i Teknologi Pascapanen Tanaman Obat

KATA PENGANTAR

Tanaman obat yang berkembang di Indonesia sangat melimpah tetapi pemanfaatannya masih terbatas dikonsumsi secara segar, sehingga dibutuhkan teknologi pengolahan untuk dapat memaksimalkan pemanfaatannya. Pemanfaatan yang maksimal dari berbagai tanaman obat ini masih dirasa kurang beredar di masyarakat. Teknologi pengolahan dan penanganan untuk berbagai macam obat dengan pemanfaatan tanaman obat merupakan peningkatan nilai tambah dari tanaman yang dimaksud.

Buku teknologi pascapanen tanaman obat ini di paparkan tentang pengolahan tanaman secara umum, baik tanaman yang berasal dari daun, akar, batang, buah, biji, rimpang, kulit kayu dan herba. Cara-cara pengolahan sederhana tapi memenuhi kaidah cara pengolahan yang baik dan benar. Selain itu, di berikan juga beberapa contoh tanaman dengan khasiatnya dan beberapa contoh cara penggunaannya. Kami merasa bahwa buku ini belum sangat sempurna, tapi mudah- mudahan dapat membantu mengenali dan memanfaatkan tanaman tersebut untuk menjaga kesehatan.

Buku ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi yang dapat meningkatkan wawasan pembaca tentang berbagai tanaman obat sebagai salah satu komoditas tanaman yang

potensial. Selanjutnya, diharapkan saran dan kritik membangun atas segala kekurangan yang terdapat pada buku ini untuk perbaikan mendatang.

Kepala Balai Besar

Ir. Rudy Tjahjohutomo, MT

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat i Teknologi Pascapanen Tanaman Obat i

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman hayati cukup luas, dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Akan tetapi baru sekitar 26% yang telah dibudidayakan dan 74% masih tumbuh liar di hutan. Dari 26 % yang telah dibudidayakan, sebanyak 940 jenis tanaman telah digunakan sebagai obat tradisional. Pemakaian tanaman obat terus meningkat sejalan dengan berkembangnya industri obat tradisional/modern, farmasi ataupun komestika yang menggunakan tanaman obat sebagai bahan bakunya. Peningkatan ini diduga karena adanya beberapa aspek yang mendukung, antara lain kecenderungan kembali ke alam (back to nature ) dari pemakai tanaman obat, efek samping yang ditimbulkannya kurang berarti bila dibandingkan dengan obat sintetis, populasi penduduk yang semakin meningkat, diiringi dengan pasokan obat tidak banyak mendukung, biaya perawatan yang cukup mahal, resistensi obat terhadap penyakit infeksi yang digunakan untuk penyakit menular.

Menurut Depkes, yang dimaksud dengan obat tradisional ialah obat yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan hanya berdasarkan pengalaman. Bahan yang digunakan bisa dalam keadaan segar ataupun dalam bentuk kering yang di sebut simplisia, dapat berupa rimpang, akar, herba, daun, batang, bunga dan buah. Secara umum yang dinamakan simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.

Untuk menunjang kegiatan industri, suatu produksi harus dimulai dari cara mendapatkan bahan baku yang tepat, baik dari segi kuantitas ataupun

kualitasnya. Faktor yang sangat berpengaruh dalam hal ini adalah aspek budidaya dan pascapanen yang tepat. Proses pembuatan simplisia di tingkat petani masih dilakukan secara tradisional, dan kadang-kadang tidak memenuhi

cara-cara pengolahan yang baik dan benar, sehingga untuk mendapatkan mutu yang baik agak sulit dicapai. Untuk simplisia yang berasal dari petani, biasanya dilakukan proses ulang, dimulai dari penyortiran, pencucian, perajangan dan

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat Teknologi Pascapanen Tanaman Obat

asam amino, peptida bioaktif, hormon, fitokimia, gula, flavonoid dan bio pestisida. Berdasarkan penilaian dari World Health Organization (WHO), sekitar 80% dari populasi penduduk dunia sangat tergantung pada tanaman obat untuk kebutuhan perawatan kesehatan mereka, dan lebih dari 30% sediaan farmasi didapatkan dari tanaman. Kemampuan suatu tanaman sebagai obat disebabkan oleh kandungan senyawa kimia atau senyawa aktif yang memiliki daya kerja pengobatan. Pengobatan tradisional menggunakan bahan dari tanaman umumnya telah di lakukan secara turun-temurun. Pemakaian dan cara pengolahannya sangat sederhana. Untuk itu, jenis tanaman obat yang digunakan haruslah tepat, karena setiap tanaman memiliki efek farmakologi yang sangat beragam. Pemakaian tanaman obat yang salah dapat berakibat sangat fatal. Untuk pemilihan simplisia bahan baku obat yang berasal dari herbal (tanaman obat) sebaiknya memperhatikan aroma, rasa, kandungan kimia, maupun sifat fisiologisnya. Ketepatan pemilihan bahan baku tidak hanya pada jenis tanaman, tetapi juga dari bagian tanaman yang digunakan. Hal ini disebabkan setiap bagian tanaman memiliki khasiat khusus yang sangat berbeda.

Pengolahan hasil panen merupakan suatu tahapan yang sangat penting dan perlu dilakukan secara baik dan benar, sehingga dapat memberikan hasil

dengan kualitas yang optimal, mempunyai kadar zat berkhasiat yang tinggi, stabil, efisien dan mempunyai penampilan fisik yang menarik. Cara pencucian dan pengeringan harus dilakukan dengan baik dan teliti. Selain itu, proses pengolahan sebaiknya dilakukan ditempat yang sedekat mungkin dengan lokasi tanaman yang dipanen. Apabila terjadi penundaan dalam pencucian dan pengeringan, hal ini dapat menimbulkan kelainan kualitas dari simplisia yang dihasilkan. Untuk itu, dengan teknik pengolahan yang baik dan benar maka akan dihasilkan simplisia dengan kualitas yang memenuhi persyaratan standar.

Dalam upaya mendapatkan simplisia dengan kualitas yang tinggi, diperlukan suatu tindakan pengamanan dimulai dari prapanen, pada saat panen dan pascapanen. Tahap-tahap pengolahan yang dilakukan, tergantung pada bahan yang akan diolah. Bahan baku tanaman obat sumbernya sangat beragam,

2 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 2 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya suatu mutu simplisia adalah keaslian, kemurnian dan zat berkhasiat yang dikandungnya. Usaha peningkatan mutu sebaiknya dilakukan sejak awal, yaitu dari penentuan areal pertanaman yang cocok secara agronomis serta menggunakan bibit unggul.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat

II. KHASIAT DAN KEGUNAAN

Khasiat merupakan suatu indikasi bahwa tanaman tersebut mempunyai kemampuan untuk dapat digunakan sebagai obat. Hal ini disebabkan oleh kandungan metabolit sekunder atau senyawa aktif yang memiliki daya kerja dalam pengobatan dari setiap tanaman. Khasiat dari suatu tanaman dapat diketahui setelah melalui proses uji manfaat atau praklinik dengan menggunakan hewan coba. Sebagai bahan baku yang digunakan untuk uji coba bisa berupa simplisia, sediaan galenik dan ekstrak yang telah memenuhi persyaratan minimal serta dapat terjamin keseragaman komponen aktif, keamanan dan kegunaannya. Sebagai contoh, uji anti hipertensi terhadap hewan coba dari ekstrak kasar daun belimbing wuluh dan yang telah di murnikan ternyata menunjukkan perbedaan dalam penurunan tekanan darah pada hewan coba. Ekstrak yang telah dimurnikan ternyata mempunyai efek penurunan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan ekstrak kasar. Untuk durasi penurunan tekanan darah, ekstrak yang telah dimurnikan mempunyai waktu lebih lama dibandingkan ekstrak kasar. Hal ini dikarenakan, sebelum di murnikan ekstrak masih mengandung lilin, gula, gum, lemak sehingga akan mempengaruhi kandungan zat berkhasiatnya jadi rendah. Bila telah dimurnikan, senyawa yang tidak diinginkan telah terbuang, berarti kandungan zat berkhasiatnya menjadi lebih tinggi. Untuk obat hipertensi akan lebih baik bila mempunyai durasi penurunan tekanan darah yang tidak terlalu cepat.

Tanaman ginseng, sering digunakan dalam pengobatan tradisional terutama di negara China dan Korea (Gambar 1). Khasiat dari ginseng dapat membantu proses pencernaan dan meningkatkan selera makan, obat diare, efektif mengobati asma dan gangguan pernapasan, merawat diabetes, rematik, bisul, dapat meminimalkan risiko terkena kanker, mengurangi stres fisik dan mental serta membantu memulihkan stamina, membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, efektif mengurangi kadar kolesterol jahat, dan memperlancar peredaran darah. Di Indonesia terdapat tumbuhan yang memiliki khasiat yang hampir sama dengan ginseng yaitu Talinum paniculatum Gaertn atau dalam bahasa daerah disebut dengan som jawa / kolesom (Gambar 1). Kajian mengenai khasiat dan kegunaanya telah dilakukan untuk menjadikan kolesom sebagai ginseng Indonesia. Beberapa uji farmakologis juga telah di lakukan

4 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Akar ginseng korea

Akar kolesom

Gambar 1. Akar ginseng korea dan kolesom

terhadap ekstrak kolesom menggunakan tikus putih. Dari hasil uji tersebut, ternyata ekstrak kolesom dapat menaikkan jumlah dan motilitas spermatozoa, menaikkan kadar testosteron dan menambah lapisan spermatogesis. Khasiat dan kegunaan beberapa tanaman obat tersaji pada Tabel 1, 2 dan 3.

Tabel 1. Khasiat dan kegunaan tanaman obat berasal dari daun, akar dan bunga Bagian yang

Nama tanaman Khasiat dan kegunaan digunakan

Daun Belimbing wuluh (Averhoa Anti hipertensi, encok, penurun panas, gondok, bilimbi)

demam, sariawan

Seledri (Apium graviolens Linn) Antihipertensi, masuk angin, diare, rematik, asam

urat, bronkhitis

Katuk (Souropus androgynus)

Laktagoga, demam, darah kotor

Kumis kucing (Orthosiphon Diuretik, batu ginjal, encok, darah tinggi, kencing stamineus)

manis

Sambiloto (Andrographis Febrifuga,amarum,antelmintik,antipiretik, tipus, paniculata)

kencing manis, diuretik

Jambu biji (Psidium guajava) Diare, peluruh haid, astringens, sariawan. Sirih (Piper betle, Linn)

Diuretik, antiseptik, hipertensi, sakit mata, eksim, bau mulut, kulit gatal, pendarahan gusi, mimisan, bronkhitis, batuk, sariawan, keputihan, alergi/biduren

Tempuyung (Sonchus arvensis) Litotriptik, diuretik, antiuroliasis Tapak dara (Vinca rosea)

Diabetes, anti kanker, darah tinggi, leukimia, asma, bronkhitis, demam, radang perut, gondong, bisul, luka bakar, bengkak

Saga (Abrus precatorius ) Obat batuk, sariawan, gangguan perut, susah tidur Daun dewa (Grynura

Obat kanker, kudis dan kurap, antiradang, lever, pseudocina)

analgetik, antikoagulan, penghilang nyeri di persendian, luka terpukul, bengkak payudara, masuk angin, digigit binatang berbisa, asam urat, kutil, tumor

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat

Akar Purwoceng (Pimpinella alpina) Afrodisiak, diuretik, meningkatkan daya tahan tubuh, analgesik, antipiretik, meningkatkan fertilitas,

antifungi.

Som jawa (Talinum Afrodisiak,tonikum, batuk-batuk, radang paru-paru, paniculatum)

diare, haid tidak teratur, keputihan Pasak bumi (Eurycoma

Afrodisiak, demam, tonikum, anti piretik, disentri, longifolia)

sakit kepala, sakit perut

Akar kayu kuning (Arcangelisia Hepatitis, cacingan, sariawan, sakit kuning, cacingan, flava)

malaria, menambah daya tahan tubuh, kanker. Akar wangi ( Vetiveria

Diaforetik, bau mulut, rematik, obat cacing untuk conizoides)

anak, kulit terbakar, epilepsi, demam, digigit binatang berbisa, sakit kepala.

Akar alang alang (Imperata Peluruh air seni, antipiretik, tekanan darah tinggi cylindrica)

Bunga Cengkeh ( Eugenia aromatica) Batuk, sakit gigi berlubang, pelega perut, karminatif, antibakteri, antivirus, anti jamur, antiseptik.

Belimbing wuluh (Averhoa Obat batuk,obat sariawan, darah tinggi bilimbi)

Kecombrang (Nicolaia Penghilang bau badan, memperbanyak asi, pembersih speciosa)

darah

Kenanga (Canangium Asma, bronkhitis, malaria, nyeri haid odoratum) Melati (Jasminum sambac)

Laktifuga, nyeri haid

Tabel 2. Khasiat dan kegunaan tanaman obat yang berasal dari buah, biji, herba, batang Bagian yang

Nama tanaman Khasiat dan kegunaan digunakan

Buah Cabe jawa (Piper rectrofractum) Stimulan, karminatif, diaforetik, obat gosok, alteratif, obat sakit perut, sakit gigi.

Mahkota dewa (Phaleria Anti tumor, desentri, eksim macrocarpa)

Mengkudu (Morinda citrifolia) Antihipertensi, antikanker, sedatif, meningkatkan stamina

Kemukus (Piper cubeba) Penyakit kelamin, disentri, sesak napas, bau mulut, menghangatkan badan, karminatif, ekspektoran.

6 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Biji Adas (Foeniculum vulgare) Obat batuk, perut kembung, sariawan, haid tidak teratur

Ketumbar ( Coriandrum sativum) Obat masuk angin, sariawan, radang lambung, hipertensi, afrodisiak

Kedaung (Parkia biglobosa) Diuretik, menguatkan lambung, demam nifas, nyeri waktu datang haid, cholera, radang usus, kudis.

Selasih (Ocimum basilicum )

Obat batuk, penurun panas

Kapolaga sabrang ( Elettaria Pelega perut, obat batuk, mencegah keropos cardamomum)

tulang.

Kapolaga lokal (Amomum Karminatif, obat batuk, encok, kolik, demam, cardamomum)

batuk pada anak-anak, radang amandel, perut kembung, mual, radang tenggorokan, bau mulut, bau keringat

Trengguli ( Cassia fistula) Obat pencahar, anti oksidan, anti tumor Paranajiwa (Euchresta

berkhasiat sebagai obat batuk darah, untuk horsfieldii)

penguat syahwat dan pelancar air seni Herba

Pegagan ( Centella asiatica) Sedatif, diuretik, obat kulit luar, asma, kaki membengkak, varises, luka bakar, insomnia, selulit, tekanan darah, pembengkakan hati,

Meniran (Phyllanthus niruri) Demam, diuretik, radang, infeksi saluran kencing, busung air, infeksi saluran pencernaan, dan penyakit gangguan fungsi hati.

Kiurat (Plantago major) Diuretik, obat batu ginjal, tonikum, astringen, sakit kulit

Babadotan (Ageratum Demam, malaria, radang, diare, pelancar asi conizoides)

Rumput mutiara (Hedyotis Anti radang, meluruhkan kencing, menghilangkan corymbosa)

panas, toksin, radang amandel, radang tenggorokan, bronchitis, hepatitis dan infeksi saluran kemih.

Batang Kulit kayu manis (Cinnamomum Radang lambung, diare, rematik, batuk paru-paru, casia)

sesak nafas, hipetensi, bisul

Brotowali (Tinospora crispa) Kudis, demam, diuretik antipiretik, sakit perut, tonikum, sakit kuning, pegal-pegal

Kulit secang (Caesalpinia sappan Anti diare, analgesik, batuk berdarah, penawar L.)

racun, astringent, obat katarak, pewarna makanan Kulit kina (Cinchona ledgeriana) Malaria, penurun panas, nafsu makan.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat

Tabel 3. Khasiat dan kegunaan tanaman obat yang berasal dari rimpang Bagian yang

Nama tanaman Khasiat dan kegunaan digunakan

Rimpang Temulawak (Curcuma Anemia kolesterol, melancarkan peredaran darah, xanthorrhiza ROXB.)

mengatasi gumpalan darah, demam, malaria, campak, pegal linu, sakit pinggang, reumatik, keputihan, ambeien.

Kencur (Kaempferia galanga Radang lambung, influenza, masuk angin, sakit Linn.)

kepala, batuk, diare, memperlancar haid, keseleo Temu hitam (C. aeruginosa)

Cacingan, menambah nafsu makan, reumatik, dan melangsingkan badan

Lempuyang Gajah (Z. Obat batu ginjal, membersihkan darah, disentri, Zerumbet)

kejang pada anak, diare, menambah nafsu makan, sakit kuning serta sakit kulit

Lempuyang Emprit (Z. Obat demam, menambah nafsu makan, rematik, sakit Amaricans)

perut

Temu putih (C. zedoria) Antikanker, antiradang, menghilangkan bekuan darah, menghilangkan nyeri, peluruh haid, dan melancarkan sirkulasi darah

Jahe ( Zingiber officinale) Migren, sakit kepala, menurunkan kadar kolesterol, perut kembung atau gangguan pencernaan, memperlancar peredaran darah, mual, asma, batuk dan rasa nyeri, mengatasi jantung berdebar-debar, gangguan pencernaan, nafsu makan menurun dan rematik

Lengkuas (Alpinia galanga) Anti jamur, anti bakteri, menghangatkan, membersihkan darah, menambah nafsu makan, mempermudah pengeluaran angin dari dalam tubuh, mengencerkan dahak.

Kunyit ( Curcuma domestica) Diabetes mellitus, tifus, usus buntu, disentri, keputihan, haid tidak lancar, amandel

Pemakaian obat tradisional tidak akan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti pada obat modern. Hal ini dikarenakan didalam tanaman/ bahan alam masih terdapat senyawa kimia pendukung lainnya yang akan memberikan efek sinergisitas terhadap senyawa-senyawa lain dalam suatu bahan, dibandingkan dengan obat modern yang hanya mengandung komponen tunggal. Didalam satu tanaman, masing-masing bagian seperti akar, daun, batang, buah, bunga dan biji mengandung senyawa kimia/metabolit sekunder dengan struktur senyawa yang sedikit berbeda. Metabolit sekunder di dalam tanaman berperan sebagai zat berkhasiat dan berkorelasi positif dengan jenis tanaman, umur panen, agronomis/lingkungan tumbuh seperti ketinggian, jenis tanah, curah hujan.

8 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

III. KANDUNGAN KIMIA

Tanaman obat mengandung berbagai jenis senyawa kimia yang bisa berfungsi untuk mengobati berbagai macam penyakit dan juga berbagai macam jenis

enzim. Enzim-enzim tertentu yang terdapat dalam tanaman harus di non aktifkan, bila masih bekerja maka senyawa kimia yang terdapat dalam tanaman akan berubah menjadi senyawa lain yang tidak mempunyai efek terapi. Didalam

simplisia terdapat kandungan senyawa kimia, baik yang memiliki efek terapi yaitu senyawa aktif maupun yang tidak mempunyai efek terapi yaitu zat ballast seperti karbohidrat, lemak, protein, khlorofil, resin dan tannin. Walaupun tidak

memiliki efek terapi, akan tetapi zat ballast memiliki pengaruh yang cukup besar pada ekstraksi kandungan zat aktif.

Senyawa kimia yang terdapat dalam tanaman obat dapat berfungsi untuk mengubah detak jantung, tekanan darah, kadar kolesterol dan kadar glukosa. Dengan demikian, orang yang memiliki problem jantung, tekanan darah tinggi, atau kelainan gula darah seperti diabetes mellitus harus waspada bila mengkonsumsi obat tradisional. Untuk itu, sangat di perlukan sekali menguji efek farmakologi dari senyawa kimia yang terdapat dalam masing-masing tanaman, sehingga semakin terungkap adanya kemungkinan efek kombinasi kandungan senyawa kimia dalam tanaman tersebut. Beberapa tanaman obat dengan kandungan komponen kimianya tertera dalam Tabel 4.

Tabel 4. Komponen kimia beberapa tanaman obat Nama tanaman

Komponen kimia

Adas Minyak asiri, terdiri dari senyawa anetol, fenkon, pinen, limonen, dipenten, felandren, metilkhavikol, anisaldehid, asam anisat, dan minyak lemak.

Akar purwoceng Golongan kumarin (umbelliferon, bergapten, 4-hidroksi kumarin, psoralen), alkaloid, flavonoid, triterpenoid, saponin, tannin

Akar wangi Minyak atsiri (asam benzoat, vetiverol,furfurol, vetivone, vetivene, vetivenil vetivenate).

Cengkeh Minyak atsiri (eugenol, asam oleanolat, asam galotanat, fenilin, kariofilin), resin dan gom.

Daun purwoceng

Steroid, kumarin, glikosida, alkaloid, saponin

Kencur Pati, mineral, minyak atsiri (sineol, asam sinamat, etil ester, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisat), alkaloid dan gom.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat

Ki urat Plantagin, aukubin, asam ursolik, ฀-sitosterol, n-hentriakontan, dan plantaglusida (metil D-galakturonat, D-galaktosa, L-arabinosa dan L-rhammosa), tanin, kalium

Kemukus Minyak atsiri, asam kubebat, damar, kubebin, piperin dan minyak lemak

Kunyit Kurkuminoid (desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin), minyak asiri (keton seskuiterpen, turmeron, zingiberen, felandren, sabinen, borneol), pati

Lengkuas Minyak atsiri (galangol, galangin, alpinen kamfer, metil sinamat), ACA.

Meniran

Filantin, zat penyamak, mineral, resin

Pasak bumi Fenol, tanin, polisakarida, glokoprotein, dan mukopolisakarida Pegagan

Asiatikosida, thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmosida, brahminosida, asam brahmat, asam madasiatikat, meso-inositol, centellosa, karotenoids, dan garam-garam mineral vellarine, zat samak.

Som jawa Saponin, flavonoid, tamin, steroid, mineral (K, Na, Ca, Mg dan Fe). Temu kunci

Pinostrobin, pinocembrin, boesenbergin A, B, panduratin

10 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

IV. PASCAPANEN

Pascapanen merupakan salah satu tahapan pengolahan dari bahan-bahan yang telah dipanen, dan harus dilakukan secara baik dan benar, karena akan berpengaruh terhadap kuantitas, kualitas dan zat berkhasiat yang terkandung didalamnya. Tahap-tahap pengolahan yang dilakukan, tergantung pada jenis bahan yang akan diolah, seperti akar, daun, bunga, biji, buah, rimpang dan kulit kayu. Secara umum, tahap pengolahan meliputi sortasi basah, pencucian, pengecilan ukuran, pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan penyimpanan. Masalah pascapanen tanaman obat tidak terlepas dari masa sebelum panen khususnya beberapa saat sebelum panen, hal ini akan sangat menentukan kualitas akhir dari simplisia. Untuk mendapatkan simplisia dengan kualitas yang tinggi, diperlukan suatu tindakan pengamanan dimulai dari pra panen, pada saat panen dan pascapanen. Selain itu, pengolahan bertujuan juga untuk menjaga tingkat kebersihan bahan baku dalam upaya memperoleh simplisia yang berkualitas serta menjaga agar proses produksi selanjutnya tetap terjaga stabilitas dan homogenitas komposisinya.

Kerusakan hasil tanaman obat sesungguhnya telah dimulai sejak masa sebelum panen dilakukan, yaitu ketika tanaman masih berada dilapang. Beberapa serangga (ngengat dan kumbang) dan jasad renik seperti Aspergillus sp, Fusarium

sp dan golongan khamir yang mencemari pada waktu dilapang, masih dapat berkembang biak selama masa penyimpanan atau setelah proses pengolahan. Pengendalian cemaran sejak dilapang sampai penyimpanan untuk pengolahan lebih lanjut perlu dilakukan dalam upaya untuk menekan kehilangan hasil. Demikian juga dengan sanitasi, wadah yang digunakan untuk menyimpan hasil panen merupakan sarana keberhasilan pada saat pra panen.

Kandungan zat berkhasiat dari suatu tanaman sangat erat kaitannya dengan tingkat kematangan pada waktu tanaman tersebut dipanen, karena akan

sangat menentukan mutu akhir dari produk yang diperoleh. Keragaman derajat kematangan bukan saja mempengaruhi mutu tetapi membawa konsekuensi juga terhadap biaya dan tenaga pada waktu proses pembersihan dan sortasi serta dapat menurunkan rendemen yang diperoleh. Sebagai contoh, tanaman lada dikenal dengan pembungaan yang tidak serentak. Hal ini akan menyebabkan

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 11 Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 11

Faktor paling kritis yang sangat menentukan dalam pengolahan pascapanen tanaman obat adalah proses pengeringan. Cara-cara pengeringan harus disesuaikan dengan jenis bahan tanaman, misalnya daun, bunga, kulit, rimpang, akar dan buah. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap warna dan aroma dari produk akhir yang dihasilkan. Tingkat keragaman, kadar kotoran dan kadar air

yang tinggi dari produk akan memberikan kecenderungan yang buruk terhadap kualitas dan kuantitas karena akan terjadi kerusakan fisik, mekanis, fisiologis dan mikrobiologis yang semakin besar. Teknik pengeringan yang tepat untuk tanaman yang mengandung senyawa volatil perlu mendapatkan perhatian.

Untuk memperoleh keseragaman bahan baku simplisia atau untuk mempertahankan keasliannya, maka setiap bahan yang akan diproses harus dipisahkan dari bahan asing lainnya, seperti akar-akar yang menempel. Untuk

memisahkan tanah dan pasir yang melekat dilakukan dengan proses pencucian. Pada saat proses pencucian sebaiknya menggunakan air yang bersih dan bertekanan supaya memudahkan penghilangan kotoran yang melekat. Demikian pula untuk bahan-bahan yang secara visual terlihat sangat mirip, tetapi berbeda khasiatnya perlu dipisahkan dari bahan aslinya. Keadaan ini biasanya terjadi pada hasil panen dari tumbuhan liar dan bukan hasil pertanaman secara budidaya. Hingga saat ini, untuk beberapa tanaman obat tertentu masih dipanen secara liar dari hutan. Banyak tanaman yang mempunyai kemiripan sehingga bila tidak mengenal secara baik akan terjadi kesalahan dalam pemanenan, akibatnya akan mempengaruhi khasiat dari tanaman tersebut.

Pengeringan merupakan salah satu upaya untuk menurunkan kadar air bahan sampai ketingkat yang diinginkan. Pemakaian alat pengering mekanik dapat dikatakan lebih efisien bila mampu mengeringkan bahan sampai pada tingkat kekeringan yang aman tanpa mengalami perubahan fisik, kimia, biokimia, efisien

dalam penggunaan waktu, biaya operasional bahan bakar, dan upah pekerja. Pada proses pengeringan menggunakan matahari langsung, kemungkinan akan

12 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 12 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

tidak luas, kadang-kadang bisa terjadi proses fermentasi bila tidak diperlakukan secara benar, susut pengeringan lebih besar, suhu tidak dapat dikontrol. Dari segi ekonomis, matahari akan lebih menguntungkan karena tanpa menggunakan bahan bakar atau tambahan energi, tapi dari segi kualitas kadang-kadang akan memberikan produk yang kurang baik. Selain itu, pengeringan matahari tidak dapat diterapkan disemua daerah karena kondisi cuaca yang tidak sama. Untuk proses pengeringan dengan matahari, bahan-bahan yang akan dikeringkan bisa ditebar ditanah dengan terlebih dahulu dialasi tikar, kain atau diatas baki besar dari aluminium, lamporan, dapat juga menggunakan bahan bambu/kayu yang dibuat berlubang-lubang (Gambar 2). Lamanya pengeringan tergantung dari jenis bahan yang dikeringkan. Biasanya pengeringan dengan cara ini memerlukan waktu sekitar 1-2 minggu.

Bahan tanaman yang dapat dikeringkan dengan cara ini adalah bahan yang berasal dari akar, kulit dan biji-bijian. Dengan keadaan terbuka, seringkali menyebabkan bahan mengalami pencemaran dan bila terjadi perubahan cuaca secara tiba-tiba akan memberikan masalah. Pengeringan dengan menggunakan alat pengeringan mekanikakan lebih menguntungkan karena suhu dapat diatur sesuai dengan jenis bahan yang akan dikeringkan. Keuntungan alat ini adalah tidak perlu diangkat atau dirubah bila cuaca secara tiba-tiba berubah, serta pencemaran akibat debu sangat sedikit bahkan kemungkinan tidak ada. Selain itu, bila menggunakan alat pengering mekanik, produk yang dihasilkan akan lebih baik dari segi penampilan dan kandungan zat berkhasiat, karena suhunya dapat diatur sesuai keinginan. Beberapa tipe alat pengering mekanik, antara lain tipe rak dan tipe berputar tertera pada Gambar 3 (Gambar 3a dan 3b).

a b Gambar 2. Penjemuran dengan alas lamporan (a), tikar (b)

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 13 Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 13

IV.I PASCA PANEN TANAMAN OBAT DARI DAUN

Tanaman obat yang berasal dari daun (Gambar 4) bisa digunakan langsung dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan. Bila akan digunakan secara segar, harus melalui proses pencucian terlebih dahulu baru diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan. Pemanenan daun dilakukan pada saat fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak. Sebagai contoh daun sambiloto, pemanenan dilakukan ketika tanaman sudah berbunga hampir 50 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga bahan aktif yang terdapat dalam daun (andrografolid, neo andrografolid dan mencapai maksimum dibandingkan ditangkai pada saat sebelum berbunga. Daun yang dipanen muda biasanya dikeringkan secara perlahan mengingat kandungan airnya cukup tinggi, sehingga memungkinkan terjadinya reaksi enzimatis masih dapat berlangsung dengan cepat. Selain itu, jaringan yang dimiliki oleh daun muda masih sangat lunak sehingga daun sangat mudah hancur atau rusak. Sementara daun-daun yang dipanen pada umur tua diberi perlakuan khusus berupa proses pelayuan yang dilanjutkan dengan proses pengeringan secara perlahan agar diperoleh warna yang menarik.

Untuk proses pengeringan, dalam kapasitas besar, daun langsung dikeringkan tanpa melalui proses pencucian. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kualitas simplisia yang dihasilkan. Proses pengeringan daun, bila dikeringkan dimatahari langsung sebaiknya tidak langsung terkena cahaya matahari, karena akan merubah senyawa khlorofilnya, sehingga produk yang dihasilkan akan berwarna agak kecoklatan. Bila menggunakan pengering mekanik, suhu diatur agar tidak

14 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Daun jambu biji Daun kumis kucing Daun tapak dara

Daun katuk

Daun binahong

Daun sirih

Daun sambiloto

Daun dewa

Daun keji beling

Daun saga Daun tempuyung Daun sembung

Daun ki urat

Daun meniran

Daun sirih

Gambar 4. Beberapa tanaman obat yang berasal dari daun

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 15 Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 15

Setelah panen, sebaiknya daun dilayukan terlebih dahulu meskipun beberapa senyawa volatil akan menguap. Biasanya proses pelayuan membutuhkan waktu

antara 24-72 jam. Setelah bahan kering, bahan dijaga agar tetap kering dan dingin untuk mencegah terjadinya proses fermentasi atau timbulnya jamur. Pengeringan daun harus tidak merubah warna, aroma tanaman aslinya, zat

berkhasiat dan senyawa kimianya. Daun sambiloto, kumis kucing, tempuyung mengandung senyawa flavanoid, sehingga pada waktu pengeringan perlu

Gambar 5. Diagram alir pascapanen tanaman obat yang berasal dari daun

16 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 16 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

suhu penjemuran matahari berfluktuasi dengan kisaran 25-50 o

C, sehingga penguapan air tidak merata, hal ini menyebabkan bahan menjadi kering tidak

merata dan sempurna. Untuk oven, suhu yang konstan dan stabil menyebabkan penguapan air juga konstan. Kisaran suhu untuk mengeringkan daun-daun

adalah 20 o C-40

C. Bila pengeringan dilakukan di tempat teduh, keuntungannya dapat melindungi aroma, warna asli bahan, dan senyawa kimia di dalamnya. Suatu penelitian terhadap daun jambu biji yang dikeringkan ditempat teduh dan langsung dengan sinar matahari menunjukkan perbedaan terhadap kadar tanninnya. Untuk pengeringan ditempat teduh kadar tanninnya lebih tinggi, yaitu 13,72% dibandingkan dikeringkan dibawah sinar matahari langsung hanya 11,56%.

IV. 2 PASCA PANEN TANAMAN OBAT BERASAL DARI AKAR

Tanaman obat yang berasal dari akar dapat digunakan sebagai obat baik dalam bentuk segar, simplisia, serbuk dan ekstrak. Panen akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti atau tanaman sudah cukup umur, karena panen akan mematikan tanaman yang bersangkutan. Beberapa contoh tanaman yang berasal dari akar tersaji pada Gambar 6.

Akar sebagai produk tanaman obat dapat dibedakan dalam dua golongan menurut asal dan jenis tanamannya, yaitu akar lunak dan akar keras. Akar lunak biasanya banyak mengandung air, lebih dari 60%, misalnya akar kolesom (T. paniculatum), akar purwoceng (P.alpina). Sementara akar yang bersifat keras

biasanya memiliki kandungan serat yang tinggi, misalnya akar pasak bumi (E. longifolia) dan akar trengguli (

C. fistula). Dengan adanya perbedaan sifat tersebut, tentu dibutuhkan penanganan dan pengolahan yang berbeda. Akar- akar yang banyak mengandung air, pengeringannya dilakukan secara perlahan

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 17

Tanaman purwoceng Akar purwoceng

Tanaman som jawa

Akar som jawa

Tanaman alang-alang Akar alang-alang

Tanaman akar wangi

Akar wangi

Tanaman pasak bumi Akar pasak bumi

Tanaman pule pandak

Akar pule pandak

Gambar 6. Beberapa tanaman obat yang berasal dari akar

18 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 18 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Tahapan proses pengolahan tanaman yang berasal dari akar adalah pencucian secara baik dan benar, karena banyak tanah yang melekat disela-sela akar tersebut. Bentuk akar yang tidak beraturan kadang-kadang sedikit menyulitkan dalam proses pencucian. Akar tanaman harus dibersihkan secara hati-hati, karena merupakan bagian yang langsung bersinggungan dengan tanah. Selain itu, kemungkinan adanya bakteri yang akan terikut karena sulit dibersihkan. Bahan-bahan seperti akar wangi, akar purwoceng, akar kolesom sebaiknya menggunakan air yang bertekanan atau dilakukan perendaman terlebih dahulu

Gambar 7. Diagram alir penanganan pasca panen tanaman obat dari akar

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 19 Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 19

Setelah ditiriskan dan air mengering, bahan bisa dikecilkan ukurannya dengan cara dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan menggunakan pisau stainless steel. Untuk akar purwoceng dan som jawa, pengirisan dapat dilakukan secara memanjang atau melintang dengan ketebalan sekitar 4-5 mm. Dalam proses pengeringan, sebaiknya bahan dihamparkan pada wadah atau alas

penjemur dan ditebarkan tidak terlalu tebal. Hal ini untuk mencegah kerusakan pada bahan serta memudahkan panas cepat menyerap kedalam bahan yang akan dikeringkan. Pengeringan langsung dengan sinar matahari, membutuhkan waktu sedikit lebih lama dibandingkan bila menggunakan alat pengering

mekanik. Bila cuaca tidak memungkinkan, biasanya bahan akan mudah sekali rusak karena berjamur. Untuk itu, akan lebih baik bila bahan dikeringkan dengan

menggunakan alat pengering mekanik. Akar pasak bumi, setelah ditiriskan lalu di keringkan dengan ukuran tertentu kemudian baru dikecilkan kembali ukurannya atau bisa menggunakan alat penyerut. Lamanya pengeringan tergantung dari ketebalan bahan yang dikeringkan.

Tanaman obat yang berasal dari akar yang sangat dikenal oleh masyarakat adalah pasak bumi dan purwoceng, karena kedua tanaman tersebut berkhasiat sebagai afrosidiak atau meningkatkan vitalitas bagi kaum laki-laki. Di Indonesia pasak bumi banyak tumbuh di pulau Kalimantan, sehingga pasak bumi menjadi salah satu tanaman obat yang sangat terkenal sejak dahulu dan telah digunakan oleh masyarakat suku asli di Kalimantan seperti suku Banjar dan Dayak. Di Kalimantan akan sangat mudah dijumpai pasak bumi yang dijual hampir disemua toko barang-barang kerajinan. Kini pasak bumi menjadi tanaman obat yang mulai dikenal di dunia, banyak penelitian baik di dalam dan luar negeri yang dilakukan untuk mencari kebenaran atau khasiat lain dari akar pohon ini. Bahkan disebutkan pasak bumi memiliki keampuhan empat kali lebih kuat dari pada Ginseng untuk meningkatkan kadar testosterone dalam tubuh manusia. Di Malaysia pasak bumi ini dikenal dengan nama tongkat ali.

20 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

IV. 3 PASCA PANEN TANAMAN OBAT BERASAL DARI BUNGA

Tanaman oobat yang berasal dari bunga dapat digunakan sebagai obat baik dalam bentuk segar, simplisia, ekstrak dan minyak atsiri. Bunga memiliki kandungan air lebih dari 70 %, bersifat lunak, dan mudah rusak. Setelah melewati proses pengeringan atau didiamkan agak lama maka zat warna bunga akan mengalami perubahan karena adanya reaksi oksidasi dan fermentasi. Dengan demikian, bunga-bunga yang memiliki aroma atau mengandung minyak asiri perlu segera ditangani sehingga diperoleh kestabilan aroma dan minyaknya. Selain itu, bunga sangat mudah sekali mengalami pencoklatan akibat terjadinya proses enzimatik. Untuk itu, pengeringan bunga sebaiknya dengan pelayuan dan tidak langsung terkena sinar matahari sangat dianjurkan agar didapatkan bunga yang kering sempurna. Bahan yang berasal dari bunga bisa langsung dilayukan ataupun dikeringkan tanpa melalui proses pencucian dan pengecilan ukuran. Bunga yang akan dimanfaatkan sebagai bahan obat, sebaiknya di petik sebelum bunga tersebut mekar atau setelah mekar secara sempurna.

Bunga cengkeh harus sesegera mungkin dikeringkan setelah dipetik dan dipisahkan dari tangkainya. Hal ini untuk menghindari warna yang dihasilkan

yang kurang baik. Bila perontokan tangkai tidak dilakukan secara sempurna maka akan membutuhkan proses lanjut untuk memisahkan tangkai tersebut, sehingga membutuhkan biaya tambahan. Beberapa tanaman obat yang berasal dari bunga dapat dilihat pada Gambar 8.

Pada umumnya, cara pengeringan terhadap bunga hampir sama dengan pengeringan terhadap daun, yaitu dilakukan secara hati-hati karena sifat dan

keadaan bunga mempunyai bagian-bagian yang rapuh serta mudah sekali rontok. Diagram alir pengolahan tanaman obat yang berasal dari bunga sesuai diagram alir Gambar 9.

IV. 4 PASCAPANEN TANAMAN OBAT BERASAL DARI BUAH

Tanaman obat dari buah seperti mahkota dewa (Paleria macrocarpa Boerl) (Gambar 10), cabe jawa (Piper retrofractum L.) (Gambar 11), kemukus (Piper cubeba) (Gambar 12), mengkudu (Moringa citrifolia) (Gambar 13), dan beberapa tanaman obat dari buah (Gambar 14) masing-masing memerlukan

penanganan yang cukup spesifik. Buahnya juga memiliki kandungan air yang

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 21

Tanaman cengkeh

Bunga cengkeh

Tanaman rosela

Bunga rosela

Tanaman kecombrang

Bunga kecombrang Tanaman turi

Bunga turi

Tanaman kenanga

Bunga kenanga

Bunga pagoda (Clerodendrum javonicum)

Tanaman pagoda

Tanaman melati Tanaman kembang merak Bunga melati

Bunga kembang merak (Caesalpinia pulcherrima (L))

Tanaman jengger ayam

Bunga jengger ayam

Gambar 8. Beberapa tanaman obat dari bunga

22 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Gambar 9. Diagram alir penanganan pasca panen tanaman obat dari bunga

cukup tinggi, yaitu antara 70%-80%. Namun, ada beberapa jenis buah yang memiliki kandungan air kurang dari 70%. Selain mengandung air, buah- buah yang lunak juga mengandung lemak, protein, atau zat-zat lain sehingga membutuhkan perlakuan khusus dalam proses pengeringan agar kandungan

zat yang dimiliki tidak hilang. Untuk buah mahkota dewa perlakuan pascapanen meliputi: penyortiran, pencucian, pengirisan, pengeringan. Bila diinginkan membuat serbuk maka setelah proses pengeringan dilakukan penyangraian terlebih dahulu baru digiling halus menjadi serbuk. Pada waktu pembelahan buah, biji dan cangkang yang terdapat didalamnya harus dibuang karena agak beracun.

Proses pengolahan buah harus dilakukan sesegera mungkin, karena bila ditunda akan menurunkan kualitasnya terutama kandungan zat berkhasiatnya. Penyortiran dilakukan terhadap keadaan bahan, buah dipilih yang baik dan tidak dalam keadaan rusak akibat adanya serangan hama. Setelah dilakukan pencucian, buah ditiriskan dan diangin-anginkan sampai air yang menempel kering sempurna. Pengirisan dilakukan dengan menggunakan pisau stainless steel dengan ketebalan 3-5 mm. Pengeringan bisa dilakukan secara bertahap

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 23 Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 23

C. Selama proses penjemuran sebaiknya selalu dilakukan pembalikan untuk mendapatkan hasil pengeringan yang merata.

Untuk cabe jawa, pemetikan dilakukan bila buah sudah berwarna kemerahan sampai merah, kemudian buah ditebarkan diwadah pengeringan. Buah cabe jawa ini bisa dikeringkan menggunakan matahari atau menggunakan alat pengering mekanik dengan suhu berkisar 40ºC. Untuk mendapatkan kadar air yang cukup rendah bisa digunakan alat pengering beku, tapi biasanya bahan harus dihancurkan terlebih dahulu dan produk yang dihasilkan dalam bentuk serbuk. Rasa pedas pada cabe jawa disebabkan oleh senyawa turunan alkaloid, yaitu piperin dan piperidin. Tanaman dan buah cabe jawa disajikan pada Gambar

11. Dalam pengolahan cabe jawa terutama dalam proses pengeringan, bahan

jangan di tumpuk terlalu tinggi atau ketinggian tidak melebihi 5 cm, dan harus selalu dibolak balik untuk menghindari fermentasi yang akan menyebabkan

bahan menjadi busuk. Selanjutnya, suhu pengeringan perlu diperhatikan agar simplisia yang di hasilkan tidak mudah mengalami kerusakan dalam

Tanaman mahkota dewa Buah mahkota dewa Gambar 10 . Tanaman mahkota dewa dan buah mahkota dewa

Tanaman cabe jawa Buah cabe jawa Gambar 11. Tanaman cabe jawa dan buah cabe jawa

24 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Tanaman Kemukus

Buah kemukus

Gambar 12. Tanaman kemukus dan buah kemukus

Tanaman mengkudu

Buah mengkudu

Gambar 13. Tanaman mengkudu dan buah mengkudu

penyimpanan. Sebelum pengeringan, sebaiknya buah cabe jawa dicuci terlebih dahulu, kemudian di masukkan dalam air panas selama beberapa menit, baru di tiriskan dan di keringkan.

Untuk buah kemukus, buah yang di panen harus buah yang sudah tua dan berwarna hijau tua sampai kuning kemerahan. Akibat tidak adanya keseragaman

warna buah, maka sebelum dijemur atau dikeringkan, buah sebaiknya diperam terlebih dahulu dalam ruang tertutup selama 1-3 hari agar buah menjadi masak secara keseluruhan dan warnanya merata. Buah harus langsung dikeringkan agar tidak terjadi proses fermentasi atau berjamur yang akan menurunkan kualitasnya. Untuk melepaskan buah dari tangkainya, bisa dilakukan dengan memasukkan buah kedalam air panas selama beberapa menit, sehingga buah dapat dengan mudah terlepas dari tangkainya. Kemudian buah dipisahkan dari tangkainya, dan ditiriskan baru dikeringkan. Bila pengeringan menggunakan matahari langsung sangat tergantung pada cuaca. Pada saat cuaca cukup baik, maka penjemuran bisa berlangsung sekitar 4-7 hari. Selama proses penjemuran buah harus dibolak-balik agar tidak terjadi fermentasi yang akan menurunkan kualitas buah. Bila buah di keringkan langsung dengan tangkai, maka akan memakan waktu yang cukup lama dan proses pengeringan juga tidak merata.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 25

Tanaman delima

Buah delima

Tanaman asam Buah asam

Tanaman jamblang

Buah jamblang

Tanaman buah makasar Buah makasar

Gambar 14. Tanaman obat berasal dari buah

Gambar 15. Diagram alir pascapanen tanaman obat berasal dari buah

26 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Buah mengkudu, bila ingin di keringkan, pemanenan dilakukan sebelum buah matang sempurna yang berwarna kuning keputihan. Kemudian di iris dengan

ketebalan 6-7 mm, baru di keringkan. Bila untuk pengolahan segar, maka buah di panen saat buah betul-betul matang, yaitu tepat sebelum buah jatuh secara alami dari pohon.

IV. 5 PASCAPANEN TANAMAN OBAT DARI BIJI

Tanaman obat yang berasal dari biji sangat bervariasi, ada biji yang sangat keras dan ada yang lunak. Selain itu, biji-bijian memiliki kadar air yang cukup bervariasi

juga, dari yang rendah sampai tinggi, tergantung dari umur biji saat di panen. Semakin tua umur biji yang dipanen, maka kadar airnya akan semakin rendah. Untuk itu, penanganannya harus memperhatikan karakteristik dari biji, agar biji

tidak mudah hancur, pecah, dan rusak. Demikian juga dengan penyimpanan, sedapat mungkin dihindari tempat yang lembab, karena bila dibiarkan berlanjut

akan merangsang perkecambahan. Biji banyak mengandung zat tepung, protein, dan minyak atsiri atau minyak lemak. Bahan-bahan yang berasal dari biji seperti

adas (Foeniculum vulgare), ketumbar ( Coriander sativum), selasih (Ocimum basilicum), kedawung (Parkia roxburgii G.don) (Gambar 16) dapat dikeringkan dengan penjemuran langsung atau menggunakan alat pengering mekanik tanpa melalui tahap pencucian.

Pengolahan buah kapolaga (Gambar 17) bisa langsung dikeringkan/langsung dijemur atau menggunakan alat pengering mekanik. Dari berbagai cara pengeringan, yaitu langsung dengan matahari, direndam terlebih dahulu dengan air panas selama 5-10 menit baru dijemur, direndam dengan alkohol panas 5-10 menit kemudian dijemur menghasilkan lama pengeringan yang berbeda. Lama pengeringan setelah direndam alkohol adalah paling pendek, yaitu 6 hari, diikuti perendaman dalam air panas (7 hari) dan paling lama dengan penjemuran langsung. Rata-rata rendemen yang dihasilkan adalah 25 %. Dalam pengeringan buah dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup dengan kain hitam sehingga penyerapan panas cukup baik.

Diagram alir pengolahan tanaman obat yang berasal dari biji tertera pada Gambar 17.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 27

Tanaman adas

Biji adas

Tanaman kedawung Biji kedawung

Tanaman ketumbar

Biji ketumbar

Tanaman jintan hitam Biji jintan hitam

Tanaman selasih

Biji selasih

Pacar cina

Biji pacar cina

Gambar 16. Tanaman obat yang berasal dari biji

Kapolaga lokal Buah kapol

Tanaman Kapolaga sabrang Buah kapolaga sabrang Gambar 17. Tanaman dan buah kapolaga lokal dan sabrang

28 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Gambar 18. Diagram alir penanganan pasca panen tanaman obat dari biji

IV. 6 PASCAPANEN TANAMAN OBAT DARI HERBA

Herba secara umum adalah bila menggunakan seluruh bagian tanaman untuk pengobatan, karena akan lebih berkhasiat dibandingkan bila hanya menggunakan daunnya saja. Tanaman yang banyak dikenal sebagai herba antara lain, meniran (Phyllanthus niruri), pegagan ( Centella asiatica), kiurat (Plantago major), babadotan (Ageratum conizoides), ceplukan (Physalis minima L.). Setelah panen, herba sebaiknya dicuci bersih, terutama pada bagian akar tanaman, karena cukup banyak tanah yang melekat (Gambar 19). Akar dari herba sebaiknya direndam terlebih dahulu agar tanah yang melekat bisa terlepas secara sempurna, baru dilakukan pencucian secara menyeluruh. Kemudian tanaman ditiriskan agar airnya terbuang sebelum dilakukan proses pengeringan. Diagram alir proses pengolahan herba tertera pada Gambar 19.

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 29

Rumput mutiara

Suruhan

Cakar ayam

Baru cina

Gambar 19. Tanaman obat yang berasal dari daun

IV. 7 PASCAPANEN TANAMAN OBAT DARI KULIT BATANG

Simplisia yang berasal dari batang tanaman biasanya merupakan hasil panen dari kulit batang seperti kayumanis (Gambar 21), kina (Gambar 22), secang dan

beberapa tanaman (Gambar 23), sedangkan brotowali dipanen keseluruhan batangnya. Pemanenan pada kulit batang hanya dilakukan pada tanaman yang sudah cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah pada awal musim kemarau. Cara panen kulit batang, biasanya dengan membersihkan kulit batang terlebih dahulu dari kotoran yang tidak diinginkan, baru dipanen. Contohnya pada kulit kayumanis, pertama-tama kulit kayu dikerik dari kulit terluarnya, kemudian dipotong-potong sesuai ukuran, biasanya sesuai dengan ketebalan kulit yang ada, ukuran panjang 25-28 cm dan lebar antara 3-7 cm. Pemanenan kulit kayumanis sebaiknya dilakukan saat musim penghujan, karena dapat

30 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Gambar 20. Diagram alir penanganan pasca panen tanaman obat dari herba

memudahkan dalam pengelupasan kulit dari batang ketika di panen. Dalam proses pengolahan lanjut setelah panen, biasanya kulit kayumanis secara

otomatis akan menggulung. Untuk membersihkannya, kulit harus direndam dan di cuci dari kotoran yang melekat dalam gulungan kulit dalamnya. Lama perendaman dalam air akan mempengaruhi kadar minyak atsiri kulit, karena minyak atsiri kayumanis sangat mudah larut dalam air, maka sebaiknya

perendaman dilakukan tidak terlalu lama. Untuk kulit kayu kina yang diperdagangkan dalam bentuk gulungan-gulungan

dengan diameter 20-40 mm dan dengan tebal kulit 2-6 mm. Dalam kulit batang terdapat alkaloid 9-10% terdiri dari kinina dan kinidina.

Batang dan kulit batang memiliki karakteristik yang hampir sama, yaitu kaku, keras, dan liat. Hal ini karena keduanya memiliki kandungan serat selulosa,

hemiselulosa, serta lignin yang tinggi. Penanganan dan pengolahan terhadap produk tersebut harus sesuai anjuran dengan memperhatikan sifat yang dimiliki

Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 31

Tanaman kayumanis Kulit kayumanis Gambar 21. Tanaman dan kulit kayumanis

Tanaman kina

Kulit kayu kina

Gambar 22. Tanaman dan kulit kina

Tanaman secang

Kulit kayu secang

Tanjung

Turi merah

Kelor

Gambar 23. Beberapa tanaman yang berasal dari kulit batang

oleh masing-masing tanaman. Diagram alir pengolahan simplisia yang berasal dari kulit batang tersaji pada Gambar 24.

Simplisia yang berasal dari batang seperti brotowali (Tinospora crispa) (Gambar 25) sangat berbeda cara pengolahan pascapanennya, karena yang di manfaatkan keseluruhan batangnya. Pada saat panen, sebaiknya dipilih batang yang telah berumur tua dan berwarna cokelat kehitaman dengan cara memangkas batang. Setelah di panen, daunnya di buang, kemudian batang di cuci untuk menghilangkan kotoran, lalu diiris dengan ketebalan 5-6 mm

32 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 32 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

molekul glukosa dan satu molekul furano diterpen sebagai aglikon. Senyawa ini di perkirakan mempunyai efek farmakologis sebagai analgetik, anti piretik dan anti malaria.

Gambar 24. Diagram alir penanganan pascapanen tanaman dari kulit batang

Tanaman brotowali

Batang brotowali

Gambar 25. Tanaman brotowali dan batangnya Teknologi Pascapanen Tanaman Obat 33

IV. 8 PASCAPANEN TANAMAN OBAT DARI RIMPANG

Rimpang adalah umbi batang yang berada dalam tanah dari tanaman empon- empon (temu-temuan) yang berasal dari famili Zingiberaceae. Rimpang yang cukup dikenal, antara lain jahe ( Zingiber officinale), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Alpinia galanga), temu lawak (Curcuma xanthorrhiza), kunyit (