan sholat berjama‟ah di masjid, sebagai mana diuraikan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori Muslim berikut:

ْاََََْْنِذَؤُ يَ فِْْةَاَصلْاِبَْْرُمَاَُْْثُْْبِطَتْحَيَ فْْ بْطََِِْْرُمَاْنأْتممدَقَلِِْْدَيِبْىِسْفَ نْىِذَلاَو

ْمِهْيَلَعَْْقِرْحُأَفَْْةَاَصلاَْْنوُدَهْشَيَاْْ لاُجَرَْْلِاَْْفِلاَخُاَُْْثْ,َساَلاَْْمُؤَ يَ فْْااُجَرَْْرُمَاَُْْث

يلعْقفتمْ–ْْْمُهَ توُيُ ب

Artinya : “Demi jiwaku yang berada dalam kekuasaan-Nya, sungguh aku bertekad menyuruh mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku suruh


(44)

34

seorang adzan untuk sholat dan seseorang untuk mengimami manusia, kemudian aku pergi kepada orang-orang yang tidak ikut sholat, kemudian aku bakar rumah mereka”

Hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya sholat berjama‟ah. Rosulullah menekankan bahwa sholat jama‟ah dilaksanakan di masjid. Karena masjid didirikan bukan untuk bemegah-megahan, melainkan untuk diramaikan atau dimakmurkan. Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 18 :

َْْشَََْْْْلَوَْْةوَكَزلاْىَتَأَوَْْةَاَصلاَْْماَقأَوِْْرِخأاِْْمْوَ يلاَوِْْلاِبَْْنَمأْْْنَمِْْلاَْْدِجاَسَمْْارُمْعَ يْاََّإ

َْلاَْْاإ

Artinya : “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan tidak takut selain kepada Allah.”23

Banyak keutamaan dan manfa‟at yang bisa diperoleh ketika seseorang menunaikan sholat berjama‟ah. Ada keutamaan yang diperoleh di dunia dan juga ada keutamaan atau manfaat yang bisa diperoleh nanti di akhirat. Diantara keutamaan atau manfaat dari sholat berjamaah adalah sebagai berikut24:

1) Allah akan melipat gandakan pahala sholat berjama‟ah sampai dua puluh sekian.

23 al-Qur‟an dan terjemahan Qs At – taubah 18


(45)

35

ْ ِبَيَسُمْلاِْنْبِْديِعَسِلُْتْلُ قَْلاَقْ دِْْ َِِأُْنْبُْدُواَدْاَنَرَ بْخَأَْنوُراَُْنْبُْديِزَيْاَنَرَ بْخَأ

ُْتْلُ قْْمَعَ نَْلاَقَُْعَمْيِلَصُيَأْيِلَصُيَْوَُوَْماَمِْْاَْكَرْدَأَُْثِِْتْيَ بْ ِِْىَلَصٌْلُجَر

َْلاِبَْلاَقُْبِسَتََْْاَمِهِتَيَأِب

َِْللاَْلوُسَرَْنَأْاََ ثَدَحَْةَرْ يَرُْاَبَأَْنِإَفِْماَمِْْاَْعَمْىَلَصْ ِِ

ْااعْضِبَُْدْحَوِِْت َاَصْىَلَعُْديِزَتِْعيِمَْْاْ ِِِْلُجَرلاُْة َاَصَْلاَقَْمَلَسَوِْْيَلَعَُْللاْىَلَص

ااءْزُجَْنيِرْشِعَو

Artinya:Telah mengabarkan kepada kami Yazid bin Harun telah mengabarkan

kepada kami Daud bin Abu Hindun ia berkata, saya bertanya kepada

Sa'id bin Al Musayyab, "Ada seorang laki-laki telah melakukan shalat

di rumahnya, kemudian ia menjumpai imam sedang melakukan shalat, apakah ia melakukan shalat bersamanya? Ia menjawab, "Ya." Saya bertanya lagi, "Shalat manakah yang ia hitung? Ia menjawab, "Shalat

yang ia lakukan bersama imam, karena sesungguhnya Abu Hurairah

telah menceritakan kepada kami bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Shalatnya seorang laki-laki dalam berjama'ah lebih utama dengan shalat yang ia kerjakan sendirian dengan dua

puluh sekian derajat."25

2) Menjauhkan diri dari sifat munafik. Karena di antara sifat orang munafik adalah bermalas-malasan dalam sholat. Hal ini tertera dalam surat An-Nisa‟ ayat 142 :

َْْنْوُءاَرُ يَْْلاَسُكْْاْوُماَقِْْةَاَصلاَْْلإْاوُماَقْاَذإَوْْْمُهُعِدَخَْْوَُوَْْلاَْْنْوُعِدَََُْْْيِقِفَُماَْْنإ

ْااْيِلَقَْْاإَْْلاَْْنْوُرُكْذَيَْْاَوَْْساَلا

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah. Dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya‟ (dengan sholat) di


(46)

36

hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”26

3) Menjadi sebab diampuni dosanya oleh Allah. Rosulullah bersabda :

ُُْْلْوَ قَْْقَفاَوْْْنِمَُْْنِإَفْ,يمآْ:ْاُولْوُقَ فْ)يّلآّضلاَاَوْْْمِهْيَلَعِْْبوُضْغَمْاِْْْيَغ(ُْْماَمِْْاْلاقْاَذِْإ

ملسمْوْىراجبلاْ اورْ—ِِْْبْنَذْْْنِمَْْمَدَقَ تَامَُْْلَْْرِفَغِْْةَكِئَاَمْاُْْلْوَ ق

Artinya : “Jika imam mengucapkan “Ghoiril maghdhubi „alaihim waladhdholliin”, maka ucapkan amin, karena sesungguhnya siapa yang mengucapkan amin bersamaan dengan ucapan malaikat maka ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

4) Mengembangkan disiplin dan berakhlak mulia.

Sholat berjama‟ah mengajarkan disiplin seorang makmun senantiasa mengikuti gerakan imam dan berada di belakang imam. Hal ini tentu membiasakan melatih kedisiplinan dalam kehidupan seseorang, menghilangkan ego, perbedaan dan dengan penuh kerendahan hati patuh dan taat pada pimpinannya, yaitu imam.”

5) Tumbuhnya persaudaraan, kasih sayang dan persamaan.

Apabila kita bertemu lima kali dalam sehari, maka akan tumbuh kasih sayang diantara sesama muslim. Dan jika suatu waktu ada saudara kita yang biasa berjama‟ah kemudian beberapa waktu tidak hadir di masjid, maka kita akan bertanya-tanya, ada apa atau mengapa ia tidak berjama‟ah? Seandainya jawaban yang didapat bahwa beliau itu sakit, maka kita akan bergegas menjenguk dan mendo‟akannya27.

26 al-Qur‟an dan terjemahan QS Annisa 142 27Ibid Syaik Muhammad Nawawi Al Jawi, h. 81


(47)

37

Sholat berjama‟ah juga mengajarkan persamaan : tidak dibedakan antara yang kaya dan yang miskin, seorang pejabat atau rakyat jelata, atasan atau bawahan, semua berdiri, ruku‟, sujud, dan duduk dalam satu barisan untuk taat dan tunduk kepada Allah.

B. Kecerdasan spiritual

1. Pengertian Kecerdasan spiritual

Kecerdasan (dalam bahasa inggris disebut Intelligence dan bahasa Arab di sebut al-dzaka') Menurut arti bahasa kecerdasan adalah pemahaman, kecepatan dan kesempurnaan sesuatu, atau berarti kemampuan (al-qudrah) dalam memahami sesuatu secara tepat dan sempurna. Intelligence berarti kapasitas umum seorang individu yang dapat dilihat pada kesanggupan pikirannya dalam mengatasi tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru, keadaan ruhani secara umum yang dapat disesuaikan dengan problema-problema dan kondisi-kondisi yang baru di dalam kehidupan.28

Kecerdasan sering diartikan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi terutama pemecahan yang menuntut kemampuan dan ketajaman pikiran. Kamus Webster dalam Born To Be a Genius mendefinisikan kecerdasan (intelligence) sebagai :

28 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja


(48)

38

a. Kemampuan untuk mempelajari atau mengerti dari pengalaman, kemampuan untuk mendapatkan dan mempertahankan pengetahuan, kemampuan mental

b. Kemampuan untuk memberikan respon secara cepat dan berhasil pada situasi baru, kemampuan untuk menggunakan nalar dalam memecahkan masalah.29

Dari beberapa Pengertian kecerdasan di atas menunjukan bahwa kecerdasan hanya berkaitan dengan kemampuan struktural akal (intellectual) dalam menangkap gejala sesuatu, sehingga kecerdasan hanya bersentuhan dengan aspek-aspek kognitif. Spiritual merupakan bentukan dari kata spirit. Spirit merupakan kata yang memiliki banyak arti, misalanya spirit diartikan sebagai kata benda (noun) seperti arwah, hantu, peri, orang, kelincahan, makna, moral, cara berfikir, semangat, keberanian, sukma dan tabiat. Keduabelas kata tersebut masih terlalu luas, apabila dipersempit lagi maka kata spirit menjadi tiga macam arti saja, yaitu moral, semangat dan sukma. Kata spiritual sendiri bisa dimaknai sebagai hal-hal yang bersifat spirit atau berkenaan dengan semangat.30

Spiritual dapat diartikan sebagai sesuatu yang murni dan sering juga disebut dengan jiwa atau ruh. Ruh bisa diartikan sebagai energi kehidupan yang membuat manusia dapat hidup, bernafas dan bergerak. Spiritual

29Ibid. Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir.,h 319-320

30Ary Ginanjar Agustian, ESQ Power, (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001), 51Ary Ginanjar


(49)

39

berartisegala sesuatu di luar tubuh fisik manusia. Dimensi spiritual adalah inti kita, pusat kita, komitmen kita pada sistem nilai kita. Daerah yang amat pribadi dari kehidupan dan sangat penting.Dimensi ini memanfaatkan sumber yang mengilhami dan mengangkat semangat kita dan mengikat kita pada kebenaran tanpa batas waktu mengenai aspek humanitas.31

Sisi lain menurut kamus Webster, kata spirit berasal dari kata benda bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas, dan kata kerja “spairare” yang berarti untuk bernafas, dan memiliki nafas berarti memiliki spirit. Beberapa literatur lain juga menjelaskan bahwa kata spiritual yang diambil dari bahasa latin itu memiliki arti sesuatu yang memberikan kehidupan atau vitalitas, dengan vitalitas ini maka hidup akan menjadi lebih hidup. Spiritualitas merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai tujuan dan makna hidup seseorang.32

Menurut Zohar dan Marshall, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup orang lebih bermakna dibandingkan orang lain.33

31 Agus Nggermanto, Quantum Quotient:Kecerdasan Quantum Cara Praktis MelejitkanIQ,EQ dan SQ

yangHarmonis, (Bandung: Nuansa, 2005),h 113. . .

32 Aliah Hasan, Psikologi Perkembangan Islam (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2006),h. 15 33 Zohar, Marshal, SQ Kecerdasan Spiritual, (Bandung: Mizan Pustaka, 2000),h. 3.


(50)

40

Menurut Khalil Khavari, kecerdasan spiritual merupakan fakultas dari dimensi non material ruh manusia. Kecerdasan ini merupakan intan yang belum terasah yang dimiliki semua orang. Semua harus mengenalinya seperti apa adanya, menggosoknya sehingga berkilap dengan tekad yang besar dan menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi. Seperti dua bentuk kecerdasan lainnya (kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi), kecerdasan spiritual dapat ditingkatkan dan diturunkan.34

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan. Sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan manusia yang harus diasah dengan baik yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan serta untuk menempatkan makna pada konteks yang lebih luas sehingga dapat berinteraksi antar sesama manusia dengan interaksi yang baik.

2. Ciri – ciri kecerdasan spiritual

1) Kemampuan bersikap fleksibel yaitu menyesuaikan diri secara spontan dan aktif untuk mencapai hasil yang baik.


(51)

41

2) Tingkat kesadaran yang tinggi. Bagian terpenting dari kesadaran diri ini mencakup usaha untuk mengetahui batas wilayah yang nyaman untuk dirinya sendiri, banyak tahu tentang dirinya

3) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan. Mampu menanggapi dan menentukan sikap ketika situasi yang menyakitkan atau tidak menyenangkan datang.

4) Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit. Mampu memandang kehidupan yang lebih besar sehingga mampu menghadapi dan memanfaatkan serta melampaui, kesengsaraan dan rasa sehat serta memandangnya sebagai suatu visi dan mencari makna dibaliknya.

5) Kualitas hidup yang diIlhami oleh visi dan nilai-nilai. Seseorang yang memiliki spiritual yang tinggi memiliki pemahaman tentang tujuan hidupnya.

6) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu. Orang yang kecerdasan spiritualnya tinggi akan mengetahui bahwa ketika di merugikan oranglain, dia merugikan dirinya sendiri.

7) Berpandangan holistik. Kecenderungan untuk melihatketerkaitan antara berbagai hal, melihat diri sendiri dan oranglain saling terkait

8) Refleksi diri. Kecenderungan untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar


(52)

42

9) Menjadi bidang mandiri, yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi. Mampu berdiri menantang orang banyak, berpegang teguh pada pendapat yang tidak popular jika itu benar-benar diyakininya.35

Dari beberapa ciri yang disebutkan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, seseorang tersebut mampu memberikan inspirasi kepada orang lain dan ia cenderung menjadi pemimpin yang memiliki tujuan membawa visi dan nilai yang tinggi kepada orang lain dan memberikan petunjuk secara benar.

3. Sudut Pandang Menguji Tingkat Kecerdasan Spritual Seseorang:

Menurut Khalil Khavari terdapat tiga bagian yang dapat dilihat untuk menguji kecerdasan spiritual seseorang:

1) Spiritual keagamaan (relasi vertikal, hubungan dengan yang Maha Kuasa) Sudut pandang ini akan melihat sejauh manakah tingkat relasi spritual seseorang dengan Sang Pencipta. Hal ini dapat diukur dari segi komunikasi dan intensitas spritual individu dengan Tuhannya. Manifestasinya dapat terlihat dari pada frekwensi doa, makhluq spritual, kecintaan kepada Tuhan yang bersemayam dalam hati, dan rasa syukur kehadirat-Nya. Khavari lebih menekankan segi ini untuk melakukan pengukuran tingkat kecerdasan spritual, karena apabila keharmonisan hubungan dan


(53)

43

relasi spritual keagamaan seseorang semakin tinggi maka semakin tinggi pula tingkat kualitas kecerdasan spritualnya.

2) Relasi sosial-keagamaan

Sudut pandang ini melihat konsekwensi psikologis spiritual keagamaan terhadap sikap sosial yang menekankan segi terhadap kesejahteraan orang lain dan makhluk hidup lain, bersikap dermawan. Perilaku merupakan manifestasi dari keadaan jiwa, maka kecerdasan spritual yang ada dalam diri individu akan termanifestasi dalam perilakunya.

3) Etika sosial

Sudut pandang ini dapat menggambarkan tingkat etika sosial sebagai manifestasi dari kualitas kecerdasan spiritual. Semakin tinggi tingkat kecerdasan spritualnya semakin tinggi pula etika sosialnya. Hal ini tercermin dari ketaatan seseorang pada etika dan moral, jujur, dapat dipercaya, sopan, toleran, dan anti terhadap kekerasan. Dengan kecerdasan spritual maka individu dapat menghayati arti dari pentingnya sopan santun, toleran, dan beradab dalam hidup.36

Berdasarkan sudut pandang menguji tingkat kecerdasan spiritual seseorang, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah

36 Khavari, The Art Of Happines (Mencapai Kebahagiaan dalam Setiap Keadaan). (Jakarta:


(54)

44

kemampuan atau kapasitas seseorang untuk menggunakan nilai-nilai agama baik dalam berhubungan secara vertikal atau berhubungan dengan Allah SWT ( Hab lum minallah dan hubungan secara horizontal / hubungan sesama manusia yang dapat dijadikan pedoman suatu perbuatan yang bertanggung jawab di dunia maupun akhirat.

4. Pengukuran Kecerdasan Spiritual

Hal yang bisa di lakukan untuk mengukur tingkat kecerdasan spiritual seseorang adalah memberikan batasan-batasan (atau semacam ancang-ancang/ rambu-rambu) yang lentur. Tentu saja semua ini akan berimplikasi pada ketidaksamaan penentuan skor untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat SQ seseorang. Di samping itu, validitas hasil pengukurannya sangat relatif, tidak seakurat hasil pengukuran tes IQ.Sebab dalam pengukuran kecerdasan Spiritual ini, seorang hanya diminta untuk mengisi (menjawab) poin-poin pertanyaan yang diajukan.

5. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual

Adapun pendapat para tokoh mengenai faktor-faktor kecerdasan spiritual anatara lain: Menurut Sinetar37faktor-faktor yang mendukung kecerdasan spiritual otoritas intuitif, yaitu kejujuran, keadilan, kesamaan perlakuan terhadap semua orang dan mempunyai faktor yang mendorong (motivasi) kecerdasan spiritual. Suatu dorongan yang disertai oleh pandangan luas tentang tuntutan hidup dan komitmen untuk memenuhinya.


(55)

45

Sedangkan menurut Agustian38 adalah inner value (nilai-nilai spiritual dari dalam) yang berasal dari dalam diri (suara hati), seperti transparency (keterbukaan), responsibilities (tanggung jawab), accountabilities (kepercayaan), fairness (keadilan) dan social wareness (kepedulian sosial). Faktor kedua adalah drive yaitu dorongan dan usaha untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan. Dari pendapat para tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor kecerdasan spiritual ialah suatu dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan.

6. Manfaat Kecerdasan Spiritual

Dukungan ilmu pengetahuan pada eksistensi Spiritual Quotient (SQ) semakin hari semakin kuat dengan justifikasinya. Hal ini dibuktikan dengan ilmu psikologi, sains, teknologi, seni, dan sebagainya yang kini tampak mengarah kepada fenomena spiritual atau SQ. Beberapa manfaat yang didapatkan dengan menerapkan SQ antara lain:

1) SQ telah “menyalakan” manusia untuk menjadi manusia seperti adanya sekarang dan memberi potensi untuk “menyala lagi” untuk tumbuh dan berubah, serta menjalani lebih lanjut evolusi potensi manusiawi.

2) Untuk menjadi kreatif, luwes, berwawasan luas, atau spontan secara kreatif.


(56)

46

3) Untuk berhadapan dengan masalah eksistensial, yakni saat merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran, dan masalah masa lalu akibat penyakit dan kesedihan. SQ menjadikan sadar bahwa memiliki masalah setidak-tidaknya bisa berdamai dengan masalah tersebut. SQ memberikan rasa yang “dalam” menyangkut perjuangan hidup.

4) Pedoman saat berada pada masalah yang paling menantang. Masalah-masalah eksistensial yang paling menantang dalam hidup berada di luar yang diharapkan dan dikenal, melampaui masa lalu, dan melampaui sesuatu yang dihadapi. SQ adalah hati nurani kita.

5) Untuk menjadi cerdas secara spiritual dalam beragama. SQ mampu menghubungkan dengan makna dan ruh esensial di belakang semua agama besar. Seseorang yang memiliki SQ tinggi mungkin menjalankan agama tertentu namun tidak secara fanatik atau prasangka.

6) Untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dan orang lain. SQ membuat seseorang mempunyai pemahaman tentang siapa dirinya, apa makna segala sesuatu baginya, dan bagaimana semua itu memberikan suatu tempat dalam dirinya kepada orang lain dan makna-makna mereka. 7) Untuk mencapai perkembangan diri yang lebih utuh karena setiap orang

memiliki potensi untuk itu. Masing-masing membentuk suatu karakter melalui gabungan antara pengalaman dan visi, ketegangan antara apa yang benar-benar dilakukan serta hal-hal yang lebih besar dan lebih baik


(57)

47

yang mungkin dilakukan. Pada tingkatan ego murni adalah egois, ambisius terhadap materi, serba-aku, dan sebagainya. Akan tetapi, setiap orang memiliki gambaran-gambaran transpersonal

terhadap kebaikan, keindahan, kesempurnaan, kedermawanan, pengorbanan, dan lain-lain. Sehingga SQ membantu gambaran transpersonal tumbuh melebihi ego dan mencapai lapisan yang lebih dalam yang tersembunyi di dalam diri.Ia membantu seseorang menjalani hidup pada tingkatan yang lebih dalam.39

8) Untuk berhadapan dengan masalah baik dan jahat, hidup dan mati, dan asal-usul sejati dari penderitaan dan keputusasaan manusia. SQ membantu seseorang menyadari bahwa segala sesuatu yang ia miliki pada hakikatnya bukanlah miliknya namun milik Sang Pencipta. Sehingga apabila dia kehilangan sesuatu, maka akan dengan ikhlas menerimanya.40

9) M. Quraish Shihab dalam buku Dia Ada di Mana-mana mengatakan bahwa kecerdasan spiritual melahirkan iman yang kukuh dan rasa kepekaan yang mendalam. Kecerdasan semacam inilah yang menegaskan wujud Allah dapat ditemukan dimana-mana. Kecerdasan yang melahirkan kemampuan untuk menemukan makna hidup, memperhalus budi pekerti, dan dia juga yang melahirkan indra keenam bagi manusia.41

39ibidDanah Zohar, h. 197

40 Abd. Wahab & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual

(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 57-59.


(1)

125 Spiritual yang dimiliki oleh santri sebesar 59,25%, yang mana berdasarkan teori Suharsimi Arikunto sudah tergolong cukup baik. 3. Dar hasil data yang sudah didapatkan, menunjukan bahwa adanya

pengaruh yang segnifikan dari shalat fardhu lima waktu bejamaah terhadap Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren Yasalami Malang. Yang mana korelasi variabel shalat lima waktu berjamaah terhadap Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren Yasalami Malang diperoleh 58% dan sisanya 42% dipengaruhi oleh faktor lain, seperti latar belakang santri, keluarga, lingkungan masyarakat, dan sebagainya.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut:

1. Pelaksanaan shalat lima waktu berjamaah di Pondok Pesantren Yasalami Malang sudah cukup baik. Dan penulis berharap program shalat lima waktu berjamaah tersebut terus ditingkatkan agar bisa benar-benar membiasakan para santri untuk melakukan shalat fardhu lima waktu berjamaah atas kesadarannya sendiri, bukan atas peraturan pesantren. 2. Penulis juga berharap agar sholat lima waktu berjamaah di Pesantren

Yasalami bisa tetap istiqomah sehingga nantinya bias menjadi salah satu amaliyah santri Pondok Peantren Yasalami


(2)

126 3. Disamping menjadi amaliyah santri,dengan di istiqomahkannya sholat lima waktu berjamaah nantinya akan menjadi pemicu daripada isqomah yang lainnya

4. Dalam menangani santri yang tidak mengikuti sholat lima waktu berjamaah, lebih diperketat lagi, dengan diberikan pengurus pesantren tambahan agar lebih maksimal,

5. Disamping adanya sanksi untuk santri alangkah baik juga diadakannya pendekatan secara personal bagi santri yang sering melanggar agar nantinya untuk penyelesaiannya lebih tepat dan mendalam

6. Komunikasi dan koordinasi antara pondok pesantren dan wali murid atau orang tua santri diharapkan bisa ditingkatkan. Karena peran orang tua juga sangat mempengaruhi santri ketika sedang berproses di pondok pesantren, khususnya dalam hal ini adalah menjaga keistiqamahan shalat lima waktu berjamaah

7. Untuk peneliti lanjutan sebaiknya lebih ditekankan kepada wirid yaumiyah pesantren karena di samping sholat, wirid yaumiyahpun juga tidak kalah pentingnya, yang mana bisa sebagai penunjang dalam berbagai macam kecerdasan.


(3)

127

DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Abdul Qadir Ar-Rahwabi, 2007, Panduan Lengkap Shalat menurut Empat Madzhab, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,

al-Qur’an dan terjemahan

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an. Juz X. (Jakarta: Lentera Hati),

http://digilib.uin-suka.ac.id/2689/ diakses pada 17 Juli 2016 pukul 19:25 WIB. Lois Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, (Beirut: Maktabah Syarqiyyah, 1986),

http://ntb.bkkbn.go.id/lists/artikel/dispform.aspx?id=673&contenttypei d=0x0/ diakses pada 15Juli 2016 pukul 22:23 WIB

A. Hasan, pengajaran sholat, bangil: pustaka tamam.

Muhammad Jawab Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, Terj. Masykur A.B., dkk., (Jakarta: Penerbit Lentera, 2010),

Bambang Subandi, Memahami Panggilan Allah dari Bersuci Hingga Shalat, (Surabaya: Jaudar Press, 2013),

Abdul Hamid, M.Ag, Drs. Beni HMd Saebani, M.Si. Fiqh Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 2009)

Wahbah bin Mushtafa Al-Zuhaili, Al-Fiqhu al-Islamiyyu wa Adillatuhu, Juz 1,

Rian Hidayat El-Bantany, Kamus Pengetahuan Islam Lengkap


(4)

128

Salim ibn Abdullah Sa’d ibn Samir al-Hadrani al-Syafi’i, Matn Safinat Naja: Arabic and English, Terj. Abdullah Muhammad Marbuqi

al-Syafi’i, (tt: School of Imam al-Shafi’i, 2009)

Muhyiddin Abdusshomad, Shalatlah Seperti Rasulullah SAW

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, ( Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2012) Syaik Muhammad Nawawi Al Jawi, Fiqih Islam & Tasawuf (Surabaya : Mutiara Ilmu, 2013)

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002)

AryGinanjarAgustian, ESQ Power, (Jakarta: ArgaWijayaPersada, 2001)

Agus Nggermanto, Quantum Quotient:Kecerdasan Quantum Cara Praktis MelejitkanIQ,EQ dan SQ yangHarmonis, (Bandung: Nuansa, 2005)

Aliah Hasan, Psikologi Perkembangan Islam (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2006)

Zohar, Marshal, SQ Kecerdasan Spiritual, (Bandung: Mizan Pustaka, 2000).

Khavari, The Art Of Happines (Mencapai Kebahagiaan dalam Setiap Keadaan). (Jakarta: Mizan Pustaka. 2000),

Sineter, Kecerdasan Spiritual, (Bandung: Mizan Pustaka, 2001), Abd. Wahab & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan


(5)

129

M. Quraish Shihab, Dia Ada di Mana-mana: “Tangan” Tuhan di Balik Setiap Fenomena (Jakarta: Lentera Hati, 2004)

Udik Abdullah, Meledakkan IESQ dengan Langkah Taqwa dan Tawakkal (Jakarta: Zikrul Hakim, 2005)

PengasuhpesantrenYasalami Dokumentasi pesantren AsatidPesantrenYasalami

Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982)

Anas Sujiono. Pengantar Statisik Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008)

Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Jakarta: CV. Alfabeta, 2011, cet. Ke-19

Hamid Darmadi , Dimensi-Dimensi metode penelitian pendidikan dan social, (Bandung:Alfabeta, 2013), cet ke-1,

Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997),

Dr. Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, Dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kharisma Putra Utama: 2014)

Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010)


(6)

130

Suharsini Arikunto. ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Edisi Revisi IV). (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),

Restu Kartiko, Asas Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010)

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006),

S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama),

Ridwan dan Sunarto, Pengantar Statistika; Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2009),

Wahid Salaiman, Analisis Regresi Menggunakan SPSS( Contoh Kasus dan Pemecahannya). (Yogyakarta: Andi, 2004)