Pengaruh salat berjamaah terhadap kedisiplinan santri: studi kasus di Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan.

(1)

PENGARUH SALAT BERJAMAAH TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN AL-BAKRIYAH

LOMAER BLEGA BANGKALAN) SKRIPSI

Oleh SAIFULLAH

D01213047

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM AGUSTUS 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Saifullah, D01213047, Pengaruh Salat Berjamaah terhadap Kedisiplinan Santri studi kasus di Pondok pesantren Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan. Di bawah bimbingan (1) Al-qudus Nofiandri Eko Sucipto Dwijo, Lc. MH.I (2) Dr. H. Amir Maliki Abitolkha, M.Ag.

Salat merupakan ibadah yang harus dilaksanakan oleh umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, apabila ada sebagian dari mereka tidak mengerjakan salat maka mereka termasuk orang-orang yang merugi, karena dalam salat memiliki pengaruh bagi yang melaksanakannya, sebagaimana seorang mukmin melaksanakan salat fardu maupun sunah dengan baik dan benar, dan dengan mentaati ketentuan salat, rukun-rukun dalam salat serta memperhatikan syarat sahnya salat maka mereka termasuk orang-orang yang menjalankan amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini disampaikan oleh Allah SWT dalam firmannya surah al-Ankabut ayat 45:

َِرَكن ْلا َِءاشحَفْلاَِ عَى نتََةاّصلاََّ ِإ

“Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar”

Pondok pesantren merupakan tempat menuntut ilmu dan memiliki peraturan yang bertujuan untuk menjadikan seorang remaja (santri) dapat disiplin dan berakhlakul karimah, bagaimana pelaksanaan salat berjamaah di pondok pesantren? bagaimana kediplinan santri dipondok pesantren? dan adakah pengaruh salat berjamaah terhadap kediplinan santri di pondok pesantren? Menghadapi hal tersebut penulis tertarik untuk mengetahui dan mengungkap prihal tentang Pengaruh Salat berjamaah terhadap Kedisiplian Santri studi kasus di pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah Kegiatan Salat berjamaah mempengaruhi sikap kedisiplinan santri dalam berkaktivitas sehari- hari. Dalam skripsi ini penulis menggunakan penelitian kuantitatif regresi linier sederhana, yang ditunjang oleh data-data yang diperoleh melalu penelitian lapangan (field research), adapun untuk mengathui data yang diperlukan penulis menggunakan teknik pengumpulan data di antaranya observasi, interview (wawancara) dan angket atau kuesioner, sebelum instrument digunakan dalam penelitian maka terlebih dahulu penulis melakukan uji validitas dan reabilitas.

Hasil uji koefisien determinasi (r square) menunjukkan bahwa nilai r² adalah sebesar 0,656 atau 65,6% yang artinya bahwa 65,6% Kedisiplinan santri dipengaruhi oleh variabel bebas Salat berjamaah. Sisanya sebesar 34,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Salat berjamaah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap Kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan.


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Hipotesis Penelitian ... 10

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 11

G. Definisi Oprasional ... 11


(8)

BAB II KAJIAN TEORI ... 14

A. Tinjauan Teoritis Tentang Salat Berjamaah ... 14

1. Pengertian Salat Jamaah ... 14

2. Dasar Hukum Salat Jamaah ... 15

3. Syarat Sah Salat Jamaah ... 19

4. Tata Cara Salat Jamaah ... 20

5. Manfaat Salat Jamaah ... 22

B. Tinjauan Teoritis Tentang Kedisiplinan ... 25

1. Pengertian Disiplin ... 25

2. Tujuan Disiplin ... 27

3. Faktor-faktor yang Mengaruhi Disiplin ... 29

C. Tinjauan Teoritis Tentang Shalat Berjamaah dan Kedisiplinan ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 34

B. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 42

C. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian ... 44

D. Variabel dan Indikator Penelitian ... 45

E. Populasi dan Sampel ... 47

F. Jenis Data ... 51

G. Teknik Pengumpulan Data ... 51


(9)

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN ... 59

A. Deskripsi Data ... 59

B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 83

C. Pembahasan ... 94

BAB V PENUTUP ... 96

A. KESIMPULAN ... 96

B. SARAN ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ibadah kepada Allah SWT merupakan suatu hal yang sangat penting, karena Allah SWT adalah dzat yang menciptakan manusia, bahkan dunia seisinya. Allah SWT mewajibkan ibadah kepada umat manusia bukan untuk kepentingan-Nya, melainkan untuk kebaikan kita sendiri, agar kita mencapai derajat taqwa yang dapat menyucikan kita dari kesalahan dan kemaksiatan, sehingga kita dapat keuntungan dengan keridhaan Allah SWT dan surga-Nya serta dijauhkan dari api neraka dan adzab-Nya.1

Tidaklah Allah menciptakan manusia di muka bumi ini kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Tentunya beribadah dengan mengikuti syariat Islam yang telah dibawah oleh nabi Muhammad SAW. Pokok ibadah dalam Islam adalah melaksanakan rukun Islam, yaitu : Syahadat bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rosulullah. Menegakkan salat, membayar zakat, puasa ramadhan dan haji kebaitullah (bila mampu). Sesuai dengan hadist nabi Muhammad SAW sebagai berikut:

1

Syekh Mustofa Masyur, Berjumpa Allah Lewat Shalat, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm 23


(11)

2

ِاي ِبي: َس يِ عيُهاي َصيهايُل س يلاق

يْ ايُدا شيش خي عي اس

يِات ِا ي اصلايِ ِقا ي ُل س ي ح يَ ا يهايَ ِاي لِايال

ي صلا ي اكزلا

يجِح ي اض

(

ِس ي َي ِ لاي ا

)

ِت ْلا

ي

Artinya :“Rosulullah bersabda: islam ditegakkan diatas dasar lima (rukun), Syahadat bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwsanya Muhammad adalah Rosulullah. Menegakkan salat, membayar zakat, puasa ramadhan dan haji

kebaitullah”.2

Salat merupakan salah satu rukun Islam yang kedua dari beberapa rukun Islam lainnya. Salat merupakan kewajiban bagi umat muslim untuk menyembah Allah yang menjadi salah satu ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Perintah Allah dalam memerintahkan salat terdapat dalam Firman-Nya QS. Thaha: 14

ِْكِ ِلي اّصلايِ ِقأ ي ِ عافيا أياِإي لِإياي ّلايا أي ِِّإ

Artinya : “Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka

sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku”.3

2

Imam Yahya bin Syarif Annawawi, Hadist Arbain, Bab Rukun ba’, hlm 3

3


(12)

3

Salat juga sebagai tolak ukur amal perbuatan kita. jika salat kita baik, maka dianggap baik pula ibadah yang lainnya. Dalam konsepsi Islam juga dikatakan bahwa ibadah merupakan kerangka umum bagi setiap ajarannya. Jika ibadah dilaksanakan dengan baik, sebagai imbasnya, baik pula kehidupan moral dan sosial seseorang. Sebaliknya, jangan pernah percaya bahwa seseorang punya kehidupan moral dan sosial yang baik sementara ibadahnya amburadul. 4

Salat mempunyai kedudukan yang utama dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lain. Tetapi akan lebih utama jika salat dilakukan dengan secara berjemaah, baik dilakukan di masjid, musholah, surau, pondok dan tempat-tempat yang lain. Salat berjamaah 27 (dua puluh tujuh) derajat lebih utama dari pada salat yang dilakukan sendirian. Seperti sabda nabi Muhammad SAW:

ًج دي ِشِع يع سِبيِّ فْلايِاصي ِيُلضْفأي عا جْلايُاص

Artinya: “Salat berjamaah lebih afdhal daripada salat sendirian sebanyak 27

kali lipat.” (H.R. Bukhari dan Muslim)5

Salat adalah sesuatu bentuk pengajaran bagi seorang muslim untuk memiliki sikap disiplin. Seperti contoh ketika tiba waktu salat seorang muslim yang sedang mengerjakan sebuah aktifitas, ia meninggalkan sejenak

4

Syekh Tosun Bayrak, Murtadha Muthahhari, Energi Ibadah, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2007), hlm 43

5


(13)

4

aktivitasnya dan bergegas mengambil air wudhu disitulah kedisplinan muncul pada pada dirinya. Memiliki sikap disiplin harus ada niatan dan kebiasaan yang melekat pada diri, dengan begitu sikap disiplin akan terus mengiringi kita. Sikap disiplin adalah suatu bentuk kegiatan dan komitmen seseorang dalam menjalankan aturan. Sikap ini tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi ia harus dibangun dan dijaga.

Menurut para psikolog, sesorang yang membiasakan diri pada sesuatu akan menghadapi dua hal yang bertentangan. Di satu sisi, semakin banyak waktu yang diluangkan untuk kebiasaannya itu dan ketika semakin sering mengulanginya, semakin mudah ia melakukannya. Karena itu, Islam sangat menekankan pentingnya niat, ibadah takkan berubah menjadi rutinitas-pekerjaan yang dilakukan tanpa kehendak dan kesadaran.6

Umat Islam sangat dikehendaki untuk mempunyai sifat disiplin dan istiqomah, sesuai dengan firman Allah QS. Al-Ahqof :13

زح ي يا ي ِ عيف خيافيا ا تسايّ ُثي ّلايا ّب يا ُلاقي ِ ّلايّ ِإ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita”.7

6

Op.cit., hlm 103-104

7


(14)

5

Islam sebagai agama yang menghendaki umatnya memiliki sikap disiplin atau Istiqomah, hal ini dijelaskan pula pada hadist Rasulullah SAW:

يتُْقي:لاقي,ي عيُهاي ِض ي ِف َثلايِهاِ عيِ بي ا ْفس عي ِبأيل ِق ي عي ع

غا حأي عيُلأسأياي,يًا قيِاسِإْاي ِفي ِليْلُقي,يِهايل س ا

.

يْلُقي:لاق

س ي ا ي.ي ِتساي ُثي,يِهاِبيت

Artinya:“Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA aku berkata (bertanya)” Ya

Rasulullah di dalam Islam ada sebuah perkataan yang tidak akan bertanya

kecuali kepada mu” Rasulullah menjawab “Katakanlah aku beriman kepada

Allah SWT kemudian kamu beristoqomah” (HR. Muslim )8

Umat muslim didorong untuk melakukan salat bersama di masjid. Salat bersama ini selain memiliki aspek spiritual, juga memiliki aspek sosial, di mana umat muslim dapat bekumpul bersama-sama membahas masalah yang mereka hadapi.9

Hampir di seluruh pondok pesantren di Indonesia menetapkan peraturan-peraturan tertentu bagi santrinya. Tujuan diadakanya peraturan tersebut untuk melatih sikap disiplin bagi santri. Biasanya peraturan

8

Imam Muslim, Shahih Muslim, (Al-Azhar: Jumhur Al-Arabiah,tt), juz. I., hlm 35

9

Aliah B. Purwakania Hasan, Pengantar Psikologi Kesehatan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm 12


(15)

6

disepakati oleh para kiai dan ustad untuk ditaati oleh santri. Sistem pondok pesantren dalam menerapkan ibadah sangatlah ketat. Salah satu peraturan yang ditetapkan pondok pesantren adalah salat berjamaah.

Diluar peraturan yang ditetapkan untuk melatih kedisiplinan santri, dibutuhkan pula tauladan atau contoh yang baik dari lingkungan pendidikan. Seperti ustad yang memberikan contoh istiqomah shalat berjamaah di masjid. Kemampuan seorang pendidik/Ustadz merupakan faktor yang sangat menentukan demi tercapainya suatu tujuan pendidikan, oleh karena itu, program pengajaran yang telah dicanangkan guru harus sejalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya, jika seorang guru memiliki jiwa dinamis, bertanggung jawab dan disiplin terhadap tugasnya, maka tujuan pendidikan yang direncanakan akan mudah diraih, dan tidak kalah pentingnya mencapai tujuan pendidikan adalah sikap disiplin baik dari pendidik dan peserta didik.10

Pondok pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan adalah salah satu pondok pesantren yang menerapkan peraturan wajib salat berjamaah bagi santrinya. Salat berjamaah disini adalah wajib santri ikut serta menjalankan ibadah salat lima waktu, yakni salat Subuh, salat Dhuhur, salat Asar, salat Magrib dan salat Isya yang di imami oleh kiai atau ustad di masjid.

10

Syamsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakata: Gaya Media Pratama, 2001), hlm 6


(16)

7

Bagi santri yang tidak salat berjamaah maka akan dikenakan sanksi berdiri ditengah asrama selama 1 (satu ) jam dan membaca yasin 1 (satu) kali, dan dihitung kelipatanya jika tidak mengikuti salat berjamaah.

Penulis ingin mengetahui sisi positif dari peraturan yang diwajibkanya salat berjamaah bagi santri. Apakah salat berjamaah dapat melatih santri untuk lebih disiplin?. Dari latar belakang tersebut yang penulis tuturkan di atas, maka penulis tertarik untuk mendalami masalah ini lebih jauh lagi dalam bentuk penelitian dengan judul “Pengaruh Salat Berjamaah Terhadap Kedisiplinan Santri Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan”. Agar bisa menjelaskan adanya pengaruh atau tidak bagi santri yang telah mengerjakan salat malam berjamaah dapat mempengaruhi sikap disiplin pada setiap kegiatan yang dijalani.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan salat berjamaah di pondok pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan?

2. Bagaimana kediplinan santri dipondok pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan?

3. Adakah pengaruh shalat berjamaah terhadap kediplinan santri di pondok pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan?


(17)

8

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan salat berjamaah dipondok pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan.

2. Untuk mengetahui kediplinan santri dipondok pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan.

3. Untuk mengetahui pengaruh salat berjamaah terhadap kedisiplinan santri dipondok pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai berikut : 1. Kegunaan Teoritis

a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai karya ilmiah dalam upaya mengembangkan kompetensi peneliti serta untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program sarjana strata satu (S1). b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian ilmu yang

tetap di pondok pesantren dari pengaruh salat berjemaah terhadap pembentukan sikap disiplin santri.


(18)

9

2. Kegunaan Praktis a. Bagi Penulis

Penelitian ini menjadi pengalaman sebagai masukan sekaligus sebagai pengetahuan dalam mengetahui tingkat kedisiplinan santri dalam mengikuti kegiatan salat berjamaah.

b. Bagi Lembaga

Penelitian ini menjadi rujukan pesantren untuk meningkatkan kualitas peraturan dan sanksi dalam mengikuti kegiatan salat berjamaah.

c. Bagi Santri

Dapat menambah pengetahuan santri dalam meningkatkan kualitas kedisiplinan mengikuti kegiatan salat berjemaah dan menjadi renungan bagi pihak-pihak yang bertanggung jawab dengan pelaksana, agar dapat menyuguhkan pendidikan yang lebih berkualitas.

d. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan ilmu pengetahuan, bahwa salat berjemah memiliki keistimewaan yang baik dan menjadikan kehidupan lebih teratur dan disiplin.


(19)

10

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari bahasa yunani yang mempunyai dua kata “hupo” (Sementara) dan “thesis” (pernyataan atau teori). Sedangkan menurut

bahasanya hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.11

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y (Independent dan Dependent Variabel). Jadi hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah: “Kegiatan salat jamaah mempunyai pengaruh dalam meningkatkan kedisiplinan santri di pondok pesantren

Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan”.

2. Hipotesis Nihil (Ho)

Hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel X dan Y (Independent dan Dependent Variable). Jadi hipotesis nol dalam penelitian ini adalah: “Kegiatan salat jamaah tidak mempunyai pengaruh dalam meningkatkan kedisiplinan santri di pondok pesantren

Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan”.

11

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm 71


(20)

11

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah kegiatan shalat Berjamaah dan Kedisiplinan Santri, lokasi yang diambil adalah Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan.

Agar jelas dan tidak meluas pembahasan dalam skripsi ini, maka kiranya peneliti untuk memberikan batasan masalah adalah:

1. Pembahasan tentang salat berjamaah. 2. Pembahasan tentang kedisiplinan santri.

G. Definisi Oprasional

1. Pengaruh Salat Berjemaah

Pengaruh adalah Suatu daya yang membentuk watak dan perbuatan seseorang. Menurut bahasa, pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang berkuasa.12

Salat berjamaah adalah Apabila dua orang sembahyang bersama-sama dan salah seorang diantara mereka mengikut yang lain, keduanya dinamakan salat berjamaah.13

2. Kedisiplin Santri

Menurut Prof. Komaruddin, kedisiplinan adalah suatu kedaan yang menunjukkan suatu yang ditertibkan dan teratur yang dihasilkan oleh

12

W.J.S. Poerwardamita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN. Balai Pustaka, 1985), hlm 731

13


(21)

12

orang yang berada di bawah naungan sebuah organisasi karena peraturan yang berlaku harus dihormati dan ditaati.14

Sedangkan yang dimaksud kedisiplinan disini adalah kedisiplinan santri dalam hal keaktifan dan kerutinan dalam salat, tepat waktu dalam melaksanakan salat dan juga sesuai dengan tata cara yang ditentukan. H. Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang tersusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitin terdahulu, Definisi Oprasional, hipotesis penelitian dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : Landasan teori, berisi tentang pengertian salat berjamaah, tujuan

salat berjamaah, tata tertib berjamaah, Keutamaan salat berjamaah, pengaruh salat bejamaah, pengertian disiplin, pentingnya sikap disiplin, faktor yang mempengaruhi disiplin dan shalat berjamaah dan displin.

BAB III : menguraikan tentang metode penelitian yang meliputi: jenis penelitian, rancangan penelitian, penentuan populasi dan sampel, metode pengumpulan data, instrument penelitian dan teknik analisis data.

BAB IV : tentang pertama, diskripsi data yang di dalamnya terdapat gambar umum obyek penelitian yang menguraikan sejarah berdirinya

14


(22)

13

pondok pesantren, visi dan misi pondok pesantren, struktur organisasi, keadaan guru dan santri, keaadaan sarana dan prasarana. Kedua penyajian data dan analisis data.

BAB V : merupakan bab terakhir dari pembahasan penulisan skripsi yang meliputi kesimpulan, saran, lampiran, dan penutup.

Setelah pembahasan dari kelima bab tersebut maka pada bagian akhir dari penelitian ini disertakan beberapa lampiran yang dianggap perlu. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas dan menjadi rujukan dari inti pembahasan penelitian.


(23)


(24)

BAB II KAJIAN TEORI A.Tinjauan Teoritis Tentang Salat Berjamaah

1. Pengertian Salat Jamaah

Salat berjamaah adalah salat bersama- sama, dimana salah satu orang menjadi imam dan yang lain menjadi makmum.1Disebut jamaah, karena

ijtima’nya (berkumpulnya) orang-orang untuk melakukan salat dalam satu waktu dan tempat. Bila berbeda keduanya (waktu dan tempat) atau salah satunya, maka tidak disebut jamaah. Karena itu, salat mengikuti imam melalui radio atau televisi tidak sah, karena yang demikian itu bukan salat jamaah.2

Salat jamaah adalah pendidikan untuk semua kehidupan. Maka barangsiapa yang tidak bisa melaksanakan hal ini secara baik, ia tidak akan melaksanakan pekerjaan duniawi dan ukhrawi dengan baik.3

Sedangkan menurut Abu Zahra‟ salat berjamaah adalah salat bersama-sama yang dipimpin seorang imam salat yang adil. Imam salat yang adil itu adalah orang yang saleh.4 Menurut Shalih salat berjamaah

1

Sayyid Shaleh Al-Ja'tari, The Miracle of Shalat; Dahsyatnya Shalat, (Jakarta: Gema Insani , 2002), hlm 24

2

Aan Anwariyah, Et.all., Taudhih Al-Ahkam Min Bulugh Al-Maram, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010), hlm 458

3

Abulhasan Ali Abdul Hayyi Al-Hasani An-Nadwi, Empat Sendi Agama Islam,Ter. dari The four Pillars of lslam (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Cet.I., hlm 63

4


(25)

15

adalah keterikatan antara salat seorang makmum dan salat seorang imam dengan syarat-syarat tertentu.5

Dari beberapa pendapat diatas mengenai arti salat berjamaah adalah salat jamaah adalah salat yang dilakukan bersama-sama yang dipimpin oleh imam, dan makmum mengikuti gerakan imam dengan syarat-syarat tertentu. Salat berjamaah menjadi wajib bagi kaum laki-laki untuk melaksanakannya di masjid, sedangkan bagi kaum wanita salat jamaah tidaklah diwajibkan. Dalam salat berjamaah Allah melipatgandakan pahala yang diperoleh sebanyak 27 derajat dibanding dengan salat seorang diri.

2. Dasar Hukum Salat Jamaah

Sebagian ulama menyatakan hukum shalat berjamaah adalah fardhu 'ain (wajib bagi seluruh individu muslim laki-laki) berdasarkan QS An-Nisa' 4:102 dan dua hadits yang disebut di bawah. Namun mayoritas ulama madzhab empat menilai dalil-dalil tersebut menunjukkan bahwa shalat berjamaah hukumnya fardhu kifayah. Yaitu, wajib bagi seluruh muslim laki-laki, tapi gugur kewajiban itu apabila ada sebagian muslim yang melakukannya.

5

Shalih bin Ghanim as-Sadlan, Fiqih Salat Berjamaah, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2006), hlm 28


(26)

16

a. Al Quran surah An-Nisa' 4:102

ي ُتْفي اّصلاي ليت قأفي ِ ِفيت ُكيا ِإ

يكع ي ِي فِئاط

ي فِئاطيِ ْأتْل ي ُ ِئا ي ِيا ُ ْفيا جسيا ِفي تحِسأيا ُ خْأ ْل

يّد ي تحِسأ ي ْ ِحيا ُ خْأ ْل يكع يا ُّص ْفيا ُّص ي لي خُأ

عي ُُفغ ي ليا فكي ِ ّلا

يً ي ُ عي ُ ِ في ُ ِتعِت أ ي ُ ِتحِسأي

ي ض ي ت ُكي أي ط ي ِي ًأي ُ ِبي اكيْ ِإي ُ عي ا جيا يً ِحا

يابا عي ِِفا ِْليّ عأي ّلايّ ِإي ُك ْ ِحيا ُ خ ي ُ تحِسأيا عض يْ أ

ا ِ

Artinya: Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan salat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (salat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang salat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), maka hendaklah mereka pindah


(27)

17

dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap-siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu.

b. Hadits sahih riwayat Bukhari dan Muslim menyatakan:

ي يمي،ي طتح في طحي ي أيت مي لي،ي بي سف ي لاي

يًااج يىإيفلاخأيمي،ي ا لاي فيًاج ي يمي،ياهي في اصلاب

يًاق عي جي أي ع ي لي بي سف ي لاي ي،ي ه بي عي حأف

اشعلاي شلينت سحي ا ِي أيًا م

Artinya: Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh aku bermaksud hendak menyuruh orang-orang mengumpulkan kayu bakar,


(28)

18

kemudian menyuruh seseorang menyerukan adzan, lalu menyuruh seseorang pula untuk menjadi imam bagi orang banyak. Maka saya akan mendatangi orang-orang yang tidak ikut berjama'ah, lantas aku bakar rumah-rumah mereka.

c. Hadits sahih riwayat Bukhari dan Muslim (muttafaq alaih) menyatakan:

ي لي ي،ي جفلاي اصي ي اشعلاي اصين فا ماي عي اصلايل ثأي إ

ي ي أيت مي لي ي،يًا حي لي يام أيا فيا ي ع

ي ع ي ط ايمي،ي ا لابي ص يًاج ي يمي،ي ا تفي اصلاب

زحي ع يلاج ب

ي

ي،ي اصلاي

ش ياي قيىإي طحي

ه بي عي حأف

Artinya: Shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah salat isya' dan shalat subuh. Seandainya mereka tahu keutamaannya niscaya mereka akan datang walaupun dengan merangkak. Aku telah memerintahkan


(29)

19

agar shalat dilaksanakan. Kemudian aku memerintahkan seorang lelaki untuk shalat dengan yang lain (secara berjamaah).6

3. Syarat Sah Salat Jamaah

Syarat-syarat berjama’ah dapat dikategorikan menjadi dua, syarat yang berhubungan dengan imam dan syarat yang berhubungan dengan makmum.7

a. Syarat yang berhubungan dengan imam : 1) Islam

2) Akil 3) Baligh 4) Laki-laki

5) Imam haruslah orang yang mampu membaca Al-Qur’an dengan baik.

b. Syarat yang berhubungan dengan makmum : 1) Posisi makmum tidak berada di depan imam. 2) Makmum nengetahui gerakan imam.

3) Makmum dan imam berkumpul di satu tempat dalam satu masjid.

6

http://ressinatasumanda.blogspot.co.id/2014/03/dalil-sholat-berjamaah.html (Diakses 26/04/2017 pukul 2:27)

7

Abdul Aziz Muhammad azzam dan Abdul Wahhab Sayyid Hawwas, Fiqih Ibadah, (jakarta: Amzah,2010), hlm. 245


(30)

20

4) Niat bermakmum atau berjama’ah kepada imam.

5) Gerakan makmum harus sejalan dengan imam baik dalam hal melakukan atau meninggalkan sunnah yang mempunyai bentuk yang sangat berbeda.

6) Mengikuti gerakan imam.8 4. Tata Cara Salat Jamaah

Imam dan makmum adalah sebutan orang muslim yang mengerjakan salat secara berjamaah. Salat yang dilakukan secara bersama-sama membutuhkan tata aturan, supaya pelaksanaan sesuai dengan ajaran Islam. Umat Islam wajib mengambil hukum ibadah sesuai dengan Al Quran dan Hadist yang shahih. Sabda Rasulullah SAW “Salatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku salat”.

Amalan ibadah menjadi sah dan tertib jika didasarkan pada perintah ajaran dalam Islam dan sesuai tata tertib, sehingga diharapkan tujuan dan makna ibadah tersebut dapat tercapai, maka tata tertib mendirikan jamaah harus diketahui, baik tata tertib sebagai imam dan makmum. Tata tertib salat berjamaah menyangkut sifat imam, adab imam dan sikap makmum. Mengenai tata tertib tersebut yaitu, imam jamaah hendaklah orang yang mempunyai sifat-sifat di bawah ini:

8


(31)

21

a. Hendaklah imam-imam jamaah menunaikan amanah Allah, yakni memelihara diri dari fusuq (kefasikan), dari dosa besar dan dari perkenalan dosa kecil.

b. Keadaan imam tidak cidera pembacaan Al Quran (Al Fatihah dan surah dan dzikir) .

c. Islam, baliq, berakal, laki-laki tulen, sehat, suci dari hadast dan najis, berlidah fasih.

Adab imam salat berjamaah yaitu:

a. Mengetahui hukum-hukum salat Yaitu mengetahui yang mengesyahkan salat dalam segala sudut karena itu tidak syah diikuti orang-orang tidak sedikit juga mengetahui Al Quran dan fiqh. Dikehendaki dengan mengetahui fiqh disini ialah: mengetahui hukum-hukum bersuci dan hukum salat.

b. Imam (laki-laki) hendaklah berdiri di tengah shaf (dan di belakangnya orang-orang dewasa.

c. Berniat menjadi imam dan tidak ada dinding yang menghalangi imam dan makmum.

Sikap makmum sholat yang dilakukan secara bersama-sama:

a. Makmum selalu mengikuti imam, takbirotul ihrom makmum dilakukan setelah takbirotul ihrom imam.

b. Hendaklah para makmum mengingatkan imamnya apabila imam lupa perbuatan dengan mengucapkan tasbih.


(32)

22

c. Jangan terdepan atau sama tempatnya dengan imam artinya makmum tidak boleh di depan atau bersamaan tempatnya dengan imam.

5. Manfaat Salat Jamaah

Setiap ibadah mempunyai nilai keutaman bagi mukmin yang mendirikannya, bentuk pahala dan sanjungan dari Allah. Salat berjamaah mempunyai beberapa keutamaan.

Di dalam ajaran Islam salat dapat mencegah manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang terlarang, terlarang bagi orang lain maupun bagi dirinya sendiri. Sebab, dengan mendirikan salat dapat menjauhkan kita dari perbuatan keji dan munkar. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ankabut ayat 45:

يِ عي ي اّصلايّ ِإي اّصلايِ ِقأ يِ اتِ ْلاي ِيك لِإي ِح ُأيا يُل ا

ّلا ي ْكأيِّلاي ْكِ ل يِ ْلا يِاشحفْلا

ع ص يا ي ع ي

Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.9

9


(33)

23

Sedemikian besar keutamaan salat jamaah, dibanding salat sendirian, tentu ada hikmah dan makna yang tersirat dibalik keutamaan yang dinyatakan Rasulullah SAW.Nikmatnya salat akan lebih terasa kalau orang yang mengerjakan ibadah ini menghayati manfaatnya.10 Disini akan dibahas mengenai hikmah atau manfaat salat.

a. Jika ditinjau dari segi kejiwaan, maka salat berjamaah itu dapat membantu konsentrasi pikiran. Di samping itu setiap pekerjaan yang dilakukan dengan bersama-sama akan menambah semangat orang yang melakukannya, seperti timbulnya perasaan bahwa yang dikerjakan itu penting, sehingga dorongan untuk mengerjakannya meningkat.

b. Anak-anak yang dapat melakukan salat berjamaah, akan mendapat pengalaman melalui contoh bacaan imam.

c. Salat berjamaah juga membawa dampak yang positif bagi remaja, karena suasana keagamaan yang terjadi dalam setiap kali salat berjamaah dilaksanakan, menimbulkan rasa akrab dengan seluruh anggota keluarga. d. Manfaat lainnya dari salat jamaah juga mampu memberikan pengajaran

kepada Imam dalam berlaku disiplin dan jujur terhadap jamaah.11

e. Menumbuhkan rasa persaudaraan diantara para jamaah. Pertemuan sukarela itu memberikan masyarakat muslim kecepatan untuk bertindak pada saat-saat darurat. Mereka berkumpul pada saat panggilan salat

10

Sudirman Tebba, Nikmatnya Salat, (Jakarta: Pustaka irVan, 2008), Cet. I, hlm 50

11


(34)

24

dikumandangkan. Dengan itu pertemuanlah yang menyatukan mereka dengan tujuan yang sama untuk mematuhi perintah Tuhan.12

f. Doanya tidak ditolak. Ada waktu dimana doa yang tidak ditolak antara azan dan iqomat. Faktor yang menyebabkan kita menggunakan waktu yang berharga tersebut untuk berdoa diantaranya adalah salat berjamaah. Sebab pada umunya, orang yang datang ke masjid sebelum iqamat selalu menyibukkan diri dengan zikir dan doa.13

g. Rasulullah sangat memperhatikan lurusnya shaf-shaf salat, karena hal ini merupakan sarana utama untuk terwujudnya faedah berjamaah. Shaf salat yang benar seumpama bangunan yang kokoh.14

Dari beberapa penjelasan mengenai keutamaan salat berjamaah, dapat disimpulkan bahwa setiap perbuatan yang baik akan menimbulkan manfaat yang tidak merugikan setiap orang. Salah satunya adalah kegiatan salat berjamaah yang dilakukan bersama-sama di masjid. Dari beberapa penjelasan mengenai manfaat yang terjadi bila kita menjalankan salat berjamaah salah satunya adalah mempererta tali persaudaraan antar ummat. Dimana Allah menjaminkan surga bagi mereka yang terus menjaga tali silaturrahmi hambanya. Dengan ini yang hanya bertemu satu orang, di masjid ia akan lebih banyak bertemu dengan orang yang belum dikenalinya

12

Sudirman Tebba,op.cit. hlm 117

13

Abu Abdillah Musnid Al-Qathani, 40 Manfaat Salat Berjamaah, (Jakarta: Yayasan Al- Sofwa, 1997) Cet.I., hlm 64

14


(35)

25

hingga persaudaraan itu terus berjalan. Manfaat itu sendiri akan dirasakan bagi mereka yang bersungguh-sungguh menjalankan salat berjamaah tersebut.

B.Tinjauan Teoritis Tentang Kedisiplinan 1. Pengertian Disiplin

Istilah disiplin berasal dari bahasa latin “Discere” yang berarti berawal dari kita, dasar ini timbul kata “displus” yang artinya murid adalah

pelajaran, dan kata “dispiclina” yang artinya latihan. 15 Mendikbud menambahkan arti disiplin dengan pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengemangan tabiat.16

Kata disiplin sering digunakan dalam dunia pendidikan. Kata disiplin menggambarkan sifat positif yakni tingkah laku yang dikehendaki atau patut.

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), kata „disiplin‟

mempunyai tiga arti, dua diantaranya tata tertib, ketaatan (kepatuhan) pada

peraturan (tata tertib dsb). Sebagai istilah pendidikan,kata „disiplin‟

pengertiannya mengacu kesuasana kelas waktu peljaran berlangsung, seperti

15

Neiny Rachmaningsih, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMU Kelas 2, (Bandung: Srafindo Media Prtama, 1997), hlm 58

16


(36)

26

murid-murid berisik, berkelahi di kelas. Masalah disiplin hakikatnya adalah masalah tingkah laku.17

Sejalan dengan itu Drs. Peter Salim dan Yeny Salim dalam Kamus

Bahasa Indonesia Kontemporer mengartikan istilah disiplin “sebagai

kepatuhan kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan,18 sehingga dalam pembicaraan sehari-hari istilah tersebut mengikuti pola-pola tertentu yang terarah ditetapkan terlebih dahulu.19

Pengetian yang sama juga dikemukakan oleh Prof. Komaruddin

yaitu “suatu kedaan yang menunjukkan suatu yang ditertibkan dan teratur

yang dihasilkan oleh rang-orang yang berada di bawah naungan sebuah organisasi karena peraturan yang berlaku harus dihormati dan ditaati.20 Adapun pengertian disiplin menurut H. M Alisuf Sabri disiplin adalah adanya kesediaan untuk mematuhi ketentuan peraturan-peraturan yang berlaku. Kepatuhan disini bukanlah karena terpaksa, tetapi kebutuhan atas dasar kesadaran tentang nilai dan pentingnya memathui peraturan- peraturan itu. Disiplin harus ditanamkna dan ditumbuhkan dalam diri siswa, sehingga akhirnya rasa disiplin itu akan tumbuh dari hati sanubai siswa itu

17

Munandir, Ensikopedia Pendidikan, (Malang: UM-Press, 2001), Cet. I, hlm 51

18

Peter Salim dan Yeny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 1991), hlm 345

19

Soejono Soekanto, Remaja dan Masalahnya, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Cet. II, hlm79

20


(37)

27

sendiri. dengan demikian pada akhirnya disiplin itu menjadi disiplin diri (Self Dispicliner).21

Dalam Kamus Ilmiah Populer Istilah disiplin mengandung arti yaitu tata tertib, ketaatan kepada peraturan.22 Sedangkan dalam Kamus Saku Bahasa Indonesia disiplin mengandung arti latihan batin dan watak supaya menaati tata tertib atau kepatuhan dan peraturan.23

Dari beberapa penjelasan tentang pengertian disiplin, dapat disimpulkan bahwa disiplin berarti aturan-aturan yang harus di taati oleh setiap individu. Dimana tujuan dekat dari disiplin adalah untu membuat siswa-siswa terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan kepada mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan tidak pantas atau masih asing bagi mereka. munculnya sikap disiplin karena keseriusan dan kesunngguhan dalam mentaati segala peraturan yang ada. Munculnya sikap kedisiplinan juga tidak dari diri sendiri, namun adanya dorongan dan motivsi dari orang-orang sekeliling, terutama bagi orang-orang tua.

2. Tujuan Disiplin

Secara umum tujuan disiplin adalah mendidik seseorang agar dapat mengembangkan diri untuk melatih anak mengatur dirinya dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri sehingga menjadi pribadi kearah tidak

21

H. M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya: 1999), Cet. I, hlm 40

22

Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: GITAMEDIA, 2006), Cet. I, hlm 92

23

Pius Abdillah dan Anwar Syarifuddin, Kamus Saku Bahasa Indonesia, (Surabaya: Arkola,t.t), hlm 89


(38)

28

ketergantungan dan mengikuti segala peraturan. Disekolah, disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku peserta didik yang di kehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal.24 Hal ini oleh

Piet Sahertian dalam bukunya ”dimensi-dimensi administrasi sekolah” bahwa:

Dalam buku Leadership In Elementary Schooladministrasion and supervision, Elsbree menjelaskan bahwa: “he sould accept the philosophy

that discipline anyaction have two purpose”

Kedua tujuan itu adalah:

a. Menolong anak menjadi matang pribadinya dan berubah dari sifat ketergantungan kearah tidak ketergantungan.

b. Mencegah timbulnya persoalan-persoalan disiplin dan menciptakan situasi dan kondisi dalam belajar mengajar agar mengikuti segala peraturan yang ada dengan penuh perhatian.25

Dalam kaitan ini Piet Sahertian lebih lanjut mengatakan bahwa:

Disiplin dalam sekolah modern adalah merupakan pertolongan kepada murid-murid supaya dapat berdiri (help for self help).

Menolong dalam mengenal dirinya untuk menciptakan kondisi yang lebih baik maupun menegakkan disiplin diri yang timbul dari dalam diri anak untuk mencapai cita-cita hidup.26

24

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta 2004), cet. Ke-2, hlm 134

25

Piet Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah,(Surabaya: Usaha Nasional, 1994), Cet. Ke-1 hlm 126-127


(39)

29

Bagi siswa, kedisiplinan akan dapat mempunyai pengaruh yang positif bagi kehidupan mereka setelah mereka keluar dari jenjang pendidikan dan disiplin tersebut akan tumbuh dan menjadi bekal untuk mereka dimasa yang akan datang. Dengan adanya praktek yang dilakukan siswa dalam disiplin, siswa akan terlatih dalam mengendalikan diri sehingga pada akhirnya akan terbentuk disiplin itu sendiri. Seperti dikatakan oleh Ahmad Rohani; dengan disiplin para peserta didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Kesediaan semacam ini harus dipelajari dan harus secara sabar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas-tugas sekolah.27 Dari pernyataan tersebut bisa dikatakan juga bahwa kedisiplinan digunakan untuk mengontrol tingkah laku peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal.28

3. Faktor-faktor yang Mengaruhi Disiplin

Dalam merealisasikan suatu disiplin ada suatu dorongan sehingga siswa-siswi mau menerapkan rasa disiplin. Adapun faktor- faktor disiplin sebagai berikut:

a. Teladan Pemimpin

26

Piet Sahertan, Dimensi-Dimensi Administrasi, hlm 127

27

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, hlm134

28

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2589/1/IMANIYAH-FITK.pdf (Diakses 26-04-2017 1:52)


(40)

30

Dalam hal ini pemimpin dimaksud adalah kepala sekolah, dewan guru, dan para staf lainnya. Pada dasrnya setiap orang cenderung untuk mengikuti sikap dan tingkah laku pimpinan. Dalam kepemimpian itusendiri terdapat proses saling mempengaruhi. Selain itu kepala sekolah, dewan guru, dan staf lainnya adalah orang-orang yang bertugas menjalankan disiplin sesuai dengan peraturan yang dibuatnya. Sebab alah satu syarat terjadinya internalisasi nilai-nilai adalah adanya model, maka model-model disini adalah staf akademik, staf administrasi, dan orang-orang yang menjalankan disiplin itu.29

Dari contoh sikap keteladan bisa diambil dari keteladan seorang pemimpin yang perbuatannya kerap diikuti oleh bawahannya. Teladan pemimpin ini dapat dicontohkan mulai dari kedatangan, pembelajaran, adabberpakaian, dan lainnya. Misalnya saja seorang kepala seklah yang sangat mengeaskan kepada siswa akan pentingnya kehadiran di sekolah sebelum bel dibunyikan maka begitupun dengan kepala sekolah ia juga harus berada di sekolah sebelum bel berbunyi. Selain itu rasa segan atau wibawa juga muncul jika pimpina mempunyai adab dan sopan santun yang baik seperti cara berpakaian yang rapi dan sopan, tutur kata yang halus dan ramah, dan saling menghormati. Jika kepala sekolah melakukan teladan pimpinan ini dengan baik maka bukan hanya siswa

29

Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Maha Grafindo, 1985), Cet. II, hlm 160


(41)

31

yang termotivasi untuk melakukan hal yang sama tetapi para guru dan staf lainnya pun juga akan ikut termotivasi untuk memperlihatkan keteladan meskipun secara bertahap.

b. Pengawasan

Pengawasan merupakan tindakan nyatayang efektif untuk mewujudkan kedisiplinan. Dengan adnya pengawasan yang konsisten maka akan mempengaruhi juga terhadap disiplin siswa karena tentunya siswa akan merasa selalu mendapat perhatian dan pengarahan apabila berbuat kesalahan.

Pengawasan dapat dilakukan oleh kepala sekolah kepada para guru dan juga siswa, pengawsan guru kepada siswa, dan pengawasan siswa kepada siswa lainnya. Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada para guru dapat dilaksanakan dengan memperhatikan kehadiran guru dalam melaksakan jadwal pembelajaran yang telah ditetapkan, memperhatikan adab berpakaian dan tutur kata yang baik.

Pengawasan yang dilakukan kepada siswa dapat dilaksanakan dengan mengawasi langsung kebersihan kelas, kerapihan berpakaian siswa dan lain sebagainya. Sedanngkan pengawasan siswa terhadap siswa lainnya dapat dilakukan dengan cara melaksanakan pemilihan ketua kelas yang nantiya akan bertanggung jawab dengan kedisplinan dalam kelas. c. Sanksi dan Hukuman


(42)

32

Sanksi dan hukuman diperlukan dalam memlihara kedisiplian. Pemberian sanksi dan hukuman dimaksudkan disini tidak seperti hukuman penjara atau hukuman potong tangan. Tetapi adalah hukuman yang bersifat mendidik, hukuman yang bersifat mendidik inilah yang diperlukan dalam pendidikan. Kesalahan siswa dalam melanggar disiplin dapat diberikan hukuman berupa sanksi menyapu lantai, mencatat bahan pelajaran yang ketinggalan atau apa saja yang bersifat mendidik.30

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa yang telah diuraikan diatas. Sikap kedisiplinan itu muncul tidak hanya dari diri sendiri, tapi ada beberapa faktor agar munculnya sikap kedisiplinan, dengan adanya faktor, siswa akan diberikan penambahan sikap agar dirinya memiliki sikap disiplin. Sikap disiplin sangatlah penting dalam kehidupan, setiap kegiatan yang kita lakukan menunjukkan arti kedisiplinan, maka dari itu dispilin haruslah dibiasakan dari dini.

C.Tinjauan Teoritis Tentang Shalat Berjamaah dan Kedisiplinan

Perintah untuk mengerjakan salat dalam Al-Quran banyak sekali, dan dalam mengerjakan salat tidak terbatas pada keadaan tertentu saja, seperti pada waktu badan sehat, situasi aman, tidak sedang berpergian dan lain-lain melakukan dalam keadaan tertentu diberikan keringanan-keringanan. Melihat begitu ketatnya perintah salat, maka hal ini menunjukkan bahwa salat salah

30

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2006), hlm 156


(43)

33

satu indikator orang bertakwa kepada Allah. Begitu juga dengan pelaksanaan salat secara berjamaah yang dinilai sangat penting sampai-sampai Rasulullah SAW pernah bersabda melalui hadits yang disanadkan oleh Abu Hurairah :

ج د ني ْشعو عْ سب ّ فْلا اص ْنم لضْفأ عامجْلا اص

Artinya: “Shalat berjamaah lebih afdhal daripada shalat sendirian sebanyak

27 kali lipat.” (H.R. Bukhari dan Muslim)31

Dikatakan kelak pada hari kiamat, ada sekelompok orang yang dibangkitkan dalam keadaan wajah-wajah mereka laksana bintang gemerlapan. Malaikat akan bertanya kepada mereka :”apa gerangan amal-amal kalian?” dan

mereka akan menjawab:”Kami dahulu, apabila mendengan azan segera bangkit untuk berwudhu, tak satupun menyibukkan kami darinya”. Kemudian akan

dibangkitkan sekelompok lainnya, wajah-wajah mereka laksana bulan purnama

dan setelahditanya, mereka akan berkata “kami selalu berwudhu, sebelum masuk waktu salat. “kemudian, dibangkitkan pula lainnya, wajah-wajah

mereka laksana matahari dan mereka akan berkata, “kami selalu mendengar azan di dalam masjid”.32

Banyak sekali manfaat atau hikmah dalam salat berjamaah, jika kita dengan bersungguh-sungguh melakukan salat jamaah tersebut tidak akan terasa nikmat yang kita dapatkan melalui salat jamaah tersebut. Salat berjamaah salah

31

K.H. Bisri Mustofa, Sullamul Afham terjemah Bulughul Maram Juz 1-2, loc.cit. hlm 29

32

Al Ghozali, Buku Rahasia-rahasia Sholat, Ter. Dari Asrar As-Shalah wa Muhimmatuha oleh Muhammad Al Baqir, (Bandung: Karisma, 2005), Cet. XIV, hlm 24


(44)

34

satu pengaplikasian kita dalam menerapkan sikap disiplin, karena ketika azan berkumandang, itu berarti panggilan untuk kita agar tergegas ke masjid untuk salat. Dengan begitu kita bisa mengatur waktu ketika datangnya waktunya salat semua aktivitas harus kita tinggalkan. Disitulah sikap kedisiplinan muncul dengan sendirinya.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

Sebelum memasuki pembahasan masalah metode Penelitian dan agar mempermudah untuk memahami gambaran objek yang akan diteliti, berikut penulis paparan data tentang objek penelitian.

A.Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Profil Umum Pondok Pesantren Al-BakriyahLomaerBlega Bangkalan

Nama :Al-Bakriyah

Alamat : Ds. Jumpora Desa Lomaer Kecamatan Blega Kota Bangkalan Provinsi Jawa Timur

No Telepon : 031 3041604 Tahun Berdiri : 1373H/1954 M Pendiri : KH. Ach. Zayyadi Pimpinan : KH. Hamim Hakam

2. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Al-BakriyahLomaerBlega Bangkalan

Pondok pesantren Al-Bakriyah adalah lembaga pendidikan pertama yang ada di desa lomaer. Berdiri pada tahun 1954 M. Tepatnya di desa Lomaer Kecamatan Blega kabupaten Bangkalan. Didirikan oleh KH.Achmad Zayadi bin Ismail. Beliau berasal dari desa Ombul Kecamatan Tambelangan Sampang.Disana beliau mendirikan pondok pesantren yang tetap eksis sampai sekarang.Selang beberapa tahun kemudian beliau hijrah


(46)

35

ke kecamatan Blega lalu mendirikan pondok pesantren juga. Beberapa tahun kemudian beliau hijrah ke desa Lomaer, ditempathijrah yang terakhir ini beliau kembali merintis pondok pesantren. Namun pada tahun 1970 M, KH.Achmad Zayadi Wafat dan pondok pesantren diteruskan oleh cucu beliau KH. Abdul HakamFudholi. Semula pondok pesantren asuhan KH. Achmad Zayadi pondok pesantren belum mempunyai nama lembaga. Namun pada masa asuhan KH. Abdul Hakam Fudholi lembaga ini diberi nama Al-Bakriyah, sesuai dengan nama julukan KH. Achmad Zayadi yaitu

Bindereh Bekri”.

3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan

Visi dari Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan ini adalah mencentak santri yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Misi Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan: 1. Berakhlak Mulia

2. Beriman Sempurna 3. Berilmu luas 4. Beramal ikhlas

4. Lokasi Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan

Pondok Pesantren Al-Bakriyah terletak di desa Lomaer, tepatnya di wilayah kecamatan Blega Bangkalan Madura Provinsi Jawa Timur.adapun jalur yang dapat dilewati untuk menuju pondok pesantren Al-Bakriyah adalah dari arah barat melalui jalur besar Bangkalan-Sampang sampai


(47)

36

sebelum depan pasar Lomaer ada gapura, masuk lurus. Begitu juga dari arah timur melalui jalur besar Sampang-Bangkalan sampai depan pasar Lomaer. Lokasi Pondok Pesantren yang terletak di daerah pedesaan membuat Pesantren ini menjadi asri sehingga dapat tercipta suasana yang nyaman dan kondusif untuk proses pendidikan.

5. Jumlah dan Keadaan Kyai, Ustadz dan Santri Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan

Jumlah dan keadaan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan.

Tabel 3.1

Jumlah Pengasuh Ponpes Al-Bakriyah Jumlah Pengasuh Ponpes Jumlah Pengasuh Menurut Pendidikan

Formal & Jenis Kelamin Jumlah Pengasuh

yang Berpendidik an Pesantren

Jumlah Pengasuh

Keseluru han Tidak

Berpend idikan Formal

SMA S1 S2

Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr


(48)

37

Keadaan Ustadz di Pondok Pesantren Al-BakriyahLomaerBlega Bangkalan

Tabel 3.2

Jumlah Ustadz Ponpes Al-Bakriyah Jumlah Ustadz Ponpes Jumlah Ustadz Menurut Pendidikan Formal

& Jenis Kelamin Jumlah

Ustadz yang Berpendidik an Pesantren

Jumlah Ustadz Keseluru

han Tidak

Berpend idikan Formal

SMA S1 S2

Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr

0 0 23 20 3 0 2 0 27 20 27 20

Keadaan Santri di Pondok Pesantren Al-BakriyahLomaerBlega Bangkalan

Tabel 3.3

Jumlah Santri Ponpes Al-Bakriyah Jumlah Santri

Santri Mukim (Tinggal di Asrama)

Santri Non Mukim (Tidak Tinggal di

Asrama)

Jumlah Santri Keseluruhan

Lk Pr Lk Pr Lk Pr

170 150 0 0 170 150

6. Keadaan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan

Untuk menunjang berbagai kegiatannya, Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan memiliki sarana dan prasarana antara lain sebagai berikut:


(49)

38

Tabel 3.4

Sarana Ponpes Al-Bakriyah

Sarana Jumlah

Asrama Santri 2

Gedung Madrasah Diniyah (MADIN) 2

Gedung SMA 1

Gedung SMP 1

Ruang Kelas MADIN 18

Ruang Kelas SMA 6

Ruang Kelas SMP 6

Kantor 4

Masjid 1

Mushola 1

Perpustakaan 1

Koprasi Pesantren 2

Aula 1

Laboratorium Komputer 1

Kantin 2

Dapur 2

Kamar Mandi 4

Toilet 8

7. Jadwal Kegiatan Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan

Berikut ini dipaparkan jadwal kegiatan yang dilakukan santri Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan:

Tabel 3.5

Jadwal Kegiatan Harian Santri Pesantren Al-Bakriyah

No Waktu Kegiatan

1 03:30-04:30 SalatTahajjud

2 04:30-05:30 Jama’ahSalat Subuh

3 05:30-06:30 Pendidikan Al-Quran

5 05:30-06:30 Pembacaan Manaqib Abdul Qodir

5 06:30-07:00 Kajian Kitab Kuning (Tafsir Jailani)

6 07:00-12:00 Sekolah SMP-SMA

7 07:00-12:00 Sekolah Nidhomiah


(50)

39

9 14:00-15:00 Sekolah Madin

10 15:00-16:00 Jama’ahSalatAsar

11 16:00-17:00 JiarohMaqbaroh

12 17:30-18:00 Jama’ahSalatMaghrib

13 18:00-18:30 Pendidikan Al-Quran

14 18:30-19:00 Jama’ahSalatIsya’

15 20:00-22:00 Sekolah Marhala

16 22:00-03:30 Istirahat

Tabel 3.6

Jadwal Mingguan Santri Al-Bakriyah LomaerBlega Bangkalan

No Hari Jam Kegiatan

1 Senin 19:00-22:00 Istighosa& ekstra

2 Selasa 06:00-07:00 Roan (bersih-bersih)

3 Kamis 19:00-21:00 Diba’iyah

4 Jumat 06:00-07:00 Roan (bersih-bersih)

6 Sabtu 19:00-21:00 Kajian kitab Ta’limulmuta’lim

8. Program Ungulan Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan

Pondok pesantren Al-Bakriyah juga mempunya beberapa program unggulan, diaantarnya adalah :

a. Boarding School System: Pondok Pesantren adalah sistem pendidikan berasrama di mana tri pusat pendidikan menjadi satu kesatuan yang terpadu. Sekolah, keluarga, dan masyarakat berada dalam satu lingkungan sehingga lebih memungkinkan dalam menciptakan suasana yang kondusif dan memungkinkan untuk terjadinya integrasi antara iman, ilmu, dan amal, antara teori dan praktek dalam satu kesatuan. Hal ini didukung oleh keberadaan siswa di dalam pesantren selama 24 jam.


(51)

40

b. Miniatur Masyarakat Islami: Sebuah masyarakat mini yang terdiri dari santri, guru, dan pengasuh/kyai. Ini adalah sebuah masyarakat kecil (a mini society) yang sesungguhnya. Dalam tradisi pesantren, para santri merupakan subjek dari proses pendidikan, mereka mengatur kehidupan mereka sendiri (self government) melalui berbagai aktifitas, kreatifitas, dan interaksi sosial yang sangat penting bagi pendidikan mereka.

c. Agama 100% Umum 100%: Tidak ada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum, karena orientasi pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren Al-Bakriyah adalah penanaman aqidah sebagai asas, menuntut ilmu sebagai ibadah, dan kemasyarakatan sebagai amal.

Program-program unggulan diatas diterapkan didalam agenda-agenda 1) Program hafalan Al-Qur’an menggunakan sistem One Day One Ayat. 2) Pengajaran kitab klasik (kitab kuning).

3) Pelatihan Tim Cyber dan IT oleh Trainer dan Praktisi IT Nasional. 4) Peningkatan tiga bahasa. Bahasa Inggris, Bahasa Arab dan Bahasa

Indonesia yang baik.

5) Study Tour Keilmuan dan Kebudayaan di Luar Negeri dan dalam negeri Study Tour Keorganisasian dan kepemimpinan.

9. Pelaksanaan Pembiasaan Salat Fardhu Lima Waktu Berjamaah di Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan

Pelaksanaan salatberjama’ahlima waktu ini sebenanyasudah


(52)

41

pondok pesantren Al-Bakriyah, yakni KH. Ach.Zayyadi. Pembiasaan ini didasarkan pada aspek teologis, filosofis, psikologis maupun yang lain. Dalam aspek teologis, pembiasaan salatberjamaah ini didasarkan pada dalil naqli dan aqli, yang juga berkaitan dengan qoul ulama yang menekankan untuk melaksanakan salat secara bejamaah, bahkan ada yang menghukumisalatberjamaah adalah wajib. Sedangkan dalam aspek filosofis dan psikologis, pembiasaan salatlima waktu berjamaah ini dilaksanakan atas dasar keyakinan bahwa perintah Allah yang berupa salatberjamaah ini pasti memiliki banyak faidah dan keutamaan dibaliknya. Atas dasar itulah, pondok pesantren Al-Bakriyahmewajibkan para santri untuk melaksanakan salat lima waktu secara berjamaah sebagai upaya dalam membiasakan para santri untuk untuk melaksanakan salat secara berjamaah. 1

Tabel 3.7

Jadwal Shalat Fardhu Berjamaah Ponpes Al-Bakriyah

No Salat Waktu

1 Subuh 04:30

2 Duhur 11:50

3 Asar 15:15

4 Maghrib 17:50

5 Isya 19:00

Adapun salat lima waktu dilaksanakan di Masjid yang berada di lingkungan pesantren. Sedangkan yang menjadi imam salatyakni dari salah satu pengasuh.Jika terdapat halangan untuk mengimami maka digantikan

1 Wawancara dengan KH. Hamim Hakam selaku pimpinan pengasuh di pondok pesantren Al-Bakriyah, Kamis pada tanggal 18 Mei 2017 di pondok pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan.


(53)

42

oleh ustadz atau pengurus yang sudah dijadwalkan. Dan untuk mengontrol para santri agar benar-benar melaksanakan salatberjamaah, maka dibentuk pula tim penggerak salat yang terdiri dari beberapa santri pengurus pondok pesantren.2

Berikut ini adalah tata tertib shalat berjamaah di pondok pesantren Al-Bakriyah:

Tabel 3.8

Tata Tertib Salat Berjamaah Ponpes Al-Bakriyah TATA TERTIB SALAT BERJAMAAH

TIDAK BERJAMAAH

1x berdiri 1 jam dan membaca 1 surat yasin 2x berdiri 2 jam dan membaca 2 surat yasin 3x berdiri 3 jam dan membaca 3 surat yasin 4x berdiri 4 jam dan membaca 4 surat yasin

5x potong gundul (pada hari Jum’at)

LAIN-LAIN Tidak boleh Ramai dan Tidur ketika wiridan

berlangsung.

B. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang penyajian datanya berupa angka-angka dan menggunakan analisa statistik yang biasanya bertujuan untuk menunjukkan hubungan antar variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediksi.3

2Wawancara dengan Abdul Hasan selaku ketua pengurus di pondok pesantren Al-Bakriyah, Kamis pada tanggal 18 Mei 2017 di pondok pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan. 3 Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Jakarta: CV. Alfabeta, 2011, cet. Ke-19, hlm 8


(54)

43

Dalam penelitian ini, peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian setelah dilakukan analisis data secara kuantitatif. Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka.4

2. Rancangan Penelitian

a. Tahapan Penelitian

Rancangan penelitian ini dibagi tiga tahap, yaitu:

1) Penentuan masalah penelitian dalam tahap ini peneliti mengadakan studi pendahuluam yaitu membaca buku-buku yang relevan dengan pemasalahan penelitian dan melakukan observasi awal atau pemahaman awal terlebih dahulu.

2) Pengumpulan data, pada tahap ini peneliti mulai dengan menentukan sumber data yaitu buku-buku dan data lapangan. 3) Analisis dan pengkajian data, yaitu menganalisis data yang masuk

dan akhirnya ditarik sutu kesimpulan.

b. Sumber Data


(55)

44

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian, menurut Suharsimi Arikunto adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.5 Adapun sumber data terdiri dari dua macam:

1) Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugasnya) dari sumber pertamanya.6 Dalam penelitian ini, data primer yang diperoleh oleh peneliti adalah hasil data tentang pembiasaan salat berjamaah dan kedisiplinan santri Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan, yang diambil dengan instrumen angket.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian, yang berwujud laporan, buku uraian dan sebagainya.7 Data sekunder yang diperoleh penulis adalah data yang diperoleh langsung dari pihak-pihak yang berkaitan.

C. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian

5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h. 129 6 Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali, 1987), h. 93 7 9 Ibid., hlm 93


(56)

45

1. Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabel penelitian sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.8 Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto variabel diartikan sebagai obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.9 Berdasarkan pengertian diatas, maka dalam penelitian ini berlaku dua variabel yang menjadi obyek penelitian yaitu:

a. Variabel bebas atau Independen variable (variabel X) yaitu variabel yang mempengaruhi dan mempunyai suatu hubungan dengan variabel yang lain. Independen variabel pada penelitian ini adalah pengaruh salat berjamaah sebagai variabel bebas, dengan indikator-indikator sebagai berikut:

1) Pemantauan terhadap keikut sertaan santri dalam salat

berjama’ah.

2) Pemantauan terhadap kegiatan pembiasaan salat berjama’ah di Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan.

3) Pemantauan terhadap tata tertib tentang salat berjama’ah.

4) Pemberian hukuman bagi santri yang tidak ikut salat berjama’ah.

8 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm 72 9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1998, hlm 67


(57)

46

5) Pemantauan ketersediaan sarana-prasarana untuk shalat

berjama’ah.

b. Variabel terikat atau Dependent variable (variabel Y) yaitu variabel yang menjadi akibat dari variabel bebas. Dependent variabel pada penelitian ini adalah kedisiplinan santri Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan sebagai variabel terikat, dengan indikator:

1) Melaksanakan semua aktivitas sehari-hari secara konsisten (istiqamah) dan kontinyu.

2) Selalu tepat waktu 3) Motivasi kedisiplinan 4) Sanksi ketidak disiplinan

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya baik.10 Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode angket, observasi dan dokumentasi.

Metode ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh salat berjamaah dalam meningkatkan kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan.


(58)

47

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.11 Berangkat dari pengertian tersebut, dapatlah dipahami bahwa populasi merupakan individu-individu atau kelompok atau keseluruhan subyek yang akan diteliti dalam suatu penelitian. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah santri putra dan putri Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan yang berjumlah 320 santri.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti.12 Menurut Soemanto, sampel adalah sebagian subyek penelitian yang dipilih dan dianggap mewakili keseluruhan populasi.13 Sedangkan mengenai jumlah sampel yang akan diambil, maka peneliti mendasarkan kepada pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa, "Apabila subyek penelitian kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya adalah populasi." Aka n tetapi, bila subyeknya lebih dari 100 orang, maka diperbolehkan untuk mengambil sampel 10% -15% dan 20% - 25% atau lebih.14

11 Ibid., h. 115.

12 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, h. 61

13 Soemanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Aplikasi Metode Kuantitatif dan Statistik Dalam Penelitian (Yogyakarta: Andi Offset Ed. II, 1995), h. 39


(59)

48

Dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan teknik Stratified

Random Sampling, yaitu dengan mengambil 25% dari jumlah populasi yang ada. Yaitu akan mengambil sampel sebesar 25%. Yaitu 320x

Dikarenakan populasi berstrata, maka sampelnya juga berstrata. Strata dalam hal ini ditentukan menurut jenjang Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Dengan demikian masing-masing sampel untuk tingkat jenis pendidikan harus proposional sesuai dengan populasi. Berikut ini adalah perhitungan sampel berstrata:

Diketahui populasi sebanyak 320 santri yang terdiri dari santri MTs = 171 dan santri MA 149.

MTs =

MA =

80 = 37 santri

Jadi jumlah sampel =43 + 37 = 80.

Berikut adalah responden yang diajukan sebagai sampel dalam penelitian ini:

Tabel 3.9

Daftar Nama Responden

No Nama Usia Sekolah Jenis


(60)

49

1 Ahmad Muzaki 13 MTs L

2 Abdur Rahman 13 MTs L

3 Muhammad Fajar Maulana 13 MTs L

4 Ahmad Dziky Asrori 13 MTs L

5 Mohammad Nur Hadi 13 MTs L

6 Adib Subaktiar 14 MTs L

7 Muhammad Abdul Aziz 13 MTs L

8 Muhammad Rifqi R 13 MTs L

9 Gusti Ainul Y 13 MTs L

10 Ahmad Syaifudin A. K 13 MTs L

11 Abdu Rahman Ardusi 14 MTs L

12 Franch Maylana Aljufri 14 MTs L

13 Muhammad Rizki R 14 MTs L

14 Andi Maulana Prabawa 14 MTs L

15 Zain Zunfaqor 14 MTs L

16 Muhammad Nurdin Wahid 13 MTs L

17 Inzaghi Fidwido P 15 MTs L

18 Rochatul Qonaah 15 MTs P

19 Siti Taqdimul Kamaliyah 15 MTs P

20 Safira Rizqiah 13 MTs P

21 Yulita Eka 13 MTs P

22 Emi Syamila 13 MTs P

23 Sayyidatul Maghfioh 13 MTs P

24 Novia Umi Hanik 13 MTs P

25 Hasna Ulfadilah 13 MTs P

26 Sri Nur Cahyani 13 MTs P

27 Nailul Izzah 14 MTs P

28 Eka Mauludia A 14 MTs P

29 Rizka Ainul 14 MTs P

30 Habibati Firdausi 15 MTs P

31 Fitri Madaniah 15 MTs P

32 Faichatul Hasanah 15 MTs P

33 Sisilia Mustafiana P 15 MTs P

34 Lailatul Mufida 14 MTs P

35 Isnaini Ayu 14 MTs P

36 Centa Oktavia 14 MTs P

37 Putri Larasati 13 MTs P

38 Aisya Habibah 13 MTs P

39 Nila Ni’matul Laili 14 MTs P

40 Afnia Maghfirah 13 MTs P


(61)

50

42 Eldayasa 15 MTs P

43 Eka Nur Wahyuni 15 MTs P

44 Lukman Hakim 17 MA L

45 Yasir Kafrowi 17 MA L

46 Nur Kholis 17 MA L

47 Syamsuddin 17 MA L

48 Rizalul Mukmin 16 MA L

49 Misbahul Munir 16 MA L

50 Ahmad Qusayri 17 MA L

51 Mukhlasul Iman 16 MA L

52 Maulana Malik 17 MA L

53 Nizar Zulmi 18 MA L

54 Ahmad Bastomi 18 MA L

55 Yusda Muhamad Ilyas 18 MA L

56 Abdul Rojak 18 MA L

57 Maliki 18 MA L

58 Saifur Rijal 16 MA L

59 Hasan Muammar 16 MA L

60 Saiful Anam 16 MA L

61 M. Nur Wahidin 18 MA L

62 Yusuf Bakhtiar 18 MA L

63 Bustomi 17 MA L

64 M. Burhan 17 MA L

65 Bahrul Ulum 17 MA L

66 Ahmad Bashori 17 MA L

67 Reni Prsetia N 17 MA P

68 Bebi Auliya 17 MA P

69 Dita Ananta 17 MA P

70 Anisa Ayu 16 MA P

71 Ana Qurrata Ayuni 17 MA P

72 Nurul Qomariyah 16 MA P

73 Siti Aisya 16 MA P

74 Nurul Azizah 16 MA P

75 Puri Kamila 16 MA P

76 Silviana 16 MA P

77 Haris Mahfuzah 17 MA P

78 Ana Fitriyani 17 MA P

79 Akhtim Wahyuni 18 MA P


(62)

51

E. Jenis Data

Data adalah suatu hal yang diperoleh di lapangan ketika melakukan penelitian dan belum diolah atau dalam arti suatu hal yang dianggap atau diketahui. Data menurut jenisnya dibagi dua yaitu:

1. Data kualitatif

Yang dimaksud data kualitatif adalah data dalam bentuk konsep.15 Dalam penelitian ini adalah gambaran umum obyek penelitian di Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan.

2. Data kuantitatif

Yang dimaksud adalah data yang berbentuk angka-angka.16 Dalam penelitian ini adalah jumlah santri, terkait kegiatan salat berjamaah dan kedisiplinan santri Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dikehendaki sesuai dengan permasalahan dalam skripsi ini, maka penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Metode Observasi

Observer sendiri adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

15 Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h.30


(63)

52

Apabila objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja dan penggunaan responden kecil.17 Metode ini penulis gunakan untuk mengamati dan mencatat secara langsung tentang kegiatan salat berjamaah dan kedisiplinan santri Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan.

2. Metode Interview

Interview adalah segala kegiatan menghimpun data dengan jalan melakukan tanya jawab lisan secara bertatap muka (face to face) dengan siapa saja yang diperlukan atau dikehendaki. Adapun wawancara yang penulis gunakan adalah terlebih dahulu menyiapkan pokok pertanyaan yang akan digunakan.

Dalam hal ini peneliti menanyakan secara langsung kepada pihak yang terkait seperti: kyai, ustadz, pengurus, santri, dan masyarakat sekitar pondok pesantren. Harapan dari teknik interview ini adalah peneliti bisa mendapatkan data yang berhubungan dengan Pengaruh kegiatan salat berjamaah dalam meningkatkan kedisiplinan santri Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan.

3. Metode Dokumentasi


(64)

53

Metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data melalui benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.18

Untuk memperoleh data penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mencatat dokumen-dokumen yang ada di Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan, yang ada kaitannya dengan penelitian ini yaitu sejarah, visi, misi, kepengurusan, dan data santri.

4. Metode Angket

Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.19

Metode angket diberikan pada santri digunakan untuk mencari informasi data tentang kegiatan salat berjamaah dan kedisiplinan santri. Pelaksanaan penelitian ini dengan membuat daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden disertai alternatif jawaban. Dan angket nantinya diajukan kepada santri untuk memperoleh data tentang kegaiatan salat berjamaah dan kedisiplinan santri. Dalam penelitian ini menggunakan empat alternatif jawaban: STS bila anda Sangat Tidak Setuju dengan pernayataan tersebut, TS bila anda Tidak Setuju dengan

18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011). hlm 206


(65)

54

pernayataan tersebut, S bila anda Setuju dengan pernayataan tersebut, SS bila anda Sangat Setuju dengan pernayataan tersebut. Skor jawaban mempunyai nilai antara 1 sampai 4.

G. Teknik Analisis Data

Data-data yang sudah ada (terkumpul), sebelum dianalisis terlebih dahulu dilakukan pengolahan data. Pengolahan data melalui proses sebagai berikut:

1. Editing (penyuntingan), yaitu dengan memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang dekembangkan respodent.

2. Koding (pengkodean), yaitu memberi tanda (simbol) yang berupa angket pada jawaban respondent yang diterima.

3. Tabulating (tabulasi) yaitu menyusun dan menghitung data hasil pengkodean untuk disajikan dalam bentuk tabel.20

Setelah mendapatkan data-data yang berhubungan dengan penelitian, maka langkah selanjutnya yang ditempuh adalah menganalisa data yang diperoleh. analisa data yang merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Adapun tekhnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Analisa data kualitatif

20 Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), hlm 87


(66)

55

Dalam teknik analisa data kualitatif yang diperoleh dalam bentuk kualitatif diubah menjadi data kuantitatif kemudian dijumlah dan dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan. Kemudian ditafsirkan dalam kualitatif, misalnya baik (100%), cukup (75%), kurang baik (40-55%), dan tidak baik (0-40%).21

Selanjutnya hasil dari prosentase perhitungan skor rata-rata yang dihasilkan akan di deskripsikan dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut:

1) 76% - 100% (4,0 – 5,0) = baik 2) 56% - 75% (3,0 – 3,9) = cukup baik 3) 40% - 50% (2,0 – 2,9) = kurang baik 4) 0% - 50% (0 -19) = tidak baik

Adapun data yang dianalisa dengan menggunakan perolehan skor sesuai penafsiran diatas adalah data tentang pengaruh salat berjamaah dalam meningkatkan kedisiplinan.

b. Analisa data kualitatif

Sesuai dengan permasalahan diatas, dimana peneliti telah meneliti tentang pengaruh salat berjamaah dalam meningkatkan kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan . Maka untuk menganalisis data kuantitatif yang diperoleh akan menggunakan teknik analisa statistik dengan menggunakan rumus persamaan regresi linier.


(67)

56

Tujuan penerapan Regresi adalah untuk meramalkan atau memprediksi besaran nilai variabel tak bebas (dependen) yang dipengaruhi oleh variabel bebas (independen).22 Manfaat dari dari hasil analisis regresi adalah untuk membuat keputusan apakah naik dan menurunnya variabel dependen dapat dilakukan melalui peningkatan variabel independen atau tidak. Untuk mencari dengan regresi ini menggunakan rumus:23

Y = α + bX Keterangan :

Y: subjek dalam variable bebas (dependen variable) yang diprekdisikan. a : harga Y bila X = 0 ( harga konstan)

b : angka arah atau nilai koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variable tergantung (dependent variable). Bila b positif (+) maka naik, dan bila negative (-) maka terjadi penurunan.

X : subjek pada variabel bebas (independent variable) yang mempunyai nilai tertentu.

Nilai a maupun nilai b dapat dihitung melalui rumus yang sederhana. Untuk memperoleh nilai a dan b dapat digunakan rumus:

∑ ∑ ∑ ∑ ∑

22 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kualitatif Dilengkapi Perbandingan Hitung Manual&SPSS, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm 284


(1)

96

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan serta hasil penganalisisan terhadap data yang diperoleh, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Pelaksanaan salat fardhu lima waktu berjamaah bagi para santri di Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan sudah cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan sistem pelaksanaannya yang sangat matang, dari mulai jadwal pelaksanaan salat, fasilitas untuk salat berjamaah, tata tertib, hingga sanksi bagi santi yang tidak melaksanakan salat fardhu berjamaah. Hal ini didukung dari data hasil angket yang telah diisi oleh para santri.

Penerapan sikap disiplin di pondok pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan juga sudah cukup baik. hal ini bisa dilihat dengan adanya sanksi bagi santri yang tidak mematuhi peraturan-peraturan pondok pesantren. Sehingga memacu semangat dan melatih santri untuk selalu bersikap disiplin.

Sedangkan hasil bahwa salat berjamaah perpengaruh dalam meningkatkan disiplian santri adalah signifikan. Hal ini bisa dilihat dari hasil uji koefisien determinasi (r square) menunjukkan bahwa nilai r² adalah sebesar 0,656 atau 65,6% yang artinya bahwa 65,6% Kedisiplinan santri dipengaruhi oleh variabel bebas Salat berjamaah. Sisanya sebesar 34,4% dipengaruhi oleh variabel lain di


(2)

97

luar model penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Salat berjamaah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap Kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan.

Menurut Suharsimi Arikunto di dalam bukunya Prosedur Penelitian dalam teknik analisa data kualitatif yang diperoleh dalam bentuk kualitatif diubah menjadi data kuantitatif kemudian dijumlah dan dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan. Jika hasil kuantitatifnya diperoleh hasil 65,6% maka dalam bentuk kualitatif diperoleh hasil cukup baik. Dalam artian salat fardhu berjamaah dapat meningkatkan kedisiplinan santri Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan.

B.Saran

Dari kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut:

1. Saran Bagi Pesantren:

a. Pelaksanaan salat fardhu lima waktu di Pondok Pesantren Al-Bakriyah Lomaer Blega Bangkalan cukup baik. Dan penulis berharap program kegiatan salat fardhu berjamaah tersebut terus ditingkatkan agar pembiasaan tersebut bisa benar-benar membiasakan para santri untuk melakukan salat fardhu lima waktu berjamaah atas kesadarannya sendiri, bukan atas peraturan pesantren.

b. Dalam meningkatkan kedisiplinan, hendaknya diterapkan secara bersama-sama dan kepada seluruh stakeholder pondok pesantren,


(3)

98

sehingga ustad dan pengurus tidak hanya saja memerintah santri untuk lebih disiplin, melaikan ustad dan pengurus juga memberikan suri tauladan atau contoh yang baik kepada santri mengenai kedisiplinan c. Komunikasi dan koordinasi antara pondok pesantren dan wali murid atau

orang tua santri diharapkan bisa ditingkatkan. Karena peran orang tua juga sangat mempengaruhi santri ketika sedang berproses di pondok pesantren, khususnya dalam hal ini adalah menjaga keistiqamahan shalat fardhu lima waktu berjamaah dan kedisiplinan santri.

2. Saran bagi penelitian selanjutnya

a. Penelitian selanjutnya dapat meneruskan penelitian ini dengan meneliti lebih lanjut kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini.

b. Penelitian ini hanya mengambil responden dari satu pesantren saja. Penelitain selanjutnya sebaiknya dapat mengambil responden dari berbagai pesantren dan jumlah populasi yang lebih beragam lagi.


(4)

99

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad azzam dan Abdul Wahhab Sayyid Hawwas. 2010. Fiqih Ibadah. jakarta: Amzah.

Al Ghozali. 2005. Buku Rahasia-rahasia Sholat, Ter. Dari Asrar As-Shalah wa Muhimmatuha oleh Muhammad Al Baqir. Bandung: Karisma.

Annawawi, Syarif bin Imam Yahya Hadist Arbain, Bab Rukun ba’.

Arikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Al-Ja'tari, Sayyid Shaleh.2002. The Miracle of Shalat; Dahsyatnya Shalat, Jakarta: Gema Insani.

Anwariyah, Aan Et.all. 2010. Taudhih Al-Ahkam Min Bulugh Al-Maram. Jakarta: Pustaka Azzam.

An-Nadwi, Abulhasan Ali Abdul Hayyi Al-Hasani.1992. Empat Sendi Agama Islam,Ter. dari The four Pillars of lslam. Jakarta: Rineka Cipta.

as-Sadlan, Shalih bin Ghanim. 2006. Fiqih Salat Berjamaah. Jakarta: Pustaka As-Sunnah.

Al-Qathani, Abu Abdillah Musnid. 1997. 40 Manfaat Salat Berjamaah Jakarta: Yayasan Al- Sofwa

Departemen Agama. 2003. Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta. Depag RI Hasan, Aliah B. Purwakania.2008. Pengantar Psikologi Kesehatan Islam, Jakarta:


(5)

100

Komaruddin. 2001.Ensiklopedia Manajemen, Jakarta: Bumi Askara.

Langgulung, Hasan. 1985. Pendidikan dan Peradaban Islam. Jakarta: PT. Maha Grafindo.

Masyur, Syekh Mustofa. 2002. Berjumpa Allah Lewat Shalat, Jakarta: Gema Insani Press.

Mustofa, Bisri. 1995. Sullamul Afham. terjemah Bulughul Maram. Jakarta. Perindo

Muslim, Imam.1879. Shahih Muslim, Al-Azhar: Jumhur Al-Arabiah.

Markijot. 1987. Manajeen Kepegawaian Personal Manajemen. Bandung: Alumni. Munandir. 2001. Ensikopedia Pendidikan. Malang: UM-Press.

Nizar, Syamsul.2006. Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakata: Gaya Media Pratama.

Poerwardamita, W.J.S.1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PN. Balai Pustaka.

Peter Salim dan Yeny Salim. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press.

Pius Abdillah dan Anwar Syarifuddin. 1993. Kamus Saku Bahasa Indonesia. Surabaya: Arkola

Rasyid, Sulaiman.1995. Fiqih Islam, Jakarta: Attahiriyah.

Rachmaningsih, Neiny.1997. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMU Kelas 2. Bandung: Srafindo Media Prtama.


(6)

101

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Syekh Tosun Bayrak dan Murtadha Muthahhari. 2007. Energi Ibadah, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta.

Sahertian, Piet. 1994. Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.

Soekanto, Soejono. 1990. Remaja dan Masalahnya. Jakarta: Balai Pustaka. Sabri, M. Alisuf. 1999. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. Tebba, Sudirman. 2008. Nikmatnya Salat. Jakarta: Pustaka irVan

Tim Prima Pena. 2006. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: GITAMEDIA Zahra, Abu. 2001. Sholat Nabi SAW. Bandung: Penerbit Kota Ilmu. Zuhaili, Wahbah. 2010. Fiqih Imam Syafi’i. Jakarta: Almahira.

http://ressinatasumanda.blogspot.co.id/2014/03/dalil-sholat-berjamaah.html (Diakses 26/04/2017 pukul 2:27)

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2589/1/IMANIYAH FITK. pdf (Diakses 26-04-2017 1:52)