Implementasi Program Penguatan Individu Kepala Sekolah (PPIKS) dalam meningkatkan kemampuan manajerial kepala sekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Keret Krembung Sidoarjo.

(1)

SKRIPSI

oleh

NIKMATUL HOIRO NIM. D73213060

PRODI STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN

KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN

KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN

AMPEL SURABAYA

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Keret Krembung Sidoarjo. Dosen Pembimbing: Dr. Husniyatus Salamah Zainiyati, M. Ag

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan implementasi program penguatan individu kepala sekolah (PPIKS) serta faktor pendukung maupun penghambat dan bagaimana dampak dari program tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penilitian studi kasus. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam terhadap subyek.

Program Penguatan Individu Kepala Sekolah (PPIKS) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara individual untuk meningkatkan kinerja kepala sekolah, melalui program pendampingan oleh pengawas sekolah. Program tersebut terdiri dari lima modul sesuai dengan permendiknas tentang standar kepala sekolah, yang harus memiliki kompetensi manajerial, supervisi akademik, kewirausahaan, usaha pengembangan sekolah dan kepemimpinan pembelajaran. Sekolah ini memilih modul manajerial. Modul manajerial berhubungan dengan Kemampuan manajerial kepala sekolah dalam upaya untuk mengelola sekolah dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada untuk diarahkan pada pencapaian tujuan sekolah yang telah ditetapkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi PPIKS dimulai dari proses sosialisasi terhadap kepala sekolah, guru beserta komite sekolah. Adapun faktor pendukung utama dari program ini adalah modul yang mudah dipelajari, sedangkan faktor penghambatnya adalah kesulitan dalam menjadwalkan kegiatan PPIKS. Program tersebut memberikan dampak positif bagi penigkatan kemampuan manajerial kepala sekolah di SDN Keret Krembung Sidoarjo. Adapun dampak dari adanya kegiatan PPIKS antara lain adalah: peningkatan kemampuan semua pihak yang terlibat dalam ppiks, peningkatan kinerja kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan, peningkatan mutu pendidikan di sekolah, sebagai dasar pelaksanaan monitoring dan evaluasi, penjaminan mutu dan peningkatan mutu program kegiatan PPIKS yang terencana, sistematis, dan terkendali, mempererat hubungan kerjasama antar pengawas, kepala sekolah, guru, dan stakeholder lainnya.


(7)

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konseptual ... 8

F. Penelitian terdahulu ... 10

G. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB. II KAJIAN Pustaka A. Konsep Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah... 13


(8)

3. Konsep Kepala Sekolah. ... 22

4. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah ... 33

B. Program Penguatan Individu Kepala Sekolah ... 40

1. Rencana Strategis Sekolah ... 41

2. Pengelolaan Sumber Daya Sekolah ... 43

3. Pengelolaan Kesiswaan ... 44

4. Monitoring Dan Evaluasi ... 45

5. Pengelolaan Sumber Daya Manusia ... 46

6. Pengelolaan Kurikulum ... 46

7. Pengelolaan Penilaian Kerja... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 52

B. Lokasi Penelitian ... 53

C. Kehadiran Peneliti ... 53

D. Sumber Data dan Informan Penelitian... 54

E. Teknik Pengumpulan Data. ... 56

F. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data ... 60

G. Keabsahan Data ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 67


(9)

3. Program Sekolah ... 71

B. Penyajian Data ... 72

1. Implementasi Program Penguatan Individu Kepala Sekolah Di SDN Keret... 72

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan PPIKS ... 88

3. Dampak Pelaksanaan Kegiatan PPIKS ... 90

C. Pembahasan ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99


(10)

1. Tabel 2.1 Fungsi Manajerial Kepala Sekolah ... 51

2. Tabel 4.1 Data Peserta Didik... 69

3. Tabel 4.2 Rencana Pengembangan Individu ... 76


(11)

1. Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 104

2. Lampiran 2. Rencana kerja jangka menengah ... 105

3. Lampiran 3. Rencana kerja tahunan ... 108

4. Lampiran 4. Rencana kerja dan anggaran sekolah ... 111

5. Lampiran 5. Daftar urut kepangkatan ... 121

6. Lampiran 6. Rencana Kegiatan Penilaian Kinerja Guru ... 123

7. Lampiran 7. Daftar Pertanyaan Penelitian ... 126

8. Lampiran 8. Photo Kegiatan PPIKS ... 128

9. Lampiran 9. Surat Izin Penelitian ... 129

10.Lampiran 10. Surat Persetujuan Penelitian ... 130


(12)

PENDAHULUAN

A. Latar belakang.

Kepala sekolah merupakan pemimpin dalam satuan pendidikan, yang harus bertanggung jawab terhadap maju mundurnya sekolah. Kepala sekolah harus memiliki dasar kepemimpinan yang kuat.1 oleh karena itu, kepala sekolah

dituntut memiliki berbagai kemampuan. Dalam suatu lembaga pendidikan, kepemimpinan kepala sekolah memegang peranan penting. Kepemimpinan kepala sekolah akan menggerakan dan mengarahkan sekolah dalam mencapai tujuan.

Untuk menjamin mutu sekolah, maka diperlukan seorang kepala sekolah yang memiliki komitmen dengan hasil kerja minimal baik. Hal ini mengisyaratkan pentingnya pengadaan program yang dapat mendukung terwujudnya kinerja kepala sekolah yang memenuhi standar tersebut. Jika berdasarkan hasil penilaian uji kompetensi dan penilaian kinerja, ada kepala sekolah yang memiliki kinerja yang buruk, maka dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten/kota perlu melakukan program perbaikan kinerja kepala sekolah.

Dalam rangka meningkatkan kualitas kepala sekolah. Pemerintah kabupaten Sidoarjo mencanangkan program penguatan individu kepala sekolah


(13)

(PPIKS), sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kepala sekolah. Kepala sekolah yang berkualitas akan memiliki kepemimpinan yang bagus.

PPIKS adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara individual untuk meningkatkan kinerja kepala sekolah, melalui program pendampingan oleh pengawas sekolah , dengan tujuannya adalah untuk meningkatkan prestasi kerja kepala sekolah melalui program belajar individual yang terstruktur dan dukungan pendampingan pengawas sekolah.2

Adapun dasar hukum pelaksanaan kegiatan tersebut adalah Permendiknas nomor 13 tahun 2007, peraturan menteri pendidikan nasional nomor 35 tahun 2010 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, peraturan kepala lembaga administrasi negara republik indonesia nomor 18 tahun 2010 tentang pedoman penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia nomor 28 tahun 2010 tentang tugas tambahan guru sebagai kepala sekolah, peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia nomor 23 tahun 2013 perubahan permendikbud nomor 15 tahun 2010 tentang standar pelayanan minimal.3

Program penguatan individu kepala sekolah (PPIKS) dilaksanakan di setiap kecamatan, dengan beberapa sekolah sebagai perwakilan (project piloting school). Program tersebut terdiri dari lima modul sebagai berikut: manajerial,

2

Modul Program Penguatan Individu Kepala Sekolah, Manajerial, (Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar Dan Menengah : Jakarta, 2016), 1.


(14)

supervisi akademik, kewirausahaan, usaha pengembangan sekolah dan kepemimpinan pembelajaran. Setiap sekolah dapat memilih salah satu modul untuk dipraktekan di sekolah masing-masing.

Setelah melakukan studi pendahuluan tentang Program penguatan individu kepala sekolah (PPIKS) yang dicanangkan oleh pemerintah kabupaten Sidoarjo, didapatkan data sebagai berikut: sekolah yang mengikuti PPIKS di kabupaten Sidoarjo sebanyak 24 sekolah. Dalam pelaksanaannya seorang kepala sekolah diberi pelatihan mengenai modul yang dipilih, kemudian diterapkan di SD masing-masing dengan diawasi oleh seorang pengawas dari dinas pendidikan. Hasil dari pengawasan tersebut kemudian dilaporkan kepada dinas pendidikan kabupataen sidoarjo. Peneliti memilih kecamatan Krembung sebagai obyek penelitian. Sekolah dasar yang mewakili kecamatan Krembung dalam program penguatan individu kepala sekolah adalah SDN Keret dan SDN Krembung I.

Hasil wawancara terhadap bapak Samuji selaku kepala sekolah SDN Keret, diketahui bahwa SDN Keret memilih modul manajerial sedangkan SDN Krembung I memilih modul supervisi akademik. 4 Peniliti memilih SDN Keret

sebagai lokasi penelitian, karena peneliti ingin meneliti mengenai manajerial kepala sekolah.

Oleh karena itu perlu dibahas mengenai kemampuan manajerial seorang kepala sekolah. Sebelum membahas tentang manajerial kepala sekolah, perlu

4 Hasil wawancara dengan Bapak samuji selaku kepala sekolah SDN Keret kecamatan Krembung,


(15)

diketahui arti dari manajerial itu sendiri. Kata manajerial berasal dari kata manajer yang artinya orang yang melakukan kegiatan manajemen. Sedangkan manajerial berarti kegiatan memanage yang dilakukan oleh seorang manajer. Manajemen menurut bahasa berarti mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen.

Menurut Malayu Hasibuan, manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.5

Sedangkan menurut George R. Terry bahwa manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan.6

Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian anggota organisasi dan penggunaan seluruh sumber daya organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi.7

Untuk mewujudkan pengelolaan yang baik dalam sebuah organisasi diperlukan seorang manajer yang mempunyai kemampuan profesional

5 Malayu S.P. Hasibuan, Organisasi dan Motivasi, (Jakarta, Bumi Aksara, 1996), 1.

6 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

1999), 7.

7 Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif dan Operasional ( Jakarta:


(16)

dibidangnya, dan itu juga berlaku di dunia pendidikan khususnya sekolah, kualitas pengelolaan sekolah akan tergantung kepada seorang kepala sekolah yang berperan sebagai manajer. Sebagai seorang manajer, kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar dalam mengelola sekolahnya.

Keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola sekolahnya tidak akan terlepas dari kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah dalam melaksanakan fungsi dan peran sebagai kepala sekolah. Untuk itu seorang kepala sekolah dituntut mampu memiliki kesiapan dalam mengelola sekolah, kesiapan kepemimpinan yang dimaksud disini adalah kemampuan manajerial. Hal yang berkenaan dengan kemampuan manajerial kepala sekolah dijelaskan dalam peraturan Menteri No 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala sekolah. kemampuan manajerial kepala sekolah meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pengerahan dan pengawasan. Dengan kemampuan manajerial yang baik diharapkan setiap kepala sekolah mampu menjadi pendorong dan penegak disiplin bagi para guru agar mereka mampu menunjukkan produktivitas kinerjanya dengan baik. Kemampuan manajerial kepala sekolah diarahkan untuk merencanakan, mengorganisir, menggerakkan, dan mengendalikan para warga agar memiliki kinerja yang baik dalam melaksanakan tugasnya. 8

Dari beberapa pendapat tersebut disimpulkan bahwa fungsi kepala sekolah dalam manajerial adalah sebagai berikut: merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan. Dengan kemampuan manajerial yang baik


(17)

diharapkan setiap kepala sekolah mampu menjadi pendorong dan penegak disiplin bagi para guru agar mereka mampu menunjukkan produktivitas kinerjanya dengan baik.

Program penguatan individu kepala sekolah yang dicanangkan oleh pemerintah kabupaten Sidoarjo merupakan sebuah program yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas dari kepala sekolah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut apakah program tersebut benar-benar mampu untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan kepala sekolah.

Dari uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang

“Implementasi Program Penguatan Individu Kepala Sekolah (PPIKS) Dalam Meningkatkan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah di SDN Keret Krembung Sidoarjo).”

B. Fokus Penelitian.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi program penguatan individu kepala sekolah di SDN Keret Krembung Sidoarjo ?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dari implementasi program penguatan individu kepala sekolah di SDN Keret Krembung Sidoarjo?

3. Apa dampak implementasi program penguatan individu kepala sekolah di SDN Keret Krembung Sidoarjo?


(18)

C. Tujuan Penelitian.

Dengan memperhatikan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendiskripsikan implementasi program penguatan individu kepala sekolah di SDN Keret Krembung Sidoarjo.

2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dari proses implementasi program penguatan individu kepala sekolah di SDN Keret Krembung Sidoarjo

3. Untuk mengetahui dampak implementasi program penguatan individu kepala sekolah dalam meningkatkan kemampuan manajerial kepala sekolah SDN Keret Krembung Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian.

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Manfaat teoritis

a. Sebagai sumbangsih dalam penguatan ilmu pengetahuan khususnya ilmu manajemen/kepemimpinan kepala sekolah.

b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya dalam topik yang relevan.

2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian berguna untuk mendiskripsikan implementasi program penguatan individu kepala sekolah di SDN Keret Krembung Sidoarjo.


(19)

b. Hasil penelitian ini berkontribusi untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang ada dalam implementasi program penguatan individu kepala sekolah di SDN Keret Krembung Sidoarjo.

c. Hasil penelitian ini berkontribusi untuk mengetahui dampak dari implementasi program penguatan individu kepala sekolah di SDN Keret Krembung Sidoarjo

E. Definisi konseptual. 1. Implementasi.

Implementasi merupakan suatu proses beberapa ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap (kognitif, afektif, dan psikomotorik).

2. Program Penguatan Individu Kepala Sekolah (PPIKS)

Program penguatan individu kepala sekolah adalah program pemerintah yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan kepala sekolah. Program tersebut terdiri dari lima modul yang meliputi: manajerial, supervisi akademik, kewirausahaan, usaha pengembangan sekolah dan kepemimpinan pembelajaran. Dalam pelaksanaannya kepala sekolah didampingi oleh pengawas dari pemerintah kabupaten.


(20)

3. Kemampuan Manajerial meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pengerahan dan pengawasan.9 Kemampuan manajerial kepala sekolah dikatakan baik apabila kepala sekolah tersebut mampu membuat rencana strategis sekolah, mengelola sumber daya sekolah, mengetahui cara mengelola masalah kesiswaan, melakukan monitoring dan evaluasi, mengelola sumber daya manusia, mengelola kurikulum, dan mampu melakukan penilaian kinerja terhadap guru dan tenaga kependidikan.

4. Kepala Sekolah adalah pemimpin pendidikan tingkat satuan pendidikan, yang bertanggung jawab terhadap maju mundurnya sekolah yang di pimpinnya serta memiliki dasar kepemimpinan yang kuat. Kepala sekolah adalah orang yang secara struktural bertanggung jawab dalam pengendalian mutu pendidikan. Kepala sekolah yang ideal dalam skripsi ini adalah kepala sekolah yang memiliki kemampuan manajerial yang baik.

Jadi yang dimaksud dengan implementasi Program Penguatan Individu Kepala Sekolah (PPIKS) adalah suatu proses beberapa ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam meningkatkan kemampuan manajerial kepala sekolah di SDN Keret Krembung Sidoarjo bentuk tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan bagi kepala sekolah. Perubahan yang diinginkan adalah aspek kemampuan manajerial kepala sekolah yang meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.

9


(21)

F. Penelitian terdahulu.

Pada penelitian terdahulu penulis tidak menemukan jurnal maupun skripsi yang sama. Akan tetapi ada kemiripan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Jurnal oleh Asep Kurniawan dengan judul “Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Untuk Menciptakan Sekolah Yang Bermutu Penelitian di SDIT Sabilul Huda dan SDIT Sains al-Farabi”10 Jurnal Holistik Vol 12 Nomor 01, Juni 2011/1433 H. Jurnal tersebut bertujuan untuk meneliti pengaruh kemampuan manajerial yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru.

Jurnal oleh Eriyanto dengan judul “Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja Guru”11 Jurnal Lisan Al-Hal Volume 6, No. 2, Desember 2014. Penelitian menghasilkan sebuah temuan mengenai kemampuan merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan. Yang dimiliki oleh kepala sekolah SMK Panji Situbondo dalam meningkatkan kenerja guru.

Skripsi oleh adi anwar faisal dengan judul “ Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri

10 Asep kurnaiawan, “Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru

Untuk Menciptakan Sekolah Yang Bermutu Penelitian di SDIT Sabilul Huda dan SDIT Sains al-Farabi” Jurnal Holistik Vol 12 Nomor 01, Juni 2011/1433 H.

11 Eriyanto, Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja Guru” Jurnal Lisan


(22)

Kecamatan Kotagede Yogyakarta.”12 Skripsi tersebut bertujuan untuk mengetahui: (1) kemampuan manajerial kepala sekolah; (2) kinerja guru; serta (3) pengaruh kemampuan manajerial terhadap kinerja guru di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Kotagede Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan manajerial kepala sekolah pada kategori baik.

Ketiga penelitian mengenai kemampuan manajerial kepala sekolah memiliki ciri khas masing-masing. Oleh karena itu penelitian yang hendak dilakukan oleh penulis juga memiliki ciri khas yaitu bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses implementasi dari program penguatan individu kepala sekolah yang dilakukan oleh Pemkab Sidoarjo, faktor pendukung dan penghambat, serta bagaimana dampak implementasi program tersebut bagi kepala sekolah.

G. Sistematika Pembahasan.

Sistematika pembahasan merupakan alur pembahasan yang mencakup logika penyusunan dan koherensi antara bagian yang satu dengan lainnya. Oleh karena itu penulis dalam penyusunan skripsi ini secara bertahap mengikuti sistem sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan. Bab ini terdiri dari pokok-pokok pemikiran yang melatar belakangi pemikiran skripsi ini. Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian, definisi

12 Adi anwar faisal, “Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru


(23)

konseptual, penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan, dan sistematika pembahasan yang akan dipakai.

Bab II merupakan pemaparan tentang kajian teori. Bab ini terdiri dari beberapa sub bab mengenai program penguatan individu kepala sekolah (PPIKS) dan kememampuan manajerial kepala sekolah.

Bab III merupakan pemaparan metode penelitian. Metode penelitian merupakan teknik yang ditempuh dalam penelitian sekaligus proses-proses pelaksanaannya. Bab ini terdiri dari jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data dan informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data interpretasi data, dan keabsahan data.

Bab IV merupakan deskripsi subjek, hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini menjelaskan secara rinci tentang deskripsi subjek, temuan-temuan data yang ditemukan selama melakukan penelitian dan mengupas secara tuntas mendalam hasil penelitian.

Bab V merupakan penutup. Bab ini sebagai akhir dari rangkaian penelitian yang dilakukan oleh penulis, yang memaparkan jawaban dari rumusan masalah yang diajukan oleh penulis serta implikasi teoritik terhadap pendidikan Islam. Oleh karena itu, bab ini tersistematika menjadi 2 sub bab, yaitu kesimpulan dan saran-saran dari penulis untuk perbaikan-perbaikan yang dapat dilakukan.


(24)

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah.

Sebelum memahami tentang konsep kemampuan manajerial kepala sekolah, perlu dibahas mengenai konsep dari setiap kata satu persatu. Oleh karena itu, penjelasan mengenai hal tersebut akan diuraikan dalam beberapa sub bab sebagai berikut:

1. Konsep Manajemen

Malayu Hasibuan mengemukakan bahwa “Manajemen adalah

serangkaian kegiatan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien

untuk suatu tujuan tertentu”.13 Menurut Winardi manajemen merupakan

sebuah proses untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber–sumber lain, dengan kata lain manajemen adalah proses pengelolaan terhadap suatu organisasi agar mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.14

Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian anggota organisasi dan penggunaan seluruh sumber daya organisasi lainnya demi

13

Malayu S.P. Hasibuan, Organisasi dan Motivasi, (Jakarta, Bumi Aksara, 1996), 20.


(25)

tercapainya tujuan organisasi.15 Sedangkan menurut George R. Terry bahwa manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan.16

Lebih lanjut Indriyo Gitosudarmo menyatakan bahwa proses manajemen terdiri dari (1) kegiatan perencanaan yang meliputi penentuan tujuan organisasi, penjabaran tugas/pekerjaan, pembagian tugas, (2) kegiatan pengarahan, atau menggerakkan anggota organisasi untuk bekerja memutar roda organisasi, (3) serta kegiatan pengawasan yang berarti memantau hasil pekerjaan sebagai umpan balik dengan membandingkannya terhadap standar yang telah ditentukan dalam rencana semula serta kemudian mencoba untuk menemukan jalan keluar bagi kesalahan-kesalahan yang terjadi.17

Pada prinsipnya pengertian manajemen mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut: 18

a. Ada tujuan yang ingin dicapai b. Sebagai perpaduan ilmu dan seni

15 Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif dan Operasional ( Jakarta:

Bumi Aksara, 2005), 2.

16 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

1999), 7.

17 Indriyo Gitosudarmo, Prinsip Dasar Manajemen Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1990), 10. 18 Malayu Hasibuan, Manajemen Dasar, 3.


(26)

c. Merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi, koperatif, dan terintegrasi dalam memanfaatkan unsur-unsur nya

d. Ada dua orang atau lebih yang bekerjasama dalam suatu organisasi e. Didasarkan pada pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab f. Mencakup beberapa fungsi

g. Merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Untuk memahami fungsi manajemen dengan baik, maka akan dijelaskan secara detail mengenai fungsi-fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

a. Perencanaan

Perencanaan adalah fungsi dasar (fundanmenal) manajemen, karena organisasi, kepegawaian, dan pengawasan pun harus terlebih dahulu direncanakan. Hasil perencanaan baru akan diketahui pada masa depan. Agar resiko yang ditanggung itu relatif kecil, hendaknya semua kegiatan, tindakan, dan kebijakan derencanakan terlebih dahulu. Perencanaan ini adalah masalah memilih, artinya memilh tujuan, dan cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut dari beberapa alternatif yang ada. Tanpa alternatif, perencanaan pun tidak ada. Perencanaan merupakan kumpulan dari beberapa keputusannya.19

Menurut George R. Terry perencanaan ialah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang


(27)

digariskan. Perencanaan mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif keputusan.20

Ernie Trisnawati dan Kurniawan mendefinisikan perencanaan sebagai sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menetukan strategi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi.21

Jadi kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan dapat meliputi penetapan tujuan, penegakan strategi, dan pengembangan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan. Kepala sekolah sebagai top manajemen di lembaga pendidikan sekolah mempunyai tugas untuk membuat perencanaan, baik dalam bidang program pembelajaran dan kurikulum, kepegawaian, kesiswaan, keuangan maupun perlengkapan.22

Salah satu contoh perencanaan yang dilakukan kepala sekolah adalah perencanaan visi, misi, dan tujuan, perencanaan rencana kerja sekolah dan perencanaan evaluasi program.

20 George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Angkasa, 2009), 17.

21 Ernie Trisnawati dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Kencana, 2010), 96. 22 Modul Program Penguatan Individu Kepala Sekolah, Manajerial, (Direktorat Pembinaan Tenaga


(28)

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian (organizing), merupakan pembagian pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok pekerjaan, penentuan hubungan-hubungan pekerjaan di antara mereka dan pemberian lingkungan pekerjaan yang sepatutnya.23

Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang perlu mendapatkan perhatian dari kepala sekolah. Fungsi ini perlu dilakukan untuk mewujudkan struktur organisasi sekolah, uraian tugas tiap bidang, wewenang dan tanggung jawab menjadi lebih jelas, dan penentuan sumber daya manusia dan materil yang diperlukan. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Robbins dalam Miftah Thoha bahwa kegiatan yang dilakukan dalam pengorganisasian dapat mencakup (1) menetapkan tugas yang harus dikerjakan; (2) siapa yang mengerjakan; (3) bagaimana tugas itu dikelompokkan; (4) siapa melapor ke siapa; (5) di mana keputusan itu harus diambil.24

Fungsi organisasi yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah bagaimana memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut bisa digunakan kegiatan seperti yang dikemukakan oleh Miftah Toha.

23 Djati Julia Triasa, Manajemen Umum Sebuah Pengantar, ( Yogyakarta: BPFF, 1998), 14.

24 Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,


(29)

c. Pelaksanaan/Pengarahan

Menurut Melayu S.P. Hasibuan pengarahan adalah mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.25

Jadi Pengarahan adalah aktivitas untuk memberikan dorongan, pengarahan, dan pengaruh terhadap semua anggota kelompok agar mau bekerja secara sadar dan suka rela dalam rangka mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan pola organisasi. diperlukan kemampuan kepala sekolah dalam berkomunikasi, daya kreasi serta inisiatif yang tinggi dan mampu mendorong semangat dari para guru/karyawannya. Untuk dapat menggerakkan guru atau anggotanya agar mempunyai semangat dan gairah kerja yang tinggi, maka perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut: (1) memperlakukan para pegawai dengan sebaik-baiknya; (2) mendorong pertumbuhan dan pengembangan bakat dan kemampuan para pegawai tanpa menekan daya kreasinya; (3) menanamkan semangat para pegawai agar mau terus berusaha meningkatkan bakat dan kemampuannya; (4) menghargai setiap karya yang baik dan sempurna yang dihasilkan para pegawai; (5) menguasahakan adanya keadilan dan bersikap bijaksana kepada setiap pegawai tanpa pilih kasih.26

25 Malayu S.P. Hasibuan, Organisasi, 21. 26 Ernie Trisnawati, Pengantar Manajemen, 257.


(30)

Kegiatan pelaksanaan dan pengarahan kepala sekolah adalah melakukan monitoring dan evaluasi (monev). Monitoring dan evaluasi pengelolaan sekolah mencakup program pengawasan, evaluasi diri,dan pengembangan KTSP, evaluasi pendayagunaan GTK, dan akreditasi. Oleh karena itu, sekolah perlu menyusun praktik terbaik untuk kegiatan monitoring dan evaluasi tersebut sekaligus menyiapkam formatnya.

d. Pengawasan.

Pengawasan dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan untuk mengetahui realisasi perilaku personel dalam organisasi pendidikan dan apakah tingkat pencapaian tujuan pendidikan sesuai dengan yang dikehendaki, kemudian apakah perlu diadakan perbaikan. Pengawasan dilakukan untuk mengumpulkan data tentang penyelenggaraan kerja sama antara guru, kepala sekolah, konselor, supervisor, dan petugas madrasah lainnya dalam institusi satuan pendidikan.27

Pada dasarnya ada tiga langkah yang perlu ditempuh dalam melaksanakan pengawasan, yaitu; (1) menetapkan alat ukur atau standar; (2) mengadakan penilaian atau evaluasi; dan (3) mengadakan tindakan perbaikan atau koreksi dan tindak lanjut. Oleh sebab itu, kegiatan pengawasan itu dimaksudkan untuk mencegah penyimpangan dalam

27 Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan Manajemen, ( Jakarta: Bina


(31)

pelaksanaan pekerjaan, menilai proses dan hasil kegiatan dan sekaligus melakukan tindakan perbaikan.28

Dalam praktek manajemen, fungsi-fungsi pokok manajemen tersebut merupakan kegiatan yang saling terkait yang harus dilakukan oleh para manajer, agar dapat memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimiliki organsisasi tersebut baik sumber daya manusia maupun bukan untuk dimanfaatkan secara efektif dan efisien dalam upaya untuk mencapai tujuan dengan produktivitas yang tinggi dan kepuasan individu yang terlibat dalam kegiatan manajemen.

Kepala sekolah sebagai pemimpin suatu lembaga pendidikan hendaknya memiliki kemampuan pengawasan yang baik. hal yang perlu diawasi oleh kepala sekolah adalah kinerja para guru dan staf.

Dari berbagai pandangan tentang proses manajemen atau fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). Manajemen merupakan sebuah kegiatan, pelaksanaannya disebut manajing dan orang yang melakukannya disebut manajer.


(32)

Setelah membahas tentang manajemen, hal selanjutnya yang akan dibahas adalah mengenai konsep manajerial. Konsep manajerial sangat penting agar lebih mudah dalam memahami konsep kemampuan manajerial seorang kepala sekolah dengan baik.

2. Konsep Manajerial.

Menurut T. Hani Handoko praktek manajerial adalah kegiatan yang dilakukan oleh manajer.29 Selanjutnya Siagian mengemukakan bahwa

“Manajerial skill adalah keahlian menggerakkan orang lain untuk bekerja

dengan baik”.30

Kemampuan manajerial sangat berkaitan erat dengan manajemen kepemimpinan yang efektif, karena sebenarnya manajemen pada hakekatnya adalah masalah interaksi antara manusia baik secara vertikal maupun horizontal. Kepemimpinan dapat dikatakan sebagai perilaku memotivasi orang lain untuk bekerja kearah pencapaian tujuan tertentu. Kepemimpinan yang baik seharusnya dimiliki dan diterapkan oleh semua jenjang organisasi agar bawahannya dapat bekerja dengan baik dan memiliki semangat yang tinggi untuk kepentingan organisasi.

Menurut Hendiyat Soetopo kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan

29 T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1995), 13.


(33)

dari kelompok itu yaitu tujuan bersama.31 Menurut T. Hani Handoko bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai sasaran.32

Dari berbagai pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk bekerjasama mencapai suatu tujuan kelompok. Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas atau mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya.

Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah sebagai berikut: 1) Kemampuan sebagai pengawas (supervisory ability), 2) kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, 3) kecerdasan 4) Ketegasan 5) kepercayaan diri, 6) Inisiatif.33

3. Konsep Kepala Sekolah

Sekolah merupakan organisasi yang kompleks dan unik, organisasi yang kompleks karena di dalam sekolah terdapat sumber daya–sumber daya yang saling terkait, sedangkan sebagai organisasi yang unik karena sekolah menjadi tempat proses belajar–mengajar dan pembudaya kehidupan umat

31 Hendiyat Soetopo, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), 1. 32 T. Hani Handoko, Manajemen, 294.


(34)

manusia.34 Untuk dapat mencapai tujuan sekolah, diperlukan pemimpin yang mampu mendayagunakan sumber daya tersebut agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, tanpa seorang pemimpin sekolah tidak akan bisa berhasil. Pendapat tersebut dipertegas oleh Gibson seperti dikutip oleh Sudarwan Danim mengemukakan bahwa keberhasilan sekolah banyak ditentukan oleh kapasitas kepala sekolahnya di samping adanya guru-guru yang kompeten di sekolah itu. Dengan demikian keberadaan kepala sekolah sangat penting dalam menentukan keberhasilan sekolah.35

Kepala sekolah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai orang (guru) yang memimpin suatu sekolah atau bisa disebut dengan guru kepala.36 Wahjosumidjo mendefinisikan kepala sekolah sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah, di mana diselenggarakan proses belajar-mengajar. Lebih lanjut dikemukakan bahwa sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus mampu menjadi figur penengah dan sumber informasi bagi bawahannya serta sebagai pemecah masalah yang terjadi di sekolah yang dipimpinnya.37

34 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta:

Raja Grafindo 2002, Persada), 81.

35 Sudarwan Danim, Motivasi, Kepemimpinan, dan Efektivitas Kelompok, (Jakarta: Rineka Cipta,

2004), 145.

36 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 549. 37 Wahjosumidjo, Kepemimpinan, 83.


(35)

Kepala sekolah merupakan orang terpenting di suatu sekolah, sebab merupakan kunci bagi pengembang dan peningkatan suatu sekolah, jika kepala sekolah , guru, karyawan dan seluruh stakeholder sekolah itu berfungsi dengan baik, terutama kalau prestasi siswa dapat mencapai maksimal.

Kepala sekolah merupakan pejabat formal di sekolah, dikarenakan pengangkatannya melalui suatu proses dan prosedur yang didasarkan atas peraturan yang berlaku. Untuk menjadi kepala sekolah sekolah dasar atau madrasah, maka seseorang harus memiliki kualifikasi dan kompetensi yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal-hal yang berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah dasar atau madrasah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional38, diantaranya :

a. Kualifikasi Umum Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut: 1) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat

(DIV) kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi.

2) Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun.

3) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman


(36)

kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA.

4) Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.

b. Kualifikasi Khusus Kepala Sekolah Dasar/ MI meliputi: 1) Berstatus sebagai guru Sekolah Dasar/MI.

2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru Sekolah Dasar/MI,

3) Memiliki sertifikat kepala Sekolah Dasar/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.

c. Sedangkan kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah diantaranya kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.

Berdasarkan deskripsi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah merupakan seorang tenaga fungsional (guru) yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran yang diangkat dengan keputusan oleh badan yang berwenang, kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak di isi oleh orang-orang tanpa didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, siapapun yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui


(37)

prosedur serta persyaratan-persyaratan tertentu seperti latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat dan intergritas.

Dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya, kepala sekolah memiliki peran–peran yang harus dijalankannya. Peran kepala sekolah dapat digolongkan menjadi tujuh pokok yakni sebagai pendidik (educator), sebagai manajer, sebagai administrator, sebagai supervisor (penyelia), sebagai leader (pemimpin), sebagai inovator, serta sebagai motivator.39 Agar lebih jelas, maka peran-peran kepala sekolah tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Kepala Sekolah Sebagai Edukator

Kepala sekolah sebagai edukatorharus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya, menciptakan iklim sekolah yang kondusif yang mendukung pelaksanaan kegiatan-kegiatan di sekolah, memberikan nasehat atau masukan kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik .40

Dalam melaksanakan perannya sebagai edukator, kepala sekolah juga harus mampu menanamkan 4 macam nilai, yaitu mental, moral, fisik dan artisitik kepada guru, staf dan peserta didik. Nilai mental berkaitan dengan sikap batin dan watak manusia, nilai moral berkaitan dengan ajaran

39 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 97-98.


(38)

baik-buruk mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban atau moral yang diartikan sebagai akhlak, budi pekerti dan kesusilaan, nilai fisik yaitu berkaitan dengan kesehatan dan penampilan manusia secara lahiriah, sedangkan nilai artistik yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan.41

Salah satu contoh kegiatan yang bisa dilakukan oleh kepala sekolah dalam menjalakan perannya sebagai edukator antara lain adalah mencontohkan budaya baik seperti disiplin waktu terhadap seluruh warga sekolah yang meliputi guru, staf dan peserta didik.

b. Kepala Sekolah Sebagai Manager

Sekolah merupakan sebuah organisasi, sehingga perlu dilakukan pengelolaan manajemen agar sumber daya yang ada di dalamnya dapat didayagunakan secara efektif dan efisien sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian maka kepala sekolah juga memiliki peran sebagai manajer. Menurut Pidarta seperti dikutip E. Mulyasa terdapat minimal 3 keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang manajer, yaitu: Keterampilan konsep atau ketrampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi, keterampilan manusiawi atau keterampilan untuk bekerja sama, memotivasi, dan memimpin, serta ketrampilan teknis


(39)

atau keterampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik, serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu.42

Lebih lanjut dikemukakan oleh Endang Kusmiati bahwa “dengan

menguasai ketiga keterampilan tersebut maka kepala sekolah akan mampu menentukan tujuan sekolah, mengorganisasikan atau mengatur sekolah, menanamkan pengaruh/ kewibawaan kepemimpinannya, memperbaiki

pengambilan keputusan, serta melaksanakan perbaikan pendidikan”.43

Dalam buku kerja kepala sekolah menyebutkan bahwa kegiatan manajerial yang harus dilakukan oleh kepala sekolah meliputi: membuat perencanaan sekolah, rencana kerja sekolah (RKS), rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS), menyusun pedoman dan jadwal kegiatan sekolah, serta struktur organisasi sekolah, mengelola pendidik dan tenaga kependidikan, mengelola siswa, mengelola sarana-prasarana sekolah, mengelola pembiayaan sekolah, melakukan evaluasi sekolah.44

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai manajer bertugas mengelola sumber daya sekolah, yang meliputi mengelola tenaga pendidik, siswa, keuangan, kurikulum, humas, fasilitas, dan komponen yang lain, untuk dapat didayagunakan

42 E. Mulyasa, Menjadi Kepala, 126.

43 Endang Kusmiati, Hubungan Keterampilan Manajer Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru Sekolah

Dasar di Kecamatan Suko Manunggal Kota Surabaya, (Tesis, PPs UNY, 2010).

44 Kemendiknas, Buku Kerja Kepala Sekolah, (Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan,


(40)

semaksimal mungkin, sehingga dapat terarah pada pencapaian tujuan sekolah secara efektif dan efisien.

c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator

Dalam meningkatkan mutu sekolah, kepala sekolah bertugas mengembangkan dan memperbaiki sumber daya sekolah. Semua kegiatan perbaikan tersebut tercakup dalam bidang administrasi pendidikan, sehingga kepala sekolah juga memiliki peran sebagai administrator. Tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai administrator, meliputi kegiatan pengelolaan terhadap personalia, keuangan, sarana-prasarana, kurikulum, siswa serta humas.45

Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan adminsitrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah.46

Sementara itu, dalam Buku Kerja Kepala Sekolah menyatakan bahwa menyusun administrasi sekolah meliputi:47

1) Administrasi program pengajaran, meliputi: menyusun jadwal pelajaran sekolah, daftar pembagian tugas guru, daftar pemeriksaan persiapan mengajar, daftar penyelesaian kasus khusus di sekolah, daftar hasil UAS, rekapitulasi kenaikan kelas, daftar penyerahan

45 Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya, (Yogyakarta : Kanisius, 1992), 21-22. 46 E. Mulyasa, Menjadi Kepala, 107.


(41)

STTB, catatan pelaksanaan supervisi kelas, laporan penilaian hasil belajar.

2) Administrasi kesiswaan, meliputi: menyusun administrasi penerimaan siswa baru, buku induk siswa dan buku klaper, daftar jumlah siswa, buku absensi siswa, surat keterangan pindah sekolah, daftar mutasi siswa selama semester, daftar peserta UAS, daftar kenaikan kelas, daftar rekapitulasi kenaikan kelas/lulusan, tata tertib siswa.

3) Administrasi kepegawaian, meliputi: menyusun daftar kebutuhan pegawai, daftar usulan pengadaan pegawai, data kepegawaian, daftar hadir pegawai, buku penilaian PNS, dan file-file kepegawaian lainnya. 4) Administrasi keuangan, meliputi: menyusun buku kas, rangkuman penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah, laporan penerimaan dan pengeluaran anggaran sekolah.

5) Administrasi perlengkapan, meliputi: menyusun buku pemeriksaan perlengkapan/barang, buku inventaris perlengkapan/barang, daftar usul pengadaan perlengkapan/barang.

d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuan adalah kegiatan pembelajaran, sehingga aktivitas sekolah bersumber pada pencapaian efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Oleh karena itu salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu


(42)

mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh guru/staf di sekolah yang dipimpinnya, sehingga kualitas pembelajaran akan menjadi lebih baik melalui peningkatan kualitas kinerja guru/staf.

Dalam Buku Kerja Kepala Sekolah dikemukakan bahwa tugas kepala sekolah sebagai supervisor adalah menyusun program supervisi, melaksanakan program supervisi, memanfaatkan hasil supervisi yang meliputi pemanfaatan hasil supervisi untuk peningkatan/pembinaan kinerja guru/staf dan pemanfaatan hasil supervisi untuk pengembangan sekolah.48

Dari uraian tersebut, dapat dilihat bahwa banyaknya tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai supervisor, namun walaupun begitu kepala sekolah harus tetap mampu menjalankan supervisi dengan sebaik-baiknya. Menurut Ngalim Purwanto, agar pelaksanaan supervisi dapat berjalan dengan baik, maka supervisi hendaknya (1) bersifat konstruktif dan kreatif, (2) didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenar-benarnya, (3) sederhana dan informal dalam pelaksanaannya, (4) dapat memberikan perasaan aman pada guru-guru dan pegawai sekolah yang di supervisi, (5) didasarkan atas hubungan profesional, bukan pribadi. (6) memperhitungkan kesanggupan, sikap dan mungkin prasangka guru-guru dan pegawai sekolah, (7) tidak bersifat mendesak (otoriter), (8) tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat, kedudukan, atau kekuasaan pribadi, (9) tidak boleh bersifat mencari-cari kesalahan dan kekurangan, (10) tidak


(43)

dapat terlalu cepat mengharapkan hasil dan tidak boleh lekas merasa kecewa, serta (11) hendaknya juga bersifat preventif (mencegah hal negatif), korektif (memperbaiki hal negatif), dan kooperatif (melibatkan kerja sama guru/ pegawai sekolah).49

e. Kepala Sekolah Sebagai Leader

Kepala sekolah sebagai leader/ pemimpin hendaknya mampu menggerakkan bawahannya agar bersedia melaksanakan tugasnya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Dalam buku kerja kepala sekolah menyebutkan bahwa TUPOKSI yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin adalah merumuskan dan menjabarkan visi, misi dan tujuan sekolah, melakukan dan bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan, memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, menjalin komunikasi dan kerja sama dengan masyarakat sekolah, melakukan analisis kebutuhan guru, memantau dan menilai kinerja guru dan staf.50

Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, pemahaman terhadap visi-misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.51

49 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2010), 117.

50 Kemendiknas, Buku Kerja, 7-10. 51 E. Mulyasa, Menjadi Kepala, 116.


(44)

f. Kepala Sekolah Sebagai Inovator

Menurut Ngalim Purwanto perkembangan zaman menuntut kepala sekolah untuk selalu mengikuti perubahan yang terjadi, sehingga kepala sekolah harus memiliki inisiatif yang tinggi untuk dapat mengembangkan sekolah yang dipimpinnya.52 Pendapat tersebut dipertegas oleh Gibson seperti dikutip oleh Sudarwan Danim, bahwa kompleksitas tugas sekolah hanya akan teratasi apabila kepala sekolah memiliki jiwa profesional dan inovatif. Kepala sekolah sebagai tokoh sentral penggerak organisasi sekolah harus mampu menciptakan hal–hal yang baru untuk mengembangkan sekolah yang dipimpinnya, karena kepala sekolah juga berperan sebagai inovator.53

Dalam rangka melaksanakan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga pendidik di sekolah dan mengembangkan model-model pembelajaran inovatif.54

52 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda karya, 1993),

102.

53 Sudarwan Danim, Motivasi, Kepemimpinan, dan Efektivitas Kelompok, (Jakarta: Rineka Cipta,

2004), 145.


(45)

g. Kepala Sekolah Sebagai Motivator

Sekolah merupakan suatu organisasi yang di dalamnya terdapat beragam karakteristik individu. Dalam suatu organisasi harus terjadi adanya kerja sama antar individu atau bagian agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai, sedangkan setiap individu memiliki tujuan masing-masing yang terkadang berlainan dengan tujuan bersama .55

Dengan demikian, kepala sekolah sebagai pimpinan harus mampu memberikan dorongan atau motivasi kepada anggotanya untuk selalu bersedia bekerja sama sehingga tujuan bersama dapat tercapai, dorongan tersebut dapat berupa pemberian penghargaan atas prestasi guru, staf, maupun siswa, pemberian sanksi/hukuman atas pelanggaran peraturan dan kode etik bagi guru, staf, maupun siswa, serta menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif.56 Hal ini menunjukkan bahwa kepala sekolah juga berperan sebagai motivator.

Kepala sekolah sebagai motivator bertugas memberikan dorongan atau dukungan kepada semua bawahannya agar mampu bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Terdapat dua macam motivasi atau dorongan yang dapat diberikan kepada bawahan yaitu motivasi finansial yang berupa pemberian imbalan finansial kepada bawahan, dan motivasi nonfinansial yang berupa pemberian motivasi tidak

55 Indriyo Gitosudarmo, Prinsip Dasar Manajemen, 45. 56 Kemendiknas, Buku Kerja, 7-10.


(46)

dalam bentuk finansial namun berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, danpendekatan manusiawi.57

4. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan jabatan tertinggi dari suatu organisai sekolah, ia mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengembangan institusi yang dipimpinya. Dinas pendidikan menetapkan tugas dan peranan kepala sekolah dalam melaksanakan perkejaanya, yaitu sebagai educator, manajer, adminitator, dan supervisor. Dalam perkembangan berikutnya peranan kepala sekolah tersebut bertambah menjadi educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, figure dan mediator.58

Begitu banyaknya tugas, fungsi dan peran kepala sekolah tersebut menuntut kepala sekolah untuk memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih dibanding bawahanya atau guru. Sehingga pengangkatan kepala sekolah tidak dapat dilakukan sembarangan. Salah satu tugas berat kepala sekolah adalah harus dapat berperan sebagai manajer atau kata lain seorang kepala sekolah harus mempunyai kemampuan manajerial yang memadai.

Yulk seperti dikutip oleh Soebagio Atmodiwirio mengemukakan bahwa, kemampuan dapat diartikan Kemampuan atau skill menuju kepada kemampuan dari seesorang untuk melakukan berbagai jenis kegiatan kognitif

57 Indriyo Gitosudarmo, Prinsip Dasar Manajemen, 47. 58 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah, 98.


(47)

atau diperlukan dengan suatu cara yang efektif.59 Kemampuan menggerakkan orang lain inilah yang disebut manajerial skill.60

Dari pendapat Yulk dapat disimpulkan bahwa kemampuan manajerial adalah kemampuan untuk menggerakkan orang lain dalam memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Ukuran seberapa efisien dan efektifnya seorang manajer adalah seberapa baik dia menetapkan rencana dalam mencapai tujuan yang memadai, kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci keberhasilan organisasi. Kepala sekolah sebagai manajer pada jalur pendidikan formal dituntut memiliki kemampuan manajemen dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya agar mampu mencapai tujuan proses belajar mengajar secara keseluruhan.

Menurut Crudy yang dikutip Atmodiwirio bahwa Kemampuan manajerial adalah kemampuan untuk memanaj sekolah, mengorganisasikan orang dan sumber, mempergunakan tenaga-tenaga yang baik dan teknik kehumasan yang baik, memanfaatkan komunikasi yang efektif dalam menghadapi beraneka macam subjek yang berkepentingan, seperti orang tua murid atau siswa dan guru-guru.61

59 Soebagio Atmodiwirio,Manajemen Pelatihan, (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2002), 100.

60 Burhanudin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Bumi

Aksara, 1990).


(48)

Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan bahwa kemampuan manajerial kepala sekolah adalah seperangkat keterampilan yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam upaya untuk mengelola sekolah dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada untuk diarahkan pada pencapaian tujuan sekolah yang telah ditetapkan.

Menurut Pidarta seperti dikutip E. Mulyasa terdapat minimal 3 keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang manajer, yaitu: 62

a. Kemampuan teknis, yaitu kemampuan manusia untuk menggunakan prosedur, teknis, dan pengetahuan mengenai bidang khusus.

b. Kemampuan manusiawi, yaitu kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain, memahami, memotivasi, sebagai individu atau kelompok. c. Keterampilan konseptual, yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan

dan mengintegrasikan semua kepentingan dan aktivitas organisasi.

Sedangkan di dalam Peraturan Menteri No 13 Tahun 2007, kemampuan manajerial kepala sekolah meliputi: 63

a. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.

b. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan. c. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya

sekolah/madrasah secara optimal.

62 E. Mulyasa, Menjadi Kepala, 126.


(49)

d. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajaran yang efektif.

e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.

f. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.

h. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah.

i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.

j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.

k. Mengelola keuangan sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.

l. Mengelola ketatausahaan dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah.

m. Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.


(50)

n. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.

o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.

p. monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.

kemampuan manajerial kepala sekolah adalah kapasitas yang dimiliki oleh seorang kepala sekolah dalam mengelola organisasi dan sumber daya yang ada, guna mencapai tujuan organisasi yang mancakup:

a. Kemampuan merencanakan dengan indikator yaitu mampu menyusun dan menerapkan strategi, dan mampu mengefektifkan perancanaan.

b. Kemampuan mengorganisasikan dengan indicator yaitu mampu melakukan departementalisasi, membagi tanggung jawab dan mampu mengelola personil.

c. Kemampuan dalam pelaksanaan dengan indikator yaitu mampu mengambil keputusan, dan mampu menjalin komunikasi.

d. Kemampuan mengadakan pengawasan dengan indicator yaitu mampu mengelola, dan mampu mengendalikan operasional.

Untuk meningkatkan kualitas kepala sekolah, Kabupaten Sidoarjo mencanangkan program penguatan individu kepala sekolah. Program tersebut


(51)

terdiri dari lima modul utama yaitu manajerial, supervisi akademik, kewirausahaan, usaha pengembangan sekolah dan kepemimpinan pembelajaran. Penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana proses implementasi dari program penguatan individu kepala sekolah dengan modul manajerial. Oleh karena itu selanjutnya akan dijelaskan mengenai program penguatan individu kepala sekolah.

B. Program Penguatan Individu Kepala Sekolah

Program Penguatan Individu Kepala Sekolah (PPIKS) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara individual untuk meningkatkan kinerja kepala sekolah, melalui program pendampingan oleh pengawas sekolah. Dasar hukum pelaksanaan PPIKS adalah Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007, Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 dan Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 yang mengamanatkan bahwa dimensi kompetensi kepala sekolah yang meliputi kepribadian, sosial, manajerial, supervisi, kewirausahaan, dan kepemimpinan pembelajaran.

Tujuannya dari PPIKS adalah untuk meningkatkan prestasi kerja kepala sekolah melalui program belajar individual yang terstruktur dan dukungan pendampingan pengawas sekolah. Program tersebut terdiri dari lima modul sesuai dengan permendiknas tentang standar kepala sekolah yang harus memiliki


(52)

kompetensi manajerial, supervisi akademik, kewirausahaan, usaha pengembangan sekolah dan kepemimpinan pembelajaran.64

Setiap sekolah dapat memilih salah satu modul untuk dipraktekan di sekolah masing-masing. Setiap modul berisikan beberapa kegiatan pembelajaran.

SDN keret sebagai lokasi penelitian, memilih modul manajerial. Sehingga lebih lanjut akan dijelaskan mengenai kegiatan pembelajaran yang ada dalam modul manajerial. Adapun kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari materi ini, bagi kepala sekolah adalah agar lebih memahami dimensi manajerial dan mengaplikasikannya. Modul manajerial kepala sekolah terdiri dari tujuh kegiatan belajar yaitu: (1) rencana strategis sekolah (2) pengelolaan sumber daya sekolah (3) pengelolaan kesiswaan (4) monitoring dan evaluasi (5) pengelolaan sumber daya manusia (6) pengelolaan kurikulum (7) pengelolaan penilaian kinerja.65

1. Rencana Strategis Sekolah

Di dalam lingkungan sekolah, sekolah diwajibkan membuat rencana kerja sekolah. Rencana Kerja Sekolah (RKS) terdiri dari Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) empat tahunan dan Rencana Kerja Tahunan (RKT). Berdasarkan RKT disusun Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS).diharapkan dengan adanya RKJM, RKT, dan RKAS dapat menjadi

64

Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah, (Jakarta: Balai Pustaka).

65

Modul Program Penguatan Individu Kepala Sekolah, Manajerial, (Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar Dan Menengah : Jakarta, 2016), 1.


(53)

panduan dan arahan seluruh komponen penyelenggaraan sekolah dalam mengelola pendidikan.66

Untuk membuat RKS dibutuhkan analisis dan informasi dari hasil evaluasi diri sekolah (EDS). EDS sangat diperlukan oleh sekolah karena evaluasi ini adalah evaluasi internal yang dilakukan oleh dan untuk sekolah sendiri guna mengetahui kekuatan dan kelemahannya sendiri, semacam cermin muka yang dapat dipakai dalam melihat kekuatan dan kelemahannya sendiri untuk selanjutnya dipakai dasar dalam upaya memperbaiki kinerja.

Sebagai arah pengembangan program RKJM, RKT/RKAS dan program lainnya Perencanaan sekolah yang baik harus didukung dengan pemahaman terhadap visi, misi, dan tujuan, serta kemampuan merumuskannya dengan benar oleh stakeholder di bawah kepemimpinan kepala sekolah.

Visi adalah harapan atau cita-cita seluruh warga sekolah. Visi dirumuskan bersama seluruh warga sekolah. Rumusan visi hendaknya singkat, jelas, mudah diingat, dan menggambarkan harapan. Rumusan visi biasanya menggunakan kata keadaan/sifat.

Misi merupakan tindakan yang akan dilakukan untuk mewujudkan cita-cita yang dituangkan dalam rumusan visi. Misi adalah cara mewujudkan visi. Rumusan misi mengacu pada rumusan visi. Misi berisi langkah-langkah konkret. Kalimat pada misi biasanya menggunakan kata kerja operasional yang mudah diukur.


(54)

Tujuan sekolah dirumuskan mengacu pada misi dan visi sekolah. Tujuan sekolah merupakan produk atau hasil akhir dari seluruh proses pembelajaran di sekolah.67

2. Pengelolaan Sumber Daya Sekolah

Kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif bagi pembelajaran. Budaya pembelajaran yang interaktif, menyenangkan, menantang, dan mampu memotivasi peserta didik untuk aktif. Penciptaan budaya dan iklim sekolah bisa dilakukan melalui penataan lingkungan sekolah, pengembangan lingkungan psikososial-cultural sekolah.

Pengelolaan sumber daya sekolah mencakup kegiatan analisis pendidik dan tenaga kependidikan (GTK), orientasi, penempatan dan penugasan, pelatihan, dan pengembangan GTK, penghargaan dan pembinaan GTK dalam rangka memotivasi kenerja guru dan tenga kependidikan.

Pengelolaan sarana dan prasarana meliputi kegiatan analisis kebijakan program sarpras, pemeliharaan dan pemanfaatan sarpras yang sesuai dengan syarat kesehatan dan keamanan lingkungan.

Pengelolaan keuangan sekolah dikelola berdasarkan rencana kegiatan sekolah (RKS). RKS terdiri dari rencana kerja jangka menengah (RKJM) yang merupakan pengembangan hasil evaluasi diri sekolah (EDS). Berdasarkan RKJM kegiatan prioritas dirprogramkan dalam rencana kerja tahunan (RKT).

67


(55)

RKT inilah yang dialokasikan anggarannya melalui rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS).

Pengelolaan kegiatan tenaga administrasi sekolah, merupakan tugas dan fungsi dari kepala sekolah. Kepala sekolah harus dibantu oleh Tenaga Administrasi Sekolah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.68

3. Pengelolaan Kesiswaan.

Dalam kegiatan belajar mengenai pengelolaan kesiswaan akan dibahas mengenai penerimaan peserta didik baru (PPDB). PPDB merupakan kegiatan rutin yang dilakukan sekolah setiap tahun ajaran baru, melalui beberapa tahapan: 69

a. Perencanaan Penerimaan Peserta Didik Baru 1) Penetuan daya tampung

2) Pembentukan kepanitiaan PPDB

3) Menentukan alur (mekanisme) dan persyaratan PPDB 4) Mempersiapkan segala perlengkapan

5) Melakukan sosialisasi kepada masyarakat b. Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru

Pelaksanaan PPDB harus memenuhi prinsip-prinsip obyektif, transparan, akuntabel, dan tidak diskriminatif.

c. Tahap Pelaksanaan Seleksi

68

Modul, Manajerial, 14-24.

69


(56)

Seleksi adalah penyaringan calon peserta didik baru kelas satu berdasarkan pada aturan yang telah ditetapkan.

d. Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB)

Masa orientasi peserta didik baru merupakan pengenalan terhadap seluruh aktivitas yang ada di sekolah sarana dan prasarana yang dimiliki, personil yang ada di sekolah. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan peserta didik baru secara fisik dan mental untuk memasuki lingkup masyarakat sekolah.

e. Mengarahkan Peserta Didik Sesuai Bakat dan Minat

MOPDB dimanfaatkan sekolah untuk memetakan kompetensi peserta didik baru sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga sekolah bias mengarahkan perkembangannya secara tepat.

4. Monitoring dan Evaluasi.

Monitoring pengelolaan sekolah adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi tentang proses pelaksanaan pengelolaan sekolah sedangkan evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi tentang hasil pengelolaan, apakah hasil yang dicapai sesuai dengan yang diprogramkan atau tidak.70

Monitoring dan evaluasi pengelolaan sekolah mencakup program pengawasan, evaluasi diri, evaluasi, dan pengembangan KTSP, evaluasi pendayagunaan GTK, dan akreditasi. Oleh karena itu, sekolah perlu menyusun

70


(57)

praktik terbaik untuk kegiatan monitoring dan evaluasi tersebut sekaligus menyiapkam formatnya.

Untuk melakukan evaluasi bisa digunakan beberapa pendekatan antara lain: pendekatan berbasis tujuan (goal-based), pendekatan tanpa mengacu tujuan (goal-free), pendekatan responsif (responsive), pendekatan evaluasi berbasis system (systems based), dan pendekatan evaluasi menggunakan review professional.

5. Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Dalam mengelola sumber daya manusia yang ada di sekolah, kepala sekolah harus memiliki kemampuan memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

Untuk mencapai tujuan tersebut seorang kepala sekolah harus mampu untuk mengomunikasikan visi, misi, tujuan, sasaran, dan program strategis sekolah, mengoordinasikan guru dan staf, membangun kerja sama tim (team work) antar guru dan staf, mengambil keputusan dan mengelola manajemen konflik. Kepala sekolah juga harus memperhatikan keterampilan-keterampilan professional guru dan keterampilan-keterampilan staf. 71

6. Pengelolaan Kurikulum

Seorang kepala sekolah harus memiliki kemampuan mengelola kurikulum di sekolah masing-masing, khususnya berkaitan dengan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjut KTSP.

71


(58)

Kemampuan tersebut berguna untuk memahami rasional pengembangan kurikulum nasional sehingga memiliki sikap positif terhadap keberadaan kurikulum nasional yang selalu mengelami perubahan. Kemampuan pengelolaan tersebut mencakup:72

a. Rasionalisasi pengembangan kurikulum

Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun eksternal. b. Penyusunan KTSP

KTSP merupakan kurikulum operasional yang dikembangkan dan diimplementasikan oleh satuan pendidikan. Penyusunan KTSP baik dalam kurikulum tahun 2006 dan kurikulum tahun 2013 harus mencakup komponen : 1) visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan; 2) muatan kurikulum nasional, daerah, dan kekhasan satuan pendidikan. Pengembangan dan pengaturan komponen KTSP tersebut diatur dalam Peraturan Menteri.

c. Pengelolaan muatan kurikulum

Pengelolaan muatan kurikulum dalam KTSP terdiri atas muatan nasional dan muatan local.

d. Pengelolaan beban belajar

Untuk mencapai tujuan satuan pendidikan diperlukan pengaturan beban belajar yang sesuai dengan perkembangan peserta didik, muatan

72


(59)

pembelajaran, kecepatan belajar dan jenjang pendidikannya. Beban belajar dalam KTSP diatur dalam bentuk system paket atau kredit semester.

e. Menyusun kalender pendidikan

Seorang kepala sekolah harus mengelola waktu pembelajaran dan waktu kegiatan-kegiatan lainnya dalam bentuk kalender pendidikan pada setiap tahun ajaran yang meliputi waktu permulaan pembelajaran peserta didik, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

f. Pengelolaan penilaian

Tugas kepala sekolah dalam mengelola penilaian di sekolah meliputi: 1) menetapkan sistem penilaian di sekolah: 2) mengevaluasi ketercapaian target mutu yang telah ditetapkan dalam KTSP, dan 3) menindak lanjuti hasil evaluasi ketercapaian target mutu.

g. Penetapan tingkat kompetensi

Tingkat kompetensi merupakan batas minimal pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan..

h. Evaluasi dan tindak lanjut ketercapaian program

Evaluasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengumpulkan informasi tentang realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu


(60)

organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan.

i. Program peminatan

Peminatan peserta didik merupakan upaya advokasi dan fasilitas perkembangan peserta didik agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara sehingga mencapai perkembangan optimal.

7. Pengelolaan Penilaian Kerja.

Untuk Mempelajari materi penilaian kinerja guru dan tenaga kependidikan terlebih dahulu harus disiapkan perundangan dan petunjuk teknis yang sudah ada, diantaranya :

a. Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 2011

b. Peraturan Menteri Negara PAN & RB No. 16 tahun 2009

c. Peraturan bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 03/v/pb/2010 dan No. 14 tahun 2010

d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 35 tahun 2010 e. Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru Buku 2 f. Peraturan Kepala BKN No. 1 tahun 2013


(61)

Langkah selanjutnya dalam Kegiatan belajar ”Pengelolaan Penilaian Kinerja” meliputi lima materi pokok, yaitu : merencanakan kegiatan penilaian kinerja, melaksanakan kegiatan penilaian kinerja, membuat analisis hasil penilaian kinerja, membuat rencana tindak lanjut hasil penilaian kinerja dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian kinerja.73

Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa PPIKS adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan lima kemampuan/kompetensi utama kepala sekolah. Sesuai dengan Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 dinyatakan bahwa dimensi kompetensi kepala sekolah meliputi manajerial, supervisi akademik, kewirausahaan, usaha pengembangan sekolah dan kepemimpinan pembelajaran.

Penelitian ini membahas mengenai salah satu kemampuan kepala sekolah yaitu kemampuan manajerial. Kemampuan manajerial adalah kapasitas yang dimiliki oleh seorang kepala sekolah dalam mengelola organisasi dan sumber daya yang ada, guna mencapai tujuan organisasi yang mancakup:

a. Kemampuan merencanakan, dengan indikator yaitu mampu menyusun dan menerapkan strategi, dan mampu mengefektifkan perancanaan.

b. Kemampuan mengorganisasikan, dengan indicator yaitu mampu melakukan departementalisasi, membagi tanggung jawab dan mampu mengelola personil.

c. Kemampuan dalam pelaksanaan dengan indikator yaitu mampu mengambil keputusan, dan mampu menjalin komunikasi.

73


(62)

d. Kemampuan mengadakan pengawasan dengan indicator yaitu mampu mengelola, dan mampu mengendalikan operasional.

Secara keseluruhan kegiatan belajar yang terdapat dalam modul manajerial telah melatihkan seluruh fungsi-fungsi manajerial kepala sekolah. Untuk lebih rinci dijelaskan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Fungsi Manajerial Kepala Sekolah No Fungsi Manajerial Kegiatan Belajar

1 Perencanaan

Rencana Strategis Sekolah Pengelolaan Kurikulum

Pengelolaan Sumber Daya Sekolah Pengelolaan Kesiswaan.

2 Pengorganisasian Pengelolaan Sumber Daya Manusia 3 Pelaksanaan/Pengarahan Monitoring dan Evaluasi.


(63)

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran orang baik secara individu maupun kelompok. 74 Menurut Moleong Penelitian kualitatif adalah Penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang telah dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiyah. 75

Adapun jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah jenis studi kasus. Karena meneliti kejadian yang berupa program di sekolah. Pendekatan penelitian ini bersifat deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana

74 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2011), 140


(64)

adanya.76 Dalam penelitian ini yang diteliti adalah lingkungan sekolah tempat diadakannya program penguatan individu kepala sekolah .

Dalam rancangan jenis penelitian ada empat macam tipe desain studi kasus, yaitu (1) desain kasus tunggal holistik, (2) desain kasus tunggal terjalin (embeded), (3) desain multikasus holistik, dan (4) desain multikasus terjalin.77 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus tunggal holistik. Dikatakan studi kasus tunggal karena peneliti hanya menggunakan satu obyek atau satu kasus. Kasus yang diteliti tentang implementasi program penguatan individu kepala sekolah dalam meningkatkan kemampuan manajerial kepala sekolah di SDN keret krembung sidoarjo.

B. Lokasi Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di SDN keret sidoarjo. yang terletak di desa Keret, Kec. Krembung, Kab. Sidoarjo. Peneliti tertarik melakukan penelitian di SDN Keret karena SDN tersebut terpilih mewakili Kec. Krembung untuk mengikuti program penguatan individu kepala sekolah yang diadakan oleh Pemkab Sidoarjo.

C. Kehadiran Peneliti.

Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang menekankan pada hasil pengamatan Peneliti di lapangan, karenanya peneliti wajib hadir di lapangan

76 Hadari Nawawi, H. Murni Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gajahmada University Press,

1996), 73.


(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.

Berdasarkan tujuan penelitian dan pembahasan mengenai implementasi program pengembangan individu kepala sekolah (PPIKS) di SDN Keret Kec. Krembung Kab. Sidoarjo , diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi PPIKS dilaksanakan dengan cara sosialisasi. Dimulai dari pengawas sekolah kemudian dilanjutkan kepada kepala sekolah beserta guru dan komite. Agar perencanaan PPIKS berjalan dengan baik maka disusun sebuah pedoman, yang disebut rencana pengembangan individu (RPI). Hasil dari kegiatan PPIKS yang telah ditindak lanjuti/disempurnakan dilaporkan kepada Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar Dan Menengah.

2. Dalam pelaksanaan suatu kegiatan pasti ditemukan beberapa faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung kegiatan PPIKS antara lain adalah: bimbingan penuh dari pengawas sekolah, modul yang mudah dipelajari, mendapat dana dari pemerintah terkait pelaksanaan program penguatan individu kepala sekolah, antusiasme warga sekolah dalam melaksanakan kegiatan PPIKS. Sedangkan faktor penghambatnya adalah: pelaksanaan kegiatan tidak sepenuhnya sesuai dengan jadwal di RPI yang telah dijadwalkan, terdapat beberapa guru yang kurang aktif dalam kegiatan


(2)

diskusi, ada beberapa kegiatan yang tidak terlaksana, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu.

3. Adapun dampak dari adanya kegiatan PPIKS adalah sebagai berikut: (a) Peningkatan kemampuan semua pihak yang terlibat dalam PPIKS (b) Peningkatan kinerja Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan (c) Peningkatan mutu pendidikan di sekolah (d) Sebagai dasar pelaksanaan monitoring dan evaluasi, penjaminan mutu dan peningkatan mutu program kegiatan PPIKS yang terencana, sistematis, dan terkendali (e) Mempererat hubungan kerjasama antar pengawas, kepala sekolah, guru, dan stakeholder lainnya.

Secara keseluruhan program pengembangan individu kepala sekolah yang diadakan di SDN Keret sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan manajerial kepala sekolah.

B. Saran

1. Bagi kepala sekolah SDN Keret hendaknya konsisten dalam menjalankan manajerial sekolah berdasarkan modul PPIKS yang telah diterapkan. Manajerial sekolah yang baik akan meningkatkan kualitas sekolah, sehingga iklim akademik sekolah menjadi kondusif untuk melaksanakan proses belajar mengajar.

2. Bagi komite, guru dan tenaga kependidikan harus bekerjasama untuk membantu kepala sekolah dalam menjalankan fungsi manajerialnya. Karena


(3)

100

dengan bantuan tersebut keepala sekolah akan lebih mudah dalam menjalankan fungsi manjerial yang ideal.

3. Bagi lembaga pendidikan Islam, bisa bekerjasama dengan sekolah yang terpilih mengikuti PPIKS. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah di lembaga pendidikan Islam tersebut.


(4)

Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta, 1991.

Atmodiwirio, Soebagio. Manajemen Pelatihan. Jakarta: Ardadizya Jaya, 2002.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press, 2011.

Burhanudin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1990.

Danim, Sudarwan. Motivasi, Kepemimpinan, dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Eriyanto, Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja Guru” Jurnal Lisan Al-Hal Volume 6, No. 2, Desember 2014.

Faisal, Adi anwar. “Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Kotagede Yogyakarta” (Skripsi, -- UNY Yogyakarta, 2012).

Faisal, Sanapiah. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar dan Aplikasi. Malang: IKIP Malang, 1990.

Gitosudarmo, Indriyo. Prinsip Dasar Manajemen Edisi 2. Yogyakarta: BPFE, 1990. Handayaningrat, Soewarno. Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan Manajemen.

Jakarta: Bina Aksara, 2007.

Handoko,T. Hani. Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 1995.

Hasibuan, Malayu S.P. Organisasi dan Motivasi. Jakarta, Bumi Aksara, 1996.

Kemendiknas. Buku Kerja Kepala Sekolah. Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, 2011.


(5)

102

Kurnaiawan, Asep. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Untuk Menciptakan Sekolah Yang Bermutu Penelitian di SDIT Sabilul Huda dan SDIT Sains al-Farabi” Jurnal Holistik Vol 12 Nomor 01, Juni 2011/1433 H.

Kusmiati, Endang. Hubungan Keterampilan Manajer Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Suko Manunggal Kota Surabaya. Tesis, PPs UNY, 2010.

Lazaruth, Soewadji Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya. Yogyakarta : Kanisius, 1992.

Modul Program Penguatan Individu Kepala Sekolah. Manajerial. Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar Dan Menengah : Jakarta, 2016.

Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitaia Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS

dan KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Mulyasa. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Angkasa, 2013.

Nasution, S. Metode Research; Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Nawawi, Hadari dan Murni Martini, Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1996.

Nawawi, Ismail. Metoda Penelitian Kualitatif. Jakarta: Dwiputra Pustaka jaya, 2012. Permendiknas No 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala sekolah

Permendiknas No 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999.

Satori, Djam’an dan Aan Komariyah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2010), .


(6)

Siswanto. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Siswanto. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Soetopo, Hendiyat. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara, 1984.

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2007.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.

Terry, George R. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: PT Bumi Angkasa, 2009. Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004.

Triasa, Djati Julia. Manajemen Umum Sebuah Pengantar. Yogyakarta: BPFF, 1998. Trisnawati, Ernie. dan Kurniawan Saefullah. Pengantar Manajemen. Jakarta:

Kencana, 2010.

Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo 2002, Persada.