Pascapanen Tanaman Perkebunan (APBNP 2015) Pedoman Teknis Peralatan Penanganan
DUKUNGAN PENANGANAN
PASCAPANEN DAN PEMBINAAN
USAHA
PEDOMAN TEKNIS (REVISI)
Peralatan Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan
TAHUN 2015
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
MARET 2015
KATA PENGANTAR
Pedoman Teknis ini merupakan
hasil revisi yang disusun sebagai
acuan dalam pelaksanaan kegiatan
Tugas Pembantuan di daerah
karena adanya alokasi APBN-P
tahun 2015.
Revisi Pedoman teknis ini menjelaskan
mengenai pelaksanaan kegiatan penanganan
pascapanen perkebunan tahun 2015 di daerah
terutama dalam kaitannya dengan penyediaan
sarana pascapanen dan bimbingan teknis untuk
kelompok tani. Pada tahun 2015 alokasi anggaran
diprioritaskan untuk komoditas kakao, kopi, pala,
lada, cengkeh, karet, kelapa dan jambu mete.
Untuk mendukung tercapainya pelaksanaan
kegiatan secara tertib, baik administrasi maupun
teknis, agar dinas yang membidangi perkebunan
dapat menjadikan pedoman teknis ini sebagai
acuan dalam pelaksanaan kegiatan.
Jakarta, 10 Maret 2015
Direktur Jenderal Perkebunan
Ir. Gamal Nasir, MS
NIP. 195607281986031001
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
i
ii
iv
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Sasaran Nasional
C. Tujuan
1
1
3
3
II.
PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan
Kegiatan
B. Spesifikasi Teknis
4
4
5
III.
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup
B. Pelaksana Kegiatan
C. Lokasi, Jenis dan Volume
D. Simpul Kritis
6
6
7
8
13
IV.
PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN
BANTUAN
A. Pelaksanaan Pengadaan Barang
B. Mekanisme Penyaluran Barang
C. Pelaksanaan Kegiatan Lainnya
13
14
14
16
PEMBINAAN, PENGENDALIAN,
PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN
16
V.
ii
VI.
VII.
MONITORING , EVALUASI DAN
PELAPORAN
A. Jenis Laporan
B. Waktu Penyampaian Laporan
18
18
19
PEMBIAYAAN
20
VIII. PENUTUP
20
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lokasi Kegiatan Penanganan
Pascapanen Perkebunan
Refocusing dan APBN-P 2015
Spesifikasi Sarana/Alat/Mesin
Pascapanen Perkebunan
Peningkatan Keterampilan SDM
Kelompok tani
Format Laporan Monitoring Dan
Evaluasi Pembangunan
Perkebunan 2015 Satker Dinas
Perkebunan Provinsi/Kabupaten
Format Laporan Perkembangan
fisik Pelaksanaan Kegiatan
Satker Dinas Perkebunan
Provinsi/Kabupaten
Hal
22
33
50
51
52
iv
I.
A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkebunan merupakan salah satu sektor
andalan bagi perkembangan perekonomian di Indonesia.
Selain sebagai penyumbang devisa negara, sektor
perkebunan juga berkontribusi sebagai penyedia
lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Perkebunan
sebagai sektor andalan perekonomian Indonesia tidak
lepas dari permasalahan yang harus dihadapi antara
lain masih rendahnya kualitas hasil (produk) yang
diperoleh dari usaha perkebunan, baik itu produk
primer maupun produk sekunder. Kualitas produk
primer yang kurang baik akan berdampak pada kualitas
hasil pengolahan sekundernya. Hal ini dapat
mengakibatkan permasalahan dalam pemasaran produk
komoditas perkebunan. Rendahnya mutu selain karena
pengaruh perlakuan budidaya, juga karena penanganan
pascapanen yang belum diterapkan sesuai standar.
Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap
kualitas produk primer adalah penanganan pascapanen.
Pascapanen hasil perkebunan adalah tahapan kegiatan
yang dimulai dari pemanenan sampai hasil tersebut
dipasarkan baik untuk dikonsumsi langsung maupun
untuk bahan baku industri. Berdasarkan UU Nomor 12
tahun 1992, Pascapanen adalah meliputi kegiatan
pembersihan, pengupasan, sortasi, pengawetan,
pengemasan, penyimpanan, standardisasi mutu, dan
transportasi hasil produksi budidaya pertanian.
Pascapanen bertujuan untuk meningkatkan mutu,
menekan tingkat kehilangan dan/atau kerusakan,
memperpanjang daya simpan dan meningkatkan daya
guna dan nilai tambah hasil produk budidaya pertanian.
Sedangkan di dalam Permentan Nomor 44/Permentan/
1
OT.140/10/2009,
dijelaskan
bahwa
penanganan
pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan setelah panen sampai dengan siap dikonsumsi
dan/atau diolah, meliputi : pengumpulan, perontokan,
pembersihan,
pengupasan,
trimming,
sortasi,
perendaman,
pencelupan,
pelilinan,
pelayuan,
pemeraman, fermentasi, penggulungan, penirisan,
perajangan, pengepresan, pengawetan, pengkelasan,
pengemasan, penyimpanan, standarisasi mutu dan
pengangkutan hasil pertanian asal tanaman.
Kegiatan penanganan pascapanen tanaman
perkebunan di tingkat petani umumnya belum
memperhatikan penerapan teknologi penanganan
pascapanen sesuai anjuran, juga masih dijumpai
penggunaan alat yang sederhana dengan perlakuan
secara tradisional, serta panen yang dilakukan tidak
tepat waktu, sehingga mutu produk yang dihasilkan
rendah dan kurang memiliki daya saing.
Berdasarkan
kenyataan
tersebut,
untuk
mendorong peningkatan produksi tanaman perkebunan
baik secara kuantitas maupun kualitas, diperlukan
upaya pembinaan kepada para petani perkebunan agar
dapat menerapkan teknologi pascapanen yang baik dan
benar berbasis Good Handling Practices (GHP) serta
menerapkan prinsip-prinsip Good Agricultural Practices
(GAP), sehingga pada akhirnya bisa mendapatkan nilai
tambah dan kesejahteraan yang lebih baik dari hasil
usaha taninya.
2
B.
Sasaran Nasional
1. Mendukung Program Peningkatan Produksi dan
Produktivitas melalui kegiatan penanganan
pascapanen di provinsi sentra produksi.
2. Dihasilkannya produk yang bermutu sesuai
dengan permintaan pasar sehingga memiliki nilai
tambah dan daya saing baik di tingkat lokal
maupun global.
3. Terfasilitasinya kebutuhan kelompok tani/
gapoktan dalam memperoleh dan memanfaatkan
teknologi pascapanen secara optimal.
C.
Tujuan
Tujuan disusunnya pedoman teknis peralatan
penanganan pascapanen tanaman perkebunan
adalah :
1. Memberikan petunjuk dan acuan bagi petugas di
provinsi dan kabupaten/kota dalam pelaksanaan
kegiatan penanganan pascapanen tanaman
perkebunan.
2. Meningkatkan pencapaian mutu produk hasil
perkebunan melalui penanganan pascapanen di
tingkat petani/kelompok tani.
3. Meningkatkan nilai tambah, daya saing dan
harga jual hasil perkebunan.
3
II.
PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
Pada era industri sekarang ini dan dalam
rangka
memasuki
era
globalisasi
upaya
peningkatan mutu hasil perkebunan rakyat sudah
saatnya diarahkan melalui pendekatan agrobisnis.
Dengan pola ini, petani tidak lagi dilihat sebagai
individu dengan kemampuan bidang produksi yang
terbatas. Untuk itu, upaya yang perlu dilakukan
adalah :
A.
Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
1. Pelaksanaan
kegiatan
ditempuh
melalui
pendekatan kelompok pada satu wilayah
pertanaman perkebunan dengan harapan para
petani
mampu
melakukan
penanganan
pascapanen dengan menghasilkan produk primer
yang bermutu.
2. Kelompok tani terpilih adalah kelompok tani
yang
aktif
dan
berfungsi
serta
jelas
kepengurusannya. Penentuan kelompok tani
terpilih dilakukan melalui seleksi oleh petugas
dinas yang membidangi perkebunan serta
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat
atau
Kepala
Dinas
yang
membidangi
perkebunan.
3. Paket bantuan yang akan diberikan untuk
kelompok tani dilakukan melalui proses
pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh
4
panitia/pejabat pengadaan di Dinas
membidangi Perkebunan setempat.
4. Proses pengadaan
harus berdasarkan
dan No. 70 tahun
tentang pengadaan
yang
barang/jasa yang dilakukan
Perpres No. 54 tahun 2010
2012 beserta perubahannya
barang/jasa pemerintah.
5. Seluruh tahapan kegiatan yang dilakukan oleh
petani atau kelembagaannya dilaksanakan
dengan bimbingan dan pendampingan oleh
petugas daerah yang ditunjuk.
6. Seluruh tahapan dan pelaksanaan kegiatan harus
dilakukan pencatatan secara tertib sebagai
bahan penyusunan laporan akhir.
B.
Spesifikasi Teknis
Alat dan mesin yang digunakan untuk
penanganan
pascapanen
harus
memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Perawatan dan pengoperasiannya mudah;
2. Permukaan peralatan yang berhubungan dengan
bahan yang diproses tidak boleh berkarat dan
tidak mudah mengelupas;
3. Tidak mencemari hasil seperti unsur atau
fragmen logam yang lepas, minyak pelumas,
bahan bakar, tidak bereaksi dengan produk,
jasad renik, dan lain-lain;
4. Mudah dikenakan tindakan sanitasi.
5
Lokasi kegiatan secara rinci sebagaimana
pada lampiran 1. Spesifikasi alat dan mesin
pascapanen perkebunan yang akan diberikan untuk
kelompok tani seperti pada lampiran 2.
Selain kegiatan pengadaan alat dan mesin
pascapanen untuk kelompok tani, dalam kegiatan
penanganan pascapanen tanaman perkebunan
terdapat kegiatan peningkatan keterampilan dan
kemampuan kelompok tani melalui pertemuan
teknis pascapanen perkebunan (materi seperti
pada lampiran 3).
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A.
Ruang Lingkup
Pada Tahun Anggaran 2015 alokasi anggaran
untuk kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman
Perkebunan diprioritaskan untuk komoditas sebagai
berikut :
1. Tanaman semusim : nilam dan tebu.
2. Tanaman rempah dan penyegar terdiri dari :
kakao, kopi, pala, lada dan cengkeh.
3. Tanaman Tahunan terdiri dari: karet, kelapa
dan jambu mete.
Kegiatan penanganan pascapanen di daerah
meliputi
fasilitasi
alat/mesin
pascapanen,
bangunan,
peningkatan
keterampilan
dan
6
kemampuan kelompok tani melalui pertemuan
teknis.
B.
Pelaksana Kegiatan
Tugas dan fungsi petugas tingkat Pusat,
Provinsi dan Kabupaten/kota sebagai berikut :
1. Kegiatan Tingkat Pusat :
a. Penyusunan Pedoman Teknis.
b. Sosialisasi, Pembinaan dan Pengawalan
kegiatan.
c. Monitoring dan Evaluasi kegiatan.
d. Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan.
2. Kegiatan Tingkat Provinsi :
a. Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak).
b. Sosialisasi kegiatan dan Identifikasi Calon
kelompok Sasaran.
c. Penetapan Kelompok Sasaran untuk alokasi
APBN melalui TP Propinsi.
d. Pembinaan, pengawalan dan pelaksanaan
kegiatan.
e. Monitoring serta evaluasi kegiatan.
f. Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan.
3. Kegiatan Tingkat Kabupaten/kota :
a. Penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis).
b. Sosialisasi kegiatan dan Identifikasi Calon
kelompok Sasaran.
7
c. Penetapan Kelompok Sasaran untuk alokasi
APBN melalui TP kabupaten/kota.
d. Koordinasi/konsultasi
ke
provinsi
dan
koordinasi ke lokasi dalam rangka persiapan,
pelaksanaan, pembinaan dan pengawalan
kegiatan.
e. Monitoring serta evaluasi.
f. Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan.
Lokasi, Jenis dan Volume :
Lokasi,
Jenis
dan
Volume
kegiatan
penanganan pascapanen tanaman perkebunan
tahun 2015 adalah sebagai berikut :
C.
1. Penanganan Pascapanen Nilam
No
1
2
3
4
Lokasi
Aceh
Jabar
Jatim
Gorontalo
Jenis
Pengadaan sarana,
alat dan mesin
pascapanen serta
peningkatan
keterampilan
kelompok tani
Volume (KT)
Refocusing
-
APBN-P
Jumlah
1
1
2
3
1
1
2
3
2. Penanganan Pascapanen Tebu
No
1
Lokasi
Aceh
Jenis
Pengadaan sarana,
alat dan mesin
pascapanen serta
peningkatan
keterampilan
kelompok tani
Volume (KT)
Refocusing APBN-P
-
Jumlah
2
2
8
3. Penanganan Pascapanen Kakao
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Lokasi
Aceh
Sumbar
Banten
Jatim
Jateng
Bali
NTB
NTT
Kalteng
Sulteng
Sulsel
Sultra
Sulbar
Gorontalo
Jenis
Pengadaan sarana,
alat dan mesin
pascapanen serta
peningkatan
keterampilan SDM
petani
Volume (KT)
Refocusing
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
3
2
2
3
APBN-P
Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
3
2
1
-
2
3
2
2
1
2
2
1
2
1
6
4
3
3
4. Penanganan Pascapanen Kopi
No
Lokasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Aceh
Sumut
Lampung
Bengkulu
Jabar
Jateng
Jatim
NTT
Sulsel
Bali
Jenis
Pengadaan sarana,
alat dan mesin
pascapanen serta
peningkatan
keterampilan SDM
petani
Volume (KT)
Refocusing
1
1
2
2
1
2
1
1
APBN-P
Jumlah
1
2
2
2
5
3
2
1
-
1
2
4
4
3
5
3
4
2
1
9
No
11
12
Lokasi
Jenis
Sumsel
NTB
Volume (KT)
Refocusing
2
1
APBN-P
-
Jumlah
2
1
5. Penanganan Pascapanen Pala
No
Lokasi
Jenis
Volume (KT)
Refocusing
APBN-P
1
2
3
Sulut
Pengadaan sarana,
2
2
alat dan mesin
Maluku *
1
1
pascapanen serta
Maluku
4
4
peningkatan
Utara
keterampilan SDM
4
Papua
1
1
petani
Barat
5
Jabar *
2
* Khusus untuk Maluku dan Jabar kegiatan berupa penyediaan
sarana/alat pascapanen
Jumlah
4
2
8
2
2
6. Penanganan Pascapanen Lada
No
1
2
Lokasi
Kep. Babel
Lampung
Jenis
Pengadaan
sarana, alat dan
mesin
pascapanen serta
peningkatan
keterampilan SDM
petani
Volume (KT)
Refocusing
1
1
APBN-P
1
1
Jumlah
2
2
10
7. Penanganan Pascapanen Cengkeh
No
1
2
3
4
5
6
Lokasi
Jateng
Gorontalo
Jabar
Banten
NTT
Maluku
Jenis
Pengadaan
sarana, alat dan
mesin
pascapanen
Volume (KT)
Refocusing
2
3
1
2
2
2
APBN-P
Jumlah
2
3
1
2
2
2
-
8. Penanganan Pascapanen Karet
No
Lokasi
Jenis
Penyediaan
sarana/ alat
pascapanen
Volume (KT)
Refocusing
8
4
4
4
15
4
2
8
3
2
APBN-P
6
2
2
5
4
2
1
5
-
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Aceh
Sumut
Sumbar
Riau
Sumsel
Bengkulu
Jambi
Jabar
Banten
Jateng
14
6
6
9
19
6
3
8
8
2
11
12
13
14
*
Kalsel
5
3
8
Babel
2
1
3
Kalbar*
4
2
6
Kaltim*
4
1
5
Khusus untuk Kalbar dan Kaltim kegiatan berupa penyediaan
sarana/alat pascapanen dan peningkatan kapasitas kelompok
tani.
11
9.
Penanganan Pascapanen Kelapa
No
Lokasi
Jenis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Sumut*
Jabar*
Banten
Jateng
DIY
Kalbar
Sulsel*
Sulbar
Sulut
Sultra
Gorontalo
NTT
Maluku
Malut*
Penyediaan
sarana/alat
pascapanen
*
Volume (KT)
Refocusing
2
3
2
6
2
2
2
2
14
7
2
2
4
4
APBN-P
2
1
2
1
1
1
3
1
-
Jumlah
2
5
3
8
2
3
3
3
17
8
2
2
4
4
Khusus untuk Sumut, Jabar, Sulsel dan Malut
kegiatan
berupa
penyediaan
sarana/alat
pascapanen dan peningkatan kapasitas kelompok
tani
10. Penanganan Pascapanen Jambu Mete
No
1
2
3
4
Lokasi
Sultra
NTB
NTT
Malut
Jenis
Volume (KT)
APBN-P Jumlah
3
9
4
3
Refocusing
3
9
4
3
12
D.
Simpul Kritis
Beberapa hal yang harus diperhatikan yang
menjadi simpul kritis dalam pelaksanaan kegiatan :
1. Kelompok
sasaran penerima bantuan bukan
kelompok yang baru dibentuk dan organisasinya
berfungsi dengan baik sehingga bantuan yang
diberikan dapat dimanfaatkan dan dikelola
secara optimal.
2. Proses pelaksanaan pengadaan barang dilakukan
sesuai peraturan dan tepat
menghindari
keterlambatan
program.
waktu untuk
pelaksanaan
3. Penyerahan barang kepada kelompok tani harus
dilengkapi dengan berita acara serah terima
barang.
4. Penggunaan lahan untuk kelompok tani harus
dilengkapi dengan surat hibah atau pinjam pakai
dan diketahui pihak dinas setempat dan aparat
desa.
IV.
PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN
BANTUAN
Pengadaan alat/mesin/bangunan dilakukan
melalui metode kontraktual.
13
A.
Pelaksanaan Pengadaan Barang
1. Proses pengadaan barang yang dilakukan harus
mengacu kepada Perpres no. 54 tahun 2010
berikut perubahannya (Perpres No. 70 tahun
2012) tentang Peraturan Pengadaan Barang dan
Jasa.
2. Dalam rangka percepatan pelaksanaan kegiatan,
persiapan pengadaan barang dimulai dari Maret
2015 sekaligus pengumuman pelelangan.
3. Kontrak pengadaan alat/mesin paling lambat
harus sudah ditandatangani awal triwulan II
tahun 2015.
B.
Mekanisme Penyaluran Barang
1. Pengelolaan dan penyaluran barang harus
mengacu kepada Permenkeu No.248 tahun 2010
2. Dalam rangka percepatan pelaksanaan kegiatan,
identifikasi serta penetapan kelompok sasaran
penerima alat/ mesin dilaksanakan pada bulan
Maret 2015.
3. Penentuan kelompok tani terpilih dilakukan
melalui seleksi oleh petugas dinas yang
membidangi perkebunan serta ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah setempat atau Kepala Dinas
yang membidangi perkebunan. Adapun kriteria
14
penetapan kelompok tani sasaran adalah sebagai
berikut :
a. Kelompok yang bersangkutan sudah ada/telah
eksis dan aktif, berpengalaman, bukan
bentukan baru, dapat dipercaya serta mampu
mengembangkan
usaha/kegiatan
melalui
kerjasama kelompok, dengan jumlah anggota
minimal 20 orang.
b. Kelompok yang bersangkutan tidak mendapat
penguatan modal atau fasilitasi lain untuk
kegiatan yang sama/sejenis pada saat yang
bersamaan atau mendapat modal pada tahuntahun sebelumnya (kecuali kegiatan yang
diprogramkan secara bertahap dan saling
mendukung).
c. Kelompok
yang
bersangkutan
tidak
bermasalah dengan perbankan, kredit atau
sumber permodalan lainnya .
d. Kelompok yang mengalami kesulitan untuk
mengakses sumber permodalan, sehingga sulit
untuk menerapkan rekomendasi teknologi
anjuran secara penuh dan memanfaatkan
peluang pasar.
4. Penyerahan
sarana/alat/mesin
pascapanen
kepada kelompok tani harus dilengkapi dengan
Berita Acara Serah Terima Barang antara PPK
pelaksana kegiatan dengan Ketua Kelompok Tani
yang bersangkutan dengan dibubuhi Materai
6.000 rupiah.
15
5. Penyerahan
sarana/alat/mesin
pascapanen
kepada kelompok tani paling lambat harus sudah
dilakukan pada akhir triwulan 2 (bulan Juni)
2015
C.
Pelaksanaan Kegiatan Lainnya
Pelaksanaan kegiatan pendukung seperti
sosialiasi dilaksanakan di awal kegiatan, sedangkan
kegiatan pertemuan teknis petani dilaksanakan
setelah proses pengadaan alat/mesin/bangunan
selesai dan diserahkan kepada kelompok tani.
V.
PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN
DAN PENDAMPINGAN
1. Pembinaan
kelompok
dilakukan
secara
terorganisir
dan
berkelanjutan
sehingga
kelompok mampu mengembangkan usahanya
secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan
dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari
APBD.
2. Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi kaidah
pengelolaan
sesuai
prinsip
pelaksanaan
kepemerintahan yang baik (good governance)
dan pemerintah yang bersih (clean governance),
maka pelaksanaan kegiatan harus mematuhi
prinsip-prinsip: mentaati ketentuan peraturan
16
dan perundangan, membebaskan diri dari
praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
menjunjung tinggi keterbukaan informasi,
transparansi dan demokratisasi, serta memenuhi
asas akuntabilitas.
3. Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan ini
berada pada dinas/kantor perkebunan atau yang
melaksanakan
fungsi
perkebunan
lingkup
kabupaten/kota. Tanggung jawab koordinasi
pembinaan program berada pada Dinas
perkebunan Provinsi. Tanggung jawab atas
program dan kegiatan adalah Direktorat
Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian.
4. Pengendalian melalui jalur struktural dilakukan
oleh tim teknis kabupaten, tim pembina provinsi
dan pusat, sedangkan pengendalian kegiatan
dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
Proses penegendalian di setiap wilayah
direncanakan dan diatur oleh masing masing
instansi.
5. Pengawasan dilaksanakan sesuai ketentuan yang
berlaku agar penyelenggaraan kegiatan dapat
menerapkan
prinsip-prinsip
partisipatif,
transparansi dan akuntabel.
17
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Sistem Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian nomor 31/Permentan/OT.140/3/2010
tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman Sistem
Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan
Pertanian.
Dinas
yang
membidangi
perkebunan
kabupaten
dan
provinsi
wajib
melakukan
monitoring, evaluasi dan pelaporan secara
berjenjang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal
Perkebunan, dengan ketentuan sebagai berikut :
A.
Jenis Laporan
Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Tim Pembina
Provinsi
wajib
membuat
laporan
tentang
pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari :
1. SIMONEV yang meliputi :
Kemajuan pelaksanaan
indikator kinerja;
kegiatan
sesuai
Perkembangan kelompok sasaran dalam
pengelolaan kegiatan lapangan berikut
realisasi fisik dan keuangan;
Permasalahan yang dihadapi dan upaya
penyelesaian di tingkat kabupaten dan
provinsi;
18
Format laporan menggunakan format yang
telah ditentukan. Format laporan Monev
seperti pada Lampiran 4.
2. Laporan Perkembangan fisik yang sesuai tahapan
pelaksanaan kegiatan dengan materi meliputi :
nama petani/kelompok tani, desa/kecamatan/
kabupaten, luas areal kebun (milik kelompok
tani), waktu pelaksanaan, perkembangan,
kendala dan permasalahan, upaya pemecahan
masalah.
3. Laporan Akhir, berisi realisasi kegiatan yang
berhasil dilaksanakan hingga akhir tahun
anggaran, permasalahan yang dihadapi dan
usulan tindak lanjut yang perlu dilakukan, yang
dibuat setelah program berakhir.
B. Waktu Penyampaian Laporan
1. Simonev dibuat per bulan dengan ketentuan :
Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan
kabupaten
ditujukan
kepada
provinsi,
disampaikan paling lambat tanggal 5 bulan
laporan,
Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan
provinsi
ditujukan
kepada
Direktorat
Pascapanen dan Pembinaan Usaha Direktorat
Jenderal Perkebunan, disampaikan paling
lambat tanggal 7 bulan laporan.
2. Laporan perkembangan fisik dibuat pertriwulan
ditujukan kepada Direktorat Pascapanen dan
19
Pembinaan
Usaha
Direktorat
Jenderal
Perkebunan, disampaikan paling lambat tanggal
7 bulan laporan.
3. Laporan akhir ditujukan kepada Direktorat
Pascapanen dan Pembinaan Usaha Direktorat
Jenderal Perkebunan, disampaikan paling
lambat tanggal 31 Desember 2015.
Laporan pelaksanaan kegiatan tersebut
dikirim melalui
email
dengan
alamat
:
pcpn.simregar@gmail.com.
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan penanganan pascapanen perkebunan
dibiayai dengan dana APBN (refocusing dan APBNP)
yang dialokasikan pada DIPA Ditjen Perkebunan
Tugas Pembantuan provinsi atau Kabupaten/Kota
Tahun Anggaran 2015.
VIII. PENUTUP
Kegiatan pembangunan perkebunan oleh
Pemerintah dilakukan antara lain melalui fasilitasi
pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas
kelompok dan partisipasi masyarakat. Fasilitasi
sarana alat mesin kelompok tani merupakan salah
20
satu cara untuk memfasilitasi kelompok-kelompok
petani yang bergerak dalam bidang perkebunan
agar mandiri dalam menjalankan usahataninya
yang pada akhirnya kelompok-kelompok tersebut
berkembang dan menjadi kekuatan ekonomi di
perdesaan, yang tidak saja dapat meningkatkan
kesejahteraan petani dan mengurangi kemiskinan,
tetapi juga dapat meningkatkan ekonomi secara
nasional.
21
Lampiran 1
Lokasi Kegiatan Penanganan Pascapanen
Perkebunan Refocusing dan APBN-P 2015
1) Komoditas Nilam
PROVINSI
KABUPATEN
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
-
7
1 Aceh
1 Aceh Utara
-
1
2 Jabar
2 Sumedang
-
1
3 Jatim
3 Trenggalek
-
1
4 Nganjuk
-
1
5 Gorontalo
-
1
6 Pohuwato
-
1
7 Gorontalo
Utara
-
4 Gorontalo
1
KT : Kelompok Tani
2) Komoditas Tebu
PROVINSI
1 Aceh
KABUPATEN
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
-
2
1 Bener Meriah
-
1
2 Aceh Tengah
-
1
22
3) Komoditas Kakao
PROVINSI
KABUPATEN
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
23
13
1 Aceh
1
Gayo Lues
1
1
2 Ntb
2
Lombok Tengah
1
1
3 NTT
3
Ende
1
-
4
Manggarai
Timur
1
-
5
Polewali
Mandar
1
1
6
Majene
1
-
7
Kolaka
1
1
8
Konawe
1
1
6 Banten
9
Lebak
1
1
7 Sulsel
10 Luwu Utara
1
1
11 Luwu Timur
1
1
12 Bantaeng
1
1
13 Morowali Utara
1
-
14 Kota Palu
1
-
9 Kalteng
15 Barito Utara
1
1
10 Jateng
16 Jepara
1
-
11 Jatim
17 Kediri
1
1
4 Sulbar
5 Sultra
8 Sulteng
23
PROVINSI
KABUPATEN
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
1
1
12 Bali
18 Jembrana
13 Sumbar
19 Padang
Pariaman
2
1
14 Gorontalo
20 Gorontalo Kab.
1
-
21 Boalemo
1
-
22 Gorontalo
Utara
1
-
4) Komoditas Kopi
PROVINSI
KABUPATEN
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
14
18
1 Aceh
1
Aceh tengah
1
-
2 Sulsel
2
Enrekang
1
1
3 Ntb
3
Sumbawa
1
-
4 Jabar
4
Kuningan
1
1
5
Garut
-
1
6
Kendal
-
2
7
Magelang
-
1
8
Semarang
-
2
9
Lumajang
-
1
-
1
5 Jateng
6 Jatim
10 Blitar
24
PROVINSI
KABUPATEN
11 Pasuruan
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
1
7 Bali
12 Buleleng
1
-
8 NTT
13 Manggarai
Timur
1
1
14 Ngada
1
1
9 Lampung
15 Lampung Barat
2
2
10 Sumut
16 Samosir
1
1
11 Sumsel
17 Muara Enim
1
-
18 OKU Selatan
1
-
19 Rejang lebong
1
1
20 Kepahyang
1
1
12 Bengkulu
5) Komoditas Pala
PROVINSI
1 Maluku
Utara
KABUPATEN
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
10
8
1 Halmahera
Barat
1
1
2 Tidore
Kepulauan
1
1
3 Halmahera
Utara
1
1
25
PROVINSI
KABUPATEN
4 Kota Ternate
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
1
1
2 Maluku
5 SBT
1
1
3 Jawa Barat
6 Sukabumi
1
-
7 Kuningan
1
-
1
1
1
1
1
1
4 Sulawesi
Utara
8 Kep. Sangihe
9 Kota Bitung
5 Papua barat 10 Fakfak
6) Komoditas Lada
PROVINSI
KABUPATEN
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
2
2
1 Babel
1 Bangka Selatan
1
1
2 Lampung
2 lampung Timur
1
1
7) Komoditas Cengkeh
PROVINSI
1 Jateng
KABUPATEN
1 Semarang
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
12
2
26
PROVINSI
KABUPATEN
2 Gorontalo
2 Gorontalo
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
2
-
3 Bone Bolango
1
-
3 Jabar
4 Sukabumi
1
-
4 Banten
5 Pandeglang
2
-
5 NTT
6
Manggarai
Timur
2
-
6 Maluku
7 Buru Selatan
2
-
8) Komoditas Karet
PROVINSI
1
2
KABUPATEN
Aceh
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
69
34
8
6
1
Aceh Tamiang
2
2
2
Aceh Utara
2
2
3
Biereun
2
1
4
Aceh Jaya
2
1
4
2
2
1
2
1
Sumut
5
6
Labuhan Bt.
Utara
Asahan
27
PROVINSI
3
4
KABUPATEN
Sumbar
7
Dharmasraya
2
1
8
Sijunjung
2
1
4
5
2
2
2
3
15
4
2
2
9
-
4
2
4
2
2
1
2
1
2
1
2
1
8
0
Riau
Kuantan
Singingi
10 Kampar
9
5
Sumsel
11
OKU
Musi Rawas
Ogan
13
Komering Ilir
12
6
Bengkulu
Bengkulu
Utara
15 Lebong
14
7
Jambi
16
8
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
4
2
Batang Hari
Jabar
17
Sukabumi
2
-
18
Cianjur
2
-
19
Pangandaran
2
28
PROVINSI
KABUPATEN
20
9
10
Banten
12
14
5
Lebak
1
3
22
Pandeglang
2
2
2
-
2
-
5
3
Jateng
Cilacap
Kalsel
24
Balangan
2
2
25
Banjar
1
-
26
Tapin
2
1
2
1
2
1
4
2
Babel
27
13
3
21
23
11
Ciamis
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
2
-
Belitung
Timur
Kalbar
28
Ketapang
2
1
29
Sanggau
2
1
4
1
Kutai Barat
2
1
31 Kutai Kartanegara
2
0
Kaltim
30
29
9) Komoditas Kelapa
PROVINSI
1
KABUPATEN
Sumut
1
2
3
Jabar
5
3
2
3
Ciamis
2
-
2
1
2
1
6
2
Banten
Pandeglang
Jateng
5
Cilacap
2
1
6
Kebumen
2
1
7
Purworejo
2
-
2
-
2
-
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
DIY
Bantul
Kalbar
Pontianak
Sulsel
Sulbar
2
10 Bulukumba
8
2
1
9
7
-
Sukabumi
8
6
2
2
4
4
Batu Bara
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
54
12
30
11
9
Mamuju
Tengah
Sulut
Minahasa
Utara
Minahasa
13
Selatan
Bolaang
14
Mongondow
12
10
Sulawesi
Tenggara
15 Bombana
Kolaka
16
Utara
11 Gorontalo
17
Bone
Bolango
12 NTT
Timor
18 Tengah
Selatan
13 Maluku
Maluku
Tenggara
20 Kota Tual
19
14 Malut
21
Halmahera
Barat
2
1
14
3
5
1
6
2
3
-
7
1
4
-
3
1
2
-
2
-
2
-
2
-
4
-
2
-
2
-
4
-
2
31
22
Halmahera
Utara
2
-
10) Komoditas Jambu Mete
PROVINSI
1
KABUPATEN
Sultra
1
2
NTB
2
3
4
3
Sumbawa
Lombok
Tengah
Bima
NTT
5
6
4
Muna
Flores
Timur
Sikka
Malut
7
Kep. Sula
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
19
3
-
3
-
9
-
3
-
3
-
3
-
4
-
2
-
2
-
3
-
3
-
32
Lampiran 2
SPESIFIKASI SARANA/ALAT/MESIN
PASCAPANEN PERKEBUNAN
A. KOMODITAS NILAM
1. Alat Penyuling Nilam
Spesifikasi :
Kapasitas : 100-200 Kg
Diameter tabung : 760 mm
Material tabung : stainless steel 3 mm
Sumber Pemanas : Kayu bakar
2. Bangunan UPH nilam
Spesifikasi :
Bangunan terdiri dari 2 lantai :
- Lantai pertama untuk ruang produksi,
tungku, ruang penampungan minyak dan
bak pendinginan,
- Lantai kedua untuk ruang pelayuan dan
input ketel suling.
Bahan :
- Lantai pertama : lantai plester, luas 7.5 x
4 m2, dinding tembok bata merah di
plester dan acian semen, dengan ventilasi
dari kawat ram,
- Pondasi batu kali dengan tiang beton
bertulang,
- Lantai kedua : lantai papan dengan pagar
keliling bahan kayu, tiang kolom kayu,
- Atap rangka kayu dan asbes,
- Tangga kayu, posisi dari samping luar.
33
B. KOMODITAS TEBU
2. Alat pengolah gula tebu
Spesifikasi :
Kapasitas giling : 900 – 1.500 Kg/jam
Motor Penggerak ber-SNI 24 PK
Wajan stainless steel
Pengaduk stainless steel
Timbangan duduk
Cetakan gula
3. Rumah produksi
Spesifikasi :
Terdiri dari dua bangunan : penggilingan dan
pemasak gula tebu
Ukuran bangunan penggilingan : 4 x 6 m2,
tinggi 3.25 m, atap seng, rangka atap kayu,
pintu rolling door, lantai keramik, plafon
triplek
Ukuran bangunan pemasak gula merah :
4 x 6 m2, tinggi 1,2 m, atap seng dan lantai
semen.
C. KOMODITAS KAKAO
1. Kotak Fermentasi Kakao
Spesifikasi :
Kapasitas 40-50 Kg/ Batch tipe bak kayu
Jenis kayu meranti
Ketebalan papan kayu : 20 – 30 mm
Siku penguat : plat aluminium
Dimensi : 40 x 40 x 50 cm3
34
1 set terdiri dari dua kotak kayu yang
dilengkapi dengan 1 unit kaki/ dudukan
sebagai penyangga salah satu kotak
2. Alat Ukur Kadar Air
Spesifikasi :
Skala meter : 5-15 %
Tipe Digital
3. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2
Type bahan terpal A 12
4. Para para
Spesifikasi :
Ukuran : 80 x 200 cm2
Tinggi kaki : 1 m
Sungkup dengan plastik tranparan
5. Lantai Jemur
Spesifikasi :
Ukuran : 15 x 10 m2
ketebalan : 0.2 m
coran bertulang beton
6. Timbangan duduk
Spesifikasi :
Kapasitas 500 Kg
Ukuran : 48 x 62 cm
35
D. KOMODITAS KOPI
1. Pulper 1.000 Kg/ jam
Spesifikasi :
Kapasitas 1.000 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
2. Pulper 200 Kg/ jam
Spesifikasi :
Kapasitas 200 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
3. Pulper 470 Kg/ jam
Spesifikasi :
Kapasitas 470 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
4. Huller 500 Kg/ jam
Spesifikasi :
Kapasitas 500 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
5. Huller 110 Kg/ jam
Spesifikasi :
Kapasitas 110 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
6. Huller 1000 Kg/ jam
Spesifikasi :
Kapasitas 1000 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
36
7. Alat Ukur Kadar Air
Spesifikasi :
Skala meter : 9-20 %
Tipe Digital
8. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2
Type bahan terpal A 12
9. Para para
Spesifikasi :
Ukuran : 80 x 200 cm2
Tinggi kaki : 1 m
Sungkup dengan plastik tranparan
10. Lantai Jemur
Spesifikasi :
Ukuran : 15 x 10 m2
ketebalan jadi : 0.2 m
coran beton bertulang
11. Box Dryer
Spesifikasi :
Kapasitas 500 Kg/batch
Model box dryer
Sistem pemanasan indirect
37
E. KOMODITAS PALA
1. Mesin pemecah cangkang
Spesifikasi :
Kapasitas : 300-400 kg/ jam
Motor Penggerak ber-SNI
2. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2 ,
Type bahan terpal A 12
3. Para para sungkup
Spesifikasi :
Ukuran : 80 x 200 cm2
Tinggi kaki : 1 m
Sungkup dengan plastik tranparan
4. Alat Penyuling pala
Spesifikasi :
Kapasitas 100 Kg/batch
Pemanas kayu bakar
Material tabung stainless steel
Material rangka besi mild steel
5. Bangunan penyulingan
Spesifikasi :
Ukuran 30 m2
Terdiri dari ruang penyulingan, bak
pendingin dan gudang
38
6. Rumah asar pala (pengeringan)
Spesifikasi :
Ukuran luas 20 m2
F. KOMODITAS LADA
1. Mesin Perontok Lada
Spesifikasi :
Kapasitas 650 – 700 Kg/Jam
Motor penggerak ber-SNI
2. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2 ,
Type bahan terpal A 12
3. Lantai Jemur
Spesifikasi :
Ukuran : 15 x 10 m2
ketebalan jadi : 0.2 m
coran beton bertulang
4. Bak Perendaman
Spesifikasi :
Ukuran luas : 8 x 6 m2 , Kedalaman : 1.2 m
Dinding bak : batu merah
pondasi batu kali
saluran inlet/outlet : pipa PVC
39
G. KOMODITAS CENGKEH
1. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2 ,
Type bahan terpal A 12
2. Lantai Jemur
Spesifikasi :
Ukuran : 15 x 10 m2
ketebalan jadi : 0.2 m
coran beton bertulang
H. KOMODITAS KARET
1. Pisau sadap
Spesifikasi :
Mata pisau terbuat dari baja, sudut mata
(dalam 40o bentuk V sedang)
Panjang gagang terbuat dari besi 19,5 cm
Panjang dari gagang ke lubang 8,5 cm
Panjang lengkungan 6,5 cm
Panjang gagang 13,5 - 14,5 cm
Panjang pisau berikut gagang keseluruhan
34,5 cm
Lebar gagang pisau 2,5 cm
Tebal gagang pisau ± 0,2 cm
Lebar mata pisau 3,0 cm
2. Mangkok sadap
Spesifikasi :
Bahan plastik pilyproline
40
Volume ± 500 cc
Tinggi ± 9 cm, diameter bibir 13 cm
Berat ± 25 gram
3. Talang sadap
Spesifikasi :
Bahan dari besi tipis
Ukuran panjang 6 – 6,5 cm
Lebar permukaan 1,5 cm
Lebar pangkal yang bergerigi untuk
ditancapkan ke pohon 2,5 cm
4. Ring mangkok sadap
Spesifikasi :
Bahan terbuat dari kawat ukuran 2 mm
Lebar diameter lingkaran ring ± 10 cm
5. Bak pembeku
Spesifikasi :
Bahan terbuat dari alumunium
Tebal ± 0,8 mm
Volume ± 12 liter
Bagian atas 60 x 40 cm
Bagian bawah 55 x 35 cm
Tinggi ± 10 cm – 20 cm
Bibir ditekuk, didalam tekukan diberi
kawat/tulang
41
6. Bahan pembeku
Spesifikasi :
Sesuai dengan bahan kebutuhan
petani/masyarakat setempat
7. Hand mangel polos
Spesifikasi :
Diameter roll 4 inchi
Panjang 76 cm
Tinggi 50 cm
Bahan besi tuang garing/cor
8. Hand mangel batik
Spesifikasi :
Diameter roll 4 inchi
Panjang 76 cm
Tinggi 50 cm
Bahan besi tuang garing/cor
9. Rumah pengasapan
Spesifikasi :
Bangunan permanen ukuran (4 x 6 m)
Tinggi 7 – 8 m
Peralatan pendukung lainya
10. Gudang pengolahan
Spesifikasi :
Semi permanen ukuran 4 x 5 m
Tinggi 7 – 8 m
Peralatan pendukung lainya
42
11. Tabung Lateks
Spesifikasi :
Terbuat dari alumunim
12. Keranjang Mangkok
Spesifikasi :
Sesuai dengan kebutuhan petani/masyarakat
setempat.
I. KOMODITAS KELAPA
1. Rumah pengasapan
Spesifikasi :
Bangunan semi permanen (4 x 5 m), penutup
atap (5 x 6 m)
Terdapat para-para terbuat dari bambu kayu
atau rongga kawat setinggi 2 m
Terdapat lubang pemasukan bahan bakar 60
x 60 cm
Ruang pembakaran 3 m
2. Lantai jemur
Spesifikasi :
Permanen disemen dengan memakai besi
beton
Pinggir/dinding keliling memakai batu kali (4 x 6 m)
3. Alat uji kadar air
Spesifikasi :
Tipe Digital MC – 7825G
Sumber arus : Batery tipe AA2500mAh
1 Rechargable 6 buah, saklar meter 5 – 15%
43
Dimensi 13,5 x 12 x 8 cm
Berat 690 gram
4. Alat cungkil daging kelapa
Spesifikasi :
Bahan ditempa/rakit yang sesuai dengan
selera petani
Bahan dari stainless
2. Alat pengupas (Slumbat)
Spesifikasi :
Bahan ditempa/rakit yang sesuai dengan
selera petani
Bahan dari baja
3. Alat pembelah (Parang)
Spesifikasi :
Bahan ditempa/rakit yang sesuai dengan
selera petani
Bahan dari baja
4. Egrek baja
Spesifikasi :
Terbuat dari besi dan diisi dengan baja
5. Kereta sorong
Spesifikasi :
Kapasitas angkut : 3 sak semen (± 160 kg)
Terbuat dari plat baja
44
6. Mesin pemeras santan
Spesifikasi :
Tipe mesin : PRS – M50
Kapasitas : 30 kg/ jam atau 50 – 80 butir per
jam
Listrik : 1500 watt, 220 Volt
Dimensi : 82 x 48 x 96 cm
7. Wajan alumunium
Spesifikasi :
Dimensi : dia ф 800 – 900 mm
Bahan alumunium/besi 3 mm
8. Tungku hemat energi
Spesifikasi :
Bahan dari semen cor memakai besi
Diameter disesuaikan dengan wajan
9. Oven pengering gula kelapa kristal
Spesifikasi :
Kapasitas 200 kg/proses
Panjang 1200 mm
Lebar 800 mm
Tinggi 1850 mm
Pemanas LPG/listrik
Blower fan axial
45
10. Pengayak gula kristal
Spesifikasi :
Kapasitas 200 – 300 kg/jam
Penggerak elektrik motor 1 Hp
Panjang 1000 mm
Lebar 1000 mm
Tinggi 800 mm
11. Pisau sadap
Spesifikasi :
Bahan mata pisau dari besi baja
Bahan tangkai dari kayu
12. Alat pengasapan
Spesifikasi :
Dimensi 2000 x 2000 x 2400 mm
Pemanas biomassa
Bahan paltizer 1 mm, siku 5/5
Kapasitas 1 ton/proses
Lama pengeringan 18 – 22 jam
Suhu udara ruang 80 0C
Penggerak EM 1 Hp 220 V 1 Ph
Sistem siklon blower, automatic
thermocople
13. Mesin pengurai sabuk kelapa
Spesifikasi :
Type : Beje-UPK01
Panjang 1800 mm
Lebar 850 mm
46
Tinggi 1350 mm
Kapasitas 300 - 500 kg/jam
Penggerak Diesel 24 HP
BBM Solar
14. Mesin pengayak sabut kelapa
Spesifikasi :
Type : Beje-UK27
Panjang 3000 mm
Lebar 1500 mm
Tinggi 1400 mm
Kapasitas 300 - 500 kg/jam
Penggerak Diesel 5 - 8 HP
BBM Solar
15. Alat pembuat arang tempurung kelapa
Spesifikasi :
Bahan dari drum minyak dimodifikasi
menjadi alat pembuat arang dari tempurung
kelapa
Permukaan atas drum harus tertutup rapat
agar tidak keluar udara/bara/asap
J Jambu Mete
1. Kacip mete model Rem dan model Engkol
(sistem terpadu)
Spesifikasi :
Tipe REM
Kapasitas 30 – 50 kg/hari
Penggerak manual
47
2. Timbangan duduk
Spesifikasi :
Kapasitas 150 kg
Kapasitas 10 kg
3. Oven dryer
Spesifikasi :
Kapasitas 100 – 125 mete
Suhu pengeringan 70 – 80 0C
Sumber panas Burner minyak tanah
Aliran udara blower
Bahan kontruksi stainless steel
4. Vaccum packing
Spesifikasi :
Ukuran ruang 440 x 420 x 75 mm
Kapasitas 20 m kubik per jam
Dimensi alat 550 x 485 x 960 mm
Bahan kontruksi stainless steel
5. Genset 5 KVA
6. Alat ukur kadar air
Spesifikasi :
Panjang 165 mm
Lebar 62 mm
Tinggi 26 mm
Display LCD
PC Interface RS232C
48
Rhange content 7 – 30%
7. Lantai jemur
Spesifikasi :
Permanen disemen dengan memakai besi
beton
Pinggir/dinding keliling memakai batu kali (4
x 6 m)
8. Plastik kemasan ukuran 5 kg dan 0,5 kg
9. Meja kerja terbuat dari kayu
49
Lampiran 3
PENINGKATAN KETERAMPILAN SDM
KELOMPOK TANI
1) Materi yang disampaikan :
Penanganan Pascapanen
Jaminan mutu dan keamanan Pangan
Strategi dan Jaringan Pemasaran
Kelembagaan Usaha
Praktek pascapanen
2) Peserta
Peserta pertemuan teknis adalah petani yang
berasal dari kelompok tani penerima bantuan
sarana pascapanen di kabupaten setempat.
50
Lampiran 4
FORMAT LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN 2015
SATKER DINAS PERKEBUNAN PROVINSI/KABUPATEN
Posisi :
TARGET
KODE NAMA KEGIATAN
1
2
REALISASI
KEUANGAN
FISIK
FISIK KEUANGAN
SERAPAN
%
VOLUME
3
4
5
6
7
%
8
PERMASALAHAN
UPAYA TINDAK
LANJUT
9
10
51
Lampiran 5.
Format Laporan Perkembangan fisik Pelaksanaan Kegiatan
Satker Dinas Perkebunan Propinsi/Kabupaten/Kota
Posisi :
NO NAMA KEGIATAN
1
2
LOKASI
KEGIATAN
3
NAMA POKTAN
4
JML
ANGGOTA
5
LUAS AREAL
(Ha)
6
PROGRESS FISIK
KENDALA
7
8
UPAYA TINDAK
LANJUT
9
52
PASCAPANEN DAN PEMBINAAN
USAHA
PEDOMAN TEKNIS (REVISI)
Peralatan Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan
TAHUN 2015
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
MARET 2015
KATA PENGANTAR
Pedoman Teknis ini merupakan
hasil revisi yang disusun sebagai
acuan dalam pelaksanaan kegiatan
Tugas Pembantuan di daerah
karena adanya alokasi APBN-P
tahun 2015.
Revisi Pedoman teknis ini menjelaskan
mengenai pelaksanaan kegiatan penanganan
pascapanen perkebunan tahun 2015 di daerah
terutama dalam kaitannya dengan penyediaan
sarana pascapanen dan bimbingan teknis untuk
kelompok tani. Pada tahun 2015 alokasi anggaran
diprioritaskan untuk komoditas kakao, kopi, pala,
lada, cengkeh, karet, kelapa dan jambu mete.
Untuk mendukung tercapainya pelaksanaan
kegiatan secara tertib, baik administrasi maupun
teknis, agar dinas yang membidangi perkebunan
dapat menjadikan pedoman teknis ini sebagai
acuan dalam pelaksanaan kegiatan.
Jakarta, 10 Maret 2015
Direktur Jenderal Perkebunan
Ir. Gamal Nasir, MS
NIP. 195607281986031001
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
i
ii
iv
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Sasaran Nasional
C. Tujuan
1
1
3
3
II.
PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan
Kegiatan
B. Spesifikasi Teknis
4
4
5
III.
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup
B. Pelaksana Kegiatan
C. Lokasi, Jenis dan Volume
D. Simpul Kritis
6
6
7
8
13
IV.
PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN
BANTUAN
A. Pelaksanaan Pengadaan Barang
B. Mekanisme Penyaluran Barang
C. Pelaksanaan Kegiatan Lainnya
13
14
14
16
PEMBINAAN, PENGENDALIAN,
PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN
16
V.
ii
VI.
VII.
MONITORING , EVALUASI DAN
PELAPORAN
A. Jenis Laporan
B. Waktu Penyampaian Laporan
18
18
19
PEMBIAYAAN
20
VIII. PENUTUP
20
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lokasi Kegiatan Penanganan
Pascapanen Perkebunan
Refocusing dan APBN-P 2015
Spesifikasi Sarana/Alat/Mesin
Pascapanen Perkebunan
Peningkatan Keterampilan SDM
Kelompok tani
Format Laporan Monitoring Dan
Evaluasi Pembangunan
Perkebunan 2015 Satker Dinas
Perkebunan Provinsi/Kabupaten
Format Laporan Perkembangan
fisik Pelaksanaan Kegiatan
Satker Dinas Perkebunan
Provinsi/Kabupaten
Hal
22
33
50
51
52
iv
I.
A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkebunan merupakan salah satu sektor
andalan bagi perkembangan perekonomian di Indonesia.
Selain sebagai penyumbang devisa negara, sektor
perkebunan juga berkontribusi sebagai penyedia
lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Perkebunan
sebagai sektor andalan perekonomian Indonesia tidak
lepas dari permasalahan yang harus dihadapi antara
lain masih rendahnya kualitas hasil (produk) yang
diperoleh dari usaha perkebunan, baik itu produk
primer maupun produk sekunder. Kualitas produk
primer yang kurang baik akan berdampak pada kualitas
hasil pengolahan sekundernya. Hal ini dapat
mengakibatkan permasalahan dalam pemasaran produk
komoditas perkebunan. Rendahnya mutu selain karena
pengaruh perlakuan budidaya, juga karena penanganan
pascapanen yang belum diterapkan sesuai standar.
Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap
kualitas produk primer adalah penanganan pascapanen.
Pascapanen hasil perkebunan adalah tahapan kegiatan
yang dimulai dari pemanenan sampai hasil tersebut
dipasarkan baik untuk dikonsumsi langsung maupun
untuk bahan baku industri. Berdasarkan UU Nomor 12
tahun 1992, Pascapanen adalah meliputi kegiatan
pembersihan, pengupasan, sortasi, pengawetan,
pengemasan, penyimpanan, standardisasi mutu, dan
transportasi hasil produksi budidaya pertanian.
Pascapanen bertujuan untuk meningkatkan mutu,
menekan tingkat kehilangan dan/atau kerusakan,
memperpanjang daya simpan dan meningkatkan daya
guna dan nilai tambah hasil produk budidaya pertanian.
Sedangkan di dalam Permentan Nomor 44/Permentan/
1
OT.140/10/2009,
dijelaskan
bahwa
penanganan
pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan setelah panen sampai dengan siap dikonsumsi
dan/atau diolah, meliputi : pengumpulan, perontokan,
pembersihan,
pengupasan,
trimming,
sortasi,
perendaman,
pencelupan,
pelilinan,
pelayuan,
pemeraman, fermentasi, penggulungan, penirisan,
perajangan, pengepresan, pengawetan, pengkelasan,
pengemasan, penyimpanan, standarisasi mutu dan
pengangkutan hasil pertanian asal tanaman.
Kegiatan penanganan pascapanen tanaman
perkebunan di tingkat petani umumnya belum
memperhatikan penerapan teknologi penanganan
pascapanen sesuai anjuran, juga masih dijumpai
penggunaan alat yang sederhana dengan perlakuan
secara tradisional, serta panen yang dilakukan tidak
tepat waktu, sehingga mutu produk yang dihasilkan
rendah dan kurang memiliki daya saing.
Berdasarkan
kenyataan
tersebut,
untuk
mendorong peningkatan produksi tanaman perkebunan
baik secara kuantitas maupun kualitas, diperlukan
upaya pembinaan kepada para petani perkebunan agar
dapat menerapkan teknologi pascapanen yang baik dan
benar berbasis Good Handling Practices (GHP) serta
menerapkan prinsip-prinsip Good Agricultural Practices
(GAP), sehingga pada akhirnya bisa mendapatkan nilai
tambah dan kesejahteraan yang lebih baik dari hasil
usaha taninya.
2
B.
Sasaran Nasional
1. Mendukung Program Peningkatan Produksi dan
Produktivitas melalui kegiatan penanganan
pascapanen di provinsi sentra produksi.
2. Dihasilkannya produk yang bermutu sesuai
dengan permintaan pasar sehingga memiliki nilai
tambah dan daya saing baik di tingkat lokal
maupun global.
3. Terfasilitasinya kebutuhan kelompok tani/
gapoktan dalam memperoleh dan memanfaatkan
teknologi pascapanen secara optimal.
C.
Tujuan
Tujuan disusunnya pedoman teknis peralatan
penanganan pascapanen tanaman perkebunan
adalah :
1. Memberikan petunjuk dan acuan bagi petugas di
provinsi dan kabupaten/kota dalam pelaksanaan
kegiatan penanganan pascapanen tanaman
perkebunan.
2. Meningkatkan pencapaian mutu produk hasil
perkebunan melalui penanganan pascapanen di
tingkat petani/kelompok tani.
3. Meningkatkan nilai tambah, daya saing dan
harga jual hasil perkebunan.
3
II.
PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
Pada era industri sekarang ini dan dalam
rangka
memasuki
era
globalisasi
upaya
peningkatan mutu hasil perkebunan rakyat sudah
saatnya diarahkan melalui pendekatan agrobisnis.
Dengan pola ini, petani tidak lagi dilihat sebagai
individu dengan kemampuan bidang produksi yang
terbatas. Untuk itu, upaya yang perlu dilakukan
adalah :
A.
Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
1. Pelaksanaan
kegiatan
ditempuh
melalui
pendekatan kelompok pada satu wilayah
pertanaman perkebunan dengan harapan para
petani
mampu
melakukan
penanganan
pascapanen dengan menghasilkan produk primer
yang bermutu.
2. Kelompok tani terpilih adalah kelompok tani
yang
aktif
dan
berfungsi
serta
jelas
kepengurusannya. Penentuan kelompok tani
terpilih dilakukan melalui seleksi oleh petugas
dinas yang membidangi perkebunan serta
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat
atau
Kepala
Dinas
yang
membidangi
perkebunan.
3. Paket bantuan yang akan diberikan untuk
kelompok tani dilakukan melalui proses
pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh
4
panitia/pejabat pengadaan di Dinas
membidangi Perkebunan setempat.
4. Proses pengadaan
harus berdasarkan
dan No. 70 tahun
tentang pengadaan
yang
barang/jasa yang dilakukan
Perpres No. 54 tahun 2010
2012 beserta perubahannya
barang/jasa pemerintah.
5. Seluruh tahapan kegiatan yang dilakukan oleh
petani atau kelembagaannya dilaksanakan
dengan bimbingan dan pendampingan oleh
petugas daerah yang ditunjuk.
6. Seluruh tahapan dan pelaksanaan kegiatan harus
dilakukan pencatatan secara tertib sebagai
bahan penyusunan laporan akhir.
B.
Spesifikasi Teknis
Alat dan mesin yang digunakan untuk
penanganan
pascapanen
harus
memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Perawatan dan pengoperasiannya mudah;
2. Permukaan peralatan yang berhubungan dengan
bahan yang diproses tidak boleh berkarat dan
tidak mudah mengelupas;
3. Tidak mencemari hasil seperti unsur atau
fragmen logam yang lepas, minyak pelumas,
bahan bakar, tidak bereaksi dengan produk,
jasad renik, dan lain-lain;
4. Mudah dikenakan tindakan sanitasi.
5
Lokasi kegiatan secara rinci sebagaimana
pada lampiran 1. Spesifikasi alat dan mesin
pascapanen perkebunan yang akan diberikan untuk
kelompok tani seperti pada lampiran 2.
Selain kegiatan pengadaan alat dan mesin
pascapanen untuk kelompok tani, dalam kegiatan
penanganan pascapanen tanaman perkebunan
terdapat kegiatan peningkatan keterampilan dan
kemampuan kelompok tani melalui pertemuan
teknis pascapanen perkebunan (materi seperti
pada lampiran 3).
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A.
Ruang Lingkup
Pada Tahun Anggaran 2015 alokasi anggaran
untuk kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman
Perkebunan diprioritaskan untuk komoditas sebagai
berikut :
1. Tanaman semusim : nilam dan tebu.
2. Tanaman rempah dan penyegar terdiri dari :
kakao, kopi, pala, lada dan cengkeh.
3. Tanaman Tahunan terdiri dari: karet, kelapa
dan jambu mete.
Kegiatan penanganan pascapanen di daerah
meliputi
fasilitasi
alat/mesin
pascapanen,
bangunan,
peningkatan
keterampilan
dan
6
kemampuan kelompok tani melalui pertemuan
teknis.
B.
Pelaksana Kegiatan
Tugas dan fungsi petugas tingkat Pusat,
Provinsi dan Kabupaten/kota sebagai berikut :
1. Kegiatan Tingkat Pusat :
a. Penyusunan Pedoman Teknis.
b. Sosialisasi, Pembinaan dan Pengawalan
kegiatan.
c. Monitoring dan Evaluasi kegiatan.
d. Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan.
2. Kegiatan Tingkat Provinsi :
a. Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak).
b. Sosialisasi kegiatan dan Identifikasi Calon
kelompok Sasaran.
c. Penetapan Kelompok Sasaran untuk alokasi
APBN melalui TP Propinsi.
d. Pembinaan, pengawalan dan pelaksanaan
kegiatan.
e. Monitoring serta evaluasi kegiatan.
f. Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan.
3. Kegiatan Tingkat Kabupaten/kota :
a. Penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis).
b. Sosialisasi kegiatan dan Identifikasi Calon
kelompok Sasaran.
7
c. Penetapan Kelompok Sasaran untuk alokasi
APBN melalui TP kabupaten/kota.
d. Koordinasi/konsultasi
ke
provinsi
dan
koordinasi ke lokasi dalam rangka persiapan,
pelaksanaan, pembinaan dan pengawalan
kegiatan.
e. Monitoring serta evaluasi.
f. Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan.
Lokasi, Jenis dan Volume :
Lokasi,
Jenis
dan
Volume
kegiatan
penanganan pascapanen tanaman perkebunan
tahun 2015 adalah sebagai berikut :
C.
1. Penanganan Pascapanen Nilam
No
1
2
3
4
Lokasi
Aceh
Jabar
Jatim
Gorontalo
Jenis
Pengadaan sarana,
alat dan mesin
pascapanen serta
peningkatan
keterampilan
kelompok tani
Volume (KT)
Refocusing
-
APBN-P
Jumlah
1
1
2
3
1
1
2
3
2. Penanganan Pascapanen Tebu
No
1
Lokasi
Aceh
Jenis
Pengadaan sarana,
alat dan mesin
pascapanen serta
peningkatan
keterampilan
kelompok tani
Volume (KT)
Refocusing APBN-P
-
Jumlah
2
2
8
3. Penanganan Pascapanen Kakao
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Lokasi
Aceh
Sumbar
Banten
Jatim
Jateng
Bali
NTB
NTT
Kalteng
Sulteng
Sulsel
Sultra
Sulbar
Gorontalo
Jenis
Pengadaan sarana,
alat dan mesin
pascapanen serta
peningkatan
keterampilan SDM
petani
Volume (KT)
Refocusing
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
3
2
2
3
APBN-P
Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
3
2
1
-
2
3
2
2
1
2
2
1
2
1
6
4
3
3
4. Penanganan Pascapanen Kopi
No
Lokasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Aceh
Sumut
Lampung
Bengkulu
Jabar
Jateng
Jatim
NTT
Sulsel
Bali
Jenis
Pengadaan sarana,
alat dan mesin
pascapanen serta
peningkatan
keterampilan SDM
petani
Volume (KT)
Refocusing
1
1
2
2
1
2
1
1
APBN-P
Jumlah
1
2
2
2
5
3
2
1
-
1
2
4
4
3
5
3
4
2
1
9
No
11
12
Lokasi
Jenis
Sumsel
NTB
Volume (KT)
Refocusing
2
1
APBN-P
-
Jumlah
2
1
5. Penanganan Pascapanen Pala
No
Lokasi
Jenis
Volume (KT)
Refocusing
APBN-P
1
2
3
Sulut
Pengadaan sarana,
2
2
alat dan mesin
Maluku *
1
1
pascapanen serta
Maluku
4
4
peningkatan
Utara
keterampilan SDM
4
Papua
1
1
petani
Barat
5
Jabar *
2
* Khusus untuk Maluku dan Jabar kegiatan berupa penyediaan
sarana/alat pascapanen
Jumlah
4
2
8
2
2
6. Penanganan Pascapanen Lada
No
1
2
Lokasi
Kep. Babel
Lampung
Jenis
Pengadaan
sarana, alat dan
mesin
pascapanen serta
peningkatan
keterampilan SDM
petani
Volume (KT)
Refocusing
1
1
APBN-P
1
1
Jumlah
2
2
10
7. Penanganan Pascapanen Cengkeh
No
1
2
3
4
5
6
Lokasi
Jateng
Gorontalo
Jabar
Banten
NTT
Maluku
Jenis
Pengadaan
sarana, alat dan
mesin
pascapanen
Volume (KT)
Refocusing
2
3
1
2
2
2
APBN-P
Jumlah
2
3
1
2
2
2
-
8. Penanganan Pascapanen Karet
No
Lokasi
Jenis
Penyediaan
sarana/ alat
pascapanen
Volume (KT)
Refocusing
8
4
4
4
15
4
2
8
3
2
APBN-P
6
2
2
5
4
2
1
5
-
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Aceh
Sumut
Sumbar
Riau
Sumsel
Bengkulu
Jambi
Jabar
Banten
Jateng
14
6
6
9
19
6
3
8
8
2
11
12
13
14
*
Kalsel
5
3
8
Babel
2
1
3
Kalbar*
4
2
6
Kaltim*
4
1
5
Khusus untuk Kalbar dan Kaltim kegiatan berupa penyediaan
sarana/alat pascapanen dan peningkatan kapasitas kelompok
tani.
11
9.
Penanganan Pascapanen Kelapa
No
Lokasi
Jenis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Sumut*
Jabar*
Banten
Jateng
DIY
Kalbar
Sulsel*
Sulbar
Sulut
Sultra
Gorontalo
NTT
Maluku
Malut*
Penyediaan
sarana/alat
pascapanen
*
Volume (KT)
Refocusing
2
3
2
6
2
2
2
2
14
7
2
2
4
4
APBN-P
2
1
2
1
1
1
3
1
-
Jumlah
2
5
3
8
2
3
3
3
17
8
2
2
4
4
Khusus untuk Sumut, Jabar, Sulsel dan Malut
kegiatan
berupa
penyediaan
sarana/alat
pascapanen dan peningkatan kapasitas kelompok
tani
10. Penanganan Pascapanen Jambu Mete
No
1
2
3
4
Lokasi
Sultra
NTB
NTT
Malut
Jenis
Volume (KT)
APBN-P Jumlah
3
9
4
3
Refocusing
3
9
4
3
12
D.
Simpul Kritis
Beberapa hal yang harus diperhatikan yang
menjadi simpul kritis dalam pelaksanaan kegiatan :
1. Kelompok
sasaran penerima bantuan bukan
kelompok yang baru dibentuk dan organisasinya
berfungsi dengan baik sehingga bantuan yang
diberikan dapat dimanfaatkan dan dikelola
secara optimal.
2. Proses pelaksanaan pengadaan barang dilakukan
sesuai peraturan dan tepat
menghindari
keterlambatan
program.
waktu untuk
pelaksanaan
3. Penyerahan barang kepada kelompok tani harus
dilengkapi dengan berita acara serah terima
barang.
4. Penggunaan lahan untuk kelompok tani harus
dilengkapi dengan surat hibah atau pinjam pakai
dan diketahui pihak dinas setempat dan aparat
desa.
IV.
PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN
BANTUAN
Pengadaan alat/mesin/bangunan dilakukan
melalui metode kontraktual.
13
A.
Pelaksanaan Pengadaan Barang
1. Proses pengadaan barang yang dilakukan harus
mengacu kepada Perpres no. 54 tahun 2010
berikut perubahannya (Perpres No. 70 tahun
2012) tentang Peraturan Pengadaan Barang dan
Jasa.
2. Dalam rangka percepatan pelaksanaan kegiatan,
persiapan pengadaan barang dimulai dari Maret
2015 sekaligus pengumuman pelelangan.
3. Kontrak pengadaan alat/mesin paling lambat
harus sudah ditandatangani awal triwulan II
tahun 2015.
B.
Mekanisme Penyaluran Barang
1. Pengelolaan dan penyaluran barang harus
mengacu kepada Permenkeu No.248 tahun 2010
2. Dalam rangka percepatan pelaksanaan kegiatan,
identifikasi serta penetapan kelompok sasaran
penerima alat/ mesin dilaksanakan pada bulan
Maret 2015.
3. Penentuan kelompok tani terpilih dilakukan
melalui seleksi oleh petugas dinas yang
membidangi perkebunan serta ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah setempat atau Kepala Dinas
yang membidangi perkebunan. Adapun kriteria
14
penetapan kelompok tani sasaran adalah sebagai
berikut :
a. Kelompok yang bersangkutan sudah ada/telah
eksis dan aktif, berpengalaman, bukan
bentukan baru, dapat dipercaya serta mampu
mengembangkan
usaha/kegiatan
melalui
kerjasama kelompok, dengan jumlah anggota
minimal 20 orang.
b. Kelompok yang bersangkutan tidak mendapat
penguatan modal atau fasilitasi lain untuk
kegiatan yang sama/sejenis pada saat yang
bersamaan atau mendapat modal pada tahuntahun sebelumnya (kecuali kegiatan yang
diprogramkan secara bertahap dan saling
mendukung).
c. Kelompok
yang
bersangkutan
tidak
bermasalah dengan perbankan, kredit atau
sumber permodalan lainnya .
d. Kelompok yang mengalami kesulitan untuk
mengakses sumber permodalan, sehingga sulit
untuk menerapkan rekomendasi teknologi
anjuran secara penuh dan memanfaatkan
peluang pasar.
4. Penyerahan
sarana/alat/mesin
pascapanen
kepada kelompok tani harus dilengkapi dengan
Berita Acara Serah Terima Barang antara PPK
pelaksana kegiatan dengan Ketua Kelompok Tani
yang bersangkutan dengan dibubuhi Materai
6.000 rupiah.
15
5. Penyerahan
sarana/alat/mesin
pascapanen
kepada kelompok tani paling lambat harus sudah
dilakukan pada akhir triwulan 2 (bulan Juni)
2015
C.
Pelaksanaan Kegiatan Lainnya
Pelaksanaan kegiatan pendukung seperti
sosialiasi dilaksanakan di awal kegiatan, sedangkan
kegiatan pertemuan teknis petani dilaksanakan
setelah proses pengadaan alat/mesin/bangunan
selesai dan diserahkan kepada kelompok tani.
V.
PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN
DAN PENDAMPINGAN
1. Pembinaan
kelompok
dilakukan
secara
terorganisir
dan
berkelanjutan
sehingga
kelompok mampu mengembangkan usahanya
secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan
dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari
APBD.
2. Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi kaidah
pengelolaan
sesuai
prinsip
pelaksanaan
kepemerintahan yang baik (good governance)
dan pemerintah yang bersih (clean governance),
maka pelaksanaan kegiatan harus mematuhi
prinsip-prinsip: mentaati ketentuan peraturan
16
dan perundangan, membebaskan diri dari
praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
menjunjung tinggi keterbukaan informasi,
transparansi dan demokratisasi, serta memenuhi
asas akuntabilitas.
3. Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan ini
berada pada dinas/kantor perkebunan atau yang
melaksanakan
fungsi
perkebunan
lingkup
kabupaten/kota. Tanggung jawab koordinasi
pembinaan program berada pada Dinas
perkebunan Provinsi. Tanggung jawab atas
program dan kegiatan adalah Direktorat
Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian.
4. Pengendalian melalui jalur struktural dilakukan
oleh tim teknis kabupaten, tim pembina provinsi
dan pusat, sedangkan pengendalian kegiatan
dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
Proses penegendalian di setiap wilayah
direncanakan dan diatur oleh masing masing
instansi.
5. Pengawasan dilaksanakan sesuai ketentuan yang
berlaku agar penyelenggaraan kegiatan dapat
menerapkan
prinsip-prinsip
partisipatif,
transparansi dan akuntabel.
17
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Sistem Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian nomor 31/Permentan/OT.140/3/2010
tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman Sistem
Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan
Pertanian.
Dinas
yang
membidangi
perkebunan
kabupaten
dan
provinsi
wajib
melakukan
monitoring, evaluasi dan pelaporan secara
berjenjang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal
Perkebunan, dengan ketentuan sebagai berikut :
A.
Jenis Laporan
Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Tim Pembina
Provinsi
wajib
membuat
laporan
tentang
pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari :
1. SIMONEV yang meliputi :
Kemajuan pelaksanaan
indikator kinerja;
kegiatan
sesuai
Perkembangan kelompok sasaran dalam
pengelolaan kegiatan lapangan berikut
realisasi fisik dan keuangan;
Permasalahan yang dihadapi dan upaya
penyelesaian di tingkat kabupaten dan
provinsi;
18
Format laporan menggunakan format yang
telah ditentukan. Format laporan Monev
seperti pada Lampiran 4.
2. Laporan Perkembangan fisik yang sesuai tahapan
pelaksanaan kegiatan dengan materi meliputi :
nama petani/kelompok tani, desa/kecamatan/
kabupaten, luas areal kebun (milik kelompok
tani), waktu pelaksanaan, perkembangan,
kendala dan permasalahan, upaya pemecahan
masalah.
3. Laporan Akhir, berisi realisasi kegiatan yang
berhasil dilaksanakan hingga akhir tahun
anggaran, permasalahan yang dihadapi dan
usulan tindak lanjut yang perlu dilakukan, yang
dibuat setelah program berakhir.
B. Waktu Penyampaian Laporan
1. Simonev dibuat per bulan dengan ketentuan :
Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan
kabupaten
ditujukan
kepada
provinsi,
disampaikan paling lambat tanggal 5 bulan
laporan,
Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan
provinsi
ditujukan
kepada
Direktorat
Pascapanen dan Pembinaan Usaha Direktorat
Jenderal Perkebunan, disampaikan paling
lambat tanggal 7 bulan laporan.
2. Laporan perkembangan fisik dibuat pertriwulan
ditujukan kepada Direktorat Pascapanen dan
19
Pembinaan
Usaha
Direktorat
Jenderal
Perkebunan, disampaikan paling lambat tanggal
7 bulan laporan.
3. Laporan akhir ditujukan kepada Direktorat
Pascapanen dan Pembinaan Usaha Direktorat
Jenderal Perkebunan, disampaikan paling
lambat tanggal 31 Desember 2015.
Laporan pelaksanaan kegiatan tersebut
dikirim melalui
dengan
alamat
:
pcpn.simregar@gmail.com.
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan penanganan pascapanen perkebunan
dibiayai dengan dana APBN (refocusing dan APBNP)
yang dialokasikan pada DIPA Ditjen Perkebunan
Tugas Pembantuan provinsi atau Kabupaten/Kota
Tahun Anggaran 2015.
VIII. PENUTUP
Kegiatan pembangunan perkebunan oleh
Pemerintah dilakukan antara lain melalui fasilitasi
pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas
kelompok dan partisipasi masyarakat. Fasilitasi
sarana alat mesin kelompok tani merupakan salah
20
satu cara untuk memfasilitasi kelompok-kelompok
petani yang bergerak dalam bidang perkebunan
agar mandiri dalam menjalankan usahataninya
yang pada akhirnya kelompok-kelompok tersebut
berkembang dan menjadi kekuatan ekonomi di
perdesaan, yang tidak saja dapat meningkatkan
kesejahteraan petani dan mengurangi kemiskinan,
tetapi juga dapat meningkatkan ekonomi secara
nasional.
21
Lampiran 1
Lokasi Kegiatan Penanganan Pascapanen
Perkebunan Refocusing dan APBN-P 2015
1) Komoditas Nilam
PROVINSI
KABUPATEN
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
-
7
1 Aceh
1 Aceh Utara
-
1
2 Jabar
2 Sumedang
-
1
3 Jatim
3 Trenggalek
-
1
4 Nganjuk
-
1
5 Gorontalo
-
1
6 Pohuwato
-
1
7 Gorontalo
Utara
-
4 Gorontalo
1
KT : Kelompok Tani
2) Komoditas Tebu
PROVINSI
1 Aceh
KABUPATEN
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
-
2
1 Bener Meriah
-
1
2 Aceh Tengah
-
1
22
3) Komoditas Kakao
PROVINSI
KABUPATEN
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
23
13
1 Aceh
1
Gayo Lues
1
1
2 Ntb
2
Lombok Tengah
1
1
3 NTT
3
Ende
1
-
4
Manggarai
Timur
1
-
5
Polewali
Mandar
1
1
6
Majene
1
-
7
Kolaka
1
1
8
Konawe
1
1
6 Banten
9
Lebak
1
1
7 Sulsel
10 Luwu Utara
1
1
11 Luwu Timur
1
1
12 Bantaeng
1
1
13 Morowali Utara
1
-
14 Kota Palu
1
-
9 Kalteng
15 Barito Utara
1
1
10 Jateng
16 Jepara
1
-
11 Jatim
17 Kediri
1
1
4 Sulbar
5 Sultra
8 Sulteng
23
PROVINSI
KABUPATEN
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
1
1
12 Bali
18 Jembrana
13 Sumbar
19 Padang
Pariaman
2
1
14 Gorontalo
20 Gorontalo Kab.
1
-
21 Boalemo
1
-
22 Gorontalo
Utara
1
-
4) Komoditas Kopi
PROVINSI
KABUPATEN
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
14
18
1 Aceh
1
Aceh tengah
1
-
2 Sulsel
2
Enrekang
1
1
3 Ntb
3
Sumbawa
1
-
4 Jabar
4
Kuningan
1
1
5
Garut
-
1
6
Kendal
-
2
7
Magelang
-
1
8
Semarang
-
2
9
Lumajang
-
1
-
1
5 Jateng
6 Jatim
10 Blitar
24
PROVINSI
KABUPATEN
11 Pasuruan
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
1
7 Bali
12 Buleleng
1
-
8 NTT
13 Manggarai
Timur
1
1
14 Ngada
1
1
9 Lampung
15 Lampung Barat
2
2
10 Sumut
16 Samosir
1
1
11 Sumsel
17 Muara Enim
1
-
18 OKU Selatan
1
-
19 Rejang lebong
1
1
20 Kepahyang
1
1
12 Bengkulu
5) Komoditas Pala
PROVINSI
1 Maluku
Utara
KABUPATEN
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
10
8
1 Halmahera
Barat
1
1
2 Tidore
Kepulauan
1
1
3 Halmahera
Utara
1
1
25
PROVINSI
KABUPATEN
4 Kota Ternate
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
1
1
2 Maluku
5 SBT
1
1
3 Jawa Barat
6 Sukabumi
1
-
7 Kuningan
1
-
1
1
1
1
1
1
4 Sulawesi
Utara
8 Kep. Sangihe
9 Kota Bitung
5 Papua barat 10 Fakfak
6) Komoditas Lada
PROVINSI
KABUPATEN
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
2
2
1 Babel
1 Bangka Selatan
1
1
2 Lampung
2 lampung Timur
1
1
7) Komoditas Cengkeh
PROVINSI
1 Jateng
KABUPATEN
1 Semarang
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
12
2
26
PROVINSI
KABUPATEN
2 Gorontalo
2 Gorontalo
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
2
-
3 Bone Bolango
1
-
3 Jabar
4 Sukabumi
1
-
4 Banten
5 Pandeglang
2
-
5 NTT
6
Manggarai
Timur
2
-
6 Maluku
7 Buru Selatan
2
-
8) Komoditas Karet
PROVINSI
1
2
KABUPATEN
Aceh
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
69
34
8
6
1
Aceh Tamiang
2
2
2
Aceh Utara
2
2
3
Biereun
2
1
4
Aceh Jaya
2
1
4
2
2
1
2
1
Sumut
5
6
Labuhan Bt.
Utara
Asahan
27
PROVINSI
3
4
KABUPATEN
Sumbar
7
Dharmasraya
2
1
8
Sijunjung
2
1
4
5
2
2
2
3
15
4
2
2
9
-
4
2
4
2
2
1
2
1
2
1
2
1
8
0
Riau
Kuantan
Singingi
10 Kampar
9
5
Sumsel
11
OKU
Musi Rawas
Ogan
13
Komering Ilir
12
6
Bengkulu
Bengkulu
Utara
15 Lebong
14
7
Jambi
16
8
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
4
2
Batang Hari
Jabar
17
Sukabumi
2
-
18
Cianjur
2
-
19
Pangandaran
2
28
PROVINSI
KABUPATEN
20
9
10
Banten
12
14
5
Lebak
1
3
22
Pandeglang
2
2
2
-
2
-
5
3
Jateng
Cilacap
Kalsel
24
Balangan
2
2
25
Banjar
1
-
26
Tapin
2
1
2
1
2
1
4
2
Babel
27
13
3
21
23
11
Ciamis
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
2
-
Belitung
Timur
Kalbar
28
Ketapang
2
1
29
Sanggau
2
1
4
1
Kutai Barat
2
1
31 Kutai Kartanegara
2
0
Kaltim
30
29
9) Komoditas Kelapa
PROVINSI
1
KABUPATEN
Sumut
1
2
3
Jabar
5
3
2
3
Ciamis
2
-
2
1
2
1
6
2
Banten
Pandeglang
Jateng
5
Cilacap
2
1
6
Kebumen
2
1
7
Purworejo
2
-
2
-
2
-
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
DIY
Bantul
Kalbar
Pontianak
Sulsel
Sulbar
2
10 Bulukumba
8
2
1
9
7
-
Sukabumi
8
6
2
2
4
4
Batu Bara
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
54
12
30
11
9
Mamuju
Tengah
Sulut
Minahasa
Utara
Minahasa
13
Selatan
Bolaang
14
Mongondow
12
10
Sulawesi
Tenggara
15 Bombana
Kolaka
16
Utara
11 Gorontalo
17
Bone
Bolango
12 NTT
Timor
18 Tengah
Selatan
13 Maluku
Maluku
Tenggara
20 Kota Tual
19
14 Malut
21
Halmahera
Barat
2
1
14
3
5
1
6
2
3
-
7
1
4
-
3
1
2
-
2
-
2
-
2
-
4
-
2
-
2
-
4
-
2
31
22
Halmahera
Utara
2
-
10) Komoditas Jambu Mete
PROVINSI
1
KABUPATEN
Sultra
1
2
NTB
2
3
4
3
Sumbawa
Lombok
Tengah
Bima
NTT
5
6
4
Muna
Flores
Timur
Sikka
Malut
7
Kep. Sula
REFOCUSING APBNP
(KT)
(KT)
19
3
-
3
-
9
-
3
-
3
-
3
-
4
-
2
-
2
-
3
-
3
-
32
Lampiran 2
SPESIFIKASI SARANA/ALAT/MESIN
PASCAPANEN PERKEBUNAN
A. KOMODITAS NILAM
1. Alat Penyuling Nilam
Spesifikasi :
Kapasitas : 100-200 Kg
Diameter tabung : 760 mm
Material tabung : stainless steel 3 mm
Sumber Pemanas : Kayu bakar
2. Bangunan UPH nilam
Spesifikasi :
Bangunan terdiri dari 2 lantai :
- Lantai pertama untuk ruang produksi,
tungku, ruang penampungan minyak dan
bak pendinginan,
- Lantai kedua untuk ruang pelayuan dan
input ketel suling.
Bahan :
- Lantai pertama : lantai plester, luas 7.5 x
4 m2, dinding tembok bata merah di
plester dan acian semen, dengan ventilasi
dari kawat ram,
- Pondasi batu kali dengan tiang beton
bertulang,
- Lantai kedua : lantai papan dengan pagar
keliling bahan kayu, tiang kolom kayu,
- Atap rangka kayu dan asbes,
- Tangga kayu, posisi dari samping luar.
33
B. KOMODITAS TEBU
2. Alat pengolah gula tebu
Spesifikasi :
Kapasitas giling : 900 – 1.500 Kg/jam
Motor Penggerak ber-SNI 24 PK
Wajan stainless steel
Pengaduk stainless steel
Timbangan duduk
Cetakan gula
3. Rumah produksi
Spesifikasi :
Terdiri dari dua bangunan : penggilingan dan
pemasak gula tebu
Ukuran bangunan penggilingan : 4 x 6 m2,
tinggi 3.25 m, atap seng, rangka atap kayu,
pintu rolling door, lantai keramik, plafon
triplek
Ukuran bangunan pemasak gula merah :
4 x 6 m2, tinggi 1,2 m, atap seng dan lantai
semen.
C. KOMODITAS KAKAO
1. Kotak Fermentasi Kakao
Spesifikasi :
Kapasitas 40-50 Kg/ Batch tipe bak kayu
Jenis kayu meranti
Ketebalan papan kayu : 20 – 30 mm
Siku penguat : plat aluminium
Dimensi : 40 x 40 x 50 cm3
34
1 set terdiri dari dua kotak kayu yang
dilengkapi dengan 1 unit kaki/ dudukan
sebagai penyangga salah satu kotak
2. Alat Ukur Kadar Air
Spesifikasi :
Skala meter : 5-15 %
Tipe Digital
3. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2
Type bahan terpal A 12
4. Para para
Spesifikasi :
Ukuran : 80 x 200 cm2
Tinggi kaki : 1 m
Sungkup dengan plastik tranparan
5. Lantai Jemur
Spesifikasi :
Ukuran : 15 x 10 m2
ketebalan : 0.2 m
coran bertulang beton
6. Timbangan duduk
Spesifikasi :
Kapasitas 500 Kg
Ukuran : 48 x 62 cm
35
D. KOMODITAS KOPI
1. Pulper 1.000 Kg/ jam
Spesifikasi :
Kapasitas 1.000 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
2. Pulper 200 Kg/ jam
Spesifikasi :
Kapasitas 200 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
3. Pulper 470 Kg/ jam
Spesifikasi :
Kapasitas 470 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
4. Huller 500 Kg/ jam
Spesifikasi :
Kapasitas 500 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
5. Huller 110 Kg/ jam
Spesifikasi :
Kapasitas 110 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
6. Huller 1000 Kg/ jam
Spesifikasi :
Kapasitas 1000 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
36
7. Alat Ukur Kadar Air
Spesifikasi :
Skala meter : 9-20 %
Tipe Digital
8. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2
Type bahan terpal A 12
9. Para para
Spesifikasi :
Ukuran : 80 x 200 cm2
Tinggi kaki : 1 m
Sungkup dengan plastik tranparan
10. Lantai Jemur
Spesifikasi :
Ukuran : 15 x 10 m2
ketebalan jadi : 0.2 m
coran beton bertulang
11. Box Dryer
Spesifikasi :
Kapasitas 500 Kg/batch
Model box dryer
Sistem pemanasan indirect
37
E. KOMODITAS PALA
1. Mesin pemecah cangkang
Spesifikasi :
Kapasitas : 300-400 kg/ jam
Motor Penggerak ber-SNI
2. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2 ,
Type bahan terpal A 12
3. Para para sungkup
Spesifikasi :
Ukuran : 80 x 200 cm2
Tinggi kaki : 1 m
Sungkup dengan plastik tranparan
4. Alat Penyuling pala
Spesifikasi :
Kapasitas 100 Kg/batch
Pemanas kayu bakar
Material tabung stainless steel
Material rangka besi mild steel
5. Bangunan penyulingan
Spesifikasi :
Ukuran 30 m2
Terdiri dari ruang penyulingan, bak
pendingin dan gudang
38
6. Rumah asar pala (pengeringan)
Spesifikasi :
Ukuran luas 20 m2
F. KOMODITAS LADA
1. Mesin Perontok Lada
Spesifikasi :
Kapasitas 650 – 700 Kg/Jam
Motor penggerak ber-SNI
2. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2 ,
Type bahan terpal A 12
3. Lantai Jemur
Spesifikasi :
Ukuran : 15 x 10 m2
ketebalan jadi : 0.2 m
coran beton bertulang
4. Bak Perendaman
Spesifikasi :
Ukuran luas : 8 x 6 m2 , Kedalaman : 1.2 m
Dinding bak : batu merah
pondasi batu kali
saluran inlet/outlet : pipa PVC
39
G. KOMODITAS CENGKEH
1. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2 ,
Type bahan terpal A 12
2. Lantai Jemur
Spesifikasi :
Ukuran : 15 x 10 m2
ketebalan jadi : 0.2 m
coran beton bertulang
H. KOMODITAS KARET
1. Pisau sadap
Spesifikasi :
Mata pisau terbuat dari baja, sudut mata
(dalam 40o bentuk V sedang)
Panjang gagang terbuat dari besi 19,5 cm
Panjang dari gagang ke lubang 8,5 cm
Panjang lengkungan 6,5 cm
Panjang gagang 13,5 - 14,5 cm
Panjang pisau berikut gagang keseluruhan
34,5 cm
Lebar gagang pisau 2,5 cm
Tebal gagang pisau ± 0,2 cm
Lebar mata pisau 3,0 cm
2. Mangkok sadap
Spesifikasi :
Bahan plastik pilyproline
40
Volume ± 500 cc
Tinggi ± 9 cm, diameter bibir 13 cm
Berat ± 25 gram
3. Talang sadap
Spesifikasi :
Bahan dari besi tipis
Ukuran panjang 6 – 6,5 cm
Lebar permukaan 1,5 cm
Lebar pangkal yang bergerigi untuk
ditancapkan ke pohon 2,5 cm
4. Ring mangkok sadap
Spesifikasi :
Bahan terbuat dari kawat ukuran 2 mm
Lebar diameter lingkaran ring ± 10 cm
5. Bak pembeku
Spesifikasi :
Bahan terbuat dari alumunium
Tebal ± 0,8 mm
Volume ± 12 liter
Bagian atas 60 x 40 cm
Bagian bawah 55 x 35 cm
Tinggi ± 10 cm – 20 cm
Bibir ditekuk, didalam tekukan diberi
kawat/tulang
41
6. Bahan pembeku
Spesifikasi :
Sesuai dengan bahan kebutuhan
petani/masyarakat setempat
7. Hand mangel polos
Spesifikasi :
Diameter roll 4 inchi
Panjang 76 cm
Tinggi 50 cm
Bahan besi tuang garing/cor
8. Hand mangel batik
Spesifikasi :
Diameter roll 4 inchi
Panjang 76 cm
Tinggi 50 cm
Bahan besi tuang garing/cor
9. Rumah pengasapan
Spesifikasi :
Bangunan permanen ukuran (4 x 6 m)
Tinggi 7 – 8 m
Peralatan pendukung lainya
10. Gudang pengolahan
Spesifikasi :
Semi permanen ukuran 4 x 5 m
Tinggi 7 – 8 m
Peralatan pendukung lainya
42
11. Tabung Lateks
Spesifikasi :
Terbuat dari alumunim
12. Keranjang Mangkok
Spesifikasi :
Sesuai dengan kebutuhan petani/masyarakat
setempat.
I. KOMODITAS KELAPA
1. Rumah pengasapan
Spesifikasi :
Bangunan semi permanen (4 x 5 m), penutup
atap (5 x 6 m)
Terdapat para-para terbuat dari bambu kayu
atau rongga kawat setinggi 2 m
Terdapat lubang pemasukan bahan bakar 60
x 60 cm
Ruang pembakaran 3 m
2. Lantai jemur
Spesifikasi :
Permanen disemen dengan memakai besi
beton
Pinggir/dinding keliling memakai batu kali (4 x 6 m)
3. Alat uji kadar air
Spesifikasi :
Tipe Digital MC – 7825G
Sumber arus : Batery tipe AA2500mAh
1 Rechargable 6 buah, saklar meter 5 – 15%
43
Dimensi 13,5 x 12 x 8 cm
Berat 690 gram
4. Alat cungkil daging kelapa
Spesifikasi :
Bahan ditempa/rakit yang sesuai dengan
selera petani
Bahan dari stainless
2. Alat pengupas (Slumbat)
Spesifikasi :
Bahan ditempa/rakit yang sesuai dengan
selera petani
Bahan dari baja
3. Alat pembelah (Parang)
Spesifikasi :
Bahan ditempa/rakit yang sesuai dengan
selera petani
Bahan dari baja
4. Egrek baja
Spesifikasi :
Terbuat dari besi dan diisi dengan baja
5. Kereta sorong
Spesifikasi :
Kapasitas angkut : 3 sak semen (± 160 kg)
Terbuat dari plat baja
44
6. Mesin pemeras santan
Spesifikasi :
Tipe mesin : PRS – M50
Kapasitas : 30 kg/ jam atau 50 – 80 butir per
jam
Listrik : 1500 watt, 220 Volt
Dimensi : 82 x 48 x 96 cm
7. Wajan alumunium
Spesifikasi :
Dimensi : dia ф 800 – 900 mm
Bahan alumunium/besi 3 mm
8. Tungku hemat energi
Spesifikasi :
Bahan dari semen cor memakai besi
Diameter disesuaikan dengan wajan
9. Oven pengering gula kelapa kristal
Spesifikasi :
Kapasitas 200 kg/proses
Panjang 1200 mm
Lebar 800 mm
Tinggi 1850 mm
Pemanas LPG/listrik
Blower fan axial
45
10. Pengayak gula kristal
Spesifikasi :
Kapasitas 200 – 300 kg/jam
Penggerak elektrik motor 1 Hp
Panjang 1000 mm
Lebar 1000 mm
Tinggi 800 mm
11. Pisau sadap
Spesifikasi :
Bahan mata pisau dari besi baja
Bahan tangkai dari kayu
12. Alat pengasapan
Spesifikasi :
Dimensi 2000 x 2000 x 2400 mm
Pemanas biomassa
Bahan paltizer 1 mm, siku 5/5
Kapasitas 1 ton/proses
Lama pengeringan 18 – 22 jam
Suhu udara ruang 80 0C
Penggerak EM 1 Hp 220 V 1 Ph
Sistem siklon blower, automatic
thermocople
13. Mesin pengurai sabuk kelapa
Spesifikasi :
Type : Beje-UPK01
Panjang 1800 mm
Lebar 850 mm
46
Tinggi 1350 mm
Kapasitas 300 - 500 kg/jam
Penggerak Diesel 24 HP
BBM Solar
14. Mesin pengayak sabut kelapa
Spesifikasi :
Type : Beje-UK27
Panjang 3000 mm
Lebar 1500 mm
Tinggi 1400 mm
Kapasitas 300 - 500 kg/jam
Penggerak Diesel 5 - 8 HP
BBM Solar
15. Alat pembuat arang tempurung kelapa
Spesifikasi :
Bahan dari drum minyak dimodifikasi
menjadi alat pembuat arang dari tempurung
kelapa
Permukaan atas drum harus tertutup rapat
agar tidak keluar udara/bara/asap
J Jambu Mete
1. Kacip mete model Rem dan model Engkol
(sistem terpadu)
Spesifikasi :
Tipe REM
Kapasitas 30 – 50 kg/hari
Penggerak manual
47
2. Timbangan duduk
Spesifikasi :
Kapasitas 150 kg
Kapasitas 10 kg
3. Oven dryer
Spesifikasi :
Kapasitas 100 – 125 mete
Suhu pengeringan 70 – 80 0C
Sumber panas Burner minyak tanah
Aliran udara blower
Bahan kontruksi stainless steel
4. Vaccum packing
Spesifikasi :
Ukuran ruang 440 x 420 x 75 mm
Kapasitas 20 m kubik per jam
Dimensi alat 550 x 485 x 960 mm
Bahan kontruksi stainless steel
5. Genset 5 KVA
6. Alat ukur kadar air
Spesifikasi :
Panjang 165 mm
Lebar 62 mm
Tinggi 26 mm
Display LCD
PC Interface RS232C
48
Rhange content 7 – 30%
7. Lantai jemur
Spesifikasi :
Permanen disemen dengan memakai besi
beton
Pinggir/dinding keliling memakai batu kali (4
x 6 m)
8. Plastik kemasan ukuran 5 kg dan 0,5 kg
9. Meja kerja terbuat dari kayu
49
Lampiran 3
PENINGKATAN KETERAMPILAN SDM
KELOMPOK TANI
1) Materi yang disampaikan :
Penanganan Pascapanen
Jaminan mutu dan keamanan Pangan
Strategi dan Jaringan Pemasaran
Kelembagaan Usaha
Praktek pascapanen
2) Peserta
Peserta pertemuan teknis adalah petani yang
berasal dari kelompok tani penerima bantuan
sarana pascapanen di kabupaten setempat.
50
Lampiran 4
FORMAT LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN 2015
SATKER DINAS PERKEBUNAN PROVINSI/KABUPATEN
Posisi :
TARGET
KODE NAMA KEGIATAN
1
2
REALISASI
KEUANGAN
FISIK
FISIK KEUANGAN
SERAPAN
%
VOLUME
3
4
5
6
7
%
8
PERMASALAHAN
UPAYA TINDAK
LANJUT
9
10
51
Lampiran 5.
Format Laporan Perkembangan fisik Pelaksanaan Kegiatan
Satker Dinas Perkebunan Propinsi/Kabupaten/Kota
Posisi :
NO NAMA KEGIATAN
1
2
LOKASI
KEGIATAN
3
NAMA POKTAN
4
JML
ANGGOTA
5
LUAS AREAL
(Ha)
6
PROGRESS FISIK
KENDALA
7
8
UPAYA TINDAK
LANJUT
9
52