Pembentukan akhlak santri melalui penerapan tata tertib di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik.

(1)

PEMBENTUKAN AKHLAK SANTRI MELALUI PENERAPAN TATA TERTIB DI PONDOK PESANTREN

QOMARUDDIN SAMPURNAN BUNGAH GRESIK

SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD SYAIFUL ALAM AL GHOZALY NIM. D01213035

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JULI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Muhammad Syaiful Alam Al-Ghozaly : D01213035 mengadakan penelitian tentang Pembentukan Akhlak Santri Melalui Penerapan Tata Tertib Di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik. Tahun 2017.

Penelitian ini di latar belakangi oleh rendahnya kedisiplinan siswa dalam proses pendidikan yang mengakibatkan kecenderungan untuk melakukan pelanggaran dimanapun mereka berada. Seperti realita yang terjadi di Indonesia sampai saat ini diantaranya, kecurangan siswa dalam mengerjakan tugas, tawuran, membantah bahkan sampai memukul guru, dan hal ini merupakan wujud penurunan akhlak yang baik pada diri siswa.

Pondok Pesantren Qomaruddin melalui penerapan tata tertib mengajarkan kedisiplinan yang tidak lain bertujuan untuk membentuk akhlak santri menjadi akhlak yang lebih disiplin dan akhlak yang mulia atau Akhla>qul Kari>mah.

Tujuan penelitian ini adalah ingin memperoleh data tentang pembentukan akhlak di pondok pesantren, penerapan tata tertib pondok pesantren dan pembentukan akhlak santri melalui penerapan tata tertib pondok pesantren. Di Pondok Pesantren Qomaruddin Desa Sampurnan Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian dilaksanakan selama pada semester genap tahun pelajaran 2016-2017 antara bulan April 2017 s.d akhir Mei 2017. Teknik pengumpulan data antara lain wawancara, observasi dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan akhlak di pondok pesantren qomaruddin melalui beberapa macam antara lain, Pertama, melalui pengajian kitab kuning. Kedua, melalui pembiasaan wiridan sesudah sholat berjama’ah dan do’a bersama. Ketiga melalui pembiasaan kegiatan keagamaan di Pondok Pesantren. Keempat pembatasan penggunaan handphone dan barang elektronik lainnya.

Penerapan tata tertib di pondok pesantren Qomaruddin berjalan dengan baik dan hukuman yang diberikan berupa hukuman yang mendidik namun memberikan efek yang baik bagi pembentukan akhlak santri.

Pembentukan akhlak santri melalui penerapan tata tertib di pondok pesantren Qomaruddin menjadi hal yang paling penting. Melalui tata tertib pesantren, santri dipaksa untuk menjadi lebih disiplin. Tindakan-tindakan tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh santri dapat membentuk akhlak santri menjadi akhlak yang disiplin, bertanggung jawab, dan sadar atas kesalahannya.


(7)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...i

PENGESAHAN TIM PENGUJI ...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...iii

PERSEMBAHAN ...iv

MOTTO ...v

ABSTRAK ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...ix

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...x

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiv

PEDOMAN TRANSLITERASI ...xv

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...8

D. Manfaat Penelitian ...8

E. Penelitian Terdahulu ...9

F. Definisi Operasional ...13

G. Sistematika Pembahasan ...14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...16

A. TINJAUAN TENTANG PEMBENTUKAN AKHLAK ...16

1. Pengertian Pembentukan Akhlak ...16

2.Dasar-Dasar Hukum dan Tujuan Pembentukan Akhlak ...20


(8)

PESANTREN ...51

1.Pengertian Penerapan Tata Tertib Pondok Pesantren ...51

2.Dasar dan Tujuan Penerapan Tata Tertib Pondok Pesantren ...53

3.Unsur-Unsur Tata Tertib Pondok Pesantren ...56

4.Penegakan Disiplin Tata Tertib di Pondok Pesantren ...57

C. PEMBENTUKAN AKHLAK SANTRI MELALUI PENERAPAN TATA TERTIB ...63

1. Penerapan Tata Tertib Pondok Pesantren Sebagai Pembentukan Akhlak Santri ...63

2. Strategi Penerapan Tata Tertib Pondok Pesantren ...71

BAB III METODE PENELITIAN ...76

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...76

B. Subyek dan Obyek Penelitian ...77

C. Tahap-Tahap penelitian ...78

D. Jenis Data dan Sumber Data. ...81

E. Teknik Pengumpulan Data ...82

F. Teknik Analisis Data ...85

G. Teknik Keabsahan Data ...88

BAB IV PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN ...91

A. Gambaran Umum Objek Penelitian...91

1. Letak Geografis Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...91

2. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...92

3. Visi Misi, Tujuan dan Program Kerja Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...96

4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...98


(9)

xiii

5. Data Dewan Asatidz Pondok Pesantren Qomaruddin ...99

6. Data Santri Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...102

7. Jadwal Kegiatan Santri Mukim Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...106

8. Sarana Prasarana Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...110

B. Pembentukan Akhlak di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...113

1. Pembentukan Akhlak Melalui Pengajaran “Kitab Kuning” Oleh Kyai maupun Ustadz ...113

2. Pembentukan Akhlak Spiritual Melalui Pembiasaan “Wiridan” dan Do’a Bersama ...118

3. Pembentukan Akhlak melalui Pembiasaan Kegiatan Keagamaan ...120

4. Pembentukan Akhlak melalui Pembatasan PenggunaanHandphone, Radio dan Barang Elektronik lainnya ...124

C. Penerapan Tata Tertib di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...127

1. Penyusunan Tata Tertib Pondok Pesantren Qomaruddin ...127

2. Tata Tertib Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...130

3. Penerapan Tata Tertib Pondok Pesantren Qomaruddin ...135

D. Pembentukan Akhlak melalui Penerapan Tata Tertib di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik ...143

BAB V PENUTUP ...148

A. Kesimpulan ...148

B. Saran ...149 DAFTAR PUSTAKA


(10)

Tabel 1 Pelaksanaan Penelitian Di Pondok Pesantren Qomaruddin ...75 Tabel 2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ...78 Tabel 3 Data Dewan Asatidz Pondok Pesantren Qomaruddin 2016-2017 ...94 Tabel 4 Data Santri Mukim Putra Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan

Bungah Gresik Periode 2016/2017 ...97 Tabel 5 Data Santri Mukim Putri Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan

Bungah Gresik Periode 2016/2017 ...98 Tabel 6 Perkembangan Data Santri Mukim Pondok Pesantren Qomaruddin

Sampurnan Bungah Gresik hingga periode 2016/2017 ...99 Tabel 7 Jadwal Kegiatan Harian Santri Mukim Pondok Pesantren Qomaruddin

Tahun Pelajaran 2016/201 ...101 Tabel 8 Jadwal Kegiatan Mingguan Santri Mukim Pondok Pesantren

Qomaruddin Tahun Pelajaran 2016/2017 ...103 Tabel 9 Sarana Dan Prasarana Yang Dimiliki PP. Qomaruddin Tahun Pelajaran

2016/2017 ...104 Tabel 10 Daftar Mata Pelajaran dan Kitab Kuning yang diajarkan di Pondok


(11)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian 2. Surat Tugas

3. Kartu Konsultasi

4. Pedoman Pengumpulan Data

5. Buku Pribadi Santri

6. Undang-Undang Pondok Pesantren Qomaruddin

7. Lembar Data Perizinan Santri 8. Lembar Data Pelanggaran Santri


(12)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan, Secara sederhana jika merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam Damsar, merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.1 dari pengertian Kamus tersebut melalui pendidikan Orang mengalami perubahan sikap dan tata laku, berproses menjadi dewasa dn lebih matang dalam tingkah laku dan dilakukan melalui pengajaran dan pelatihan terhadap seseorang.

Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar bahwa Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untk berfungsi secara edekuat dalam kehidupan masyarakat.2

Dengan melihat pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan merupakan satu-satunya cara agar manusia menjadi lebih baik dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sehingga dapat mengimbangi setiap perkembangan yang terjadi agar tidak tertinggal

1 Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan. (Jakarta : Kencana, 2011) h. 8 2 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) h. 79


(13)

2

jauh oleh kemajuan teknologi dalam bekalnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Jauh sebelum Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara sebagai Pahlawan Pendidikan Nasional merumuskan bahwa pendidikan sebagai proses pembudayaan kodrat alam setiap individu dengan kemampuan untuk mempertahankan hidup, yang tertuju pada kemerdekaan lahir batin sehingga memeperoleh keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kebahagiaan lahir batin.3 Dengan demikian penting lah pendidikan bagi setiap manusia untuk hidup berdampingan dengan lingkungan.

Keberhasilan suatu pendidikan tidak lepas dari adanya sumber daya manusia yang berkualitas dan berkarakter. Salah satu jalan alternative yang untuk mengatasi penyimpangan moral maupun perbaikan akhlak pada diri siswa adalah melalui pendidikan di Pondok Pesantren. Hal tersebut penting untuk dilaksanakan mengingat keadaan pendidikan formal saat ini sangat terpuruk dalam bidang akhlak terutama rendahnya kedisiplinan siswa baik di sekolah maupun dalam kesehariannya di rumah lingkungan siswa tinggal. Oleh sebab itu, sejak tahun 2010 pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional mencanangkan penerapan pendidikan karakter bagi semua tingkat pendidikan, baik sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Upaya ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan


(14)

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4

Hal ini sesuai dengan model pendidikan yang diajarkan di pondok pesantren. Meskipun pondok pesantren bukan merupakan pendidikan formal namun pondok pesantren mengajarkan nilai-nilai akhlak dan pendidikan karakter serta kedisiplinan sehingga cocoklah sebagai jalan yang ditempuh dalan pembentukan akhlak yang baik.

Rendahnya kedisiplinan seorang anak akan membuat proses pendidikan terganggu. Selain itu, kurangnya sikap disiplin siswa mengakibatkan kecenderungan untuk melakukan pelanggaran dimanapun mereka berada. Terlebih lagi pendidikan saat ini tidak menuntut peserta didik memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik melainkan lebih menuntut siswa untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Maka tidak heran jika peserta didik sering melakukan kecurangan baik dalam ujian maupun dalam mengerjakan tugas-tugas individu, tawuran, membantah bahkan sampai memukul guru, dan penurunan akhlak yang baik.

Bangsa Indonesia kian hari kian terpuruk, seperti yang di beritakan

4


(15)

4

baik melalui media sosial, media cetak maupun media televisi dan sudah banyak orang ketahui pada Mei 2016 lalu kasus guru di Sidoarjo yang dilaporkan polisi karena mencubit Anak SD sebagai hukuman pada si anak. Pada bulan Agustus 2016 juga terkenal kasus Orang tua dan Murid memukul guru di SMKN 2 Makassar hingga si guru pendarahan di bagian hidung hanya karena guru tersebut memberikan tamparan karena siswa itu mengeluarkan kata-kata kotor dan tidak sopan.5 Selain itu juga masih ada banyak kasus-kasus tawuran pelajar yang sampai menewaskan banyak orang. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan karena se usia pelajar sudah membunuh teman sebayanya sendiri. Oleh karena itu perlu diadakannya suatu wadah untuk menanggulangi dan mencegah hal-hal yang demikian itu bisa terjadi. Salah satunya yakni melalui pondok pesantren.

Fenomena berpakaian seragam ketat saat ini juga menjadi trend bagi santri yang tinggal di Pondok Pesantren yang juga merupakan siswa

SMA Assa’adah. Tentu saja akan membawa dampak yang negative bagi generasi muda. Pada umumnya mereka meniru gaya pakaian di dunia sinetron, lingkungan masyarakat dan di lingkungan sekolahnya sendiri. Efeknya adalah santri pondok pesantren Qomaruddin juga mengikuti model pakaian mereka, misalnya celana ketat dan baju jangkis, rok menggantung. Meskipun pihak sekolah telah menggunting pakaian ketatnya sebagai

5 Indowarta.

http://indowarta.com/7790/berita-hari-ini-begini-kronologis-orang-tua-murid-pukul-guru-di-smk-2-makassar-yang-bikin-netizen-geram/ diakses pada 15/03/17 pukul 15.15 WIB


(16)

sanksi dari tindakannya, dan pihak pondok pesantren juga menyita pakaiannya tetapi tetap saja masih terdapat santri yang melanggarnya.

Lebih ekstrim lagi, di Pondok Pesantren Qomaruddin juga pernah adanya kasus pencurian dan terlibat tawuran yang dilakukan oleh santri. Tanpa toleransi pihak pondok pesantren mengeluarkan santri tersebut sesuai dengan peraturan tata tertib yang ada. Walaupun pihak pondok pesantren sudah berusaha menerapkan tata tertib, namun nampaknya hal itu belum sepenuhnya berhasil, perlu usaha yang lebih maksimal dalam menerapkan tata tertib yang telah disepakati bersama.

Sebagai lembaga pendidikan yang Informal. Pondok Pesantren merupakan suatu lembaga yang dapat menjadi peran utama dalam pembentukan akhlak santri (red:siswa)nya. Karena di pondok pesantren mulai sejak tingkatan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas tidak lepas dari pengawasan dalam pembentukan akhlak dan membentuk kedisiplinan santri. Untuk tingkatan SMA/sederjat menjadi salah satu pembina dan percontohan dalam pembentukan akhlak untuk adik-adik nya yang lain yang dibawah umur. Sehingga dapat selalu terpantau jika ada penyimpangan dalam ber akhlak dan bertingkah laku. Hal itu semata-mata tidak terlepas dari penerapan tata tertib di pondok pesantren.

Penerapan tata tertib di pondok pesantren bermacam-macam seperti yang ada di Pondok Pesantren Qomaruddin yang terkesan unik, salah satu contohnya adalah santri diwajibkan mengikuti kegiatan yang ada di


(17)

6

pondok pesantren. Jika tidak mengikuti tanpa ada sebab yang jelas maka diberikan hukuman hafalan beberapa ayat maupun nadhoman sesuai dengan pelanggarannya. Dengan adanya peraturan seperti ini diharapkan siswa mengikuti semua kegiatan dan sanksinya pun dapat membuat siswa lebih banyak menghafal dan mengasah memory santri. Walaupun sanksi tersebut nampaknya sangat mendidik, tetapi ada beberapa siswa yang memilih untuk pergi dan menghindar dari pondok daripada dihukum untuk menghafalkan naz}o>m-naz}o>m dan beberapa ayat al-Qur’an. Hal ini tentunya dapat menjadikan akhlak yang baik sebagai efek dari pemberian hukuman yang diberikan di pondok pesantren.

Dalam kaitannya pembentukan Akhlak, tentulah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun membutuhkan proses yang lama metode yang beragam dalam membimbing dan membina peserta didik sehinga dapat membentuk sebuah kebiasaan. Dengan kebiasaan ini terbentuklah karakter dari setiap peserta didik. Kebiasaan ini dapat terbentuk jika ada sesuatu yang mengatur dan dipatuhi atau juga bisa melalui pembiasaan diri. Untuk itu agar pembentukan Akhlak ini dapat berjalan dengan baik maka salah satu program pondok pesantren adalah melalui penerapan tata tertib. Dengan adanya tata tertib diharapkan santri dapat melaksanakan aturan-aturan yang berlaku di pondok pesantren sehingga akhlak santri secara perlahan dapat terbentuk dengan baik dan dapat menjadi alat untuk mengatur perilaku atau sikap santri di pondok


(18)

pesantren. Sehingga santri memiliki akhlak yang baik, dan tingkat kedisiplinan yang tinggi.

Dharma Kesuma dkk dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah menuliskan salah satu upaya pembentukan akhlak dapat melalui Kebiasaan (habit). Menurutnya banyak situasi tingkah moral diuntungkan oleh habit. Orang-orang yang memiliki

karakter yang baik sering tidak berpikir secara sadar tentang “pilihan yang baik”. Tapi mereka melakukannya karena kekuatan kebiasaan.6 Dengan kebiasaan, hal tersebut memberikan pengalaman belajar kepada anak-anak karena dapat mengembangkan kebiasaan yang baik dan juga praktik menjadi orang yng baik. Dengan begitu bisa terbiasa berkelakuan baik beretika dan sopan santun.

Oleh karena itu, maka penulis bermaksud melakukan penelitian di salah satu pondok pesantren yang terkenal di kota santri Gresik yakni dengan judul “Pembentukan Akhlak Santri Melalui Penerapan Tata Tertib di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik”. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

6 Dharma Kesuma, Dkk. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah,


(19)

8

1. Bagaimana Pembentukan Akhlak Santri di Podok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik?

2. Bagaimana Penerapan Tata Tertib di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik?

3. Bagaimana Pembentukan Akhlak Santri melalui Penerapan Tata Tertib di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini diantaranya:

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pembentukan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Qomaruddin Bungah Gresik

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Penerapan Tata Tertib di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Pembentukan Akhlak santri melalui Penerapan Tata Tertib di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik.

D. Manfaat Penelitian

Disamping Dalam penelitian ini, penulis harapkan berguna bagi semua pihak yang membutuhkannya terutama bagi penulis sendiri. dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menarik minat peneliti lain, khususnya dikalangan mahasantri, untuk mengembangkan penelitian lanjutan tentang masalah yang sama dan serupa.7

7 Cik Hasan Bisyri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian Skripsi,( Jakarta: Raja Grafindo,


(20)

Adapun Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi dua macam yakni:

1. Manfaat Akademik

Dapat digunakan sebagai informasi dan sebagai tambahan pengetahuan mengenai tata tertib atau peraturan yang berlaku di Pondok Pesantren Qomaruddin sebagai proses pembentukan akhlak santri.

Selain itu juga sebagai sumbangan kepada UIN Sunan Ampel Surabaya khususnya kepada perpustakaan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bagan bacaan atau rujukan yang bersifat ilmiah serta kontribusi dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan islam sendiri.

2. Manfaat Praktis

Dengan penelitian ini diharapkan bisa menjadi rujukan dan bahan evaluasi terhadap tata tertib yang berlaku di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik

Disamping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pengambilan kebijakan dalam menerapkan tata tertib pesantren guna membentuk akhlak santri di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik

E. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan pada penelusuran tentang tinjauan pustaka yang peneliti lakukan, peneliti membedakan beberapa temuan skripsi, beberapa skripsi


(21)

10

yang hampir sama dengan judul penelitian yang penulis lakukan dan beberapa lagi skripsi yang pernah ditulis di lokasi penelitian

Skripsi yg hampir sama dengan judul penelitian penulis yaitu skripsi yang berjudul :

1. Korelasi Antara Kegiatan Keagamaan Dengan Pembentukan Akhlak Peserta Didik Di Sma Islam Sidoarjo. Disusun oleh, Sabta Agustien Sieseva Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya Tahun 2016.

Dalam Skripsi ini membahas tentang hubungan kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di sekolah dengan akhlak dari siswa yang dalam penelitiannya Hasil dari penghitungan menggunakan regresi sederhana menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 116,874 dan F tabel pada nilai N= 78 adalah 12,7062 sedangkan nilai t hitung sebesar 10.811 dan t tabel sebesar 1,980 Karena nilai F hitung > F tabel (116,874 > 12,7062) dan nilai t hitung > t tabel, 10.811 > 1,980 di tambah lagi dengan nilai signifiasi 0,000 < 0,05. Sehingga semakin tinggi kegiatan keagamaannya semakin tinggi pula pembentukan akhlak nya.

2. Pengaruh Mata Pelajaran Akidah Akhlak Terhadap Pembentukan Karakter Siswa Di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya. Disusun Oleh, susi Ardina Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya Tahun 2016.


(22)

Dalam Skripsi ini membahas tentang gambaran pembelajaran Aqidah Akhlak di Sekolahan dan pengaruhnya dalam pembentukan akhlak. Dalam penelitiannya peneliti menggunakan rumus korelasi product moment yang menghasilkan nilai positif dan nilai hasil df = 60, jika dikonsultasikan pada taraf signifikan 5 % = 0,250 dan pada taraf 1% = 0,325. Dari hasil signifikansi 5% dan 1% dapat diketahui bahwa “rXY”

lebih besar dari “rtabel” (rhitung = 0,531 > rtabel = 0,250). Dan setelah uji signifikan ditemukan thitung lebih besar dari ttabel (t hitung = 6,854 > ttabel = 2,390). Sehingga ada pengaruh pelajaran akidah akhlak terhadap pembentukan karakter siswa.

3. Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Dalam Menanggulangi Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Di Kelas 8 SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014 yang disusun oleh Nur Lailia Mufidah, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun 2014.

Dalam Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan pembinaan akhlak dalam menanggulangi pelanggaran tata tertib di sekolah dan hasil dari penelitian bahwa pembinaan akhlak dapat menekan tingkat pelanggaran siswa baik yang ringan, sedang maupun berat.


(23)

12

Skripsi yang pernah dilakukan di lokasi penelitian yang sama dengan penulis yaitu skripsi yang berjudul. :

1. Kepemimpinan KH. Ahmad Muhammad Al Hammad dalam upaya pengembangan Yayasan Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik : Ni'matus Sholikhah Program Studi Manajemen Dakwah. Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2001. Skripsi ini membahas tentang kepemimpinan Kepala Yayasan dalam pengembangan Yayasan.

2. Peranan Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan dalam Pembinaan Keagamaan Masyarakat Desa Bungah Gresik : Zuhriyatul Lathifah Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2002. Skripsi ini membahas peran pondok pesantren bagi keagamaan masyarakat desa.

Sedangkan untuk penelitian penulis sendiri. Dalam penelitian ini penulis lebih menitik beratkan pada bagaimana pembentukan akhlak santri dan bagaimana penerapan tata tertib sebagai salah satu sarana pembentukan akhlak santri di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik.


(24)

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah pemahaman dalam mengkaji skripsi ini serta untuk memperoleh gambaran yang jelas sebagai tindakan preventif, maka dirasa perlu memberi penjelasan atau penegasan tentang beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini. Berikut penegasan judul tersebut:

1. Akhlak santri adalah segala budi pekerti baik yang ditimbulkan santri tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan yang mana sifat itu menjadi budi pekerti yang utama dan dapat meningkatkan harkat dan martabat santri.8

2. Santri adalah: pelajar, dan seluruh peserta didik yang tinggal di pondok pesantren.

3. Pembentukan Akhlak Santri : usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk akhlak santri, dengan menggunakan sarana pendidikan dengan sungguh- sungguh dan pembinaan yang terperogram dengan baik dan dilaksanakan dengan konsekuen dan konsisten9

4. Penerapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah perbuatan menerapkan.

5. Tata Tertib adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sehari-hari dan mengandung sanksi bagi pelanggarnya.10

8 Irfan, Sidney. Kamus Arab Indonesia. (Jakarta: Andi Rakyat, 1998). h. 127

9

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Pustaka, 2011) h. 45

10


(25)

14

6. Penerapan Tata Tertib adalah suatu perbuatan mempraktekkan ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih memudahkan pembaca dalam memahami maksud yang dikehendaki, sistematika penulisan penelitian ini sengaja disusun sebagai berikut:

Bab Pertama dalam Skripsi ini merupakan uraian yang di dalamnya berisi beberapa pokok pikiran yang melatarbelakangi timbulnya penelitian yang akan diteliti, tentang rumusan masalah, tujuan penelitian, Manfaat hasil penelitian, difinisi operasional, serta sistematika pembahasan.

Setelah itu pada Bab kedua adalah kajian teori yang berisi tinjauan tentang pembentukan akhlak santri dan juga tentang penerapan tata tertib Adapun tinjauan tentang pembentukan akhlak santri di dalamnya terdapat sub-sub antara lain: pengertian pembentukan akhlak, dasar dan tujuan

pembentukan akhlak, pembagian akhlak dan faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan akhlak. Sedangkan tinjauan tentang penerapan tata tertib di dalamnya terdapat sub-sub bab antara lain: pengertian penerapan tata tertib, dasar dan tujuan penerapan tata tertib, unsur-unsur tata tertib dan penegakan disiplin tata tertib di. Selain itu juga terdapat sub bab pembentukan akhlak melalui penerapan tata tertib yang di dalamnya terdapat sub-sub ab


(26)

antara lain : penerapan tata tertib sebagai upaya pembentukan akhlak dan strategi penerapan tata tertib.

Kemudian di Bab ketiga membahas tentang metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, subyek dan obyek penelitian, tahap-tahap penelitian, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data.

Pada Bab keempat Berisi paparan data hasil penelitian, menjelaskan tentang gambaran umum Pondok Pesantren Qomaruddin Bungah Gresik yang mencakup letak geografis serta sejarah berdirinya Pondok Pesantren Qomaruddin dan perkembangannya, dasar dan tujuan didirikannya Pondok Pesantren Qomaruddin, struktur organisasi Pondok Pesantren Qomaruddin, keadaan pendidik, para santri, sarana prasarana serta kegiatan di Pondok Pesantren Qomaruddin Bungah Gresik dan berisi pula tentang pembahasan atau kajian pokok dalam penulisan skripsi, dan berusaha menjawab masalah-masalah penelitian yang ada, yaitu bagaimana pembentukan Akhlak santri di Pondok Pesantren Qomaruddin Bungah, penerapan tata tertib, serta faktor pendukung dan penghambat di dalamnya.

Akhirnya pada Bab Kelima : Berisi penutup yang merupakan bab terakhir yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.


(27)

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TENTANG PEMBENTUKAN AKHLAK

1. Pengertian Pembentukan Akhlak

Secara etimologi, "akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "khuluqun" (قلخ) yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan "khalqun" (قلخ) yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan "kha>liq" (قلاخ) yang berarti pencipta dan "makhlu>q" (قولخم) yang berarti yang diciptakan. 1

Definisi akhlak di atas muncul sebagai mediator yang menjembatani komunikasi antara kha>liq (pencipta) dengan makhlu>q (yang diciptakan) secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai hablum min Allah. Dari produk hablum min Allah yang verbal biasanya lahirlah pola hubungan antar sesama manusia yang disebut dengan hablum min

anna>s (pola hubungan antar sesama makhluk).2

Meskipun kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, kata akhlak tidak terdapat di dalam Al-Qur’an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam hadith. Satu-satunya kata yang ditemukan semakna akhlak dalam

1 Zahruddin AR, dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 2004) h. 1


(28)

Qur’an adalah bentuk tunggal, yaitu khuluqun, tercantum dalam surat al Qalam ayat 4:

ىَلَعَل َكنِإَو

ٍقُلُخ

ٍمىْيِظَع

٤

Artinya: Sesungguhnya Engkau (Muhammad) benar-benar, berbudi

pekerti yang luhur.3

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.4

Secara terminologi, akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Muhammad Al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.5

Jadi pada hakikatnya khuluq (budi pekerti) atau akhlak ialah kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan

3 Depag RI, Al Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung : CV Penerbit Diponegoro,

2010) h. 564

4 Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992) h. 1


(29)

18

dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syariat dan akal pikiran. Maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebut budi pekerti yang tercela.

Dalam menentukan baik buruknya akhlak, Islam telah meletakkan dasar-dasar sebagai suatu pendidikan nilai, dimana ia tidak mendasarkan konsep al-ma’ruf (yang baik) dan al-munkar (yang jelek) semata-mata pada rasio, nafsu, intuisi, dan pengalaman yang muncul dari panca indera yang selalu mengalami perubahan. Tetapi Islam, telah memberikan sumber yang tetap yang menentukan tingkah laku moral yang tetap dan universal yaitu Al-Qur’an dan as-Sunnah. Dasar hidup itu menyangkut kehidupan perorangan, keluarga, tetangga, sampai pada kehidupan bangsa.6

Selanjutnya Tadjab dalam Dimensi-Dimensi Studi Islam mengutip pendapat Ibnu Maskawaih, mendefinisikan akhlak dengan keadaan gerak yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak memerlukan pikiran.7 Sedangkan Tadjab juga mendefinisikan Akhlak adalah “sikap

hati yang mudah mendorong anggota tubuh untuk berbuat sesuatu”.8

6 Sahal Mahfudz, Nuansa Fiqh Sosial, (Yogyakarta: LKiS Bekerjasama dengan Pustaka

Pelajar, 1994), h. 180-181

7 Tadjab, Muhaimin, Abd. Mujib, Dimensi-Dimensi Studi Islam (Surabaya: Karya Abditama,

1994) h. 243

8 Depag RI, Panduan Pesantren Kilat (Untuk Sekolah Umum) (Jakarta: Departemen Agama


(30)

Adapun Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin, yang disebut akhlak itu ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itulah yang dinamakan akhlak. Dalam penjelasan beliau, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan sesudah bimbang, sedangkan kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah dikerjakan. Jika apa yang bernama kehendak itu dikerjakan berulang-kali sehingga menjadi kebiasaan, maka itulah yang kemudian berproses menjadi akhlak.9

Karena akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung pada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya, Namun secara sosiologis di Indonesia kata Akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang yang berahlak baik.10

Sedangkan kata “pembentukan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata bentuk yang berwalan pe- dan berakhiran –an, yang memiliki arti Proses, cara, Proses membentuk. 11

Jadi pengertian pembentukan akhlak seperti yang dikemukakan oleh Abuddin Nata adalah usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak dengan sungguh – sungguh, dengan menggunakan

9 Tim Dosen Agama Islam, Pendidikan Agama Islam Untuk Mahasiswa (Malang: IKIP

Malang, 1995) h. 170

10Abu Ahmadi, Noor Salim, MKDU Dasar-Dasar Pendidikan Islam, (Bandung: Bumi

Aksara,1986) h. 198

11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat


(31)

20

sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan konsekuen dan konsisten.12

2. Dasar-Dasar Hukum dan Tujuan Pembentukan Akhlak

Setiap akhir dari tujuan ibadah adalah pembinaan ketakwaan yang mengandung arti menjauhi perbuatan yang jelek, dan mendekati perbuatan yang baik. Para Ulama’ juga mengungkapkan yaitu sikap yang hanya baik dan telah biasa dilakukan oleh orang-orang yang dinilai sebagai berakhlak mulia.13

Kita sebagai umat Islam tidak terlepas dari pedoman hidup yang telah kita yakini yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Maka disini penulis memberikan pandangan hukum Islam yang menjadi dasar dari pembentukan akhlak tertuang di dalam Al-Qur’an maupun Hadis sebagai dasar religi serta menjadikan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar konstitusional

a. Dasar- Dasar Hukum Pembentukan Akhlak

Sumber akhlak atau pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria baik buruknya sesuatu perbuatan adalah Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW.14 Kedua dasar itulah yang menjadi landasan dan

12 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Pustaka, 2011) h. 45

13 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol 14 (Tangerang : Lentera Hati, 2005) h. 380-381 14 Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: UIN Sunan


(32)

sumber ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk.

Disamping itu, dasar-dasar pembentukan akhlak dalam hal ini penulis membagi menjadi dua macam yakni Dasar Religi, dan Dasar Konstitusional. Dengan uaraian sebagai berikut :

1) Dasar Religi

Yang dimaksud dasar religi dalam uraian ini adalah dasar-dasar yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah rasul (Al-Hadits) sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Qalam ayat 4 yakni sebagai berikut

ىَلَعَل َكنِإَو

ٍقُلُخ

ٍمىْيِظَع

٤

Artinya : “Sesungguhnya Engkau (Muhammad) benar-benar, berbudi pekerti yang luhur”.15

Sedangkan hadis Nabi yang menjadi sumber hukum akhlak Ialah :

نبا ديعس وبأ أبنأ ياهبصأا فسوي نب دمح وبأ انربخأ

دمح ركب وبأ ا ث ,يرعأا

نب ديعس ا ث ,يذورورما ديبع نب

م

نب دمح يرخأ ,دمح زيزعلا دبع ا ث , روص

ناجع

نع

يأ نع ميكح نب عاقعقلا

ه ع ها يضر ةرير يأ نع حاص

.م.ص ها لوسر لاق : لاق

15 Depag RI, Al Hikmah .... h. 564


(33)

22

ُِأ ُتْثِعُب اََِإ

َاْخَأْاَمِراَكَم َمََِ

َياَوِر َِِوُ

ِ َََِلاَص : ٍة

هجرخأ .

اخبلا

امرغو مكاحاو درفما بدأا ِ ير

Artinya :

“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat lain: yang shalih) .” Hadits Shahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari di dalam kitab al-Adab al-Mufrad, Imam al-Hakim dan lain-lain.16

Selain itu tingkat kesempurnaan keimanan seseorang juga dapat dilihat dari kesempurnaan akhlak dari orang tersebut. Sebagaimana Hadis Nabi SAW:

اًقُلُخ ْمُهُ َسْحَأ َو اًناَِْْإ َنِمْؤُمْلا ُلَمْكَأ

َىذمرلا اورُ

Artinya:

Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang paling sempurna budi pekertinya.” (HR. Tirmidzi).17

Orang tua merupakan pembentuk Akhlak pertama dalam hidup Anak. Kepribadian orang tua, sikap, dan cara hidup mereka merupakan unsur pendidikan yang tidak berlangsung, yang dengan sendirinya masuk dalam kepribadian anak. Jadi hal ini juga sangat besar peranannya, sesuai dengan sabda Nabi

16 Al-Baihaqi, Al-Sunan Al-Kubro Juz 10, (Beirut : Da>r Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 2002), h. 323

Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dll, lihat Al-Adab al-Mufrad karya Imam al-Bukhari, Bi Takhrijat Wa Ta’liqat: Syaikh al-Albani, Da>r ash-Shiddi>q, Jubail, KSA, cet. II, 1421 H/2000 M, hal. 100-101, no. 273. Lihat pula Silsilah Shahihah, no. 45.


(34)

ِةَرْطِفْلا ىَلَع ُدَلْوُ ي ٍدْوُلْوَم لُك

َ ي ُاَوَ بَأَف

ُهَناَسُجَْْ ْوَأ ُهَناَرُصَْ ي ْوَأ ُهَناَدْوُه

Artinya:

“Semua anak dilahirkan suci, maka bapak ibunyalah yang menjadikan dia Yahudi Nasrani atau Majusi” (HR. Bukhari Musalim).18

Dalam agama Islam yang menjadi dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa sifat-sifat seseorang itu dapat dikatakan baik atau buruk adalah Al-Qur’an dan Hadis. Apa yang baik menurut Al-Qur’an atau Hadis itulah yang baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari- hari. Sebaliknya apa yang buruk menurut Al-Qur"an dan Hadis berarti itu tidak baik dan harus dijauhi.

Jika ada orang yang menjadikan dasar akhlak itu pada adat kebiasaan yang berlaku dalam suatu masyarakat maka untuk menentukan atau menilai baik- buruknya adat kebiasaan itu, harus dinilai dengan norma-norma yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadis, kalau sesuai terus dipupuk dan dikembangkan, dan kalau tidak harus ditinggalkan.19

Pribadi Nabi Muhammad SAW adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalam membentuk kepribadian.

18 Zuhairini, Metodi Khusus Pendiidkan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981) h. 34 19 M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983) h. 11


(35)

24

Begitu juga sahabat-sahabat beliau yang selalu mempedomani

Al-Qur’an, dan ajaran Nabi Muhammad SAW dalam kesehariannya dengan demikian kita pun patut mematuhi ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW.

2) Dasar konstitusional

Dasar konstitusional pembinaan akhlaqul karimah yaitu Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat 3 menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan atau sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta kemuliaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.20

Selain itu Undang-Undang Dasar yang mengatur kehidupan suatu bangsa atau Negara, mengenai kegiatan pembinaan moral, juga diatur dalam UUD 1945, pokok pikiran ke empat sebagai berikut :

“Negara berdasar atas ke-Tuhanan yang Maha Esa

menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, undang-undang dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara Negara untuk memelihara budi pekerti manusia yan luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur”.21

20 Undang-undang Republika Indonesia. No. 20 tahun 2003. Tentang Sistem pendidikan

Nasional (Sisdiknas), (Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 49


(36)

Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa sebagai warga Negara Indonesia yang berketuhanan Yang Maha Esa hendaknya ikut serta dalam membentuk akhlak yang baik dan ikut serta membina dan memelilhara akhlak. Hal itu demi terwujudnya warga negara yang baik dan berbudi pekerti luhur

b. Tujuan Pembentukan Akhlakul Karimah

Tujuan akhir setiap ibadah adalah ketaqwaan. Melihat dari segi tersebut bertakwa mengandung arti melaksankan segala perintah agama dan meninggalkan segala larangan agama. Ini berarti menjauhi perbuatan- perbuatan jahat dan melakukan perbuatan-perbuatan baik (akhla>qul

Mahmu>dah). Perintah Allah ditujukan kepada perbuatan-perbuatan baik dan larangan berbuat jahat (akhla>qul madhmu>mah). Orang bertakwa berarti orang yang berakhlak mulia, berbuat baik dan berbudi luhur.22

Tujuan Akhlak adalah mencapai kebahagiaan hidup umat manusia dalam kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat.23 Jika seseorang dapat menjaga kualitas mu’amalah ma’a Allah dan

mu’amalah ma’a anna>s, insya Allah akan memperoleh ridho-Nya. Orang yang mendapat ridha-Nya micaya akan memperoleh jaminan kebahagiaan hidup baik duniawi maupun ukhrawi.

Dari keterangan di atas dapat penulis simpulkan yakni tujuan pembentukan akhlak ialah menanamkan dan membiasakan peserta didik

22 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: Amzah 2007) h. 5 23 Nur Hidayat. Akhlak Tasawuf, (Yogyakarta : Penerbit Ombak, 2013) h. 26


(37)

26

untuk berlatih berakhlak yang baik secara tertib dan bertanggung jawab serta pula untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima Nur Cahaya Tuhan24.

Sebagaimana Ahmad Amin mengatakan :

” Dengan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya, kita lalu dapat memilih mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat dholim termasuk perbuatan buruk, membayar hutang kepada pemiliknya termasuk baik, sedangkan mengingkari utang

termasuk perbuatan buruk ”25.

Pembentukan akhlak pada dasarnya mempunyai tujuan yaitu ingin mencapai kebaikan dan meninggalkan keburukan, baik dalam kehidupan individu sendiri, masyarakat bahkan berbangsa dan bernegara. Menurut tokoh pendidik Islam, tujuan pembentukan akhlak adalah:

1) Menanamkan perasaan cinta kepada Allah dalam hatinya

2) Menanamkan I’tikad yang benar dan kepercayaan yang benar dalam dirinya

3) Mendidik supaya menjalankan perintah Allah SWT. Dan menjauhi larangan-Nya.

4) Membiasakan akhlak yg mulia dan menunaikan kewajiban agama.

24 Mustafa Zuhri. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya : Bina Ilmu,1995) h. 67 25 Ahmad Amin, Etika (Ilmu akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1995) h. 1


(38)

5) Mengajarkan supaya mengetahui hukum-hukum agama serta mengamalkannya.

6) Memberi petunjuk hidup di dunia dan akhirat. 7) Memberi suri tauladan (prilaku yang baik).26

Menurut Prof Moh. Athiyah Al-Abrasyi, tujuan utama dalam Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam bahwa pendidikan Akhlak dalam Islam adalah untuk membantu orang-orang (peserta didik) yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan mulia dalam tingkah laku, bersifat bijaksana, memiliki tata karma, sempurna, ikhlas, jujur, suci.27

Begitu pula Hamzah mengemukakan bahwa tujuan dari pembinaan akhlak yaitu sesuai dengan pola hidup yang diajarkan islam, bahwa seluruh kegiatan hidup, harta kematian sekalipun, semata-mata dipersembahkan kepada Allah, ucapan yang selalu dinyatakan dalam do’a iftitah sholat, merupakan bukti nyata bahwa tujuan yang tertinggi dari segala tingkah laku adalah mendapatkan Rid}o Allah.28

26 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Jakarta: Hidayah Karya Agung

1989) h. 19

27 Athiyah Al-Abrasyi,

Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970) h. 104


(39)

28

3. Pembagian Akhlak

Berangkat dari definisi akhlak maka akhlak itu terbagi menjadi dua bagian. Pertama ada akhlak yang baik yang dinamakan akhla>qul Mahmu>dah (akhlak terpuji). Kedua ada yang dinamakan akhla>qul

madhmu>mah (akhlak tercela). Akhlak terpuji adalah akhlak yang menjadi tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad SAW, dan merupakan hal yang berat timbangannya kelak di hari kiamat. Akhlak atau budi pekerti yang mulia (akhla>qul Mahmu>dah) adalah jalan untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan di akhirat kelak serta mengangkat derajat manusia ke tempat mulia sedangkan akhlak yang buruk (akhla>qul madhmu>mah) adalah racun yang berbahaya serta merupakan sumber keburukan yang akan menjauhkan manusia dari rahmat Allah SWT. sekaligus merupakan penyakit hati dan jiwa yang akan memusnahkan arti hidup yang sebenarnya.

Menusia memang diberi dua jalan yakni jalan baik dan jalan yang buruk. Keduanya menajdi potensi yang ada dalam diri manusia sejak awal penciptaan manusia. Akan tetapi walau kedua potensi itu ada dalam diri manusia tetap saja ditemukan isyarat dalam al-Qur’an bahwa kebajikan lebih dahulu menghiasi jiwa manusia daripada kejahatan, dan bahwa manusia pada dasarnya cenderung pada kebaikan.29

29 Shihab, Membumikan... h. 254


(40)

Berdasarkan objeknya, akhlak dibedakan menjadi dua: pertama, akhlak kepada khaliq, kedua akhlak kepada makhluk, yang terbagi menjadi:

a. Akhlak terhadap Allah SWT. b. Akhlak terhadap Rasulullah SAW. c. Akhlak terhadap keluarga

d. Akhlak terhadap diri sendiri

e. Akhlak terhadap sesama atau orang lain dan f. Akhlak terhadap lingkungan alam.30

Pembahasan seputar akhlak ini sangat luas, namun penulis batasi. Bagaimana berakhlak kepada Allah SWT, kepada diri sendiri, kepada masyarakat atau sesama dan berakhlak kepada alam (lingkungan).

a. Akhlak Kepada Allah SWT.

Alam dan seisinya ini mempunyai pencipta dan pemelihara yang diyakini adanya yakni Allah SWT. Dialah yang memberikan rahmat dan menurunkan adzab kepada siapa saja yang dikehendakinya. Oleh karena itu manusia wajib taat dan beribadah hanya kepada-Nya sebagai wujud rasa terima kasih terhadap segala yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia

1) Berdo’a Kepada Allah SWT

Memohon apa saja kepada Allah SWT. Doa merupakan

mukhhulibadah (otaknya ibadah), karena doa merupakan pengakuan


(41)

30

akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. 31

2) Ikhlas Kepada Allah SWT

Ikhlas artinya tanpa pamrih atau tanpa mengharapkan apa pun kepada selain Allah SWT. Mengerjakan sesuatu hanya mengharapkan ridho Allah SW., tidak mengharapkan apa pun selain-Nya dan kepada selain-Nya, itulah ikhlas.

3) Bertakwa Kepada Allah SWT

Kalimat “ittaqulla>h” (bertaqwalah kepada Allah) jika

diterjemahkan secara harfiyah akan menjadi jauhilah Allah SWT atau hindarkanlah dirimu dari Allah SWT. Hal ini tentunya mustahil dapat dilakukan manusia karena siapakah yang dapat menghindar dari Nya. Ulama-ulama berpendapat bahwa sesungguhnya terdapat satu kata yang tersirat antara hindarilah dan Allah. Kata yang tersirat itu adalah siksa atau hukuman. Dengan demikian, yang dimaksud dengan menghindari Allah adalah menghindari siksa atau hukuman Nya.32

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa>’ :

قي

څقۉٰي

أ

ق

ٱ

سڅٯن

ٱ

اۊ ںٯت

ہ كٯبقر

ٱ

يق

َ

ٯ

ہ كقںقۀقخ

ۄقكم

ڷٯن

لڝ

قو

لةقڙقح

قڸقۀقخقو

ۆقم

څقۉ

وقز

څقۉقج

ٯڍقبقو

ۆقم

څقۃ ۉ

م

لڅقجقر

ميقث

قك

ا

كڅ قسقنقو

مء

31Ibid.,


(42)

قوٱ

اۊ ںٯت

ٱ

ق ٯّ

ٱ

يق

َ

ٯ

كڅ قسقت

قنۊ قء

قۇقب

ۦ

قو

ٱ

ق

ل

ر

قعڅقح

ٯنقإ

ٱ

ق ٯّ

قن قَ

يقۀقع

ہ ك

مڈيق قر

څ

Artinya:

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah Menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan Allah Menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu Menjaga dan Mengawasimu.” (Q.S An-Nisa>’:1)33

4) Tawakkal Kepada Allah SWT

Tawakal mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pemahaman manusia akan takdir, rida, ikhtiar, sabar dan do’a.34 Tawakal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah SWT untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah kemadharatan, baik menyangkut urusan dunia maupun urusan akhirat.

5) Berdzikir kepada Allah SWT

Berdzikir sebagai bukti ketaatan kepada Allah. Berdzkir berarti selalu mengingat Allah SWT, dimanapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun. seperti dalam Q.S Al-Baqarah ayat 152, yang berbunyi :

33 Depag RI, Al Hikmah .... h. 77

34 Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak, (Bandung:


(43)

32

قفٱ

م

كقنو ڛ

ك

م

ق

ث

ڛ ك

ہ

قو

ٱ

ش

او ڛ ڽ

قل

ق

لقو

كقت

قنو ڛ ڷ

٢

Artinya:

“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun ingat kepadamu. Bersyukurlah Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (Q.S. Al-Baqarah : 152)35

Dan juga dalam Q.S Ar-Ra’d ayat 28:

ٱ

قۄيق

َ

ٯ

اۊ ۆقماقء

ګقتقو

ٰۄقئقۃ

ہ ۉ بۊ ۀ ق

كقښقب

قڛ

ٱ

هقٯّ

ق

ل

أ

ق

كقښقب

قڛ

ٱ

ق ٯّ

ګقت

ٰۄقئقۃ

ٱ ل

بۊ ۀ ں

٨

Artinya:36

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Ra’d : 28)37

b. Akhlak kepada Diri Sendiri

Akhlak terhadap diri sendiri yang dimaksud adalah bagaimana seseorang menjaga dirinya (jiwa dan raga) dari perbuatan yang dapat menjerumuskan dirinya atau bahkan berpengaruh kepada orang lain karena diri sendiri merupakan asal motivasi dan kembalinya manfaat suatu perbuatan.

1) Menjaga Kesehatan

Setiap muslim diperintahkan untuk menjaga kesehatan dirinya. Baik kesehatan jasmani maupun rohani. Menjaga

35 Depag RI, Al Hikmah .... h. 23 36 Ibid., h. 252


(44)

kesehatan jasmani dapat dilakukan dengan cara makan makanan yang sehat dan halal serta dengan berolahraga. Sedangkan menjaga kesehatan rohani dapat dilakukan dengan kegiatan yang dapat menentramkan hati seperti membaca Al-Qur’an.

Allah berfirman dalam QS. Al-A’ra>f (7) :

قي

ك قنقڈ

قعقلاقء

او ښ خ

ہ كقڌقنيقز

قڙۆقع

ق

ك ك

سق

لڙقج

اۊ ُقو

قو

ٱ

ق ش

اۊ ب

ق

لقو

ت

ق س

كۊ ف

ا

ۇٯنقإ

ُ

ق

ل

ٰچق ُ

ٱ

ق س ۃ

قَقي

١

Artinya :

“Wahai anak Adam!, pakailah pakaianmu yang bagus pada Setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”(QS. Al-A’ra>f : 31)38

2) Memelihara kesucian diri

Maksud dari memelihara kesucian diri (al-ifa>fah) adalah menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah dan memelihara kehormatan. Upaya memelihara kesucian diri ini hendaknya dilakukan setiap hari agar diri tetap berada dalam status kesucian. Hal ini dapat dilakukan mulai dari memelihara hati (qalbu) untuk tidak membuat rencana dan angan-angan yang buruk.39

38 Depag RI, Al Hikmah .... h. 154 39 Anwar, Akidah.... h. 30


(45)

34

Allah berfirman dalam QS. Ash-Sha>ms (94):

ْ فَأ ْدَق

ىكَز نَم َََل

اَه

٩

Artinya :“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan

jiwa itu” (Q.S Ash-Sha>ms: 9)40

3) Bertanggung jawab

Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur'an surat

At-Tahri>m ayat 6 :

قي

څقۉٰي

أ

ق

ٱ

قۄيق

َ

ٯ

اۊ ۆقماقء

كۊ ق

ا

ہ ك قس ڷن

ق

ث

ه

ق

ثقو

ہ كيقۀ

مرڅقن

ا

څقه لۊ ققو

ٱ

سڅٯن

قو

ٱ

ق

ل

ةقرڅقج

يقۀقع

څقۉ

قلقم

ډقڽقئ

قلقغ

ظ

لاقڙقش

ٯ

ل

عقي

قنۊ ص

ٱ

ق ٯّ

كڅقم

ہ هقڛق

ق

ث

ڷقيقو

قنۊ ۀقع

څقم

ڀ ي

قنو ڛق

٦

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan.”(QS. At-Tahri>m : 6)41

Ayat di atas menjadi dasar untuk meyakinkan bahwa sikap terhadap diri sendiri adalah prinsip yang perlu mendapat perhatian sebagai menifestasi dari tanggung jawab terhadap dirinya dalam bentuk sikap dan perbuatan akhlak yang terpuji.

40 Depag RI, Al-Hikmah …. h. 594 41 Depag RI, Al-Hikmah... h. 560


(46)

4) Bersikap pemaaf

Salah satu sifat mahmudah adalah sifat pemaaf dan lawan daripada sifat ini adalah sifat pemarah dan pendendam. Pemaaf berarti orang yang rela memberi maaf kepada orang lain. Sikap pemaaf berarti sikap suka memaafkan kesalahan orang lain tanpa sedikit pun ada rasa benci dan keinginan untuk membalasnya. Dalam bahasa Arab sikap pemaaf disebut al-’afw yang juga memiliki arti bertambah (berlebih), penghapusan, ampun, atau anugerah.

Pemaaf adalah sifat luhur yang perlu ada pada diri setiap muslim. Ada beberapa ayat al-Quran dan hadis yang menekankan keutamaan bersifat itu yang juga disebut sebagai sifat orang yang hampir di sisi Allah SWT.

Allah Berfirman dalam QS. A<li ’Imra>n (4):

ٱ

قۄيق

َ

ٯ

قنۊ ںقڷۆ ي

قف

ٱ

كاٯ ٯس

قء

قو

ٱ

كاٯ ٯَ

قء

قو

ٱ ل

قك

قَقۃقڮ

ٱ ل

يقغ

قڬ

قوٱ

ل

قَقيڅقع

قۄقع

ٱ

قسڅٯن

قو

ٱ

ٯّ

ٰچق ُ

ٱ

ح ۃ

قَقنقس

٤

Artinya :

“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun

sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” ( QS. A<li ’Imra>n:134)42

42 Depag RI, Al-Hikmah… h.67


(47)

36

5) Bersikap sederhana

Hidup sederhana berarti membebaskan segala ikatan yang tidak di perlukan. Berbeda dengan kemiskinan, kesederhanaan merupakan suatu pilahan, keputusan untuk menjalani hidup yang berfokus pada apa yang benar-benar berarti. hidup sederhana adalah hidup yang di sesuaikan dengan kebutuhan dan tidak berlebihan dalam menggunakan harta yang ada.

c. Akhlak terhadap sesama

1) Husnuz}a>n

Husnuz}a>n secara bahasa berarti “berbaik sangka” lawan katanya adalah su>’uz}a>n yang berarti berburuk sangka atau apriori dan sebagainya. Husnuz}a>n adalah cara pandang seseorang yang membuatnya melihat segala sesuatu secara positif, seorang yang memiliki sikap husnuz}a>n akan mepertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya.

Pentingnya husnuz}a>n terhadap sesama manusia, maka dalam hidupnya akan memiliki banyak teman, disukai kawan, dan di segani lawan. Husnuz}a>n terhadap sesama manusia juga merupakan kunci sukses dalam pergaulan, baik pergaulan di sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Sebab tidak


(48)

ada pergaulan yang harmonis tanpa adanya prasangka baik antara satu individu dengan individu lainnya. Dengan begitu hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik, terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama, dan selalu senang dan bahagia atas kebahagiaan orang lain.43

2) Tawadhu’

Tawadhu’ secara bahasa adalah "

ْلُل ْذتلا

" ketundukan dan

"

ْعُشاَختلا

" rendah hati. Secara terminologis Tawadhu’ adalah

ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya dari siapapun datangnya baik ketika suka atau dalam keadaan marah. Orang

yang tawadhu’ adalah orang yang merendahkan diri dalam pergaulan dan tidak menampakkan kemampuan yang dimiliki.44

Sesungguhnya orang yang tawadhu’ dan lemah lembut, keduanya itulah yang mendapatkan ketenangan serta kasih sayangnya diatas bumi, yang mana kepada saudara-saudara mereka sesama mukmin mereka berlaku lemah lembut dan penuh kasih sayang. Sementara kepada orang kafir musuh-musuh Islam mereka bersikap keras dalam artian tegas.45

43 Baljon, Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991), h. 16. 44 Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004),h. 177. 45 Masan al Fat, Aqidah Akhlak, (Semarang: Adi Cita, 1994) h. 126


(49)

38

3) Tassa>muh (Tenggang Rasa)

Tassa>muh berasal dari kata

َََماَسَتَ ي

َََماَسَت

yang artinya toleransi. Tassa>muh berarti sikap tenggang rasa saling

menghormatisaling menghargai sesama manusia untuk

melaksanakan hak-haknya. Kita wajib menghormati karena manusia dapat merasakan bahagia apabila hidup bersama manusia lainnmya. Pada hakikatnya, sikap seperti ini telah dimiliki oleh manusia sejak masih usia anak-anak, namun perlu dibimbing dan diarahkan.46

Tasamuh dapat menjadi pengikat persatuan dan kerukunan, mewujudkan suasana yang harmonis, dapat menjalin dan memperkuat tali silaturrahmi kepada sesama, mempererat tali persaudaraan dengan semua kalangan, menjalin kasih sayang antar umat beragama, dan memperoleh banyak kemudahan.

4) Ta’awun (Tolong-menolong)

Ta’awun berasal dari bahasa arab

اًنُواَع

َ ت

-

ُنَواَعَ تَ ي

-

َنَواَعَ ت

yang berarti tolong menolong, gotong royong, atau bantu

membantu dengan sesama. Ta’awun adalah kebutuhan hidup

manusia yang tidak dapat dipungkiri, kenyataan membuktikan bahwa suatu pekerjaan atau apa saja yang membutuhkan pihak

46 Ibrahim, Membangun Akidah dan Akhlak, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2002) h.


(50)

lain pasti tidak akan dapat dilakukan sendiri oleh seseorang meski dia memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang hal itu.47

Didunia ini tidak ada orang yang bisa hidup tanpa bergantung kepada orang lain, sebagai makhluk sosial yang hidup ditengah-tengah masyarakat, Islam menganjurkan umatnya untuk saling memperhatikan satu sama lain dengan saling menghormati tolong menolong dalam kebaikan , berkata sopan , berperilaku adil dan lain sebagainya. Sehingga tercipta sebuah kelompok masyarakat yang hidup tentram dan damai. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur 'an surat Al-Ma>idah: 2

……

قعقتقو

اۊ نقوڅ

ق قَ

ٱ ل

قكقب

قو

ٱ

ںٯت

ىقۊ

ق

لقو

اۊ نقوڅقعقت

ق قَ

ٱ

ق

ل

ث قہ

قوٱ

ل

ڙ ع

قو

قن

قوٱ

اۊ ںٯت

ٱ

ق ٯّ

ٯنقإ

ٱ

ق ٯّ

ڙيقڙقش

ٱ ل

قبڅقںقع

Artinya:

“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kamu kepada Allah, Sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya” (QS. Al-Ma>idah : 2)48 d. Akhlak terhadap Lingkungan

Manusia diposisikan Allah sebagai khalifah di atas bumi ini dan hidup ditengah-tengah lingkungan bersama makhluk lain sehingga sudah menjadi kewajibannya untuk menjaga lingkungan sebagai

47Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990) h. 153 48 Depag RI, Al-Hikmah…… h 106


(51)

40

makhluk yang memiliki derajat tertinggi dengan akal dan kemampuannya mengelola alam. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 11-12 :

اقمِ

قھيق

ہ ۉق

ق

ل

ڷ ت

او ڙقس

قف

ٱ

ق

ل

ۡ

قض

كۊ څقق

ا

څقۃٯنقإ

ق

ن

ۄ

ص

قنۊ حقۀ

ك

ق

ل

أ

ق

ہ ۉٯنقإ

ہ ه

ٱ

ڷ ۃ

قنو ڙقس

قلقو

ۄقك

ٯ

ل

شقي

قنو ڛ ع

Artinya:

“(11) dan apabila dikatakan kepada mereka, "berbuat kerusakan di bumi! ". mereka menjawab: "Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan."

(12) Ingatlah, Sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari. (QS. Al-Baqarah : 11-12)49

1) Menjaga Kebersihan Lingkungan

Kebersihan lingkungan erat kaitanya dengan masalah

kesehatan. Lingkungan yang bersih adalah lingkungan yang sehat. Kelalaian dalam menjaga kebersihan lingkungan merupakan awal dari mewabahnya berbagai penyakit. Banyak wabah penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang kotor.

Menjaga kebersihan lingkungan dimulai dari kebiasaan membuang sampah pada tempatnya, sebagimana ajaran mulia yang menyetarakan membuang sampah dengan sedekah.

2) Memanfaatkan Sumber daya Alam dan Lingkungan secara

Proporsional

49 Ibid., h. 3


(52)

Alam sudah menyediakan semua yang dibutuhkan oleh manusia. Sehingga layaknya manusia tidak boleh mengeksploitasi sumber daya alam dengan seenaknya. Karena akan mengganggu keseimbangan kehidupan di alam.

Pemanfaatan sumber daya alam ditentukan berdasarkan kegunaan sumber daya alam tersebut bagi manusia. Oleh karena itu, nilai suatu sumber daya alam juga ditentukan oleh nilai kemanfaatannya bagi manusia.

3) Menyayangi Hewan dan Tumbuhan

Allah SWT menciptakan binatang untuk kepentingan manusia dan juga menunjukkan kekuasaannya, sebagaimana firman Allah SWT QS. An-Nu>r : 45:

قوٱ

ٯّ

قڸقۀقخ

ٯ ك

تقل

لډٯب

ۄقكم

كڅٯم

لء

ۆقۃقف

ہ ۉ

ۄٯم

ۃقي

قش

ق قَ

ګقب

قۇقۆ

ۦ

ۆقمقو

ہ ۉ

ۄٯم

ۃقي

قش

ق قَ

جقر

ق َ

قۀ

ۆقمقو

ہ ۉ

ۄٯم

ۃقي

قش

ق قَ

ر

ق

ث

لگقب

قي

ڸ ۀ

ٱ

ٯّ

څقم

كڅ قشقي

ء

ٯنقإ

ٱ

ق ٯّ

ق قَ

ق

ك ك

قش

لء

ڛيقڙقق

٥

Artinya:

“Dan Allah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. An-Nu>r: 45)50

50 Depag RI, Al-Hikmah….. h. 356


(53)

42

Betapa banyaknya binatang yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Ada yang dimanfaatkan tenaganya, air susunya, madunya, dagingnya dan sebagainya. Oleh sebab itu, tepatlah apabila kita disuruh untuk memelihara dan menyayangi binatang tersebut. Sampai-sampai apabila hendak menyembelih binatang ternak, kita disuruh untuk menggunakan pisau yang sangat tajam supaya binatang ternak itu tidak lama merasakan sakitnya.

Selain itu, Tumbuhan juga merupakan bagian dari alam yang merupakan anugerah dari Allah, bukan hanya untuk kehidupan manusia, namun juga untuk kehidupan binatang-binatang. Sebagian besar makanan manusia dan hewan tersebut berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Allah SWT berfirman dalam QS. T{a>ha> : 53-54

ٱ

يق

َ

ٯ

قھقعقج

ہ كقل

ٱ

ق

ل

ۡ

قض

ۉق

مڙا

قڻقۀقسقو

ہ كقل

څقۉيقي

ڈ س

م

ل

قظقڜن

ق

ثقو

قۄقم

ٱ

كڅقۃ ٯس

قء

كڅقم

مء

خ

ق

ٿقف

جقڛ

څقۆ

قۇقب

كۦ

ز

ق

ث

قو

مج

څ

ۄقكم

لتڅقڈٯن

ٯّقش

اۊ ݏ

قو

ٱ ر

ۊقع

ا

ن

أ

ق

قع

ہ كقۃ

ٯنقإ

قف

قذ

قڻق

ٓ

قي

لڊ

قل و

ل

ق

ك

ٱ

قهٰن

Artinya:

“(11) (Tuhan) yang telah Menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan menjadikan jalan-jalan diatasnya bagimu, dan yang menurunkan air (hujan) dari langit.” Maka Kami tumbuhkan dengannya (air hujan itu) berjenis-jenis aneka macam tumbuh-tumbuhan. (12) Makanlah dan gembalakanlah hewan-hewanmu. Sungguh pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda


(54)

(kebesaran Allah) bagi-orang yang berakal.” (Q.S. T{a>ha> : 53-54)51

Oleh karena itu, sepantasnya manusia menjaga, melestarikan dan memanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya sebagai ungkapan syukur atas pemberian-Nya.

4. Faktor-Faktor Pembentukan Akhlak

Pembentukan akhlak adalah suatu proses dinamis di dalam diri yang terus menerus dilakukan terhadap sistem psikofisik (fisik dan mental), sehingga terbentuk pola penyesuaian diri yang unik atau khas pada setiap orang terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.

Proses yang sangat relevan dalam pembentukan akhlak dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Proses sosialisasi yang dikerjakan (tanpa sengaja) lewat proses interaksi sosial.

2. Proses sosialisasi yang dikerjakan (secara sengaja) lewat proses pendidikan dan pengajaran.52

Proses sosialisasi tanpa sengaja berupa menyaksikan tingkah laku orang-orang sekitar dan kemudian menginternalisasikan dengan norma-norma yang mendasarinya ke dalam mentalnya, sedangkan proses

51 Ibid., h. 315

52 J. Dwi Narwoko, Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta :


(55)

44

sosialisasi yang disengaja mengikuti proses pengajaran dan pendidikan yang diajarkan di sekolah- sekolah yang bisa dipahami oleh individu dan bisa tertanam baik-baik di dalam batinnya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk akhlak itu meliputi : Faktor Internal (Insting, kehendak dan keturunan) dan Faktor Eksternal (adat kebiasaan, keluarga, lingkungan, dan pendidikan.

a.Faktor Internal:

1) Faktor Insting ( naluri )

Instink (naluri) adalah pola perilaku yang tidak dipelajari, mekanisme yang dianggap ada sejak lahir dan juga muncul pada setiap spesies.53 Sendangkan Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk karena akhlak adalah insting (garizah)54 yang dibawa manusia sejak lahir. Para psikolog juga menjelaskan bahwa insting (naluri) berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku.55

Setiap perbuatan manusia lahir dari suatu kehendak yang di peragakan oleh naluri atau insting. Naluri merupakan tabiat dari sejak lahir, naluri merupakan faktor pembawaan dari manusia.56

53 A. Budiarjo, Kamus Psikologi, (Semarang:Dakara Prize,1987), h 208 54 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung CV. Pustaka Setia. 1999) h. 82

55 Zahruddin, Hasanuddin, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Grafindo Persada, 2004) h. 93 56 A. Amin, Etika Ilmu Akhlak(Jakarta: Bulan Bintang, 1991) h. 17


(56)

Dalam hal ini psikologi menerangkan berbagai naluri yang ada pada manusia yang menajadi pendorong tingkah laku manusia, diantaranya57:

a)Naluri makan dan minum

Bahwa begitu manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa didorong oleh orang lain

b)Naluri berjodoh

Bahwa laki-laki menginginkan wanita dan wanita ingin berjodoh dengan laki-laki

c)Naluri keibu-bapakan

Tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya. Jika seorang ibu tahan menderita dalam mengasuh bayinya, kelakuanya itu didorong oleh naluri tersebut

d)Naluri berjuang

Tabiat manusia yang cenderung mempertahankan diri dari gangguan dan tantangan. Jika seoranmg diserang oleh musuhnya, maka dia akan membela diri

e)Naluri bertuhan

tabiat manusia mencari dan merindukan penciptaannya yang mengatur dan memberikan rahmat kepada-Nya, naluri ini


(57)

46

disalurkan dalam hidup beragama f)Naluri memiliki sesuatu

Tabiat manusia untuk menguasai apa yg diinginkan menjadi miliknya

g)Naluri ingin tahu dan memberi tahu

Tabiat manusia yang cenderung penasaran dg hal yang baru dan memberi penjelasan kepada manusia lain tentang pengetahuannya. h)Naluri merasa takut atau bahagia

Bahwa manusia bisa merasa takut dan tidak tenang jika dianggap berbahaya atau tidak menyenangkan dan merasa senang jika terpenuhi keinginannya

i) Naluri suka bergaul

Bahwa manusia adalah makhluk social yang butuh teman bergaul untuk hidup bersama

j) Naluri suka meniru

Tabiat manusia mempraktekkan dan mengikuti apa yang dilihat nya dirasakan dan dipahami

Insting tersebut merupakan jiwa yang pertama dalam pembentukan akhlak dan masih bersifat primitif, tetapi tidak dapat


(58)

dibiarkan begitu saja namun wajib di didik dan diasuh. Salah satu cara mendidiknya adalah dengan menolak atau menerimanya.58

Segenap insting manusia itu merupakan paket yang inhern dengan kehidupan manusia yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajari terlebih dahulu. Dengan potensi naluri itulah manusia dapat memproduk aneka corak perilaku sesuai pula dengan corak instingnya.59

2) Kehendak

Kehendak merupakan faktor yang menggerkalan manusia untuk berbuat dengan sungguh-sungguh. Dalam perilaku manusia, kehendak ini merupakan kekuatan yang mendorong manusia untuk berakhlak. Kehendaklah yang mendorong manusia untuk berusaha dan bekerja, tanpa kehendak semua ide, keyakinan, kepercayaan, pengetahuan menjadi pasif dan tidak ada arti bagi hidupnya.60 Dari kehendak inilah menjelma niat yang baik dan yang buruk, sehingga perbuatan atau tingkah laku manusia menjadi baik dan buruk karena kehendaknya.

Menurut Dr. Hamzah61 bahwa kadang-kadang kehendak itu terkena penyakit sebagaimana halnya tubuh kita, antara lain:

58 Ibid., h. 59

59 Zahruddin, Hasanuddin, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Grafindo Persada, 2004) h. 95 60 Rahmad Djatmika, Sistem Etika Islami, (Surabaya : Pustaka Islam, 1985) h. 51


(1)

wali santri mengetahui lebih jelas peraturan yang berlaku dan bisa bekerjasama dalam mendidik santri.

3. Pengurus Pondok hendaknya lebih kompak lagi dalam mengurus santri-santri di pondok pesantren, lebih semangat dan lebih tegas dalam menerapkan tata tertib pondok pesantren. Karena ketidakkompakan pengurus pondok merupakan salah satu kendala yang dapat menjadikan sulitnya membentuk akhlak santri serta menjadi contoh bagi santri karena kedudukan pengurus pondoklah yang lebih dekat dengan santri.

4. Orang tua seharusnya bekerja sama dan percaya kepada pihak pesantren dengan tidak melakukan hal-hal yang menjadikan anak-anaknya melanggar tata tertib misalnya pulang tidak pada waktunya tanpa izin, karena menurut pihak keamanan pondok pesantren ada beberapa wali santri yang dengan sengaja mengajak anak nya untuk pulang tanpa izin.

5. Santri hendaknya lebih memperhatikan tata tertib pondok pesantren dan mematuhi tata tertib yang telah dibuat, sehingga santri bisa menjadi generasi yang berakhlakul karimah yang sesuai dengan tujuan pondok pesantren. Karena dalam realitanya masih banyak santri yang dengan sengaja maupun tidak, melakukan pelaanggaran tata tertib pondok pesantren.


(2)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku :

Abdul Halim Mahmud, Ali. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani, 2004.

Abdullah, M. Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Amzah 2007.

Ahmadi, Abu. Noor Salim. MKDU Dasar-Dasar Pendidikan Islam, (Bandung: Bumi Aksara,1986.

Al Fat, Masan. Aqidah Akhlak. Semarang: Adi Cita, 1994.

Al-Abrasyi, Athiyah. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1970.

Al-Baihaqi, Al-Sunan Al-Kubro Juz 10, Beirut : Da>r Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah,

2002.

Amin, A. Etika Ilmu Akhlak Jakarta: Bulan Bintang, 1991.

Amin, Ahmad. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang, 1995. Anwar, Rosihon. Akidah Akhlak, Bandung: Pustaka Setia, 2014.

AR, Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Secara Manusia. Jakarta: Rineka Cipta, 1993. AS, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Rajawali Pers, 1992.

Bahri Djamaroh, Syaiful. Azwan Zain. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:Rineka Cipta, 2002.

Baljon. Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991. Bisyri, Cik Hasan. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian Skripsi. Jakarta:

Raja Grafindo, 2001.

Budiarjo, A. Kamus Psikologi. Semarang:Dakara Prize, 1987.


(3)

Damsar. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Kencana, 2011.

Darajat, Zakiah. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta:Bulan Bintang, 1990.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat Bahasa, 2008.

Djatmika, Rahmad. Sistem Etika Islami. Surabaya : Pustaka Islam, 1985.

H. Milan, James And Sally Schmacer. Research In Education : A Conceptual Introduction. New York : Longman, 2001.

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Hapsari, Sri. Bimbingan dan Konseling SMA Kelas X, Jakarta : Grasindo, 2005. Hasan, M. Ali. Tuntunan Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang, 1983.

Hasanuddin, Zahruddin. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Grafindo Persada, 2004.

Hidayat, Nur. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta : Penerbit Ombak, 2013.

IAIN Sunan Ampel,. Pengantar Studi Islam. Surabaya: Sunan Ampel Press, 2012. Ibrahim, Membangun Akidah dan Akhlak. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,

2002.

Imron, Ali. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara, 2011.

Irfan, Sidney. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Andi Rakyat, 1998.

Isna Aunillah, Nurla. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah. Jogyakarta: Laksana, 2011.

K Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Karya, 2005.

Kadir, Abd. Dirasat Islamiyah. Sidoarjo : Dwiputra Pustaka Jaya, 2016.

Kesuma, Dharma. Dkk. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.


(4)

Koesoema A, Doni. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo, 2010.

Langgulung, Hasan. Manusia Dan Pendiidkan : Suatu Analisis Psikologi Dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986.

M Amrin, Tatang. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1990.

Mahfudz, Sahal. Nuansa Fiqh Sosial, Yogyakarta: LKiS Bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 1994.

Masy’ari, Anwar. Akhlak Al-Qur’an. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990.

Muhaimin, Tadjab, Abd. Mujib. Dimensi-Dimensi Studi Islam Surabaya: Karya Abditama, 1994.

Muhammad Hasbi AshShiddiqiey, Teungku. Pedoman Dzikir dan Do’a. Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, 2002.

Mulyasa, E. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta : Bumi Aksara, 2012. Mustofa, A. Akhlak Tasawuf. Bandung CV. Pustaka Setia. 1999.

Narko, Chold. dan Abu Ahmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005.

Narwoko, J. Dwi. Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta : Kencana, 2006.

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Pustaka, 2011. Nawawi, Hadari. Administrasi sekolah. Jakarta: Ghali Indonesia, 1986.

Nawawi, Hadari. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan kelas sebagai Lembaga Pendiidkan. Jakarta: Tema Baru, 1998.

Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976. Prihatin, Eka. Manajemen Peserta Didik. Bandung : Alfabeta, 2011.

Rauf Djabir, Abd. Dinamika Pondok Pesantren Qomaruddin Samprnan Bungah Gresik. Gresik : Yayasan Pondok Pesantren Qomaruddin : 2014.


(5)

RI, Depag. Al Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahan, Bandung : CV Penerbit Diponegoro, 2010.

RI, Depag. Panduan Pesantren Kilat (Untuk Sekolah Umum). Jakarta: Departemen Agama RI, 2005,

Rifa’i, Muhammad. Sosiologi Pendidikan Struktur dan Interaksi Sosial di dalam Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2011.

Sabri, M. Alisuf. Ilmu Pendidikan. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1999.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah Vol 14. Tangerang : Lentera Hati, 2005. Tim Dosen Agama Islam. Pendidikan Agama Islam Untuk Mahasiswa. Malang:

IKIP Malang, 1995.

Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya. Akhlak Tasawuf. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013.

Trimansyah, Bambang. Saya Ingin Mahir Berbahasa Indonesia. Bandung : PT.Grafindo Media Pratama, 2004.

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional UUD 1945. Surabaya: Terbit Terang, 2004.

Wahid, Abdurrahman. Menggerakkan Tradisi : Essai-essai Pesantren. Yogyakarta : LKIS, 2001.

Ya’qub, Hamzah. Etika Islam. Bandung: Diponegoro, 1993. Yasmadi. Modernisasi Pesantren. Jakarta : Ciputat Press 2002.

Yunus, Mahmud. Metodik Khusus Pendidikan Agama Jakarta: Hidayah Karya Agung 1989.

Zainuddin dan Muhammad Jamhari. Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak. Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Zuhairini. Metodi Khusus Pendiidkan Agama. Surabaya: Usaha Nasional, 1981. Zuhri, Mustafa. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya : Bina Ilmu, 1995.


(6)

Sumber Wawancara :

Moh. Ala’uddin. Ketua Umum di Pondok Pesantren Qomaruddin Bungah Gresik.

Mei 2017.

Ahmad Fuad. Sekretaris Umum di Pondok Pesantren Qomaruddin Bungah Gresik. Mei 2017.

Sufyan Hadi. Pengurus di Pondok Pesantren Qomaruddin Bungah Gresik. Mei 2017

Ahmad Isa. Kabid Kesantrian. di Kantor Pondok Pesantren Qomaruddin Bungah Gresik. Mei 2017.

Moh. Yaki. Orang tua Wali Santri. di Ruang Tamu Pondok Pesantren Qomaruddin Bungah Gresik. Mei 2017

Abdul Hadi. Santri. di Musholla Pondok Pesantren Qomaruddin Bungah Gresik. Mei 2017.

Muhammad Abduh. Santri. di depan Kantor Pondok Pesantren Qomaruddin Bungah Gresik. Mei 2017

Sumber Website :

Indowarta. http://indowarta.com/7790/berita-hari-ini-begini-kronologis-orang-tua-murid-pukul-guru-di-smk-2-makassar-yang-bikin-netizen-geram/ diakses pada 15 Maret 2017