ANALISIS MASLAHAH MURSALAH TERHADAP PRAKTEK PERATURAN MENTERI AGAMA NO. 11 TAHUN 2007 TENTANG PERBAIKAN DAN PERUBAHAN DALAM BIODATA AKTA NIKAH. : KAJIAN PENETAPAN NO.1035/PDT.P/2015/PA.KAB.MALANG.

ANALISIS MAS{LAH}AH MURSALAH TERHADAP PRAKTEK
PERATURAN MENTERI AGAMA NO. 11 TAHUN 2007 TENTANG
PERBAIKAN DAN PERUBAHAN DALAM BIODATA AKTA NIKAH.
(Kajian Penetapan No.1035/Pdt.P/2015/PA.Kab.Malang)

SKRIPSI
Oleh
Khumairoh Halimatus Sya’dia
NIM. C51212127

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Keluarga
Surabaya
2016

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian dengan judul “Analisis Mas}lah}ah
Mursalah Terhadap Praktek PMA No. 11 tahun 2007 tentang perbaikan dan
(kajian
penetapan

perubahan
dalam
biodata
akta
nikah.
No.1035/Pdt.P/2015/PA.Kab.Malang). Adapun masalah yang teliti: Bagaimana
implementasi PMA No. 11 tahun 2007 terkait perubahan dan perbaikan biodata
akta nikah di Pengadilan Agama Kabupaten Malang, Bagaimana analisis
mas}lah}ah mursalah dalam praktek PMA No. 11 tahun 2007 tentang perbaikan
dan perubahan biodata akta nikah di Pengadilan Agama Kabupaten Malang?
Data penelitian dihimpun dengan menggunakan teknik studi dokumenter
yaitu mengumpulkan data dan informasi dari penetapan, buku sekunder, artikel
dan Undang-Undang. Selanjutnya data yang telah dihimpun dianalisis
menggunakan metode teknis deskriptif analisis, yaitu dengan menggambarkan
atau melukiskan secara sistematis segala fakta aktual yang dihadapi, kemudian
dianalisis sehingga memberikan pemahaman yang konkrit, kemudian dapat
ditarik kesimpulan. Dalam hal ini dengan mengambil kasus yang terjadi di
Pengadilan Agama Kab. Malang dalam perkara permohonan Perubahan biodata
akta nikah, kemudian dikaitkan dengan teori dan dalil-dalil yang terdapat dalam
literatur sebagai analisis, sehingga mendapatkan suatu kesimpulan yang bersifat

umum.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan yaitu Implementasi PMA No. 11
tahun 2007 di Pengadilan Agama Kabupaten Malang melayani dengan baik
terhadap permasalahan perbaikan dan perubahan biodata akta nikah tersebut. Hal
tersebut sesuai dengan suatu sistem Lawrence M Friedman, yaitu yang membagi
sistem hukum atas sub-sub sistem yang terdiri dari struktur hukum (legal
struture), substansi hukum (legal substance), dan budaya hukum (legal culture).
Kedua Analisis mas}lah}ah mursalah terkait perubahan dan perbaikan biodata akta
nikah di Pengadilan Agama Kabupaten Malang, dalam penetapan perubahan
biodata akta nikah Nomor 1035/Pdt.P/2015/PA.Kab.Mlg tersebut seharusnya si
pemohon tidak perlu meminta penetapan dari Pengadilan Agama Kab. Malang.
Karena berdasarkan PMA No. 11 tahun 2007 pasal 34 ayat 1 terkait perbaikan
biodata akta nikah, itu hanya mencoret kata yang salah dengan tidak
menghilangkan tulisan salah tersebut, kemudian menulis kembali perbaikannya
dengan dibubuhi paraf oleh PPN dan diberi stempel KUA. Hal tersebut jika
ditinjau dari segi eksistensi maslahat dan ada tidaknya dalil yang langsung
mengaturnya maka termasuk dalam teori Mas}lah}ah al-Mursalah (‫)المصلحة المرسلة‬.
Dari kesimpulan diatas penulis dapat menyarankan agar Kepada pegawai
pencatat nikah agar lebih teliti ketika mencatatkan biodata akta nikah, karena
dapat merugikan pihak dan kepada masyarakat supaya mengecek dahulu biodata

yang akan dicantumkan di akta nikah. Karena apabila terdapat kesalahan sedikit
maka akan memiliki dampak untuk mengurusi akta kelahiran anak, dan lain
sebagainya.

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ............................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii
PENGESAHAN..................................................................................................... iv
ABSTRAK....... ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR..... ...................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. viii
MOTTO

............................................................................................................. ix


DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................... xiii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ....................................................... 8
C. Rumusan Masalah................................................................................ 9
D. Kajian Pustaka ..................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 11
F. Kegunaan Hasil Penelitian .................................................................. 11
G. Definisi Operasional ............................................................................ 12
H. Metode Penelitian ............................................................................... 14
I. Sistematika Pembahasan.............................................. ....................... 18

BAB II

MAS{LAH{AH MURSALAH dan PENCATATAN PERKAWINAN
A. Mas{lah{ah Mursalah


x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1. Pengertian Mas{lah{ah Mursalah ................................................... 20
2. Macam-macam Mas{lah{ah Mursalah............................................ 21
3. Syarat-syarat Mas{lah{ah Mursalah ............................................... 25
4. Kedudukan Mas{lah{ah Mursalah........................... ....................... 26
5. Kehujjahan Maslahah dalam Pandangan Ulama ........................... 29

B. Pencatatan Pernikahan
1. Pengertian Pencatatan pernikahan ................................................. 31
2. Prosedur Pencatatan Pernikahan ................................................... 35
3. Pencatatan Nikah dalam Pandangan Hukum Islam ....................... 40
4. Dasar hukum Aturan Pencatatan Nikah ......................................... 42
5. Tujuan Pencatatan Nikah ............................................................... 44
6. Manfaat Pencatatan Nikah ............................................................. 46
BAB III


DESKRIPSI PA

Kab. Malang dan Deskripsi Penetapan

No.1035/Pdt.P/2015/PA.Kab.Malang.
A. Gambaran Umum Pengadilan Kabupaten Malang
1. Letak Geografis Pengadilan Agama Kabupaten Malang ............... 48
2. Visi dan Misi Pengadilan Agama Kabupaten Malang ................... 50
3. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Kabupaten
Malang ............................................................................................ 51
4. Fasilitas Pendukung Pengadilan Agama Kabupaten
Malang ............................................................................................ 54
B. Deskripsi Penetapan Perkara Perubahan Biodata dalam
Akta Nikah di Pengadilan Agama Kabupaten Malang
1. Duduk Perkara Perubahan Biodata Akta Nikah............................. 56

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


2. Pertimbangan

Hukum

Majelis

Hakim

Pengadilan

Aagama Kabupaten Malang ........................................................... 60
BAB IV Implementasi PMA No 11 Tahun 2007 dan Analisis Mas}lah}}ah Mursalah
terkait Perubahan dan Perbaikan Biodata Akta Nikah di Pengadilan
Agama Kabupaten Malang
A. Implementasi PMA No 11 Tahun 2007 di Pengadilan
Agama Kabupaten Malang .................................................................. 63

B. Analisis Mas}lah}}ah Mursalah terkait Perubahan dan Perbaikan Biodata
Akta Nikah di Pengadilan Agama Kabupaten Malang ...................... 69
BAB V


PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya, suatu masa tertentu bagi seorang pria maupun
sorang wanita timbul kebutuhan untuk hidup bersama dengan manusia
lainnya yang berlainan jenis kelaminnya. Hidup bersama antara seorang
pria dengan seorang wanita yang telah memenuhi syarat - syarat tertentu
disebut perkawinan.

Dalam
diperbolehkan,

pandangan
dan

shara’,

terkadang

perkawinan

diharuskan

itu

dengan

diperintahkan,
tujuan


untuk

mendapatkan keturunan, mendirikan sebuah keluarga, dan untuk
melindungi dan menjaga kelestarian masyarakat.

1

Namun sebelum

perkawinan berlangsung, maka pasti ada prosedur-prosedur yang harus
dilalui, salah satunya yaitu mengumumkan kehendak pernikahan
kemudian mencatatkan perkawinan tersebut kepada pegawai pencatat
nikah yang berada di KUA (Kantor Urusan Agama) bagi Islam, dan di
KCS (kantor catatan sipil) bagi non-Islam.
Pencatatan perkawinan telah digulirkan sebagai masalah sejak
awal dibentuknya Rancangan Undang-Undang Perkawinan Tahun 1973.

1


Muhammad Zuhaily, Fiqih Munakahat, terj. Muhammad Kholison (Surabaya: Imtiyaz, 2013),
16-17.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Dalam Negara Republik Indonesia yang terdiri atas berbagai suku dan
agama yang berlaku di wilayah ini, perdebatan serupa telah sering terjadi
sejak pemerintahan Belanda, yaitu sejak Snouck Hurgronje menyamaikan
teori receptie di Indonesia pada sekitar akhir abad ke-19 dan awal abad
ke-20, yang tujuannya untuk memperkuat penjajahan Belanda di
Indonesia.
Sebagaimana telah kita ketahui, teori receptie adalah teori yang
tujuannya menghapuskan Hukum Islam di Indonesia dengan cara
menyandarkan keberlakuan Hukum Islam kepada Hukum Adat. Menurut
Snouck Hurgronje, berdasarkan penelitiannya di Aceh dan Gayo, bahwa
di Indonesia berlaku Hukum Adat asli, tetapi memang dalam Hukum adat
itu ada pengaruh Hukum Islam. Hukum Islam itu baru mempunyai
kekuatan (hukum) jika dikehendaki dan diterima oleh Hukum Adat.2
Sejak disahkannya Undang-undang Nomor 1 tahun 1974,
Departemen Agama RI dalam hal ini Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam telah mengambil peranan secara langsung dan aktif
untuk melaksanakan undang-undang itu, yang melibatkan dua Direktorat
yakni Direktorat Urusan Agama Islam dan Direktorat Pembinaan Badan
Peradilan Agama Islam berdasarkan KMA nomor 18 tahun 1975. Masalah
pencatatan menjadi beban tugas Direktorat Urusan Agama Islam. Sesuai
dengan Undang-undang No. 22/1946 jo. Undang-undang Nomor 32/1954
jo. Undang-undang Nomor 1/1974. Peraturan Pemerintah Nomor 9/1995
2

Sajuti Thalib, Receptio A Contrario Hubungan Hukum Adat dengan Hukum Islam, cet. 4,
(Jakarta:Bina Aksara, 1985), hlm.13.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 tahun 1975 maka Departemen
Agama melaksanakan secara vertikal sampai dengan Kantor Urusan
Agama

Kecamatan

melaksanakan

tugas-tugas

sebagai

Pencatat

Perkawinan, atau Pencatat Nikah. Perlu juga dijelaskan di sini bahwa
Pencatatan Perkawinan/Nikah itu termasuk Pencatatan Talak, Cerai dan
Rujuk. Karena hal ini sangat erat hubungannya dengan masalah
Perkawinan itu sendiri.3
Pencatatan perkawinan yang sah menurut Hukum Islam, yaitu
perkawinan yang memenuhi rukun dan syarat perkawinan sesuai syari’at
Islam yang dilakukan di Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat.
Adapun yang dimaksud dengan Perkawinan Tidak Tercatat adalah
perkawinan yang sah sesuai syariat (hukum) islam yang belum
didaftarkan, sehingga belum tercatat di Kantor Urusan Agama setempat,
atau disebabkan pembiayaan pendaftaran pencatatan yang tidak
terjangkau masyarakat, atau karena lokasi Kantor Urusan Agama yang
jauh dari tempat tinggal orang bersangkutan, atau karena alasan lain yang
tidak bertentangan dengan Hukum Islam.4
Sebelum perkawinan tersebut dicatatkan, maka pegawai di Kantor
Urusan Agama meneliti terlebih dahulu terhadap persyaratan perkawinan
yang akan diajukan. Seperti diketahui pelaksanaan perkawinan itu
didahului kegiatan-kegiatan, baik yang dilakukan oleh calon mempelai

3

Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, cet.2, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal 179
Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan&Pencatatan tidak dicatat, cet.2, (Jakarta: Sinar
Grafika,2012),hlm.3.

4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

maupun oleh Pegawai Pencatat Perkawinan. Calon mempelai atau orang
tuanya atau wakilnya memberitahukan kehendak melangsungkan
perkawinan kepada Pegawai Pencatat Perkawinan (pasal 3 dan 4 PP).
Selanjutnya Pegawai tersebut meneliti apakah syarat-syarat perkawinan
telah dipenuhi, dan apakah tidak terdapat halangan menurut undangundang. Demikian pula meneliti surat-surat yang diperlukan (pasal 5 dan
6 PP). Karena pencatatan perkawinan tersebut sangat penting
keabsahannya untuk dituliskan ke dalam akta nikah, untuk itu diperlukan
ketelitian dalam penulisan terutama data para pihak.
Meskipun

akta

perkawinan

ditempatkan

sebagai

syarat

administratif, tapi dalam perspektif kenegaraan memiliki kedudukan yang
sangat penting dan berpengaruh pada sisi lain kehidupannya, terutama
dalam konteks kehidupan bernegara. Sebagai contoh, orang yang telah
menikah harus menunjukkan aktanya jika memiliki suatu urusan
mengenai masalah KTP, Kartu Keluarga, SIM, mendaftarkan anak
sekolah, akta kelahiran anak. Maka dari itu akta perkawinan merupakan
syarat wajib yang ditetapkan oleh Negara.5
Namun terkadang masih terdapat kesalahan dalam pencatatan
perkawinan tersebut. Dan kesalahan sekecil apapun dalam akta nikah
tersebut bisa memiliki implikasi pada orang tersebut di kemudian hari.

5

Khusnia Isro’I, Tinjauan Huku Isla Terhadap Peru ahan Biodata dala Akta Nikah studi
terhadap penetapan pengadilan aga a Yogyakarta no or: 5 /Pdt.P/
/PA.Yk “kripsi-UIN
Sunan Kalijaga, 2012), 5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Keadaan yang sering terjadi adalah kesulitan dalam pembuatan paspor,
mengurus akta kelahiran anak, mengurus kewarisan dan kesulitan
mengurus dana pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Salah satu
contoh dalam hal kewarisan, seorang istri tidak dapat mengurus dana
pensiun almarhum suaminya karena data dalam akta nikah berbeda
dengan SK PNS suaminya. Data dalam SK PNS biasanya mengacu pada
ijazah yang dimiliki, sedangkan data pada akta nikah biasanya orang
hanya mengisi blanko-blanko pendaftaran berdasarkan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau rekomendasi dari desa. Sementara data KTP
sebelum pelaksanaan e-KTP, pemeriksaan dalam penerbitannya belum
maksimal atau tidak berdasarkan data valid.
Sedangkan dalam kaitannya dengan kesulitan mengurus akta
kelahiran anak yaitu akta nikah dijadikan acuan adanya perkawinan yang
sah, sehingga dapat melindungi hak-hak anak yang dilahirkan baik secara
administrasi maupun secara hukum. Karena jika anak tidak memiliki akta
kelahiran maka akan mengalami hambatan-hambatan dalam urusan
administrasi maupun hukum dalam kaitannya anak yang sah dan berhak
memperoleh warisan.
Perubahan dan perbaikan biodata akta nikah yang dikeluarkan oleh
Kantor Urusan Agama (KUA) diatur dalam Peraturan Menteri Agama
(PMA) Nomor 11 tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah pasal 34 ayat (1)
“Perbaikan penulisan dilakukan dengan mencoret kata yang salah dengan
tidak menghilangkan tulisan salah tersebut, kemudian menulis kembali

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

perbaikannya dengan dibubuhi paraf oleh PPN dan diberi stempel KUA”.
Sedangkan yang ayat ke (2) yaitu “Perubahan yang menyangkut biodata
suami, istri ataupun wali harus didasarkan kepada putusan pengadilan
pada wilayah yang bersangkutan”. Dalam pasal 1 ayat (5) dijelaskan
“pengadilan adalah Pengadilan Agama atau Mahkamah Syar’iyah”.
Dari penjelasan yang diatur dalam Peraturan Menteri Agama
(PMA) tersebut, bahwasanya perubahan dan perbaikan itu berbeda. Untuk
perbaikan biodata akta nikah itu memperbaiki karena kesalahan ejaan
atau mengalami kesalahan redaksional saja. Misalnya nama asli yang
benar di dalam akta kelahiran adalah RUSTYOWATI, namun di dalam
akta nikah RUSTIOWATI. Hal tersebut cukup diselesaikan oleh pejabat
yang mengeluarkan akta tersebut (Kantor Catatan Sipil atau Kantor
Urusan Agama). Dan tidak perlu mengurus atau meminta penetapan dari
Pengadilan Agama.
Sedangkan untuk perubahan biodata akta nikah yaitu kesalahan
yang sama sekali berbeda. Misalnya SITI MUTHMAINNAH menjadi
SITI MUTHOHAROH. Permasalahan tersebut harus memerlukan
putusan pengadilan negeri atau pengadilan Agama terlebih dahulu
sebelum mengurusnya ke KUA (Kantor Urusan Agama).
Di Pengadilan Agama Kabupaten Malang, sering menangani kasus
perubahan maupun perbaikan biodata akta nikah. Hal tersebut tidak
dibedakan antara perbaikan maupun perubahan biodata akta nikah. Dalam
penetapan Nomor 1035/Pdt.P/2015/PA.Kab.Mlg , pada kutipan akta nikah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

yang ditulis oleh pegawai pencatat nikah dari Kantor Urusan Agama
(KUA) terdapat kesalahan penulisan pada nama pemohon. Dengan
terjadinya kesalahan penulisan pada akta nikah tersebut pemohon
mengalami hambatan dalam proses mengurus akta kelahiran anaknya.
Menurut Agus Samthon, Kepala KUA Kecamatan Wagir
Kabupaten Malang bahwa, perubahan biodata akta nikah selalu
berdasarkan putusan dari pengadilan agama, baik itu kesalahan
redaksional maupun perubahan yang sama sekali berbeda dari aslinya. Hal
tersebut memang disamakan perbaikan dengan perubahan, karena
perubahan biodata akta nikah yang salah nantinya juga pasti diperbaiki.6
Dalam

penetapan

perubahan

biodata

akta

nikah

Nomor

1035/Pdt.P/2015/PA.Kab.Mlg tersebut seharusnya si pemohon tidak perlu
meminta penetapan dari Pengadilan Agama Kab. Malang. Karena
berdasarkan PMA No 11 tahun 2007 terkait perbaikan biodata akta nikah,
itu hanya mencoret kata yang salah dengan tidak menghilangkan tulisan
salah tersebut, kemudian menulis kembali perbaikannya dengan dibubuhi
paraf oleh PPN dan diberi stempel KUA.
Menurut hukum Islam, baik permohonan perubahan maupun
perbaikan biodata dalam akta nikah ini termasuk dalam mas}lah}ah

mursalah, yaitu mas}lah}ah d{oruriyat karena permasalahan permohonan
perubahan biodata ini bisa memberikan perlindungan terhadap pihak yang
dirugikan hanya dengan kesalahan penulisan tersebut jika dikaji dengan
6

Agus Samthon, wawancara, Kantor Urusan Agama kecamatan Wagir Kabupaten Malang, 23
Nopember 2015

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

mas}lah}ah d}oruriyat tersebut, hal tersebut tujuannya untuk mencari
kemaslahatan dan menghindari kemadaratan.
Melihat banyaknya kasus perbaikan biodata akta nikah yang
memiliki dampak kesalah pahaman terhadap masyarakat, penulis tertarik
untuk membahas tentang “Analisis Mas}lah}ah Mursalah Terhadap Praktek

PMA No. 11 tahun 2007 tentang perbaikan dan perubahan dalam biodata
akta nikah. (kajian penetapan No.1035/Pdt.P/2015/PA.Kab.Malang)”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, dapat di identifikasikan
permasalahan yang mungkin timbul diantaranya adalah:
1.

Peraturan tentang pencatatan peristiwa penting dalam akta nikah.

2.

Peraturan Perundang-undangan tentang perbaikan dan perubahan data
akta autentik, khususnya akta nikah.

3.

Sebab-sebab dalam perbaikan biodata akta nikah.

4.

Implikasi dalam perbaikan biodata akta nikah.

5.

Praktek PMA No. 11 tahun 2007 terkait perbaikan dan perubahan
dalam

biodata

akta

nikah,

kajian

penetapan

No.1035/Pdt.P/2015/PA.Kab.Malang.
Dari identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini maksimal maka
penulis akan batasi pada permasalahan sebagai berikut:
1.

Implementasi PMA No. 11 tahun 2007 terkait perubahan dan
perbaikan biodata akta nikah di PA Kab. Malang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

2.

Analisis mas}lah}ah mursalah dalam praktek PMA No. 11 tahun 2007
tentang perbaikan dan perubahan biodata akta nikah

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi tersebut di atas, beberapa permasalahan
pokok yang diteliti antara lain sebagai berikut:
1.

Bagaimana implementasi PMA No. 11 tahun 2007 terkait perubahan
dan perbaikan biodata akta nikah di Pengadilan Agama Kabupaten
Malang?

2.

Bagaimana analisis mas}lah}ah mursalah dalam praktek PMA No. 11
tahun 2007 tentang perbaikan dan perubahan biodata akta nikah di
Pengadilan Agama Kabupaten Malang?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian
yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti
sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang dilakukan tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.7
Pada umumnya penelitian-penelitian sebelumnya membahas lebih
mengacu terhadap mekanisme perubahan, diantaranya adalah skripsi yang
disusun oleh Khusnia Isro’i yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Perubahan Biodata Dalam Akta Nikah (studi terhadap
7

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi (Surabaya: UIN Sunan
Ampel, 2015), 8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

penetapan

pengadilan

agama

Yogyakarta

nomor

:0058/Pdt.P/2011/PA.Yk)”. Skripsi ini menjelaskan bahwa permohonan
perubahan biodata dalam akta nikah ini dikabulkan oleh Majlis Hakim
berdasarkan tinjauan hukum islam dan berdasarkan pertimbanganpertimbangan dan bukti yang ada, bahwa nama pemohon dalam buku
kutipan akta nikah memang benar-benar salah dan harus dilakukan
pembenaran untuk mengurusi segala urusan-urusan pentingnya8.
Kedua, thesis yang disusun oleh Faeshol Ghozali yang berjudul
“Implikasi Hukum Kesalahan Biodata dalam Akta Nikah” (Tinjauan
Yuridis dan al-Qawaid al-Fiqhiyyah terhadap Perkara Perbaikan
Kesalahan Biodata di Pengadilan Agama Semarang). Thesis ini lebih
menjelaskan tentang sejauh mana implikasi hukum yang cukup kompleks
dari kesalahan dalam biodata akta nikah tersebut.9
Ketiga, skripsi yang disusun oleh Ade Ani Satriani yang berjudul
“Penerapan Sistem Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH) Online di
KUA kota Surabaya dalam perspektif PMA No. 11 tahun 2007”. Skripsi
ini menjelaskan tentang peningkatan kinerja KUA di Surabaya jika
melakukan pelatihan kepada seluruh staf khususnya bagi staf yang sudah
lanjut usia dalam memahami tatacara penggunaan SIMKAH online di

Khusnia Isro’I, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perubahan Biodata dalam Akta Nikah(studi
terhadap penetapan pengadilan agama Yogyakarta nomor:0058/Pdt.P/2011/PA.Yk)”(Skripsi-UIN
Sunan Kalijaga, 2012)
8

Faeshol Ghozali,Implikasi Hukum Kesalahan Biodata dalam Akta Nikah” (Tinjauan Yuridis dan
al-Qawaid al-Fiqhiyyah terhadap Perkara Perbaikan Kesalahan Biodata di Pengadilan Agama
Semarang).

9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

KUA Kota Surabaya, serta lebih maksimal melakukan publikasi ke
masyarakat yang ada hubungannya dengan

penggunaan manajemen

(SIMKAH) online di KUA Surabaya.

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dibuat adalah untuk menjawab pertanyaan
sebagaimana rumusan masalah di atas sehingga nantinya dapat diketahui
secara jelas dan terperinci tujuan diadakannya penelitian ini. Adapun
tujuan tersebut adalah:
1. Untuk mengetahui praktek PMA. No 11 tahun 2007 terkait perubahan
dan perbaikan biodata akta nikah di PA Kab. Malang
2. Untuk mengetahui analisis mas}lah}ah mursalah dalam praktek PMA
No. 11 tahun 2007 tentang perbaikan dan perubahan biodata akta
nikah.

F. Kegunanaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dari dua aspek, yaitu:
1. Kegunaan secara teoritis, memperkaya khazanah keilmuan, dapat
dijadikan sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan khususnya
dalam masalah perdata di lingkungan Pengadilan Agama serta dapat
dijadikan acuan atau pedoman

dalam

berbagai

permasalahan

khususnya dalam perbaikan dan perubahan biodata dalam akta nikah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

2. Kegunaan secara praktis, dapat dijadikan literatur atau referensi untuk
merumuskan dan melaksanakan penyampaian materi hukum acara
Pengadilan Agama di Fakultas Syari’ah UIN Sunan Ampel Surabaya
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
G. Definisi Operasional
Dalam rangka untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami
maksud dari pnelitian, maka penulis memberikan definisi operasional
sebagai berikut:
1. Analisis mas}lah}}ah mursalah: studi dokumen yaitu menggunakan
sumber-sumber data sekunder saja yang berupa analisis hukum Islam,
yaitu berupa mas}lah}ah mursalah. Mas}lah}ah adalah sesuatu yang
dipandang baik oleh akal sehat karena mendatangkan kebaikan dan
menghindarkan keburukan (kerusakan) bagi manusia, sejalan dengan
tujuan syara’ dalam menetapkan hukum 10 . Analisis ini merupakan
penyelidikan terhadap suatu keadaan yang bertujuan untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya.
2. Pencatatan perkawinan adalah suatu yang dilakukan oleh pejabat
Negara terhadap peristiwa perkawinan. Dalam hal ini pegawai
pencatatat nikah yang melangsungkan pencatatan, ketika akan
melangsungkan suatu akad perkawinan antara calon suami dan calon
istri.11

10

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih(Jakarta, Kencana, 2009), 347
Muhammad Zein&Mukhtar Alshadiq, Membangun Keluarga Harmonis,(Jakarta: Graha Cipta,
2005), Cet, ke-1, hal.120

11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

3. Perbedaan antara perbaikan dan perubahan dalam PMA No. 11 tahun
2007. Jika perbaikan biodata akta nikah itu memperbaiki

karena

kesalahan ejaan atau mengalami kesalahan redaksional saja. Misalnya
nama asli yang benar di dalam akta kelahiran adalah RUSTYOWATI,
namun di dalam akta nikah RUSTIOWATI. Hal tersebut cukup
diselesaikan oleh pejabat yang mengeluarkan akta tersebut (Kantor
Catatan Sipil atau Kantor Urusan Agama). Sedangkan perubahan
biodata akta nikah yaitu kesalahan yang sama sekali berbeda. Misalnya
SITI

MUTHMAINNAH

menjadi

SITI

MUTHOHAROH.

Permasalahan tersebut harus memerlukan putusan pengadilan negeri
atau pengadilan Agama terlebih dahulu sebelum mengurusnya ke KUA
(Kantor Urusan Agama).
Dari

kasus

perubahan

data

akta

nikah

diatas

dapat

dikualifikasikan dalam tiga kategori yaitu : Kategori pertama;
kesalahan dalam penulisan tempat tanggal lahir, dalam data akta nikah
banyak ditulis umur seseorang ketika menikah misalnya, dalam kolom
tanggal lahir tertulis 18 tahun yang seharusnya tertulis tanggal bulan
dan tahun. Begitu juga dalam kolom tempat lahir, banyak terjadi
karena dulu pemerintah menggunakan kecamatan sebagai tempat
tanggal

lahir,

tetapi

regulasi

sekarang

menggunakan

nama

kota/Kabupaten sebagai tempat lahir, sehingga menimbulkan banyak
perbedaan pada akta yang diterbitkan dahulu dan akta-akta yang
diterbitkan kemudian.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Kategori kedua: kesalahan dalam penulisan data karena kesalahan
ejaan atau salah redaksional.
Kategori ketiga: ketidak sesuaian nama pada akta nikah dengan
data identitas yang lain, misalnya seseorang yang baru melaksanakan
ibadah haji biasanya akan mendapatkan nama baru. Nama baru ini
kemudian ditambahkan pada nama aslinya, bahkan ada yang
mengganti nama aslinya dengan nama baru tersebut. Sementara
perubahan nama tidak diikuti dengan perubahan nama akta-akta yang
lain.
Untuk kategori yang pertama dan kedua di atas merupakan
masalah perbaikan biodata akta nikah, sedangkan untuk kategori
nomor tiga merupakan masalah perubahan biodata akta nikah.12
H. Metode Penelitian
Dalam hal untuk menemukan dan mengembangkan suatu ilmu yang
bersifat objektif, maka harus menggunakan metode penelitian untuk
memperoleh dan mengumpulkan data kemudian dianalisis secara
sistematis berdasarkan ilmu pengetahuan yang ada.
Adapun

langkah-langkah

sistematis

yang

diperlukan

untuk

menghasilkan gambaran yang baik dalam penelitian ini yaitu:
1.

Data yang Dikumpulkan
Data merupakan semua keterangan seseorang yang dijadikan
responden maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam

12

Kho i ah, “.Ag, M.A

dksura aya.ke enag.go.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

bentuk statistik atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian
yang dimaksud.13
Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan di atas, maka dalam
penelitian ini data yang dikumpulkan adalah:
a. Data tentang penetapan No.1035/Pdt.P/2015/PA.Kab.Malang
b. Data yang diperoleh dari buku dan PMA yang berkaitan dengan
perbaikan dan perubahan biodata akta nikah
2.

Sumber Data
Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Sumber Primer
Sumber ini hanya mengacu pada Salinan penetapan perkara
permohonan perubahan biodata akta nikah putusan Pengadilan
Agama Malang Perkara No.1035/Pdt.P/2015/PA.Kab.Malang.
b. Sumber Sekunder
1. PMA No. 11 tahun 2007 tentang perbaikan dan perubahan
dalam biodata akta nikah
2. UU Nomor 23 tahun 2006 dan Perpres RI Nomor 25 tahun 2008
tentang perbaikan akta
3. Neng Djubaidah. Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak
Dicatat. Jakarta: Sinar Grafika. 2010
4. Amir Syarifuddin. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana. 2009

3. Teknik Pengumpulan Data
13

Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 87.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

a. Dokumentasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui data tertulis dengan mempergunakan “content analysis”.
Adapun

studi

dokumenter

yang

penulis

lakukan

dengan

mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku sekunder dan UU
yang

mengenai

ketetapan

permohonan

putusan

No.1035/Pdt.P/2015/PA.Kab.Malang yang kemudian penulis dapat
mempelajari, menelaah dan menganalisa data-data tersebut.
b. Wawancara (Interview), adalah suatu bentuk komunikasi atau
percakapan antara dua orang atau lebih guna memperoleh informasi,
yakni dengan cara bertanya langsung kepada subjek atau informan
untuk mendapatkan informasi yang diinginkan guna mencapai
tujuannya dan memperoleh data yang akan dijadikan sebagai bahan
laporan penelitian. Dalam

hal ini wawancara dilakukan dengan

hakim Pengadilan Agama Kab.Malang yang menangani perkara
permohonan

perubahan

biodata

akta

nikah

putusan

No.1035/Pdt.P/2015/PA.Kab.Malang
4. Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka teknik pengolahan
data yang penulis lakukan yaitu:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali

terhadap data-data

yang

diperoleh.14Setelah data terkumpul, maka kegiatan selanjutnya adalah
memeriksa kembali mengenai kelengkapan dan kejelasan data tentang
14

Bandung Waluyo, Penetapan Hukum Dalam Praktek (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), 50.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

permohonan biodata akta Nikah pada penetapan Pengadilan Agama
penetapan No.1035/Pdt.P/2015/PA.Kab.Malang
b. Organizing, yaitu kegiatan mengatur dan menyusun bagian-bagian
sehingga seluruhnya menjadi satu kesatuan yang teratur. Kegiatan ini
dilakukan untuk menyusun data dengan sistematis untuk memperoleh
gambaran yang jelas tentang permohonan putusan perbaikan biodata
akta nikah No.1035/Pdt.P/2015/PA.Kab.Malang
5.

Metode Analisis Data
Teknis analisis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:
a. Teknis Deskriptif Analisis
Yaitu

dengan

menggambarkan

atau

melukiskan

secara

sistematis segala fakta aktual yang dihadapi, kemudian dianalisis
sehingga memberikan pemahaman yang konkrit, kemudian dapat
ditarik kesimpulan. Dalam hal ini dengan mengambil kasus yang
terjadi di Pengadilan Agama Kab. Malang dalam perkara permohonan
Perubahan biodata akta nikah, kemudian dikaitkan dengan teori dan
dalil-dalil yang terdapat dalam literatur sebagai analisis, sehingga
mendapatkan suatu kesimpulan yang bersifat umum.
b. Pola Pikir Deduktif
Yaitu metode yang diawali dengan mengemukakan teori-teori
bersifat umum yang berkenaan dengan perbaikan dan perubahan
biodata akta nikah. Selanjutnya digunakan menganalisis terhadap
penetapan

Pengadilan

Agama

Kabupaten

Malang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

No.1035/Pdt.P/2015/PA.Kab.Malang dengan analisis terhadap dasar
dan pertimbangan hukum majelis hakim Pengadilan Agama Kab.
Malang dalam menerima dan menyelesaikan perkara permohonan
perubahan biodata akta nikah No.1035/Pdt.P/2015/PA.Kab.Malang

I. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan dalam Judul ini mempunyai alur pikiran yang
jelas dan terfokus pada pokok permasalahan, maka penulis menyusun
sistematika dalam lima bab dari Judul ini meliputi:
Bab I sebagai pendahuluan berisi tentang uraian latar belakang masalah,
rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil
penelitian, definisi operasional, metode penelitian serta sistematika
pembahasan.
Bab II Merupakan landasan teori yang membahas tentang mas}lah}ah

mursalah dan pencatatan perkawinan terdiri dari: pengertian mas}lah}ah
mursalah, macam-macam dan syarat maslahah mursalah. kedudukan dan
kehujjahan maslahah. Kemudian pengertian, prosedur pencatatan
perkawinan, pencatatan nikah dalam pandangan islam, dan dasar hukum
aturan pencatatan nikah.
Bab III : Merupakan Laporan hasil penelitian berisi tentang gambaran
umum Pengadilan Agama Kab. Malang, Struktur Organiasi Pengadilan
Agama Kab. Malang, keadaan geografis dan wilayah yuridis Pengadilan
Agama Kab. Malang yang kemudian dilanjutkan dengan deskripsi kasus

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

perkara

permohonan

perbaikan

perubahan

biodata

akta

nikah

No.1035/Pdt.P/2015/PA.Kab.Malang
Bab IV Analisis pelaksanaan praktek PMA praktek PMA No. 11 tahun
2007 terkait perubahan dan perbaikan biodata akta nikah di PA Kab.
Malang dan analisis maslahah mursalah dalam praktek PMA No. 11
tahun 2007 tentang perbaikan dan perubahan biodata akta nikah.
Bab V Merupakan bagian terakhir dari skripsi atau bab penutup yang
menyajikan kesimpulan-kesimpulan yang dilengakapi dengan saran-saran.
Selain itu dalam bab terakhir ini akan dilengkapi dengan daftar pustaka
dan lampiran-lampiran yang dianggap perlu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

MAS{LAH{AH MURSALAH dan PENCATATAN PERKAWINAN
A. Mas{lah{ah Mursalah
1. Pengertian Mas{lah{ah Mursalah
Sebelum menjelaskan arti mas{lah{ah mursalah, terlebih
dahulu perlu dibahas tentang mas}lah}ah, karena mas}lah}ah mursalah itu
merupakan salah satu bentuk dari mashlahah.

Mas}lah}ah (‫ )مصلحة‬berasal dari kata s}alaha (‫ )صلح‬dengan
penambahan “alif” di awalnya yang secara arti kata berarti “baik”
lawan dari kata “buruk” atau “rusak”. Ia adalah mashdar dengan arti
kata s}alah (‫)صاح‬, yaitu “manfaat” atau “terlepas daripadanya
kerusakan”.14
Pengertian mas}lah}ah dalam bahasa Arab berarti “perbuatanperbuatan yang mendorong kepada kebaikan manusia”. Dalam artinya
yang umum adalah setiap segala sesuatu yang bermanfaat bagi
manusia, baik dalam arti menarik atau menghasilkan seperti
menghasilkan keuntungan atau kesenangan; atau dalam arti menolak
atau menghindarkan seperti menolak kemudaratan atau kerusakan.
Jadi setiap yang mengandung manfaat patut disebut mas}lah}ah.
Dengan begitu mas}lah}ah itu mengandung dua sisi, yaitu menarik atau

14

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh ( Jakarta: Kencana, 2009), 345.

20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

mendatangkan kemaslahatan dan menolak atau menghindarkan
kemudaratan.15
2. Macam-macam Maslahah:
Kekuatan mas}lah}ah dapat dilihat dari segi tujuan syara’
dalam menetapkan hukum, yang berkaitan secara langsung atau tidak
langsung dengan lima prinsip pokok bagi kehidupan manusia, yaitu:
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Juga dapat dilihat dari segi
tingkat kebutuhan manusia kepada lima hal tersebut.
1. Dari segi kekuatannya sebagai hujah dalam menetapkan hukum,

mas}lah}ah

dharuriyah,

mas}lah}ah

hajiyah,

dan

mas}lah}ah

tahsiniyah.16
a. Almas}lah}ah d}aruriyah (‫ )المصلحة الضرورية‬adalah kemaslahatan
yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh kehidupan
manusia; artinya, kehidupan manusia tidak punya arti apaapabila satu saja dan prinsip yang lima itu tidak ada. Segala
usaha yang secara langsung menjamin atau menuju pada
keberadaan lima prinsip tersebut adalah baik atau maslahah
dalam tingkat d}aruri. Karena itu Allah memerintahkan manusia
melakukan usaha bagi pemenuhan kebutuhan pokok tersebut.
Segala usaha atau tindakan yang secara langsung menuju pada
atau menyebabkan lenyap atau rusaknya satu diantara lima
unsur pokok tersebut adalah buruk, karena itu Allah
15
16

Ibid, 345.
Ibid, 348.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

melarangnya. Meninggalkan dan menjauhi larangan Allah
tersebut adalah baik atau mas}lah}ah dalam tingkat d}aruri. Dalam
hal ini Allah melarang murtad untuk memelihara agama;
melarang membunuh untuk memelihara jiwa; melarang minum
minuman keras untuk memelihara akal; melarang berzina untuk
memelihara

keturunan;

dan

melarang

mencuri

untuk

memelihara harta.

b. Almas}lah}ah h}ajiyah ( ‫ )المصلح الحاجي‬adalah kemaslahatan yang
tingkat kebutuhan hidup manusia kepadanya tidak berada pada
tingkat d}aruri. Bentuk kemaslahatannya tidak secara langsung
bagi pemenuhan kebutuhan pokok yang lima (d}aruri), tetapi
secara tidak langsung menuju ke arah sana seperti dalam hal
yang memberi kemudahan bagi pemenuhan kebutuhan hidup
manusia. Contoh maslahah h}ajiyah adalah: menuntut ilmu
agama untuk tegaknya agama; makan untuk kelangsungan
hidup; mengasah otak untuk sempurnanya akal; melakukan jual
beli untuk mendapatkan harta. Semua itu merupakan perbuatan
baik atau maslahah dalam tingkat h}aji.

c. Almas}lah}ah altahsiniyah ( ‫ )المصلح التحسيني‬adalah mas}lah}ah yang
kebutuhan hidup manusia kepadanya tidak sampai d}aruri, juga
tidak sampai haji; namun kebutuhan tersebut perlu dipenuhi
dalam rangka memberi kesempurnaan dan keindahan bagi hidup
manusia.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

2. Dari adanya keserasian dan kesejalanan anggapan baik oleh akal
itu dengan tujuan syara’ dalam menetapkan hukum, ditinjau dari
maksud usaha mencari dan menetapkan hukum, maslahah itu
disebut juga dengan munasib atau keserasian maslahah dengan
tujuan hukum. Maslahah dalam artian munasib itu dari segi
pembuat hukum (Syar’i) memperhatikannya atau tidak, maslahah
terbagi kepada tiga macam, yaitu:17
a. Mas}lah}ah al-Mu’tabarah ( ‫)المصلح المعت ر‬, yaitu maslahah yang
yang diperhitungkan oleh Syari’. Maksudnya, ada petunjuk dari
Syari’, baik langsung maupun tidak langsung, yang memberikan
petunjuk pada adanya maslahah yang menjadi alasan dalam
menetapkan hukum. Sebagai contoh, di dalam QS. al-Baqarah
(2):222 terdapat norma bahwa istri yang sedang menstruasi
(haid) tidak boleh (haram) disetubuhi oleh suaminya karena
faktor adanya bahaya penyakit yang ditimbulkan. Untuk
masalah istrinya yang sedang nifas, hal tersebut dapat
diaplikasikan qiyas. Konsekuensinya, si istri itu haram
disetubuhi oleh suaminya karena faktor adanya bahaya penyakit
yang ditimbulkan. Dengan disebut secara eksplisit oleh nash
syara’ maka al-maslahah yang dikehendaki oleh aplikasi qiyas
tersebut merupakan al-mas}lah}ah al-mu’tabarah. 18

17
18

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh ( Jakarta: Kencana, 2009), 351
Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh (Jakarta, Amzah, 2011), 130

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

b. Mas}lah}ah al-Mulghah ( ‫الملغا‬

‫)المصلح‬, atau mashlahah yang

ditolak, yaitu mashlahah yang dianggap baik oleh akal, tetapi
tidak diperhatikan oleh syara’ dan ada petunjuk syara’ yang
menolaknya. Hal ini berarti akal menganggapnya baik dan telah
sejalan dengan tujuan syara’, namun ternyata syara’menetapkan
hukum yang berbeda dengan apa yang dituntut oleh maslahah
itu.
Contoh: di masa kini masyarakat telah mengakui emansipasi
wanita untuk menyamakan derajatnya dengan laki-laki. Oleh
karena itu, akal menganggap baik atau maslahah untuk
menyamakan

hak

perempuan

dengan

laki-laki

dalam

memperoleh harta warisan. Hal inipun dianggap sejalan dengan
tujuan

ditetapkannya

hukum

waris

oleh

Allah

untuk

memberikan hak waris kepada perempuan sebagaimana yang
berlaku pada laki-laki. Namun hukum Allah telah jelas dan
ternyata berbeda dengan apa yang dikira baik oleh akal itu,
yaitu hak waris anak laki-laki adalah dua kali lipat hak anak
perempuan sebagaimana ditegaskan dalam surat an-Nisa’
(4):11.19
c. Mas}lah}ah al-Mursalah (‫)المصلحة المرسلة‬, atau yang juga biasa
disebut Istislah (‫)ااستصاح‬, yaitu apa yang dipandang baik oleh
akal, sejalan dengan tujuan syara’ dalam menetapkan hukum;
19

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh ( Jakarta: Kencana, 2009), 353.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

namun tidak ada petunjuk syara’ yang memperhitungkannya
dan tidak ada pula petunjuk syara’ yang menolaknya.20
Dengan

demikian,

al-Mas}lah}ah al-Mursalah adalah suatu

kemaslahatan yang tidak mempunyai dasar dalil, tetapi juga tidak ada
pembatalnya. Jika terdapat suatu kejadian yang tidak ada ketentuan
syari’at dan tidak ada illat yang keluar dari syara’ yang menentukan
kejelasan hukum kejadian tersebut, kemudian ditemukan sesuatu
yang sesuai dengan hukum syara’, yakni suatu ketentuan yang
berdasarkan pemeliharaan kemadaratan atau untuk menyatakan suatu
manfaat, maka kejadian tersebut dinamakan al-Mas}lah}ah al-

Mursalah.

Tujuan

utama

al-Mas}lah}ah

al-Mursalah

adalah

kemaslahatan; yakni memelihara dari kemadaratan dan menjaga
kemanfaatannya.
Sedangkan

alasan

dikatakan

al-mursalah,

karena

syara’

memutlakkannya bahwa di dalamnya tidak terdapat kaidah syara’
yang menjadi penguatnya ataupun pembatalnya.21
3.

Syarat-Syarat Mas}lah}ah al-Mursalah
Supaya penggunaan maslahah al-mursalah dalam suatu persoalan
tetap sejalan dengan nilai-nilai yang berlaku di dalam hukum Islam
serta tidak menyimpang dari maqashid al-syariah, para pakar usul al-

fiqh membuat beberapa syarat yang harus dipenuhi agar maslahah almursalah bisa dijadikan sebagai salah satu dalil dalam penggalian
20
21

Ibid,. 354.
Juhaya S. Praja, Ilmu Ushul Fiqih (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 117.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

sebuah

hukum.

Syarat-syarat

tersebut

adalah

sebagaimana

diungkapkan oleh Wahbah al-Zuhaili sebagai berikut:22
1) Mas}lah}ah harus sejalan tidak boleh bertentangan (harus sejalan)
dengan tujuan syariat atau nilai-nilai yang berlaku dalam
persyariatan sehingga tidak mengeliminasi dasar-dasar syariat dan
juga tidak boleh bertentangan dengan dalil-dalil yang qat’i yang
terdapat dalam al-Quran maupun al-Hadis.
2) Mas}lah}ah harus berupa Mas}lah}ah yang sifatnya dapat diterima
oleh akal/rasional. Sehingga kemaslahatan yang sifatnya belum
pasti, tidak dapat dibenarkan penggunaannya. Dengan kata lain
sifat Mas}lah}ah harus hakikat dan tidak boleh diduga-duga.
3) Mas}lah}ah

harus

bersifat

umum.

Yakni

kemaslahatannya

menyangkut hajat hidup orang banyak, bukan Mas}lah}ah yang

hanya dapat dirasakan oleh sebagian orang atau sebagian
kelompok saja.
4.

Kedudukan Mas}lah}ah Mursalah
Kalangan ulama Malikiyyah dan ulama Hanafiyah berpendapat
bahwa mas}lah}ah mursalah merupakan hujjah syar’iyyah dan dalil
hukum Islam.
Ada beberapa argumen yang dikemukakan oleh mereka. Diantaranya
adalah :23

22
23

Wahbah Zuhailiy, Usul al-Fiqh al-Islamiy…,799.
Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh,(Jakarta, Amzah, 2011), 130

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

a. Adanya

perintah

Alquran

(QS.

Al-Nisa’

(4):59)

agar

mengembalikan persoalan yang diperselisihkan kepada Alquran
dan sunnah, dengan wajh al-istidlal bahwa perselisihan itu terjadi
karena ia merupakan masalah baru yang tidak ditemukan dalilnya
di dalam Alquran dan sunnah. Untuk memecahkan masalah
semacam itu, selain dapat ditempuh lewat metode qiyas, tentu
juga dapat ditempuh lewat metode lain seperti istislah. Sebab,
tidak semua kasus semacam itu dapat diselesaikan dengan meode
qiyas. Dengan demikian, ayat tersebut secara tidak langsung juga
memerintahkan mujtahid untuk mengembalikan persoalan baru
yang dihadapi kepada Alquran dan sunnah dengan mengacu
kepada prinsip maslahah yang selalu ditegakkan oleh Alquran dan
sunnah. Cara ini dapat ditempuh melalui metode istislah, yakni
menjadikan mas}lah}ah mursalah sebagai dasar pertimbangan
penetapan hukum Islam.
b. Hadis Mu’adz bin Jabal. Dalam hadis itu, Rasulullah SAW
membenarkan dan memberi restu kepada Mu’adz untuk
melakukan ijtihad apabila masalah yang perlu diputuskan
hukumnya tidak terdapat dalam Alquran dan sunnah, dengan wajh

al-istidlal

bahwa dalam berijtihad banyak metode yang bisa

dipergunakan. Diantaranya, dengan metode qiyas, apabila kasus
yang dihadapi ada percontohannya yang hukumnya telah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

ditegaskan

oleh

nash

syara’

lantaran

ada

‘illah

yang

mempertemukan.
Dalam kondisi kasus itu tidak ada percontohannya yang
hukumnya sudah ditegaskan oleh Alquran atau sunnah, tentu
ijtihad tidak dapat dilakukan melalui qiyas. Dalam kondisi
demikian, metode istislah, merupakan pilihan yang paling tepat.
Dengan demikian, restu Rasulullah kepada Mu’adz untuk
melakukan ijtihad juga sebagai restu bagi kebolehan mujtahid
mempergunakan metode istislah dalam berijtihad.
c. Tujuan pokok penetapan hukum Islam adalah untuk mewujudkan
kemaslahatan bagi umat manusia. Kemaslahatan manusia akan
selalu berubah dan bertambah sesuai dengan kemajuan zaman.
Dalam kondisi semacam ini, akan banyak timbul masalah baru
yang hukumnya belum ditegaskan oleh Alquran dan sunnah.
Kalaulah pemecahan masalah baru yang tidak dapat diselesaikan
oleh hukum Islam. Hal ini menjadi persoalan yang serius dan
hukum Islam akan ketinggalan zaman. Untuk mengatasi hal
tersebut, dapat ditempuh lewat metode ijtihad yang lain,
diantaranya adalah istislah.
d. Di zaman sahabat banyak muncul masalah baru yang belum
pernah terjadi pada zaman Rasulullah. Untuk mengatasi hal ini,
sahabat

banyak

melakukan

ijtihad

berdasarkan

mas}lah}ah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

mursalah. Cara dan tindakan semacam ini sudah menjadi
konsensus para sahabat.
Contoh kasus ijtihad sahabat yang dilakukan berdasarkan

mas}lah}ah mursalah cukup banyak. Diantaranya ialah (1)
kodifikasi Alquran oleh Khalifah Abu Bakar, penunjukan Umar
bin al-Khaththab oleh Khalifah Abu Bakar sebagai penerus
jabatan khalifah sepeninggal beliau; (2) tindakan Umar bin alKhaththab tidak memberi bagian zakat kepada muallaf;(3)
tindakan beliau tidak membagi tanah yang ditaklukkan kepada
prajurit yang menaklukkannya dan tanah itu tetap dikuasai
pemiliknya dengan kewajiban membayar pajak.
5.

Kehujjahan Mas}lah}ah dalam Pandangan Ulama

Kehujjahan Mas}lah}a} h dalam pandangan ulama, maksudnya adalah
pendapat dan pandangan beberapa tokoh ulama terhadap mas}lah}ah
se