Sistem pembelajaran fullday school dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa kelas IV: studi multi kasus di SD Islam Waru dan MI Ma'arif NU Pucang Sidoarjo.

(1)

SISTEM PEMBELAJARAN

FULLDAY SCHOOL

DALAM

PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN SALAT

SISWA KELAS IV

(Studi Multi Kasus di SDI Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma’arif NU Pucang Sidoarjo)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh Nurul Huda NIM F0.2.3.15.077

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

xiii

ABSTRAK

Nurul Huda (F02315077). Sistem Pembelajaran Fullday School dalam Pembentukan

Karakter Disiplin Salat Siswa Kelas IV (Studi Multi Kasus di SDI Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma’arif NU Pucang Sidoarjo). Tesis. Program Studi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya. 2017. Nur Fitriatin, M.Ed. Ph.D. Kata Kunci: Sistem Pembelajaran, Fullday School,Karakter Disiplin Salat.

Penelitian ini dilatarbelakangi karena untuk mengetahui pembentukan karakter

disiplin salat siswa di SDI Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma’arif NU (MINU) Pucang

Sidoarjo yang memiliki manajemen baik dalam mengelola pendidikan, kedua sekolah

ini termasuk sekolah yang unik dan berhasil dalam menerapkan sistem fullday school

yang bertujuan untuk mendidik karakter disiplin salat siswa, baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan kontrol keberhasilannya, sehingga 2 sekolah ini banyak membantu orang tua dalam mendisiplinkan salat siswa baik di sekolah maupun di rumah. Ada 3 permasalahan dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana perencanaan, (2) Bagaimana pelaksanaan dan (3) Bagaimana keberhasilan pembentukan karakter disisplin salat siswa

kelas IV dalam sistem fullday school di SDI Raudlatul Jannah waru dan MI Ma’arif NU

Pucang Sidoarjo.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dan pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun analisis data dalam penelitian ini dengan pemilihan data kemudian penyajian data dan selanjutnya penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan pembentukan karakter disiplin salat siswa di SDI Raudlatul Jannah dengan membentuk tim TPDS, membuat tata tertib pelaksanaan dan jadwal imam salat tertuang dalam SOP, adanya jobdis setiap penanggung jawab, memberikan fasilitas pelaksanaan salat di sekolah, dan buku penghubung sebagai bentuk monitoring wali kelas terhadap salat siswa baik di sekolah maupun di rumah serta pemberian sanksi dengan sistem Pulsa (pengurangan point). Sedangkan di MINU Pucang Sidoarjo perencanaannya dilakukan dengan membuat tim ketertiban salat (ISNUTA), menyiapkan materi salat, membuat prosedur dan jadwal pelaksanaan salat serta jobdis masing-masing pendamping.

Proses pelaksanaan pembentukan karakter disiplin salat siswa di SDI Raudlatul Jannah dilakukan dengan kegiatan rutinitas siswa menjalankan salat wajib maupun sunah dan dilakukan adanya pendampingan, pengawasan, dan monitoring terhadap siswa melalui buku penghubung dan kring hallo sebagai bentuk mengingatkan siswa

untuk melaksanakan salat tahajud. Sedangkan di MI Ma’rif NU Pucang hampir sama

yang membedakan hanya pada waktu pelaksanaan salat dluha yang dilakukan di awal waktu sebelum pembelajaran. adanya monitoring siswa melalui buku agenda dan pemantauan salat tahajud dengan istilah telpon berantai. serta sanksi berupa hafalan al-Qur’an dan qadlo salat.

Keberhasilan kedua lembaga tersebut dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa sangat signifikan dan dapat dikatakan sukses, karena siswa dari kedua lembaga tersebut pelaksanaan salat wajib maupun sunahnya sangat disiplin baik disekolah maupun di rumah, bahkan ketika siswa berada dirumah mendengar adzan berkumandang ia langsung bergegas untuk salat dan mengajak orang tuanya untuk segera melaksanakan salat.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN MOTTO ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix

DAFTAR ISI ... x

ABSTRAK ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 12

C. Rumusan Masalah ... 13

D. Tujuan Penelitian ... 14

E. Kegunaan Penelitian ... 14

F. Penelitian Terdahulu ... 15

G. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Fullday School 1. Pengertian Fullday School ... 21

2. Sejarah Fullday School ... 23

3. Unsur dan Tujuan Fullday School ... 27

4. Karakteristik Fullday School ... 35

5. Kurikulum Fullday School ... 36

B. Karakter Disiplin Salat 1. Pengertian Karakter Disiplin Salat ... 40

2. Karakter Disiplin Salat Rasulullah Saw ... 54

3. Fungsi dan Tujuan Disiplin Salat ... 58


(8)

xi

5. Hikmah Berdisiplin Salat ... 66

6. Makna Salat bagi Pembentukan Disiplin ... 69

C. Pembentukan Karakter Disiplin Salat melalui sistem Fullday School 1. Perencanaan Pembentukan Karakter Disiplin Salat ... 77

2. Pelaksanaan Pembentukan Karakter Disiplin Salat... 84

3. Evaluasi Pembentukan Karakter Disiplin Salat... 91

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 96

B. Kehadiran Peneliti ... 99

C. Lokasi Penelitian ... 101

D. Sampel Penelitian ... 105

E. Teknik Pengumpulan Data ... 108

F. Analisis Data ... 110

G. Keabsahan Data ... 113

BAB IV : PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA A. PAPARAN DATA 1. Profil Sekolah ... 115

a. Profil SDI Raudlatul Jannah Waru Sidoarjo ... 115

1) Sejarah Berdirinya SDI Raudlatul Jannah Waru ... 110

2) Visi Misi dan Tujuan Sekolah ... 118

3) Tenaga Pengajar ... 119

4) Data Jumlah Siswa ... 120

5) Kurikulum Sekolah ... 120

6) Kegiatan Intrakurikuler Sekolah ... 121

7) Kegiatan Penunjang ... 122

8) Sarana dan Prasarana ... 122

b. Profil MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo ... 123

1) Sejarah MI Ma‘arif NU Pucang ... 123

2) Keadaan Lingkungan Madrsah ... 125


(9)

4) Jumlah dan Keadaan Siswa ... 132

5) Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 132

6) Program Pendukung Madrasah ... 133

7) Sarana dan Prasarana Madrasah ... 135

2. Sistem Pembelajaran Fullday School dalam Pembentukan Karakter Disiplin Siswa di SDI Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo a. SDI Raudlatul Jannah Waru Sidoarjo ... 136

1) Perencanaan ... 136

2) Pelaksanaan ... 142

3) Keberhasilan ... 151

b. MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo ... 156

1) Perencanaan ... 161

2) Pelaksanaan ... 168

3) Keberhasilan ... 176

B. ANALISIS DATA 1. Perencanaan Pembentukan Karakter Disiplin Siswa ... 180

2. Proses Pelaksanaan Pembentukan Karakter Disiplin Siswa ... 190

3. Keberhasilan Pembentukan Karakter Siswa ... 202

BAB V: PENUTUP A. Simpulan ... 202

B. Saran ... 204 DAFTAR PUSTAKA


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membicarakan karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Karakater adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu

sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.1

Sebagaimana Zubaedi menyatakan bahwa ―Karakter adalah bawaan, hati,

jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,

temperamen, dan watak.2

Demikian juga, Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja

sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara‖.3 Aunilah dalam bukunya yang berjudul Panduan Menerapkan Karakter di Sekolah, mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa, mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekait, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan maupun bangsa, sehingga akan

terwujud insan kamil‖.4

1 Addien, ―Penerapan Pendidikan Karakter Disiplin Dalam Meningkatkat Hasil Belajar Siswa Di MTs 2 Muhammadiyah Gandusari Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek,‖ Skripsi IAIN Tulung Agung, (September 4, 2015), 12, http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3180/.

2

Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 6. 3

Rusdianto, (ed.), Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogjakarta: DIVA Press, 2012), 38.

4

Aunillah, Nurla Isna. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogjakarta: Laksana, 2013), 19.


(11)

2

Jadi, dapat dikatakan karakter merupakan kemauan dan kebiasaan melakukan perbuatan baik yang dilakukan secara sadar dan sudah menjadi tabiatnya. pendidikan karakter merupakan proses penanaman nilai-nilai baik sehingga menjadi kebiasaan orang tersebut.

Di dalam implementasinya, pendidikan karakter perlu diwujudkan dalam keluarga, masyarakat dan sekolah, sehingga, pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah perlu mendapatkan dukungan orang tua dan masyarakat,karena ketiga komponen tersebut secara komplementer saling

mempengaruhi pendidikan karakter pada siswa.5

Sekalipun ketiga ranah; keluarga, sekolah dan masyarakat saling memberikan kontribusi di dalam pembentukan karakter siswa, Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, perlu memberikan perhatian khusus/lebih terhadap pendidikan karakter. Hal ini senada dengan pendapat Lickona yang menjelaskan bahwa sekolah merupakan salah satu lembaga

pendidikan yang memiliki wewenang untuk mengembangkan nilai karakter.6

Hal ini dimungkinkan karena saat ini kebanyakan orang tua telah menyerahkan pendidikan anaknya terhadap sekolah, sehingga sekolah memiliki wewenang yang diberikan orang tua untuk mengembangkan nilai karakter terhadap setiap anak yang ada di sekolah. Adapun pendidikan karakter bertujuan untuk menanamkan berbagai kebiasaan-kebiasaan baik kepada siswa agar bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai bangsa dan karakter bangsa.

5

Darmiyati Zuchdi, et, all., Panduan Implementasi Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran dan Pengembangan Kultur Sekolah (Yogyakarta: CV Multi Presindo, 2013), 28. 6


(12)

3

Sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap penerapan Pendidikan karakter, kementerian pendidikan nasional menetapkan 18 nilai karakter yang dikembangkan, yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan

nasional .7

Delapan belas karakter tersebut diantaranya karakter religius, jujur, tanggung jawab, disiplin, demokratis, peduli, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.8

Salah satu karakter yang penting dikembangkan di sekolah adalah karakter disiplin. Dengan karakter disiplin anak akan mengetahui perilaku yang seharusnya dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Karakter disiplin

merupakan ujung tombak dalam menerapkan pendidikan karakter,9

yang akan mendorong tumbuhnya nilai-nilai karakter baik lainnya. Misalnya, karakter baik lainnya adalah karakter tanggungjawab, kejujuran, kerjasama, dan

sebagainya.10

7 Kementerian Pendidikan Nasional, ―Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter‖, dalam http://repository.unand.ac.id/22742/1/4_Panduan_Pelaks_Pendidikan_Karakter.pdf (26 November 2016), 8.

8

Kementerian Pendidikan Nasional, dalam Suyadi. Strategi Pemebelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 8-9.

9 ―Disiplin Ujung Tombak Pendidikan Karakter,‖

Kliping Sumatera, November 11, 2016, http://klipingsumatera.com/2016/11/11/disiplin-ujung-tombak-pendidikan-karakter/.

10 Wuri Wuryandani et al., ―Pendidikan Karakter Disiplin di Sekolah Dasar,‖

Jurnal Cakrawala

Pendidikan 2, no. 2 (August 17, 2014): 288,


(13)

4

Terdapat banyak hal tentang karakter disiplin dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya, disiplin waktu, disiplin menegakkan dan mentaati

peraturan, disiplin dalam bersikap, serta disiplin dalam beribadah.11

Kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari memerlukan pembiasaan.12

Misalnya, ketika seorang ingin disiplin waktu ia harus membiasakan diri tepat waktu dalam aktivitasnya termasuk disiplin dalam menjalankan ibadah. Ibadah yang mengajarkan kedisplinan adalah ibadah salat. Ibadah salat mendidik berbagai hal mulai dari kedisiplinan hingga komitmen terhadap

ucapan sikap dan perbuatan.13

Maka karakter disiplin yang menjadi pokok bahasan dalam riset ini adalah tentang kedisiplinan salat.

Karena pentingnya pendidikan kedisplinan salat, maka banyak sekolah yang menyediakan fasilitas untuk mengajarkan salat, seperti masjid dan musholla, namun pada kenyataannya fasilitas tersebut belum dimanfaatkan dengan baik. Hal ini sebagaimana dilihat dari sebuah fenomena yang terjadi di sebuah sekolah dasar di daerah sragen. Di sekolah tersebut menyediakan sebuah Mushola yang dapat dikatakan cukup besar, akan tetapi hanya sebagian kecil siswa yang menggunakan Mushola tersebut untuk ibadah salat,

siswa lainnya menghabiskan waktu istirahat mereka untuk jajan saja.14

11 ―Macam-Macam Disiplin dalam Kehidupan Sehari-Hari,‖

Wawasan Pendidikan, accessed January 26, 2017, http://www.wawasanpendidikan.com/2015/12/macam-macam-disiplin-dalam-kehidupan-sehari-hari.html.

12 ―Shalat Sebagai Metode Pembentukan Karakter,‖ Alghazali09class’s Blog, January 19, 2010, https://alghazali09class.wordpress.com/2010/01/19/shalat-sebagai-metode-pembentukan-karakter/. 13

Ibid.

14 Fajrin Maulana, ―Penanaman Kedisiplinan pada Siswa Melalui Ibadah Praktis Di Sd Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen‖ (s1, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012), 2, http://eprints.ums.ac.id/20754/.


(14)

5

Oleh sebab itu, diperlukan pembelajaran kedisiplinan salat. Kedisiplinan salat yang dimaksud yaitu bagaimana proses dan upaya pembentukan kedisiplinan salat terhadap siswa, sehingga siswa dapat mengamalkan dan melaksanakan pengamalan ibadah salat dalam kehidupan

sehari-hari dengan sadar tanpa ada paksaan dari pihak manapun.15

Di dalam ajaran Islam, sekalipun ibadah salat belum diwajibkan atas anak kecil, namun Islam memerintahkan anak kecil untuk menjalankan salat. Hal ini diterangkan dalam sebuah hadist

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

نب ورمع نع

اورم . ه وسر اق : اق دج نع يبا نع بيعش

م نيب اوقرف و نينس ر عل ا ي ع م وبرضا و نينس ع سل ةًَصلاب م ناي ص

را واا ين ىف ،دواد وبا و دمحا .عجا ملا ىف

٢

:

848

Dari ‗Amr bin Syu‘aib, dari ayahnya, dari datuknya, ia berkata:

Rasulullah SAW bersabda, ―Suruhlah anak-anak kecilmu melakukan shalat pada (usia) tujuh tahun, dan pukullah mereka (bila lalai) atasnya pada (usia) sepuluh tahun, dan pisahkanlah mereka pada tempat-tempat

tidur‖. (HR. Ahmad dan Abu Dawud, dalam Nailul Authar juz 1)16 Islam menerangkan bahwa anak yang sudah mencapai usia tujuh tahun hendaklah mulai diperintahkan untuk menjalankan salat. Hendaklah dipukul lantaran tidak mau mengerjakan salat, apabila umur mereka sudah mencapai

sepuluh tahun agar mereka terlatih bisa mengerjakannya.17 Pada usia ini anak

15 Nur Hanum Asifa, ―Pembentukan Kedisiplinan Shalat Siswa pada Kelas Inklusi di SD Negeri 5 Bukateja Kabupaten Purbalingga‖ (Skripsi—IAIN Purwokerto, Purwokerto, 2015), 3.

16

Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 22.

17


(15)

6

juga mulai dididik untuk tertib dan disiplin karena pelaksanaan salat menuntut

anak untuk tertib, taat, ajek dan disiplin.18

Pentingnya pembentukan karakter disiplin salat ini karena dalam pendidikan salat, akan mengembangkan kemampuan dasar manusia dengan melalui arahaan dan bimbingan dari orang lain. Maka pembentukan kedisiplinan salat perlu di tanamkan pada siswa semenjak mereka masih kecil

agar menjadi kebiasaan mereka dalam kehidupan sehari-hari.19

Agar kedisplinan bisa menjadi kebiasaan yang dapat membentuk karakter displin salat, maka di dalam pelaksanaannya diperlukan perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai dan metode belajar serta pembelajaran

yang efektif.20 Sehingga Pendidikan formal menjadi pilihan yang sesuai dalam

pengimplementasian karakter disiplin salat pada anak.

Diantara empat tingkatan pendidikan formal yaitu TK, SD, SMP, dan SMA, pendidikan di sekolah dasar merupakan tingkat pendidikan formal yang paling penting dalam penanaman karakter dan yang akan menentukan

arah pengembangan potensi yang dimiliki siswa.21

Pada tingkatan ini siswa menjalani proses belajar selama enam tahun, proses pembelajarannya lebih lama dari tiga tingkatan pendidikan lainnya. Oleh karena itu, di sekolah dasar perlu pengembangaan karakter disiplin siswa secara optimal sehingga

18

Ibid., 25.

19 Rois Amnan, ―Pelaksanaan Ibadah Shalat Wajib Siswa Kelas IV, V dan VI SDN Bader 03 Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun Tahun Ajaran 2008/2009‖ (Tesis—STAIN Ponorogo, Ponorogo, 2010), 4.

20 Muhammad Iqbal Ansari, ―Rutinitas Keagamaan di Islamic Full Day School dalam Membentuk Karakter Religius Peserta Didik,‖ Muallimuna Jurnal Madrasah Ibtidaiyah 1, no. 2 (April 10, 2016): 33, http://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/muallimuna/article/view/384.


(16)

7

harapannya di tingkat selanjutnya siswa sudah memiliki bekal karakter disiplin yang kuat.

Selain penerapan di tingkat sekolah, selanjutnya dimaknai penerapan dalam konteks mikro, juga diperlukan pengimplementasian level makro, yakni dilakukan secara massif, seluruh bangsa Indonesia, atau lebih tepatnya disebut

konteks nasional.22

Sekolah yang menerapkan kedisplinan salat biasanya adalah sekolah

yang menerapkan fullday school, Karena pada umumnya fullday school

disamping bertujuan untuk mendidik karakter siswa, juga memiliki waktu cukup untuk mendidik kedisplinan salat siswa

Menurut Cindy Aditya Pramodawardani dalam penelitiannya yang

berjudul “Peranan Sistem fullday School dalam Meningkatkan Kedisiplinan

Siswa (Studi Kasus Di Mts Asih Putera Cihanjuang Cimahi)‖, menunjukkan

bahwa penerapan sistem fullday school yang membiasakan siswa berada di

sekolah sejak pukul 07.00-16.00, untuk mengikuti proses belajar mengajar

baik di dalam kelas maupun diluar kelas di sekolah dapat membantu

meningkatkan karakter kedisiplinan siswa dalam sholat, ketika berada di

sekolah,23

karena para siswa diwajibkan untuk menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Hal ini tidak lepas dari adanya kerjasama antara kepala sekolah, guru, pegawai, orang tua siswa dan masyrakat dalam meingkatkan karakter kedisiplinan siswa.

22

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspeltif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 38.

23 Cindy Aditya Pramodawardani, ―Peranan Sistem Fullday School dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa‖ (other, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013), http://repository.upi.edu.


(17)

8

Penelitian lain mengenai fullday school yang mempunyai pengaruh

terhadap pembentukan karakter disiplin siswa juga dilakukan oleh Budi

Winarni menyatakan bahwa adanya pengaruh antara penerapan fullday school

terhadap kedisiplinan siswa MI Muhammadiyah PK Kartasura tahun ajaran

2014/2015. Kegiatan pembelajaran di sekolah yang menerapkan sistem fullday

school dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa baik di sekolah maupun di rumah. Penyelenggaraaan kegiatan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan dapat mengurangi kebosanan siswa. Selain itu penyediaan sarana dan prasarana yang memadai mendorong pembelajaran lebih optimal. Selanjutnya, guru harus kreatif dan konsisten membimbing siswa agar

disiplin mengikuti kegiatan pembelajaran dari pagi sampai sore hari.24

Dari pemaparan di atas dapat diambil sebuah gambaran bahwa sekolah

yang menerapkan sistem fullday school dapat mempengaruhi karakter siswa,

termasuk kedisiplinan siswa dalam melaksanakan salat.

Hal ini tidak terlepas dari proses pengelolaan fullday school yang

meliputi 3 komponen, diantaranya perancanaan berkaitan dengan penyusunan

rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan,25 kemudian pelaksanaan untuk

mengimplemantasikan perencanaan yang telah dibuat dalam membentuk karakter disiplin salat siswa dan kegiatan evaluasi atas program pembentukan karakter. Tujuan evaluasi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat

keberhasilan sistem fullday school dalam membentuk karakter disiplin siswa.

24 Budi Winarni, ―Pengaruh Penerapan Fullday School terhadap Kedisiplinan Siswa MI Muhammadiyah PK Kartasura Tahun Ajaran 2014/2015‖ (s1, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015), 5–6, http://eprints.ums.ac.id/32909/.

25

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru


(18)

9

Berlatar belakang dari paparan tersebut, maka peneliti berupaya untuk

meneliti sehingga mendapatkan gambaran mengenai perencanaan,

pelaksanaan, dan kebehasilan pembentukan karakter disiplin salat siswa di

SDI Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo sebagai

pendidikan tingkat sekolah dasar yang bersistem Fullday School.

Penentuan sekolah tersebut sebagai tempat penelitian dikarenakan Madrasah Ibtidaiyah Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo merupakan salah satu

madrasah yang menerapkan sistem Fullday school dalam membentuk karakter

siswa dengan membiasakan siswanya dalam kegiatan keagamaan seperti tadarus Al-Quran, hafalan surat-surat pendek dan salat fardhu berjamaah di masjid, salat dhuha, dan salat tahajud.

Dengan sistem fullday school yang diterapkan siswa dapat terkontrol

dalam bertingkah laku. Selain itu, juga ada pengawasan dan pantauan guru yang ada di sekolah agar siswa dapat berkembang dengan baik, karena tidak hanya kegiatan keagamaan saja yang dapat memberi pendidikan karakter pada siswa, tapi juga membiasakan tolong menolong dengan teman, tanggung

jawab, disiplin dan perbuatan baik lainya.26

Hal menarik bagi peneliti di MI Ma‘arif NU ini adalah untuk

membentuk karakter disiplin dari proses perencananya yaitu menggunakan sistem Standar Operasional Prosedur (SOP) yang didalamnya membahas tentang kedisiplinan, kepatuhan dan ketaatan dalam beribadah siswa bahkan

pendidik, dan tenaga kependidikan Mi Ma‘arif Nu Pucang Sidoarjo.

26


(19)

10

Selain itu, sekolah yang menjadi obyek penelitian ditingkat Sekolah Dasar adalah Sekolah Dasar Islam Raudlatul Jannah Waru Sidoarjo juga

merupakan salah satu sekolah yang menerapkan sistem fullday school yang

seluruh aktivitas siswanya baik di sekolah maupun di rumah di arahkan untuk

membentuk karakter sesuai dengan student profile (taqwa, visioner, thinker,

responsibility, though, independent, dicipline, creative-innovative, communicator, pro active dan patriotic).27

Hal yang berbeda dengan MI

Ma‘arif NU pucang, perencanaan atau prosedur yang digunakan SDI Raudlatul Jannah dalam pembentukan karakter disiplin, yaitu dengan student Dicipline Code SDI Raudlatul Jannah menggunakan sistem PULSA.

Dalam hal ini ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan sistem fullday school dalam pembentukan karakter disiplin dari sisi pelaksanaannya seperti penelitian yang dilakukan oleh Budi Winarni pada tahun 2015, dalam

penelitiannya fokus pada pengaruh penerapan fullday school terhadap

kedisiplinan siswa.28 Penelitian yang kedua dilakukan oleh Syarifah pada

tahun 2015, penelitiannya fokus pada penerapan sistem fullday school, tingkat

kedisiplinan dan pengaruh sistem fullday school terhadap kedisiplinan.29

Kemudian penelitian yang saya temui dilakukan oleh Cindy Aditya

Pramodarwadani tahun 2013, yang membahas tentang penerapan fullday

school dalam pembentukan kedisiplinan siswa, peran kepala sekolah, pendidik

27

SA, Wawancara Pra Penelitian, Pepelegi, 14 Oktober 2016.

28 Winarni, ―Pengaruh Penerapan Fullday School terhadap Kedisiplinan Siswa MI Muhammadiyah PK Kartasura Tahun Ajaran 2014/2015.‖

29 umi Syarifah, ―Pengaruh Sistem Fullday School terhadap Kedisiplinan Santri dalam Mengikuti Kegiatan di Asrama Putri III Nusantara Pondok Pesantren Darul ‗Ulum Jombang‖ (other, Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum, 2015), http://eprints.unipdu.ac.id/17/.


(20)

11

dan tenaga kependidikan dalam menerapkan sistem fullday school serta

tantangan yang dihadapi.30

Namun, dari beberapa penelitian tersebut belum banyak ditemukan

penelitian yang fokus pada bagaimana perencanaan sistem fullday school

dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa. Sehingga penulis ingin

melihat dan meneliti sistem fullday school dalam hal ini sejauhmana

perencanaan sistem fullday school dalam pembentukan karakter disiplin salat

siswa.

Karena pada dasarnya lembaga pendidikan dengan sistem fullday

school adalah salah satu alternative dan usaha sekolah / madrasah dalam

pembentukan karakter siswa dengan harapan siswa di fullday school memiliki

karakter kedisiplinan dalam hal ibadah, namun pada kenyataannya siswa di

lembaga pendidikan fullday school kurang memiliki karakter disiplin. Oleh

karena itu, dalam riset ini peneliti bertujuan untuk melakukan penelitian

tentang peran sistem pembelajaran fullday school dalam pembentukan

karakter disiplin salat siswa di sekolah.

Maka dalam riset ini peneliti akan menjawab persoalan penelitian di

atas dengan mengambil judul riset ―Sistem Pembelajaran Fullday School

dalam Pembentukan Karakter Disiplin Salat Siswa kelas IV (Studi Multi

Kasus di SDI Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo)‖.

30 Pramodawardani, ―Peranan Sistem Fullday School dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa,‖ 2013.


(21)

12

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Para generasi muda yang diharapkan, masih sulit memahami sebuah

peraturan

2. Pada dasarnya siswa mengetahui bahwa perilaku tidak benar tetapi

mereka tidak memiliki kemampuan untuk membiasakan diri menghindari perilaku yang salah tersebut.

3. Sistem fullday school bagi kalangan orang tua khususnya bagi mereka

yang sibuk dengan pekerjaan, sehingga akan memudahkan kontrol atas anak-anak mereka khususnya pengawasan pada karakter disiplin salat siswa.

4. Menanamkan karakter disiplin salat siswa melalui proses pembelajaran

5. Tersedianya waktu yang lebih lama dilingkungan sekolah akan

mengurangi waktu bermain anak, bersosialisasi, dan mengurangi waktu kebersamaan anak dengan orang tuanya

6. Dalam merancang sistem fullday school yang kurang detail akan

menyebabkan ketidaktepatan dalam proses pelaksanaannya dan akan

berpengaruh pada tingkat keberhasilan sistem fullday school dalam

pembentukan karakter disiplin salat.

7. Pihak guru akan lebih bisa mengetahui proses pembelajaran pada siswa

8. Lembaga pendidikan yang masih memiliki keprihatian besar terhadap


(22)

13

penambahan jam pembelajaran melalui pelaksanaan sistem fullday

school dalam pembentukan karakter siswa mulai dari dini.

9. Masih banyaknya lembaga pendidikan yang belum berhasil dalam

mencetak generasi yang memiliki karakter yang baik khususnya masalah kedisiplinan, hal tersebut dapat dilihat bahwa masih ada siswa yang membuang sampah sembarangan, datang terlambat, memakai seragam yang tidak sesuai dengan peraturan, salat tidak tepat waktu dan perilaku-perilaku lainnya yang menunjukkan perilaku-perilaku yang tidak disiiplin.

Berdasarkan identifikasi masalah yang sangat kompleks dan keterbatasan peneliti, maka peneliti memfokuskan permasalahan pada sistem pembelajaran

fullday school dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa di SDI Raudlatul

Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo. C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut

1. Bagaimana perencanaan sistem pembelajaran fullday School dalam

pembentukan karakter disiplin salat siswa kelas IV di SD Raudlatul Jannah

Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo?

2. Bagaimana proses pelaksanaan sistem pembelajaran fullday School dalam

pembentukan karakter disiplin salat siswa kelas IV di SD Raudlatul Jannah


(23)

14

3. Bagaimana keberhasilan sistem pembelajaran fullday school dalam proses

pembentukan karakter disiplin salat siswa kelas IV di SD Raudlatul Jannah

Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo?

D. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas, sehingga kegiatan penelitian akan lebih bermakna. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perencanaan sistem pembelajaran fullday School dalam

pembentukan karakter disiplin salat siswa kelas IV di SD Raudlatul Jannah

Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo

2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan sistem pembelajaran fullday School

dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa kelas IV di SD Raudlatul

Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo

3. Untuk mengetahui keberhasilan program pembelajaran sistem fullday

school dalam proses pembentukan karakter disiplin salat siswa kelas IV di

SD Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo di SD Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sisoarjo.

E. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah kegunaan secara teoretis dan secara praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Secara teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah keilmuan dalam dunia


(24)

15

school dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa.

2. Secara praktis

a. Bagi guru, sebagai sumbangan bagi para guru di SD Raudlatul Jannah

Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo untuk membantu dalam

pembentukan karakter disiplin siswa di dalam penerapan sistem

pembelajaran fullday school.

b. Bagi kepala sekolah, sebagai masukan dalam meningkatkan atau

melakukan inovasi intensitas supervisi dan mengambil keputusan dalam mengintergrasikan pendidikan karakter di dalam penerapan sistem

pembelajaran fullday school.

c. Bagi orang tua siswa, untuk menambah wawasan dan cakrawala

pengetahuan tambahan kepada para orang tua khususnya orang tua yang

bekerja fulltime yang tidak bisa mengawasi anak-anak mereka

sepenuhnya di rumah. F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah studi hasil kajian penelitian yang relevan dengan permasalahan. Beberapa penelitian yang terkait dengan sistem

pembelajaran fullday school dalam pembentukan karakter belum ditemukan

di literatur penflitian yang ada di Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya. Namun, beberapa penelitian dibawah ini dianggap berkaitan dengan judul yang diangkat penulis. Beberapa judul penelitian tersebut sebagai berikut :


(25)

16

Pertama, ditulis oleh Dwi Setianingsih,31

hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perkembangan psiko-fisik siswa di SD Al-Hikmah Surabaya yang meliputi perkembangan kognitif, perkembangan afektif dan perkembangan social moral cukup baik. Dan guru-guru di SD Al-Hikmah

memiliki profesionalisme yang tinggi ditandai dengan adanya kompetensi

kognitif, kompetensi afektif dan kompetensi psikomotorik yang sangat baik.

Kedua, ditulis oleh Ahmad Suja‘I,32

hasil penelitian menunjukkan

bahwa di SD Luqman al-Hakim dengan konsep fullday school nya terdapat

inovasi-inovasi dalam mengelola kurikulum, kesiswaan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, humas, dan keuangannya. Model inovasi yang

digunakan adalah kategori bottom-up model, sementara dalam prosesnya ada

2 tahap: pertama inisiasi (permulaan) dengan melakukan agenda setting dan

matching (penyesuaian). Kedua, implementasi dengan melakukan re-definisi/ re-strukturisasi, klasifikasi dan rutinisasi.

Ketiga, ditulis oleh Nur Hilalah,33

hasil penelitian menunjukkan bahwa

pelaksanaan fullday school di SD Plus Nurul Hikmah Pamekasan Madura

mirip dengan sistem pembelajaran yang diterapkan di pesantren pada umumnya. Perbedaannya terletak pada sistem proporsi pembelajarannya yakni kuantitas pelajaran agama dan umum masing-masing 50%. Perbedaan yang lain adalah siswa tidak diasramakan di sekolah. Masalah yang dihadapi

31 Dwi Setianingsih, ―

Fullday School dalam Perspektif Psikologi Pendidikan: Studi Kasus di Lembaga Pendidikan Islam AL-Hikmah‖ (Thesis--IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2002).

32 Ahmad Suja‘I, ―Inovasi Pendidikan Fullday School Sekolah Dasar Integral Luqman Al-Hakim Pesantren Hidayatullah Surabaya‖ (Thesis–IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010).

33 Nur Hilalah, ―Pelaksanaan Fullday School di SD Plus Nurul Hikmah Pamekasan Madura; Telaah Problematika Perkembangan Sosial Peserta Didik‖ (Thesis--IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010).


(26)

17

siswa di SD Plus Nurul Hikmah Pamekasan adalah rendahnya interaksi social dengan masyarakat bila di bandingkan dengan siswa yang sekolah regulardan kurangnya motivasi dari orang-orang disekitarnya untuk bergaul dengan masyarakat.

Keempat, Penelitian yang dilakukan oleh Tri Yulianita,34

menjelaskan

bahwa sistem pembelajaran full day school memiliki peranan yang sangat

penting dalam keberhasilan proses kegiatan belajar mengajarnya, di SDIT Al Uswah Tuban mempunyai beberapa program yang salah satunya pemisahan mapel Al-Quran dari mapel PAI untuk kegiatan pembelajarannya, dan penambahan jam pelajaran untuk mapel Al-Quran lebih banyak, yaitu 10 jam.

Kelima, ditulis oleh Raudlotul Khasanah,35

hasil penelitian

menunjukkan bahwa dengan adanya sistem fullday school dapat

meningkatkan akhlaq siswa yang ada di SD PLUS Darul Ulum Jombang.

Sehingga sistem fullday school dapat meningkatkan akhlaq siswa yang ada di

SD PLUS Darul Ulum Jombang terbukti efektif. Semua itu dilihat dari aspek proses pelaksanaan dan hasil perubahan prilaku siswa, selain itu juga dapat dilihat dari tercapainya beberapa tujuan pendidikan yang telah dirancang oleh pihak sekolah yang berhubungan dengan pembentukan akhlaq.

Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa tesis yang penulis angkat mempunyai perbedaan dengan beberapa penelitian yang sudah ada.

34 Tri Yulianita, ―Peranan Fullday School dalam Pengembangan Pembelajaran PAI di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al-Uswah Tuban‖ (Skripsi--IAIN Sunan Ampel Surabaya, Surabaya, 2013).

35 Roudlotul Khasanah, ―Efektifitas Sistem Fullday School dalam Pembentukan Akhlaq Siswa di SD Plus Darul Ulum Jombang‖ (Skripsi--UIN Sunan Ampel Surabaya, Surabaya 2014).


(27)

18

Adapun perbedaan dengan penelitian penulis adalah pada subyek penelitian, fokus penelitian dan kedudukan sistem tersebut. Penelitian ini menekankan

pada pola sistem fullday school dalam pembentukan karakter disiplin salat

siswa kelas IV dalam kegiatan keagamaan di SD Raudlatul Jannah Waru dan

MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan alur pembahasan yang mencakup logika penyusunan dan koherensi antara bagian yang satu dengan

lainnya.36Agar memperoleh gambaran yang sistematis serta komprehensip

dalam penyusunan tesis, maka penulis merincikan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan

Pendahuluan meliputi; Latar Belakang, fokus masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Kerangka Teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian, sistematika pembahasan,

BAB II: Kajian Pustaka

Kajian Pustaka: Pertama berisi tentang, fullday school yang meliputi

tentang pengertian fullday school, sejarah fullday school, unsur dan

tujuan fullday school, karakteristik fulldat school, dan kurikulum

fullday school. Kedua mengenai karakter disiplin salat yang meliputi pengertian karakter disiplin salat, karakter disiplin salat Rasulullah Saw, Fungsi dan tujuan disiplin salat, faktor-faktor pembentukan

36

Pascasarjana UIN Sunan Ampel, Pedoman Penulisan Makalah, Proposal, Tesis dan Disertasi


(28)

19

karakter disiplin salat, hikmah berdisiplin salat, dan makna salat bagi pembentukan didiplin. Kemudian yang ketiga berisikan tentang

pembentukan karakter disiplin salat melalui sistem fullday school.

Yang meliputi perencanaa, pelaksanaan, dan evaluasi dalam mencapai keberhasilan pembentukan karakter disiplin salat siswa

melalui sisitem pembelajaran fullday school.

BAB III: Motode Penelitian

Metode penelitian ini membahas tentang jenis penelitian, subyek dan objek penelitian, lokasi dan waktu penelitian, polpulasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, serta keabsahan data.

BAB IV: Penyajian Data dan Analisis Data Penelitian

Membahas tentang hasil penelitian yang terdiri dari:Gambaran

Umum Sekolah SD Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU

Pucang Sidoarjo, penyajian data yang berisis dan analisis data

mengenai perencanaan sistem fullday school dalam pembentukan

karakter disiplin salat siswa SDI Raudlatul Jannah Waru dan MI

Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo, proses pelaksanaan sistem Fullday school dalam pembentukan karakter disiplin salat siswa di SDI

Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif NU Pucang Sidoarjo dan

keberhasilan sistem fullday school dalam pembentukan karakter

disiplin salat siswa di SDI Raudlatul Jannah Waru dan MI Ma‘arif


(29)

20

BAB V: Penutup

Dalam bab ini merupakan penutup yang memuat kesimpulan dan saran-saran.

Adapun bagian terakhir dari tesis ini terdiri dari daftar pustaka dan beberapa lampiran terkait dengan penelitian.


(30)

21

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Fullday School

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan peserta didik. Karena dengan melaksanakan pendidikan maka seseorang akan mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan yang akan berguna baginya dimasa yang akan datang dan upaya yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan serta mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban

tugas yang dibebankan padanya.1 Upaya meningkatkan kualitas pendidikan

pada hakekatnya tidak sekedar mengarah pada hasil pendidikan akan tetapi juga pada proses pelaksanaan pendidikan, proses disini termasuk model kurikulum yang diterapkan. Berkenaan dengan penerapan kurikulum, sistem full day school merupakan salah satu bentuk model pendidikan yang sangat mendukung untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam hal ini akan

dibahas mengenai pengertian fullday school, sejarah fullday school, unsur dan

tujuan fullday school, karakteristik fulldat school, dan kurikulum fullday school

sebagaimana akan diuraikan sebagai berikut: 1. Pengertian Fullday School

Istilah fullday school berasal dari bahasa inggris yang dipetakan

menjadi tiga kata, full artinya penuh, day artinya hari, dan school artinya

sekolah.2 Jika ketiga kata tersebut digabungkan, maka akan menunjukkan

bahwa fullday school merupakan proses pembelajaran yang dilaksanakan

1 Udin Syaefudin Sa‘ud dan Abin Syamsudin Makmun,

Perencanaan Pendidikan: Suatu Pendekatan Komprehensif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 6.

2


(31)

22

seharian penuh dari pagi hingga sore hari yang menerapkan dasar intregrated curriculum dan intregreted activity yang berarti hampir seluruh aktifitas anak berada di sekolah, mulai dari belajar, makan, bermain dan ibadah dikemas dalam dunia pendidikan. Hal itu senada dengan pendapat

Yusanto, bahwa SDIT berpola fullday school artinya waktu belajar

berlangsung sejak pagi hari hingga sore hari.3

Menurut Nor Hasan dalam jurnal pendidikan Islam, menjelaskan

bahwa yang dimaksud dengan fullday school secara istilah yaitu suatu

proses pembelajaran yang berlangsung secara aktif, kreatif dan transformatif selama sehari penuh bahkan selama kurang lebih 24 jam. Hal yang dimaksud dengan aktif disini yaitu mengoptimalisasikan nseluruh potensi untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Sedangkan sisi kreatif terletak pada optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana sekaligus sistem untuk mewujudkan proses pembelajaran yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi siswa. Adapun dari segi transformatif

dalam pembelajaran fullday school adalah proses pembelajaran yang

diabadikan untuk mengembangkan seluruh potensi kepribadian siswa dengan lebih seimbang. Dan yang dimaksud dengan sistem 24 jam dimaksudkan sebagai ikhtiar bagaimana selama sehari semalam siswa

melakukan aktivitas bermakna edukatif.4

Jika dilihat dari makna dan pelaksanaannya, fullday school sebagian

waktunya digunakan untuk program pelajaran yang suasananya informal,

3

Ismail Yusanto et al., Menggagas Pendidikan Islami (Bogor:Al-Azhar Press, 2013), 188.

4 Nor Hasan, ―Fullday School : Model Alternatif Pembelajaran Bahasa Asing‖, Tadris, (Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1. No 1 (2006), 110-111.


(32)

23

tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan inovasi dari guru. Dengan dimulainya jam sekolah dari pagi sampai sore hari, sekolah lebih leluasa mengatur jam pelajaran yang mana disesuaikan

dengan bobot pelajaran dan ditambah dengan model pendalamannya.5

Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sistem

pembelajaran fullday school yaitu program pendidikan yang seluruh

kegiatan belajar mengajar berada di sekolah secara aktif, kreatif dan transformatif, dimulai dari pagi hingga sore yaitu pukul 07.00 sampai 16.00.

2. Sejarah Fullday school

Fullday shool awalnya muncul pada tahun 1990-an di Amerika Serikat, sebenarnya pada waktu itu hanya dilaksanakan untuk jenjang taman kanak-kanak saja, namun dengan seiring perkembangan zaman, fullday school meluas sehingga juga diperuntukkan ke jenjang yang lebih

tinggi, yaitu SD sampai dengan menengah ke atas.6

Ketertarikan para orang tua untuk memasukkan anaknya ke fullday

school dilatarbelakangi oleh beberapa hal, yaitu karena semakin banyaknya kaum ibu yang bekerja di luar rumah dan mereka banyak yang memiliki anak berusia di bawah 6 tahun, meningkatnya jumlah anak-anak usia prasekolah yang ditampung di sekolah milik publik (masyarakat

5

Addin Arsyadana, ―Penerapan Sistem Fullday School sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan‖, dalam http://lib.uinmalang.ac.id/files/thesis/fullchapter/06110206.pdf (10 Oktober, 2015).

6 Anita Fauziyah, ―Implementasi Sistem Pembelajaran Fullday School dalam Menanamkan Perilaku Sosial Siswa di SD Kyai Ibrahim Surabaya‖ (Undergraduate, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), 21, accessed November 7, 2016, http://digilib.uinsby.ac.id/5132/.


(33)

24

umum), meningkatnya pengaruh televisi dan mobilitas para orang tua, serta kemajuan dan kemodernan yang mulai berkembang disegala aspek

kehidupan. Dengan memasukkan anak mereka ke fullday school,

mereka berharap dapat memperbaiki nilai akademik anak-anak mereka sebagai persiapan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya dengan sukses, juga masalah-masalah tersebut di atas dapat teratasi.

Adapun munculnya sistem pembelajaran fullday school di

Indonesia diawali dengan menjamurnya istilah sekolah unggulan sekitar tahun 1990-an, yang banyak dipelopori oleh sekolah-sekolah swasta termasuk sekolah-sekolah yang berlabel Islam. Dalam pengertian yang ideal, sekolah unggul adalah sekolah yang lebih mengedepankan pada kualitas proses pembelajaran, bukan pada kualitas input siswanya. Kualitas proses pembelajaran bergantung pada sistem pembelajarannya.

Sekolah unggulan biasanya ditandai dengan biaya yang mahal, fasilitas yang lengkap dan serba mewah, elit, dan lain dari pada yang lain, serta tenaga-tenaga pengajar yang propesional, padahal sebenarnya sekolah-sekolah yang berorientasi elitis-ekslusif ini pada dasarnya belum teruji keprofesionalannya. Indikasinya, terbukti dari adanya temuan penelitian Steenbrink (1986), seorang pastur dari Belanda yang sering menkaji pendidikan Islam di Timur, tentang munculnya Madrasah Ibtidaiyah (MI yang bermutu tinggi di sejumlah kota besar di Indonesia yang mampu bersaing dengan dasar umum yang di kelola oleh para


(34)

25

pengelola di sekolah dasar umum yang dikelola Departemen Pendidikan

Nasional.7

Meskipun dalam pembelajaran fullday school memiliki rentang

waktu yang lebih panjang yaitu dari pagi sampai sore, sistem ini masih bias diterapkan di Indonesia dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa setiap jenjang

pendidikan telah ditentukan alokasi jam pelajarannya. Dalam fullday

school ini waktu yang ada tidaklah selalu dipakai untuk menerima materi

pelajaran namun sebagaian waktunya dipakai untuk pengayaan.8

Sistem pembelajaran fullday school jika dilihat dari sejarahnya,

sistem pembelajaran yang dilakukan seharian penuh sebenarnya bukanlah hal yang baru. Namun, sudah banyak lembaga-lembaga pendidikan yang

sudah menerapkan sistem fullday school dengan model yang berbeda dan

sangat variatif. Penggunaan nama lembaga yang digunakan juga sangat

beragam, seperti: fullday school, boarding school, dan program ma’had.

Dalam tradisi pesantren pun sudah lama menerapkan sistem pembelajaran

ini dengan menggunakan sistem asrama atau pondok.9

Namun orang banyak mengira sistem pendidikan sehari penuh atau fullday school merupakan model atau sistem pendidikan baru. Padahal di

7

Iwankuswandi, ―Fullday School dan Pendidikan Terpadu‖, July 9, 2012, accessed November 7,

2016, https://iwankuswandi.wordpress.com/full-day-school-dan-pendidikan-terpadu/.

8 ―Permendiknas No 22 Tahun 2006.pdf,‖ n.d., accessed November 7, 2016, http://sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/dokumen/Permendiknas%20No%2022%20Tahun%202006. pdf.

9

Karel A. Steembrink, Pesantren, Madrasah dan Sekolah;Pendidikian Islam dalam Kurun Modern (Jakarta: LP3ES, 1994), 20.


(35)

26

Indonesia sudah ada model pendidikan seperti ini sejak lama, yaitu di pondok pesantren. Umumnya siswa pondok pesantren akan belajar sehari penuh bahkan sampai larut malam untuk mempelajari Agama Islam selain

pengetahuan umum lainnya.10

Di Indonesia sendiri sebenarnya sekolah yang menggunakan sistem seperti ini adalah sekolah-sekolah yang berbasis agama dan sekolah internasional maupun sekolah nasional yang mengharuskan siswanya

untuk tinggal diasrama. Menurut salah satu pakar Sismanto Fullday school

merupakan model sekolah umum yang memadukan sistem pengajaran Islam secara intersif yaitu memberi waktu tambahan waktu khusus untuk pendalaman keagamaan siswa, dan biasanya jam tambahan ini berlaku

setelah siswa pulang sekolah.11

Pada umumnya pembelajaran disebuah lembaga pendidikan masih menerapkan pembelajaran yang hanya mampu memuwujudkan segi kognitifnya saja, sementara dari segi afektif dan psikomotoriknya masih rendah. Sedangkan di pesantren dengan adanya sistem 24 jam proses pembelajaran, maka ketiga segi tersebut akan dengan mudah diterapkan di dalam proses pembelajaran.

Dengan adanya sistem asrama atau pesantren, banyak sejumlah sekolah-sekolah formal melakukan inovasi dari acuan sistem tersebut.

10 Author-Achmad Maulidi, ―Pengertian Fullday School | Kanal Informasi,‖ n.d., accessed November 10, 2016, http://www.kanalinfo.web.id/2016/08/pengertian-full-day-school.html, http://www.kanalinfo.web.id/2016/08/pengertian-full-day-school.html.

11 Muamar Qadar Yusuf, ―Sejarah Sistem ‗Fullday School ‘ dan Alasan Mengapa Harus Di Terapkan | Pakar Pendidikan,‖ Pendapat Pakar, n.d., accessed November 10, 2016, http://www.pendapat-pakar.com/2016/08/sejarah-sistem-full-day-school-dan.html.


(36)

27

Sudah banyak dari sekolah formal yang melakukan inovasi dari acuan

sistem tersebut dengan merintis sistem pembelajaran fullday school yang

dalam hal tertentu sangat mirip dengan pesantren dengan melakukan

banyak modifikasi dari tradisi pesantren.12 Dalam batas tertentu, pesantren

kurang menyadari substansi pola kependidikan yang diaplikasikan dikarenakan sudah menjadi sebuah tradisi yang melekat dalam transformasi keilmuannya. Oleh sebab itu, dalam mengaplikasikan sistem fullday school bisa saja tetap memperhatikan format tradisi pesantren namun yang digunakan hanyalah tradisi yang telah tersadarkan akan substansinya.

Untuk menerapkan model fullday school di Indonesia tidak mudah,

banyak factor yang mempengaruhi seperti budaya, kebiasaan, ekonomi dan sebagainya termasuk kesiapan sarana prasarana pendidikan.

3. Unsur dan Tujuan Fullday school

Fullday school dapat dipahami sebagai suatu sistem yang diterapkan oleh sekolah kepada anak didik dimana seluruh aktivitas anak berada di sekolah. Tentunya ada kemauan dari orang tua untuk memberikan yang terbaik kepada anaknya. Kemauan orang tua disini yaitu harapan akan pembelajaran yang bermutu, akhlak anak didik yang lebih baik serta prestasi yang didapatkan lebih maksimal. Menurut Basuki

12 Nor Hasan, ―Full Day Schoo: Model Alternatif Pembelajaran Bahasa Asing”

(Jurnal-STAIN Pamekasan, 2004), 113.


(37)

28

terdapat beberapa unsur dalam penerapan sistem Fullday school

sebagai berikut:13

a. Pengaturan jadwal mata pelajaran untuk ketertiban belajar mengajar

b. Strategi pembelajaran yaitu pola umum mewujudkan proses

pembelajaran yang diyakini efektifitasnya untuk mencapai tujuan Pembelajaran.

c. Sarana dan prasarana yang memadai yaitu media pembelajaran yang

merupakan alat yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran serta komponen yang terdapat dalam pembelajaran seperti fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran dan bahan pelajaran.

Pendalaman materi yaitu lebih mendalami tentang komponen utama proses pembelajaran yang dapat memberi warna dan bentuk dari kegiatan

pembelajaran. Berdasarkan unsur-unsur dalam penerapan sistem fullday

school maka dapat dimaksudkan atau diartikan bahwa unsur yang

menunjang dalam penerapan sistem fullday school adalah adanya

pengaturan jadwal yang baik, pembelajarannya harus memiliki strategi yang sangat baik dalam melaksanakan suatu pembelajaran, fasilitas yang menunjang serta menggali lebih dalam lagi tentang materi yang akan atau sudah diberikan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Basuki, bahwa sistem

13


(38)

29

pembelajaran Fullday school selain pengembangan kreatifitas juga

terdapat 3 ranah belajar yaitu kognitif, akektif, dan psikomotorik.14

Menurut Benyamin S.Bloom, 3 ranah belajar diatas mempunyai arti sebagai berikut: Ranah Kognitif lebih kepada hasil yang berupa

pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual.15 Kategori ranah

kognitif mencangkup:

a. Pengetahuan, merupakan suatu tindakan mengingat atau mengenali

informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Pemahaman, merupakan kemampuan memperoleh makna dari materi

pembelajaran.

c. Penerapan, merupakan kemampuan menggunakan materi

pembelajaran yang telah dipelajari dalam situsi yang baru dan konkrit.

d. Analisis, merupakan kemampuan memecahkan material ke dalam

bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya.

e. Sintesis mengacu pada kemampuan mengabungkan bagian-bagian

dalam membentuk struktur yang baru.

f. Penilaian, kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi

pembelajaran untuk tujan tertentu.

14 Ibid., 15


(39)

30

Pada ranah afektif, tujuan pembelajaran lebih berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran

afektif mencangkup:16

a. Penerimaan, lebih mengacu pada keinginan siswa untuk

menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu.

b. Penanggapan, mengacu pada partisipasi aktif yang terjadi pada

diri siswa.

c. Penilaian, mengacu pada harga atau nilai yang melekat pada

objek, fenomena atau perilaku tertentu pada diri siswa.

d. Pengorganisasian, berkaitan dengan perakitan nilai-nilai yang

berbeda.

e. Pembentukan pola hidup, siswa mampu mengembangkan

karakteristik gaya hidupnya

Tujuan pembelajaran ini mengacu pada penunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kategori pembelajaran psikomotorik

mencangkup:17

a. Persepsi, berkaitan dengan organ penginderaan untuk memperoleh

petunjuk yang memandu kegiatan motorik.

b. Kesiapan, mengacu pada pengambilan tipe keputusan tertentu.

c. Gerakan terbimbing,

d. berkaitan dengan tahap-tahap awal didalam

16 Ibid. 17


(40)

31

e. keterampilan kompleks.

f. Gerakan terbiasa, berkaitan dengan tindakan untuk bekerja.

g. Gerakan kompleks, berkaitan dengan kemahiran kerja tindakan

motorik pola-pola gerakan yang kompleks.

h. Penyesuaian, berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan

sesuai dengan persyaratan baru.

i. Kreatifitas, mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru

dengan situasi tertentu.

Berdasarkan pembagian ranah belajar diatas bertujuan agar seseorang mampu memperoleh makna dari pembelajaran sehingga bisa menjadi manusia yang kreatif dan mampu bersikap kritis dimana mampu membuktikan apa yang sudah didapatkannya serta memiliki

keterampilan dalam mengambil suatu keputusan.18

Fullday school sendiri merupakan satu istilah dari proses pembelajaran yang dilaksanakan secara penuh, aktifitas anak lebih banyak dilakukan di sekolah dari pada di rumah. Meskipun begitu, proses pembelajaran yang lebih lama di sekolah tidak hanya berlangsung di dalam kelas, karena konsep awal dibentuknya sistem fullday school ini bukan menambah materi ajar dan jam pelajaran yang sudah ditetapkan oleh Depdiknas seperti yang ada dalam kurikulum tersebut, melainkan tambahan jam sekolah digunakan untuk pengayaan

18 Lisnawaty Soapatty and Totok Suwanda, ―Pengaruh Sistem Sekolah Sehari Penuh (Fullday School ) Terhadap Prestasi Akademik Siswa Smp Jati Agung Sidoarjo,‖ Kajian Moral dan Kewarganegaraan 2, no. 2 (2014): 721–722, accessed October 27, 2016, http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-kewarganegaraa/article/view/7860.


(41)

32

materi ajar yang disampaikan dengan metode pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan untuk menambah wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan, menyelesaikan tugas dengan bimbingan guru, pembinaan mental, jiwa dan moral anak.

Dengan kata lain konsep dasar dari fullday school ini adalah

integrated curriculum dan integrated activity. Penerapan fullday school merupakan alternatif dari revolusi pendidikan terhadap masalalah-masalah yang ada dan terjadi pada siswa. Sebagai solusi alternatif

pelaksanaan full day school ditunjang dengan berbagai alasan yang

patut dipertimbangkan dalam pendidikan siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Clark yaitu:

The growing number of all-day programs is the result of a number of factors, including the greater numbers of single-parent and dualincome families in the workforce who need all-day programming for their young children, as well as the belief by some that all-day

programs better prepare children for school”.19 (Dalam

pertumbuhannya program sehari penuh diakibatkan oleh beberapa factor, di dalamnya banyak orang tua tunggal dan orang tua yang keduanya bekerja yang membutuhkan program sehari penuh untuk anak mereka, di samping ada sebagian yang percaya bahwa program


(42)

33

sehari penuh merupakan program sekolah yang dapat mempersiapkan

anak-anak lebih baik).20

Sehudin kembali mengatakan bahwa garis-garis besar program fullday school adalah sebagai berikut:21

a. Membentuk sikap yang Islami

Adapun hal-hal yang terdapat dlam membentuk sikap yang Islami

sebagai berikut:22

1) Pembentukan sikap yang Islami

2) Pengetahuan dasar tentang Iman, Islam dan Ihsan.

3) Pengetahuan dasar tentang akhlak terpuji dan tercela.

4) Kecintaan kepada Allah dan Rosul-Nya

5) Kebanggaan kepada Islam dan semangat memperjuangkan

b. Pembiasaan berbudaya Islam

Adapun hal-hal yang terdapat dalam Pembiasaan berbudaya Islami

sebagai berikut:23

1) Gemar beribadah

2) Gemar belajar

3) Disiplin

4) Kreatif

20 Ida Nurhayati, ―Penerapan Sistem Pembelajaran ‗Fun & Fullday School ‘ untuk Meningkatkan Religiusitas Peserta Didik di SDIT Al Islam Kudus,‖ Jurnal Teknologi Pendidikan dan

Pembelajaran 2, no. 2 (2014): 238, accessed October 27, 2016,

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/tp/article/view/3680. 21

Sehudin. ―Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Fullday School terhadap Akhlak Peserta didik‖ (Tesis--IAIN Sunan Ampel, Surabaya. 2005), 17. (Unpublised).

22 Ibid. 23


(43)

34

5) Mandiri

6) Hidup bersih dan sehat

7) Adab-adab Islam.

8) Penguasaan Pengetahuan dan Ketrampilan

c. Pengetahuan materi-materi pokok program pendidikan

Adapun hal-hal yang terdapat dalam pengetahuan materi-materi pokok

program pendidikan sebagai berikut:24

1) Mengetahui dan terampil dalam beribadah sehari-hari.

2) Mengetahui dan terampil baca dan tulis Al qur'an.

3) Memahami secara sederhana isi kandungan amaliyah

sehari-hari.

Pada intinya dapat disimpulkan bahwa tujuan sistem pembelajaran fullday school ini yaitu membentuk akhlak dan akidah dalam menanamkan nilai-nilai positif serta memberikan dasar yang kuat dalam belajar di segala aspek.

Dengan adanya fullday school dapat membuat siswa sibuk belajar di

sekolah dengan berbagai fasilitas menarik yang ditawarkan, sehingga tidak terpengaruh dengan lingkungan di luar sekolah dan rumah yang membawa dampak/pengaruh negative terhadap siswa. Dengan diadakannya sistem fullday school dapat memanfaaatkan waktu dengan sebaiknya, maka dapat memacu terbentuknya karakter dalam menanamkan nilai-nilai yang positif

bagi siswa, tujuan lain dari diadakannya fullday school adalah untuk

24 Ibid.


(44)

35

mengembalikan manusia pada fitrahnya sebagai khalifah fil ard dan sebagai hamba Allah, serta memberikan dasar yang kuat dalam belajar di segala aspek.

4. Karakteristik Fullday School

Sesuai dengan semangat otonomi pendidikan diberikan kewenangan untuk mengatur dirinya sendiri sesuai dengan semangat yang ada di daerah. Dengan kebijakan semacam ini masyarakat diberikan kesempatan yang luas untuk mengembangkan intensiatifnya dalam pengelolaan lembaga pendidikan di daerah sesuai dengan latar budayanya. Pemerintah pusat cukup memberikan kurikulum standar nasional, sedangkan pengembangannya diserahkan kepada daerah, terutama dalam menentukan

muatan lokal.25

Otonomi pendidikan disambut baik oleh lembaga pendidikan swasta dengan membenahi keadaan yang telah ada dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, di samping iu juga adanya kebutuhan masyarakat yang disebutkan dengan tugas pekerjaan keseharian dan menginginkan pendidikan yang berkualitas, keadaan semacam ini direspon

dengan menyelenggarakan model pembelajaran fullday school, dalam arti

kegiatan pembelajaran diperpanjang sampai soree hari. Maka sebagai konsekuensi perlu adanya pengelolaan yang baik, khususnya dalam

25 Chusnul Chotimah, ―Peranan FullDay School dalam Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Uswah Tuban‖ (undergraduate, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2011), 16, accessed November 10, 2016, http://digilib.uinsby.ac.id/9415/.


(45)

36

pembelajaran yang berhubungan dengan waktu belajar yang efektif,

pengajaran terstruktur dan kesempatan untuk belajar.26

Karakteristik yang paling mendasar dalam model pembelajaran fullday school yaitu proses Integrated curriculum dan integrated activity yang merupakan bentuk pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk siswa yang berintelektual tinggi yang dapat memadukan aspek keterampilan dan pengetahuan dengan sikap yang baik dan Islami.

Sekolah yang menerapkan pembelajaran fullday school, dalam

melaksanakan pembelajarannya bervariasi, baik ditinjau dari segi waktu yang dijadwalkan maupun kurikulum lembaga atau lokal yang digunakan, pada prinsipnya tetap mengacu pada penanaman nilai-nilai agama dan akhlak yang mulia sebagai bekal kehidupan mendatang di samping tetap

pada tujuan lembaga berupa pendidikan yang berkualitas.27

Dengan demikian Sekolah dasar fullday school, disyaratkan

memenuhi kriteria sekolah efektif dan mampu mengelola dan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki untuk mencapai keberhasilan tujuan lembaga berupa lulusan yang berkualitas secara efektif dan efisien.

5. Kurikulum Fullday School

Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai. Isi materi dan pengalaman

26 Sehudin, ―Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Fullday School Terhadap Akhlak Siswa‖ (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel, 2005), 18.

27 Moch Romli, ―Manajemen Pembelajaran di Sekolah Dasar Fullday School ‖ (Disertasi UM Malang, 2004), 18.


(46)

37

belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang

dirancang dalam bentuk nyata.28

Fullday school sebenarnya memiliki kurikulum inti yang sama dengan sekolah umumnya, namun mempunyai kurikulum local. Dengan demikian kondisi siswa diharapkan lebih matang baik itu dari segi materi

akademik maupun non akademik. Fullday school pada dasarnya

menggunakan system integrated curriculum dan integrated activity yang

merupakan bentuk pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk seorang anak (siswa) berintelektual tinggi yang dapat memadukan aspek ketrampilan dan pengetahuan dengan sikap yang baik dan Islami. Yang mana pembelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau topik tertentu, misalnya masalah di mana semua mata pelajaran dirancang dengan mengacu pada topik tertentu yang dapat memacu pembentukan karakter

siswa.29

Kurikulum fullday school didesain untuk menjangkau

masing-masing dari perkembangan siswa, konsep pengembangannya dengan mengembangkan kreatifitas siswa, yang didasarkan atas aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik.30

Dalam perkembangannya, manajemen fullday school mensyaratkan

28

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009), 9-10. 29

Trianto, Model Pembelajaran Terpada dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), 38.

30


(47)

38

adanya profesionalisme dari seorang pendidik. Pendiidk dituntut untuk peka terhadap perkembangan zaman, selalu terbuka terhadap kemajuan pendidikan serta mengembangkan kurikulum yang modern. Hal itu

bertujuan agar konsep kurikulum yang direncanakan bisa tercapai.31

Selain itu dalam pelaksanaan sistem fullday school harus

memperhatikan juga jenjang dan jenis pendidikan selain kesiapan fasilitas, kesiapan seluruh komponen di sekolah, kesiapan program-program pendiidkan. Seperti yang sudah diketahui bahwa di Indonesia jenjang

formal dibagi menjadi:32

1) TK di peruntukan bagi anak usia 4-6 tahun

2) SD/MI di peruntukan bagi anak usia 7-12 tahun

3) SMP/MTsN di peruntukan bagi anak usia 13-15 tahun

4) SMA/MAN di peruntukan bagi anak usia 15-18 tahun

Mengenai perbedaan jenjang dan jenis pendidikan di atas, maka

sudah seharusnya sistem pembekajaran fullday school harus

memperhatikan perbedaan-perbedaan tersebut. Anak-anak usia SD-SMP tentu porsi beemainnya lebih dari pada belajar. Maka sangat cocok bagi mereka jika konsep belajarnya adalah sambil bermain, jangan sampai

sistem pembelajaran fullday school merampas waktu bermain mereka.

Waktu yang digunakan untuk belajar memiliki karakter yang baik serta

31

Ibid., 224.

32 Chusnul Chotimah, ―Peranan Full Day School dalam Pengembangan Pembenlajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Uswah Tuban‖ (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2011), 27.


(48)

39

dapat berinteraksi dengan teman sebayanya, orang tua, sanak saudara dan lingkungan sekitar.

Dalam pelaksanaan fullday school sebagian waktunya harus

digunakan untuk program-program pembelajaran yang suasananya informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa, yang tentunya ini

memerlukan kreatifitas dan inovasi dari seorang guru.33 Permainan yang di

berikan dalam sistem fullday school masih mengandung arti pendidikan,

yang artinya bermain sambil belajar. Sebisa mungkin diciptakan suasana yang kreatif dalam pembelajarannya, sehingga siswa tidak akan merasa terbebani, bosan dan menjenuhkan meski seharian berada di dalam sekolah.

Salah satu kesuksesan pendidikan terletak pada kurikulum, kurikulum yang diterapkan harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan tuntutan orang tua, selain itu sekolah harus memiliki ciri khas yang menonjol agar masyarakat tertarik dan yang paling utama adalah sekolah mampu menampilkan dan memastikan bahwa sekolah tersebut benar-benar mempunyai keunggulan dalam berbagai hal, agar banyak diminati oleh masyarakat.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, sistem fullday

school memiliki pro dan kontra. Ada masyarakat yang setuju dengan

adanya sistem pembelajaran fullday school ini karena anak-anak tetap

dalam pengawasan guru karena orang tua yang bekerja seharian yang tidak

33


(49)

40

bisa sepenuhnya mengawasi anak-anak mereka dan proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien dengan waktu yang lama di sekolah. Namun tidak menyangkut kemungkinan, masyarakat juga ada yang menilak

dengan adanya sistem fullday school ini karena dikhawatirkan akan

membuat anak jenuh dalam belajar, dan akan berkurangnya interaksi social anak terhadap orang tua dan masyarakat sekitar.

Hal itu tergantung pada perencanaan awal sistem pembelajaran fullday school dibentuk, jika dari awal di rencanakan dan didesain sedemikian rupa, agar proses pembelajaran tidak membosankan dan adanya upaya dari pihak sekolah dalam membentuk karakter siswa khususnya. Maka, proses pembelajarannya akan berjalan dengan baik dan lancar dan akan banyak diminati oleh masyarakat.

B. Karakter Disiplin Salat

1. Pengertian Karakter Disiplin Salat

Karakater adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.

Sebagaimana menurut Zubaedi menyatakan bahwa ―Karakter adalah

bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas,

sifat, tabiat, temperamen, dan watak.34 Istilah karakter memiliki dua

pengertian yaitu: Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah

laku. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan “personality”.

34


(50)

41

Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character)

apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral‖.35

―Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara

berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja

sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara‖.36

―Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai -nilai karakter pada siswa, mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekat, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan

kamil‖.37

Pelaksanaan pendidikan karakter merupakan hal yang penting dilakukan sedini mungkin dan yang berperan dalam pelaksanaan pendidikan karakter bukanlah hanya tanggung jawab sebagaian orang atau lembaga tertentu saja. Namun, semua komponen bertanggung jawab baik dari

lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat.38 Ketiga

lingkungan pendidikan tersebut harus bekerjasama untuk mendukung

35

Abdul Majid dan Andayani Dian, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 2.

36

Rusdianto, (ed.), Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta: DIVA Press, 2012), 38.

37

Aunillah, Nurla Isna. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah (Jogjakarta: Laksana, 2013), 19.

38 Wuri Wuryandani et al., ―Pendidikan Karakter Disiplin di Sekolah Dasar,‖

Jurnal Cakrawala Pendidikan 2, no. 2 (August 17, 2014): 288, accessed December 4, 2016, http://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/2168.


(1)

214

Kementerian Pendidikan Nasional, dalam Suyadi. Strategi Pemebelajaran

Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Kementerian Pendidikan Nasional. Pengembangan Pendidikan Budaya dan

Karakter Bangsa. Jakarta:

Khamid, Abdul. ―Pengaruh Intensitas Salat Berjamaah dan Kegiatan Keagamaan Terhadap Pembentukan Perilaku Religius Siswa di Sekolah Menengah

Kejuruan Negeri Pasirian Kabupaten Lumajang‖. Tesis--UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2012.

Khasanah, Roudlotul. ―Efektifitas Sistem Fullday School dalam Pembentukan

Akhlaq Siswa di SD Plus Darul Ulum Jombang‖. Skripsi--UIN Sunan Ampel Surabaya, Surabaya 2014.

Lickona, Educating For Character. New York: Bantam Books, 1991.

Liliek, Channa. ―Pendidikan Karakter dalam Perspektif Hadis Nabi Saw,‖

Penelitian (2013): 8.

Majid, Abdul & Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Majid, Abdul et. al.. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.

. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016.

Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al Ma‘arif, 1980.

Masri, Ghalib Ahmad A Muslim Companion To Prayer. Lebanon: Al-Huda Bookshop, 1994.

Masyhur, Syaikh Musthafa. Fiqh Dakwah. Jakarta: Al-I‘tishom, 2013.

Maulana, Fajrin. ―Penanaman Kedisiplinan pada Siswa Melalui Ibadah Praktis Di

Sd Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen‖. s1, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.

Miarso, Yusuf Hadi. Teknologi Komunikasi Pendiidkan Pengertian dan Peneraan

di Indonesia. Jakarta: CV Rajawali. 1986.

Mu‘athi, Musthafa Abul. Mengajari Anak Salat Teori danPraktek. Bandung: Irsyad Baitus Salam,

Mu‘thi, Fadlolan Musyyafa. As-Salatu fil Hawak. Mesir: Syirkatu Matba‘atis Salam, 2010.


(2)

215

Mulyono. ―Cara Penanaman Kedisiplinan Belajar dan Beribadah Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali tahun‖. Skripsi--STAIN Salatiga, Salatiga, 2012. Nasriyah. ―Hubungan antara Disiplin Shalat dengan Kecerdasan Emosional Siswa

Kelas IV MI I‘anatush Shibyan dan MI Miftahul Huda Bawu Batelit

Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015‖. Skripsi--UI Nahdlatul Ulama, Jepara, 2015. Nurhaini, Iqwinda ―Pembinaan Sholat Dhuha di SMP Jati Agung (Islamic Full Day Shcool) Sidoarjo‖. Skripsi--UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2016.

Nurhayati, Ida. ―Penerapan Sistem Pembelajaran ‗Fun & Fullday School ‘ untuk

Meningkatkan Religiusitas Peserta Didik di SDIT Al Islam Kudus,‖ Jurnal

Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran 2, no. 2 (2014): 238, accessed

October 27, 2016,

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/tp/article/view/3680.

Nurla Isna, Aunillah. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogjakarta: Laksana, 2013.

Oktafiani, Kristina. ―Strategi Pembinaan Kedisiplinan Siswa Mendirikan Shalat Berjamaah: Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Model

Trenggalek,‖. Skripsi, IAIN Tulung Agung, Tulung Agung, 2015 .

Pascasarjana UIN Sunan Ampel, Pedoman Penulisan Makalah, Proposal,

Tesis dan Disertasi. Surabaya: PPs UIN Sunan Ampel, 2014.

Pramodawardani, Cindy Aditya. ―Peranan Sistem Fullday School dalam

Meningkatkan Kedisiplinan Siswa‖ (other, Universitas Pendidikan

Indonesia, 2013), http://repository.upi.edu.

Priyodarminto, Soegeng. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Pradnya Paramita, 1994.

Purwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1976.

Purwanto, Ngalim. Prinsip–Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.

Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam. Bandung: Sinar baru Algensindo, 2013.

Raya, Ahmad Thib dan Siti Musdah Mulia. Menyelami Seluk Beluk Ibadah

dalam Islam. Jakarta: Prenada Media, 2003.

Redaksi Sinar Grafika, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional: UU RI No.


(3)

216

Romli, Moch. ―Manajemen Pembelajaran di Sekolah Dasar Fullday School ‖. Disertasi UM Malang, 2004.

Rusdianto, (ed.), Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogjakarta: DIVA Press, 2012.

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2009.

. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2009.

Sastriani, Benni. ―Studi Deskriptif Sistem Fullday School dalam Mengembangkan

Karakter Siswa SDIT Iqra‘ 1 Kota Bengkulu‖. Skripsi--Universitas Bengkulu, Bengkulu, 2014.

Sehudin. ―Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Fullday School terhadap Akhlak Peserta didik‖. Tesis--IAIN Sunan Ampel, Surabaya. 2005.

Setianingsih, Dwi. ―Fullday School dalam Perspektif Psikologi Pendidikan: Studi Kasus di Lembaga Pendidikan Islam AL-Hikmah‖. Thesis--IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2002.

Shiddieqy, Hasbi Ash. Pedoman Shalat. Jakarta: Pustaka Rizki Putra, 2000.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mshbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an

Juz 5. Jakarta: Lentera Hati, 2007.

Soapatty, Lisnawaty and Totok Suwanda. ―Pengaruh Sistem Sekolah Sehari Penuh (Fullday School ) Terhadap Prestasi Akademik Siswa Smp Jati Agung Sidoarjo,‖ Kajian Moral dan Kewarganegaraan 2, no. 2 (2014): 721–722, accessed October 27, 2016, http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-kewarganegaraa/article/view/7860.

Soejanto, Agoes. Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995.

Soemarmo. Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah. Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi, 1997.

Soetjiningsih, Chistiana hari. Seri Psikologi Perkembangan Anak Sejak

Pertumbuhan sampai dengan Kanak-kanak Akhir. Jakarta: Prenada Media

Group, 2012.

Steembrink, Karel A. Pesantren, Madrasah dan Sekolah;Pendidikian Islam dalam


(4)

217

Sudrajat, Ajat & Ari Wibowo. ―Pembentukan Karakter Terpuji di Sekolah Dasar Muhammadiyah Condongcatur‖ , Jurnal Pendidikan Karakter, 1 (2)..

Suja‘I, Ahmad. ―Inovasi Pendidikan Fullday School Sekolah Dasar Integral Luqman Al-Hakim Pesantren Hidayatullah Surabaya‖. Thesis–IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010.

Sulistyowati, Endah. Implementasi Kurikukum Pendidikan karakter. Yogyakarta: Citra Aji Pratama, 2012.

Suparman S., Gaya Mengajar yang Menyenangkan Siswa. Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2012.

Suryadi, A. Outloo 2025 Pembangunan Pendidikan Indonesia: Menuju Kualitas

ynag Berdaya Saing Secara Glonba. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012.

Syarifah, Umi. ―Pengaruh Sistem Fullday School terhadap Kedisiplinan Santri dalam Mengikuti Kegiatan di Asrama Putri III Nusantara Pondok Pesantren Darul ‗Ulum Jombang‖ (other, Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum, 2015), http://eprints.unipdu.ac.id/17/.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Trianto. Model Pembelajaran Terpada dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007.

Tulus, Tu‘u. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo, 2004.

Umari, Akhmad Khairi al. Buat Apa Kita Shalat?. Jakarta: Almahira, 2014..

Uno, Hamzah B. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Westa. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Media Abadi, 1985.

Wibowo, A. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa

Berperadaban. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012.

Winarni, Budi. ―Pengaruh Penerapan Fullday School terhadap Kedisiplinan Siswa

MI Muhammadiyah PK Kartasura Tahun Ajaran 2014/2015‖. s1,

Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015.


(5)

218

Wuryandani, Wuri et al.. ―Pendidikan Karakter Disiplin di Sekolah Dasar,‖ Jurnal

Cakrawala Pendidikan 2, no. 2 (August 17, 2014): 288,

http://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/2168.

Yulianita, Tri. ―Peranan Fullday School dalam Pengembangan Pembelajaran PAI di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al-Uswah Tuban‖. Skripsi --IAIN Sunan Ampel Surabaya, Surabaya, 2013.

Yusanto, Ismail. et al., Menggagas Pendidikan Islami. Bogor:Al-Azhar Press, 2013.

Yusuf, Muamar Qadar. ―Sejarah Sistem ‗Fullday School ‘ dan Alasan Mengapa Harus Di Terapkan | Pakar Pendidikan,‖ Pendapat Pakar, n.d., accessed November 10, 2016, http://www.pendapat-pakar.com/2016/08/sejarah-sistem-full-day-school-dan.html.

Zaini, Muhammad. Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi Evaluasi

dan Inovasi. Yogyakarta: Teras, 2009.

Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana, 2011.

Zuchdi, Darmiyati et all., Panduan Implementasi Pendiidkan Karakter

Terintregasi dalam Pebelajaran dan Pengembangan Kultur Sekolah.

Yogyakarta: CV Multi Presindo, 2013.

Zuriah, Nurul. Pendiidkan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

―Disiplin Ujung Tombak Pendidikan Karakter,‖ Kliping Sumatera, November 11, 2016, http://klipingsumatera.com/2016/11/11/disiplin-ujung-tombak-pendidikan-karakter/.

―Macam-Macam Disiplin dalam Kehidupan Sehari-Hari,‖ Wawasan Pendidikan,

accessed January 26, 2017,

http://www.wawasanpendidikan.com/2015/12/macam-macam-disiplin-dalam-kehidupan-sehari-hari.html.

―Permendiknas No 22 Tahun 2006. pdf,‖ n.d., accessed November 7, 2016,

http://sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/dokumen/Permendiknas%20No%20 22%20Tahun%202006.pdf.

―Shalat Sebagai Metode Pembentukan Karakter,‖ Alghazali09class’s Blog,

January 19, 2010,

https://alghazali09class.wordpress.com/2010/01/19/shalat- sebagai-metode-pembentukan-karakter/.


(6)

219

―Shalat sebagai Metode Pembentukan Karakter,‖ Alghazali09class’s Blog,

January 19, 2010, accessed January 26, 2017,

https://alghazali09class.wordpress.com/2010/01/19/shalat-sebagai-metode-pembentukan-karakter/.


Dokumen yang terkait

Implementasi Kurikulum dalam Pembentukan Karakter Siswa Kelas III SD Ta’mirul Islam Surakarta

0 4 8

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DEMOKRATIS DAN DISIPLIN DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES PADA Implementasi Pendidikan Karakter Demokratis Dan Disiplin Dalam Pembelajaran Penjasorkes Pada Siswa Di SD Negeri 1 Kemiri Boyolali.

0 3 16

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN Penanaman Karakter Disiplin Dan Tanggung Jawab Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan (Studi Kasus Kelas VII di SMP Negeri 3 Sura

0 3 12

MANAJEMEN IMPLEMENTASI KURIKULUM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS III Manajemen Implementasi Kurikulum Dalam Pembentukan Karakter Siswa Kelas III SD Ta’mirul Islam Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 19

MANAJEMEN IMPLEMENTASI KURIKULUM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS III Manajemen Implementasi Kurikulum Dalam Pembentukan Karakter Siswa Kelas III SD Ta’mirul Islam Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 22

IMPLEMENTASI PROGRAM FULLDAY SCHOOL TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA KELAS 1 SDIT MUHAMMADIYAH AL-KAUTSAR Implementasi Program Fullday School Terhadap Pendidikan Karakter Pada Siswa Kelas 1 SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Kartasura Tahun Ajaran 2012

0 2 15

IMPLEMENTASI PROGRAM FULLDAY SCHOOL TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA KELAS 1 SDIT Implementasi Program Fullday School Terhadap Pendidikan Karakter Pada Siswa Kelas 1 SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Kartasura Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 13

Implementasi Kurikulum 2013 dengan pendidikan karakter dalam pembentukan kepribadian siswa di SMP Islam Sidoarjo.

0 0 151

STRATEGI PEMASARAN JASA PENDIDIKAN DAN CITRA LEMBAGA DI MI MA'ARIF NU PUCANG SIDOARJO.

0 5 89

IMPLEMENTASI CAMBRIDGE CURRICULUM PADA PEMBELAJARAN SISWA DI MINU PUCANG SIDOARJO.

12 129 104