Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kurikulum Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah T2 942012002 BAB V

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis data maka hasil
penelitian yang dapat dirangkum oleh penulis antara
lain:
1.

Perencanaan kurikulum
Perencanaan pembelajaran tidak dirancang oleh

guru/pendamping yang ada di KBQT. Pendamping
tidak menyusun silabus dan RPP sebagai pedoman
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran ditetapkan
oleh anak dan mengarahkan anak pada kemendirian.
Untuk itu perencanaan pembelajaran di KBQT tidak
mengikuti Mentri Pendidikan Nasional No 41 Tahun
2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan
dasar,

tetapi


berbasis

memenuhi

masyarakat

kesempatan

untuk

karakteristik

dimana
merancang

kurikulum

anak


diberikan

sendiri

kegiatan

pembelajarannya.
2.

Pengorganiasasian Kurikulum
Pengorganisasian

kurikulum

yang

dijalankan

oleh KBQT, yaitu berpusat pada anak dimana program
kurikulumnya menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan

peserta didik, bukan pada penguasaan teori materi
mata

pelajaran

akademik

(Matematika,

Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris).
109

3.

Pelaksanaan Kurikulum
Pada

pelaksanaan


memegang

peranan

kurikulum

penting.

anak

Semua

yang

kegiatan

pembelajaran berjalan sesuai dengan kehendak anak,
guru/


pendamping

hanya

menyesuaikan

dengan

keinginan anak.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru berperan
sebagai fasilitator, sumber belajar, pembina, konsultan
dan

mitra

kerja

yang

memfasilitasi


anak

dalam

pembelajaran. Sehingga interaksi antara pendamping
dan

anak

berjalan

pendampingan

dengan

mendekati

baik.
anak


Guru

dalam

berdasarkan

kebutuhan anak, dan benar-benar memperhatikan
minat berlajar anak.
KBQT memiliki sumber belajar yang memadai
tetapi belum dimanfaatkan dengan maksimal, hal ini
dikarenakan semua kegiatan pembelajaran mengikuti
keinginan

anak.

Sumber

belajar


potensial

yang

digunakan anak adalah internet.
4. Evaluasi Kurikulum
a. Evaluasi terhadap pembelajaran
Dari data yang diperoleh evaluasi pembelajaran
dilakukan oleh anak berdasarkan ide dan target yang
telah ditentukannya sebelumnya. KBQT tidak mengenal
nilai

dalam

bentuk

angka

dan


juga

penilaian

110

pembelajaran hanya berdasarkan pada karya yang
dihasilkan.
b. Evaluasi terhadap kurikulum
Kurikulum yang diterapkan di KBQT adalah
kurikulum berbasis kebutuhan anak. sehingga, anak
menjadi bebas untuk mengeksplor semua yang menjadi
keinginannya dalam belajar dan menghasilkan karya
dari haril belajar sebagai bentuk nyata bahwa anak
belajar bukan hanya sebatas tataran penguasaan teori
tetapi

mampu

dalam


berkarya.

Hal

ini

juga

mengindikasikan bahwa KBQT bennar-benar telah
menjawab prinsip pendidikan yang mereka anut yaitu
keluar dari legalitas formal.
B. Saran
1. Implikasi Teoritis
Perubahan

kurikulum

oleh


pendidikan

non

formal dapat didasarkan oleh beberapa pertimbangan.
Berdasarkan riset para ahli kurikulum (Fullan 1982,
1987; Miles 1987; Smith & Lovat 1991; Print 1988)
dalam Nasir (2009) bahwa terdapat empat tahap dasar
proses

perubahan

kurikulum

yaitu

pertama

kebutuhan, kedua adopsi, ketiga implementasi dan
keempat pelembagaan berkesinambungan. Perubahan
kurikulum berdasarkan kebutuhan (need), dikarenakan
adanya

perhatian,

ketidakpuasan

atau

kebutuhan
111

dengan kurikulum yang sudah berjalan. Bisa dilakukan
oleh setiap lembaga pendidikan non formal bersumber
pada guru, orang tua, siswa, pengurus-pengurus,
sistem

bidang

pendidikan

atau

didasarkan

pada

penggabungan sumber-sumber.
Berdasarkan

penelitian

yang

dilakukan

di

Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah maka, implikasi
teoritis

mendukung

dilakukan

bahwa

riset

sebelumnya

kurikulum

dapat

yang

telah

dikembangkan

bersadarkan kebutuhan kebutuhan anak. kurikulum
yang

berdasarkan

pada

kebutuhan

anak

dapat

membentuk anak yang bebas untuk berekspresi dalam
belajar sehingga meningkatkan keahlian anak terhadap
satu bidang yang diminatinya dan menghasilkan karya
yang sesuai dengan bidangnya. Dengan keahlian yang
sudah dimiliki anak merupakan peluang baginya untuk
membuka

lapangan

kerja

atau

menjadi

sumber

penghasilan anak.
2. Implikasi Terapan
Berdasarkan analisa dari masing-masing aspek
maka ada beberapa saran untuk pihak Komunitas
Belajar Qaryah Thayyibah:
a. Kepada

Komunitas

Belajar

Qaryah

Thayyibah,

melalui data yang dianalisa bahwa ada kesenjangan
ditemukan pada materi pembelajaran yang tidak
menjawab kebutuhan masyarakat oleh sebab itu
112

pihak komunitas dan pendamping supaya dapat
merespons atau mengevaluasi target pembelajaran
yang ditentukan anak agar bukan saja

dapat

meningkatkan keahlian anak tetapi juga menjawab
kebutuhan masyarakat setempat. tetapi jika ingin
mempertahankan model pembelajaran seperti ini
maka seyogianya pengelola kembali harus meninjau
lagi

prinsip

pembelajaran

poin

pertama,

yaitu

berbasis pada kebutuhan masyarakat.
b. Kepada

Komunitas

Belajar

Qaryyah

Thayyibah,

model pembelajaran yang diterapkan sudah sangat
menjawab

kebutuhan

anak

tetapi

hanya

pada

kemampuan kecakapan hidup anak, maka perlu
untuk diperhatikan juga kecakapan akademik anak
melalui

materi-materi

pembelajaran

yang

disesuaikan dengan standar isi nasional pendidikan.
Sehingga nantinya anak

yang akan meneruskan

pendidikannya dengan mengikuti ujian paket C
tidak mengalami kesulitan dan mampu beradaptasi
dengan pendidikan formal pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
3. Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi
Penelitian Lanjutan
Penelitian

ini

dilakukan

hanya

untuk

melihat

manajemen kurikulum pembelajaran di Komunitas
Belajar

dengan

metode

mendeskripsikan

aspek
113

perencanaan,
evaluasi.

pengorganisasian,

Peneliti

selanjutnya

pelaksanaan
bisa

dan

menggunakan

metode lain dengan berfokus kepada evaluasi proses
pembelajaran

sehingga

analisis

dan

hasilnya

diharapkan bisa lebih baik dan lengkap.

114