Agenda KP Wahyu krisna mukti
Agenda Pemberdayaan Petani
Dalam Rangka Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional
Oleh: Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi
Kepala Pusat Studi Pembangunan, Institut Pertanian Bogor (PSP-IPB)
A. Dasar Berpikir
1. Ketahanan pangan merupakan bagian terpenting dari pemenuhan hak atas
pangan sekaligus merupakan salah satu pilar utama hak azasi manusia.
Ketahanan pangan juga merupakan bagian sangat penting dari ketahanan
nasional.
Dalam hal ini hak atas pangan seharusnya mendapat perhatian yang sama besar
dengan usaha menegakkan pilar-pilar hak azasi manusia lain. Kelaparan dan
kekurangan pangan merupakan bentuk terburuk dari kemiskinan yang dihadapi
rakyat, dimana kelaparan itu sendiri merupakan suatu proses sebab-akibat dari
kemiskinan. Oleh sebab itu usaha pengembangan ketahanan pangan tidak
dapat dipisahkan dari usaha penanggulangan masalah kemiskinan. Dilain pihak
masalah pangan yang dikaitkan dengan kemiskinan telah pula menjadi
perhatian dunia, terutama seperti yang telah dinyatakan dalam KTT Pangan
Dunia, Lima Tahun Kemudian (WFS, fyl), dan Indonesia memiliki tanggung
jawab untuk turut serta secara aktif memberikan kontribusi terhadap usaha
menghapuskan kelaparan didunia
2. Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang
cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengakses (termasuk membeli) pangan
dan tidak terjadinya ketergantungan pangan pada pihak manapun. Dalam hal
inilah, petani memiliki kedudukan strategis dalam ketahanan pangan : petani
adalah produsen pangan dan petani adalah juga sekaligus kelompok konsumen
terbesar yang sebagian masih miskin dan membutuhkan daya beli yang cukup
untuk membeli pangan. Petani harus memiliki kemampuan untuk
memproduksi pangan sekaligus juga harus memiliki pendapatan yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri.
B. Permasalahan
1. Dalam hal ini, sekalipun ketahanan pangan ditingkat nasional (dilihat dari
perbandingan antara jumlah produksi dan konsumsi total) relatif telah dapat
dicapai, pada kenyataanya ketahanan pangan dibeberapa daerah tertentu dan
ketahanan pangan dibanyak keluarga masih sangat rentan.
2. Kesejahteraan petani pangan yang relatif rendah dan menurun saat ini akan
sangat menentukan prospek ketahanan pangan. Kesejahteraan tersebut
ditentukan oleh berbagai faktor dan keterbatasan, diantaranya yang utama
adalah:
a. Sebagian petani miskin karena memang tidak memiliki faktor produktif
apapun kecuali tenaga kerjanya (they are poor becouse they are poor)
b. Luas lahan petani sempit dan mendapat tekanan untuk terus terkonversi
c. Terbatasnya akses terhadap dukungan layanan pembiayaan
d. Tidak adanya atau terbatasnya akses terhadap informasi dan teknologi yang
lebih baik
e. Infrastruktur produksi (air, listrik, jalan, telekomunikasi) yang tidak
memadai
f. Struktur pasar yang tidak adil dan eksploitatif akibat posisi rebut-tawar
(bargaining position) yang sangat lemah
g. Ketidak-mampuan, kelemahan, atau ketidak-tahuan petani sendiri.
Tanpa menyelesaian yang mendasar dan komprehensif dalam berbagai
aspek diatas kesejahteraan petani akan terancam dan ketahanan pangan akan
sangat sulit dicapai.
3. Disadari sepenuhnya bahwa telah terjadi perubahan tatanan sosial politik
masyarakat sehingga berbagai aspek pembangunan telah lebih terdesentralisasi
dan lebih berbasis pada partisipasi masyarakat. Permasalahan timbul terutama
karena proses desentralisasi tersebut masih berada pada tahap proses lajar bagi
semua pihak. Hal tersebut semakin diperberat ditengah kondisi dimana
anggaran pemerintah semakin terbatas, perencanaan dan pelaksanaan
pengembangan pangan yang kurang terfokus, berpendekatan proyek, parsial,
dan tidak berkesinambungan.
4. Globalisasi dalam berbagai aspek sosial ekonomi pada kenyaraannya telah
menjadi ancaman serius bagi usaha membangun ketahanan pangan jangka
panjang, walaupun disadari pula menjadi peluang jika dapat diwujudkan suatu
perdagangan internasional pangan yang adil (fair trade).
C. Usulan Agenda
1. Masalah ketahanan pangan adalah masalah bersama yang menjadi tanggung
jawab semua pihak. Untuk itu perlu dikembangkan suatu komitmen dan
kerjasama diantara semua pihak terutama dalam bentuk kerjasama yang erat
antara pemerintah, swasta, dan masyarakat (yang antara lain direpresentasikan
oleh langan SM dan perguruan tinggi). Dalam hal ini, Dewan Ketahanan
Pangan yang telah didirikan dari sisi pemerintah, perlu diperkuat dan
dilengkapi dengan forum atau lembaga lain yang mampu menampung
partisipasi swasta, LSM dan perguruan tinggi.
2. Tantangan yang dihadapi masyarakat, khususnya LSM dan perguruan tinggi,
dalam pengembangan ketahanan pangan adalah:
a. Melanjutkan komitmen dan langkah nyata dalam mendampingi petani dan
masyarakat pada umumnya;
b. Terus mengusahakan agar komitmen politik pemerintah dan legistatif dalam
mendukung ketahanan pangan dapat terus dijaga dan diperkuat;
c. Terus memberikan masukan bagi pelaksanaan manajemen pangan nasional
yang sesuai dengan tujuan ketahanan pangan, kemandirian pangan, dan
kedaulatan pangan;
d. Bersama pemerintah dan swasta melakukan berbagai usaha untuk
menghadapi tekanan dan dampak negatif globalisasi dan perdagangan
pangan internasional.
2
3. Mengusulkan kepada pemerintah dan swasta agar dapat memfokuskan diri
pada pada pelaksanaan agenda pengembangan ketahanan pangan sebagai
berikut:
a. Mencegah dan mengurangi laju konversi lahan produktif.
b. Memanfaatkan dengan lebih optimal berbagai bentuk sumberdaya lahan
(lahan kering, lahan rawa, lahan pasang surut) untuk kepentingan
pemantapan produksi pangan dan peningkatan pendapatan petani.
c. Mendukung usaha peningkatan produktivitas usaha pertanian, terutama
melalui peningkatan penggunaan bibit unggul dan mengurangi kehilangan
hasil pasca panen.
d. Melakukan rehabilitasi, pemeliharaan dan optimasi pemanfaatan
infrastruktur irigasi dan jalan desa.
e. Melakukan berbagai langkah kongkrit dalam konservasi sumberdaya tanah
dan air, terutama dalam wilayah aliran sungai.
f. Mempromosikan produksi dan konsumsi aneka-ragam pangan berbasis
sumberdaya lokal, baik yang berbasis tanah maupun berbasis air (laut,
danau, sungai), dengan menyertakan masyarakat dan dunia usaha.
g. Mengembangkan sistem informasi pangan yang dapat diakses secara
terbuka, termasuk pengembangan peta potensi pangan daerah.
h. Mengembangkan berbagai kelembagaan pendukung produksi dan distribusi
pangan, terutama kelembagaan pembiayaan, penelitian, penyuluhan, dan
pendidikan;
i. Mengembangkan berbagai sistem insentif yang diperlukan bagi peningkatan
produksi pangan dan peningkatan pola konsumsi pangan beraneka.
4. Mengusulkan kepada Dewan Ketahanan Pangan untuk:
a. Atas dasar keberpihakan yang jelas kepada rakyat kecil (produsen dan
konsumen) melakukan rekonstruksi kebijakan pangan yang mampu
mengakomodasi berbagai perkembangan dan kepentingan dalam
mengantisipasi berbagai tantangan masa depan, terutama dengan
mengedepankan peran pembangunan ketahanan pangan di daerah atas dasar
partisipasi masyarakat.
b. Terus memperjuangkan perdagangan internasional yang adil (fair trade)
melalui instrumentasi kebijakan yang efektif dan memberi manfaat langsung
kepada rakyat;
c. Mendorong kebijakan fiskal melalui alokasi anggaran belanja pemerintah
dan penetapan pajak yang berpihak kepada ketahanan pangan rakyat;
d. Mendorong kebijakan moneter melalui pengelolaan tingkat bunga dan
pengembangan sistem pembiayaan yang sesuai.
5. Mengusulkan kepada berbagai pihak yang terkait agar dalam jangka pendek
(Januari atau Februari 2003) dapat diselenggarakan pertemuan untuk:
a. Mengaktualisasikan “jaringan ketahanan pangan” yang mencakup
keterlibatan pemerintah, swasta, dan LSM
b. Merinci agenda pengembangan ketahanan pangan diatas dalam bentuk
rencana aksi.
3
c. Menghimpun “best-practices” pendampingan yang dilakukan LSM dan
perguruan tinggi dalam rangka pengembangan ketahanan pangan
masyarakat.
4
Dalam Rangka Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional
Oleh: Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi
Kepala Pusat Studi Pembangunan, Institut Pertanian Bogor (PSP-IPB)
A. Dasar Berpikir
1. Ketahanan pangan merupakan bagian terpenting dari pemenuhan hak atas
pangan sekaligus merupakan salah satu pilar utama hak azasi manusia.
Ketahanan pangan juga merupakan bagian sangat penting dari ketahanan
nasional.
Dalam hal ini hak atas pangan seharusnya mendapat perhatian yang sama besar
dengan usaha menegakkan pilar-pilar hak azasi manusia lain. Kelaparan dan
kekurangan pangan merupakan bentuk terburuk dari kemiskinan yang dihadapi
rakyat, dimana kelaparan itu sendiri merupakan suatu proses sebab-akibat dari
kemiskinan. Oleh sebab itu usaha pengembangan ketahanan pangan tidak
dapat dipisahkan dari usaha penanggulangan masalah kemiskinan. Dilain pihak
masalah pangan yang dikaitkan dengan kemiskinan telah pula menjadi
perhatian dunia, terutama seperti yang telah dinyatakan dalam KTT Pangan
Dunia, Lima Tahun Kemudian (WFS, fyl), dan Indonesia memiliki tanggung
jawab untuk turut serta secara aktif memberikan kontribusi terhadap usaha
menghapuskan kelaparan didunia
2. Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang
cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengakses (termasuk membeli) pangan
dan tidak terjadinya ketergantungan pangan pada pihak manapun. Dalam hal
inilah, petani memiliki kedudukan strategis dalam ketahanan pangan : petani
adalah produsen pangan dan petani adalah juga sekaligus kelompok konsumen
terbesar yang sebagian masih miskin dan membutuhkan daya beli yang cukup
untuk membeli pangan. Petani harus memiliki kemampuan untuk
memproduksi pangan sekaligus juga harus memiliki pendapatan yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri.
B. Permasalahan
1. Dalam hal ini, sekalipun ketahanan pangan ditingkat nasional (dilihat dari
perbandingan antara jumlah produksi dan konsumsi total) relatif telah dapat
dicapai, pada kenyataanya ketahanan pangan dibeberapa daerah tertentu dan
ketahanan pangan dibanyak keluarga masih sangat rentan.
2. Kesejahteraan petani pangan yang relatif rendah dan menurun saat ini akan
sangat menentukan prospek ketahanan pangan. Kesejahteraan tersebut
ditentukan oleh berbagai faktor dan keterbatasan, diantaranya yang utama
adalah:
a. Sebagian petani miskin karena memang tidak memiliki faktor produktif
apapun kecuali tenaga kerjanya (they are poor becouse they are poor)
b. Luas lahan petani sempit dan mendapat tekanan untuk terus terkonversi
c. Terbatasnya akses terhadap dukungan layanan pembiayaan
d. Tidak adanya atau terbatasnya akses terhadap informasi dan teknologi yang
lebih baik
e. Infrastruktur produksi (air, listrik, jalan, telekomunikasi) yang tidak
memadai
f. Struktur pasar yang tidak adil dan eksploitatif akibat posisi rebut-tawar
(bargaining position) yang sangat lemah
g. Ketidak-mampuan, kelemahan, atau ketidak-tahuan petani sendiri.
Tanpa menyelesaian yang mendasar dan komprehensif dalam berbagai
aspek diatas kesejahteraan petani akan terancam dan ketahanan pangan akan
sangat sulit dicapai.
3. Disadari sepenuhnya bahwa telah terjadi perubahan tatanan sosial politik
masyarakat sehingga berbagai aspek pembangunan telah lebih terdesentralisasi
dan lebih berbasis pada partisipasi masyarakat. Permasalahan timbul terutama
karena proses desentralisasi tersebut masih berada pada tahap proses lajar bagi
semua pihak. Hal tersebut semakin diperberat ditengah kondisi dimana
anggaran pemerintah semakin terbatas, perencanaan dan pelaksanaan
pengembangan pangan yang kurang terfokus, berpendekatan proyek, parsial,
dan tidak berkesinambungan.
4. Globalisasi dalam berbagai aspek sosial ekonomi pada kenyaraannya telah
menjadi ancaman serius bagi usaha membangun ketahanan pangan jangka
panjang, walaupun disadari pula menjadi peluang jika dapat diwujudkan suatu
perdagangan internasional pangan yang adil (fair trade).
C. Usulan Agenda
1. Masalah ketahanan pangan adalah masalah bersama yang menjadi tanggung
jawab semua pihak. Untuk itu perlu dikembangkan suatu komitmen dan
kerjasama diantara semua pihak terutama dalam bentuk kerjasama yang erat
antara pemerintah, swasta, dan masyarakat (yang antara lain direpresentasikan
oleh langan SM dan perguruan tinggi). Dalam hal ini, Dewan Ketahanan
Pangan yang telah didirikan dari sisi pemerintah, perlu diperkuat dan
dilengkapi dengan forum atau lembaga lain yang mampu menampung
partisipasi swasta, LSM dan perguruan tinggi.
2. Tantangan yang dihadapi masyarakat, khususnya LSM dan perguruan tinggi,
dalam pengembangan ketahanan pangan adalah:
a. Melanjutkan komitmen dan langkah nyata dalam mendampingi petani dan
masyarakat pada umumnya;
b. Terus mengusahakan agar komitmen politik pemerintah dan legistatif dalam
mendukung ketahanan pangan dapat terus dijaga dan diperkuat;
c. Terus memberikan masukan bagi pelaksanaan manajemen pangan nasional
yang sesuai dengan tujuan ketahanan pangan, kemandirian pangan, dan
kedaulatan pangan;
d. Bersama pemerintah dan swasta melakukan berbagai usaha untuk
menghadapi tekanan dan dampak negatif globalisasi dan perdagangan
pangan internasional.
2
3. Mengusulkan kepada pemerintah dan swasta agar dapat memfokuskan diri
pada pada pelaksanaan agenda pengembangan ketahanan pangan sebagai
berikut:
a. Mencegah dan mengurangi laju konversi lahan produktif.
b. Memanfaatkan dengan lebih optimal berbagai bentuk sumberdaya lahan
(lahan kering, lahan rawa, lahan pasang surut) untuk kepentingan
pemantapan produksi pangan dan peningkatan pendapatan petani.
c. Mendukung usaha peningkatan produktivitas usaha pertanian, terutama
melalui peningkatan penggunaan bibit unggul dan mengurangi kehilangan
hasil pasca panen.
d. Melakukan rehabilitasi, pemeliharaan dan optimasi pemanfaatan
infrastruktur irigasi dan jalan desa.
e. Melakukan berbagai langkah kongkrit dalam konservasi sumberdaya tanah
dan air, terutama dalam wilayah aliran sungai.
f. Mempromosikan produksi dan konsumsi aneka-ragam pangan berbasis
sumberdaya lokal, baik yang berbasis tanah maupun berbasis air (laut,
danau, sungai), dengan menyertakan masyarakat dan dunia usaha.
g. Mengembangkan sistem informasi pangan yang dapat diakses secara
terbuka, termasuk pengembangan peta potensi pangan daerah.
h. Mengembangkan berbagai kelembagaan pendukung produksi dan distribusi
pangan, terutama kelembagaan pembiayaan, penelitian, penyuluhan, dan
pendidikan;
i. Mengembangkan berbagai sistem insentif yang diperlukan bagi peningkatan
produksi pangan dan peningkatan pola konsumsi pangan beraneka.
4. Mengusulkan kepada Dewan Ketahanan Pangan untuk:
a. Atas dasar keberpihakan yang jelas kepada rakyat kecil (produsen dan
konsumen) melakukan rekonstruksi kebijakan pangan yang mampu
mengakomodasi berbagai perkembangan dan kepentingan dalam
mengantisipasi berbagai tantangan masa depan, terutama dengan
mengedepankan peran pembangunan ketahanan pangan di daerah atas dasar
partisipasi masyarakat.
b. Terus memperjuangkan perdagangan internasional yang adil (fair trade)
melalui instrumentasi kebijakan yang efektif dan memberi manfaat langsung
kepada rakyat;
c. Mendorong kebijakan fiskal melalui alokasi anggaran belanja pemerintah
dan penetapan pajak yang berpihak kepada ketahanan pangan rakyat;
d. Mendorong kebijakan moneter melalui pengelolaan tingkat bunga dan
pengembangan sistem pembiayaan yang sesuai.
5. Mengusulkan kepada berbagai pihak yang terkait agar dalam jangka pendek
(Januari atau Februari 2003) dapat diselenggarakan pertemuan untuk:
a. Mengaktualisasikan “jaringan ketahanan pangan” yang mencakup
keterlibatan pemerintah, swasta, dan LSM
b. Merinci agenda pengembangan ketahanan pangan diatas dalam bentuk
rencana aksi.
3
c. Menghimpun “best-practices” pendampingan yang dilakukan LSM dan
perguruan tinggi dalam rangka pengembangan ketahanan pangan
masyarakat.
4