METODE HISAB AWAL BULAN QOMARIYAH KITAB

METODE HISAB AWAL BULAN QOMARIYAH KITAB SYAMSUL HILAL

A. Pendahuluan
Penggunaan hisab dalam penentuan bulan Qomariyah tidak bisa dielakkan.
Terlebih dalam melakukan hisab awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.
Walaupun dalam prakteknya sampai hari ini masih ada perbedaan dalam cara
menentukan awal bulan Qomariyah terutama tiga bulan tersebut. Jika boleh
dibilang perebedaan tersebut karena adanya perbedaan pendapat dalam melihat
pemaknaan dalil terkait penentuan awal bulan.1
Dalam makalah ini tidak akan membahas tentang bagaimana problematika
hisab rukyat di Indonesia, akan tetapi akan mengkaji sebuah metode hisab awal
bulan Qomariyah dari salah satu kitab Ilmu Falak, yaitu kitab Syamsul Hilal Juz
2. Menurut penulis metode perhitungan dalam kitab ini menarik untuk dibahas
khusunya metode perhitungan awal bulan Qomariyah. Hal ini bisa menjadi
khazanah keilmuan bagi para ilmuwan dan pecinta ilmu falak. Selain itu hasil
perhitungan awal bulan Qomariyah dalam kitab Syamsul Hilal ini juga bisa
menjadi pembanding dengan kitab-kitab lainnya.
B. Biografi Singkat Penulis2
Penulis kitab Falak Syamsul Hilal adalah Kyai Noor Ahmad SS. Kyai Noor
Ahmad SS lahir di Jepara pada hari Rabu Pahing 14 Desember 1932 M/ 15 Rajab
1351 H. Beliau wafat di Jepara pada hari Rabu Kliwon 20 Juni 2012 M/ 30 Rajab

1433 H. Nama lengkap beliau adalah Noor Ahmad bin Sidiq bin Saryani. Ayah
beliau bernama Sidiq dan ibunya bernama Sawinah, adapun Saryani adalah nama
kakeknya.
Pendidikan agama untuk pertama kalinya diterima dari pengajaran ibunya
sendiri. Adapun pendidikan pesantren yang pernah ditempuh antara lain: di Tebu
1

Izzuddin, Ahmad, Ilmu Falak Praktis-Metode Hisab Rukyat Praktis dan Permasalahannya,
(Semarang:Pustaka Rizki Putra, 2012), 91 - 93
2
Jayusman, “Pemikiran Ilmu Falak Kyai Noor Ahmad SS,” (Sinopsis Disertasi, Universitas
Islam Negeri Walisongo Semarang, 2013), 7. Dan sudah di konfirmasi dengan wawancara salah satu
ahli waris Kyai Noor Ahmad yaitu Syaiful Mujab pada hari Jum’at 31 Maret 2017 pukul 11.00

1

Ireng Jombang, Langitan Widang Tuban, Lasem Rembang (Azhari, 2008: 161-162)
dan Kudus. Pengetahuan ilmu Falak untuk pertama kali diperkenalkan oleh
kakaknya sendiri; kyai Abdul Jalal. Guru-guru beliau dalam bidang ilmu Falak
adalah kyai Turaichan Adjhuri dan kyai Rif‟an Kudus. Keduanya adalah guru

beliau ketika sekolah di TBS Kudus. Selain sebagai guru dalam ilmu Falak, Kyai
Turaichan juga adalah guru mursyid tariqat Syadziliyah dari Kyai Noor Ahmad SS.
Di antara bentuk pengabdian beliau dalam bidang ilmu Falak adalah di BHR
Kementerian Agama Republik Indonesia dan Penasehat Lajnah Falakiyah Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama (Ahmad, 2008 b) dan dosen pada program Magister Institut
Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang pada tahun 2010-2011. Selain itu beliau
juga menjadi pembicara dalam berbagai lokakarya, salah satunya adalah menjadi
nara sumber pada Lokakarya Imsakiyah Ramadhan se-Jawa Tengah dan daerah
Istimewa Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Pusat Pengabdian Masyarakat
Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang setiap tahunnya sejak tahun 1999
sampai akhir hayat beliau (Ahmad SS, 2003: 2).
Adapun karya-karya beliau jika diurutkan berdasar waktu penulisannya dalam
masalah perhitungan awal bulan Kamariah dan Gerhana, maka Kitab-kitab ilmu
Falak yang pernah ditulis kyai Noor adalah: Syams al-Hilāl juz awal dan juz tsani,
Syawāriq al-Anwār juz awal dan juz tsani, Taufīq ar-Rahmān dan Nūrul Anwār.
Selain itu ia juga menulis artikel atau tulisan yang dipresentasikan pada seminar
atau pertemuan ilmiah, antara lain: Sistem Hisab Nūr al-Anwār dan Fath ar-Raūf
al-Mannān tahun 1999, Hisab dan Kedudukannya dalam Ibadah Muaqqat tahun
2001, Upaya Menyatukan Misi Terhadap Perbedaan Peristiwa Bersejarah (Tarikh)
Menurut Hisab Nurul Anwar tahun 2003, Menuju Cara Rukyat yang Akurat tahun

2006, Upaya Menyatukan Hisab dan Rukyah tahun 2010, Komitmen NU Dalam
Penetapan Awal Bulan Ramadlan dan Syawal tahun 2011. Dan makalah Hisab
Awal Bulan Hijriyah tahun 2009 dalam Seminar Sehari yang diselenggarakan oleh
Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang.

2

C. Algoritma Perhitungan Awal Bulan Qomariyah
1. Istilah yang Dipakai
Istilah yang digunakan dalam proses perhitungan yang menjadi data utama
untuk mencari gerak muthlaq ialah, ‘Allamah, Hissoh, Wasath, Khossoh, dan
Markaz.
Adapun istilah lain dalam proses perhitungannya sebagai berikut:

a. Ta’dil al-Khashosh;
b. Ta’dil al-Markaz
c. Bu’dul al-mutlaq adalah penjumlahan antara Ta’dil Khossoh dan Ta’dil
Markaz
d. Ta’dil al-syamsi; hasil perkalian dari Bu’du al-Muthlaq dengan kaidah
(0,083) ditambah dengan Ta’dil al-Markaz

e. Muqawwam al-syamsi
f. Ta’dil al-ayyam;
g. Al-bu’du al-mu’addal yaitu al-Bu’du al-Muthlaq dikurangi Ta’dil alAyyam
h. Hishash al-sa’ah
i.

Ta’dil al-Allamah; Al-Bu’du al-Mu’addal-dikalikan Hissoh al-Sa’ah

j.

Al-‘allamah al-mu’addalah waqt al-ijtima’

k. Al-Sa’at ila al-Ghurub; 24 dikurangi Sa’at al-Allamah al-Mu’addalah
l.

Irtifa’; Al-Sa’at ila al-Ghurub dikalikan 0,500

m. Al-Muktsu; Irtifa’ dikalikan 0,067
n. Nur al-Hilal; al-Muktsu ditambah Ardlu al-Qamar
2. Alur Perhitungan Awal Bulan Qomariyah

Ketentuan umum dalam penentuan awal bulan Hijriyyah sebagai berikut:
a. Jika akan menghitung awal bulan Muharram, maka data yang diperlukan
adalah sebagai berikut:
1) Data dua tahun sebelum awal bulan
2) Data satu bulan sebelum awal bulan

3

b. Jika akan menghitung awal bulan selain Muharram, maka data yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1) Data satu tahun sebelum awal bulan
2) Data satu bulan sebelum awal bulan

Untuk mencari awal bulan berarti mencari ijtima’ dengan alur
perhitungannya adalah sebagai berikut:
a. Mencari dan memasukkan pada lembar kerja data tahun sebelum awal
bulan dalam kitab Syamsul Hilal pada halaman 50 – 70, tabel alHarakat Fi al-Sinin al-Hijriyyah.
b. Mencari dan memasukkan pada lembar kerja data satu bulan sebelum
awal bulan pada halaman 4, tabel harakatul ijtima’.
c. Menjumlahkan data tahun dan data bulan pada point a dan b, dengan

ketentuan sebagai berikut:
1) Untuk Hari mengikuti aturan modulo 7, artinya jika lebih dari 7
maka dikurangi 7 sisanya itu menjadi nilai hari. Nilai hari dihitung
dari 1 sampai 7, yaitu hari ahad=1, senin=2, selasa=3, rabu=4,
kamis=5, jum’at=6, sabtu=7.
2) Untuk nilai jam mengikuti aturan modulo 24, artinya jika dihitung
lebih dari 24 maka dikonversi menjadi nilai 1 hari dengan cara
dikurangi 24 dan sisanya sebagai nilai jam. Nilai 1 hari tersebut
ditambahkan dalam nilai hari.
3) Untuk nilai derajat mengikuti aturan modulo 360, artinya jika
dihitung melebihi 3600 maka dikurangi 360, sisanya sebagai nilai
derajat.
d. Mencari Ta’dil al-Khashosh dalam kitab Syamsul Hilal juz 2 hlm. 5
dengan cara memasukkan data al-khashash.
e. Mencari Ta’dil al-Markaz dalam kitab Syamsul Hilal juz 2 hlm. 6
dengan cara memasukkan data al-markaz.
f. Mancari bu’dul al-mutlaq dengan cara menjumlahkan ta’dil al-khashah
dengan ta’dil al-markaz.

4


g. Mencari Hasil al-dharbi (hasil perkalian) dengan cara mengalikan
bu’dul mutlaq dengan 0,083 (kaidah). Nilai 0,083 di atas berasal dari 30
(hari) : 360 = 0,0833.
h. Mencari ta’dil al-syamsi dengan cara menambahkan hasil al-dharbi
dengan ta’dil al-markaz.
i.

Mencari muqawwam al-syamsi dengan cara mengurangi al-wasath
dengan ta’dil al-syamsi.

j.

Mencari ta’dil al-ayyam dalam kitab Syamsul Hilal juz 2 hlm. 7 dengan
cara memasukkan data muqawwam al-syamsi.

k. Mencarai al-bu’du al-mu’addal dengan cara mengurangi bu’dul mutlaq
dengan ta’dil al-ayyam.
l.


Mencari hishash al-sa’ah dalam kitab Syamsul Hilal juz 2 hlm. 9
dengan cara memasukkan data al-khashash.

m. Mencari ta’dil al-allamah dengan cara mengalikan al-bu’du almu’addal dengan hishash al-sa’ah.
n. Mencari al-‘allamah al-mu’addalah waqt al-ijtima’

dengan cara

mengurangi al-‘allamah dengan ta’dil al-allamah.
Keterangan: Jika terjadi jam al-‘allamah lebih kecil dari ta’dil alallamah maka jam al-‘allamah ditambah jumlah jam dalam sehari yaitu
24.
Misalkan jam al-‘allamah = 1,903 dan ta’dil al-allamah = 2,010
maka perhitungannya (24 + 1,903) – 2,010 = 25,093- 2,010 = 23,083.
o. Mencari al-sa’ah ila al-ghurub (umur bulan) dengan cara mengurangi
jumlah jam dalam sehari (24) dengan sa’ah al-allamah
p. Mencari irtifa’ (tinggi hilal) dengan cara mengalikan al-sa’ah ila alghurub dengan 0,500 (kaidah)
Keterangan:

Angka


0,500

itu

berasal

dari

3600/30hari

=12°/hari=12°/24jam =1°/2jam =0.5°/jam
q. Mencarai al-muktsu (lama hilal di atas ufuk) dengan cara mengalikan
irtifa’ dengan 0,067 (kaidah),

5

Keterangan: Angka 0,067 itu berasal dari 24jam/3600=0,66666666
dibulatkan menjadi 0,67.
r. Mencari ‘ardh al-qamar dalam kitab Syamsul Hilal juz 2 hlm. 10
dengan cara memasukkan data al-hishah

s. Mencari nur al-hilal dengan cara menjumlahkan al-muktsu dengan
‘ardhu al-qamar.
3. Contoh Perhitungan Awal Bulan Ramadhan 1438 H
a. Mencari dan memasukkan pada lembar kerja data tahun 1437 dalam
kitab Syamsul Hilal pada halaman 50 – 70, tabel al-Harakat Fi al-Sinin
al-Hijriyyah. Lalu dimasukkan seperti tabel dibawah ini:

‫اﻟﻌﻼﻣﺔ‬

‫اﻟﺴﻨﺔ‬
1437

Hari

Jam

1

12,625


‫اﻟﺤﺼﺔ‬

‫اﻟﻮﺳﻂ‬

‫اﻟﺨﺎﺻﺔ‬

‫اﻟﻤﺮﻛﺰ‬

Derajat

Derajat

Derajat

Derajat

31,827

192,710

330,405

90,184

b. Mencari dan memasukkan pada lembar kerja data satu bulan sebelum
awal bulan Ramadhan yaitu data bulan Sya’ban pada kitab Syamsul Hilal
Juz 2 halaman 4, tabel harakatul ijtima’. Dimasukkan dalam tabel kerja
seperti berikut ini:

‫اﻟﻌﻼﻣﺔ‬

‫اﻟﺴﻨﺔ‬

‫اﻟﺤﺼﺔ‬

‫اﻟﻮﺳﻂ‬

‫اﻟﺨﺎﺻﺔ‬

‫اﻟﻤﺮﻛﺰ‬

Derajat

Derajat

Derajat

Derajat

Hari

Jam

1437

1

12,625

31,827

192,710

330,405

90,184

Sya’ban

5

5,872

245,364

232,853

206,532

232,844

6

c. Menjumlahkan data tahun 1437 H dan data bulan Sya’ban pada point a
dan b, seperti berikut ini:

‫اﻟﻌﻼﻣﺔ‬

‫اﻟﺴﻨﺔ‬

‫اﻟﺤﺼﺔ‬

‫اﻟﻮﺳﻂ‬

‫اﻟﺨﺎﺻﺔ‬

‫اﻟﻤﺮﻛﺰ‬

Derajat

Derajat

Derajat

Derajat

Hari

Jam

1437

1

12,625

31,827

192,710

330,405

90,184

Sya’ban

5

5,872

245,364

232,853

206,532

232,844

Jumlah

6

18,699

277,191

65,563

176,937

323,028

Keterangan:
 Pada kolom wasath jumlah seharusnya = 192,710 + 232,853 =
425,563
Karena melebihi 360 maka 425,563 – 360 = 65,563
 Pada kolom al khashoh jumlah seharusny = 330,405 + 206,532 =
536,937
Karena melebihi 360 maka 536,937 – 360 = 176,937
d. Mencari Ta’dil al-Khashosh dalam kitab Syamsul Hilal juz 2 hlm. 5
dengan cara memasukkan data al-khashash yaitu sebesar 176,937
dibulatkan menjadi 177. Nilai 177 diperoleh dari 150 + 27. Lalu Cari
pada kolom horisontal nilai 150, kemudian pada kolom vertikal

4,650

sebelah kiri 27, hubungkan antara garis horisontal dan vertikal
tersebut didapat nilai 4,650
e. Mencari Ta’dil al-Markaz dalam kitab Syamsul Hilal juz 2 hlm. 6
dengan cara memasukkan data al-markaz 323,028 dibulatkan
menjadi 323. Nilai 323 diperoleh dari 300 + 23. Lalu cari pada

0,817

kolom horisontal nilai 300, kemudian pada kolom vertikal sebelah
kiri 23, hubungkan antara kolom tersebut didapat nilai 0,817
f. Mancari bu’dul al-mutlak dengan cara menjumlahkan ta’dil alkhashah (point d) dengan ta’dil al-markaz (point e) = 4,650 + 0,817

5,467

7

= 5,467
g. Mencari Hasil al-dharbi (hasil perkalian) dengan cara mengalikan
bu’dul mutlaq (point f) dengan 0,083 (kaidah)
Yaitu 5,467 x 0,083 = 0,454

0,454

Keterangan :
Nilai 0,083 berasal dari 30 (hari) : 360 = 0,0833
h. Mencari ta’dil al-syamsi dengan cara menambahkan hasil al-dharbi
(point g) dengan ta’dil al-markaz (point e)

1,271

Yaitu 0,454 + 0,817 = 1,271
i. Mencari muqawwam al-syamsi dengan cara mengurangi al-wasath
(point c kolom wasath) dengan ta’dil al-syamsi (point h)

64,292

Yaitu 65,563 – 1,271 = 64,292
j. Mencari ta’dil al-ayyam dalam kitab Syamsul Hilal juz 2 hlm. 7
dengan cara memasukkan data muqawwam al-syamsi (pada point i)
sebesar 64,292 dibulatkan mejadi 64. Nilai 64 diperoleh dari 60 + 4.
Karena dalam kitab ini hanya ada data kelipatan 5 maka pilih 60+5.

0,183

Lalu cari pada baris horisontal nilai 60 dan pada kolom vertikal
sebelah kiri 5. Kemudian hubungkan didapat nilai 0,183
k. Mencarai al-bu’du al-mu’addal

dengan cara mengurangi bu’dul

mutlaq (point f) dengan ta’dil al-ayyam (point j)

5,284

Yaitu 5,467 – 0,183 = 5,284
l. Mencari hishash al-sa’ah dalam kitab Syamsul Hilal juz 2 hlm. 9
dengan cara memasukkan data

al-khashash (point c kolom al

khashoh) yaitu 176,937 dibulatkan menjadi 177. Karena dalam kitab

1,747

Syamsul Hilal tidak ada data 177 dan 177 lebih dekat ke 175 maka
pilih data 175, nilai hishash al-sa’ah adalah 1,747
m. Mencari ta’dil al-allamah dengan cara mengalikan al-bu’du almu’addal (point k) dengan hishash al-sa’ah (point l).

9,231

Yaitu 5,284 x 1,747 = 9,231
n. Mencari al-‘allamah al-mu’addalah waqt al-ijtima’ dengan cara

9,468

8

mengurangi al-‘allamah (point c kolom al-‘allamah) dengan ta’dil
al-allamah (point m).
Yaitu 18,699 - 9,231 = 9,468
Keterangan: Jika terjadi jam al-‘allamah lebih kecil dari ta’dil alallamah maka jam al-‘allamah ditambah jumlah jam dalam sehari
yaitu 24.
Misalkan jam al-‘allamah = 1,903 dan ta’dil al-allamah = 2,010,
maka perhitungannya (24 + 1,903) – 2,010 = 25,093- 2,010 =
23,083.
o. Mencari al-sa’ah ila al-ghurub (umur bulan) dengan cara
mengurangi jumlah jam dalam sehari (24) dengan sa’at al al‘allamah al-mu’addalah (point n)

14,532

Yaitu 24 – 9,468 = 14,532
p. Mencari irtifa’ (tinggi hilal) dengan cara mengalikan al-sa’ah ila alghurub (point o) dengan 0,500 (kaidah).
Yaitu 14,532 x 0,5 = 7,266
Keterangan:

Angka

0,500

itu

berasal

dari

3600/30hari

7,266

=12°/hari=12°/24jam =1°/2jam =0.5°/jam

q. Mencarai al-muktsu (lama hilal di atas ufuk) dengan cara
mengalikan irtifa’ (point p) dengan 0,067 (kaidah)
Yaitu 7,266 x 0,067 = 0,487

0,487

Keterangan: Angka 0,067 itu berasal dari 24jam/3600=0,66666...
dibulatkan menjadi 0,67.
r. Mencari ‘ardh al-qamar dalam kitab Syamsul Hilal juz 2 hlm. 10
Tabel A dengan cara memasukkan data al-hishah (point c kolom alhishah) yaitu 277,191 dibulatkan menjadi 277. Nilai 277 diperoleh
dari 270 + 7. Lalu cari nilai 270 pada baris horisontal paling bawah

0,083

dan nilai 7 pada kolom vertikal sebelah kanan, hubungan baris dan
kolom tersebut didapat nilai 0,083

9

s. Mencari nur al-hilal dengan cara menjumlahkan al-muktsu (point q)
dengan ‘ardhu al-qamar (point r)

0,570

Yaitu 0,487 + 0,083 = 0,570
t. Langkah Selanjutnya adalah melakukan kesimpulan.
Untuk memudahkan dalam menyimpulkan, semua langkah diatas dibuat
dalam satu tabel lembar kerja seperti tabel dibawah ini.
Tabel Resume Lembar Kerja
Mencari Awal Bulan Ramadhan 1438 H
‫اﻟﻌﻼﻣﺔ‬
‫اﻟﺤﺼﺔ‬
‫اﻟﻮﺳﻂ‬
‫اﻟﺨﺎﺻﺔ‬

‫اﻟﺴﻨﺔ‬

Hari

Jam

1437

1

12,625

31,827

192,710

330,405

90,184

Sya’ban

5

5,872

245,364

232,853

206,532

232,844

Jumlah

6

18,699

277,191

65,563

176,937

323,028

0

9,231

6

9,468 ‫ﺳﺎﻋﺔ اﻟﻌﻼﻣﺔ‬

Selisih

Derajat

Derajat

‫اﻟﻤﺮﻛﺰ‬

Derajat

1,271
64,292 ‫ﻣﻘﻮم اﻟﺸﻤﺲ‬
ّ

Dr/Jam
‫ﺗﻌﺪﻳﻞ اﳋﺎﺻﺔ‬
‫ﺗﻌﺪﻳﻞ اﳌﺮﻛﺰ‬

+

‫اﻟﺒﻌﺪ اﳌﻄﻠﻖ‬
‫ﻗﺎﻋﺪة‬

X

‫ﺣﺎﺻﻞ اﻟﻀﺮب‬
‫ﺗﻌﺪﻳﻞ اﳌﺮﻛﺰ‬
‫ﺗﻌﺪﻳﻞ اﻟﺸﻤﺲ‬

+

=

‫ﺗﻌﺪﻳﻞ اﻻﻳﺎم‬
‫اﻟﺒﻌﺪ اﳌﻄﻠﻖ‬

_

Dr/Jam

4,650

‫اﻟﻴﻮم‬

0,817

‫ﺳﺎﻋﺔ اﻟﻌﻼﻣﺔ اﳌﻌﺪﻟﺔ‬

5,467

‫اﻟﺴﺎﻋﺎت اﱃ اﻟﻐﺮوب‬

0,083

‫ﻗﺎﻋﺪة‬

0,454

‫اﻻرﺗﻔﺎع‬

0,817

‫ﻗﺎﻋﺪة‬

1,271

‫اﳌﻜﺚ‬

0,183

‫ﻛﻤﻴﺔ ﻋﺮض اﻟﻘﻤﺮ‬

5,467

Derajat

24,000
-

9,468
14,532

x

0,500
7,266

X

0,067
0,487

+

‫= ﻧﻮر اﳍﻼل‬

0,083
0,570

10

‫اﻟﺒﻌﺪ اﳌﻌﺪل‬
‫ﺣﺼﺔ اﻟﺴﺎﻋﺔ‬
‫ﺗﻌﺪﻳﻞ اﻟﻌﻼﻣﺔ‬

5,284
x

=

1,747
9,231

 Untuk memperkirakan tanggal jatuhnya ijtima’ menggunakan kolom
wasath pada tabel diatas, yaitu 64,292 dibulatkan menjadi 64.
Kemudian lihat kitab Syamsul Hilal halaman 25 cari nilai 64 yang
terletak pada interval 60 dan 90, dengan cara 60 + 4, maka didapat
tanggal 27 Mei.
 Selanjutnya mencari tahun dengan menggunakan tabel halaman 86.
Dengan cara mencari jatuhnya bulan Muharram di tahun 1438, yaitu
jatuh pada bulan Oktober 2016. Jadi tahun untuk waktu ijtima’ adalah
27 Mei 2017. Untuk melihat harinya bisa dilihat tabel halaman 103,
disitu didapatkan 27 Mei adalah hari Sabtu pahing.
 Selanjutnya mencari hari yaitu dengan melihat kolom hari pada al‘allamah pada tabel lembar kerja diatas, yaitu nilainya 6, berarti waktu
ijtima’ jatuh pada hari jum’at. Karena pada perkiraan awal 27 Mei
adalah Hari Sabtu, maka hari Jum’atnya adalah hari Jum’at Manis
tanggal 26 Mei 2017.
 Waktu Ijtima = jam al ‘alllamah – (6 j + perimbangan waktu)
Jam al ‘alllamah 9,468 diubah menjadi jam = 9j 28m
Perimbangan waktu waktu pada tanggal 26 Mei bisa dilihat pada tabel
halaman 11. Disitu didapatkan perimbangan waktunya adalah 26 menit.
Jadi Waktu ijtima’ = 9j 28m – (6 j+26m)= 3j2m

11

Kesimpulan:
 Waktu Ijtima adalah hari Jum’at 26 Mei 2017 pukul 03.02 WIB
 Awal Bulan Ramadhan jatuh pada hari Sabtu 27 Mei 2017
 Ketinggian Hilal derajat = 7,2660 = 70 15’ 57,6”
 Ketinggian Hilal dengan meter = 7,266 x 0,72m = 5,23 m
 Lama Hilal diatas ufuk = 0,487 x 60 = 29m 13,2d
 Keadaan Hilal, karena muqawwam al-syamsi berada pada interval 00 –
850 maka hilal miring ke Utara karena disebelah utara matahari
 Besarnya Cahaya Hilal = 0,570 x 2,5 cm = 1,425 cm

D. Komparasi Dengan Metode Hisab Lain
No Kriteria
1

Waktu Ijtima’

2

Tinggi Hilal

3

Lama Hilal

Syamsul Hilal Sullamun Nayirain Ephemeris
03:02:00

02:39:51

02:45:35

70 15’ 57,6”

7040’

8018’23”

29m 13,2d

16m54d

33m13d

E. Kesimpulan dan Saran
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada perhitungan awal bulan Qomariyah pada kitab Syamsul Hilal bisa
didapatkan data yang relatif akurat untuk tahun 1438 H, dengan bukti dari
beberapa metode hisab yang lain, untuk perhitungan awal bulan Ramadhan
1438 H, kitab Syamsul Hilal tidak memiliki perbedaan yang mencolok.
2. Untuk markaz yang berbeda, perlu ada penyesuaian jika akan menggunakan
kitab Syamsul Hilal. Hal yang perlu disesuaikan adalah bagian jam di al
‘allamah.
3. Kitab Syamsul Hilal memiliki langkah yang tidak terlalu rumit dan
penjelasan didalam kitab juga cukup mudah dipahami sehingga bagi
siapapun bisa untuk menjadikan sebagai khaanah pengetahuan khususnya
Ilmu Falak

12

4. Pada bagian langkah-langkah perhitungan, masih terbuka peluang untuk
dilakukan kajian untuk dikaitkan dengan metode astronomi modern.
F. Daftar Pustaka
Ahmad, Noor. 1990. Syamsul Hilal Juz 2. TBS Kudus
Izzudin, Ahmad. 2012. Ilmu Falak Praktis-Metode Hisab Rukyat Praktis dan
Solusi Permasalahannya. Semarang: Pustaka Rizki Putra

13