Pengaruh habit forming (pembiasaan) terhadap motivasi belajar mata pelajaran PAI siswa kelas VII di SMP Negeri 4 Surabaya.

(1)

PENGARUH HABIT FORMING (PEMBIASAAN) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN PAI SISWA KELAS VII DI

SMP NEGERI 4 SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

IMROATUL AZIZAH D01213017

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

viii

ABSTRAK

Imroatul Azizah, D01213017, 2017. Pengaruh Habit Forming (Pembiasaan)

terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas VII di SMP Negeri 4 Surabaya, Skripsi, Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Al-Qudus NES, Lc. MH.I dan Dr. H. Amir Maliki Abitolkha, M.Ag.

Kata kunci: Habit Forming, Motivasi Belajar.

Penelitian ini dengan judul “Pengaruh Habit Forming (Pembiasaan) terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas VII di SMP Negeri 4 Surabaya”.

Dalam skripsi ini ada tiga hal yang dibahas yaitu: (1) Bagaimana Pengaruh

Habit forming (Pembiasaan) siswa kelas VII SMP Negeri 4 Surabaya)? (2)

Bagaimana motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 4 Surabaya ? (3) Adakah pengaruh Habit forming (Pembiasaan) terhadap motivasi belajar mata pelajaran PAI siswa kelas VII SMP Negeri 4 Surabaya?.

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan jenis dalam penelitian ini menggunakan Regresi Studies, yakni ada pengaruh antara variabel independent dan variabel dependen, sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan tempatnya adalah penelitian lapangan (Field research) yaitu jenis penelitian yang berorientasi pada pengumpulan data kuantitatif maupun data kualitatif yang diperlukan dalam penelitian.

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, setelah dianalisis dapat disimpulakn bahwa : (1) Habit Forming (Pembiasaan) di SMP Negeri 4 Surabaya tergolong baik terbukti dari hasil prosentasenya 66% (2) Motivasi Belajar di SMP Negeri 4 Surabaya juga tergolong baik terbukti dari hasil prosentasenya 68% (3) Terdapat pengaruh yang rendah pada kedua variabel yaitu antara Habit Forming (Pembiasaan) terhadap Motivasi Belajar mata pelajaran PAI siswa kelas VII di SMP Negeri 4 Surabaya terbukti t hitung < t tabel (1,936 < 4,4), maka H0 diterima

dan Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara masing-masing

variabel. Jadi, hasil yang didapatkan 4,1% variabel motivasi belajar mata pelajaran PAI dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel Habit Forming (Pembiasaan), sisanya sebesar 95,9% dipengaruhi oleh variabel lainnya.


(7)

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ...iii

MOTTO ...iv

PERSEMBAHAN ...v

ABSTRAK ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR TABEL ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xvii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian...8

D. Kegunaan Penelitian ...8

E. Penelitian Terdahulu ...9

F. Hipotesis ...10

G. Batasan Penelitian ...11


(8)

xiii

I. Sistematika Pembahasan ...13

BAB II : LANDASAN TEORI A. Habit Forming (Pembiasaan) a. Pengertian Habit Forming (Pembiasaan) ...16

b. Dasar dan Tujuan Habit Forming (Pembiasaan) ...17

c. Kelebihan dan Kekurangan- Habit Forming (Pembiasaan) ...20

d. Indikator-indikator Habit Forming (Pembiasaan) ...22

e. Langkah-Langkah Habit Forming (Pembiasaan) ...22

f. Pendekatan Keteladanan ...25

B. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar ...27

b. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar ...31

c. Macam – macam Motivasi...32

d. Fungsi Motivasi dalam Belajar ...35

e. Indikator Motivasi Belajar ...38

f. Pengertian Mata Pelajaran Pendidikan- Agama Islam ...38

g. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran- Pendidikan Agama Islam ...39


(9)

xiv

C. Tinjauan tentang Pengaruh Habit Forming (Pembiasaan) -

Pendekatan Habit Forming terhadap Motivasi Belajar ...42

BAB III : METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian 1. Profil SMP Negeri 4 Surabaya ...45

2. Sejarah berdirinya SMP Negeri 4 Surabaya ...46

3. Letak Geografis SMP Negeri 4 Surabaya ...47

4. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 4 Surabaya ...48

5. Prestasi yang Diraih SMP Negeri 4 Surabaya ...50

6. Struktur Organisasi SMP Negeri 4 Surabaya ...51

7. Keadaan Guru SMP Negeri 4 Surabaya ...53

8. Keadaan Siswa SMP Negeri 4 Surabaya ...56

9. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 4 Surabaya ...57

10. Program Unggulan SMP Negeri 4 Surabaya ...59

11. Kegiatan Ekstrakurikuler SMP Negeri 4 Surabaya ...61

B. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian ...67

2. Rancangan Penelitian ...69

3. Populasi dan Sampel ...70

4. Variabel dan Indikator Penelitian ...72


(10)

xv

6. Teknik Pengolahan Data ...80 7. Teknik Analisis Data ...80

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...85 B. Analisis Data ...100 C. Analisis Regresi...125

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan ...136 B. Saran ...137

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN PERNYATAAN KEASLIAN BIOGRAFI PENULIS


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menjadi perhatian penting bagi masyarakat. Pada negara-negara yang sudah berkembang ataupun yang sudah mengalami stabilitas politik dan agama, Bahkan pada sekitar waktu peluncuran pesawat ruang angkasa pertama kali, sebagian besar masyarakat dunia tidak lagi hanya memperhatikan, melainkan menjadi demam memikirkan pendidikan. Masyarakat mulai ramai memperdebatkan fungsi dan tujuan pendidikan1.

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, karena manusia di saat dilahirkan tidak mengetahui sesuatu apapun, sebagaimana firman Allah di dalam al-Qur’an2:

ةد ْفأ ر صْبأ عْ هسل مكل لعج ً ْيش لْعت ا ْمكت همأ طب ْ م ْمكجرْخأ هّ ْمكهلعل

ركْشت Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan

hati, agar kamu bersyukur. (Qs. An-Nahl:78).

Namun, disisi lain manusia memiliki potensi dasar (fitrah) yang harus dikembangkan sampai batas maksimal. Menurut Hasan Langgulung potensi dasar

1

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 1998), h.1.

2


(12)

2

tersebut berjumlah sifat-sifat Tuhan yang terangkum dalam Asmaul Husna yaitu 99 sifat.

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Bagaimanapun sederhana komunitas manusia memerlukan pendidikan. Maka dalam pengertian umum, kehidupan dan komunitas tersebut akan ditentukan oleh aktivitas pendidikan di dalamnya. Sebab pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan hidup manusia.3

Pada Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran Republik Indonesia Serikat No. 4/1950 yang dikemudian menjadi UU Pendiidkan dan Pengajaran RI No. 12/1954, pada Bab II Pasal 3, menyebutkan tentang Tujuan Pendidikan dan Pengajaran:

“Tujuan Pendidikan dan Pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air”.

Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Setelah belajar orang akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai yang dapat digunakan untuk hidup bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya. Dengan demikian generasi yang lahir dari dunia pendidikan diharapkan bisa membangun Bangsa di

3


(13)

3

segala bidang. Oleh karena itu, keberadaan sekolah, madrasah, perguruan tinggi, dan lembaga pendidikan lainnya baik formal maupun informal sangat penting dan menjadi faktor yang harus diperhatikan untuk mendukung tercapainya suatu tujuan Bangsa dan Negara.4

Ilmu pengetahuan yang dimiliki tidak hanya dapat membawa dampak positif bagi diri seseorang melainkan juga dapat membawa dampak negatif. Tidak sedikit orang yang memiliki ilmu pengetahuan tinggi namun menggunakan kepandaiannya untuk kepentingan pribadinya dan merugikan orang lain atau bahkan merampas hak-hak orang lain. Itu berarti pengetahuan dan kepandaian yang dimiliki tidak digunakan secara bijak.

Manusia itu sendiri yang menentukan bagaimana ilmu yang dimiliki bisa bermanfaat untuk dirinya sendiri atau juga untuk orang-orang yang ada disekitarnya. Kepribadian yang telah terbentuk pada diri seseoranglah yang akan menentukan sikap yang dipilih sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Sehingga pelaksanaan pendidikan tidak boleh hanya menekankan pada aspek intelektualitas melainkan juga pembangunan mental dan kepribadian.

Tujuan untuk mengembangkan peserta didik dapat dilakukan melalui proses pendidikan, salah satunya dilakukan melalui sekolah. Sekolah adalah suatu lembaga yang menjalankan proses pendidikan dengan memberikan pengajaran kepada siswa-siswanya. Usaha pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan

4

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 307


(14)

4

pendidikan dalam keluarga. Sekolah juga merupakan lembaga di mana terjadi proses sosialisasi kedua setelah keluarga sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya dan diselenggarakan secara formal.

Belajar di sekolah menjadi pola umum dalam kehidupan warga masyarakat Indonesia. Keinginan hidup lebih baik telah dimiliki oleh warga, karena belajar telah dijadikan alat hidup yaitu wajib belajar 9 tahun. Oleh karena itu, warga masyarakat mendambakan agar anak-anaknya memperoleh tempat belajar di sekolah yang baik.

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah dengan cara melalui proses belajar-mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar-mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena metode dan strategi dalam belajar mengajar harus yang inovatif dan kreatif, salah satunya dengan metode pembiasaan.

Pembiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting, khususnya dalam pembentukan pribadi dan akhlak. Pembiasaan agama akan memasukkan unsur- unsur positif pada pertumbuhan anak. Semakin banyak pengalaman agama yang didapat anak melalui pembiasaan, maka semakin banyak unsur agama dalam pribadinya dan semakin mudahlah ia memahami ajaran agama.

Pembiasaan merupakan proses pendidikan. Ketika suatu praktik sudah terbiasa dilakukan, berkat pembiasaan ini maka akan menjadi habit bagi


(15)

5

yang melakukannya, kemudian akan menjadi ketagihan dan pada waktunya menjadi tradisi yang sulit untuk ditinggalkan. Di sinilah pentingnya pembiasaan dalam Proses pendidikan.

Setiap hal dan permasalahan yang kita kerjakan pasti ada gelombang naik dan turun, kadang rajin, tekun dan teliti bahkan tidak menutup kemungkinan sifat malas datang menghampiri. Oleh karena itu sangat pentingnya motivasi, baik memotivasi diri sendiri maupun memotivasi orang lain, karena arti motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan yang sangat dirasakan atau mendesak5.

Motivasi merupakan faktor penting yang selalu mendapat perhatian di dalam berbagai usaha yang ditujukan untuk mendidik dan membelajarkan manusia, baik di dalam pendidikan formal, non formal ataupun informal. Biasanya guru merefleksikan perhatiannya terhadap motivasi siswa dengan berbagai macam pertanyaan6.

Motivasi menurut Sumadi Suryabrata7, adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.

5

Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 73.

6

Martini JAmaris, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h.170.

7


(16)

6

Masalah memotivasi siswa dalam belajar, merupakan masalah yang sangat kompleks. Dalam usaha memotivasi siswa tersebut, tidak ada aturan-aturan yang sederhana. Penyelidikan tentang motivasi, kiranya menjadikan guru peka terhadap kompleksitas masalah ini. Guru hendaknya mengetahui prinsip-prinsip motivasi yang dapat membantu pelaksanaan tugas mengajarnya, meskipun tidak ada pedoman khusus yang pasti8.

Dalam penyelesaian suatu masalah atau kendala dalam proses kegiatan belajar mengajar tentu ada metode yang bervariasi yang dilakukan pendidik secara inovatif agar tujuan daripada pendidikan tercapai dengan maksimal. Karena belajar merupakan suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku yang merupakan hasil latihan penguatan

(reinforcement). Penguatan itulah yang merupakan sebab adanya perubahan

tersebut.9

Metode dan model pendekatan yang bervariasi akan menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih menarik, salah satunya pendekatan habit forming

(Pembiasaan) yang model pembelajarannya konsisten dan terprogram. Konsisten dalam pembinaan akhlak, kemampuan berbahasa, baik dan ritual ibadah (pembiasaan: sholat tertib dan tepat waktu baik wajib maupun sunnah, minggu bahasa, bersikap dan bertutur kata sopan). Terprogram menjalankan kegiatan

8

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan., Ibid. 201. 9

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), cetakan ke-12, h. 60.


(17)

7

pembinaan secara rutin dan periodik (Pembiasaan: perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan).10

Berdasarkan pemaparan beberapa paragraf diatas, pendidikan tidak hanya menjadikan manusia pandai secara intelektual saja, melainkan juga pandai dalam mengaplikasikan dan menerapkan pengetahuannya secara benar dan tepat guna, dengan membiasakan hal-hal yang dianggap kecil dan remeh akan menjadi kunci utama dan modal terbesar dalam kehidupan bermasyarakat baik di keluarga, maupun disekolah, juga dalam belajar pasti ada naik dan turun dari semangat belajar kita baik individu maupun kelompok yang tak lain adalah motivasi yang sangat penting dalam mempengaruhi faktor belajar. Sehingga penulis membuat penelitian yang berjudul “Pengaruh Habit Forming (Pembiasaan) Terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas VII di SMP Negeri 4 Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Habit Forming (Pembiasaan) siswa kelas VII SMP Negeri 4

Surabaya?

2. Bagaimana motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 4 Surabaya? 3. Adakah pengaruh Habit Forming (Pembiasaan) terhadap motivasi belajar

mata pelajaran PAI siswa kelas VII SMP Negeri 4 Surabaya ?

10

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Jakarta: AR-RUZZ MEDIA), cetakan ke-2, h.83


(18)

8

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh habit forming (Pembiasaan) siswa kelas VII

SMP Negeri 4 Surabaya.

2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 4 Surabaya.

3. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh habit forming (Pembiasaan)

terhadap motivasi belajar mata pelajaran PAI siswa kelas VII SMP Negeri 4 Surabaya.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, yakni secara teoritis dan praktis:

1. Secara teoritis

a. Memberikan kontribusi ilmiah berupa wacana yang dapat dijadikan pemikiran dari hasil penelitian dalam hal pendidikan.

b. Sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut dan pedoman dalam

penelitian selanjutnya yang berkaitan.

c. Menambah kepustakaan sebagai bantuan dan studi banding bagi

mahasiswa dimasa yang akan datang. 2. Secara praktis


(19)

9

Sebagai bahan informasi dan suatu pengalaman bagi penulis sebagai calon pendidik guna menambah dan memperluas ilmu pengetahuan tentang pengaruh habit forming (pembiasaan) yang berorientasi kepada motivasi belajar siswa.

b. Bagi Lembaga

Sebagai sumbangan pikiran, masukan dan evaluasi kepada pihak sekolah agar sekolah tersebut selalu memperhatikan kondisi siswa dan selalu memotivasi siswa sehingga dapat menghasilkan kualitas siswa yang unggul dan bermutu.

E. Penelitian Terdahulu

Dari sumber yang kami temukan, terdapat beberapa penelitian terdahulu

(prior research) yang berhubungan dengan judul yang kami buat, antara lain:

Skripsi yang ditulis oleh M. Syamsul Huda (IAIN Sunan Ampel, 2013)

yang berjudul “Penerapan Metode Pembiasaan Pada Pendidikan Agama

Islam Di MI Al-Muthmainah Bulak Surabaya” menyimpulkan bahwa dalam penelitian ini menunjukkan implementasi metode pembiasaan pada pendidikan agama Islam dinilai sangat tepat, karena dalam implementasi metode pembiasaan siswa dibiasakan untuk berpikir dan bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam serta mengamalkan ajara-ajaran agama Islam dengan baik dan benar11. Penerapan

11M.Syamsul Huda, “Penerapan Metode Pembiasaan Pada Pendidikan Agama Islam Di MI Al-Muthmainah Bulak Surabaya” (Surabaya: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sunan Ampel, 2013).


(20)

10

metode pembiasaan sangat tepat diterapkan pada siswa Sekolah Dasar, karena

pada usia ini siswa tumbuh dan berkembang menjadi mumayyiz (bisa

membedakan), mulai bisa menalar, memahami dan mengetahui. Sementara fitrahnya masih tetap suci dan beban pikirannya belum seberat beban pikiran yang menggelayuti kaum remaja dan orang dewasa. Oleh karena itu, pembiasaan yang baik perlu diterapkan agar kelak bisa menjadi kebiasaannya diwaktu dewasa.

F. Hipotesis

Hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu kata hypo yang berarti kurang dan

kata thesis yang berarti pendapat. Hypothesis yang dalam dialek Indonesia

menjadi hipotesa kemudian berubah menjadi hipotesis yang maksudnya adalah

suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang belum sempurna.12

Hipotesis adalah kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi harus dibuktikan atau dites atau diuji kebenarannya. Disini penulis membuat hipotesis yaitu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul, antara lain:13

1. Hipotesis kerja atau hipotesis alternative (Ha)

Yaitu: “Ada Pengaruh Habit Forming (Pembiasaan) Terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas VII di SMP Negeri 4 Surabaya”. 2. Hipotesis nol atau hipotesis nihil (Ho)

12

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 75. 13

Suharsimi Arikunto, Prosedur penenlitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka cipta, 1997), h.71.


(21)

11

Yaitu: “Tidak ada Pengaruh Habit Forming (Pembiasaan) Terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas VII di SMP Negeri 4 Surabaya”.

G. Batasan Penelitian

Supaya penelitian ini lebih mengarah, maka peneliti memberikan batasan masalah dengan fungsi sebagai penyempit obyek yang akan diteliti agar fokus dalam penelitian ini tidak melebar luas, antara lain:

1. Penelitian ini hanya terbatas pada siswa kelas VII SMP Negeri 4 Surabaya. 2. Motivasi belajar dalam penelitian ini hanya ditentukan oleh pengaruh Habit Forming siswa yang tentunya dari latar belakang dan keadaan yang berbeda-beda.

H. Definisi Operasional

Agar diperoleh gambaran yang jelas serta untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul ini, maka penulis akan memberi pengertian yang jelas atas beberapa istilah yang terkandung dalam judul tersebut, antara lain:

1. Pengaruh

Berarti daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda, dan sebagainya).14

2. Habit Forming

14

W.J.S. Poerwadarminta, kamus umum bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h.731.


(22)

12

Pendekatan habit forming (Pembiasaan) yang model

pembelajarannya konsisten dan terprogram. Konsisten dalam pembinaan akhlak, kemampuan berbahasa, baik dan ritual ibadah (pembiasaan: sholat tertib dan tepat waktu baik wajib maupun sunnah, minggu bahasa, bersikap dan bertutur kata sopan). Terprogram menjalankan kegiatan pembinaan secara rutin dan periodik (Pembiasaan: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan).15

3. Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat

non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar16.

4. PAI

Adalah mata pelajaran yang diberikan kepada peserta didik untuk memahami Hukum dan tuntunan dalam mengahadapi persoalan dan masalah-masalah keseharian dalam Agama Islam. Menurut Zakiyah Darajat (1987:87) Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada

15

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

16


(23)

13

akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

Jadi, Berdasarkan definisi beberapa istilah di atas maka yang di

maksud dengan judul “Pengaruh Habit Forming (Pembiasaan)

Terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas VII di SMP Negeri 4 Surabaya.”

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah penulisan dan pemahaman dalam skripsi ini, perlu adanya sistematika pembahasan. Adapun sistematika pembahasan dapat digambarkan sebagai berikut:

BAB I : Berupa Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan penelitian, Hipotesis, Penelitian terdahulu, Batasan Penelitian, Definisi operasional, dan sistematika pembahasan.

BAB II : Merupakan Landasan Teori, dalam hal ini penulis membagi beberapa sub bab, Sub bab yang pertama Habit Forming yang meliputi, Pengertian Habit Forming (Pembiasaan), Dasar dan Tujuan Habit Forming (Pembiasaan), Kelebihan dan Kekurangan Habit Forming (Pembiasaan), indikator-indikator Habit Forming (Pembiasaan), Langkah-langkah Habit Forming (Pembiasaan), dan


(24)

14

Motivasi Belajar Mata Pelajaran PAI yang meliputi, Pengertian Motivasi Belajar, Prinsip-prinsip Motivasi Belajar, Macam – macam Motivasi, Fungsi Motivasi dalam Belajar, Indikator Motivasi Belajar, Pengertian Mata Pelajaran PAI, Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran PAI. Sedangkan sub bab yang terakhir adalah Tinjauan tentang Pengaruh Habit Forming (Pembiasaan) terhadap Motivasi Belajar.

BAB III : Pada Bab III ini memuat tentang Objek Penelitian yang didalamnya meliputi; Profil SMP Negeri 4 Surabaya, Sejarah berdirinya sekolah, Letak geografis, Visi Misi dan Tujuan Sekolah, Prestasi yang diraih, Struktur Organisasi SMP Negeri 4, Data Guru, Data Siswa, Keadaan Sarana dan prasarana, Program Unggulan SMP Negeri 4, dan Kegiatan Ekstrakurikuler SMP Negeri 4. Selanjutnya Metode Penelitian, yang berisikan tentang jenis dan rancangan penelitian, populasi dan sampel, Variabel dan Indikator Penelitian, Metode pengumpulan data, Teknik Pengolahan data dan Teknik Analisis Data.

BAB IV : Bab ini berisikan tentang Analisis Data dari Pengaruh Habit

Forming (Pembiasaan) dan Motivasi Belajar Mata Pelajaran PAI,

Nominasi Pengaruh Habit Forming (Pembiasaan) dan Motivasi


(25)

15

sebagai kesimpulan memperkuat penjelasan keseluruhan

menggunakan rumus analisa prosentase dari analisa kesatu dan analisa kedua.

BAB V : Penutup, Merupakan Simpulan dan Saran-saran dari skripsi. Dan diakhiri dengan Daftar Kepustakaan, Biografi penulis dan Lampiran Lampiran.


(26)

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Habit Forming (Pembiasaan)

a. Pengertian Habit Forming (Pembiasaan)

Metode atau methode berasal dari bahasa Yunani (Greeka) yaitu

metha dan hodos. Metha berarti melalui atau melewati, dan hodos berarti

jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu24.

Sedangkan pengertian pembiasaan, Muhammad Rasyid Dimas mendefinisikan pembiasaan25 maksudnya adalah membiasakan anak untuk melakukan hal-hal tertentu sehingga menjadi kebiasaan yang mendarah daging, yang untuk melakukannya tidak perlu pengarahan lagi.

Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan

pembentukan akhlak. Hasil dari pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didik. Kebiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan terlebih dahulu, dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi26.

24

Abdul Ghafir, Zuhairini, dkk, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Ramadhani, 1993), h. 66.

25

Muhammad Rasyid Dimas, 25 Kiat Mempengaruhi Jiwa dan Akal Anak, (Bandung: Syamil Cipta Media, 2005), h. 47.

26

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: KALAM MULIA, 1998), Cetakan ke-2, h. 184.


(27)

17

Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.27

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa seseorang yang terbiasa dilatih maka dia akan mejadi seorang yang terlatih (ahli), dalam hal ini adalah anak didik menjadi seorang siswa yang pandai karena sudah dilatih secara terus menerus sehingga apa yang telah diajarkan tertanam dalam dirinya dan menjadikan anak didik lebih mempunyai kemampuan untuk menjalani proses belajar pada tahap selanjutnya.

Dengan berbagai pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwasanya metode pembiasaan adalah cara yang ditempuh oleh sekolah untuk membiasakan anak didiknya melaksanakan amalan-amalan atau ajaran-ajaran keagamaan sehingga mampu mewujudkan tujuan mata pelajaran pendidikan agama Islam dan memberikan bekal bagi jiwa keberagamaan siswa selanjutnya.

b. Dasar dan Tujuan Habit Forming (Pembiasaan) a) Dasar Habit Forming (Pembiasaan)

Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak. Mereka juga belum

27

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 110.


(28)

18

mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan seperti pada orang dewasa, sehingga perlu dibiasakan dengan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan pola pikir tertentu yang baik.

Cara lain yang digunakan oleh al-Qur’an dalam memberikan materi pendidikan adalah melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap. Dalam hal ini termasuk merubah kebiasaan-kebiasaan yang negatif. Al-Qur’an28 menjadikan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik atau metode pendidikan. Lalu ia mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menuanaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan banyak tenaga, dan tanpa menemukan banyak kesulitan.

Dalam kasus menghilangkan kebiasaan meminum khamr

misalnya, al-Qur’an memulai dengan menyatakan bahwa hal itu

merupakan kebiasaan orang-orang kafir Quraisy (Qs. An-Nahl. 16:67) dilanjutkan dengan menyatakan bahwa dalam khamr itu ada unsur dosa dan manfaatnya, namun unsur dosanya lebih besar dari unsur manfaatnya (Qs.Al-Baqarah, 2:219). Dilanjutkan dengan larangan

mengerjakan shalat dalam keadaan mabuk (Qs.An-Nisa’, 4:43)

kemudian dengan menyuruh agar menjauhi minuman khamr itu (Qs. Al-Maidah. 5:90).

28

Abuddin Nata,M.A, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 101.


(29)

19

Jika contoh diatas berkenaan dengan cara menghilangkan kebiasaan yang buruk dengan cara bertahap, maka al-Qur’an pun mempergunakan cara cara berthap pula dalam menciptakan kebiasaan yang baik dalam diri seseorang. Dalam hubungan ini terdapat petunjuk Nabi yang menyuruh orang tua agar menyuruh anaknya menunaikan shalat pada usia tujuh tahun, selanjutnya dibolehkan memukulnya jika anak itu sampai usia 10 tahun belum mengerjakan shalat.

Dengan demikian, metode pembiasaan dilakukan dengan cara bertahap, selal ada proses untuk mencapai sebuah tujuan yang baik. Berkaitan dengan ini semua harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik. Al-Ghazali berkata:”Kewajiban utama dari seorang juru didik ialah mengajarkan kepada anak-anak, apa-apa yang mudah dan gampang dipahaminya, oleh karena masalah-masalah yang pelik akan mengakibatkan kekacauan pikiran dan menyebabkan ia lari dari ilmu”. Isyarata ini dapat dijumpai dalam al-Qur’an tentang

memberikan beban sesuai dengan kesanggupannya.29

b) Tujuan Habit Forming (Pembiasaan)

Pembiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Pembiasaan selain menggunakan perintah, suri teladan, dan

29


(30)

20

pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). Selain itu, arti tepat dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religious, tradisional maupun kultural.

Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan diadakannya metode pembiasaan di sekolah adalah untuk melatih serta membiasakan anak didik secara konsisten dan

continue dengan sebuah tujuan, sehingga benar-benar tertanam

pada diri anak dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan di kemudian hari.

c. Kelebihan dan Kekurangan Habit Forming (Pembiasaan)

Sebagaimana metode-metode pendidikan lainnya di dalam proses pendidikan, metode pembiasaan tidak bisa terlepas dari dua aspek yang saling bertentangan, yaitu kelebihan dan kekurangan.

Tidak satupun dari hasil pemikiran manusia yang sempurna dan bebas dari kelemahan. Adapun kelebihan dan kekurangan metode pembiasaan sebagai berikut:


(31)

21

a) Kelebihan

1) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan mempergunakan

metode pembiasaan akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

2) Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak

konsentrasi dalam pelaksanaannya.

3) Pembentukan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks dan rumit menjadi otomatis.30

4) Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan lahiriyah tetapi

juga berhubungan dengan aspek batiniyah.

b) Kekurangan

1) Metode ini dapat menghambat bakat dan inisiatif murid. Hal ini oleh murid lebih banyak dibawa kepada konformitas (kesesuaian) dan diarahkan kepada uniformitas (keseragaman). 2) Kadang-kadang pelatihan yang dilaksanakan secara

berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.

3) Membentuk kebiasaan yang kaku karena murid lebih banyak ditujukan untuk mendapat kecakapan memberikan respon otomatis, tanpa menggunakan intelegensinya.

30


(32)

22

4) Dapat menimbulkan verbalisme (bersifat kabur atau tidak jelas) karena murid lebih banyak dilatih menghafal soal-soal dan menjawab secara otomatis.

d. Indikator – indikator Habit Forming (Pembiasaan)

Kegiatan yang secara terus-menerus dilakukan akan menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang tentunya mengarah kepada hal-hal yang positif, berdasarkan dari kelebihan dan kekurangan habit forming

(pembiasaan) didapatkan beberapa indikator, diantaranya:

1) Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan

2) Pemberian Tugas

3) Pemberian Bimbingan Belajar Pada Waktu Tertentu

4) Berperilaku Terpuji 5) Keteladanan

e. Langkah – langkah Habit Forming (Pembiasaan)

Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Jika dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti dibiarkannya binatang, ia akan celaka dan binasa. Sedangkan memelihara anak adalah dengan upaya pendidikan dan mengajari akhlak yang baik.31 Adapun sistem Islam dalam memperbaiki anak adalah dengan cara pengajaran dan pembiasaan. Pengajaran yang dimaksud ialah pendekatan aspek

31


(33)

23

teoritis dalam upaya memperbaiki. Sedangkan pembiasaan ialah segi praktik nyata dalam proses pembentukan dan persiapannya.32

Pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontinyu (berulang-ulang), teratur, dan terprogram, sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang utuh, permanen, kontinyu, dan otomatis. Oleh karena itu, faktor pengawasan sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan dari proses ini.

Dibawah ini adalah beberapa langkah dalam Pembiasaan, diantaranya;

a) Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten, dan tegas.

Jangan memberi kesempatan kepada anak untuk melanggar

kebiasaan yang telah ditanamkan.

b) Pembiasaan yang pada mulanya hanya bersifat mekanistis, hendaknya secara berangsur-angsur diubah menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati anak itu sendiri.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwasanya dalam menanamkan kebiasaan diperlukan pengawasan. Pengawasan hendaknya digunakan meskipun secara berangsur-angsur peserta didik diberi kebebasan. Dengan perkataan lain, pengawasan dilakukan dengan

32

Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul-Anlad fil –Islam, terj. Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim, Op. cit., 60


(34)

24

mengingat usia peserta didik, serta perlu ada keseimbangan antara pengawasan dan kebebasan.

Selain itu, pembiasaan hendaknya disertai dengan usaha membangkitkan kesadaran atau pengertian secara terus- menerus akan maksud dari tingkah laku yang dibiasakan, sebab pembiasaan digunakan bukan untuk memaksa peserta didik agar melakukan sesuatu secara otomatis, melainkan agar anak dapat melaksanakan segala kebaikan dengan mudah tanpa merasa susah atau berat hati.

Oleh karena itu, pembiasaan yang pada awalnya bersifat mekanistik hendaknya diusahakan peserta didik sendiri. Hal ini sangat mungkin apabila pembiasaan secara berangsur-angsur disertai dengan penjelasan-penjelasan dan nasihat-nasihat, sehingga semakin lama akan timbul pengertian dari peserta didik. Adapun petunjuk dalam menanamkan kebiasaan yaitu:

a) Kebiasaan jelek yang sudah lama terlanjur dimiliki anak, wajib sedikit demi sedikit dilenyapkan dan diganti dengan kebiasaan yang baik.

b) Dalam menanamkan kebaikan, pendidik terkadang hendaknya secara sederhana menerangkan motifnya, sesuai dengan tingkatan perkembangan anak didik.


(35)

25

c) Sebelum peserta didik menerima dan mengerti motif perbuatan yang dibiasakan, kebiasaan ditanamkan secara latihan terus-menerus disertai pemberian penghargaan dan pembetulan.

d) Kebiasaan tetap hidup sehat, tentang adat istiadat yang baik, tentang kehidupan keagamaan yang pokok, wajib sejak kecil sudah mulai ditanamkan.

e) Pemberian motif selama pendidikan suatu kebiasaan, wajib disertai usaha menyentuh perasaan anak didik. Rasa suka ini wajib selalu meliputi sikap anak didik dalam melatih diri memiliki kebiasaan.

Demikianlah faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam

pembiasaan agar pembiasaan dapat dilakukan dengan mudah, lekas tercapai, dan baik hasilnya.

f. Pendekatan Keteladanan

Keteladanan berasal dari kata teladan yang memiliki arti patut ditiru (perbuatan, barang, dan lain sebagainya). Sedangkan keteladanan berarti hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh.33 Dalam bahasa Inggris keteladanan sama dengan modeling, yaitu bentuk pengajaran di mana

seseorang belajar bagaimana melakukan suatu tindakan dengan

memperhatikan dan meniru sikap serta tingkah laku orang lain.34

33

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 917

34


(36)

26

Benyamin B. Wolman35 memberikan pengertian ”Modeling a behavior therapy technique designed to modify behavior through

perceptual learning and allowing the individual to imitate” (Modeling

adalah teknik terapi tingkah laku yang bertujuan untuk memodifikasi tingkah laku melalui pembelajaran persepsi dan memberikan kesempatan kepada individu untuk meniru).

Dalam bahasa Arab Al-Ashfahani mendefinisikan kata ”uswah“ dan ”al-iswah” sebagaimana kata ”al-qudwah” dan ”al-qidwah” berarti suatu keadaan ketika seseorang manusia mengikuti manusia lain, apakah dalam kebaikan, ataupun dalam kejelekan, kejahatan atau kemurtadan. Begitu pula Ibn-Zakaria mendefinisikan, bahwa ”uswah” berarti

”qudwah” yang artinya ikutan, mengikuti yang diikuti. Dengan demikian keteladanan adalah hal-hal yang ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Namun keteladanan yang dimaksud di sini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan Islam, yaitu keteladanan yang baik, sesuai dengan pengertian ”uswah”.36

Dalam Standar Kompetensi Kurikulum 2004 dijelaskan bahwa,

”Pendekatan keteladanan adalah pendekatan dalam pembelajaran yang menempatkan guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan, sebagai

35

Benyamin B. Wolman, Dictionary of Behavioral, (New York: Litton Educational Publishing, 1973), h. 241

36

Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 90


(37)

27

cerminan dari individu yang memiliki keimanan teguh dan berakhlak mulia.”37

Dari definisi di atas, maka dapat diketahui bahwa pendekatan keteladanan merupakan suatu perbuatan atau usaha yang ditempuh seseorang, guru dan komponen sekolah lainnya dalam proses pembelajaran melalui perbuatan atau tingkah laku yang patut ditiru (modeling).

B. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai pengggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).

Berawal dari kata (motif) itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.38

Mc.Donald mengatakan bahwa;

motivation is a energy change within the person characterized by affective

arousal and anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan

37

Departemen Agama RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah Kurikulum 2004, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 25

38

Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 73


(38)

28

energy di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Oemar Hamalik, 1992:173).

Dari pengertian yang dikemukakan Mc.Donald ini mengandung tiga elemen penting, diantaranya39:

1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energy pada diri setiap individu manusi energi. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia.

2) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau feeling, afeksi

seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3) Motivasi akan dirangsang dengan adanya tujuan. Yang dalam hal ini tujuan akan menyangkut soal kebutuhan.

Dari ke tiga elemen diatas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

39


(39)

29

Motivasi merupakan faktor penting yang selalu mendapat perhatian di dalam berbagai usaha yang ditujukan untuk mendidik dan membelajarkan manusia, baik di dalam pendidikan formal, non formal ataupun informal. Biasanya guru merefleksikan perhatiannya terhadap motivasi siswa dengan berbagai macam pertanyaan40.

Motivasi menurut Sumadi Suryabrata, adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan41.

Gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi42 adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu. Greenberg menyebutkan bahwa motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi43 adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan).

Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu

40

Martini JAmaris, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h.170.

41

Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), h. 101. 42

Ibid., 101. 43


(40)

30

dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya44.

Dalam buku The Magic Power of Emotional Appeal, mengatakan

bahwa terdapat empat prinsip motivasi, diantaranya45:

1) Pertahanan diri, bila orang berada dalam keadaan mendesak dan tersudut, maka ia akan berbuat apa saja dengan kekuatan yang luar biasa. Dengan tenaga supernatural, ia berupaya melawan. Motif ini merupakan motif yang terkuat.

2) Pengakuan, ini adalah motif kedua yang terpenting. Tiada seorang pun

yang ingin menjadi orang yang tidak berarti apa-apa; tetapi pada kenyataannya banyak orang yang demikian, mereka kehilangan identitas dan kebanggan diri.

3) Prinsip yang ketiga adalah cinta kasih. Dapat dipastikan bahwa bila cinta mewarnai pekerjaan seseorang, begitu pula dirumahnya, maka hidupnya dinamis dan penuh kegembiraan.

4) Dan prinsip yang ke empat adalah uang, inilah prinsip yang paling rendah tingkatannya.

Setiap orang bersifat individualistik. Orang yang satu berbeda dengan orang yang lain. Kita harus memahami dan mengenal diri kita

44

Syaiful Bahri Djamarah, PSIKOLOGI BELAJAR, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2002), h.114.

45


(41)

31

dengan baik. Jika kita menentukan prinsip motivasi dari ke empat prinsip diatas manakah yang terpenting yang harus di dahulukan untuk kita.

Manusia dimotivasi oleh impian, harapan dan keinginan. Archibald Alexander mengatakan, “Manusia berharga terutama karena motif yang dimiliki, bukan karena faktor-faktor yang lainnya; dan yang terlebih pokok adalah karena moral yang terkandung dalam motif itu, yakni cinta dan kasih sayang.

b. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar

Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan yang terlepas dari faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat dari dalam yang lebih utama maupun luar sebagai upaya lain yang tak kalah pentingnya.

Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar, diantaranya46: 1) Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar;

46


(42)

32

2) Motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar;

3) Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman;

4) Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar;

5) Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar;

6) Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.

c. Macam – macam Motivasi

Beberapa teori yang telah dibahas sebelumnya menyatakan bahwa motivasi menempati posisi penting dalam kegiatan belajar siswa. Dengan motivasi hasil belajar menjadi optimal, karena motivasi mengembangkan aktivitas dan inisiatif, mengarahkan tujuan, memelihara ketekunan dan keuletan dalam kegiatan belajar.

Ada banyak macam dan jenis motivasi dilihat dari berbagai sudut pandang diantaranya.47

1) Motivasi dilihat dari dasar pembentuknya. a) Motif – motif bawaan

Yaitu motif yang dibawa sejak lahir, yang ada tanpa dipelajari. Seperti; dorongan untuk makan, minum, beristirahat dan lain sebagainya.

b) Motif – motif yang dipelajari

47


(43)

33

Motif ini sering disebut motif yang disyaratkan sosial, sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial. Sehingga motivasi itu terbentuk, contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di masyarakat. Dalam hal ini Frandsen mengistilahkan dengan

affiliative needs. Sebab justru dengan kemampuan berhubungan,

kerjasama dalam masyarakat tercapai suatu kepuasan diri. Disamping itu Frandsen menambahkan jenis motif ini :

i. Cognitive motives

Menyangkut kepuasan individual yang berada dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Motif ini sangat primer dalam kegiatan sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

ii. Self – expression

Yaitu ada keinginan untuk aktualisasi diri, sehingga diperlukan kreatifitas dan imajinasi.

iii. Self – enhancement

Meningkatkn kemajuan diri seseorang melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi.

2) Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis.

a) Motif atau kebutuhan organis


(44)

34

b) Motif – motif darurat

Motivasi yang timbul karena ada rangsangan dari luar seperti: dorongan untuk menyelamatkan diri, membalas, dan lain-lain. c) Motif – motif objektif

Motif ini muncul karena untuk menghadapi kehidupan luar secara selektif, menyangkut kebutuhan untuk eksplorasi, menaruh minat dan melakukan manipulasi.

3) Motivasi jasmaniah dan rohaniah.

Yang termasuk motivasi jasmaniah misalnya : refleks, instink otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah yaitu kemauan. Kemauan terbentuk melalui empat momen: momen timbulnya alasan, momen dipilih, momen putusan dan momen terbentuknya kemauan. 4) Motivasi instrinsik dan ekstrinsik.

a) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Adapun dalam kegiatan belajar motivasi intrinsik berarti motivasi yang di dalamnya aktifitas belajar mulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Misalnya anak belajar karena ingin mengetahui seluk beluk masalah selengkap-lengkapnya.


(45)

35

Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, ahli di bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan yang dapat menuju kepada tujuan yang ingin dicapai adalah belajar, tanpa belajar tidak akan didapatkan sebuah ilmu pengetahuan.

b) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Adapun dalam kegiatan belajar motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar mulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan

aktifitas belajar. Misalnya anak belajar karena untuk

memperoleh hadiah yang dijanjikan oleh orang tuanya.

Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi ekstrinsik tetap penting, karena keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan mungkin ada komponen-komponen dalam proses belajar mengajar yang kurang menarik bagi kegiatan belajar siswa. Sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

d. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas berpartisipasi dalam belajar. Sementara anak didik yang lain aktif berpartisipasi dalam kegiatan, seorang atau dua orang anak didik duduk


(46)

36

dengan santainya di kursi mereka dengan alam pemikiran yang jauh entah kemana. Sedikit pun tidak bergerak hatinya untuk mengikuti pelajaran dengan cara mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

Karenanya, dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi.

Motivation is an assential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi

optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi, motivasi akan senantiasa memntukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.

Sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi48:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai suatu tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

48


(47)

37

Disamping itu ada juga fungsi-fungsi yang lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Dengan kata lain usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menetukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

Selain itu, Motivasi yang baik akan mendorong intensitas, ketekunan dan keuletan dalam kegiatan belajar. Sehingga hasil belajar menjadi optimal. Sebab seseorang yang memiliki motivasi akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:49

a. Tekun menghadapi tugas dan dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai; b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa);

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah;

d. Lebih senang bekerja mandiri;

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang, begitu saja, sehingga kurang kreatif);

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu);

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu;

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

49


(48)

38

e. Indikator Motivasi Belajar

Seseorang yang telah sukses tidak akan terlepas dengan yang dinamakan motivasi, baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik karena keduanya saling mempengaruhi. Berdasarkan ciri – ciri seseorang yang telah memiliki motivasi, didapatkan beberapa indikator, diantaranya:

1) Tekun dalam mengerjakan tugas;

2) Tidak mudah putus asa dalam berbagai masalah;

3) Tidak menyukai sesuatu yang instant (Kurang kreatif);

4) Teguh pada pendirian.

f. Pengertian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama pada umumnya merupakan salah satu dari tiga subyek pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan formal di Indonesia. Sedangkan Pendidikan Agama Islam50 merupakan sebutan yang diberikan pada salah satu subyek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa Muslim dalam menyelesaikan pendidikannya pada tingkat tertentu

Pendidikan Agama Islam ini sangat diperlukan dalam membentuk manusia-manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat, baik jasmani maupun rohani. Pendidikan agama Islam dicantumkan dalam urutan nomor satu dari

50

Saifuddin Zuhri & H. Syamsuddin Yahya, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: IAIN Walisongo Semarang, 1999), h. 4.


(49)

39

sembilan bidang studi yang harus diselesaikan dalam perencanaan program pengajaran di sekolah dasar. Program studi pendidikan agama merupakan program wajib yang harus diikuti oleh setiap anak didik pada sepanjang tahun selama bersekolah.

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam mempunyai dasar yang kuat, baik secara yuridis, religius, maupun sosial psikologis.

g. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam 1) Fungsi

Sebagai suatu subyek pelajaran, Pendidikan Agama Islam mempunyai fungsi yang berbeda dari subyek pelajaran yang lain. Ia dapat memiliki fungsi yang bermacam-macam, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing lembaga pendidikan. Secara umum, menurut John Sealy51, Pendidikan Agama termasuk Pendidikan Agama Islam dapat di arahkan untuk mengemban salah satu atau gabungan dari beberapa fungsi, diantaranya:

a) Konfensional

Dalam fungsi ini, Pendidikan Agama dimaksudkan untuk

meningkatkan komitmen dan perilaku keberagamaan peserta didik.

b) Neo Konfensional

51


(50)

40

Dalam fungsi Neo Konfensional Pendidikan Agama juga

dimaksudkan untuk meningkatkan keberagaman peserta didik sesuai keyakinannya.

c) Konfensional Tersembunyi

Dalam rangka membantu fungsi ini, Pendidikan Agama menawarkan sejumlah pilihan ajaran agama dengan harapan peserta didik nantinya akan memilih salah satunya yang dianggap paling benar atau sesuai dengan dirinya, tanpa ada arahan pada salah satu diantaranya.

d) Implisit

Fungsi ini dimaksudkan untuk mengenalkan kepada peserta didik ajaran agama secara terpadu dengan seluruh aspek kehidupan melalui berbagai subyek pelajaran.

e) Non Konfensional

Dalam fungsi ini, Pendidikan Agama dimaksudkan sebagai alat untuk memahami keyakinan atau pandangan hidup yang dianut oleh orang lain.

Dari beberapa fungsi diatas, nampaknya tidak sesuai dengan tujuan Pendidikan Agama di Indonesia. Sesuai dengan penjelasan pasal 39 ayat 2 Undang-undang No. 2 tahun 1989, Pendidikan Agama52 “merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap

52


(51)

41

Tuhan Yang Maha Esa sesuai denga ajaran agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan mempertimbangkantuntutan untuk menghormati agama laindalam hubungan kerukunan antar umat

beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional”.

2) Tujuan

Menurut Ibnu Siena yang dikutip oleh Abuddin Nata53, bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh seseorang kearah perkembangannya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti. Selain itu, tujuan pendidikan menurut Ibnu Siena harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan, dan potensi yang dimilikinya.

Menurut Mahmud Yunus dalam buku yang berjudul

Metodik Khusus Pendidikan Agama, beliau mengemukakan bahwa54:

“Tujuan pendidikan agama ialah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi dan orang dewasa supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh, dan berakhlak mulia, sehingga ia

53

Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 67.

54

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1983), h. 13.


(52)

42

menjadi salah seorang anggota masyarakat yang sanggup hidup di atas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah SWT, dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan umat manusia.”

Pendidikan Agama pada dasarnya memiliki dua tujuan, yaitu meningkatkan keberagamaan peserta didik dan mengembangkan sikap kerukunan hidup antar umat beragama.

Hal ini berarti bahwa fungsi yang sesuai untuk Pendidikan Agama Islam, sebagai salah satu pendidikan Agama di Indonesia adalah yang kedua, neo-konfensional. Dengan fungsi ini Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat mengantarkan peserta didik memiliki “sosok manusia Muslim” yang diidealkan sekaligus memiliki sikap toleransi yang tinggi terhadap pemeluk agama lain.

C. Tinjauan tentang Pengaruh Habit Forming (Pembiasaan) terhadap Motivasi Belajar

Dalam kegiatan belajar baik itu yang dilakukan di sekolah, di lembaga lain maupun di rumah pasti mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar. Kesulitan-kesulitan tersebut pasti disebabkan oleh berbagai macam faktor yang menyebabkannya, sehingga kegiatan belajar pun akan terganggu. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut tentu ada solusi yang tepat untuk mengatasinya.

Menurut aliran kognitif, belajar merupakan proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan perilaku seseorang yang


(53)

43

tampak sesungguhnya hanyalah refleksi dari perubahan internalisasi persepsi dirinya terhadap sesuatu yang sedang diamati dan dipikirkannya.55

Menyikapi beberapa hal dalam belajar, salah satu kemampuan untuk membangkitkan semangat adalah emosi. Karena dengan emosi pengorganisasi yang hebat terjadi baik dalam perbuatan maupun pikiran. Emosi juga berfungsi56 untuk membangkitkan intuisi dan rasa ingin tahu, yang akan membantu mengantisipasi masa depan yang tidak menentu dan merencanakan tindakan-tindakan kita sesuai dengan itu dan akan selalu berhubungan denga apa itu kecerdasan emosi, karena kecerdasan emosi adalah dasar bagi lahirnya kecakapan emosi yang diperoleh dari hasil belajar, dan dapat menghasilkan kinerja menonjol dalam sebuah pekerjaan.

Kecerdasan emosional siswa pasti berbeda dengan siswa yang lainnya, pada dasarnya seseorang yang memiliki IQ saja belum cukup tetapi yang ideal alah IQ yang dibarengi dengan EQ yang seimbang. Hal ini juga didukung oleh pendapat Goleman yang dikutip oleh Patton, bahwa para ahli psikologi sepakat kalau IQ hanya mendukung sekitar 20% faktor yang menentukan keberhasilan, sedangkan 80% sisanya berasal dari faktor lain, termasuk kecerdasan emosional.

Disini, peneliti memfokuskan dengan menggunakan pendekatan

habit forming (pembiasaan) yang mana pada pendekatan pembiasaan tersebut

55

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, h.53. 56


(54)

44

siswa selalu dibiasakan dengan berbagai macam kegiatan yang mengarah pada kegiatan yang positif tentunya, misalnya salam berjabat tangan dengan bapak ibu guru dimanapun berjumpa dengan beliau, sholat dhuha berjamaah, minggu bahasa dan yang lainnya. Hal itu semua akan mempengaruhi kecerdasan emosional yang selalu erat hubungannya dengan emosi dalam belajar dan oleh karena itu motivasi belajar lah yang sangat diperlukan untuk mengatasi hal tersebut.


(55)

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

1. Profil SMP Negeri 4 Surabaya

NSS : 201056009004

NPSN : 20532573

Nama Sekolah : SMP Negeri 4 Surabaya

Status Sekolah : Negeri

Jenjang Sekolah : SMP

Nilai Akreditasi Sekolah : A

Tanggal Pendirian : 30 September 1950

Kepala Sekolah : Dra. Hj. Nanik Partiyah, M.Pd

Alamat : Jl. Tanjung Anom 12 Surabaya

Kelurahan : Genteng

Kecamatan : Genteng

Kota : Surabaya

Provinsi : Jawa Timur

Kode Pos : 60275

Tlp. / Fax. : 031-5341431 / 031-5453378


(56)

46

Email : spenfora@gmail.com

Waktu Belajar : Sekolah Pagi

Situs : smpn4sby.sch.id

Lintang : -7.257061432854155

Bujur : 112.73599147796631

Motto : Senyum, Salam dan Sapa (3S)

2. Sejarah berdirinya SMP Negeri 4 Surabaya

Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta. Kota surabaya juga merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di Jawa Timur. Salah satunya adalah SMP Negeri 4 yang merupakan lembaga pendidikan setingkat SMP yang tertua sekaligus pertama di Indonesia wilayah timur. Hal ini cukup beralasan karena pada zaman kolonial Belanda sampai dengan tahun 1941 gedung yang terletak di Jalan Tanjung Anom 12 (berada di belakang jalan Praban) tepatnya di belakang SMP Negeri 3 Surabaya ini adalah gedung M.U.L.O (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) yang dibangun pada tahun 1890. Tidak hanya digunakan untuk M.U.L.O gedung ini juga pernah digunakan markas ”gakkutotai” dai san chuutai pada zaman jepang serta digunakan untuk markas BKR pelajar-rayon praban, markas TKR pelajar-staf III.

Struktur bangunan SMP Negeri 4 Surabaya sampai saat ini sebagian masih mempertahankan struktur aslinya, yaitu struktur Belanda. Bangunan yang masih berstruktur aslinya yaitu antara kelas 9A – 9G. Denngan adanya


(57)

47

struktur bangunan Belanda yang masih ada di SMP Negeri 4 Surabaya ini, maka sekolah ini termasuk bangunan Cagar Budaya.

SMP Negeri 4 Surabaya76 yang dikenal sebagai Cagar Budaya ini juga memiliki lagu khusus yang diciptakan untuk SMP Negeri 4 Surabaya, yang berjudul ”Mars SMP Negeri 4 Surabaya”. Prestasi yang diraihpun oleh SMP Negeri 4 ini sangat membanggakan yaitu berhasil menjuarai lomba sekolah Adiwiyata tingkat Surabaya, bahkan sampai di tingkat Nasional mewakili Kota Surabaya untuk Program Adiwiyata.

3. Letak Geografis SMP Negeri 4 Surabaya

SMP Negeri 4 Surabaya merupakan tempat pendidikan formal tingkat Sekolah Menengah Pertama yang sangat lama tetapi mudah dijangkau, baik oleh kendaraan umum, bersepeda, maupun dengan jalan kaki. Adapun sekolah ini terletak di Jl. Tanjung Anom No. 12 Surabaya. Sekolah ini memang mudah dijangkau, namun bagi yang belum pernah kesini mungkin akan sedikit mencari, karena gerbang depannya harus masuk terlebih dahulu ke pertigaan depan Siola, tetapi pihak sekolah telah memasang palang tepat di pertigaan Jl.Tanjung Anom menunjukkan bahwa SMP Negeri 4 belok ke arah kanan dari jalan raya utama. Meskipun harus masuk ke pertigaan jalan raya sekolah ini bisa dijangkau dengan kendaraan roda 4 dengan leluasa. Adapun Kepala Sekolah di SMP Negeri 4 Surabaya ini adalah Ibu Dra. Hj. Nanik Partiyah, M.Pd dengan dibantu Wakil Kepala Sekolah dan beberapa petugas administrasi

76


(58)

48

lainnya seperti sekretaris, bendahara, Para Dewan Guru serta Staffdan Karyawan.

4. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 4 Surabaya

Dalam meningkatkan mutu SMP Negeri 4 Surabaya mempunyai beberapa visi, Misi dan tujuan yaitu:

Visi

“UNGGUL DALAM IMTAQ DAN IPTEK TERWUJUD SDM YANG

BERKEBANGSAAN, BERBUDAYA LINGKUNGAN DAN GEMAR

MEMBACA”

Misi

1. Peningkatan penghayatan ajaran agama yang dianut terwujud SDM

termasuk inklusif yang berakhlaq mulia, jujur, arif, bijaksana dan berbudi pekerti luhur.

2. Pengembangan sarana prasarana dan peningkatan lingkungan

pembelajaran yang konduksif dan sinergis terwujud SDM termasuk inklusif yang berilmu, cakap, mandiri dan berketrampilan informatika teknologi.

3. Terselenggara KBM konstekstual-saintific dan model pembelajaran

bervariasi terwujud SDM termasuk inklusif yang demokratis, tanggung jawab, cinta budaya dan tanah air Indonesia.

4. Terselenggara manajemen partisipatif antar stakeholder secara


(59)

49

SDM termasuk inklusif dalam mengelola lingkungan dan ecopreneurship secara berkesinambungan dan berkelanjutan.

5. Terselenggara tutor sebaya terbentuk SDM termasuk inklusif yang bersih narkoba

6. Mewujudkan sekolah yang berbudaya gemar membaca.

Tujuan SMP Negeri 4 Surabaya

Tujuan SMP Negeri 4 Surabaya, sebagai berikut:

1. Meningkatkan aktifitas keagamaan SDM termasuk Inklusif untuk

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, jujur, arif, bijaksana dan berbudi pekerti luhur

2. Mengembangkan fasilitas sarana prasarana teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran kontekstual SDM termasuk Inklusif yang berilmu, cakap, mandiri selaras dengan perkembangan dan kebutuhan masa kini

3. Meningkatkan KBM dengan kontekstual-saintific dan model

pembelajaran bervariasi SDM termasuk Inklusif yang bersikap demokratis, tanggung jawab, berbudaya 6 S (Senyum, Sapa, Salam, Salim, Sopan dan Santun), berbudaya 6 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin, Ramah), cinta budaya dan tanah air Indonesia

4. Meningkatkan manajemen partisipatif antar stakeholder secara

demokratis dan akuntabel terbentuk prestasi akademik peringkat 1 tingkat Nasional dan non akademik Seni, Olah Raga, Lingkungan dan


(60)

50

Ecopreneurship tingkat Nasional dan Internasional berkesinambungan dan berkelanjutan.

5. Meningkatkan tutor sebaya terbentuk SDM termasuk inklusif yang bersih narkoba (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaraan Gelap Narkoba/P4GN)

6. Menghasilkan sekolah yang berbudaya gemar membaca.

5. Prestasi yang Diraih SMP Negeri 4 Surabaya

Adapun Prestasi-prestasi yang pernah diraih oleh sekolah Adiwiyata ini, diantaranya:

1) Juara I Lomba Perpustakaan Tingkat SMP – Surabaya Tahun 2011

2) Juara III Lomba Perpustakaan Tingkat SMP – Surabaya Tahun 2013

3) Juara III Lomba Perpustakaan Tingkat SMP – Surabaya Tahun 2014

4) Juara III Guru Prestasi Tingkat Kota Surabaya Tahun 2012

5) Delegasi Pembelajaran di Edith Cowen University Tahun 2012

6) Juara II Guru Prestasi Tingkat Kota Surabaya Tahun 2014 7) Juara I Guru Prestasi Tingkat Kota Surabaya Tahun 2015 8) Education Training Institute, Dong-Eui University 2015 9) Juara I Green Teacher tingkat kota Surabaya Tahun 2010

10)Sekolah Adiwiyata Terbaik I Tingkat SMP kota Surabaya Tahun 2011

11)Best Toilet Surabaya Eco School 2011 Tingkat SMP Surabaya 2011

12)Best Urban Farming Surabaya Eco School 2011


(61)

51

14)Sekolah Adiwiyata Propinsi Jawa Timur 2012

15)Sekolah Adiwiyata Nasional 2012

16)Juara 3 Lomba Lingkungan Sekolah Sehat Surabaya 2012

17)Juara II Lomba Yel-yel Lingkungan Hidup Surabaya Eco School 2012

18)Sekolah Adiwiyata Mandiri 2013

19)Juara I Lomba Lingkungan Sekolah Sehat Surabaya 2013

20)Sekolah Terbaik ke Tiga Surabaya Eco School 2013

21)Juara II Duta Sanitasi Tingkat Jawa Timur Tahun 2014

22)Juara I Lomba Karya Ilmiah Remaja Tingkat Surabaya 2014

23)Juara I Lomba Asah Terampil Tingkat Surabaya 2015

24)Duta Eco School Study Banding ke Australia Tahun 2015

25)Menerima anugerah integritas Ujian Nasional (UN) dari Menteri

Pendidikan dan kebudayaan Desember 2015

6. Struktur Organisasi SMP Negeri 4 Surabaya

Struktur organisasi merupakan badan yang di dalamnya memuat tugas dan tanggungjawab sekelompok orang yang diharapkan antara satu dengan yang lain dapat bekerjasama dalam mencapai satu tujuan.

Struktur organisasi SMP Negeri 4 Surabaya adalah seluruh petugas atau tenaga yang berperan aktif dalam pengelolaan dan pendidikan di SMP Negeri 4 Surabaya tersebut. Mereka terdiri dari sekelompok orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan, yaitu : kepala sekolah, kepala bagian tata usaha, waka kesiswaan, waka kurikulum, waka sarana dan prasarana, waka


(62)

52

humas, kepala laboratorium, kepala perpustakaan, standart pembiayaan, standart kurikulum, standart sarana dan parsarana, standart humas, standart kesiswaan, standart pengelolaan, koordinator bimbingan dan penyuluhan serta dewan guru.

Adapun struktur organisasi yang dimaksud dapat dilihat pada skema sebagai berikut:

Tabel 3.1

Struktur Organisasi SMP Negeri 4 Surabaya Tahun Pelajaran 2016 – 2017

KEPALA SEKOLAH

Dra. Hj. Nanik Partiyah,M.Pd

Standart Pembiayaan

Mufarochah, S.Pd

Kepala Tata Usaha Endang

Ka. Perpustakaan

Dra. Musrifajaton

Waka.Kurikulum

Ari Sudibjo, S.Pd

Waka.Sarpras

Drs. Moch. Puja Anwar Waka.Kesiswaan Priyo Listyono, S.Pd Waka.Humas Mulyo S.S.Pd. M.Si Kepala Lab. Drs. Soehandaja Standart Kurikulum

Tina A, S.Kom

Standart Humas

S.Mudjiani, S.Pd

Standart Pengelolaan

Riwin D.H, M.Pd

Standart Kesiswaan

Aziz M, S.Pd

Standart Sarpras


(63)

53

Sumber: Struktur Organisasi 2016-201777 7. Keadaan Guru SMP Negeri 4 Surabaya

Adapun Daftar Guru di SMP Negeri 4 Surabaya, sebagai berikut78:

Tabel 3.2

Daftar Guru SMPN 4 Surabaya dan Mata Pelajaran yang Diampu

No. Nama

Mata Pelajaran yang Diampu

Status

1.

Dra. Hj. NANIK PARTIYAH,

M.Pd PKN

PNS

2. Dra. ALIMAH PKN PNS

3. ANTONIUS I NYOMAN T.H,S.S. PENDIDIKAN

AGAMA KATHOLIK

GTT

4. ARI SUDIBJO, S.Pd. IPA PNS

5. AULIA DWI SHANTY, S.Pd. GPK (PLB) GTT

77

Struktur Organisasi SMPN 4Surabaya, 2016-2017. 78

Daftar Nama Guru SMPN 4 Surabaya, 2016-2017. Wali Kelas VII, VIII, IX


(64)

54

6. AZIS MUSTAQIM, S.Pd. SENI BUDAYA PNS

7. CATHARINA VIDYA K.D, S.Pd,

M.Pd.

PENDIDIKAN

AGAMA BUDHA GTT

8. CHAIRUL ARIEF EFFENDI, S.Pd. MATEMATIKA PNS

9. DYAH RAHMAWATI, S.Pd. M.Si. MATEMATIKA PNS

10. FATMAWATI ROMLAH, S.Pd. BAHASA

INDONESIA

PNS

11. FRISCA DINA KARTIKA S, M.PSi

GPK (PSIKOLOGI) GTT

12. HENNY SETYANINGTYAS, SE BIMBINGAN

KONSELING PNS

13. HERLIJANTI, S.Pd. BAHASA INGGRIS PNS

14. Dra. LARASATI BIMBINGAN

KONSELING PNS

15. MAWAN SUTRISNO, S,Pd GPK (PSIKOLOGI) GTT

16. M. SYAMSUL ARIEF, S.Ag PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM

GTT

17. M. YUSUF, S.Pd.I. M.Pd.I PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM

PNS

18. Hj. MARGININGSIH, A.Md BAHASA INGGRIS PNS


(65)

55

20. Drs. MOCH. PUJA ANWAR MATEMATIKA PNS

21. MUFAROCHAH, S.Pd. IPS PNS

22. MULYO SETYONO, S.Pd. M.Si IPA PNS

23. Dra. MUSRIFAJATON IPS PNS

24. NI MADE SRI ARDANI PENDIDIKAN

AGAMA HINDU

GTT

25. NINIEK POEDJI W, S.Pd. M.Pd IPS PNS

26. Dra. NINIK SUHARTINI IPS PNS

27. NINIK WIDAYANTI, S.Pd. BAHASA JAWA PNS

28. NURUL FITRIYAH, S.Pd.I. PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM GTT

29. PRIYO LISTYONO, S.Pd. PENJASORKES PNS

30. RISYDZA MASJANNAH P, S.Psi GPK (PSIKOLOGI)

31. RITA ANI PUDJIASTUTI, S.Pd. M.Si.

BAHASA INDONESIA

PNS

32. RIWIN DWI HARNANI, S.Pd.M.Pd.

BAHASA INGGRIS PNS

33. SLAMET EFFENDI, S.Pd. MATEMATIKA PNS

34. Drs. SOEHANDAJA PRAKARYA PNS

35. SOEPRIATIN P, S.Pd. M.Pd IPA PNS


(66)

56

37. SRI MUDJIANI, S.Pd. PKN PNS

38. SUPRIYADI, S.Pd. PENJASORKES PNS

39. SUTADJI, S.Ag. PENDIDIKAN

AGAMA PROTESTAN

PNS

40. TINA AGUSTIN, S.Kom. SENI BUDAYA PNS

Sumber: Data Daftar Nama Guru 201779. 8. Keadaan Siswa SMP Negeri 4 Surabaya

Jumlah siswa pada tahun pelajaran 2016/2017 berjumlah 866 Siswa. Yang terdiri dari siswa kelas VII, Kelas VIII, dan Kelas IX. Hal ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.3

Data Siswa SMPN 4 Surabaya

No. Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah

L P

1. VII 151 145 296

2. VIII 113 173 286

3. IX 110 174 284

TOTAL 866

Sumber: Data Siswa, 201780.

79

Daftar Nama Guru SMP Negeri 4 Surabaya, 2017. 80


(67)

57

9. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 4 Surabaya

Sarana dan prasana merupakan hal yang penting dalam kegiatan belajar mengajar, karena merupakan penunjang yang dibutuhkan oleh maupun siswa. Oleh karena itu, keadaan sarana dan prasarana harus diusahakan lengkap dan terpenuhi demi terciptanya kegiatan belajar mengajar yang kondusif, juga membuat peserta didik bersemangat dalam belajar. Adapun keadaan sarana dan prasarana di SMP Negeri 4 Surabaya antara lain:

Tabel 3.4

Keadaan Sarana dan Prasaran SMPN 4 Surabaya

No. Nama Jumlah

1. Meja Siswa 673 unit

2. Kursi Siswa 847 unit

3. Meja Guru 30 unit

4. Kursi Guru 59 unit

5. Papan Tulis 31 unit

6. Almari 54 unit

7. Komputer TU 2 unit

8. Printer TU 2 unit

9. Finger Print 1 unit

10. Alat Peraga Matematika 17 unit

11. Alat Peraga IPA 175 unit

12. Alat Peraga Kesenian 31 unit

13. Komputer dan CPU 47 unit

14. Mesin Ketik 1 unit


(68)

58

16. Printer 13 unit

17. Ruang Teori / Kelas 21 unit

18. Musholla 1 unit

19. Laboratorium IPA 1 unit

20. Laboratorium Bahasa 1 unit

21. Laboratorium Multimedia 1 unit

22. Ruang Guru 1 unit

23. Ruang TU 1 unit

24. Ruang Kepala Sekolah 1 unit

25. Ruang BK 1 unit

26. Ruang UKS 1 unit

27. Ruang Keterampilan 1 unit

28. Ruang OSIS 1 unit

29. Koperasi 1 unit

30. Ruang Serbaguna/Aula 1 unit

31. Kamar Mandi / WC Guru 3 unit

32. Kamar Mandi Siswa Perempuan 3 unit

33. Kamar Mandi Siswa Laki-laki 4 unit

34. Mesin Fotocopy 1 unit

35. Gudang 3 unit

36. Ruang Olahraga 1 unit

37. Kantin 1 unit

38. TV 4 unit

39. Pesawat Telepon 4 unit

40. Kipas Angin Gantung 18 unit

41. AC 10 unit

42. Wireless 7 unit


(1)

135

Berdasarkan hasil analisis diperoleh t hitung sebesar 1,936, maka t hitung < t tabel (1,936 < 4,4), maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya

tidak ada pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel.

2) Dengan membandingkan taraf signifikansi (p~value) dengan

galatnya

a) Jika signifikansi > 0,05, maka H0 diterima

b) Jika signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak

Terdapat 4,1% variabel motivasi belajar mata pelajaran PAI dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel Habit Forming (Pembiasaan), sisanya sebesar 95,9% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Berdasarkan pada besarnya pengaruh variabel

Habit Forming (Pembiasaan) terhadap motivasi belajar PAI menandakan bahwa Pengaruh Habit Forming (Pembiasaan) masih rendah untuk mengetahui motivasi belajar PAI Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Surabaya.


(2)

BAB V PENUTUP

A.Simpulan

Dari hasil analisis data yang telah dikumpulkan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil perhitungan Keadaan Habit Forming (Pembiasaan) Siswa kelas VII di SMP Negeri 4 termasuk pada kategori 50%-74%, karena didapat

nilai 66%, dengan demikian Habit Forming (Pembiasaan) di SMP Negeri

4 Surabaya tergolong baik.

2. Motivasi Belajar Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas VII di SMP Negeri 4 Surabaya termasuk pada kategori 50%-74%, karena didapat nilai 68%, dengan demikian Motivasi Belajar Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 4 Surabaya tergolong baik.

3. Terdapat pengaruh dari variabel Habit Forming (Pembiasaan) terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas VII di SMP Negeri 4 Surabaya. Dari populasi yang berjumlah 296 siswa kelas VII, yang kemudian diambil sampel sebesar 30% yaitu sebanyak 88,8 = 90 siswa (dibulatkan). Teknik analisis ini menggunakan regresi linear sederhana. Pengaruh yang didapat termasuk dalam kategori rendah, karena


(3)

137

t tabel (1,936 < 4,4), maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada

pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel. Jadi, hasil yang didapatkan 4,1% variabel motivasi belajar mata pelajaran PAI dipengaruhi atau dijelaskan oleh Habit Forming (Pembiasaan), sisanya sebesar 95,9% dipengaruhi oleh variabel lainnya.

B.Saran

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan lebih memperdalam lagi dan

mempertajam dalam menggali data mengenai Habit Forming (Pembiasaan)

terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran PAI. Karena kondisi siswa yang ada di SMP Negeri 4 Surabaya terdiri dari latar belakang yang berbeda-beda, motivasi yang diterima oleh setiap siswa pun tidak sama. Faktor lain Habit Forming

(Pembiasaan) terhadap Motivasi Belajar mata Pelajaran PAI tergolong rendah tidak menutup kemungkinan karena kurang adanya motivasi dan dukungan dari keluarga atau orang terdekat (Orang tua, sahabat), tidak diajarkan ulang saat siswa sudah dirumah, terjadi komunikasi (bimbingan) dari peneliti dengan responden kurang baik, atau responden yang kurang memahami akan soal yang diberikan. Jadi, belum ada pengaruh yang signifikan antara kedua variabel khususnya di kelas VII SMP Negeri 4 Surabaya, tidak menutup kemungkinan akan menjadi sangat kuat pengaruhnya jika dipakai pada objek yang berbeda.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sardiman, 2006, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Arief, Armai, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press.

Arifin, Zainal, 2011, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi, 1997, Prosedur penenlitian suatu pendekatan praktek, Jakarta: Rineka cipta, 1997.

Bungin, Burhan, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana.

Departemen Agama RI, 2010, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahnya,

Diponegoro.

Departemen Agama RI, 2 0 0 4 , Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah Kurikulum, Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990, Kamus Besar bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Dimas, Muhammad Rasyid, 2005, 25 Kiat Mempengaruhi Jiwa dan Akal Anak, Bandung: Syamil Cipta Media.

Djaali, 2011. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri, 2002, PSIKOLOGI BELAJAR, Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.

Douglas, Mack R, 1990, Menuju Puncak Prestasi, Yogyakarta: KANISIUS.

Ghafir, Abdul dan Zuhairini, dkk, 1993, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Surabaya: Ramadhani.


(5)

Huda, M.Syamsul, 2013, Penerapan Metode Pembiasaan Pada Pendidikan

Agama Islam Di MI Al-Muthmainah Bulak Surabaya, Surabaya: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sunan Ampel.

Jamaris, Martini, 2013, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, Bogor: Ghalia Indonesia.

Kartono, Kartini, 1987, dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, Bandung: Pionir Jaya. Margono, 1997, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997. Mardalis, 1995, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi

Aksara.

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir, 2001, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Nata, Abuddin, 2003, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Poerwadarminta, W.J.S. , 1993, kamus umum bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Ramayulis, 2012, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: KALAM MULIA. Remaja

Rosdakarya.

Sagala, Syaiful, 2003, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta. Shoimin, Aris, 2013, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013,

Jakarta: AR-RUZZ MEDIA

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi, 2008, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soemanto, Wasty, 1998, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin

Pendidikan), Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.


(6)

Wolman, Benyamin B., 1973, Dictionary of Behavioral, (New York: Litton Educational Publishing.

Yunus, Mahmud, 1983, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Hidakarya

Agung.

Zamroni, 2000, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: Biografi


Dokumen yang terkait

Pengaruh strategi spiritual teaching terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI (Al-Islam) SMP Muhammadiyah Parakan Tangerang Selatan

17 95 104

PENGARUH PENGGUNAAN ACTIVE LEARNING DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENGARUH PENGGUNAAN ACTIVE LEARNING DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PKn SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 KARTASURA KABUP

0 12 8

Pengaruh kepribadian guru PAI terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 1 Gedangan Sidoarjo.

0 1 107

PENGARUH PENCIPTAAN IKLIM KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 40 SURABAYA.

0 0 94

Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata pelajaran PAI kelas VIII di SMP Negeri 2 Sumbergempol Tulungagung Tahun Pelajaran 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 29

Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata pelajaran PAI kelas VIII di SMP Negeri 2 Sumbergempol Tulungagung Tahun Pelajaran 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 15

Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata pelajaran PAI kelas VIII di SMP Negeri 2 Sumbergempol Tulungagung Tahun Pelajaran 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 21

Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata pelajaran PAI kelas VIII di SMP Negeri 2 Sumbergempol Tulungagung Tahun Pelajaran 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 14

Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata pelajaran PAI kelas VIII di SMP Negeri 2 Sumbergempol Tulungagung Tahun Pelajaran 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata pelajaran PAI kelas VIII di SMP Negeri 2 Sumbergempol Tulungagung Tahun Pelajaran 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 25