Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Penderita TB Paru di Puskesmas Tomata, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara T1 462009040 BAB II

(1)

฀A฀ II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Konsep Diri

2.1.1 Pengertian Konsep Diri

฀onsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan

kepercayaan yang merupakan pemahaman individu tentang dirinya

dan memengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart, 2007).

Sedangkan menurut Sunaryo, (2004) konsep diri adalah cara

individu dalam melihat pribadinya secara utuh, menyangkut fisik,

emosi, intelektual, sosial, dan spiritual. Termasuk di dalamnya

adalah persepsi individu tentang sifat dan potensi yang dimilikinya,

interaksi individu dengan orang lain maupun lingkungannya,

nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, serta tujuan,

harapan, dan keinginannya.

Menurut Potter, (2005) konsep diri memberikan kita

kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap

situasi dan hubungan kita dengan orang lain. ฀etidaksesuaian

antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat

menjadi sumber stress atau konflik. ฀onsep diri dan persepsi

tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. ฀lien yang


(2)

2.1.2 Komponen Konsep Diri

Terdapat lima komponen konsep diri, yaitu gambaran diri

(

฀ody image

), ideal diri (

self ideal

), harga diri (

self esteem

), peran

diri (

self role

), dan identitas diri (

self identity

) (฀eliat, 1992).

1. Gambaran diri (฀ody image)

Gambaran diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya,

baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi :

performance

,

potensi tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi dan perasaan

tentang ukuran dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2004). Hal-hal

penting yang terkait dengan gambaran diri sebagai berikut.

a. Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia

remaja.

b. Bentuk tubuh, TB dan BB serta tanda-tanda pertumbuhan

kelamin sekunder (

mamae, menstruasi

, perubahan suara,

pertumbuhan bulu), menjadi gambaran diri.

c. Cara individu memandang diri berdampak penting

terhadap aspek psikologis.

d. Gambaran yang realistik dalam menerima dan menyukai

bagian tubuh, akan memberi rasa aman dalam menghindari

kecemasan dan meningkatkan harga diri.

e. Individu yang stabil, realistik, dan konsisten terhadap gambaran

dirinya, dapat mendorong sukses dalam kehidupan.


(3)

Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya,

menerima reaksi dari tubuhnya, menerima stimulus dari orang

lain. ฀emudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai

sadar dirinya terpisah dari lingkungan. Gambaran diri

berhubungan erat dengan kepribadian. Cara individu

memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek

psikologisnya. Menerima dan menyukai bagian tubuh akan

memberi rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan

meningkatkan harga diri (฀eliat, 1992).

2. Ideal diri (self ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang perilakunya,

disesuaikan dengan standar pribadi yang terkait dengan

cita-cita, harapan dan keinginan, tipe orang yang diidam-idamkan,

dan nilai yang ingin dicapai (Sunaryo, 2004).

Menurut ฀eliat, (1992), ada beberapa faktor yang

memengaruhi ideal diri :

a. ฀ecenderungan individu menetapkan ideal diri pada

batas kemampuannya.

b. Faktor budaya akan memengaruhi individu menetapkan

ideal diri. ฀emudian standar ini dibandingkan dengan

standar kelompok teman.


(4)

c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil;

kebutuhan yang realistis; keinginan untuk menghindari

kegagalan; perasaan cemas dan rendah diri.

d. Harga diri (self esteem)

Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang

dicapai, dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku

individu tersebut sesuai dengan ideal diri. Harga diri dapat

diperoleh melalui orang lain dan diri sendiri (Sunaryo, 2004).

Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari

penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan

kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai

seorang yang penting dan berharga (Stuart, 2007).

Aspek utama harga diri (

self esteem

) adalah dicintai dan

menerima penghargaan dari orang lain dan harga diri akan

rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang

lain (keliat, 1992).

e. Peran diri (self role)

Menurut Stuart, (2007) Peran diri adalah serangkaian

pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial

berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok

sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran yang dijalani dan

seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diambil adalah

peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.


(5)

Hal-hal penting terkait dengan peran diri menurut

Sunaryo, (2004) :

a. Peran dibutuhkan individu sebagai aktualisasi diri.

b. Peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai ideal diri,

menghasilkan harga diri yang tinggi atau sebaliknya.

c. Posisi individu di masyarakat dapat menjadi stresor

terhadap peran.

d. Stres peran timbul kerena struktur sosial yang

menimbulkan kesukaran atau tuntutan posisi yang tidak

mungkin dilaksanakan.

e. Stres peran, terdiri dari : konflik peran, peran yang tidak

jelas, peran yang tidak sesuai, dan peran yang terlalu

banyak.

f. Identitas diri (self identity)

Identitas diri adalah kesadaran akan diri pribadi yang

bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis

semua aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh

(Sunaryo, 2004). Hal-hal penting yang terkait dengan identitas

diri, yaitu:

a. Berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan

berkembangnya konsep diri.


(6)

b. Individu yang memiliki perasaan identits diri kuat akan

memandang dirinya tidak sama dengan orang lain, unik,

dan tidak ada keduanya.

c. Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap sejak

bayi.

d. Identitas jenis kelamin dimulai dengan konsep laki-laki dan

perempuan serta banyak dipengaruhi oleh pandangan

maupun perlakuan masyarakat.

e. ฀emandirian timbul dari perasaan berharga, menghargai

diri sendiri, kemampuan, dan penguasaan diri.

f. Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerima

dirinya.

Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus

berlangsung sepanjang kehidupan, tetapi merupakan tugas

utama pada masa remaja (Stuart, 2007).

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut

Tarwonto & Wartonah, (2003) dalam Hartati, (2008) yaitu:

a. Tingkat perkembangan dan kematangan

Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan

dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep diri.

b. ฀udaya


(7)

Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang

tuanya, kelompoknya, dan lingkungannya. Lingkungan yang

dimaksud disini adalah lingkungan fisik dan lingkungan

psiko-sosial. Lingkungan fisik adalah segala sarana yang

dapat menunjang perkembangan konsep diri, sedangkan

lingkungan psiko-sosial adalah segala lingkungan yang

dapat menunjang kenyamanan dan perbaikan psikologis

yang dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri.

c. Sumber eksternal dan internal

฀ekuatan dan perkembangan pada individu sangat

berpengaruh terhadap konsep diri. Pada sumber internal

misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih

efektif. Sumber eksternal misalnya, dukungan dari

masyarakat, dan ekonomi kuat.

d. Pengalaman sukses dan gagal

Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan

meningkatkan konsep diri demikian juga sebaliknya.

e.

Stressor


(8)

adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri, dan

kecemasan.

f. Usia, keadaan sakit dan trauma

Usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi diri.

2.1.4 Kepribadian yang Sehat

Inti dari kepribadian individu ialah dimana individu

berhubungan dengan orang lain. ฀epribadian tidak cukup diuraikan

melalui teori perkembangan dan dinamika diri sendiri. Menurut

Stuart dan Sundeen (1991) dalam ฀eliat, 1992, kepribadian yang

sehat yaitu:

a. Gambaran diri positif

฀esadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan

perhatian yang sesuai akan kesehatan diri. Termasuk persepsi

saat ini dan yang lalu, akan diri sendiri, dan perasaan tentang

ukuran, fungsi, penampilan dan potensi tubuh.

b. Ideal diri realistis

Individu yang mempunyai ideal diri yang realistis akan

mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai.

c. Konsep diri positif

฀onsep diri positif menunjukkan bahwa individu akan sukses di

dalam hidupnya.


(9)

Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan

memandang dirinya sebagai seorang yang berarti dan

bermanfaat. Ia memandang dirinya sangat sama dengan apa

yang ia inginkan.

e. Kepuasan penampilan peran

Individu yang mempunyai kepribadian yang sehat akan

berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat

kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain

dan membina hubungan interpenden.

f. Identitas jelas

Individu merasakan keunikan dirinya, yang member arah

kehidupan dalam mencapai tujuan.

2.1.5 Konsep Diri Penderita T฀ Paru

Perubahan psikis yang muncul dari penderita TB paru

adalah menjadi lebih

irrita฀le

/ mudah marah, merasa tidak mampu

melakukan tugas dan lain-lain. Dengan melihat beberapa hal diatas

penderita TB paru sering mengalami penurunan harga diri sehingga

terjadi kerusakan interaksi sosial.

Stuart dan Sundeen menyebutkan bahwa harga diri rendah

merupakan salah satu dari rentang respon maladaptive pada


(10)

2.2

Tuberkulosis Paru-paru

2.2.1 Definisi Tuberkulosis Paru-paru

Tuberculosis paru merupakan penyakit menular langsung

yang disebabkan oleh kuman TB (

Myco฀acterium tu฀erculosis

).

Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga

menyerang organ tubuh lainnya.

2.2.2 Mycobacterium Tuberculosis

Myco฀acterium tu฀erculosis

merupakan jenis kuman

berbentuk batang berukuran 2-4 μ x 0,2-0,5 μm, bentuknya

seragam, tidak berspora, dan tidak bersimpai. Dinding selnya

mengandung lipid sampai hampir 60% dari berat seluruhnya,

kandungan lipid yang tinggi pada dinding sel menyebabkan bakteri

ini sangat tahan terhadap asam, basa, dan kerja antibiotik

bakterisidal.

฀uman TB memerlukan oksigen untuk tumbuh dan

kelangsungan hidupnya (

o฀ligat aero฀ o฀ligat

). Energi diperoleh

dari hasil oksidasi senyawa karbon sederhana. ฀arbon dioksida

(CO

2

) dapat merangsang pertumbuhan. Suhu pertumbuhan

30-40

o

C dan suhu optimum 37-38

o

C. Bakteri akan mati pada suhu 60

o

selama 15-20 menit. Pada suhu 30

o

C atau 40-45

o

C, bakteri sukar


(11)

tumbuh atau bahkan tidak dapat tumbuh. Pengurangan oksigen

menurunkan metabolisme bakteri.

2.2.3 Patofisiologi

Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil

M.

tu฀erculosis

. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli

lalu berkembang biak dan terlihat tertumpuk. Menguapnya droplet

bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat

bakteri

tu฀erculosis

yang terkandung dalam droplet nuclei terbang

ke udara. Apabila bakteri terhirup oleh orang sehat, maka orang itu

berpotensi terkena infeksi bakteri

tu฀erculosis

. Penularan lewat

udara disebut dengan istilah

air-฀one infection

.

2.2.4 Penatalaksanaan Medis

a. Pemeriksaan Fisik

Pada tahap dini sulit diketahui.

Ronchi basah, kasar, dan nyaring.

Hipersonor/ timpani bila terdapat kavtas yang cukup dan

pada auskultasi memberikan suara umforik.

Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal, dan

fibrosis.

Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi

memberikan suara pekak).


(12)

Sputum kultur : untuk memastikan apakah keberadaan

M.

tu฀erculosis

pada stadium aktif.

Ziehl neelsen (Acid-fast applied to smear of ฀ody fluid) :

positif untuk BTA.

Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch) :

reaksi positif (area indurasi 10mm atau lebih, timbul 48-72

jam ssetelah injeksi antigen intradermal) mengindikasikan

infeksi lama dan adanya antobodi, tetapi tidak

mengindikasikan penyakit sedang aktif.

Chest X-ray

:

dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi

awal di bagian atas paru-paru, deposit kalsium pada lesi

primer yang membaik atau cairan pleura.

Histologi atau kultur jaringan : positif untuk M.

tuberculosis.

Needle ฀iopsy of lung tissue

: positif untuk granuloma TB,

adanya sel-sel besar yang mengindikasikan nekrosis.

Elektrolit : mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan

beratnya infeksi: misalnya hipotermia mengakibatkan retensi

air.

A฀Gs: mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat, dan sisa

kerusakan paru-paru.


(13)

฀ronkografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk

melihat kerusakan

฀ronchus

atau kerusakan paru-paru

karena TB.

Darah : lekosistis, LED meningkat.

Test fungsi paru-paru : VC menurun,

dead space

meningkat,

Total Lung Capacity

(TLC) meningkat, dan

menurunnya saturasi O

2

yang merupakan gejala sekunder

dari fibrosis/ infiltrasi parenkim paru-paru dan penyakit

pleura.

c. Mekanisme Kerja Obat anti-Tuberkulosis (OAT)

1. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat.

Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah

Rifampisin (R) dan Streptomisin (S).

Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin

dan Isoniazid (INH).

2. Aktivitas sterilisasi, terhadap

the persisters

(bakteri

semidormant).

Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah

Rifampisin dan Isoniazid.

Intraseluler, untuk

slowly growing ฀acilli

digunakan

Ridampisin dan Isoniazid. Untuk

very slowly ฀acilli

,


(14)

3. Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai

aktivitas bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.

Akstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambol

(E), asam para-amino salisilik (PAS), dan sikloserine.

Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan

oleh Isoniazid dalam keadaan telah terjadi resistensi

sekunder.

Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase

intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Panduan obat

yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis

obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO

adalah Rifampisin, Izoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan

Etambutol (Depkes RI, 2004).


(1)

Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan

memandang dirinya sebagai seorang yang berarti dan

bermanfaat. Ia memandang dirinya sangat sama dengan apa

yang ia inginkan.

e. Kepuasan penampilan peran

Individu yang mempunyai kepribadian yang sehat akan

berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat

kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain

dan membina hubungan interpenden.

f. Identitas jelas

Individu merasakan keunikan dirinya, yang member arah

kehidupan dalam mencapai tujuan.

2.1.5 Konsep Diri Penderita T฀ Paru

Perubahan psikis yang muncul dari penderita TB paru

adalah menjadi lebih

irrita฀le/ mudah marah, merasa tidak mampu

melakukan tugas dan lain-lain. Dengan melihat beberapa hal diatas

penderita TB paru sering mengalami penurunan harga diri sehingga

terjadi kerusakan interaksi sosial.

Stuart dan Sundeen menyebutkan bahwa harga diri rendah

merupakan salah satu dari rentang respon maladaptive pada

rentang respon konsep diri. Diduga ada pengaruh status sebagai


(2)

2.2

Tuberkulosis Paru-paru

2.2.1 Definisi Tuberkulosis Paru-paru

Tuberculosis paru merupakan penyakit menular langsung

yang disebabkan oleh kuman TB (Myco฀acterium tu฀erculosis).

Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga

menyerang organ tubuh lainnya.

2.2.2 Mycobacterium Tuberculosis

Myco฀acterium tu฀erculosis

merupakan jenis kuman

berbentuk batang berukuran 2-4 μ x 0,2-0,5 μm, bentuknya

seragam, tidak berspora, dan tidak bersimpai. Dinding selnya

mengandung lipid sampai hampir 60% dari berat seluruhnya,

kandungan lipid yang tinggi pada dinding sel menyebabkan bakteri

ini sangat tahan terhadap asam, basa, dan kerja antibiotik

bakterisidal.

฀uman TB memerlukan oksigen untuk tumbuh dan

kelangsungan hidupnya (o฀ligat aero฀ o฀ligat). Energi diperoleh

dari hasil oksidasi senyawa karbon sederhana. ฀arbon dioksida

(CO

2

) dapat merangsang pertumbuhan. Suhu pertumbuhan

30-40

o

C dan suhu optimum 37-38

o

C. Bakteri akan mati pada suhu 60

o

selama 15-20 menit. Pada suhu 30

o

C atau 40-45

o

C, bakteri sukar


(3)

tumbuh atau bahkan tidak dapat tumbuh. Pengurangan oksigen

menurunkan metabolisme bakteri.

2.2.3 Patofisiologi

Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil

M.

tu฀erculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli

lalu berkembang biak dan terlihat tertumpuk. Menguapnya droplet

bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat

bakteri

tu฀erculosis yang terkandung dalam droplet nuclei terbang

ke udara. Apabila bakteri terhirup oleh orang sehat, maka orang itu

berpotensi terkena infeksi bakteri

tu฀erculosis. Penularan lewat

udara disebut dengan istilah air-฀one infection.

2.2.4 Penatalaksanaan Medis

a. Pemeriksaan Fisik

Pada tahap dini sulit diketahui.

Ronchi basah, kasar, dan nyaring.

Hipersonor/ timpani bila terdapat kavtas yang cukup dan

pada auskultasi memberikan suara umforik.

Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal, dan

fibrosis.

Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi

memberikan suara pekak).


(4)

Sputum kultur

: untuk memastikan apakah keberadaan

M.

tu฀erculosis pada stadium aktif.

Ziehl neelsen (Acid-fast applied to smear of ฀ody fluid) :

positif untuk BTA.

Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch) :

reaksi positif (area indurasi 10mm atau lebih, timbul 48-72

jam ssetelah injeksi antigen intradermal) mengindikasikan

infeksi lama dan adanya antobodi, tetapi tidak

mengindikasikan penyakit sedang aktif.

Chest X-ray

:

dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi

awal di bagian atas paru-paru, deposit kalsium pada lesi

primer yang membaik atau cairan pleura.

Histologi atau kultur jaringan : positif untuk M.

tuberculosis.

Needle ฀iopsy of lung tissue

: positif untuk granuloma TB,

adanya sel-sel besar yang mengindikasikan nekrosis.

Elektrolit : mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan

beratnya infeksi: misalnya hipotermia mengakibatkan retensi

air.

A฀Gs: mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat, dan sisa

kerusakan paru-paru.


(5)

฀ronkografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk

melihat kerusakan

฀ronchus atau kerusakan paru-paru

karena TB.

Darah : lekosistis, LED meningkat.

Test fungsi paru-paru : VC menurun,

dead space

meningkat,

Total Lung Capacity

(TLC) meningkat, dan

menurunnya saturasi O

2

yang merupakan gejala sekunder

dari fibrosis/ infiltrasi parenkim paru-paru dan penyakit

pleura.

c. Mekanisme Kerja Obat anti-Tuberkulosis (OAT)

1. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat.

Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah

Rifampisin (R) dan Streptomisin (S).

Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin

dan Isoniazid (INH).

2. Aktivitas sterilisasi, terhadap

the persisters (bakteri

semidormant).

Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah

Rifampisin dan Isoniazid.

Intraseluler, untuk

slowly growing ฀acilli digunakan

Ridampisin dan Isoniazid. Untuk

very slowly ฀acilli,


(6)

3. Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai

aktivitas bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.

Akstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambol

(E), asam para-amino salisilik (PAS), dan sikloserine.

Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan

oleh Isoniazid dalam keadaan telah terjadi resistensi

sekunder.

Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase

intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Panduan obat

yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis

obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO

adalah Rifampisin, Izoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan

Etambutol (Depkes RI, 2004).


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Promosi Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Beteleme Kecamatan Lembo Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah T1 462012032 BAB II

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Penderita TB Paru di Puskesmas Tomata, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara T1 462009040 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Penderita TB Paru di Puskesmas Tomata, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara T1 462009040 BAB IV

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Penderita TB Paru di Puskesmas Tomata, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara T1 462009040 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Penderita TB Paru di Puskesmas Tomata, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Penderita TB Paru di Puskesmas Tomata, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara

0 1 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Keluarga Terhadap Pemutusan Rantai Penularan TB Paru di Kecamatan Kao Halmahera Utara T1 462008066 BAB II

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dinamika Usaha Tani Perkebunan : Studi Pada Petani Perkebunan di Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali Utara

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dinamika Usaha Tani Perkebunan : Studi Pada Petani Perkebunan di Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali Utara T2 092012009 BAB II

0 1 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dinamika Usaha Tani Perkebunan : Studi Pada Petani Perkebunan di Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali Utara

0 0 5