Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dinamika Usaha Tani Perkebunan : Studi Pada Petani Perkebunan di Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali Utara T2 092012009 BAB VI

En a m

PENUTUP

Rangkuman dan Kesimpulan
Dari uraian sekaligus analisis hasil penelitian pada bagian Lima,
dapat dirangkum sebagai berikut:
Dalam sebuah usaha pertanian, petani selalu dihadapkan dengan
berbagai macam pilihan. Dimulai dari pilihan usaha pertanian, dalam
hal ini pertanian kakao, yang dipilih oleh petani karena sudah dikenal
dan diyakini memiliki prospek dan harga yang menjanjikan untuk
meningkatkan kesejahteraan rumah tangga. Karena hobi, dan melihat
kesusksesan petani kakao lain di desa sendiri maupun di desa tetangga,
ikut mendorong pilihan petani untuk memilih usaha tani kakao.
W alapun dihadapkan dengan perkembangan wilayah khususnya
perkembangan komoditi non kakao, petani tetap memilih untuk
bertahan dengan usaha tani kakao yang alasanya karena: a) Tanaman
kakao sudah terlanjur ada dan petani juga sudah mengusahakan
tanaman kakao yang menjadi sumber pendapatan utama mereka selama
bertahun-tahun. Selain karena jasa-jasa tanaman kakao bagi ekonomi
keluarga, harapan kepada tanaman kakao dan pengalaman dimasa lalu

membuat mereka tetap bertahan. b) Terbatasnya sarana dan prasarana
pertanian. Petani tetap bertahan dengan usaha tani kakao karena di
lahan yang mereka miliki tidak tersedia jalan pertanian, akses pasar
kakao lebih mudah, dan karena petani tidak memiliki biaya yang cukup
untuk melakukan alih komoditi. c) Keberlanjutan. Saat sudah tua,
tanaman kakao dapat diremajakan dengan memelihara tunas muda atau
melakukan proses entris tanpa harus melakukan penanaman tanaman
baru. Selain itu, proses pengolahan tanaman kakao lebih mudah untuk
dikerjakan baik anak-anak maupun orang dewasa dibandingkan dengan
kelapa sawit atau karet yang memerlukan tenaga kerja ahli. d) Strategi
133

Dinamika Usaha Pertanian Kakao

bertahan petani terhadap masalah-masalah seperti tanaman yang
semakin tua, kurangnya biaya produksi, fluktuasi harga dan serangan
hama adalah: melakukan peremajaan, pemangkasan yang benar dan
penyemprotan hama yang rutin, serta melakukan proses pemupukan
pada tanaman kakao miliknya.
Tidak semua petani kakao bertahan dengan usaha tani kakao.

Banyak di antara petani kakao yang kini mengusahakan usaha
pertanian lain dengan melakukan alih komoditi. Faktor-faktor yang
membuat petani kakao lainnya mengganti kakao dengan komoditi lain
adalah sebagai berikut: a) M elihat, mendengar, dan melakukan.
Kehadiran perusahaan-perusahaan kelapa sawit, lancarnya mobilisasi
manusia, akses jalan dan informasi yang semakin membaik
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap keputusan petani
untuk melakukan alih komoditi. Keputusan tersebut diawali dari
mendengar, melihat keberhasilan petani lain di wilayah tersebut
kemudian ikut menanam komoditi tersebut sebagai pengganti kakao. b)
Rantai produksi dan akses terhadap pasar. Alasan petani memilih
meninggalkan usaha pertanian kakao karena panjangnya rantai
produksi mulai dari pemeliharaan; pemangkasan, penyemprotan hama,
penyemprotan atau pembersihan gulma. Setelah prose pemeliharaan
selanjutnya proses panen; pemetikan buah, pemecahan buah,
fermentasi biji, menyiapkan sanitasi bagi kulit kakao, pengangkutan,
penjemuran barulah penjualan. Sedangkan rantai produksi kelapa sawit
dan karet cukup singkat karena tidak memerlukan pemecahan buah,
fermentasi, proses penjemuran atau bahkan pemangkasan. Selain itu,
semakin mudahnya akses pasar untuk penjualan komoditi kelapa sawit

dan karet, ikut mendorong keputusan alih komoditi oleh petani. c)
Biaya pemeliharaan. Panjangnya rantai produksi kakao, ditambah
dengan masalah fluktuasi harga, umur tanaman dan serangan hama,
membuat biaya pemeliharaan tanaman kakao terus meningkat baik
biaya tenaga kerja maupun sarana produksi pertanian. Dengan besar
dan meningkatnya biaya pemeliharaan, membuat pendapatan petani
(pendapatan RT dan pendapatan perkapita) dari hasil usaha pertanian
tersebut sangat kecil. d) Ketersediaan lahan. Petani yang melakukan
alih komoditi umumnya tidak memiliki lahan yang luas sehingga
134

Penutup

terpaksa menanam komoditi baru di lahan perkebunan kakao. e)
Keputusan memilih komoditi baru. Petani melakukan alih komoditi
dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupan rumah tangga yang
lebih sejahtera. Pemilihan komoditi baru yang akan diusahakan
dilakukan dengan beberapa perbandingan seperti umur tanaman dan
kemudahan proses produksi.
Untuk melihat dan membandingkan kesejahteraan petani, salah

satunya dapat dilihat dari ekonomi rumah tangga petani tersebut. Dari
segi perumahan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
rumah milik petani yang tetap dengan kakao lebih sederhana
dibandingkan dengan petani alih komoditi. Jika dilihat dari sisi
pendapatan per bulan, petani alih komoditi memiliki sumber
pendapatan yang lebih banyak atau bervariasi dibandingkan dengan
petani yang tetap dengan kakao. Petani yang tetap dengan kakao
sumber pendapatannya hanya dari sektor pertanian saja. Sumber
pendapatan yang lebih banyak tersebut, membuat total pendapatan
keluarga petani alih komoditi jauh lebih besar dibandingkan dengan
petani yang tetap dengan kakao. Oleh karena pendapatannya lebih
tinggi, jika dikurangi dengan konsumsi keluarga maka petani alih
komoditi akan memperoleh sisa kas rumah tangga yang lebih besar.
Selain dari sumber pendapatan dan total pendapatan, keluarga petani
alih komoditi memiliki aset seperti tanah yang luas dan juga memiliki
ternak peliharaan, yang tidak dimiliki oleh sebagian besar petani yang
tetap dengan kakao. Dari informasi tersebut terlihat pula bahwa faktor
yang ikut mendorong petani melakukan alih komoditi adalah besarnya
modal yang diperoleh dari sumber pendapatan yang bervariasi dari
usaha keluarganya.

Untuk melakukan alih komoditi dan memulai usaha komoditi
pertanian yang baru seperti kelapa sawit dan karet, tentunya
membutuhkan biaya. Dari hasil penelitian, alih komoditi ke kelapa
sawit membutuhkan biaya yang lebih besar dengan rata-rata Rp.
4.319.556 per ha dibandingkan dengan alih komoditi ke tanaman karet
yang hanya mengeluarkan biaya rata-rata Rp. 960.000 per ha. Biayabiaya tersebut meliputi pembelian bibit, angkutan bibit, pupuk dasar,
upah tenaga kerja dan pupuk rutin.
135

Dinamika Usaha Pertanian Kakao

Proses pengolahan usaha pertanian kelapa sawit dimulai dari
ketersediaan lahan. Setelah lahan siap, proses selanjutnya adalah
pengajiran untuk mengatur jarak tanaman 8x8 atau 8x9 meter
tergantung dari masing-masing petani. Ketika pengajiran selesai, bibit
kelapa sawit yang telah dipersiapkan baik yang dibeli dari pihak
perusahaan maupun dari hasil pembibitan petani itu sendiri langsung
ditanam di lahan tersebut. Agar tanaman kelapa sawit yang ditanam
cepat menghasilkan, diperlukan proses perawatan yang baik. Proses
tersebut meliputi pemberantasan gulma yang dilakukan setiap empat

bulan dan pemberian pupuk pada tanaman sebanyak dua kali dalam
setahun. Jenis pupuk dan herbisida yang dipakai tergantung dari
masing-masing petani. Jika tanaman kelapa sawit mendapatkan
perawatan yang baik, maka dalam jangka waktu 3 tahun, tanaman
tersebut sudah mulai menghasilkan. Proses pemanenan dilakukan
setiap dua minggu dan hasil panen tersebut langsung dapat di jual
kepada pedagang atau pabrik. Total biaya pemeliharaan kelapa sawit
setiap tahunya dengan luas 3,5 ha adalah Rp. 4.925.000 per tahun.
Awal usaha pertanian komoditi karet tidak berbeda jauh dari
kelapa sawit. Proses awal yang harus dilakukan petani adalah
pembukaan lahan dengan cara penebangan pohon, pembabatan dan
pembakaran. Selanjutnya pengajiran dengan jarak tanam 4x3 meter,
kemudian penggalian lubang. Setelah lahan didiamkan selama 2-3
bulan, langkah selanjutnya adalah penanaman bibit karet yang telah
disiapkan sebelumnya. Saat tanaman karet tingginya lebih dari 2 meter,
dilakukan proses pembentukan dahan dengan cara “toping” 2 meter
dari atas tanah. Proses perawatan karet sendiri hampir sama dengan
kelapa sawit yaitu dengan melakukan penyemprotan gulma dan
pemberian pupuk. Total biaya perawatan khusus herbisida dan pupuk
adalah Rp. 925.000 per tahun. Setelah tanaman karet berusia 7 tahun

dan besar lingkaran batang 45 cm sepanjang 1 m dari atas tanah, maka
pohon karet tersebut siap untuk dilakukan penyadapan (panen). Proses
penyadapan yang baik dengan menghasilkan getah yang banyak
dilakukan pada pukul 04.00-06.00 pagi. Setelah mangkuk
penampungan penuh dan karet telah membeku, maka dilakukan

136

Penutup

pengumpulan, pengangkutan ke rumah petani dan karet tersebut siap
untuk dijual.
Pendapatan petani kelapa sawit maupun karet yang peneliti
wawancarai, belum mencapai titik maksimal karena tanaman miliknya
masih tergolong muda dan kedua petani tersebut baru memulai proses
pemanenan tahun 2013. Namun demikian kedua petani ini menaruh
harapan yang besar pada usaha pertaniannya dan seiring peningkatan
produksi dari waktu ke waktu, mereka pun meyakini bahwa usaha
pertaniannya akan dapat meningkatkan kesejahteraan hidup
keluarganya.

Dari rangkuman hasil penelitian yang telah dijabarkan di atas,
maka dapat ditarik kesimpulan:
1.

Pada awalnya petani tertarik dan memilih kakao sebagai
komoditi usaha pertanian utama karena komoditi tersebut sudah
populer dikalangan masyarakat dan harganya pun cukup
menjanjikan untuk peningkatan kesejahteraan hidup mereka.

2.

W alapun dihadapkan dengan masalah pertanian seperti hama
penyakit kakao dan juga perkembangan komoditi perkebunan
lain di Kecamatan M ori Utara, saat ini masih ada petani yang
tetap memilih bertahan dengan usaha tani kakao. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi keputusan petani tersebut yaitu:
hanya melanjutkan usaha tani kakao dengan merawat tanaman
yang sudah ada dan telah dikerjakan selama bertahun-tahun,
akses pemasaran kakao lebih mudah, terbatasnya sarana dan
prasarana pertanian seperti jalan pertanian dan biaya untuk

melakukan alih komoditi. Tanaman kakao juga mudah untuk
diremajakan tanpa melakukan penanaman tanaman baru serta
proses pengolahan tanaman tersebut cukup mudah dibandingkan
dengan tanaman lain.

3.

Untuk mengatasi masalah pertanian kakao dan tetap bertahan
dengan usaha pertanian tersebut, petani melakukan peremajaan
tanaman dan pemeliharaan tanaman kakao secara intensif.
Intensif berarti melakukan proses penyemprotan hama penyakit
137

Dinamika Usaha Pertanian Kakao

kakao, pemberantasan gulma yang rutin, pemangkasan dan
pemupukan yang cukup.
4.

Perkembangan komoditi perkebunan, mobilisasi manusia, akses

jalan dan informasi yang semakin cepat dan luas, ikut
mempengaruhi sebagian petani kakao untuk mengambil
keputusan melakukan alih komoditi. Faktor yang mempengaruhi
keputusan alih komoditi lainnya adalah masalah-masalah pada
usaha pertanian kakao seperti panjangnya rantai produksi,
serangan hama penyakit dan semakin meningkatnya biaya
pemeliharaan. Tidak semua petani memiliki lahan yang luas
untuk melakukan alih komoditi sehingga terpaksa menanam
komoditi tersebut sebagai pengganti kakao. Selanjutnya untuk
memilih komoditi pengganti, petani mempertimbangkan umur
produktif dan proses pengolahan yang mudah dari komoditi baru
yang akan diusahakannya.

5.

Kondisi rumah tangga petani yang melakukan alih komoditi
terlihat lebih sejahtera dibandingkan dengan petani yang tetap
dengan kakao. Hal tersebut dibuktikan dengan perekonomian
rumah tangga petani alih komoditi yang lebih baik. Para petani
tersebut memiliki sumber pendapatan yang bervariasi dan juga

memiliki banyak aset seperti tanah dan ternak. Oleh karena itu
mereka mampu dan mau mengambil keputusan untuk
melakukan alih komoditi. Keadaan itu berbeda dengan petani
yang tetap mempertahankan kakao karena sebagian besar sumber
pendapatannya hanya dari sektor pertanian.

6.

Untuk melakukan alih komoditi dari kakao ke tanaman kelapa
sawit membutuhkan biaya yang lebih besar (Rp. 4.319.556 per
ha) dibandingkan dengan alih komoditi ke tanaman karet (Rp.
960.000 per ha). Biaya tersebut meliputi pembelian bibit,
angkutan bibit, pupuk dasar, upah tenaga kerja dan pupuk rutin.
W alaupun biaya alih komoditi cukup besar, petani berharap
kedua tanaman baru tersebut kelak akan dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan hidup keluarga. Itulah sebenarnya
faktor utama yang mendorong petani melakukan alih komoditi.
138

Penutup

7.

Banyaknya masalah dari hulu sampai hilir yang belum
terselesaikan pada usaha pertanian kakao, membuat popularitas
tanaman ini sudah semakin menurun. Kondisi tersebut
dipengaruhi pula oleh kehadiran dan popularitas komoditi kelapa
sawit dan karet yang bagi para petani cukup menjanjikan secara
ekonomi dibandingkan dengan kakao. Kakao tidak lebih
menjanjikan secara ekonomi karena pendapatan yang diperoleh
petani sangat kecil. Oleh karena itu, pantaslah jika petani-petani
kakao kini beralih ke tanaman kelapa sawit dan karet yang
berdasarkan pengamatan, lebih menjanjikan secara ekonomi
dibandingkan dengan kakao.

I mplikasi Teoritis
Seperti telah dikatakan pada bagian Dua tulisan ini, bahwa
sebuah pengambilan keputusan diawali dengan sebuah masalah. Dari
hasil penelitian, bagi petani alih komoditi masalah yang mereka hadapi
adalah panjangnya rantai produksi kakao, meningkatnya biaya
pemeliharaan karena umur tanaman yang sudah tua dan serangan
hama penyakit membuat produksi dan pendapatan petani dari kakao
terus menurun. Oleh karena masalah tersebut, petani dihadapkan pada
beberapa pilihan yaitu tetap dengan usaha tani kakao atau beralih
mengusahakan komoditi lain. Berdasarkan apa yang dikatakan Hasan
(2002) dalam M uda (2005:13), Nanacy W illiams (1985:242) dalam
Purwanto (1991:2) dan Atmosudirjo (1982:68-69), untuk mengambil
sebuah keputusan, petani memerlukan sebuah proses berpikir atau
pertimbangan sebelum menjatuhkan pilihan pada kedua alternatif atau
pilihan tersebut. Pada proses inilah petani mengumpulkan berbagai
informasi mengenai komoditi kelapa sawit atau karet dengan melihat
perkembangan komoditi tersebut di sekitar mereka, serta bertukar
cerita dan pengalaman dengan petani dua komoditi tersebut. Dari hasil
penelitian terlihat bahwa para petani melakukan perbandingan
mengenai kelebihan dan kekurangan tanaman kelapa sawit, karet, dan
kakao. Setelah menilai bahwa rantai produksi kelapa sawit dan karet
lebih singkat dari kakao, biaya pemeliharaan kelapa sawit dan karet
139

Dinamika Usaha Pertanian Kakao

sekarang lebih rendah dari kakao, umur tanaman karet lebih panjang
dari kelapa sawit atau kakao, kurangnya hama penyakit kelapa sawit
dan karet dibandingkan dengan kakao, pendapatan dan kehidupan
petani kelapa sawit dan karet lebih baik dari petani kakao, maka para
petani tersebut dengan percaya diri memilih atau memutuskan untuk
beralih mengusahakan komoditi kelapa sawit atau karet (melakukan
alih komoditi). Dengan keputusan tersebut, para petani berharap akan
menyelesaikan masalah sebelumnya sehingga semakin dekat dengan
tujuan mereka yaitu kehidupan rumah tangga yang lebih sejahtera.
Dari kacamata Samuel L. Pokin (Deliarnov 2006:156 & Singgih
1999:4), proses pengambilan keputusan di atas mengambarkan ciri
petani yang rasional. Dikatakan rasional karena para petani tersebut
secara individu mengambil keputusan dengan menentukan pilihan
yang menurut mereka terbaik dalam meningkatkan kesejahteraan
hidupnya. Para petani ini juga tetap berhati-hati, memperhitungkan
untung rugi, memanfaatkan lahan untuk lebih produktif, dan berani
menanggung resiko dalam pengambilan keputusan alih komoditi. Oleh
karena itu penelitian ini dapat mendukung dan mengaminkan
penelitian Pokin di Vietnam tentang petani yang rasional.
M enggunakan pandangan Atmosudirjo (1982:68-69) mengenai
proses berpikir, peneliti beranggapan bahwa petani dalam penelitian
ini juga menunjukkan petani yang memiliki pemikiran jangka panjang
dan melihat jauh ke depan. M ereka melakukan alih komoditi sebagai
jaminan kesejahteraan keluarganya di masa yang akan datang. Para
petani ini juga dapat berpikir secara rasional dan sistematis karena
secara runtut dan kompleks menyelesaikan sebuah masalah dengan
melakukan
pengumpulan
informasi,
kemudian
melakukan
pertimbangan-pertimbangan atau perbandingan-perbandingan baru
kemudian mengambil keputusan untuk melakukan alih komoditi.
M elihat dari dasar pengambilan keputusan George Terry dalam
Arief A (2010), hasil penelitian juga menunjukkan bahwa para petani
tidak hanya berpikir rasional dalam pengambilan keputusannya untuk
beralih komoditi usaha, tetapi juga mengambil keputusan berdasarkan
pengalaman dan fakta. Fakta dan pengalaman yang mereka temui
140

Penutup

adalah produksi kakao milik mereka semakin menurun dan kenyataan
bahwa petani kelapa sawit dan karet lebih sejahtera.
Bagaimana dengan keputusan petani yang tetap dengan usaha
tani kakao?, apakah keputusan mereka rasional?. Serangan hama
penyakit, dan umur tanaman merupakan masalah yang sama yang
dihadapi oleh kelompok ini dengan kelompok sebelumnya. M asalah
yang berbeda adalah tidak adanya sarana dan prasarana produksi
seperti jalan dan biaya jika akan melakukan alih komoditi. Sama
dengan petani sebelumnya dimana mereka dihadapkan dengan dua
alternatif pilihan. Sebelum memutuskan memilih salah satu altenatif
pilihan, mereka juga melalui proses berpikir atau pertimbangan,
mengumpulkan berbagai informasi mengenai komoditi kelapa sawit
atau karet, melakukan perbandingan tentang kelebihan dan
kekurangan tanaman kelapa sawit, karet, dan kakao. M ereka menilai
bahwa walapun rantai produksi kakao cukup panjang, namun proses
produksi tersebut lebih mudah dikerjakan baik oleh orang berusia
muda maupun tua, anak-anak atau orang dewasa, dibandingkan dengan
kelapa sawit yang harus menggunakan tenaga kerja alhi dan bertenaga
kuat. Apabila tanaman kakao sudah tua, dapat dilakukan peremajaan
tanaman tanpa melakukan penanaman kembali dan hal ini tidak dapat
dilakukan pada tanaman kelapa sawit dan karet. Dibandingkan kelapa
sawit, tanaman kakao tidak begitu tergantung kepada pupuk, karena
tanpa dipupuk tanaman tersebut tetap berbuah. Untuk mengatasi
masalah hama dan penyakit tanaman kakao, petani mengatasinya
dengan melakukan pemeliharaan yang intensif. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka kelompok petani ini memutuskan untuk
tetap mengusahakan tanaman kakao.
Jika dilihat dari hasil penelitian tersebut, kelompok ini termasuk
petani yang rasional. Dikatakan rasional karena dapat memilih dan
memutuskan sendiri untuk tetap dengan usaha tani kakao karena
menurut mereka itu yang terbaik bagi kelangsungan hidup
keluarganya. M ereka juga berhati-hati dan tidak mau tergoda terhadap
komoditi baru, tetap memperhitungkan untung rugi, mengusahakan
perkebunan kakao untuk lebih produktif, dan berani menanggung
resiko untuk tetap bertani kakao. Petani ini juga dapat dikatakan
141

Dinamika Usaha Pertanian Kakao

rasional (logis) dimana tidak memaksakan dirinya untuk melakukan
alih komoditi karena pendapatannya hanya cukup untuk membiayai
usaha pertanian kakao.
M enurut peneliti, walaupun masih merupakan petani yang
rasional, akan tetapi ada perbedaan kelompok ini dengan kelompok
sebelumnya (petani alih komoditi). Perbedaan tersebut adalah
kelompok petani ini cenderung berpikir secara intuisi dan emosional
dengan menggunakan pandangan Atmosudirjo (1982:68-69). Dia
mengatakan, berpikir intuitif berarti mengikuti feeling yang diperoleh
dari menjalani praktek dengan skema sistematis selama bertahuntahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para petani memprediksi
bahwa harga komoditi kakao akan naik seiring dengan menyusutnya
lahan perkebunan kakao akibat alih komoditi maupun alih fungsi
lahan. M ereka berkaca dari pengalaman beberapa tahun yang lalu
dengan komoditi cengkeh yang harganya rendah namun tiba-tiba
sekarang harganya sangat tinggi. Peneliti sependapat dengan
Atmosudirjo yang mengatakan bahwa berpikir intuitif hanya dapat
dikembangkan dalam jangka waktu yang lama, sehingga akan
menghambat para petani tersebut untuk mengikuti perkembangan
yang ada di sekitarnya. Ada kecenderungan petani di Kecamatan M ori
Utara lebih menujukkan sikap menunggu. Artinya, ketika melihat
keberhasilan seorang atau beberapa orang petani dengan usaha satu
komoditi, barulah petani lainnya menyusul atau ikut-ikutan menanam
komoditi yang sama. Akibatnya petani yang baru menyusul tersebut
telah jauh ketinggalan. Selain itu, para petani ini juga berpikir secara
emosional karena mereka sedikit mengabaikan aspek-aspek lain seperti
efisiensi lahan dan keuntungan ekonomi dimasa mendatang. Hal itu
terlihat karena petani memilih tetap bertahan dengan usaha tani kakao
karena tanaman tersebut terlanjur ada dan telah berjasa membantu
mereka diwaktu lampau.
Hasil yang peneliti temukan mengenai faktor yang
mempengaruhi petani untuk tetap atau beralih dari usaha tani kakao
seperti pengalaman bertani (pengalaman petani itu sendiri maupun
melihat pengalaman petani lain), penggunaan tenaga kerja,
kepemilikan lahan, lokasi pertanian, dan ketersediaan sarana produksi,
142

Penutup

mengamini hasil dari beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut yaitu penelitian M uda
(2005) yang menemukan bahwa keputusan petani dalam memilih pola
agroforest "napu" dipengaruhi oleh pengalaman berusaha tani, tenaga
kerja, luas penguasaan lahan, pendapatan, jarak ke lokasi agroforest,
dan yang paling berpengaruh adalah faktor topografi. Penelitian
Hasibuan (2003) yang menemukan bahwa keputusan petani tambak
untuk menerima dan menerapkan inovasi itam terjadi setelah petani
melihat keberhasilan petambak lain, dimana kepercayaan petani
terbangun dari realitas empiris kehidupan sekitarnya (faktor
kepercayaan) dan juga dipengaruhi oleh faktor ketersediaan saprotan.
Selain beberapa penelitian di atas, beberapa penelitian lainnya
seperti penelitian Santoso (2008) yang menemukan bahwa faktor harga
komoditi wortel organik yang tinggi membuat petani cenderung
memutuskan untuk mengusahakan komoditi tersebut dengan sistem
pertanian organik. Purba (2009) menemukan bahwa faktor yang
mempengaruhi alih fungsi lahan tanaman perkebunan teh menjadi
perkebunan kelapa sawit adalah harga TBS kelapa sawit lebih baik dari
harga teh. Faktor lain yang mempengaruhi keputusan tersebut adalah
produktivitas teh yang menurun selama periode tahun 2000-2005
dengan rata-rata 61,55 ton per ha per tahun. Hasibuan (2011) juga
menemukan faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan tebu ke
kelapa sawit adalah karena pendapatan usaha tebu mengalami kerugian
per ha per musim tanam sedangkan usaha tani kelapa sawit
menguntungkan per ha per tahun sehingga tingkat pendapatan usaha
tani kelapa sawit lebih menguntungkan dari pada usaha tani tebu. Asni
(2005) menemukan faktor yang signifikan mempengaruhi alih fungsi
lahan padi sawah menjadi kelapa sawit rakyat adalah pendapatan dan
kesempatan menabung serta usaha tani kelapa sawit lebih efisien
dibandingkan dengan usaha tani padi sawah.
Namun demikian secara umum penelitian-penelitian tersebut
hanya membahas keputusan pada satu kelompok petani. Oleh karena
itu hasil temuannyapun tidak seluas dari hasil temuan peneliti di
Kecamatan M ori Utara. Sebagai contoh, walaupun harga kakao tinggi
(Rp. 22.000 per kg), tetap saja ada petani yang beralih mengusahakan
143

Dinamika Usaha Pertanian Kakao

komoditi lain yang harganya lebih rendah seperti kelapa sawit (Rp.
500-800 per kg) dan karet (Rp. 8.000 per kg). W alaupun petani
sebenarnya memiliki peluang untuk melakukan alih komoditi dan
mengetahui komoditi-komoditi tersebut lebih efisien dibandingkan
kakao, para petani tersebut tetap memilih untuk bertahan dengan
usaha tani kakao.
Penelitian yang dilakukan oleh Arief (2003) hampir sama dengan
yang peneliti lakukan, namun dengan komoditi yang berbeda. Dalam
penelitiannya mengenai pengambilan keputusan oleh petani di Desa
Lubuk Baru, menemukan bahwa kondisi kebun damar di desa tersebut
hampir mengalami kepunahan karena semakin sedikit petani damar
yang mempertahankan kebun damarnya. Selain itu pengelolaan
pertanian yang dilakukan petani tidak intensif. Hasil penelitian
tersebut berbeda dengan yang peneliti dapatkan dari kasus pertanian
kakao. W alaupun banyak petani yang belum melakukan pengelolaan
perkebunan kakao secara intensif dan sekarang banyak petani lain yang
melakukan alih komoditi, perkebunan kakao di Kecamatan M ori Utara
belum menujukkan ancaman kepunahan yang berarti, karena masih
cukup banyak petani yang mempertahankan usaha perkebunan
kakaonya.
Dari faktor-faktor yang mempengaruhi petani kakao untuk
beralih atau tetap dengan kakao, memiliki banyak kesamaan dengan
faktor yang menjadi pertimbangan petani untuk meninggalkan atau
mempertahankan kebun damar dalam penelitian Arief (2003). Namun
demikian ada beberapa faktor yang tidak dibahas secara mendalam
bahkan tidak ditemui dalam hasil penelitian Arief yaitu rantai produksi
dan ketersediaan prasarana produksi pertanian khususnya jalan
pertanian.

I mplikasi Kebijakan
Sesuai dengan rangkuman, kesimpulan dan implikasi teoritis
yang telah peneliti dijabarkan di atas, maka dapat dirumuskan implikasi
kebijakan sebagai berikut:
144

Penutup

1.

Sebelum menyusun dan melaksanakan sebuah kebijakan atau
program pengembangan sektor pertanian, alangkah baiknya jika
para pengambil kebijakan terlebih dahulu melakukan pemetaan
potensi pertanian baik secara umum maupun secara khusus pada
sub sektor perkebunan. Hal tersebut penting untuk dilakukan
mengingat potensi, karakteristik wilayah dan petani yang
berbeda-beda. Sebagai contoh, di wilayah M ori Utara yang
awalnya merupakan salah satu sentra perkebunan kakao ternyata
potensial untuk perkembangan kelapa sawit dan karet. Namun
demikian, tidak semua petani ingin bertahan dengan usaha tani
kakao dan juga tidak semua petani tertarik untuk mengusahakan
kelapa sawit atau karet. Dengan adanya pemetaan potensi
perkebunan tersebut maka program-program pemerintah seperti
pembagian bibit dan pupuk gratis akan lebih tepat sasaran dan
menjawab harapan-harapan para petani.

2.

Dengan pemetaan potensi pertanian, diharapkan pula program
pengembangan pertanian akan lebih jelas. Program yang jelas
dan tepat sasaran menggambarkan pemerintah atau para
pengambil kebijkan yang pro petani. Kasus-kasus korupsi pada
proyek pertanian yang tentunya mengorbankan petani-petani
kecil diharapkan menjadi pelajaran berharga dan tidak perlu
terjadi dalam pembangunan Kabupaten M orowali Utara
khususnya pada pengembangan sektor petanian.

3.

Tanaman kakao di Kecamatan M ori Utara sudah semakin tua
sehingga produksinya perlahan-lahan menurun. Akan tetapi para
petani masih berharap untuk terus mengembangkan komoditi
ini. W alaupun program pembagian bibit gratis dan program
peremajaan tanaman dengan cara entris sudah pernah dilakukan,
namun program tersebut baru dinikmati oleh sebagian kecil
petani. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produktivitas
tanaman kakao petani dan kemudian dapat meningkatkan
pendapatannya, diperlukan peremajaan tanaman secara merata.

4.

Para petani di Kecamatan M ori Utara banyak yang ingin beralih
dari kakao dan mengusahakan tanaman lain seperti kelapa sawit
145

Dinamika Usaha Pertanian Kakao

dan karet. Karena keterbatasan sarana dan prasarana produksi
seperti jalan dan biaya pembelian bibit membuat keinginan
tersebut belum tercapai. Oleh karena itu untuk mendukung
peningkatan kesejahteraan hidup petani, perlu dilakukan
pembukaan dan perbaikan infrastruktur jalan pertanian. Dengan
lancarnya mobilitas petani di lahan pertanian, diharapkan akan
meningkatkan efisiensi usaha pertanian tersebut. Pembagian
bibit tanaman kelapa sawit atau karet, pupuk murah atau bahkan
gratis secara adil dan transparan agar tidak timbul kecemburuan
diantara para petani. Selain itu kemudahan akses terhadap
permodalan seperti kredit dengan bunga rendah dari lembaga
keuangan resmi akan sangat membantu petani dalam
mengembangkan usaha pertaniannya.
5.

M elihat banyaknya persoalan seperti serangan hama dan masalah
pertanian lainnya, maka diharapkan kinerja para PPL yang ada di
setiap kecamatan dan desa dapat lebih ditingkatkan melalui
penyuluhan, pelatihan dan pendampingan yang intensif kepada
para petani.

6.

Peneliti tidak sepenuhnya menyarankan agar para petani
khusunya petani kakao untuk berali ke tanaman kelapa sawit,
karet atau komoditi lainnya. Hasil penelitian ini justru dapat
mendorong peneliti, mendorong peneliti-peneliti lainnya,
bahkan pemerintah terkait, untuk melakukan kajian lanjutan,
menggali masalah penghambat berkembangnya usaha tani kakao
secara utuh. Sehingga dikemudian hari, dapat dirumuskan
kebijakan yang tepat dalam menyelesaikan masalah pada usaha
tani kakao sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup
petani, bahkan lebih dari itu diharapkan dapat mengembalikan
kejayaan komoditi kakao yang setara atau lebih dari komoditi
perkebunan lain.

146

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Penderita TB Paru di Puskesmas Tomata, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara T1 462009040 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Penderita TB Paru di Puskesmas Tomata, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara T1 462009040 BAB II

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Penderita TB Paru di Puskesmas Tomata, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Penderita TB Paru di Puskesmas Tomata, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara

0 1 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dinamika Usaha Tani Perkebunan : Studi Pada Petani Perkebunan di Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali Utara

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dinamika Usaha Tani Perkebunan : Studi Pada Petani Perkebunan di Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali Utara T2 092012009 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dinamika Usaha Tani Perkebunan : Studi Pada Petani Perkebunan di Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali Utara T2 092012009 BAB II

0 1 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dinamika Usaha Tani Perkebunan : Studi Pada Petani Perkebunan di Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali Utara T2 092012009 BAB IV

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dinamika Usaha Tani Perkebunan : Studi Pada Petani Perkebunan di Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali Utara T2 092012009 BAB V

0 0 58

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dinamika Usaha Tani Perkebunan : Studi Pada Petani Perkebunan di Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali Utara

0 0 5