Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kurikulum Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah T2 942012002 BAB I

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur pengembangan dan kemajuan suatu Negara. Pemikiran ini sejalan dengan Mulyasa (2012) yang mengatakan bahwa pendidikan merupakan bagian yang penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan ekonomi suatu negara serta merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia sebagai upaya peningkatan kecakapan dan kemampuan hidup dalam persaingan.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan sistem pendidikan Negara RI, tercatat bahwa satuan pendidikan yang dikembangkan di Negara ini bukan hanya dalam jalur pendidikan formal (SD, SMP, SMA/ SMK) saja tetapi juga pada jalur pendidikan non formal dan informal yang dikembangkan untuk setiap jenjang pendidikan berdasarkan tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan.

Pada setiap jenjang pendidikan memiliki tugas yang sama yaitu memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan. Seperti yang tercantum dalam Undang Undang No 20 tahun


(2)

2003 pasal 26 tentang pendidikan non formal. Dalam pasal ini menjelaskan bahwa pendidikan non-formal merupakan layanan pendidikan alternatif yang diprogramkan di luar sistem persekolahan bisa berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal sistem persekolahan. Sehingga, pendidikan jalur formal sama pentingnya dengan pendidikan jalur non formal dan informal.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan tuntutan kebutuhan pendidikan maka saat ini sasaran pendidikan jalur non formal bukan hanya sebatas/ sekedar melayani masyarakat dalam menjawab kebutuhan pendidikan masyarakat miskin dan buta huruf, putus sekolah, drop out, atau bagi masyarakat yang tidak atau belum tersentuh dengan pendidikan seperti suku terasing, masyarakat daerah pedalaman, daerah perbatasan atau pulau terpencil tetapi sasaran pendidikan non formal terus meluas yaitu mempersiapkan anak didik dari berbagai kalangan dengan bekal pengetahuan dan keterampilan (knowledge and skill) agar mampu menghadapi perkembangan lapangan kerja dan mampu memberi jawaban atas kebutuhan masyarakat setempat.

Pendidikan pada jalur non formal saat ini sudah banyak mendapat perhatian dari kalangan swasta, dan


(3)

masyarakat untuk diterapkan dengan benar-benar memperhatikan sasaran pendidikannya. Misalnya di Kabupaten Jepara, Kampung Cobaan, Desa Bangsari terdapat Komunitas Belajar KPM yang mulai aktif tahun 2006 dengan pengelolanya bernama Arif Hidayat dan jumlah siswa 15 orang. Komunitas belajar ini memiliki visi misi yaitu untuk membantu menyediakan kegiatan pembelajaran murah dan bermutu bagi anak-anak terlantar dan miskin, berupaya untuk menciptakan komunitas pembelajar yang tangguh, taat beragama, memiliki berkesadaran global, dan berorientasi pada pengembangan komunitasnya. Sistem pendidikan yang diterapkan adalah alternatif, global dan berbasis komunitas. Yang dimaksudkan dengan alternatif sebagai tidak mengikuti sistem pendidikan formal, seperti anak-anak tidak mendapat ijazah pada akhir studi. Alasannya adalah belajar merupakan kewajiban sepanjang hidup. Masa belajar tidak mungkin dibatasi dan belajar berlangsung seumur hidup. Tidak memiliki bangunan dan ruang kelas yang megah dalam mendukung proses belajar. Kegiatan pembelajaran terjadi dimana saja dan kapan saja, tidak terikat pada ruangan (the world is our classroom). Sekolah alternatif ini tidak mengikuti kurikulum baku dari pemerintah, anak memiliki hak untuk memilih materi pembelajaran dan guru memberikan kebebasan


(4)

kepada anak untuk memilih pelajaran yang ingin dipelajari, sesuai keinginan anak.

Menyadari sumber belajar bukan hanya bersumber dari buku dan juga lingkungan sekitar maka dalam komunitas belajar ini mereka menggunakan sumber dari internet sebagai bagian yang terintegral secara mendunia dalam memperoleh informasi untuk kebutuhan pendidikan. Inilah yang dimaksudkan sebagai sistem pembelajaran global yang diterapkan dalam komunitas berlajar ini. Berbasis komunitas mempunyai arti bahwa lingkungan sekitar merupakan media belajar bagi anak, sehingga anak tidak terpaku pada ruangan kelas.

Selain itu dalam komunitas ini tidak menggunakan istilah guru atau kyai bagi tenaga pendidik tetapi disebut sebagai pendamping. Pemahamannya bahwa Pendamping adalah seseorang yang dewasa (mental-spiritual), menjadi teman belajar, tidak otoritatif (keinginan menguasai, memerintah, mengatur), tidak harus lebih pintar dalam materi pelajaran, mampu menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar. Proses pembelajaran yang terjadi secara demokratis. Artinya, anak didik memilih pelajaran apa dan dengan cara bagaimana anak akan belajar dan ini merupakan hak anak. Sebab bagi mereka setiap anak mempunyai keunikan tersendiri. Adapun hal-hal yang


(5)

berkaitan dengan kebutuhan bersama dimusyawarahkan oleh anak-anak bersama pendamping. Termasuk semua aturan dan sanksi. Sehingga suasana pembalajaran yang terbentuk sangat fun (menyenangkan). Mengembangkan suasana yang menyenangkan dan mendukung kebebasan berekspresi selama itu dilakukan secara bertanggungjawab, tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Komunitas belajar ini memacu anak didik agar mandiri dalam belajar. Para pendamping memberi kepercayaan sebesar mungkin pada anak. Karena bagi mereka dengan kepercayaan itulah anak akan bebas berekspresi sepanjang dia tidak merugikan dirinya dan orang lain. Dengan begitu juga dapat membentuk karakter anak menjadi dewasa dan menjadi dirinya sendiri. Prinsip yang berikutnya berkaitan dengan evaluasi yang mereka istilahkan dengan Self-evaluation (evaluasi diri). Pendamping tidak memberikan penilaian-penilaian terhadap sejauh mana kemampuan siswa, tapi mendorong agar siswa mampu berintrospeksi, mengidentifikasi kekurangan dan kelebihannya, lantas memperbaiki kekurangannya. Jadi tidak ada ulangan atau tes atau ujian, seperti yang ada di sekolah umumnya atau madrasah. (wordpress.com. 2008).


(6)

Selain di Kab Jepara, di Dusun Bajulmati desa Gajahrejo Kec. Gendang Malang, juga menerapkan sekolah berbasis komunitas. Komunitas ini didirikan oleh Bpk Izar dan warga dusun Bajulmati. Misi dari komunitas belajar ini adalah mereka dapat membangun jaringan dengan kalangan luas dan juga melalui komunitas ini mereka dapat memberikan manfaat nyata bagi lingkungan dusun tempat mereka tinggal. Prinsip pendidikan yang diterapkan dalam komunitas ini adalah pendamping tidak hanya membekali anak-anak dengan pengetahuan, tetapi juga memperkenalkan kepada anak-anak potensi yang ada di dalam lingkungan dusun mereka. Bagi pendamping kalau anak-anak secara dini telah sadar dan tahu apa yang harus mereka kerjakan untuk mengoptimalkan anugerah Tuhan kelak anak tidak akan ke kota tetapi tetap di dalam dusun dan mengembangkan dusun. Komunitas belajar ini menumbuhkan rasa kepemilikan antara anak didik dan masyarakat setempat. Dalam pendampingan kepada anak salah satu tugas dari pendamping adalah memperkenalkan potensi alam kepada anak-anak didik seperti prinsip pendidikan mereka sehingga dengannya masyarakat ikut memberdayakan diri sebagai media pembelajaran bagi anak. Beberapa kebutuhan dari komunitas ini


(7)

ditanggung secara gotongroyong oleh masyarakat. (kompasiana.com).

Model pendidikan alternative juga dapat ditemui dalam Sekolah Orang Rimba melalui Butet Manurung. Pola pengajaran yang diterapkan dalam komunitas belajar ini adalah pola pengajaran kontekstual yang mana dilakukan dengan pendekatan kebiasaan dan aturan-aturan budaya yang berlaku di Jambi. Yusak merupakan salah seorang visioner yang membawa pendidikan dalam komunitas ini. Proses belajar dapat berlangsung ketika para visioner dapat berbaur dan hidup dalam komunitas ini. Komunitas ini tidak memiliki sarana prasarana yang memadai seperti layaknya sekolah diperkotaan, tetapi untuk proses pembelajaran, pengajar menggunakan apa saja yang ada disekitar mereka untuk dijadikan media pembelajaran. Misalnya untuk menerangkan tentang abjad misalnya huruf O maka pengajar akan mencontohkan dengan batok kelapa agar memudahkan anak didik mengingat abjad. (Tortooisewaqpoint.com).

Di Jawa Tengah, Kota Salatiga juga terdapat pendidikan pada jalur non-formal yaitu pendidikan berbasis masyarakat bernama Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah yang diprakarsai oleh seorang bernama Bahrudin. Awal terbentuknya komunitas


(8)

belajar ini untuk menjawab masalah utama masyarakat setempat dalam bidang pendidikan dimana di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga pada tahun 2003 tidak memiliki Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berkualitas dan murah. Biaya pendidikan yang tidak terjangkau oleh sebagaian besar penduduk Desa Kalibening mengakibatkan terancam putus sekolah anak-anak di desa ini. Rata-rata penduduk desa ini berprofesi sebagai petani sehingga secara ekonomi orang tua tidak sanggup membiayai pendidikan anak yang terlalu tinggi. Untuk menjadi lembaga pendidikan berkualitas dengan biaya terjangkau, sistem pendidikan berbasis pada komunitas dan bentuknya adalah kelompok belajar. KBQT ini terintegrasi dengan paguyuban petani yang ada di desa ini. Komunitas ini juga dilengkapi dengan fasilitas jaringan internet dan buku-buku sebagai sarana dan sumber belajar anak-anak didik.

Peserta didik dalam komunitas belajar berkembang dengan potensi yang mereka miliki dan prestasinya tidak kalah dengan peserta didik dari jenjang pendidikan formal. Melalui observasi awal penulis menemukan bahwa pembelajaran yang diterapkan dalam komunitas ini melibatkan siswa untuk menemukan dan menentukan materi yang akan dipelajari. Biasanya dihubungkan dengan situasi


(9)

kehidupan nyata dan minat sehingga mendorong siswa nantinya dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Guru mengambil peran sebagai pendamping sehingga anak didik diarahkan untuk mendalami minat belajar mereka sendiri dan diharapkan anak menjadi ahli dengan bidang yang disukainya.

Pada awal tahun 2003, sekolah ini berdiri dengan model pendidikan SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah dengan total murid 95 anak. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2006 komunitas ini bertukar nama menjadi Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah. Pendidikan yang dijalankan dalam Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah bukan hanya dikenal dikalangan sekitar desa tempat komunitas didirikan.

Sejak tahun berdirinya prestasi dari Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah telah dipublikasikan melalui media masa maupun internet. Prestasi dari anak didik di komunitas ini diakui dan diberi penghargaan dari berbagai kalangan yang bergerak di dunia pendidikan. Melalui media harian Kompas, Rabu 23 Maret 2005, diberitakan bahwa salah satu anak didik dari komunitas belajar Qarryah Thayyibah meraih juara penulisan artikel online Salatiga. Dalam tulisan yang sama dinyatakan juga bahwa nilai rata-rata ulangan murid di komunitas ini jauh lebih baik dari pada nilai


(10)

rata-rata sekolah induknya terutama pada mata pelajaran matematika dan Bahasa Inggris. Komunitas ini juga tampil mengimbangi sekolah-sekolah negeri lainnya dalam mengikuti lomba cerdas cermat penguasaan materi pelajaran se-Salatiga. Anak didik dari komunitas ini dikirim mewakili Salatiga untuk hadir dalam Konvensi Lingkungan Hidup Pemuda Asia Pasifik di Surabaya. Prestasi lain yang ditulis dalam artikel ini bahwa pada tes kenaikan kelas nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Inggris siswa di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah mencapai 8,86.

Selain itu dalam harian Kompas 13 Maret 2006, salah satu artikel yang bertemakan beri ruang bagi pendidikan alternatif ditulis mengisahkan prestasi seorang anak didik komunitas belajar Qaryah Thayyibah yang berhasil mengikuti lomba menulis esai tentang Australia yang diadakan Kangguru Magazine edisi Agustus 2005.

Dalam mediamasa yang sama Kompas, 24 Mei 2006, artikel dengan judul mereka tak peduli ujian nasional juga ditulis mengisahkan tentang anak didik di komunitas Qaryah Thayyibah yang pada saat Ujian Nasional Tahun 2006 dilaksanakan di kota Salatiga, mereka lebih memilih untuk membuat eksperimen ilmu pengetahuan alam dan tidak mengikuti Ujian Nasional.


(11)

Anak-anak ini melakukan percobaan pembuatan briket dari sampah daun bambu kering. Ide ini muncul ketika seorang anak didik melihat banyak sampah daun bambu yang terbuang sia-sia, dan mereka melakukan ujicoba untuk menghasilkan energi alternatif. Hasil dari eksperimen ini belum berhasil tetapi hal itu tidak membuat mereka putus asa. Mereka kembali membuat eksperimen bio-urine sebagai pengganti pupuk urea, dan berhasil.

Pada tahun 2013, komunitas belajar Qaryah Thayyibah berhasil masuk dalam salah satu acara televisi yaitu kick andy yang menayangkan profil sekolah ini dan menghadirkan Bapak Baharudin sebagai pendiri komunitas ini untuk memberikan penggambarannya tentang komunitas belajar ini.

Selain prestasi yang telah dipaparkan melalui media masa, prestasi lain anak didik KBQT juga hadir dalam bentuk tulisan yang membuat mereka mendapatkan penghargaan Kak Seto dalam anugerah anak Kreatif 2006 melalui karya buku berjudul lebih asik tanpa UAN . Ada juga karya artikel yang ditulis melalui media online, buku novel yang diterbitkan oleh penerbit seperti gramedia, matapena dll. Karya tulis dari anak-anak komunitas ini kemudian di bukukan dan dijual di toko-toko buku seluruh Indonesia. Karya


(12)

yang lain juga berupa Film pendek dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, lagu dan video klip salah satunya yang berjudul Kumpulan Tembang Dolanan Jawa Tempo Dulu Kidang Talung . Ada juga salah satu karya cipta lagu dari pendamping komunitas yang dinyanyikan, dibuat videoclip-nya oleh anak didik yang kemudian mendapatkan pengakuan nasional dan dijadikan sebagai mars dan himne dalam pendidikan kesetaraan.

Meningkatnya persaingan antar jenjang dan jalur pendidikan tidak membuat Komunitas Belajar Qaryah Tayyibah yang dirintis pada tahun 2003 mandek, tetapi komunitas ini masih tetap bertahan dengan segala prestasinya. Untuk dapat bertahan didunia pendidikan yang semakin kompetitif tentunya Komunitas Belajar Qaryah Tayyibah ini memiliki sistem pengelolaan pendidikan yang baik dibarengi dengan penerapan model pembelajaran yang tepat sehingga berefek pada prestesi anak didik. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengkaji pengelolaan kurikulum yang diterapkan dalam komunitas belajar ini.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana manajemen kurikulum di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah berdasarkan ruang


(13)

lingkup manajemen kurikulum yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi ?

C. Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan manajeman kurikulum di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah berdasarkan ruang lingkup manajemen kurikulum aspek perencanaan, aspek pengorganisasian, aspek pelaksanaan, dan aspek evaluasi.

D. Manfaat Penelitian a. Secara teoritis

Secara teoritis dapat menambah kajian ilmiah dan temuan ilmiah mahasiswa/mahasiswi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana tentang pendidikan non formal khususnya pendidikan berbasis masyarakat.

b. Secara praktek

Bagi Komunitas Belajar Qaryyah Thayyibah, dapat dipakai sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan pelaksanaan kurikulum dimasa mendatang agar bisa mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal dan bagi komunitas belajar yang lain dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kurikulum. E. Sistematika Penulisan


(14)

Secara garis besar, penulisan tesis ini mengikuti sistematika sebagai berikut:

Bab I merupakan bab pendahuluan yang meliputi penggambaran latar belakang masalah, rumusan masalah, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan bab tinjauan pustaka. Berisi tentang paparan teori yang berfungsi sebagai landasan berpikir dalam proses penulisan ini. Pustaka dalam bab ini meliputi pembahasan mengenai manajemen kurikulum, konsep community dalam pendidikan berbasis masyarakat, kurikulum pendidikan berbasis masyarakat dan model-model pembelajaran. Bab III merupakan bab metode penelitian yang meliputi tempat penelitian dan waktu penelitian, bentuk dan data penelitian, teknik pengumpulan data, validitas data, analisis data dan prosedur penelitian. Bab IV adalah bab hasil dan pembahasan penelitian yang mencakup gambaran sekolah deskripsi hasil penelitian yang meliputi aspek perencanaan, organisasi kurikulum, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Bab V merupakan bagian penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran dari tesis ini.


(1)

kehidupan nyata dan minat sehingga mendorong siswa nantinya dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Guru mengambil peran sebagai pendamping sehingga anak didik diarahkan untuk mendalami minat belajar mereka sendiri dan diharapkan anak menjadi ahli dengan bidang yang disukainya.

Pada awal tahun 2003, sekolah ini berdiri dengan model pendidikan SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah dengan total murid 95 anak. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2006 komunitas ini bertukar nama menjadi Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah. Pendidikan yang dijalankan dalam Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah bukan hanya dikenal dikalangan sekitar desa tempat komunitas didirikan.

Sejak tahun berdirinya prestasi dari Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah telah dipublikasikan melalui media masa maupun internet. Prestasi dari anak didik di komunitas ini diakui dan diberi penghargaan dari berbagai kalangan yang bergerak di dunia pendidikan. Melalui media harian Kompas, Rabu 23 Maret 2005, diberitakan bahwa salah satu anak didik dari komunitas belajar Qarryah Thayyibah meraih juara penulisan artikel online Salatiga. Dalam tulisan yang sama dinyatakan juga bahwa nilai rata-rata ulangan murid di komunitas ini jauh lebih baik dari pada nilai


(2)

rata-rata sekolah induknya terutama pada mata pelajaran matematika dan Bahasa Inggris. Komunitas ini juga tampil mengimbangi sekolah-sekolah negeri lainnya dalam mengikuti lomba cerdas cermat penguasaan materi pelajaran se-Salatiga. Anak didik dari komunitas ini dikirim mewakili Salatiga untuk hadir dalam Konvensi Lingkungan Hidup Pemuda Asia Pasifik di Surabaya. Prestasi lain yang ditulis dalam artikel ini bahwa pada tes kenaikan kelas nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Inggris siswa di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah mencapai 8,86.

Selain itu dalam harian Kompas 13 Maret 2006, salah satu artikel yang bertemakan beri ruang bagi pendidikan alternatif ditulis mengisahkan prestasi seorang anak didik komunitas belajar Qaryah Thayyibah yang berhasil mengikuti lomba menulis esai tentang Australia yang diadakan Kangguru Magazine edisi Agustus 2005.

Dalam mediamasa yang sama Kompas, 24 Mei 2006, artikel dengan judul mereka tak peduli ujian nasional juga ditulis mengisahkan tentang anak didik di komunitas Qaryah Thayyibah yang pada saat Ujian Nasional Tahun 2006 dilaksanakan di kota Salatiga, mereka lebih memilih untuk membuat eksperimen ilmu pengetahuan alam dan tidak mengikuti Ujian Nasional.


(3)

Anak-anak ini melakukan percobaan pembuatan briket dari sampah daun bambu kering. Ide ini muncul ketika seorang anak didik melihat banyak sampah daun bambu yang terbuang sia-sia, dan mereka melakukan ujicoba untuk menghasilkan energi alternatif. Hasil dari eksperimen ini belum berhasil tetapi hal itu tidak membuat mereka putus asa. Mereka kembali membuat eksperimen bio-urine sebagai pengganti pupuk urea, dan berhasil.

Pada tahun 2013, komunitas belajar Qaryah Thayyibah berhasil masuk dalam salah satu acara televisi yaitu kick andy yang menayangkan profil sekolah ini dan menghadirkan Bapak Baharudin sebagai pendiri komunitas ini untuk memberikan penggambarannya tentang komunitas belajar ini.

Selain prestasi yang telah dipaparkan melalui media masa, prestasi lain anak didik KBQT juga hadir dalam bentuk tulisan yang membuat mereka mendapatkan penghargaan Kak Seto dalam anugerah anak Kreatif 2006 melalui karya buku berjudul lebih asik tanpa UAN . Ada juga karya artikel yang ditulis melalui media online, buku novel yang diterbitkan oleh penerbit seperti gramedia, matapena dll. Karya tulis dari anak-anak komunitas ini kemudian di bukukan dan dijual di toko-toko buku seluruh Indonesia. Karya


(4)

yang lain juga berupa Film pendek dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, lagu dan video klip salah satunya yang berjudul Kumpulan Tembang Dolanan Jawa Tempo Dulu Kidang Talung . Ada juga salah satu karya cipta lagu dari pendamping komunitas yang dinyanyikan, dibuat videoclip-nya oleh anak didik yang kemudian mendapatkan pengakuan nasional dan dijadikan sebagai mars dan himne dalam pendidikan kesetaraan.

Meningkatnya persaingan antar jenjang dan jalur pendidikan tidak membuat Komunitas Belajar Qaryah Tayyibah yang dirintis pada tahun 2003 mandek, tetapi komunitas ini masih tetap bertahan dengan segala prestasinya. Untuk dapat bertahan didunia pendidikan yang semakin kompetitif tentunya Komunitas Belajar Qaryah Tayyibah ini memiliki sistem pengelolaan pendidikan yang baik dibarengi dengan penerapan model pembelajaran yang tepat sehingga berefek pada prestesi anak didik. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengkaji pengelolaan kurikulum yang diterapkan dalam komunitas belajar ini.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana manajemen kurikulum di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah berdasarkan ruang


(5)

lingkup manajemen kurikulum yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi ?

C. Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan manajeman kurikulum di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah berdasarkan ruang lingkup manajemen kurikulum aspek perencanaan, aspek pengorganisasian, aspek pelaksanaan, dan aspek evaluasi.

D. Manfaat Penelitian a. Secara teoritis

Secara teoritis dapat menambah kajian ilmiah dan temuan ilmiah mahasiswa/mahasiswi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana tentang pendidikan non formal khususnya pendidikan berbasis masyarakat.

b. Secara praktek

Bagi Komunitas Belajar Qaryyah Thayyibah, dapat dipakai sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan pelaksanaan kurikulum dimasa mendatang agar bisa mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal dan bagi komunitas belajar yang lain dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kurikulum. E. Sistematika Penulisan


(6)

Secara garis besar, penulisan tesis ini mengikuti sistematika sebagai berikut:

Bab I merupakan bab pendahuluan yang meliputi penggambaran latar belakang masalah, rumusan masalah, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan bab tinjauan pustaka. Berisi tentang paparan teori yang berfungsi sebagai landasan berpikir dalam proses penulisan ini. Pustaka dalam bab ini meliputi pembahasan mengenai manajemen kurikulum, konsep community dalam pendidikan berbasis masyarakat, kurikulum pendidikan berbasis masyarakat dan model-model pembelajaran. Bab III merupakan bab metode penelitian yang meliputi tempat penelitian dan waktu penelitian, bentuk dan data penelitian, teknik pengumpulan data, validitas data, analisis data dan prosedur penelitian. Bab IV adalah bab hasil dan pembahasan penelitian yang mencakup gambaran sekolah deskripsi hasil penelitian yang meliputi aspek perencanaan, organisasi kurikulum, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Bab V merupakan bagian penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran dari tesis ini.