METODE DAKWAH “BU NYANYI SHOW” NUR CITA QOMARIYAH DI GRIYA PERMATA GEDANGAN SIDOARJO.

(1)

METODE DAKWAH “BU NYANYI SHOW” NUR CITA QOMARIYAH

DI GRIYA PERMATA GEDANGAN SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenui Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam (S.Sos)

Oleh:

Siti Zulfiatur Rodiah NIM. B31213030

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Siti Zulfiatur Rodiah, NIM B31213030, 2016. Metode Dakwah “Bu Nyanyi Show”

Nur Cita Qomariyah di Griya Permata Gedangan Sidoarjo.” Skripsi Program Studi

Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Metode Dakwah, Musik Sebagai Dakwah

Penelitian ini difokuskan untuk menjawab permasalahan bagaimana metode dakwah “Bu Nyanyi Show” Nur Cita Qomariyah di Griya Permata Gedangan Sidoarjo?

Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Data yang digunakan berupa hasil dari wawancara, observasi dan dokumentasi yang disajikan dalam bab penyajian data dan bab analisis data. Dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa Metode Dakwan Bu Nyanyi Show Nur Cita Qomariyah adalah Mauidzah Hasanah dan mempunyai salah satu trik dan ciri khas yang melekat yaitu dakwah yang disampaikan diiringi dengan lantunan music. Jenis

music yang digunakan “Bu Nyanyi Show” dalam berceramah yakni musik gambus,

dengan alat music keyboard dan dumbug untuk mengiringi dan mengajak bersholawat bersama serta memberikan pesan yang dilantunkan dengan syair.

Peneliti ini menfokuskan pada metode dakwah “Bu Nyanyi Show” Nur Cita Qomariyah, paka pada penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang pesan, respon mad’u serta evektivitas dakwah “Bu Nyanyi Show”.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... viii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Konseptual ... 7

F. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II: KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kerangka Teoretik ... 12

1. Pengertian Dakwah ... 12

2. Pengertian Metode Dakwah ... 14


(8)

4. Kekurangan dan Kelebihan Metode... 31

5. Musik Sebagai Media Dakwah ... 33

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 41

BAB III: METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 44

B. Kehadiran Peneliti ... 45

C. Jenis dan Sumber Data ... 47

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

E. Tahapan Penelitian ... 53

F. Teknik Analisis Data... 57

G. Teknik Keabsahan Data ... 59

BAB IV: PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Profil Nur Cita Qomariyah ... 62

1. Latar Belakang Keluarga ... 62

2. Latar Belakang Pendidikan ... 63

3. Perjalanan Karir ... 64

B. Penyajian Data ... 66

1. Persiapan Sebelum Dakwah ………... 67

2. Pengajian Akan Tampil ……..……… 67

3. Pelaksanaan Dakwah “Bu Nyanyi Show” …..……… 69


(9)

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 81 B. Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dakwah secara bahasa artinya “ajakan” atau “mengajak”. Pada dasarnya dakwah diartikan sebagai setiap kegiatan yang mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan. Kebaikan bukan hanya yang bersifat ibadah saja, melainkan dapat bersifat kegiatan sosial yang dilakukan terhadap sesama manusia. Dakwah Islamiyah adalah semua aktifitas manusia muslim di dalam berusaha merubah situasi kepada situasi yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT, dengan disertai kesadaran dan tanggungjawab baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, dan terhadap Allah SWT.1

Karena perkembangan zaman yang semakin modern sehingga dalam proses dakwah perlu menggunakan metode yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi saat ini. Untuk itu dipertimbangkan metode yang akan digunakan dan cara penerapannya, karena sukses dan tidaknya suatu program dakwah sering dinilai dari segi metode yang dipergunakan. Hal ini disebabkan masalah yang dihadapi oleh dakwah semakin berkembang dan kompleks, sehingga metode yang berhasil di suatu tempat dapat dijadikan tolak ukur untuk daerah lain.2

1 Anshari Hafi. Pedoman Untuk Mujahid Dakwah (Surabaya: Al-ikhlas,1993), Hal. 11. 2 Abdullah, Dzikron. Filosof Dakwah (Semarang : Fakultas Dakwah IAIN Walisongo. 1993), Hal. 1.


(11)

2

Secara umum Allah telah memberikan pedoman tentang dasar metode dakwah, sebagaimana tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125:







































































































Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk. (QS: Al-Nahl 125).3

Berdasarkan firman Alah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125 maka jelaslah bahwa dakwah Islam tidak mengharuskan secepatnya berhasil dengan satu cara atau metode saja, namun sebagai cara dapat dilakukan sesuai objek dakwah dan kemampuan serta kereatifitas masing-masing pelaksanaan dakwah, memerintahkan manusia untuk menyeru kepada jalan yang di ridhoi-nya dengan cara bi al-Hikmah, al-mau’idzah, al-hasanah maupun wa jadiluhum bi

al-lati hiya ahsan. Materi dakwah maupun metodenya yang tidak tepat, sering

memberikan gambaran dan persepsi yang keliru tentang Islam.Demikian pula kesalah pahaman tentang makna dakwah yang menyebabkan kesalah langkahan dalam operasional dakwah.Sehingga dakwah sering tidakmembawa perubahan apa-apa, padahal tujuan dakwahadalah untuk mengubah masyarakat sasaran


(12)

3

dakwah ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, lahiriah maupun batiniah.4

Salah satu media yang dapat kita manfaatkan sebagai media penyebaran dakwah Islam yaitu Musik/lagu. Lagu merupakan salah satu media yang dapat mempermudah penyampaian pesan-pesan dakwah kepada masyarakat. Sifatnya sebagai media penghibur dapat menjadikan banyak orang memilihnya untuk didengarkan dikala waktu santai ataupun bosan.Tidak hanya itu, mendengarkan suatu musik/lagu juga dapat meningkatkan mood yang awalnya kurang baik menjadi baik. Oleh karena itu tidak sedikit dari kebanyakan orang memilih untuk mendengarkan lagu ketika mereka sedang mendapati suatu masalah. Hal demikian inilah yang menarik para musisi indonesia dalam membuat karya-karya. Musisi-musisi memanfaatkan lagu dengan menyisipkan pesan-pesan Islami didalam karyanya, hal ini menjadikan karya yang dibuat oleh para musisi tersebut tidak hanya dapat dinikmati, melaikan juga dapat bermanfaat bagi kesejahteraan ummat dan penyebaran dakwah Islam.

Penyebaran dakwah Islam melalu lagu ini rupanya menjadi salah satu metode dakwah yang paling efektif. Hal ini dikarenakan khalayak secara tidak langsung telah menerima dan menikmatinya dengan suka hati dan tidak sedikit yang mengulangi dan mendengarkannya berkali-kali. Cara yang seperti inilah


(13)

4

yang menjadi salah satu cara yang paling efektif, hanya dengan menyanyikan sebuah lagu dan tanpa memaksa orang banyak untuk mendengarkannya

Banyak musisi indonesia yang memanfaatkan hal seperti ini, sebut saja Alm.Ust. Jefri Al-Buchori, beliau selain berprofesi sebagai seorang da’i kondang, beliau juga membuat sebuah album yang didalamnya berisikan lagu-lagu religi dengan irama yang menyenangkan. Hal ini ditujukan agar pesan dakwah yang hendak ia sampaikan dapat ditangkap oleh banyak orang dengan tanpa mendengarkan ceramahnya tetapi hanya mendengarkan lagu yang dilantunkanya. Tidak jarang beliau juga menyisipkan beberapa lagu ciptaannya ketika beliau melakukan tausiah di depan orang banyak, hal ini menjadikan kegiatan “berceramah” yang beliau lakukan menjadi tidak membosankan, melainkan menjadi sangat menghibur dan menyenangkan.

Musisi lain yang hanya bergelut dalam bidang tarik suara juga memanfaatkan metode berdakwah dengan menggunakan lagu sebagai medianya, beliau adalah Upick. Musisi memang sangat terkenal dengan lagu-lagu religi dengan nuansa Islam yang pekat, dan lagulagu dengan instrument menenangkan jiwa. Tidak sedikit dari kebanyakan orang yang mendengarkan lagu-lagunya menjadi terharu, itu karena cara menyanyi yang ia bawakan dan isi pesan yang ada didalamnya. Upick dapat dikatakan sukses dan berhasil menarik perhatian banyak orang untuk mendengarkan lagu-lagunya dan berhasil menghipnotis setiap orang dengan pesan pesan dakwah yang ada didalam lagunya.


(14)

5

Selain itu Rhoma Irama yang banyak meluncurkan puluhan album-album dangdut religi yang dimana dapat mensyiarkan agama Islam degan gaya nada dan dakwah.

Begitu juga Nur Cita Qomariyah dia memiliki niatan berdakwah Islamiyah sesuai perkembangan zaman. Dia dikenal dengan sebutan Bu Nyanyi Show, ibu dari 3 orang anak.Nur Cita Qomariyah merupakan seorang dosen di UIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Dakwah , presenter di TV9, Jtv, KompasTV, penyanyi gambus El-Kiswah Surabayadan motivator koseling. Dan mulai tahun 2013 dia bergelut di dunia dakwah degan kegiatan berceramah dari tempat ke tempat. Mayoritas masyarakat banyak sekali yang sudah mengenalinya, sehingga itu salah satu sasaran yang sangat baik serta dapat memberikan respon yang positif bagi masyarakat pengajian dan undangan di Griya Permata Gedangan Sidoarjo.

Berpijak atas pemikiran tersebut diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh dan dalam terhadap aktifitas dakwah Nur Cita Qomariyah “Bu Nyanyi

Show” sehingga penulis mengambil judul Metode Dakwah “Bu Nyanyi Show”

Nur Cita Qomariyah di jamaah pengajian Arroudloh Griya Permata Gedangan Sidoarjo.


(15)

6

B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH

Dalam hal ini peneliti membatasi penelitian tentang metode dakwah Bu-Nyanyi Show hanya pada metode dakwah tehnik berceramah.

1. Bagaimana metode dakwah Bu-Nyanyi Show Nur Cita Qomariah di Griya Permata Gedangan Sidoarjo.

2. Apa jenis music yang digunakan “Bu Nyanyi Show” pada saat berdakwah?

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengkaji metode dakwah “Bu-Nyanyi Show” Nur Cita Qomariah

D. MANFAAT PENELITIAN a. Manfaat teoritis

Dari penelitian ini, diharapkan dapat menjadi wacana di bidang keilmuan b. Manfaat praktis

Menjadikan acuan atau pedomanpara praktisi dakwah untuk diaplikasikan dalam mengembagkan pelaksanaan dakwah melalui berbagai bidang kehidupan.


(16)

7

E. DEFISI KONSEP

Agar tidak terjadi kesalah fahaman pengertian antar peneliti dan pembaca maka peneliti menjelaskan dua kunci dasar dalam memahami penelitian ini, yaitu metode dakwah dan musik/lagu

1. Metode dakwah

Secara konseptual di artikan sebagai cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i(komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar kasih sayang.5

Dalam buku Komunikasi Dakwah karya Wahyu Ilaihi M.A menjelaskan bahwa metode Dakwah adalah cara yang dipergunakan para dai untuk menyampaikan pesan dakwahnya atau kegiatan untuk mencapai kegiatan dakwah. Namun dalam komunikasi metode lebih dikenal dengan

approach, yaitu cara-cara yang digunakan oleh komunikator untuk mencapai

suatu tujuan.6

Ajaran yang benar dan baik harus disebarkan dengan cara yang baik pula. Tidak sedikit ajaran yang sesat tetapi memperoleh respons yang luar biasa karena disampaikan dengan kemasan yang menarik dan cara yang menyenangkan.

Dalam kitab tafshir misbah pengarang M. Quraish Shihab, ayat diatas dapat dipahami oleh beberapa ulama sebagai penjelasan tiga metode dakwah

5 Munir, M. Metode Dakwah (Jakarta: Prenata Media. 2003), Hal. 7


(17)

8

yang harus di seuaikan dengan sasaran dakwah. Terhadap cendekiawan yang memiliki pengetahuan tinggi diperintahkan menyampaikan dakwah dengan

hikmah, yakni seorang da’i berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan

tingkat kepandaian mad’u terhadap kaum awam. Di terapkan untuk menyampaikan mau’izhah yanki seseorang memberi nasihat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan para

mad’u yang sederhana. Sedangkan terhadap ahli kitab dan penganut agama

lain, yang diperintahkan adalah mujadalah, yakni seorang da’i memberikan materi dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan.7 Metode dakwah meliputi 3 cakupan yaitu :

a. Al-Hikmah

Al-Hikmah diartikan sebagai al’adl (keadilan), al-haq (kebenaran),

al-hilm (ketabahan), al „ilm (pengetahuan), dan an-nubuwah (kenabian).

Namun dalam metode dakwah Al hikmah diartikan bijaksana, akal yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih dan menarik perhatian orang kepada agama atau tuhan.

Menurut Syeh Muhammad Abdul, hikmah adalah mengetahui rahasia dari segala faedah segala sesuatu unsur yang tercakup dalam pelaksanaan dakwah: isi dakwah, unsur manusia yang dihadapi, unsur


(18)

9

kondisi (ruang dan waktu), unsur bentuk dan cara dakwah (metode dakwa).8

Hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang

dilaksanakan atas dasar persuasive, karena dakwah bertumpu pada

humanoriented maka konsekuensi logikanya adalah pengakuan dan

penghargaan pada hak-hak yang bersifat demokratis.9

Dalam dunia dakwah, hikmah adalah penentuan sukses atau tidaaknya dakwah dalam menghadapi mad’u yang beragam tingkat penidikan, strata sosial dan latar belakang budaya. Da’i memerlukan hikmah sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang hati para mad’u dengan tepat. Oleh karena itu, para da’i dituntut untu mampu dan memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima dapat dirasakan.

b. Mau’izah Hasanah

Secara bahasa Mau’izah yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan. Sememntara hasanah merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan.10

8 Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta : Lembaga Penelitian, 2010), h.91.

9 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah,2009) h.98.

10 H. Munzier Suparta, H. Harjani Herfi, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2009) cet ke-3, h.1201.


(19)

10

Menurut Abd.Hamid al-Bilali mauizah hasanah merupakan salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasehat atau bimbingan dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik. Mauizah hasanah yang disampaikan dengan lembut dan penuh pancaran kasih sayang akan menyisakan kebahagiaan pada diri umat manusia.

Adapun menurut Ali Mustofa Yakup bahwa mauizah hasanah adalah ucapan berisi nasihat-nasihat baik yang bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya atau argument-argumen yang memuaskan sehingga pihak mad’u dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh

seorang da’i.11

Dari beberapa definisi diatas, metode mau’idhah hasanah terdiri dari beberapa bentuk, diantaranya: nasehat, tabsyir watanzir, dan wasiat.

1) Nasehat dan petuah

Nasehat adalah salah satu cara dari al-mau’idhah al-hasanah yang bertujuan mengingatkan bahwa segala perbuatan pasti ada sangsi dan akibat. Secara terminologi nasehat adalah memerintah atau melarang atau menganjurkan yang dibarengi dengan motivasi dan ancaman. Sedangkan, pengertian nasehat dalam kamus besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka adalah memberikan petunjuk kepada jalan


(20)

11

yang benar. Juga berarti mengatakan sesuatu yang benar dengan cara melunakkan hati. Nasehat harus berkesan dalam jiwa dengan keimanan dan petunjuk.

2) Tabsyir wa tandzir

Tabsyir secara bahasa berasal dari kata basyara yang

mempunyai arti memperhatikan/merasa tenang.Tabsyir dalam istilah dakwah adalah peyampaian dakwah yang bersifat kabar-kabar yang menggembirakan bagi orang-orang yang mengikuti dakwah. Tujuan tabsyir:

a) Menguatkan atau memperkokoh keimanan b) Memberikan harapan

c) Menumbuhkan semangat untuk beramal d) Menghilangkan sifat keragu-raguan.12

Tandzir atau indzar menurut istilah dakwah adalah

penyampaian dakwah dimana isinya berupa perigatan terhadap manusia tentang adanya kehidupan akhirat dengan segala konsekuensinya.

3) Wasiat

Secara etimologi kata wasiat berasal dari bahasa arab yang diambil dari kata Washa-Washiya-Washiyatan yang berarti pesan penting berhubungan dengan suatu hal.


(21)

12

c. Al-Mujadalah Bi Al-Lati Hiya Ahsan

Dari segi bahasa lafadz mujadalah terambil dari kata “jadala” yang bermakna memintal, melilit apabila ditambahkan alif pada huruf jim

yang mengikuti wajan faa’ala “jaadala” dapat bermakna berdebat, dan

“mujaadalah” perdebatan.

Kata “jadala” dapat bermakna menarik tali, mengikatnya guna menguatkan sesuatu.Orang berdebat bagaikan menari dengan ucapan untuk meyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan.Sedangkan menurut istilah “al -mujadalah” berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya perumusan diantara keduanya.

2. Musik Sebagai Media Dakwah

Berdakwah pada zaman sekarang tidak hanya bisa dilakukan oleh para mubaligh dimasjid, tetapi bisa dilakukan dengan banyak cara dan banyak tempat serta banyak media yang bisa digunakan seperti media televisi, koran, majalah, buku, lagu dan internet. Seperti halnya yang dilakukan oleh Ustadz Jefri Al-Buchori yang menggunakan lagu sebagai media dakwah, seni juga menjadi salah satu alat penanda pernyataan tingkatan budaya suatu bangsa. Dimana musik menjadi salah satu elemen parameternya yang cukup tinggi,


(22)

13

dalam sebuah ciptaan musik mengandung nilai seni yang tinggi yang tentunya menarik hati manusia. Sehingga musik sering digunakan sebagai media pendidikan, kebudayaan, bahkan sebagai media dakwah. Dalam aliran musik ada beberapa jenis diantaranya adalah:

1. Gambus 2. Kasidah 3. Nasyid

4. Blues

5. Jazz

6. Country

7. Rock 8. Dangdut 9. Keroncong

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk memudahkan pembahasan, penulis mencoba untuk menyusun dengan sstematis. Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab, dan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab dengan sistematika sebagai berikut:

a. BAB I adalah pendahuluan, yang berisi tentang rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, definisi konseptual dan diakhiri dengan sistematika


(23)

14

pembahasan. Bab pertama skripsi yang mengantarkan pembaca untuk dapat menjawab pertanyaan yang diteliti

b. BAB II adalah kajian kepustakaan, yang berisi tentang kerangka teoritik, kajian teoritik dan kajian pustaka terdahulu yang pernah di teliti.

c. BAB III adalah metode penelitian, pada bab ini memuat uraian secara rinci tentang metode dan langkah-langkah penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, jenis dan sumber data, analisis data, tahapan penelitian dan tehnik pengumpulan data

d. BAB IV adalah penyajian data dan analisis data, bab ini menguraikan tentang deskripsi umum tentang subyek penelitia, deskripsi hasil penelitia penyajian data, analisis data dan pembahasan. Deskripsi obyek penelitian menjelaskan tentang sasaran penelitian.

e. BAB V adalah penutup, bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan jawaban langsung dari permasalahan. Yang perlu diingat bahwa kesimpulan harus sinkron dengan rumusan masalah, baik dalam hal urutan atau jawaban.


(24)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Kerangka Teoritik 1. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari segi kosa kata, dakwah yang berarti ajakan, seruan, panggilan dan permohonan.1 Pada dasarnya dakwah diartikan sebagai setip kegiatan yang melakukan kegiatan kebaikan kepada orang lain. Kebaikan bukan bersifat ibadah saja, melainkan dapat bersifat kegiatan sosial yang dilakukan terhadap sesama manusia. Dakwah merupakan bagian yang sangat penting dalam Islam, karena berkembang tidaknya ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat merupakan aktifias dari berhasil tidaknya dakwah yang dilaksanakan, sebagai ajaran yang menuntut penyampaian dan penyebaran. Setiap muslim senantiasa berada dalam kisaran fungsi dan misi risalah melalui media dakwah, baik ke dalam maupun ke luar lingkungan umat Islam, dengan memperhatikan akidah, akhlaq, dan ketentuan lainya yang intinya sesuai dengan konsep Islam.2

Dakwah menurut istilah mengandung beberapa inti yang beragam. Banyak para ahli ilmu dakwah memberikan devinisi menurut versi sudut


(25)

16

pandang yang berbeda. Meskipun demikian akan lebih senantiasa kalau semuanya itu saling melengkapi.

Dakwah secara bahasa adalah “ajakan atau “ mengajak. Pada dasarnya dakwah diartikan sebagai setip kegiatan yang melakukan kegiatan kebaikan kepada orang lain. Kebaikan bukan bersifat ibadah saja, melainkan dapat bersifat kegiatan sosial yang dilakukan terhadap sesame manusia. Dakwah merupakan bagian yang sangat penting dalam Islam, karena berkembang tidaknya ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat merupakan aktifias dari berhasil tidaknya dakwah yang dilaksanakan, sebagai ajaran yang menuntut penyampaian dan penyebaran. Setiap muslim senantiasa berada dalam kisaran fungsi dan misi risalah melalui media dakwah, baik ke dalam maupun ke luar lingkungan umat Islam, dengan memperhatikan akidah, akhlaq, dan ketentuan lainya yang intinya sesuai dengan konsep Islam.

Dakwah menurut istilah mengandung beberapa inti yang beragam. Banyak para ahli ilmu dakwah memberikan devinisi menurut versi sudut pandang yang berbeda. Meskipun demikian akan lebih senantiasa kalau semuanya itu saling melengkapi. Untuk lebih jelasnya di baawah ini akan diuraikan beberapa devinisi dakwah:

Amrullah ahmad berpendapat sebagai berikut:

“Dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu system kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara


(26)

17

merasa, berfikir, bersikap dan bertindak manusia pada datara kenyataan indifidual dan sosio kultural dalam mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tersebut”.

Di kutip dari buku karya Asep Muhyidin bahwa, dakwah menurut Ahmad Mansyur Suryanegara adalah, aktivitas menciptakan perubahan sosial dan pribadi yang didasarkan pada tingkah laku. Dan pelakunya sendiri disebut dengan istilah dai.3

2. Pengertian Metode Dakwah

Salah satu yang harus ada pada perangkat dakwah adalah metode. Penggunaan dalam metode dakwah akan memudahkan seorang da’i dalam melakukan misi dakwah nya. Untuk itu da’i harus memilih metode yang sesuai dengan tingkat kebudayaan dan kecerdasan obyek dakwah, memilih tempat, keadaan dan waktu dilaksanakan. Jika hal itu tidak diperhatikan oleh seorang da’i maka dakwahnya akan ditanggapi dengan apatis.

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dalam bahasa Yunani metode barasal dari kata

“methodos” yang artinya jalan, jadi metode dapat diartikan sebagai jalan atau


(27)

18

cara yang telah ditur dan dilalui proses pemikiran untuk menapai suatu maksud dan tujuan.4

Dalam buku Komunikasi Dakwah karya Wahyu Ilaihi M.A Mmenjelaskan bahwa metode dakwah adalah cara yang dipergunakan para dai untuk menyampaikan pesan dakwahnya atau kegiatan untuk mencapai kegiatan dakwah. Namun dalam komunikasi metode lebih dikenal dengan

approach, yaitu cara-cara yang digunakan oleh komunikator untuk mencapai

suatu tujuan.5

Menurut Paus A Hartanto dan M. Dahlan Al Barri mengartikan, metode adalah “ cara yang sistematis dan tertur untuk pelaksanaan sesuatu atau cara kerja.6

Sedangkan menurut Nasarudin Razaq metode dalam bahasa arab

adalah “Thariqah” artinya cara atau jalan, system atau ketertiban dalam

melaksanakan sesuatu.

Metode harus dilakukan secara bertahap, karena kemungkinan besar hasil yang diraih dengan cara yang tidak bertahan akan mendapatkan hasil yang tidak maksimal. Oleh karena itu metode yang telah terkonsep secara matang sebaiknya dilaksanakan secara bertahap sesuai prosedur.

4

Munzier Suparta, Harjani Hefni, Metode Dakwah (Bandung: Kencana Prenadam Media Group, 2009), cet k2-3, h. 6.

5 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya) h. 21 6 Paus A Partanto dkk, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya : Arloka, 1999), h. 461.


(28)

19

Dari defnisi tersebut, apabila dikaitkan dengan aktivitas dakwah, setidaknya terdapat tiga karakter yang melekat dalam metode dakwah, yaitu:

a. Metode dakwah merupakan bagian dari strategi dakwah yang masih berupa konseptual, metode dakwah bersifat lebih konkrit dan praktis. Ia harus dapat dilaksanakan dengan mudah.

b. Metode dakwah merupakan cara-cara sistematis yang menjelaskan arah strategi dakwah yang telah ditetapkan. Ia bagian dari strategi dakwah. c. Arah metode dakwah tidak hanya meningkatkan efektivitas dakwah,

melainkan bisa menghilangkan hambatan-hambatan dakwah.7

Setiap metode memerukan teknik dalam implementasinya. Wina Sanjaya menuturkan bahwa teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplemantasikan suatu metode.8

Namun berikut juga merupakan beberapa definisi tentang metode dakwah yang dikemukakan oleh pakar dakwah, yang dikutip oleh Moh. Ali Aziz, yaitu antara lain:

a. Al-Bayanuni, menurutnya metode dakwah adalah cara-cara yang ditempuh oleh pendakwah dalam berdakwah atau cara menerapkan strategi dakwah

7 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009),h. 358

8 Wina Sanjaya, Strategi Pembeajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2006), h. 125.


(29)

20

b. Said Bin Ali al-Qathani mendefinisikan metode dakwah sebagai suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara menerapkan strategi dakwah

c. „Abd al-karim Zaidan berpendapat bahwa metode dakwah adalah imu

yang terkait dengan melangsungkan penyampaian pesan dan dapat mengatasi kendala-kendalanya.9

Dengan demikian dapat diartikan, metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui utuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif an efesien. Efektif artinya antara biaya, tenaga, dan waktu seimbang.Dan Efesien yang artinya sesuatu yang berkenaan dengan pencapaian suatu hasil.10

Metode atau tata cara adalah kunci awal mencapai keberhasilandalam setiap usaha. Apabila metode atau tata cara yang dilakukan tersebut memiliki kualitas yang tinggi, tentu maksud dan tujuan yang hendak dicapai akan dengan mudah terealisir. Demikian juga dalam aktifitas dakwah ditengah kehidupan khususnya kehidupan umat beragama sudah bukanlah sesuatu yang asing.

Metode dakwah mempunyai peranan yang sangat besar dalam menyampaikan dakwahnya. Apabila sulit sekali untuk dapatmencapai hasilyang maksimal, kesadaran akan pentingnya metode dakwah sudah diakui oleh semua pihak dikalangan para da’i. lewat metode yang dihunakan akan diprediksi sampai sejauh mana keberhasilan seorangda’i dalam

9 Moh. Ali Aziz Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2009), h. 357-357.


(30)

21

menyampaikan dakwahnya. Dengan adanya metode dakwah maka terjadilah suatu komunikasi atau interaksi dengan mad’u.

Dalam penerapan metode, baik dalam aktifitas dakwah maupun yang lainnya, yang harus diperhatikan adalah bahwatodak ada metode yang seratus persen baik dan tepat, serta penerapan metode tidaklah dapat berlaku untuk selamanya dan bagi semua orang. Hal ini setidaknya bisa dipahami jika melihat hakekat metode dakwah itu sendiri, yaitu antara lain:

a. Metode hanya suatu pelayanan, suatu jalan, atau aat saja b. Tidak ada metode yang seratus persen baik

c. Metode yang paling sesuai pun belum menjamin hasil yang baik dan otomatis

d. Suatu metode yang sesuai bagi seorang guru agama, tidaklah sesuai untuk guru agama yang lain. Begitu bagi seorang dai

Pada dasarnya, pemilihan suatu metode dalam berdakwah sangant dipengaruhi oleh banyak fakta agar seorangdai menggunakan metode tertentu. Faktor itu harus diperhatikan oleh seorang dai, agar metode yang digunakan dapat benar-benar fungsional. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:

a. Tujuan, dengan berbagai jenis dan fungsinya

b. Sasaran dakwah, dengan segala kebijakan atau politik pemerintah, tingkat usia, pendidikan, peradaban dan lain sebagainya


(31)

22

d. Media dan fasilitas yang tersedia, dengan berbagai macam kuantitas dan kualitasnya.

e. Keperibadian dan kemampuan seorang dai.11

3. Macam-macam Metode Dakwah

Sumber utama rujukan sebuah dakwah adalah Al-Qur’an. Banyak

Al-Qur’an yang mengungkap masalah dakwah. Dari sekian banyak ayat yang

memuat prinsip-prinsip dakwah itu ada satu ayat yang memuat sandaran dasar pokok bagi metodologi dakwah.

Bagi Sayyid Quthub metode dakwah tidak kalah pentingnya dengan materi dakwah. Dalam pemikiran Sayyid Quthub pembicaraaan mengenai metode dakwah sekurang-kurangnya menyangkut tiga hal pokok, yakni: kaidah umum dakwah Islam, prinsip-prinsip metode dakwah, dan system pergerakan dakwah.12

Firman Allah dalam Q.S An-Nahl:125







































































































11 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 103.

12 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta : Penamadani, 2008) cet ke-2 hl.235


(32)

23

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk. (QS: Al-Nahl 125).13

Dalam kitab tafshir misbah pengarang M. Quraish Shihab, ayat diatas dapat dipahami oleh beberapa ulama sebagai penjelasan tiga metode dakwah yang harus di seuaikan dengan sasaran dakwah. Terhadap cendekiawan yang memiliki pengetahuan tinggi diperintahkan menyampaikan dakwah dengan

hikmah, yakni seorang da’i berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan

tingkat kepandaian mad’u terhadap kaum awam. Di terapkan untuk menyampaikan mau’izhah yanki seseorang memberi nasihat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan para

mad’u yang sederhana. Sedangkan terhadap ahli kitab dan penganut agama

lain, yang diperintahkan adalah mujadalah, yakni seorang da’i memberikan materi dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan.14 Metode dakwah meliputi 3 cakupan yaitu :

a. Al-Hikmah

Al-Hikmah diartikan sebagai al’adl (keadilan), al-haq (kebenaran),

al-hilm (ketabahan), al „ilm (pengetahuan), dan an-nubuwah (kenabian).

13 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya edisi revisi (Surabaya: Mahkota, 1989), h. 421. 14 M. Quraish shihsb, Tafshir Misbah (Jakarta : Lentera Hati, 2005) cet ke-4, h.384.


(33)

24

Namun dalam metode dakwah Al hikmah diartikan bijaksana, akal yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih dan menarik perhatian orang kepada agama atau tuhan.

Menurut Syeh Muhammad Abdul, hikmah adalah mengetahui rahasia dari segala faedah segala sesuatu unsur yang tercakup dalam pelaksanaan dakwah: isi dakwah, unsur manusia yang dihadapi, unsur kondisi (ruang dan waktu), unsur bentuk dan cara dakwah (metode dakwa).15

Hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang

dilaksanakan atas dasar persuasive, karena dakwah bertumpu pada

humanoriented maka konsekuensi logikanya adalah pengakuan dan

penghargaan pada hak-hak yang bersifat demokratis.16

Dalam dunia dakwah, hikmah adalah penentuan sukses atau tidaaknya dakwah dalam menghadapi mad’u yang beragam tingkat

penidikan, strata sosial dan latar belakang budaya. Da’i memerlukan

hikmah sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang hati para mad’u dengan tepat. Oleh karena itu, para da’i dituntut untu mampu dan memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima dapat dirasakan.

b. Mau’izah Hasanah

15 Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta : Lembaga Penelitian, 2010), h.91.


(34)

25

Secara bahasa Mau’izah yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan. Sememntara hasanah merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan.17

Menurut Abd.Hamid al-Bilali mauizah hasanah merupakan salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasehat atau bimbingan dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik. Mauizah hasanah yang disampaikan dengan lembut dan penuh pancaran kasih sayang akan menyisakan kebahagiaan pada diri umat manusia.

Adapun menurut Ali Mustofa Yakup bahwa mauizah hasanah adalah ucapan berisi nasihat-nasihat baik yang bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya atau argument-argumen yang memuaskan sehingga pihak mad’u dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh

seorang da’i.18

Adapun secara terminologi, ada beberapa pengertian diantaranya:

1) Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang di kutip oleh Hasanuddin adalah sebagai berikut: al-Mau’idhatil hasanah adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa

17 H. Munzier Suparta, H. Harjani Herfi, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2009) cet ke-3, h.1201.


(35)

26

engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-Qur’an.

2) Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-mau’idhah al-hasanah merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik19

Dari beberapa definisi diatas, metode mau’idhah hasanah terdiri dari beberapa bentuk, diantaranya: nasehat, tabsyir watanzir, dan wasiat.

1) Nasehat dan petuah

Nasehat adalah salah satu cara dari al-mau’idhah al-hasanah yang bertujuan mengingatkan bahwa segala perbuatan pasti ada sangsi dan akibat. Secara terminologi nasehat adalah memerintah atau melarang atau menganjurkan yang dibarengi dengan motivasi dan ancaman. Sedangkan, pengertian nasehat dalam kamus besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka adalah memberikan petunjuk kepada jalan yang benar. Juga berarti mengatakan sesuatu yang benar dengan cara melunakkan hati. Nasehat harus berkesan dalam jiwa dengan keimanan dan petunjuk.

Dalam konteks dakwah, nasihat lebih bersifat personal, pribadi, dan empat mata. Nasihat adalah konseling yang memecahkan dan


(36)

27

mengatasi keagamaan seseorang. Karena masing-masing orang memiliki masalah yang berbeda satu sama lain, maka penasihat harus jeli dalam melihat kondisi kliennya.20

2) Tabsyir wa tandzir

Tabsyir secara bahasa berasal dari kata basyara yang

mempunyai arti memperhatikan/merasa tenang.Tabsyir dalam istilah dakwah adalah peyampaian dakwah yang bersifat kabar-kabar yang menggembirakan bagi orang-orang yang mengikuti dakwah. Tujuan tabsyir:

a) Menguatkan atau memperkokoh keimanan b) Memberikan harapan

c) Menumbuhkan semangat untuk beramal d) Menghilangkan sifat keragu-raguan.21

Tandzir atau indzar menurut istilah dakwah adalah

penyampaian dakwah dimana isinya berupa perigatan terhadap manusia tentang adanya kehidupan akhirat dengan segala konsekuensinya.

3) Wasiat

Secara etimologi kata wasiat berasal dari bahasa arab yang diambil dari kata Washa-Washiya-Washiyatan yang berarti pesan

20 M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah,... h. 25 21 Munir, dkk,Metode Dakwah,... h. 259


(37)

28

pentingberhubungan dengan suatu hal. Wasiat termasuk salah satu jenis dari metode dakwah mau’idhah hasanah. Wasiat dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

a) Wasiat orang yang masih hidup kepada yang masih hidup, yaitu berupa ucapan, pelajaran, atau arahan tentang sesuatu.

b) Wasiat orang yang telah meninggal (ketika menjelang ajal tiba) kepada orang yang masih hidup berupa ucapan atau berupa harta benda warisan.22

Oleh karena itu, pengertian wasiat dalam konteks dakwah adalah: ucapan berupa arahan (taujih), kepada orang lain (mitra dakwah), terhadapa sesuatu yang belum dan akan terjadi (amran sayaqa mua’yan).

Wasiat biasa diberikan oleh da’i ketika berada di akhir dari sebuah kegiatan dakwah. Dengan harapan wasiat tersebut dapat menjadi sebuah peringatan kepada mad’u yang tentunya sebagai pesan yang baik dari seluruh isi dakwah yang telah disampaikan oleh da’i. Wasiat juga biasa difungsikan untuk menjadi salah satu inti ajakan dari sebuah kegiatan berdakwah. Yang mana wasiat tersebut bertujuan memberikan efek kepada mad’u untuk kehidupan sehari-harinya.

Seorang da’i sebagai subyek dakwah harus mampu

menyesuaikan dan mengarahkan pesan dakwah sesuai dengan tingkat


(38)

29

berfikir dan lingkup pengalaman dari obyek dakwahnya, agar tujuan dakwah sebagai ikhtiar untu mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam ke dalam kehidupan pribadi atau masyarakat dapat terwujud.

c. Al-Mujadalah Bi Al-Lati Hiya Ahsan

Dari segi bahasa lafadz mujadalah terambil dari kata “jadala” yang bermakna memintal, melilit apabila ditambahkan alif pada huruf

jim yang mengikuti wajan faa’ala “jaadala” dapat bermakna berdebat,

dan “mujaadalah” perdebatan.

Kata “jadala” dapat bermakna menarik tali, mengikatnya guna menguatkan sesuatu.Orang berdebat bagaikan menari dengan ucapan untuk meyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan.Sedangkan menurut istilah “al -mujadalah” berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya perumusan diantara keduanya.

Al-mujadalah merupakan cara terakhir yang digunakan utuk

berdakwah. Cara ini digunakan untuk orang-orang yang taraf berfikirnya cukup maju, dan kritis seperti ahli kitab yang memang telah memiliki bekal keagamaan dari ara utusan sebelumya. Oleh karena itu Al-Qur’an juga telah memberikan perhatian khusus kepada ahli kitab yaitu melarang berdebat dengan merekamereka kecuali dengan cara terbaik.


(39)

30

Metode dakwah bil-mujadalah kemudian dibagi ke dalam beberapa bentuk, yaitu metode debat, al-hiwar (dialog) dan as-ilah wa

ajwibah (tanya jawab). Debat biasanya pembicaraan antara dua orang atau

lebih yang cenderung saling menjatuhkan lawan. Masing-masing pihak saling mempertahankan pendapatnya dan sulit melakukan kompromi.

Al-hiwar merupakan metode dialog yang lebih berimbang, karena

masing-masing pembicara memiliki hak dan kesempatan untuk mengemukakan pendapat. Metode al-hiwar dilakukan da’i yang lebih setara status dan kecerdasannya.23

Kemudian metode as-ilah wa ajwibah atau metode tanya jawab, yaitu proses mad’u memberi pertanyaan kepada da’i kemudian da’i menjawabnya. Karena dakwah memiliki tujuan untuk menerangi manusia, maka jawaban da’i ketika muncul pertanyaan harus berusaha agar jawabannya bisa menjelaskan dan menerangi akal pikiran.24

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa,

al-mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak atau

lebih secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu dengan yang lainnya salaing

23Munzier Suparta, Dkk, Metode Dakwah, h. 315


(40)

31

menghargai dan menghormati pendapat keduannya berpegang pada kebenaran, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut

Didalam buku Ilmu Dakwah karya Moh. Ali Aziz menjelaskan bahwa ada beberapa metode-metode dakwah praktis diantaranya adalah : a. Metode ceramah/muhadlarah

Ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh karakteristik bicara oleh seseorang da’i pada aktivitas dakwah.ceramah juga dapat berupa berpidato, khutbah, sambutan, dan sebagainya dengan cara lisan yang disamaikan oleh seorang da’i kepada mad’u atau dapat dikatakan mengajikan keterangan agar dapat dimengerti apa yang disampaikan

b. Metode pendidikan dan pengajaran agama

Pengajaran adalah alat perantara untuk mencapai tujuan pendidikan, sedangkan pendidikan merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan dakwah.

c. Metode tanya jawab

Metode ini biasanya digunakan bersamaa dengan metode lain, seperti didalam metode ceramah, metode tanya jawab biasanya untuk menyelingi pembicaraan-pembicaraan (ceramah) untuk menyemangatkan mad’u ceramah (Ulih, 1975: 18)


(41)

32

Metode keteladanan adalah cara memperlihatkan sikap gerak-gerik atau memberi contoh, kelakuan, perbuatan dengan harapan orang lain melihat, menerima, memperhatikan dan mencontoh (Abdullah, 1987: 107)

Adapun bentuk-bentuk dakwah dalam penyampaian dakwah atau tekhnik berdakwah diantaranya adalah:


(42)

33

a. Bil Lisan

Maka dakwah bil lisan bisa diartikan sebagai penyampaian informasi atas pesan dakwah melalui lisan (ceraah atau komunikasi langsung antar subyek dan obyek dakwah)25

Rasulullah SAW merupakan komunikator yang efektif, hal ini ditandai dengan bisa diresapkan ucapan dan perbuatannya.Keahlian dan kelihaian Rasulullah SAW dapat berkomunikasi telah menarik banyak manusia di zamannya untuk mengikuti ajaran Islam. Dalam menyampaikan pesan dakwah, da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh dan komunikatif.26

Seperti dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 70:





































Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada

Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar.” (QS: Al-Ahzab 70)

Perkataan yang benar ”qoulan sadidan” pada ayat diatas dari sudut bahasa mengandung arti tepat mengenai sasaran.

Metode bil lisan juga banyak disebut dengan metode ceramah. Ceramah adalah suatu tehnik atau metode dakwah yang banyak di warnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seseorang da’i/mubaligh pada suatu aktifitas dakwah. Ceramah dapat pula bersifat propoganda,

25 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h. 72.

26 Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian, 2010), h. 42.


(43)

34

kampanye, berpidato (retorika), khutbah, sambutan, mengajar dan sebagainya.27

Dakwah bil lisan sebagai kegiatan penyampaian pesan-pesan kebenaran yang bersumber dari Al-Qur’an dan as-sunah harus memerlukan sebuah kemasan penyampaian pesan yang cemat, jitu dan akurat sehingga tepat mengenai sasaran.

b. Bil Qalm

Dakwah Bil Qalm adalah dakwah dengan menggunakan media tulisan, seperti buku-buku, majalah, surat kabar, bulletin, brosur dan jenis lainnya. Dengan memanfaatkan media ini hendaknya ditampilkan dengan gaya bahasa lancar, mudah dicerna, dan menarik minat publik.28

Dakwah bil qalam merupakan bentuk dakwah yang telah dipraktikan oleh Rasululluh SAW. Dakwah dalam bentuk tulisan yang di praktikan oleh Rasulullah SAW adalah dengan mengirim surat-surat yang berisi seruan, ajakan, atau panggilan untuk menganut ajaran Islam kepada raja-raja dan kepala pemerintahan dari Negara yang bertetangga dengan negara Arab.29

27 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Dakwah Islam, ...h. 104.

28 Fathur Bahri An-Nabiry, Buku Meneliti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’I, ( Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2008) cet ke-1 h. 236.


(44)

35

c. Bil Hal

Kata al-hal secara bahasa berarti “keadaan” yang artinya menunjukkan realitas yang terwujud dalam perbuatan nyata.Dakwah

bil hal dapat diartikan mengajak atau menyeru kejalan Allah untuk

kebahagiaan dunia dan akhirat melalui perbuatan nyata yang sesuai dengan keadaan manusia.30

Dakwah bil hal harus menjadi teladan tindakan secara nyata bagi seorang da’i, karena da’i menjadi contoh bagi para mad’u.sasaran dakwah bil hal mengacu kepada pengembangan masyarakat secara keseluruhan.

4. Kelemahan dan kekurangan metode-metode a. Metode Dakwah bil Hikmah

Keunggulannya yaitu : Sifatnya yang sederhana, tidak memerlukan biaya yang besar, dan tidak memerlukan keterampilan yang lebih.31

Kelemahannya yaitu : Terkadang membuat mad’u jadi jenuh dan bosan, cenderung mad’u pasif, dan tidak kontekstual dengan mad’u.

b. Metode Dakwah bil Mau’idhah Hasanah

30 Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Lembaga Penelitian, 2010), h. 60.


(45)

36

Keunggulannya yaitu : Pesan-pesan atau materi yang di sampaikan bersifat ringan dan informatif, tidak mengundang perdebatan, dan sifat komunikasinya lebih banyak searah dari dai ke audiens.32

Kelemahannya yaitu : Materi tidak akan selamanya mengena dengan kebutuhan mad’u yang bersifat dinamis, tidak kontekstual dengan mad’u, dan tidak lebih dari kurangnya penguasaan metodologi dakwah, baik pada

ranah dai, materi, maupun mad’u.33

c. Metode Dakwah bil Mujadalah

Keunggulannya yaitu : Suasana dakwah akan tampak lebih hidup, dapat menghilangkan sifat-sifat individualistik, menimbulkan sifat-sifat yang positif yaitu berpikir sistematis dan logis, dan materi akan dipahami secara mendalam.34

Kelemahannya yaitu : Bila terjadi perbedaan pendapat antara dai dengan penanya atau sasaran dakwah akan memakan waktu yang banyak untuk menyelesaikannya, penanya kadang-kadang kurang memperhatikan jika terjadi penyimpangan, dan jika jawaban dai kurang mengena pada sasaran pertanyaan, penanya dapat menduga yang bukan-bukan terhadap dai, misalnya dai di rasa kurang pandai atau kurang memahami materi yang di sampaikan.35

32 M Ali Aziz, Ilmu Dakwah, ...h. 359

33 Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, ... h. 119 34 M Ali Aziz, Ilmu Dakwah, ...h. 368


(46)

37

5. Musik Sebagai Media Dakwah

Musik adalah suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama lagu dan keharmonisan. Abu sulaiman Al-Khattaby mengatakan setiap yang meninggalkan suara dengan berkesinambungan menggunakan alat musik dan menyusun temponya secara teratur, maka itulah yang disebut musik.36 Berdakwah pada zaman sekarang tidak hanya bisa dilakukan oleh para mubaligh dimasjid, tetapi bisa dilakukan dengan banyak cara dan banyak tempat serta banyak media yang bisa digunakan seperti media televisi, koran, majalah, buku, lagu dan internet. Seperti halnya yang dilakukan oleh Ustadz Jefri Al-Buchori yang menggunakan lagu sebagai media dakwah, seni juga menjadi salah satu alat penanda pernyataan tingkatan budaya suatu bangsa. Dimana musik menjadi salah satu elemen parameternya yang cukup tinggi, dalam sebuah ciptaan musik mengandung nilai seni yang tinggi yang tentunya menarik hati manusia. Sehingga musik sering digunakan sebagai media pendidikan, kebudayaan, bahkan sebagai media dakwah.

Musik sebagai nyanyian, merupakan suatu media yang dijadikan sebagai alat penghibur oleh hampir setiap kalangan dizaman sekarang ini, hampir tidak kita dapati satu ruangpun yang kosong dari musik dan nyanyian, baik dirumah, di kantor, di warung, dan di toko-toko, dibus, angkutan atau mobil pribadi, di tempat-tempat umum, serta rumah sakit.

36 http://tillawf.blogspot.co.id/2016/06/peran-musik-dalam-dakwah.html?m=1 diakses pada hari Rabu, 5 Desember 2016


(47)

38

Bahkan disebagian tempat yang dikenal sebagai sebaik-baik tempat di muka bumi, yaitu masjid juga tak luput dari pengaruh musik. Berikut beberapa definisi menurut para ahli tentang musik : Menurut M. Soeharto dalam bukunya “Kamus Musik”, musik adalah pengungkapan melalui gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi.37

Dalam musik ini dapat dibagi menjadi beberapa aliran musik, antara lain:

1. Gambus

Gambus adalah alat music petik seperti mandolin yang berasal dari timur tengah. Paling sedikit gambus dipasangi tiga senar sampai paling banyak 12 senar. Gambus dimainkan sambal diiringi denbgan gendang atau dumbug.38

Alat music yang terdiri dari keyboard, biola, table dan seruling. Kini, orkes gambus menjadi milik orang betawi dan banyak diundang dipesta, sunatan dll.

Lirik lagunya berbahas, isinya bisa doa, pesan nasihat atau sholawat. Perintis orkes gambus adalah syeh Albar seorang Arab-Indonesia, bapaknya ahmad albar, dan yang terkenal orkes gambus el-suraiyya dari medan.

37 M. Soeharto, Kamus Musik, (Jakarta : Gramedia, 1992), hlm. 86

38 Bouvier Helene, Seni Musik dan Pertunjukan dalam Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002) hlm. 352


(48)

39

2. Kasidah

Kasidah adalah seni suara yang bernafaskan Islam, dimana lagu-lagunya banyak mengandung unsur-unsur dakwah Islamiah dan nasihat-nasihat baik sesuai ajaran Islam. Biasanya lagu-lagu itu dinyanyikan dengan irama dengan penuh kegembiraan yang hampir meyerupai irama-irama timur tengah. Dengan diiringi rebana, yaitu sejenis alat tradisional yang terbuat dari kayu, dibuat dalam bentuk lingkaran yang dilubangi pada bagian tengahnya kemudian ditempat yang dilubangi itu ditempel kulit binatang yang telah diberihkan bulu-bulunya.

Alat musik yang dimaionkan adalah rebana dan mandolin, disertai alat-alat modern misalnya: biola, gitar listrik, keyboard an flute. Perintis kasidah modern adalah group nasidahria dari semarang yang semuanya perempuan. Lagu yang top yakni perdamaian dari nasidaria. Pada tahun 1970-an, bimbo, koes plus dan AKA mengedarkan album kasidah modern.

3. Nsyid

Nasyid adalah salah satu seni Islam dalam bidang seni suara. Biasanya merupakan nyanyian yang bercorak Islam dan mengandung kata-kata nasihat, kisah para nabi, memuji Allah dan yang sejenisnya. Biasanya nasyid dinyanyikan secara acappela dengan hanya diiringi gendang. Metpde ini


(49)

40

muncul karena banyak ulana’ Islam yang melarang penggunaan alat music kecuali alat musik perkusi

4. Blues

Blues adalah nama yang diberikan untuk kedua bentuk music dan

genre music yang diciptakan terutama dalam Afrika Amerika masyarakat Deep South Amerika Serikat pada abad ke-19 dari spiritual, lagu kerja, hollers lapangan, teriakan, dan narasi sederhana berirama balada. The Blues dimana-mana. Dalam bentuk jazz, R&B, dan Rock and Rol di cirikan oleh progresif akord tertentu .

5. Jazz

Music yang dikatakan jazz ini biasanya banyak disukai oleh kalangan menengah, karena musiknya yang lembut tapi kadangkala menghentak dengan variasi yang sangat bagus sekali.

6. Country

Musik ini berasal dari negara Amerika, yang termasuk music lama.

7. Rock

Jenis musik ini banyak disukai kalangan anak muda yang berjiwa muia karena irama musiknya yang menggema, keras, cepat dan sesuai dengan adrelin anak muda.


(50)

41

Jenis musik ini akrab sekali ditelinga masyarakat Indonesia, karena asal music ini berasal dari dalam negeri. Musik inbi banyak disukai dikalangan bawah, tetapi juga banyak kalangan atas yang sangat menyukai musik ini.

9. Keroncong

Sejenis musik Indonesia yang memiliki hubungan historis dengan musik Portugal yang dikenal dengan fado. Keroncong berawal dari music yang dimainkan para budak dan opsir portugis dari daratan India, tugu.

Dengan adanya musik sebagai media dakwah maka ada kelebihan dan kekurangan, diantaranya adalah:

1. Kelebihan Musik Sebagai Media Dakwah

a) Musik sebagai media pen guat (reinforcement) Mendengarkan musik, belajar memainkan alat musik, pengalaman berkreasi dan aktivitas musik dalam kelompok merupakan stimulus yang dapat memperkuat dan mendorong perubahan perilaku. Terapis musik menawarkan musik sebagai pilihan untuk suatu perilaku yang diinginkan, diasumsikan akan ditemukan efek yang sama.

b) Musik berfungsi untuk menentramkan pikiran dan beban kemanusiaan dan memperbaiki tabiat manusia. Ia merupakan stimulan untuk melihat rahasia ketuhanan.

c) Terdapat pesan-pesan dakwah didalam lirik – lirik lagu yang dapat digunakan sebagai sarana berdakwah.


(51)

42

d) Efektivitas musik dapat didengar oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja.

e) Lirik lagu menggunakan bahasa yang ringan, simpel, mudah dipahami dan dihafal.

f) Orang yang mendengarkan musik dapat memperoleh ketenangan batin dan kebahagiaan spiritual.

g) Terdapat beragam jenis aliran musik disertai dengan lagu-lagu yang bervariasi. Sehingga para pendengar dan penikmat musik tidak mengalami kejenuhan. Selain itu terdapat beberapa klasifikasi musik dan lagu yang bisa dikatagorikan sesuai segi usia, lingkungan, dan budaya setempat.

h) Musik merupakan bahasa hati dan lirik-lirik dalam setiap lagu cenderung sealur dengan irama kehidupan.

2. Kekurangan Musik sebagai Media Dakwah

a) Terdapat beberapa pencipta lagu dan manajemen yang berkecimpung didalamnya menciptakan musik untuk segi komersialitas semata. b) Lirik-lirik lagu yang Islami (dalam nasyid, qosidah, marawis, dsb)

kurang diminati oleh masyarakat pada umumnya.

c) Banyak pembuat lagu-lagu religi yang menciptakan lagu dan mempublikasikannya sesuai dengan pangsa pasar event-event tertentu yang menguntungkan penjualan, seperti pada saat Ramadhan.


(52)

43

d) Para pendengar musik hanya menganggap musik sebagai hiburan semata

e) Penyanyi yang membawakan lagu bermuatan dakwah terkadang belum bisa menjiwai lagu yang dinyanyikannya. Karena menganggap hanya untuk menghibur semata.

f) Lagu yang mengandung muatan pesan dakwah ada juga yang dinyanyikan oleh penyanyi yang tidak islami dari segi penampilan dan action yang mengandung unsur pornoaksi.

g) Lirik-lirik lagu yang senonoh terkadang dimainkan dengan syair dan alat musik khas Islam (marawis, rebbana, dan sebagainya).

h) Para penonton konser musik terkadang belum bisa memaknai lagu dan musik yang dibawakan di atas panggung. Sehingga konser musik sering memicu kericuhan antar penonton.

Namun dengan adanya kekurangan dan kelebihan, disitulah ada beberapa kontroversi musik sebagai media dakwah dalam masyarakat Islam. Dimana beberapa ulama mengharamkan adanya musik dengan berdasarkan pada dalil dan sunnah. Kontroversi tentang musik seakan tidak pernah berakhir. Apalagi yang menyangkut tentang musik sebagai sarana dakwah. Baik yang Pro maupun yang kontra masing-masing menggunakan dalil,


(53)

44

mendudukkan perkara ini? Sudah saatnya kita mengakhiri kontroversi ini dengan merujuk kepada mereka.

1. Hadist

Dari Abu Umamah r.a dia berkata tidak halal para penyanyi “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna sehingga dia menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan.”

Abdullah bin Mas’ud berkata menafsirkan „perkataan yang tidak

berguna’,“Dia -demi Allah- adalah nyanyian.”Dalam riwayat lain beliau

berkata, “Itu adalah nyanyian, demin yang tidak ada sembahan yang

berhak selain-Nya,”beliau mengulanginya sebanyak 3 kali. Ini juga

merupakan penafsiran dari Ibnu Abbas dan Jabir bin Abdillah dari kalangan sahabat. Dan dari kalangan tabi’in: Ikrimah, Said bin Jubair, Mujahid, Mak-hul, Al-Hasan Al-Bashri, dan selainnya. (Lihat selengkapnya dalam Tafsir Ibnu Katsir: 3/460).

Hadits ini tergolong sohih. Nyanyian dapat melunakkan hati sehingga tak mampu taat dan berdzikir kepada Allah.Itu hal yang sudah terbukti. Oleh karena itu Ibnul Qayyim r.a menyatakan “Apabila hal itu sudah dapat dipahami, maka para penyanyi dan orang-orang yang mendengarkannya memiliki peluang yang sama dalam mendapatkan


(54)

45

celaan itu sesuai kadar kesiibukan mereka mendengarkan nyanyian tersebut sehingga lalai mendengarkan Al-Qur’an.

2. Firman Allah dalam Qs. An-Najm: 59-61

“Maka apakah kalian merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kalian menertawakan dan tidak menangis? Sedangkan kalian ber-sumud?” (An -Najm: 59-61)

Para ulama menafsirkan “kalian bersumud” maknanya adalah bernyanyi. Termasuk yang menyebutkan tafsir ini adalah: Ibnu Abbas Beliau

berkata: “Maknanya adalah nyanyian. Dahulu jika mereka mendengar Al

-Qur`an, maka mereka bernyanyi dan bermain-main. Dan ini adalah bahasa penduduk Yaman (dalam riwayat lain: bahasa penduduk Himyar).” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya (27/82), Al-Baihaqi (10/223).

Al-Haitsami berkata: “Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan sanadnya shahih.”

(Majma’ Az-Zawa`id, 7/116)

Namun disisi lain dari mengharamkan ada pula nash-nash yang memperbolehkan music sebagai media dakwah yakni dari Imam yang lima, kecuali Abu Dawud meriwayatkan pernyataan Rasulullah SAW: “Pembeda antara yang halal dan yang Haram dadalah rebana dan suara di dalam

pernikahan”. Yang maksudnya lagu dan rebana diperbolehkan dalam pesta

pernikAhan.

Ibn-ul-'Arabi berkata: "Jika nyanyian itu haram, tentu di rumah Rasulullah s.a.w. tidak akan ada sama sekali hal tersebut. Tetapi alasan yang


(55)

46

diberikan beliau (Nabi s.a.w.) untuk membolehkannya adalah karena nyanyian itu dilakukan pada hari raya, yang hal tersebut menunjukkan bahwa bila nyanyian itu dilakukan secara terus-menerus, maka hukumnya makruh.39

Sedangkan rukhshah (keringanan) untuk melakukannya terbatas pada saat-saat tertentu seperti hari raya, perkawinan, pulangnya seseorang kekampung halamannya, dan sebagainya .Berkumpulnya orang-orang (dalam acara tersebut) biasanya untuk menyenangkan hati orang-orang yang sejak lama tidak bertemu atau berkumpul, baik berkumpulnya kalangan kaum wanita maupun pria. Jadi, setiap Hadits yang diriwayatkan maupun ayat dipergunakan untuk menunjukkan keharaman nyanyian merupakan pendapat yang bathil atau tidak benar dari segi sanad dan ijtihad, baik bertolak dari nash maupun suatu takwilan.

B. Kajian Terdahulu Yang Relevan

Sebelum penyusunan skripsi ini, peneliti melakukan pengecekan dalam langkah awal, yaitu menelaah terlebih dahulu skripsi sebelumnya yang meneliti dengan judul yang hampir sama dengan skripsi yang akan ditulis dan diteliti oleh peneliti. Peneliti mengadakan kajian untuk mencari judul skripsi yang sudah ada dan pernah diteliti diantaranya adalah

1. Peneliti yang pernah dilakukan oleh masrur jiddan, tentang “Metode dakwah

TG KH M. Zainuddin Abdul Majid di desa Tebaban kec Suralaga kab Lombok

39 http://neysya-jatidiri.blogspot.co.id/2012/10/musik-sebagai-media-dakwah.html diakses pada hari kamis, 29 Desember 2016


(56)

47

Timur Nusa Tenggara Barat (NTB)” Kajian yang di berikan oleh seorang tuan guru yang mempunyai kharisma yang dapat dijadikan panutan dan contoh terhadap warga sekitar dan mempunyai karakteristik yang khas dan luar biasa saat menyampaikan dakwah Islam dengan metode dakwah Islam ceramah serta di kombinasi dengan berdialog (Tanya jawab)

2. Peneliti yang pernah dilakukan oleh Nasihatul Latifah, tentang “Dakwah KH. Sholihin Yusuf (Studi tentang Metode dan Teknik penyampaian pesan Dakwah

di Rumah Tahanan Negara Kelas 1 Medaeng, Waru Sidoarjo” penelitian ini

membahas tentang bagaimana metode dakwah KH. Sholihin Yusuf di rumah tahanan Negara kelas 1 Medaeng Waru, Sidoarjo. Metode yang digunakan oleh beliau adalah metode ceramah dengan tekhnik penyampaian pesan dakwah KH. Sholihin Yusuf dengan menggunakan syair sholawat nabi yang dikombinasi dengan sholawat jawa serta humor dan wayang.

3. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Muchtadin tentang “Pesan-pesan Dakwah dalam syair Lagu Roma Irama” Dalam penelitian ini penulis membahas tentang pesan dakwah yang terkandung dalam syair lagu dan mendeskripsikan pesan dakwah yang meliputi pesan keimanan, ibadah dan akhlak terdapat dalam penelitian tersebut. Metode yang digunakan oleh peneliti yaitu Metode Analisis Isi, yakni suatu teknik sistematik penganalisan makna dan cara mengungkap pesan.

4. Peneliti yang dilakukan oleh Rini Ardiani Rahmawati tentang “Pesan


(57)

48

penulis membahas tentang pesan pesan dakwah yang terkandung dalam lagu religi yang ada pada album para pencarimu.

Sedangkan judul yang di tulis oleh peneliti adalah Metode Dakwah

“Bu Nyanyi Show” Nur Cita Qomariyah di Griya Permata Gedangan

Sidoarjo. Judul yang penulis teliti adalah berisi tentang model dakwah sertakreativitas dakwah yang di sampaikan oleh Bu Nyanyi Show terhadap masyarakat Griya Permata Gedangan.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian perku adanya metode, agar mendapatkan fakta yang dipercayai atau relevan kebenarannya. Dalam dunia penelitian kita mengenal beberapa jenis penelitian penelitian antara lain yakni penelitian menggunakan jenis penelitian kuantitatif dan jenis kualitatif. Kedua jenis penelitian inilah yang dijadikan metode untuk mendapatkan kebenaran yang dibangun atas dasar-dasar teori dan perkembangan dari penelitian yang sistematis atau dasar empiris. Banyak literatur dalam metodologi suatu masalah. Moh Nazir dalam bukunya “Metode Penelitian” menyatakan bahwa penelitian adalah suatu penyelidikan yang hati-hati serta teratur dan terus menerus untuk memecahkan masalah.

Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian datayang berkenan dengan masalah tertentu serta diolah, dianalisis dan diambil kesimpulannya dan selanjutnya dicarikan cara pemecahnya. Secara umum penelitian ini dapat diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dengan upaya memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan berhati-hati dan mewujudkan suatu kebenaran pada bidang ilmu pengetahuan.


(59)

50

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalm penelitian “Metode Dakwah

“Bu Nyanyi Show” di Griya permata Gedangan Sidoarjo” yaitu pendekatan kualitatif, Sebagaimana yang dikatakan oleh Bogdan dan Taylor yang dirujuk oleh Lexy J. Moleong, bahwasanya metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif. Maksudnya adalah data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, dokumen, gambar, dan bukan angka-angka.1 Sedangkan yang dimaksud dengan jenis penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang hanya bertujuan memaparkan suatu peristiwa atau fakta terhadap objek yang diteliti saja.2 Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif ini, ingin mempelajari secara intensif latar belakang, sifat karakter dan metode dakwah “Bu Nyanyi Show” Nur Cita Qomariyah di Griya Permata Gedangan Sidoarjo.

1. Alasan Peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif adalah: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metode dakwah dengan lisan, dan dengan tindakan “Bu Nyanyi Show” di Griya Permata Gedangan Sidoarjo.

1 Lexy J moleong, Metode Penlitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 11 2 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), h. 24


(60)

51

2. Berusaha menampilkan secara utuh dan membutuhkan kecermatan dalam pengamatan dan pemaparan sehingga bisa dipahami secara menyeluruh hasil dari penelitian.

3. Terjun langsung kelapangan guna memperoleh data yang peneliti inginkan, seperti data tentang metode dakwah lingkungan hidup. Dalam proses penelitian ini peneliti berperan langsung, bertindak sekaligus sebagai instrument dalam pengumpulan data, karena penelitian ini dilakukan dengan fokus mengenai metode dakwah “Bu Nyanyi Show” Nur Cita Qomariyah di Griya Permata Gedangan Sidoarjo peneliti langsung terjun ketempat penelitian dan melakukan observasi wawancara, serta dokumentasi kepada para informan. Peneliti juga mempunyai peran sebagai pengamat partisipan artinya masing-masing pihak, baik pengamat maupun yang diamati menyadari peranannya. Ketika dalam penelitian, peneliti langsung menuju kepada objek atau informan, sehingga kehadiran peneliti diketahui statusnya oleh subjek atau informan peneliti. Demi kemudahan pada proses penelitian dalam menganalisis data tersebut, agar dapat informasi-informasi yang falid, serta metode ini relative lebih mudah.

B. Kehadiran Peneliti

Pada penelitian ini, peneliti bertindak sekaligus sebagai instrument pengumpulan data pada saat undangan ceramah rutinan satu bulan sekali “Bu


(61)

52

Permata Gedangan Sidoarjo. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti mencari informan untuk dimintai pendapat siapa saja informan yang peneliti wawancarai yang bisa membantu peneliti untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin dalam penelitian ini. Key informan nya adalah “Bu Nyanyi Show” dan sebagai informan dalam penelitian ini yaitu Ibu Yuli dan Indah Safitri yang bisa membantu peneliti untuk mencari informasi-informasi lainnya yang mengetahui tentang metode dakwah Bu Nyanyi Show Nur Cita Qomariyah, akhirnya peneliti menemukan informan-informan yang dapat di wawancarai, yang kebetulan para informan tersebut adalah keluarga, mahasiswa dan para jamaah di Surabaya dan di Sidoarjo Bu Nyanyi Show Nur Cita Qomariyah.

Sebelum mewawancarai para informan terlebih dahulu peneliti membuat pedoman wawancara yang berhubungan dengan metode dakwah Bu Nyanyi Show Nur Cita Qomariyah yang nantinya akan mempermudah peneliti untuk wawancara, sekaligus menyingkat waktu, agar tidak teralu banyak mikir pertanyaan selanjutnya yang akan ditanyakan.

Peran peneliti di sini sebagai pengamat partisipasipan, yaitu peran pengamat secara terbuka diketahui oleh umum dan diketahui oleh subyek atau oleh informan.3

Peneliti melakukan wawancara pada key informan selama 2 kali. Pertama tepatnya pada hari kamis 10 November 2016 pukul 19.00 dikediaman

“Bu Nyanyi Show” di alamat Palm Sping Blok E1 Jambangan Surabaya


(62)

53

peeliti menunggu sebentar kira-kira 30 menit setelah dia melakukan kegiatan mengajar di Pondok Al-Jihad Jemursari. Wawancara seputar profil dan kegiatan sehari-hari selama kurang lebih 60 menit dan wawancara yang kedua pada hari senin tangga 12 Desember 2016 pukul 15.30 untuk melengkapi data yang kurang.

Dan peneliti juga mewawancarai informan pada saat acara berlangsung yakni pada hari Jum’at 28 Oktober 2016 dengan indah Safitri dan bu Yuli sebagai jamaah pengajian muslimat Arroudhoh yang bertempat di Griya Permata Gedangan Sidoarjo.

C. Jenis dan Sumber data 1. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian, merupakan jawaban dari seluruh pertanyaan dalam penelitian, kemudian diajukan terhadap masalah yang dirumuskan pada tujuan yang ditetapkan. Terdapat dua jenis data diantaranya yaitu:

a) Data Primer

Sumber data primer pada penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari sumber asli yakni hasil dari observasi dan hasil dari wawancara dengan “Bu Nyanyi Show”, Ibu Yuli, Indah Safitri sebagai informan


(63)

54

Data skunder merupakan data yang mendukung dari suatu penelitian serta untuk melengkapi sumber data utama. Data skunder pada penelitian ini adalah buku-buku refrensi, karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian dan beberapa situs internet yang dapat membantu keabsahan penelitian.

2. Sumber Data

Subyek penelitian adalah sumber data dari suatu penelitian dimana data itu diperoleh.4 sebuah penelitian yang utuh harus memiliki subyek penelitian yang konkret. Yang dimana penenelitian ini dilakukan di Griya Permata Gedangan Sidoarjo. Dan subyeknya adalah Nur Cita Qomariyah yang akan diteliti dan dimintai keterangan untuk mengumpulkan data dalam penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Menurut Lofland “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lai-lain”. Berkaitan dengan hal ini, peneliti menggunakan sumber data yang

sifatnya tertulis, berupa kata-kata dan tindakan serta foto. 1) Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau di wawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau perekam, dan pengambilan foto. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha

4 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), h.102


(64)

55

gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya. Dalam penelitian tersebut, peneliti menggunakan wawancara dengan beberapa informan yang ada di pengajian muslimat Arroudhoh dengan penyaringan kata-kata atau jawaban dari wawancara peneliti dengan informan, sehingga yang dimuat dalam laporan hanya yang relevan atau yang penting-penting saja

2) Sumber data tertulis

Sumber data tertulis merupakan sumber kedua dari kata-kata dan tindakan, jelas hal ini tidak bisa diabaikan. Dilihat dari sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi. Buku dan karya ilmiyah sangatlah berharga.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sebuah penelitian haruslah tersusun secara sistematis dan memenuhi semua aspek yang menjadi syarat sebuah penelitian. Salah satu aspek yang merupakan syaratdalam penelitian adalah adanya data yang terkumpul melalui beberapa tehnik atau cara pengumpulan data. Tehnik pengumpulan data yang penulis terapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(65)

56

Observasi adalah adanya perilaku yng tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai, perilaku yang tampak dan dapat dilihat langsung oleh mata, dapat dihitung dan dapat diukur.5

Namun menurut Banister yang dikutip pada buku Haris Herdiansyah Observasi berasal dari bahasa latin yang artinya memperhatikan dan mengikuti. Mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan sistematis secara sasaran perilaku yang dituju.6

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi parsifipan yang merupakan teknik pengumpulan data yang paling lazim dipakai dalam penelitian kualitatif. Fokus perhatian esensial dari penelitian kualitatif adalah pemahaman dan kemampuannya dalam membuat makna atas suatu kejadian atau fenomena pada situasi yang tampak. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti dapat menggali informasi yang lebih jauh, misalnya melalui keluarganya, warga sekitar, orang-orang yang mengenalnya, atasannya dan bawahannya. Dengan observasi partisipan, peneliti harus banyak memainkan peran selayaknya yang dilakukan oleh subyek penelitian, pada situasi yang sama atau berbeda.7 Metode observasi ini digunakan penulis untuk mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung diperoleh dari data “Bu Nyanyi Show” di Griya Permata Gedangan Sidoarjo.

5 Haris Herdiansyah Metodologi penelitian kualitatif (Jakarta: Salemba Humanika. 2010), h. 131. 6Ibid


(66)

57

b. Interview/Wawancara

Yaitu pengumpulan data dengan tanya jawab yang diselidiki dengan sistematik dan berlandasan kepada tujuan penyelidikan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data dari pihak yang diwawancarai atau informan.

Menurut moleong (2005) wawancara aalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan yang dilakukan oleh dua pihak yakni pewawancara dan terwawancara8

Dalam buku Haris Herdiansyah (2009) wawancara terdiri dari tiga bentuk yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur dan wawancara tidak struktur.Berikut penjelasannya:

 Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur lebih sering digunakan dalam penelitian survey ataupun penelitian kuantitatif, walaupun dalam beberapa situasi. Wawancara terstruktur juga di lakukan dalam penelitian kualitatif.  Wawancara semi terstruktur

Wawancara semi terstruktur lebih tepat jika dilakukan pada penelitian kualitatif dari pada penelitian lainnya (terbuka, kecepatan wawancara dapat diprediksi, fleksibel tetapi tetap terkontrol danada pedoman wawancara yang dijadikan patokan.

8 Haris herdiansyah Metodologi Penelitian Kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial ( Jakarta: Salemba Humanika. 2010), h. 18.


(67)

58

 Wawancara tidak terstruktur

Wawancara ini hampir mirip dengan bentuk wawancara semi terstruktur yakni pertanyaan yang sangat terbuka, kecepatan wawancara sulit di prediksi dan sangat fleksibel.

Peneliti ini menggunakan teknik wawancara semi terstruktur yang artinya dalam wawancara ini bersifat terbuka dan mendalam (intensif) danada patokan pedoman pertanyaan yang nanti akan diajukan pada informan. Adapun pihak-pihak yang akan diwawancarai dengan peneliti yaitu

1. Key infiorman: “Bu Nyanyi Show” Nur Cita Qomariyah selaku

penceramah,

2. Informan: Restu Nur Fajar Hidayah selaku adik, Yuliana selaku jamaah

dan Dina sebagai jamaah dan mahasiswi

Peneliti melakukan wawancara pada key informan selama 2 kali. Pertama tepatnya pada hari kamis 10 November 2016 pukul 19.00 dikediaman “Bu Nyanyi Show” di alamat Palm Sping Blok E1 Jambangan Surabaya peeliti menunggu sebentar kira-kira 30 menit setelah dia melakukan kegiatan mengajar di Pondok Al-Jihad Jemursari. Wawancara seputar profil dan kegiatan sehari-hari selama kurang lebih 60 menit dan wawancara yang kedua pada hari senin tangga 12 Desember 2016 pukul 15.30 untuk melengkapi data yang kurang.

Dan peneliti juga mewawancarai informan pada saat acara berlangsung yakni pada hari Jum’at 28 Oktober 2016 dengan indah Safitri dan


(1)

91

Gambus adalah alat musik petik seperti mandolin yang berasal dari

Timur Tengah. Paling sedikit gambus dipasangi 3 senar sampai paling banyak

12 senar. Gambus dimainkan sambal diiringi gendang atau dumbug, yaBEng kinibanyak variasi dalam lirik lagunya, isinya bisa do’a, pesan nasehat atau

sholawat.25 Bagi pendengar musik islami akan merasakan ketenangan dalam

hatinya dan memberikan dorongan untuk berbuat baik sesuai dengan lirik

yang didengarkan.26


(2)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Maka disimpulkan dari penelitian ini adalah Metode Dakwah yang

diterapkan Bil Lisan oleh “Bu Nyanyi Show” adalah

1. Metode Mauidzhoh Hasanah yang dimana saat penyampaian ceramah dengan

menggunakan kalimat kalimat yang baik dan memberikan nasihat-nasihat

serta mengingatkan ke sesama manusia agar mereka mau berbuat baik.

2. Ketika menyampaikan ceramah “Bu Nyanyi Show” mempunyai salah satu trik dan ciri khas yang melekat yaitu dengan diiringi lantunan musik keyboard dan

dumbug yang bernuansa gambus religi, sehingga jama’ah antusias dan tidak

jenuh saat menendengarkan tausiah yang disampaikan.

Dalam berinteraksi dengan jamaah “Bu Nyanyi Show” mengajak untuk bersholawat bersama dan memberikan pesan yang dilantunkan dengan syair

sebagai penutup ceramahnya.

B. Saran

Dalam peneitian ini, penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya utuk lebih


(3)

82

yang sudah ada dengan harapan agar penelitian yang dihasilkan nantinya dapat

lebih baik.

Dalam hal ini peneliti memberikan saran saran agar kedepannya penelitian

bisa lebih baik.

1. Bagi penceramah

Agar selalu berinovasi memberi hal-hal yang baru dalam berdakwah, sesuai

dengan kemajuan teknologi.

2. Bagi Citivitas Akademika

Agar kajian semacam ini perlu dikembangkan khususnya pada seni-seni

dakwah yang hadir ditengah masyarakat, agar temuan tersebut bisa menjadi


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abda Slamet Muhaimin, Prinsip-Prinsip. Metodologi Dakwah. Surabaya: Al-Ikhlas.

1994

Abdullah, Dzikron, filosof Dakwah. Semarang : Fakultas Dakwah IAIN Walisongo.

1993

Ahmad, amrulla. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial. Yogyakarta : PLP2M 1984

Amin Samsul Munir, ilmu dakwah. Jakarta: Amza. 2009

Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta : PT Rineka

Cipta, 1998

Carnegie Dale , Teknik dan Seni Pidato, ( Surabaya: Nur Cahaya), 1987

Dani, Indriya R.; Cinta Iman (Jakarta: Alex Media Komputindo), 2010

Departemen Agama RI, 2005: 282

Fathur Bahri An-Nabiry, Buku Meneliti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’I,

( Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2008

Hadi Sutrisno, Metodologi Reseach, Yogyakarta : Andi offset, 1992

Hafifuddin, Didin. Metode Dakwah. Jakarta : Gema Insani. 1988

Ilaihi, Wahyu. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010

Ismail A. Ilyas, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub. Jakarta: Penamadi. 2008

Ismail A. Ilyas dan Prio Hotman Filsafat Dakwah Rekayasa membangun Agama dan


(5)

Lexy, J, Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2005

Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandun: PT. Remaja Rosdakarya,

2011

Matthew B Milws And Huberman, Analisis Data Kualitati. Jakarta UI Press :

Suharsimi, 1992

Muhajir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Reke Sarasin, 1996

Munir, M. Merode Dakwah, Jakarta : Prenata Media, 2003.

Munzier Suparta, Harjani Hefni, Metode Dakwah. Jakarta: Kencana prenada Media

Group. 2009

Muriah Siti, Metodelogi Dakwah Kontenporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2002

Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta : Lembaga Penelitian.

2010

Saefudin, j. A. Fiqhul Dakwah K.H.E.Abdurrahman, Bandung : Al-Huda, Fathi,

1996.

Shihab M. Quraish, Tafsir Misbah. Jakarta: Lentera Hati. 2005

Syukir Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas. 1983

Zakiah. Kesehatan Mental, Jakarta : Gunung Agung, 1998

Non Buku:


(6)

http://tillawf.blogspot.co.id/2016/06/peran-musik-dalam-dakwah.html?m=1 diakses pada hari Rabu, 5 Desember 2016