HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP KEPUTUSAN MENGINAP PADA HOTEL PRAMA SANUR BEACH.

(1)

i

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI

WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP

KEPUTUSAN MENGINAP PADA PRAMA SANUR

BEACH HOTEL

ELSA MONICA NAINGGOLAN 1112014015

FAKULTAS PARIWISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

ii

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI

WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP

KEPUTUSAN MENGINAP PADA PRAMA SANUR

BEACH HOTEL

Laporan Akhir Program ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Pariwisata (SST.Par)

ELSA MONICA NAINGGOLAN 1112014015

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PARIWISATA

FAKULTAS PARIWISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(3)

iii

ABSTRAK

Program Studi Diploma IV Pariwisata Fakultas Pariwisata

Universitas Udayana Laporan Akhir Nama :Elsa Monica Nainggolan

Judul :Hubungan Karakteristik dan Motivasi Wisatawan Mancanegara Terhadap Keputusan Menginap pada Hotel Prama Sanur

Jumlah Halaman :xviii halaman + 132 halaman (Ilustrasi: gambar, tabel, grafik)

Hotel Prama Sanur Beach merupakan hotel dengan tingkat occupancy yang tinggi di daerah Sanur dengan didominasi oleh wisatawan mancanegara. Tentunya ada motivasi yang mempengaruhi wisatawan mancanegara untuk menginap di Hotel Prama Sanur Beach sehingga banyak wisatawan yang memilih untuk menginap di Hotel Prama Sanur Beach. Karena alasan tersebutlah maka perlu di pelajari karakteristik dan motivasi wisatawan mancanegara.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, kuisioner, dokumentasi serta studi kepustakaan. Teknik penentuan informan

menggunakan purposive sampling. Teknik penentuan sampel menggunakan

rumus Slovin sehingga didapatkan sampel 100 orang dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Teknik analisis data menggunakan metode kualitatif dengan wawancara diikuti dengan kuantitatif dengan menggunakan skala likert, uji validitas, uji reabilitas, koefisien korelasi Spearman dan Uji Z.

Karateristik wisatawan mancanegara yang menginap di Prama Sanur Beach adalah dominan laki-laki (55%), namun jumlah laki-laki dan perempuan hampir sama, dengan umur 61-70 tahun (41%), pensiun (57%), telah menikah (78%), berasal dari Belanda (27%), hobi bersantai (10,65%), dengan lama tinggal lebih dari 16 hari/long stay (31%) dan waktu menginap lebih dari 3 kali/repeater guest (36%). Motivasi terbesar wisatawan mancanegara untuk menginap di Prama Sanur Beach adalah untuk relaksasi (10,65%) untuk motivasi pendorong (push factor) dan motivasi karena staff hotel yang baik, ramah dan memberikan pelayanan yang baik (10,29%) untuk motivasi penarik (pull factor). Terdapat hubungan positif antara motivasi wisatawan mancanegara dengan keputusan menginap pada Hotel Prama Sanur Beach dengan koefisien korelasi Spearman 0,616 sehingga hubungan yang dimiliki cukup/sedang. Pangsa pasar Hotel Prama Sanur Beach adalah wisatawan Belanda yang sudah pensiun dengan umur 61-70 tahun. Saran untuk pihak Hotel Prama Sanur Beach adalah menjaga dan sebisa mungkin meningkatkan pelayanan dan fasilitas terkait dengan aktivitas relaksasi wisatawan serta dapat membenahi/memperbaiki beberapa kamar yang sudah terlihat tua.

Kata kunci: Karateristik wisatawan mancanegara, motivasi wisatawan mancanegara, keputusan menginap, Hotel Prama Sanur Beach.


(4)

iv

ABSTRACT

Study Programme Diploma IV Tourism Tourism Faculty

Udayana University Final Report Name :Elsa Monica Nainggolan

Title :The Relationship Between Characteristict and Motivation of Foreign Tourists To Decision To Stay in Prama Sanur Beach Hotel

Number of pages :xviii pages + 132 pages (Ilustration: picture, table, chart) Prama Sanur Beach Hotel is a hotel with a high level of occupancy in Sanur area that dominated by foreign tourists. Sure that there has motivation that affect the foreign tourists to stay in Prama Sanur Beach Hotel so that many foreign tourist choose to stay in Prama Sanur Beach Hotel. Because of that reason, so it’s necessary to learn about characteristic and motivation of foreign tourists.

Data collection techniques are observation, interview, questionnaire, documentation, and study literature. Informer determination technique is purposive sampling. The quantity of sample used Slovin formula so obtained 100 persons samples with sample determination technique is accidental sampling. Data analysis techniques using qualitative method using interview followed by quantitative method using likert scale, validity test, reability test, Spearman correlation coefficient and Z Test.

The characteristic of foreign tourists who stay in Prama Sanur Beach Hotel is dominated of male (55%), but the quantity of male and female almost equally, with age 61-70 years old (41%), do not have a job/retired (57%), married (78%), Dutch nationality (27%), hobby to relax (10,65%), with long of stay is more than 16 days/long stay (31%) and time of stay is more than 3 times/repeater guest (36%). The biggest motivation to stay in Prama Sanur Beach Hotel is to relax (10,65%) for push factor and motivation because of the hotel staff is kind, friendly and give good service (10,29%) for pull factor. There is a positive relationship between motivation of foreign tourists and the decision to stay in Prama Sanur Beach Hotel with Spearman correlation coefficient is 0,616 so that the relationship possessed sufficient/moderate. Market share of Prama Sanur Beach Hotel is Dutch tourists who have retired by the age of 61-70 years. Suggestions for Prama Sanur Beach Hotel is to maintain and whenever possible to improve services and facilities associated with relaxation activities tourists and fix/repair some rooms already look tired.

Keyword: Foreign tourists characteristic, foreign tourists motivation, decision to stay and Prama Sanur Beach Hotel


(5)

v

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI

WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP

KEPUTUSAN MENGINAP PADA HOTEL PRAMA

SANUR BEACH

Nama : Elsa Monica Nainggolan NIM : 1112014015

Telah dinyatakan ……dengan predikat ………..

Pada tanggal ………. di Program Studi Diploma 1V Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.

Disetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ni Made Ariani, SE., M.Par. Ni Nyoman Sri Aryanti, SST.Par., M.Par.

NIP. 197801282006042027 NIP. 197609052006042001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pariwisata Ketua Program Studi Diploma IV Pariwisata

Universitas Udayana Fakultas Pariwisata

Universitas Udayana

Drs. I Made Sendra, Msi. Ni Made Ariani, SE., M.Par


(6)

vi

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI

WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP

KEPUTUSAN MENGINAP PADA HOTEL PRAMA

SANUR BEACH

Laporan Akhir Program ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Program Studi Diploma IV Fakultas Pariwisata Universitas Udayana pada tanggal ……….. dan dinyatakan ……. dengan predikat ……….

TIM PENGUJI

Ketua : Ni Made Ariani, SE., M.Par. ( )

Sekretaris : Ni Nyoman Sri Aryanti, SST.Par., M.Par. ( )

Anggota : 1. Drs. Ida Bagus Ketut Astina, M.Si. ( )

2. ( )

3. ( )

Mengetahui,

Ketua Program Studi Diploma IV Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

Ni Made Ariani, SE., M.Par. NIP. 197801282006042027


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan, karena atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis bisa menyelesaikan Laporan Skripsi ini dengan baik. Laporan ini berjudul “Hubungan Karakteristik dan Motivasi Wisatawan Mancanegara Terhadap Keputusan Menginap Pada Hotel Prama Sanur Beach”.

Pada laporan ini, penulis mendeskripsikan bagaimana karakteristik wisatawan mancanegara yang menginap di Hotel Prama Sanur Beach, mendeskripsikan apa saja yang menjadi motivasi para wisatawan khususnya wisatawan mancanegara sehingga mereka memilih untuk menginap di Hotel Prama Sanur Beach, dan meneliti hubungan antara motivasi wisatawan mancanegara tersebut dengan keputusan menginap wisatawan mancanegara di Hotel Prama Sanur Beach.

Penulis menyadari bahwa penulis tidak akan bisa menyelesaikan laporan ini tanpa adanya bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. I Made Sendra, M.Si Selaku Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.

2. Ibu Ni Made Ariani, SE., M.Par. Selaku Ketua Program Studi Diploma IV

Pariwisata dan juga Selaku Pembimbing I Laporan Skripsi.

3. Ibu Ni Nyoman Sri Aryanti, SE., M.Par. Selaku Pembimbing II Laporan Skripsi.

4. Bapak Drs. Ida Bagus Ketut Astina, M.Si. Selaku Pembimbing Akademik.

5. Bapak/Ibu Penguji Laporan Skripsi.

6. Bapak Agung Arinata selaku pihak Human Resources Manager Hotel Prama Sanur Beach dan Ibu Lina Algadrie selaku pihak Sales & Marketing

Director Hotel Prama Sanur Beach yang memberikan data-data yang

diperlukan oleh penulis dalam penyusunan laporan ini.

7. Bapak/Ibu kami yang telah memberikan dukungan berupa keadaan

finansial untuk mendukung aktivitas edukasi kami.

8. Rekan-rekan Program Studi Diploma IV Pariwisata angkatan 2011 atas semangat dan dukunganya kepada penulis dalam penyusunan laporan ini


(8)

viii

serta kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan yang diberikan baik berupa moral maupun spiritual.

Adapun sasaran yang ingin dicapai dari laporan ini adalah sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak Hotel Prama Sanur Beach untuk terus berupaya memberikan pelayanan yang berkualitas untuk menunjang kepuasan wisatawan dan citra hotel yang semakin baik.

Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa, penulis memiliki keterbatasan dalam mengkaji suatu permasalahan. Pepatah mengatakan, “Tak ada gading yang tak retak” yang berarti bahwa tidak ada manusia yang sempurna sehingga penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang ada di dalam laporan ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun tetap penulis nantikan guna perbaikan sehingga dapat menghasilkan laporan yang lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap laporan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Denpasar, Januari 2016


(9)

ix DAFTAR ISI

JUDUL ... i

JUDUL PRASYARAT ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... v

HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN AKHIR PROGRAM ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Penelitian Sebelumnya ... 12

2.2. Tinjauan Tentang Karakteristik ... 16

2.3. Tinjauan Tentang Motivasi ... 18

2.4. Tinjauan Tentang Wisatawan ... 25

2.5. Tinjauan Tentang Keputusan Menginap ... 26

2.6. Tinjauan Tentang Hotel ... 33

2.7. Hipotesis ... 37

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian ... 38

3.2. Definisi Operasional Variabel ... 38

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 45

3.3.1. Jenis Data ... 45

3.3.2. Sumber Data ... 45

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.5. Teknik Penentuan Informan ... 47

3.6. Teknik Pengambilan Sampel ... 48

3.7. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Hotel Prama Sanur Beach ... 56

4.1.1. Sejarah Hotel Prama Sanur Beach ... 56

4.1.2. Fasilitas Hotel Prama Sanur Beach ... 58

4.1.2.1. Kamar ... 58

4.1.2.2. Fasilitas Pertemuan ... 62


(10)

x

4.1.2.4. Fasilitas Tamu Lainnya ... 63 4.1.3. Gambaran Sekitar Hotel Prama Sanur Beach... 64 4.1.4. Struktur Organisasi Hotel Prama Sanur Beach ... 65 4.2. Karakteristik Wisatawan Mancanegara yang Menginap

Pada Hotel Prama Sanur Beach ... 69 4.2.1. Karakteristik Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Usia ... 69 4.2.2. Karakteristik Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Negara Asal ... 70

4.2.3. Karakteristik Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Jenis Kelamin ... 73

4.2.4. Karakteristik Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Status ... 74 4.2.5. Karakteristik Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Pekerjaan 75

4.2.6. Karakteristik Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Lama Tinggal 76

4.2.7. Karakteristik Wisatawan Mancanegara Berdasarkan

Kedatangan Berulang ... 77 4.3. Motivasi Wisatawan Mancanegara yang Menginap Pada Hotel

Prama Sanur Beach ... 79 4.3.1. Uji Validitas Indikator Motivasi Wisatawan Mancanegara ... 79 4.3.2. Uji Reabilitas Indikator Motivasi Wisatawan Mancanegara ... 81 4.3.3. Motivasi Wisatawan Mancanegara yang Menginap di Hotel Prama Sanur Beach ... 82 4.3.4. Hubungan Motivasi dan Karakteristik Wisatawan Mancanegara yang Menginap pada Hotel Prama Sanur Beach ... 86 4.3.4.1. Hubungan Motivasi dengan Usia Wisatawan Mancanegara 86 4.3.4.2. Hubungan Motivasi dengan Negara Asal Wisatawan Mancanegara ... 87 4.3.4.3. Hubungan Motivasi dengan Jenis Kelamin Wisatawan Mancanegara ... 89 4.3.4.4. Hubungan Motivasi dengan Status Wisatawan Mancanegara ... 90 4.3.4.5. Hubungan Motivasi dengan Pekerjaan Wisatawan Mancanegara ... 90 4.3.4.6. Hubungan Motivasi dengan Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara ... 91 4.3.4.7. Hubungan Motivasi dengan Kedatangan Berulang Mancanegara ... 93 4.4. Keputusan Menginap Wisatawan Mancanegara pada Hotel Prama

Sanur Beach ... 94 4.4.1. Uji Validitas Indikator Keputusan Menginap Wisatawan Mancanegara pada Hotel Prama Sanur Beach ... 94 4.4.2. Uji Reabilitas Indikator Keputusan Menginap Wisatawan Mancanegara pada Hotel Prama Sanur Beach ... 96 4.4.3. Keputusan Menginap Wisatawan Mancanegara pada Hotel Prama Sanur Beach ... 96 4.5. Hubungan Motivasi Wisatawan Mancanegara Dengan Keputusan

Menginap Pada Hotel Prama Sanur Beach ...97 4.5.1. Koefisien K 4.5.2. Uji Z ... 99


(11)

xi

5.1. Simpulan ... 101

5.2. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

DAFTAR INFORMAN ... 107

DAFTAR RESPONDEN ... 108


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Bali Tahun 2010-2014 ... 3

Tabel 1.2. Tingkat Hunian Hotel Bintang di Sanur dan Denpasar Kota Tahun 2014 ... 6

Tabel 1.3. Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik yang Menginap di Hotel Prama Sanur Beach Tahun 2010-2014 ... 7

Tabel 3.1. Karateristik Wisatawan Mancanegara yang Menginap pada Hotel Prama Sanur Beach ... 39

Tabel 3.2. Motivasi Wisatawan Mancanegara yang Menginap pada Hotel . Prama Sanur Beach ... 40

Tabel 3.3. Keputusan Menginap Wisatawan Mancanegara pada Hotel Prama Sanur Beach ... 42

Tabel 3.4. Skala Sikap ... 51

Tabel 3.5. Koefisien Reabilitas ... 53

Tabel 3.6. Interval Nilai Koefisien Korelasi ... 55

Tabel 4.1. Karakteristik Wisatawan Mancanegara yang Menginap Pada Hotel Prama Sanur Beach Berdasarkan Usia ... 69

Tabel 4.2. Karakteristik Wisatawan Mancanegara yang Menginap Pada Hotel Prama Sanur Beach Berdasarkan Negara Asal ... 70

Tabel 4.3. Karakteristik Wisatawan Mancanegara yang Menginap Pada Hotel Prama Sanur BeaBerdasarkan Jenis Kelamin ... 73

Tabel 4.4. Karakteristik Wisatawan Mancanegara yang Menginap Pada Hotel Prama Sanur Beach Berdasarkan Status ... 74

Tabel 4.5. Karakteristik Wisatawan Mancanegara yang Menginap Pada Hotel Prama Sanur Beach Berdasarkan Pekerjaan ... 75

Tabel 4.6. Karakteristik Wisatawan Mancanegara yang Menginap Pada Hotel Prama Sanur Beach Berdasarkan Lama Tinggal ... 76

Tabel 4.7. Karakteristik Wisatawan Mancanegara yang Menginap Pada Hotel Prama Sanur Beach Berdasarkan Kedatangan Berulang ... 77

Tabel 4.8. Hasil Uji Validitas Motivasi Wisatawan Mancanegara ... 79

Tabel 4.9. Hasil Uji Reabilitas Motivasi Wisatawan Mancanegara... 81

Tabel 4.10. Motivasi Wisatawan Mancanegara yang menginap di Hotel Prama Prama Sanur Beach ... 82

Tabel 4.11. Hubungan Motivasi dengan Usia Wisatawan Mancanegara ... 86

Tabel 4.12. Hubungan Motivasi dengan Negara Asal Wisatawan Mancanegara 87 Tabel 4.13. Hubungan Motivasi dengan Jenis Kelamin Wisatawan Mancanegara ... 89

Tabel 4.14. Hubungan Motivasi dengan Status Wisatawan Mancanegara ... 90

Tabel 4.15. Hubungan Motivasi dengan Pekerjaan Wisatawan Mancanegara .. 91

Tabel 4.16. Hubungan Motivasi dengan Lama Tinggal Wisatawan Mancanegara ... 92

Tabel 4.17. Hubungan Motivasi dengan Kedatangan Berulang Wisatawan Mancanegara ... 93

Tabel 4.18. Hasil Uji Validitas Keputusan Menginap Wisatawan Mancanegara pada Hotel Prama Sanur Beach ... 94

Tabel 4.19. Hasil Uji Reabilitas Keputusan Menginap Wisatawan Mancanegara pada Hotel Prama Sanur Beach ... 96


(13)

xiii

Tabel 4.20. Keputusan Menginap Wisatawan Mancanegara pada Hotel Prama Sanur Beach ... 97


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Hubungan Motivasi Wisatawan Mancanegara Terhadap

Keputusan Menginap pada Hotel Prama Sanur Beach ... 44

Gambar 4.1. Superior Room Hotel Prama Sanur Beach ... 58

Gambar 4.2. Deluxe Garden View Hotel Prama Sanur Beach ... 59

Gambar 4.3. Deluxe Sea View Hotel Prama Sanur Beach ... 59

Gambar 4.4. Junior Suite Room Hotel Prama Sanur Beach ... 60

Gambar 4.5. President Suite Room Hotel Prama Sanur Beach ... 60

Gambar 4.6. Sanur Beach Suite Room Hotel Prama Sanur Beach... 61

Gambar 4.7. Luxurius Pool Villa Hotel Prama Sanur Beach ... 61

Gambar 4.8. Wantilan Convention Center ... 62

Gambar 4.9. Tirta Pool Side Restaurant... 63

Gambar 4.10. Aroma Spa Retreat ... 64

Gambar 4.11. Gambar Lokasi Hotel Prama Sanur Beach ... 65

Gambar 4.12. Gambaran Sekitar Hotel Prama Sanur Beach ... 65

Gambar 4.13. Struktur Organisasi Hotel Prama Sanur Beach ... 66

Gambar 4.14. Contoh Review Wisatawan Mancanegara Melalui Situs Tripadvisor ... 74

Gambar 4.15. Contoh Review Wisatawan Mancanegara Melalui Situs Tripadvisor ... 78

Gambar 4.16. Contoh Review Wisatawan Mancanegara Melalui Situs Tripadvisor ... 84


(15)

xv

DAFTAR GRAFIK


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 111 Lampiran 2. Kuisioner ... 112 Lampiran 3. Tabel Lengkap Hubungan Motivasi dengan Karakteristik

Wisatawan Mancanegara ... 114 Lampiran 4. Data Hasil Penelitian Korelasi Spearman ... 119 Lampiran 5. Tabel Harga-Harga Kritis Deviat dan Ordinat ... 122 Lampiran 6. Skor Motivasi Wisatawan Mancanegara dan Keputusan

Menginappada HotelPrama Sanur Beach ... 125 Lampiran 7. Foto-Foto ... 128


(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

APEC : Asia-Pasific Economic Corporate

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

DMO : Destination Management Organization

GIA : Garuda Indonesia Airways

ILO : International Labour Organization

IUOTO : Internasional Union of Official Travel Organization

KLM : Koninklijke Luchtvaart Maatschappij

PATA : Pasific Area Travel Assosiation

PMA : Penanaman Modal Asing

PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri


(18)

xviii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN AKHIR PROGRAM

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya didalam naskah laporan akhir program ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh pihak lain untuk mendapatkan karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dari naskah ini dan disebut dalam sumber kutipan atau daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah laporan akhir ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan/plagiat, saya bersedia laporan ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (Diploma IV) dibatalkan dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, Januari 2015 Yang membuat pernyataan

Nama : Elsa Monica Nainggolan NIM. : 1112014015


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengembangan pariwisata sebagai suatu industri merupakan hal penting bagi beberapa negara di dunia seperti halnya Indonesia. Sektor pariwisata masih menjadi sektor andalan dalam pembangunan Indonesia dan pembangunan daerah Bali khususnya. Pembangunan sektor pariwisata ternyata telah mampu meningkatkan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali. Dalam harian Kompas 16 Oktober 2014, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

(Menparekraf), Mari Elka Pangestu dalam Konferesi Nasional DMO (Destination

Management Organization) mengatakan bahwa

“kontribusi pariwisata sangat besar kepada perekonomian. Selain itu, pariwisata juga menyerap tenaga kerja sebesar 8 persen yaitu hampir 10 miliar (dollar AS) devisa untuk negara.”

Ross (1998:13) menyebutkan bahwa industri pariwisata menguntungkan bagi semua orang yaitu menghasilkan valuta asing, membuka banyak lapangan kerja, dan pengeluaran wisatawan membawa dampak berganda yang besar, yang merangsang ekonomi setempat dan menaikkan taraf hidup. Ditambah lagi menurut Pitana (2005:6) menyebutkan bahwa pariwisata saat ini bukan lagi hanya sekedar mengenai masalah ekonomi, melainkan juga masalah sosial, budaya, dan politik. Pariwisata adalah suatu sistem yang memiliki berbagai aspek yang saling terkait dan saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya dan telah menjadi sumber penggerak dinamika masyarakat serta menjadi salah satu penggerak utama dalam perubahan sosial budaya.


(20)

2

Pada harian Kompas 13 September 2012, Direktur ILO (International

Labour Organization) di Indonesia, Peter van Rooij, pada saat Konferensi

Pembangunan Kepariwisataaan Berkelanjutan yang dilaksanakan di Tuban, Bali, pada hari Kamis, 13 September 2012 menyebutkan bahwa

“Pembangunan pariwisata berkelanjutan bisa melestarikan dan

memelihara keindahan, kehidupan, dan budaya Indonesia yang diwariskan untuk generasi yang akan datang. Rencana strategis pembangunan kepariwisataan berkelanjutan berkaitan erat dengan pekerjaan yang berbasis lingkungan sehingga menghasilkan pariwisata yang mampu memberikan lapangan pekerjaan namun tetap berdasarkan pada pelestarian lingkungan. Pariwisata juga memberikan kesejahteraan dan pekerjaan yang layak, namun ramah lingkungan. Untuk itu, pembangunan pariwisata perlu ditingkatkan dan mendapat perhatian serius dari berbagai pihak

karena mempunyai prospek yang menjanjikan dimasa yang akan datang.”

Adapun salah satu upaya dalam pembangunan pariwisata adalah dengan digelarnya Konferensi Nasional terkait Destination Management Organization (DMO) pada tanggal 15-16 Oktober 2014 di Jakarta untuk mendorong percepatan

pengembangan Destination Management Organization (DMO) di Indonesia

(www.tourismvaganza.com : 2014).

Bali mampu menunjukan pada dunia bahwa walaupun pernah mengalami insiden bom Bali pada tahun 2002 yang mencoreng citra keamanan Bali, Bali mampu untuk bangkit dan pembangunan pariwisata terus berkembang. Hal itu dapat dibuktikan dari diselenggarakannya event-event international seperti APEC

(Asia-Pasific Economic Corporate) pada tanggal 1-8 Oktober 2014 di Nusa Dua

Bali dan ajang miss world pada tanggal 4-15 September 2013 di Nusa Dua Bali.

Pada pembangunan infrastuktur, Bali juga selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarananya. Hal ini dapat dilihat dari dibangunnya


(21)

3

jalan tol diatas laut yang menghubungkan Denpasar-Bandara Ngurah Rai-Nusa Dua pada tahun 2013. Peningkatan-peningkatan tersebut membuat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tabel jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik yang datang ke Bali tahun 2010-2014 dibawah ini, yaitu:

Tabel 1.1.

Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Bali Tahun 2010-2014

Tahun

Jumlah Wisatawan (orang) Total

Wisatawan (orang)

Total Pertumbuhan

(%)

Mancanegara Domestik

2010 2.493.058 4.646.343 7.139.401 -

2011 2.756.579 5.321.825 8.078.404 13,15

2012 2.892.019 6.063.558 8.955.557 10,85

2013 3.278.598 6.976.536 10.225.134 14,51

2014 3.766.638 6.392.460 10.159.098 -0,64

Rata-Rata Pertumbuhan 9,47

Sumber: Disparda Provinsi Bali, 2015.

Berdasarkan Tabel 1.1. diatas, dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara dominan mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan 9,47%. Namun pada Tahun 2014, Jumlah kunjungan wisatawan domestik berkurang disebabkan oleh dampak dari banyaknya aktivitas politik nasional serta larangan pejabat dan aparat pemerintah menyelenggarakan rapat di hotel (Harian Antara Bali: 2015). Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara pada Tahun 2010-2014 ini juga tidak terlepas dari peran pemerintah dan para pelaku pariwisata yang terus berupaya untuk mempromosikan pariwisata Bali kemata dunia.


(22)

4

Keputusan wisatawan yang semakin bertambah dalam melakukan kunjungan ke Bali tidak terlepas dari peranan minat dan motivasi mereka dalam melakukan perjalanan wisata yang merupakan motivasi dari dalam diri mereka sendiri (motivasi intrinsik/push factor) dengan didukung oleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat seseorang dalam berwisata, seperti faktor sarana dan prasarana wisata, kondisi wisata, faktor alam seperti keindahan wisata, iklim dan lain-lain yang merupakan motivasi dari luar (motivasi ekstrinsik/pull factor).

Adanya kejenuhan terhadap rutinitas sehari-hari menimbulkan minat untuk melakukan rekreasi dan relaksasi untuk menghibur diri sehingga melakukan perjalanan wisata. Adanya keinginan untuk mengetahui budaya dan kesenian di suatu daerah menimbulkan minat untuk melakukan perjalanan wisata ke daerah tersebut. Adanya keluarga yang berada jauh, adanya mitra kerja yang berada di daerah yang berbeda dan adanya gengsi (prestige) juga menimbulkan minat untuk melakukan perjalanan wisata ke luar daerah tempat tinggalnya. Pitana (2005:58) menyebutkan bahwa motivasi adalah pemicu dari proses perjalanan wisata. Analisis mengenai motivasi semakin penting bila dikaitkan dengan pariwisata sebagai fenomena masyarakat modern dan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh berbagai motivasi walaupun motivasi ini seringkali tidak disadari secara penuh oleh wisatawan untuk berwisata.

Wisatawan yang melakukan perjalanan ke luar daerah tempat tinggalnya pasti memerlukan akomodasi untuk tempat menginap. Hotel sebagai perusahaan jasa yang bergerak di bidang jasa penginapan mempunyai peranan sebagai penyedia jasa penginapan bagi konsumen yang membutuhkan jasa penginapan. Perusahaan akomodasi yang baik tentunya akan mempelajari perilaku guna


(23)

5

mengetahui alasan wisatawan bersedia menginap di tempat mereka serta mempelajari apa saja yang mempengaruhi keputusan menginap para wisatawan tersebut.

Ross (1998:50) menyatakan bahwa para peneliti saat ini sedang mengembangkan skala yang lebih spesifik mengenai kebutuhan dan ciri-ciri ataupun karakteristik serta khas kepribadian yang diukur yang akan mempunyai kaitan dengan perilaku konsumen. Karakteristik wisatawan yang berbeda-beda dapat menentukan keputusan mereka dalam pembelian. Pitana (2005:73) menyebutkan bahwa karakteristik wisatawan, baik itu karakteristik sosial dan ekonomi seperti: umur, pendidikan, pendapatan dan pengalaman sebelumnya, maupun karakteristik perilaku seperti: motivasi, sikap dan nilai yang dianut dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan wisatawan untuk berwisata.

Salah satu destinasi yang sering dikunjungi oleh wisatawan di Bali adalah Sanur. Adapun daerah tujuan wisata yang dominan dikunjungi di Sanur adalah pantai di area sanur seperti Pantai Matahari Terbit, Pantai Mertasari, Pantai Sanur dan Pantai Inna Sindhu. Karena alasan itulah, kebanyakan hotel, resort dan villa di Sanur berada di dekat pantai diantara kebun-kebun tropis dan dihubungkan oleh jalan kecil sehingga para tamu bisa menuju pantai dengan mudah. Selain itu, Sanur sangat mudah dicapai baik dari Bandara Ngurah Rai sekitar 20 menit dan dari pusat Kota Denpasar sekitar 25 menit.

Wisatawan yang datang berwisata ke Bali khususnya di Sanur pasti membutuhkan hotel untuk tempat mereka menginap. Hotel berbintang di sekitar Sanur dan Denpasar Kota yang memiliki tingkat hunian kamar tinggi pada tahun


(24)

6

2014 adalah Hotel Prama Sanur Beach. Hal ini dapat dilihat dari tabel tingkat hunian hotel bintang tahun 2014 dibawah ini:

Tabel 1.2.

Tingkat Hunian Hotel Bintang di Sanur dan Denpasar Kota Tahun 2014

No. Hotel Rata-Rata Tingkat Hunian (%)

1. Sanur Beach Hotel 79,65

2. Puri Santrian 78,62

3. All Seasons Denpasar 73,08

4. Griya Santrian 72,60

5. Inna Sindhu Beach 72,33

6. Tandjung Sari 70,45

7. Segara Village 63,33

8. Pop Harris Teuku Umar 60,23

9. Dewangkara 59,54

10. Paneeda View 59,08

11. Besakih 58,63

12. Puri Dalem 58,56

13. Pop Harris Sunset Road 58,55

14. Tamukami 57,26

15. Inna Grand Bali Beach 57,10

16. Aston Gatsu 55,02

17. Sanur Paradise Plaza 52,41

18. Bali Pavillion Private Villas 48,58

19. B Hotel 47,10

20. Embrio 44,94

21. Alit Beach Bungalow 44,67

22. Fave Hotel 42,70

23. Regent 38,84

24. La Taverna 37,13

25. Abian Srama 33,92

26. Inna Natour Bali Hotel 26,84

27. Gazebo 16,03

Total 1467,19

Rata-Rata 54,34

Sumber: Dinas Pariwisata Kota Denpasar, 2015.

Berdasarkan Tabel 1.2. diatas, dapat dilihat bahwa Hotel Prama Sanur Beach memiliki tingkat hunian yang tinggi dengan rata-rata hunian perbulan selama setahun pada tahun 2014 adalah 79,65% dan rata-rata tingkat hunian hotel bintang di Sanur dan Denpasar Kota pada tahun 2014 adalah 54,34%.


(25)

7

Prama Sanur Beach Bali terletak di dekat pantai Mertasari Sanur, salah satu area yang paling populer di Bali. Hanya sekitar 20 kilometer dari Bandara Internasional Ngurah Rai Bali dan 5 kilometer dari pusat kota. Prama Sanur Beach menawarkan akses mudah ke kota destinasi yang wajib dilihat dan idealnya terhubung oleh jalan tol baru di Teluk Benoa. Prama Sanur Beach menyediakan dengan lebih dari 400 kamar yang dikelilingi oleh pantai berpasir, 7 hektar taman tropis subur indah, perkebunan eksotis dan pemandangan laut yang spektakuler, Prama Sanur Beach Bali adalah tempat berlindung yang menawarkan lingkungan yang tenang bagi tubuh dan jiwa. (http://www.aerowisatahotels.com/hotel/prama-sanur-beach-bali)

Jumlah kunjungan wisatawan ke Hotel Prama Sanur Beach dominasi oleh wisatawan mancanegara. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang mendominasi di Hotel Prama Sanur Beach tersebut tentunya memiliki karateristik dan motivasi yang berbeda-beda. Jumlah kunjungan wisatawan yang menginap di Hotel Prama Sanur Beach dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.3.

Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik yang Menginap di Hotel Prama Sanur Beach Tahun 2010-2014

Tahun

Jumlah Wisatawan (orang) Total

Wisatawan (orang)

Total Pertumbuhan (%)

Mancanegara Domestik

2010 82.013 32.125 114.138 -

2011 92.823 33.650 126.473 10,80

2012 86.962 41.227 128.239 1,39

2013 109.291 56.066 165.357 28,94

2014 162.705 15.784 178.489 7,94

Rata-Rata Pertumbuhan 12,27


(26)

8

Tabel 1.3. menunjukkan bahwa jumlah tingkat hunian kamar Hotel Prama Sanur Beach selama 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2010 hingga tahun 2014 didominasi oleh wisatawan mancanegara dengan total pertumbuhan wisatawan sebesar 12,27%. Namun pada Tahun 2012, Tingkat hunian kamar wisatawan mancanegara mengalami penurunan. Terjadinya penurunan tingkat hunian kamar tersebut terkait dengan Krisis di Eropa yang mengakibatkan berkurangnya angka kunjungan wisatawan asal negara mediterania seperti Spanyol, Italia dan Yunani hingga 20-25% ke Bali dan lama tinggal wisatawan yang berkunjung juga semakin pendek dari 3 pekan menjadi 8-9 hari. Semakin membaiknya nilai tukar dolar Australia juga membuat wisatawan Australia memilih berkunjung ke tempat yang lebih jauh seperti Thailand dan Amerika Serikat (Harian Bisnisaceh: 2012). Penurunan tingkat hunian kamar wisatawan domestik pada Tahun 2014 disebabkan oleh dampak dari banyaknya aktivitas politik nasional serta larangan pejabat dan aparat pemerintah menyelenggarakan rapat di hotel (Harian Antara Bali: 2015). Total pertumbuhan yang mengalami peningkatan dari Tahun 2010-2014 adalah tidak terlepas dari upaya Prama Sanur Beach yang selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi wisatawan.

Adapun sehubungan dengan uraian diatas, maka mempelajari motivasi dan karakteristik wisatawan mancanegara merupakan salah satu faktor penting sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepuasan wisatawan dan jumlah kunjungan wisatawan pada Hotel Prama Sanur Beach.


(27)

9 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah karakteristik wisatawan mancanegara yang menginap pada

Hotel Prama Sanur Beach?

2. Apakah motivasi wisatawan mancanegara yang menginap pada Hotel Prama Sanur Beach?

3. Bagaimanakah hubungan motivasi wisatawan mancanegara yang menginap

terhadap keputusan menginap pada Hotel Prama Sanur Beach? 1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui karakteristik wisatawan mancanegara yang menginap pada Hotel Prama Sanur Beach.

2. Untuk mengetahui motivasi wisatawan mancanegara yang menginap pada

Hotel Prama Sanur Beach.

3. Untuk mengetahui hubungan motivasi wisatawan mancanegara yang menginap

terhadap keputusan menginap pada Hotel Prama Sanur Beach. 1.4. Manfaat Penelitian


(28)

10

1. Manfaat Akademis

Bagi mahasiswa, penelitian ini merupakan kesempatan untuk dapat menuangkan pengetahuan yang telah diterima selama diperkuliahan kedalam teori dan konsep dan dapat memperluas pengetahuan dalam menganalisis persoalan yang ada dalam dunia pariwisata. Bagi dunia pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak Hotel Prama Sanur Beach untuk terus berupaya meningkatkan kepuasan wisatawan dan jumlah kunjungan wisatawan khususnya wisatawan mancanegara.

1.5. Sistematika Penyajian

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitan yang akan dilakukan, maka disusun sebuah sistematika penyajian yang berisi tentang informasi dan hal yang dibahas dalam setiap bab. Sistematika penyajian tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengemukakan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.


(29)

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, diuraikan tentang penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti, konsep mengenai karakteristik, motivasi, wisatawan, keputusan menginap dan hotel.

Selanjutnya dirumuskan hipotesis berdasarkan penelitian

sebelumnya.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang lokasi penelitian, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik penentuan informan, teknik pengambilan sampel, dan teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini menjabarkan tentang hasil penelitian secara deskriftif kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang simpulan atas hasil penelitian yang telah dilakukan kemudian diberikan saran terkait untuk perubahan yang lebih baik.


(30)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Diah (2014) dalam penelitian yang berjudul “Analisis karakteristik dan motivasi kunjungan wisatawan dalam upaya pengembangan atraksi wisata Taman Kyai Langgeng Kota Magelang”. memaparkan bahwa wisatawan yang dominan datang mengunjungi atraksi wisata Taman Kyai Langgeng kota Magelang adalah para pelajar sehingga pengembangan atraksi wisata yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan konsep wisata edukasi yang menarik namun juga tidak mengurangi nilai pengetahuan yang ada di dalamnya. Pengembangan atraksi wisata tersebut dapat dimulai dengan menambahkan jenis permainan yang mengandung unsur pendidikan, menambahkan keterangan pada plakat yang ada pada tanaman langka maupun satwa, serta pembuatan paket wisata untuk mengakomodir kebutuhan wisatawan selama melakukan kegiatan wisata. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, kuisioner serta studi kepustakaan. Teknik penentuan sampel menggunakan rumus Slovin dengan margin error sebesar 10% sehingga didapatkan sampel sebanyak 100 dengan pembagian sampel menggunakan teknik accidental sampling. Teknik analisis data yaitu

dengan menggunakan metode mix-method, yaitu metode penelitian yang

menggabungkan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif akan digunakan dalam meneliti jumlah responden untuk pengambilan sampel, sedangkan metode penelitian kualitatif digunakan untuk menjabarkan


(31)

13

temuan data yang ada agar menjadi suatu informasi yang mudah dimengerti.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Fanani (2010) dalam penelitian yang berjudul “Hubungan persepsi dan motivasi dengan keputusan pembelian handphone pada mahasiswa di Universitas Negeri Malang.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 9 orang atau sebesar 18% memiliki persepsi yang tinggi, sebanyak 37 orang atau sebesar 74% memiliki persepsi sedang dan 4 orang atau sebesar 8% memiliki persepsi rendah. Motivasi tinggi sebanyak 11 orang atau sebesar 22%, motivasi sedang 31 orang atau sebesar 62%, sedangkan motivasi rendah sebanyak 8 orang atau sebesar 16%. Untuk keputusan pembelian sebanyak 78% kategori termasuk sedang, sedangkan 22% termasuk kategori rendah. Hasil analisis korelasi menunjukkan ada hubungan positif antara persepsi dan keputusan pembelian dengan koefisien korelasi 0,598 dimana semakin tinggi persepsi mahasiswa semakin tinggi pula tingkat keputusan pembeliannya dan ada hubungan positif antara motivasi dengan keputusan pembelian dimana koefisien korelasinya sebesar 0,642 dimana semakin tinggi motivasinya maka semakin tinggi pula tingkat keputusan pembeliannya serta nilai dari R square dari analisis multi korelasi antara persepsi dan motivasi dengan keputusan pembelian sebesar 0,642. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, kuisioner, studi literatur dan studi dokumentasi. Teknik penentuan sampel menurut Frankel dan Wallen (1993:92) yaitu nilai minimum untuk penelitian korelasi sebesar 50 orang responden. Analisis data menggunakan pendekatan deskriftif kuantitatif dengan menggunakan nilai mean dan teknik korelasi product moment.


(32)

14

Penelitian ketiga dilakukan oleh Jayanti (2014) dalam penelitian yang berjudul Karakteristik dan Persepsi Wisatawan Mancanegara terhadap Hotel Bali Tropic Resort & Spa di Tanjung Benoa-Bali. Dalam penelitian ini dipaparkan bahwa karateristik wisatawan mancanegara menurut kebangsaannya, sebagian besar wisatawan yang menginap di Hotel Bali Tropic Resort & Spa berasal dari Jerman 40 orang (40,0%), sedangkan berdasarkan umur terbanyak antara 26-38 tahun (60,0%), sedangkan berdasarkan jenis kelamin, laki-laki 69 orang (60,0%). Sebagian besar wisatawan yang menginap di Hotel Bali Tropic Resort & Spa sudah menikah 75 orang (75,0%). Tingkat pendidikan sebagian besar wisatawan memiliki pendidikan perguruan tinggi 57 orang (57%). Menurut pekerjaan atau profesi, sebagian besar manager 17 orang (17,0%) dan pelajar/mahasiswa 10 orang (10,0%). Sedangkan cara berkunjung atau bepergiannya kebanyakan bersama keluarganya 57 orang (57,0%). Sumber informasi mengetahui Hotel Bali Tropic Resort & Spa dari internet 45 orang (45,0%). Sedangkan frekuensi kunjungan terbanyak adalah pertama kali 71 orang (71,0%). Persepsi wisatawan terhadap Hotel Bali Tropic Resort & Spa secara umum bagus. Untuk lokasi Hotel Bali Tropic Resort & Spa bagus. Untuk tingkat aksesbilitasnya bagus. Tingkat kebersihannya sangat bagus. Untuk tingkat keamanannya aman. Terhadap kondisi alamnya indah. Keberadaan restorannya bagus. Terhadap pelayanannya atau service sangat bagus. Tempat hiburan malamnya bagus. Skor rata-rata diperoleh hasil analisis persepsi wisatawan adalah 4,2 dengan kategori bagus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, kuisioner serta studi

kepustakaan dengan teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling


(33)

15

didapatkan 100 orang sampel dari 70.011 wisatawan pertahun. Teknik analisis data menggunakan metode kualitatif dengan wawancara diikuti dengan kuantitatif dengan menggunakan skala likert.

Berdasarkan penelitian terdahulu diatas, persamaan penelitian pertama dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang motivasi dan karakteristik wisatawan dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, kuisioner dan studi kepustakaan. Teknik penentuan sampel sama-sama menggunakan rumus Slovin dan pembagian sampel menggunakan teknik

accidental sampling. Analisis data sama-sama menggunakan mix-method yaitu

pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Persamaan penelitian kedua dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang hubungan motivasi terhadap keputusan pembelian dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, kuisioner dan studi kepustakaan. Persamaan penelitian ketiga dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang karakteristik wisatawan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, kuisioner dan studi kepustakaan. Teknik penentuan sampel yaitu menggunakan rumus Slovin. Teknik pembagian sampel sama-sama menggunakan teknik accidental sampling. Analisis data sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (mix-method).

Perbedaan penelitian pertama dengan penelitian ini adalah lokasi penelitian dan instrumen analisis data yaitu hanya menggunakan skala likert sedangkan penelitian ini menggunakan skala likert, uji validitas, uji reabilitas, uji Z dan korelasi Spearman. Perbedaan penelitian kedua dengan penelitian ini adalah teknik penentuan sampel menurut Frankel dan Wallen (1993:92) yaitu nilai


(34)

16

minimum untuk penelitian korelasi sebesar 50 orang responden sedangkan penelitian ini menggunakan teknik penentuan sampel rumus Slovin, Instrumen analisis data menggunakan nilai mean dan teknik korelasi product moment dengan pendekatan kuantitatif sedangkan penelitian ini menggunakan menggunakan instrumen uji validitas, uji reabilitas, uji Z dan korelasi Spearman dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif (mix method) dan perbedaan pada lokasi penelitian. Perbedaan penelitian ketiga dengan penelitian ini adalah lokasi penelitian dan instrumen analisis data hanya menggunakan skala likert sedangkan penelitian ini menggunakan skala likert, uji validitas, uji reabilitas, uji z, dan korelasi Spearman.

2.2. Tinjauan Tentang Karakteristik

Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam penelitian Sukmayanti (2004:13) menyatakan bahwa “karakteristik adalah ciri-ciri khusus atau yang mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.”

Suwena (2010:38) menyatakan bahwa “berdasarkan karakteristiknya, bicara mengenai wisatawan akan didapatkan suatu cerita yang panjang tentang mereka, siapa, darimana, mau kemana, dengan apa, dengan siapa, kenapa kesana dan masih banyak lagi. Wisatawan memang sangat beragam, tua muda, miskin kaya, asing domestik, berpengalaman maupun tidak, semua ingin berwisata dengan keinginan dan harapan yang berbeda-beda.”

Matheisen dan Geoffrey dalam penelitian Jayanti (2014:12) menyatakan bahwa karakteristik terdiri atas berbagai unsur yaitu :


(35)

17

1. Unsur sosial ekonomi yaitu: umur, jenis kelamin, motivasi berwisata, pendapatan dan etnis.

2. Tingkat penggunaan dan pemanfaatan objek, yaitu dapat dilihat dari jumlah wisatawan yang berkunjung atau yang berada dalam suatu objek beserta penyebarannya dalam periode tertentu.

3. Lama tinggal wisatawan (long term movement of people) yang bertujuan untuk berwisata. Jelasnya bahwa pariwisata menyangkut perpindahan, tetapi tidak semua perpindahan dalam pemukiman termasuk pariwisata.

4. Tujuan tunggal, yaitu waktu luang yang tersedia bagi seseorang dalam pekerjaannya yang akan digunakan untuk tujuan berekreasi dan pengunjung sementara.

Suwena (2010:40) menyatakan bahwa wisatawan biasanya dibedakan menjadi:

1. Karakteristik sosio-demografis

Yang termasuk dalam karakteristik sosio-demografis yaitu jenis kelamin, umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas sosial, jumlah anggota keluarga dan lain-lain yang dijelaskan dari karakteristik tersebut. 2. Karakteristik geografis

Yang termasuk karakteristik geografis yaitu wisatawan yang dibagi berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, biasanya dibedakan menjadi desa ataupun kota, provinsi, maupun negara asalnya.

3. Karakteristik psikografis

Yang termasuk karakteristik psikografis yaitu wisatawan yang dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kelas sosial, gaya hidup dan


(36)

18

karakteristik personal. Wisatawan dalam kelompok demografis yang sama mungkin memiliki profil psikografis yang sangat berbeda (Smith, 1989).

Simpulan dari tinjauan tentang karakteristik di atas adalah:

Karakteristik wisatawan mancanegara merupakan ciri-ciri khusus atau yang mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan wisatawan mancanegara yang menginap pada Hotel Prama Sanur Beach.

Menurut Suwena (2010:40) dan Matheisen dan Geoffrey dalam penelitian Jayanti (2014:12), karakteristik wisatawan dapat dibagi menjadi:

1. Karakteristik demografis (yang termasuk dalam karakteristik sosio-demografis diantaranya adalah jenis kelamin, umur, pekerjaan, status).

2. Karateristik geografis (karateristik geografis wisatawan dibagi berdasarkan lokasi negara asalnya).

3. Karateristik psikografis (karateristik psikografis berdasarkan hobi seperti bersantai dan bermain serta berdasarkan gaya hidup).

4. Lama tinggal wisatawan (long term movement of people) yang bertujuan untuk berwisata.

2.3. Tinjauan Tentang Motivasi

Menurut Pitana (2005:60), “motivasi merupakan faktor penting bagi calon wisatawan di dalam mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi.”


(37)

19

Wijono (2010:21) menyatakan bahwa “motivasi merupakan salah satu sebab atau penentu tingkah laku. Sesungguhnya suatu tingkah laku itu adalah dimunculkan oleh faktor-faktor internal dan eksternal.”

Sedangkan Fandeli dalam Suwena (2010:60), “pada hakikatnya aspek motivasi adalah aspek yang terdapat pada diri wisatawan. Untuk menimbulkan motivasi sangat tergantung pada diri pribadi wisatawan yang berkaitan dengan umur, pengalaman, pendidikan, emosi, kondisi fisik dan psikis.”

Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah faktor penting bagi calon wisatawan di dalam mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi yang merupakan penentu tingkah laku dan dimunculkan oleh faktor-faktor internal dan eksternal dengan tergantung pada diri pribadi wisatawan yang berkaitan dengan umur, pengalaman, pendidikan, emosi, kondisi fisik dan psikis.

Pitana (2005:66), menyebutkan bahwa “keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh kuatnya push factor (faktor-faktor pendorong) dan pull factor (faktor-faktor penarik). Faktor pendorong umumnya bersifat sosial-psikologis, atau merupakan motivasi dari individu itu sendiri, sedangkan faktor penarik merupakan motivasi dari destinasi tujuan wisata.”

Dann dalam Ross (1998:31) menyebutkan bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi wisatawan dalam melakukan perjalanan, yaitu:

1. Faktor Pendorong, adalah faktor yang membuat wisatawan ingin bepergian.

2. Faktor Penarik, adalah faktor yang mempengaruhi kemana wisatawan akan


(38)

20

Ryan dalam Pitana (2005:67), dari kajian literaturnya menemukan berbagai faktor pendorong (push factor) bagi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata seperti dibawah ini :

1. Escape, keinginan untuk melepaskan diri dari lingkungan ataupun kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.

2. Relaxation, keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan

motivasi untuk escape.

3. Play, ingin menikmati kegembiraan melalui berbagai permainan dan dapat

memunculkan kembali sifat kanak-kanak yang suka bermain dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius.

4. Strengthening family bonds, ingin mempererat hubungan kekerabatan,

khususnya dalam konteks VFR (Visiting Friends and Relations/Mengunjungi

Teman dan Kerabat). Hubungan kekerabatan ini juga terjadi di antara anggota keluarga yang melakukan perjalanan bersama-sama dan kebersamaan sangat sulit diperoleh dalam suasana kerja sehari-hari di negara industri.

5. Prestige, untuk menunjukkan gengsi yaitu dengan mengunjungi destinasi yang

menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan status atau derajat sosial.

6. Social interaction, untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman atau

dengan masyarakat lokal yang dikunjungi.

7. Romance, keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa

memberikan suasana romantis, atau untuk memenuhi kebutuhan seksualitas khususnya dalam pariwisata seks.


(39)

21

8. Educational opportunity, keinginan untuk melihat sesuatu yang baru,

mempelajari orang lain atau daerah lain dan mengetahui kebudayaan etnis lain.

9. Self-fulfilment, keinginan untuk menemukan diri sendiri (self-discovery),

karena diri sendiri biasanya dapat ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru.

10.Wish-fulfirment, keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi yang

dicita-citakan hingga mengorbankan diri dengan cara berhemat, agar bisa melakukan perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam perjalanan wisata religius, sebagai bagian dari keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam diri.

Harssel (1994:124) menyebutkan bahwa yang termasuk kedalam faktor pendorong (push factor) adalah:

1. Self fulfillment (pemenuhan kebutuhan diri sendiri) 2. Break form routine (istirahat dari rutinitas)

3. Need for social interaction (membutuhkan interaksi sosial)

4. The opportunity for self-recognition that travel provides (kesempatan untuk mengenal/merasakan pelayanan dalam perjalanan)

Mcintosh dan Murphy dalam Pitana (2005:58) menyebutkan bahwa motivasi (faktor pendorong/push factor) dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu:

1. Physical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis) antara lain untuk relaksasi/bersantai, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, dan sebagainya.


(40)

22

2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui

budaya, tradisi, adat, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya (monumen bersejarah).

3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat

sosial), seperti mengunjungi teman dan keluarga (VPR/Visiting Friends and

Relatives/Mengunjungi Teman dan Kerabat), menemui mitra kerja, melakukan

hal-hal yang dianggap mendatangkan nilai prestige (gengsi), melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang membosankan dan seterusnya.

4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang

menjemukan, dan ambisi pribadi yang besar (ego-enhancement) yang

memberikan kepuasan psikologis. Disebut juga sebagai status dan prestige motivation.

Menurut Harrsel (1994:124) bahwa “Faktor penarik (pull factor) sama pentingnya dengan faktor pendorong (push factor). Orang-orang tidak akan melakukan perjalanan jika penawaran atraksi unik yang jauh dari rumah tersebut tidak ada.”

Norman (2001:123) membagi dimensi dari faktor penarik (pull factor) yaitu :

1. Alam sekitar

2. Atmosfir dan iklim

3. Infrastruktur pariwisata


(41)

23 5. Atraksi budaya dan sejarah

6. Atraksi kerajinan tangan

7. Fasilitas kelas atas (upscale facilities)

8. Masyarakat setempat dan peluang berekreasi di alam terbuka.

Jackson dalam Pitana (2005:68) membagi faktor penarik (pull factor) menjadi sebelas faktor, yaitu:

1. Location climate (iklim lokasi)

2. National promotion (promosi nasional)

3. Retail advertising (iklan eceran)

4. Wholesale marketing (pemasaran grosir)

5. Special events (acara special)

6. Incentive schemes (skema insentif)

7. Visiting friends (mengunjungi teman)

8. Visiting relatives (mengunjungi kerabat)

9. Tourist attractions (atraksi)

10.Culture (kebudayaan)

11.National environment man-made environment (tempat wisata buatan)

Simpulan dari tinjauan tentang motivasi di atas adalah :

Motivasi wisatawan mancanegara merupakan faktor penting bagi calon wisatawan mancanegara di dalam mengambil keputusan untuk menginap pada Hotel Prama Sanur Beach.


(42)

24

Faktor pendorong/push factor yang memotivasi wisatawan untuk

melakukan perjalanan wisata menurut Ryan dalam Pitana (2005:67), Harssel (1994:124) dan Mcintosh dan Murphy dalam Pitana (2005:58) adalah:

1. Escape, keinginan untuk melepaskan diri dari lingkungan ataupun kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.

2. Relaxation, keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan

motivasi untuk escape.

3. Play, ingin menikmati kegembiraan melalui berbagai permainan dan dapat

memunculkan kembali sifat kanak-kanak yang suka bermain dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius.

4. Strengthening family bonds, ingin mempererat hubungan kekerabatan,

khususnya dalam konteks VFR (Visiting Friends and Relations/Mengunjungi Teman dan Kerabat). Hubungan kekerabatan ini juga terjadi di antara anggota keluarga yang melakukan perjalanan bersama-sama dan kebersamaan sangat sulit diperoleh dalam suasana kerja sehari-hari di negara industri.

5. Prestige, untuk menunjukkan gengsi yaitu dengan mengunjungi destinasi yang

menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan status atau derajat sosial.

6. Romance, keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa

memberikan suasana romantis, atau untuk memenuhi kebutuhan seksualitas khususnya dalam pariwisata seks.

7. Educational opportunity, keinginan untuk melihat sesuatu yang baru,

mempelajari orang lain atau daerah lain dan mengetahui kebudayaan etnis lain.


(43)

25

8. Self-fulfilment, keinginan untuk menemukan diri sendiri (self-discovery),

karena diri sendiri biasanya dapat ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru.

9. Wish-fulfilment, keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi yang

dicita-citakan hingga mengorbankan diri dengan cara berhemat, agar bisa melakukan perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam perjalanan wisata religius, sebagai bagian dari keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam diri.

Faktor penarik/pull factor yang memotivasi wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata menurut Norman (2001:123) dan Jackson dalam Pitana (2005:65):

1. Alam dan iklim sekitar 2. Atraksi sekitar

3. Masyarakat sekitar 4. Infrastruktur pariwisata

5. Promosi mengenai daya tarik wisata 6. Acara spesial

2.4. Tinjauan Tentang Wisatawan

Yoeti (1985:123) menyebutkan bahwa “wisatawan adalah pengunjung sementara yang paling sedikit tinggal selama 24 jam di negara yang dikunjungi .”

Smith dalam Pitana (2005:53) menyebutkan bahwa “wisatawan pada intinya adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur, dan secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang lain.”


(44)

26

Internasional Union of Official Travel Organization (IUOTO) dalam

Suwena (2010:36) menyebutkan bahwa “wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu negara tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung ke suatu tempat pada negara yang sama untuk jangka waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat diklasifikasikan pada salah satu hal berikut :

1. Memanfaatkan waktu luang untuk berekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan, dan olah raga.

2. Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa wisatawan adalah pengunjung sementara yang paling sedikit tinggal selama 24 jam dan sedang tidak bekerja atau sedang berlibur untuk memanfaatkan waktu luang seperti berekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan, olahraga dan bisnis atau mengunjungi kaum keluarga untuk mendapatkan sesuatu yang lain.

2.5. Tinjauan Tentang Keputusan Menginap

Tahap konsumsi merupakan tahap proses pengambilan keputusan, disinilah seorang konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak produk atau jasa yang ditawarkan. Keputusan menginap adalah keputusan wisatawan untuk menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan oleh pihak hotel. Basu Swasta dan Handoko (1997:10) mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa dan termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.


(45)

27

Tjiptono (2007:38) menyatakan bahwa keputusan konsumen untuk melakukan pembelian itu sendiri terdiri dari tahapan-tahapan seperti pra pembelian, konsumsi dan evaluasi pasca konsumsi. Untuk itu perusahaan perlu memperhatikan aspek-aspek perilaku konsumen seperti siapa yang akan membeli (who), apa yang akan dibeli (what), mengapa membeli produk atau jasa tersebut

(why), kapan membeli (when), dimana membelinya (where), bagaimana proses

keputusan menginapnya (how), berapa sering menggunakan produk atau jasa (how

often) agar perusahaan dapat mengetahui keinginan konsumen sehingga

konsumen bersedia melakukan pembelian terhadap produk atau jasa tersebut.

Kotler (2004:208) menyebutkan bahwa ada 2 faktor yang dapat berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian, yaitu :

1. Sikap orang lain

Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang bergantung pada intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.

2. Faktor situasi

Situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian seperti harga yang tinggi dan pendapatan yang kurang sehingga tidak menjadikan skala prioritas.

Tjiptono (2007:43) mengemukakan bahwa perilaku konsumen dalam proses keputusan konsumen itu bisa diklasifikasikan kedalam tiga tahap utama yaitu :


(46)

28

1. Tahap pra pembelian, meliputi tiga proses yaitu:

Identifikasi kebutuhan, proses pembelian diawali ketika seseorang mendapat rangsangan (pikiran, tindakan, atau motivasi) yang mendorong dirinya untuk mempertimbangkan pembelian barang atau jasa tertentu. Rangsangan mempengaruhi kebutuhan seseorang akan produk atau jasa tertentu. Seorang konsumen akan merasakan kebutuhan untuk membeli suatu produk atau jasa pada situasi shortage (kebutuhan yang timbul karena konsumen tidak memiliki produk atau jasa tertentu) maupun unfulfilled desire (kebutuhan yang timbul karena ketidakpuasan pelanggan terhadap produk atau jasa saat ini).

2. Tahap konsumsi/pembelian

Salah satu perbedaan antara pembelian barang dan pembelian jasa adalah menyangkut proses produksi dan konsumsi. Pada barang, tahap pembelian dan konsumsi biasanya terpisah. Meskipun terdapat interaksi antara pemasar dan pelanggan selama tahap pembelian, tahap pemakaian barang biasanya terlepas dari pengaruh langsung para pemasar. Sebaliknya, sebagian besar jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan sehingga perusahaan jasa berpeluang besar untuk secara aktif membantu pelanggan memaksimalkan nilai dari pengalaman konsumsinya sehingga penyedia jasa bisa secara efektif mempengaruhi proses konsumsi dan evaluasi agar konsumen melakukan pembelian ulang terhadap produk jasa. Dalam tahap ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian yaitu:

1) Emosi dan mood

Emosi memiliki intensitas dan nurgensi psikologis (psikologis yang mendesak) yang lebih besar dibandingkan dengan mood. Mood adalah


(47)

29

keadaan tindakan sementara menyenangkan atau tidak menyenangkan.

Sejumlah riset mengidentifikasikan bahwa emosi dan mood bisa

berpengaruh terhadap semua tahap proses pembelian konsumen. Layanan dapat dipersepsikan berbeda oleh dua pelanggan yang berada dalam emosi

dan mood berbeda. Untuk itu pelayanan dari penyedia jasa harus optimal

agar mampu mempengaruhi emosi dan mood pelanggan karena ini sangat

berpengaruh terhadap keputusan pelanggan tersebut untuk membeli jasa.

2) Dramaturgi (penyusunan alur menggambarkan drama/teater)

Konsep dramaturgi yang banyak digunakan dalam sosiologi diadopsi oleh Grove, Fisk, & John (2000) ke dalam konteks pemasaran jasa. Mereka menggunakan metafora/kiasan teater untuk menggambarkan dan menganalisis kinerja jasa, ini disebabkan karena baik teater maupun organisasi jasa bertujuan menciptakan dan mempertahankan kesan positif di hadapan para konsumen. Dalam bidang perhotelan para karyawan sebagai aktor yang harus mampu memberikan pelayanan dengan baik, berinteraksi baik dengan konsumen dan melakukan kinerja dengan baik serta didukung suasana menyenangkan, penampilan yang rapi serta fasilitas yang sesuai maka hal ini akan menciptakan pengalaman yang positif bagi konsumen sehingga konsumen mengambil keputusan untuk melakukan pembelian dihotel tersebut, bahkan konsumen juga akan melakukan interaksi yang baik pula dengan bersifat loyal terhadap hotel tersebut.


(48)

30 3) Peran (role) dan script theory

Peran (role) adalah serangkaian pola perilaku yang dipelajari melalui pengalaman dan komunikasi, yang akan dilakukan oleh individu tertentu dalam interaksi sosial tertentu dalam rangka mewujudkan efektivitas maksimum dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan. Dengan demikian peran merupakan kombinasi berbagai macam social cues atau ekspektasi masyarakat yang memandu perilaku dalam konteks spesifik. Berdasarkan

role theory (teori peran),pelanggan dan karyawan memiliki peran

masing-masing dalam setiap service encounter (pengarahan pelayanan). Misalnya peran resepsionis hotel dalam menyapa tamu/ konsumen. Scripts (naskah) adalah struktur kognitif yang memandu transaksi jasa dan merinci alternatif-alternatif yang tersedia bagi para penjaga toko, teller bank, travel

agents, resepsionis hotel, konsultan dan karyawan lain yang berhubungan

langsung dengan pelanggan. Di satu pihak dengan script (naskah) yang terstruktur dapat memudahkan karyawan jasa dalam merespon berbagai macam kebutuhan pelanggan secara tepat. Di lain pihak, script (naskah) yang terlalu kaku menyebabkan kinerja jasa menjadi “mindless” (tidak ada artinya).

4) Controltheory (teori pengendalian)

Aspek lain yang tidak kalah pentingnya dalam penciptaan layanan superior adalah memberikan tingkat kendali tertentu kepada pelanggan, supaya mereka merasa yakin atas apa yang mereka lakukan dan beli. Berdasarkan control theory (teori pengendalian), kendali bisa berupa behavioral control (pengendailan sikap) dan cognitive control (pengendalian kognitif/


(49)

31

pengetahuan). Behavioral control (pengendalian sikap) memberikan pelanggan kendali aktual atas lingkungannya. dengan kata lain, pelanggan diberikan kemampuan untuk mengendalikan apa yang sedang terjadi. Misalnya hotel meletakkan kotak saran dan kritik dimeja resepsionis agar jika ada komplain dari konsumen dapat tersalurkan karena hal ini juga memberikan tingkat kendali tertentu bagi konsumen atau konsumen hotel diperbolehkan melakukan komplain secara langsung jika terjadi kesalahan

yang dilakukan pihak hotel. Sementara itu, cognitive control

(pengendalian kognitif/pengetahuan) terjadi dimana pelanggan

mempersepsikan bahwa mereka memegang tingkat kendali tertentu atau setidaknya apa yang sedang terjadi pada mereka bisa diperkirakan. Misalnya konsumen diberi informasi bagaimana proses pembayaran jika melebihi waktu check out dengan jelas.

5) Costumer compitability (kemiripan pelanggan)

Peran pelanggan lain yang menerima jasa pada saat bersamaan juga tidak kalah pentingnya dalam menentukan pengalaman jasa keseluruhan pelanggan tertentu. Secara umum, kehadiran perilaku, kemiripan (kompatibilitas) pelanggan lain yang menerima jasa yang sama disaat bersamaan pada kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan tertentu. Pelanggan bisa tidak harmonis (tidak kompatibel) karena sejumlah faktor seperti perbedaan dalam hal keyakinan, nilai-nilai, pengalaman, daya beli, penampilan, usia, kesehatan, dan lain-lain. Konsekuensinya, penyedia jasa wajib mengantisipasi, memahami dan menangani konsumen berbeda yang berpotensi untuk tidak kompatibel (tidak harmonis) satu sama lain.


(50)

32

penyedia jasa harus mampu mengantisipasi, memahami, dan melayani konsumen yang berbeda – beda secara adil sehingga konsumen heterogen yang berpotensi tidak kompatibel menjadi kompatibel dan dapat memberikan kenyamanan sehingga memberi pengaruh untuk konsumen menginap kembali.

3. Tahap evaluasi pasca beli

Setelah pilihan dibuat dan jasa dibeli serta dikonsumsi, evaluasi pasca beli akan berlangsung. Dalam tahap ini, konsumen mungkin mengalami disonansi kognitif (keraguan menyangkut ketepatan keputusan menginap). Pemasar biasanya berusaha meminimumkan disonansi kognitif pelanggan dengan berbagai strategi, diantaranya melakukan kontak pasca beli dengan pelanggan, menyediakan garansi dan jaminan, dan memperkuat keputusan pelanggan melalui iklan perusahaan.

Simpulan yang dari tinjauan tentang keputusan menginap di atas adalah: Keputusan menginap adalah keputusan wisatawan mancanegara untuk menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan oleh pihak Hotel Prama Sanur Beach.

Menurut Kotler (2004:208) dan Tjiptono (2007:43), faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan pembelian adalah:

1. Sikap orang lain (dipengaruhi oleh orang lain untuk menetap/tidak berpindah hotel lain).

2. Faktor situasi (mendapat skala prioritas sehingga tidak berubah pikiran untuk menginap).


(51)

33

3. Emosi dan mood (emosi dan mood bisa berpengaruh terhadap semua tahap proses pembelian konsumen. Layanan dapat dipersepsikan berbeda oleh dua pelanggan yang berada dalam emosi dan mood berbeda).

4. Dramaturgi (menciptakan dan mempertahankan kesan positif di hadapan para

audensi).

5. Peran (role) dan script theory (pelanggan dan karyawan memiliki peran masing – masing dalam memberikan pelayanan).

6. Control theory (memberdayakan atau memberikan tingkat kendali tertentu

kepada pelanggan dengan memberikan kesempatan dalam memberi saran dan masukan kepada pihak hotel supaya mereka merasa yakin atas apa yang mereka lakukan dan beli).

7. Costumer compatibility (penyedia jasa harus mampu mengantisipasi,

memahami, dan melayani konsumen yang berbeda – beda secara adil sehingga konsumen heterogen yang berpotensi tidak kompatibel (tidak harmonis) menjadi kompatibel (harmonis) dan dapat memberikan kenyamanan sehingga memberi pengaruh untuk konsumen menginap kembali).

2.6. Tinjauan Tentang Hotel

Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Perancis kuno yang artinya "tempat penampungan buat pendatang" atau dapat juga "bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum." Bangunan tersebut berupa rumah tinggal yang sangat besar, memiliki ruangan yang banyak untuk penginapan untuk umum, pegawai pemerintah atau untuk tempat peristirahatan orang sakit. Jadi, pada mulanya hotel memang diciptakan untuk melayani


(52)

34

masyarakat. Hostel yang dulunya lebih dominan bersifat sosial kemudian mulai dipungut bayaran hingga akhirnya bersifat komersial seperti sekarang ini.

Menurut Sulatiyono (2006:11), “Hotel merupakan usaha jasa pelayanan yang cukup rumit pengelolaannya dengan menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dipergunakan oleh tamu-tamunya selama 24 jam.”

Menurut Sujatno (2006:10), “Hotel adalah industri jasa yang penuh dengan hubungan antarmanusia. Hubungan antarmanusia ini menjadi faktor penentu apakah dalam industri itu akan sukses atau gagal.”

Menurut Setiawan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online, “Hotel adalah bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan tempat makan orang yang sedang dalam perjalanan, bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk

memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan minum.”

Kesimpulan dari beberapa pengertian tentang hotel diatas adalah akomodasi yang menyediakan fasilitas penginapan yang dilengkapi perabotan dan hiasan dengan fasilitas pelayanan makanan dan minuman, pelayanan kamar, pelayanan barang bawaan, dan pencucian pakaian bagi umum yang sifatnya bersifat komersial yang dipenuhi dengan hubungan antarmanusia dalam pelayanan.

Menurut Sulatiyono (2006:12), Secara garis besar kriteria yang digunakan untuk penggolongan hotel tersebut didasarkan pada unsur-unsur persyaratan sebagai berikut :


(53)

35 1. Phisik

1) Besar/kecilnya hotel atau banyak/sedikitnya jumlah kamar tamu: a. Hotel Kecil, hotel dengan 25 kamar atau kurang.

b. Hotel Sedang, hotel yang memiliki lebih dari 25 dan kurang dari 100 kamar.

c. Hotel Menengah, hotel dengan jumlah kamar lebih dari 100 dan kurang

dari 300 kamar.

d. Hotel Besar, adalah hotel yang memiliki lebih dari 300 kamar. 2) Kualitas, lokasi dan lingkungan bangunan.

3) Fasilitas yang tersedia untuk tamu, seperti ruang penerima tamu, toilet, dapur dan telepon umum.

4) Perlengkapan yang tersedia, baik bagi karyawan, tamu maupun bagi pengelola hotel. Peralatan yang dimiliki oleh setiap departemen/bagian, baik yang digunakan untuk keperluan pelayanan tamu, ataupun untuk keperluan pelaksanaan kerja karyawan.

5) Kualitas bangunan yang dimaksud adalah kualitas bahan-bahan bangunan yang dipergunakan, seperti kualitas lantai, dinding termasuk juga tingkat kekedapan terhadap api, kekedapan terhadap suara yang datang dari luar ataupun dari dalam hotel.

6) Tata letak ruang dan ukuran ruang.

2. Operasional/Manajemen

1) Struktur organisasi dengan uraian tugas dan manual kerja secara tertulis bagi masing-masing jabatan yang tercantum dalam organisasi.


(54)

36

2) Tenaga kerja, spesialisasi dan tingkat pendidikan karyawan disesuaikan dengan persyaratan peraturan hotel.

3. Pelayanan

1) Keramahtamahan, sopan dan mengenakan pakaian seragam hotel.

2) Pelayanan diberikan dengan mengacu pada kebutuhan-kebutuhan dan

keinginan-keinginan tamu.

3) Untuk hotel bintang 4 dan 5, pelayanan dibuka selama 24 jam.

United States Lodging Industry dalam Sulatiyono (2006:6) menyatakan

bahwa yang utama hotel terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Transient Hotel, adalah hotel yang letak atau lokasinya di tengah kota dengan

jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan turis.

2. Residential Hotel, adalah hotel yang pada dasarnya merupakan rumah-rumah

berbentuk apartemen dan disewakan secara bulanan atau tahunan. Residential

Hotel juga menyediakan kemudahan-kemudahan seperti layaknya hotel,

seperti restoran, pelayanan makanan yang diantar ke kamar, dan pelayanan kebersihan kamar.

3. Resort Hotel, adalah hotel yang pada umumnya berlokasi ditempat-tempat

wisata, dan menyediakan tempat-tempat rekreasi dan juga ruang serta fasilitas konferensi untuk para tamu.

Hotel Prama Sanur Beach termasuk kedalam kategori hotel besar yaitu memiliki jumlah kamar sebanyak 426 kamar ditambah 2 pool villa dan termasuk kedalam kategori resort hotel.


(55)

37 2.7. Hipotesis

Dari penelitian sebelumnya dengan judul “Hubungan persepsi dan motivasi dengan keputusan pembelian handphone pada mahasiswa di Universitas Negeri Malang” menunjukkan bahwa motivasi dengan keputusan pembelian memiliki hubungan yaitu sebesar 0,642 dimana semakin tinggi motivasinya maka semakin tinggi pula tingkat keputusan pembeliannya. Motivasi tinggi sebanyak sebesar 22%, motivasi sedang sebesar 62%, sedangkan motivasi rendah sebanyak sebesar 16%. Untuk keputusan pembelian sebanyak 78% kategori termasuk sedang, sedangkan 22% termasuk kategori rendah. Berdasarkan penelitian sebelumnya diatas, maka hipotesis yang dapat dijabarkan adalah:

Ada hubungan positif antara motivasi wisatawan mancanegara yang menginap terhadap keputusan menginap pada Hotel Prama Sanur Beach.

Tidak adanya hubungan positif antara motivasi wisatawan mancanegara yang menginap terhadap keputusan menginap pada Hotel Prama Sanur Beach.


(1)

32

penyedia jasa harus mampu mengantisipasi, memahami, dan melayani konsumen yang berbeda – beda secara adil sehingga konsumen heterogen yang berpotensi tidak kompatibel menjadi kompatibel dan dapat memberikan kenyamanan sehingga memberi pengaruh untuk konsumen menginap kembali.

3. Tahap evaluasi pasca beli

Setelah pilihan dibuat dan jasa dibeli serta dikonsumsi, evaluasi pasca beli akan berlangsung. Dalam tahap ini, konsumen mungkin mengalami disonansi kognitif (keraguan menyangkut ketepatan keputusan menginap). Pemasar biasanya berusaha meminimumkan disonansi kognitif pelanggan dengan berbagai strategi, diantaranya melakukan kontak pasca beli dengan pelanggan, menyediakan garansi dan jaminan, dan memperkuat keputusan pelanggan melalui iklan perusahaan.

Simpulan yang dari tinjauan tentang keputusan menginap di atas adalah: Keputusan menginap adalah keputusan wisatawan mancanegara untuk menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan oleh pihak Hotel Prama Sanur Beach.

Menurut Kotler (2004:208) dan Tjiptono (2007:43), faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan pembelian adalah:

1. Sikap orang lain (dipengaruhi oleh orang lain untuk menetap/tidak berpindah hotel lain).

2. Faktor situasi (mendapat skala prioritas sehingga tidak berubah pikiran untuk menginap).


(2)

33

3. Emosi dan mood (emosi dan mood bisa berpengaruh terhadap semua tahap proses pembelian konsumen. Layanan dapat dipersepsikan berbeda oleh dua pelanggan yang berada dalam emosi dan mood berbeda).

4. Dramaturgi (menciptakan dan mempertahankan kesan positif di hadapan para audensi).

5. Peran (role) dan script theory (pelanggan dan karyawan memiliki peran masing – masing dalam memberikan pelayanan).

6. Control theory (memberdayakan atau memberikan tingkat kendali tertentu kepada pelanggan dengan memberikan kesempatan dalam memberi saran dan masukan kepada pihak hotel supaya mereka merasa yakin atas apa yang mereka lakukan dan beli).

7. Costumer compatibility (penyedia jasa harus mampu mengantisipasi, memahami, dan melayani konsumen yang berbeda – beda secara adil sehingga konsumen heterogen yang berpotensi tidak kompatibel (tidak harmonis) menjadi kompatibel (harmonis) dan dapat memberikan kenyamanan sehingga memberi pengaruh untuk konsumen menginap kembali).

2.6. Tinjauan Tentang Hotel

Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Perancis kuno yang artinya "tempat penampungan buat pendatang" atau dapat juga "bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum." Bangunan tersebut berupa rumah tinggal yang sangat besar, memiliki ruangan yang banyak untuk penginapan untuk umum, pegawai pemerintah atau untuk tempat peristirahatan orang sakit. Jadi, pada mulanya hotel memang diciptakan untuk melayani


(3)

34

masyarakat. Hostel yang dulunya lebih dominan bersifat sosial kemudian mulai dipungut bayaran hingga akhirnya bersifat komersial seperti sekarang ini.

Menurut Sulatiyono (2006:11), “Hotel merupakan usaha jasa pelayanan yang cukup rumit pengelolaannya dengan menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dipergunakan oleh tamu-tamunya selama 24 jam.”

Menurut Sujatno (2006:10), “Hotel adalah industri jasa yang penuh dengan hubungan antarmanusia. Hubungan antarmanusia ini menjadi faktor penentu apakah dalam industri itu akan sukses atau gagal.”

Menurut Setiawan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online, “Hotel adalah bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan tempat makan orang yang sedang dalam perjalanan, bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan minum.”

Kesimpulan dari beberapa pengertian tentang hotel diatas adalah akomodasi yang menyediakan fasilitas penginapan yang dilengkapi perabotan dan hiasan dengan fasilitas pelayanan makanan dan minuman, pelayanan kamar, pelayanan barang bawaan, dan pencucian pakaian bagi umum yang sifatnya bersifat komersial yang dipenuhi dengan hubungan antarmanusia dalam pelayanan.

Menurut Sulatiyono (2006:12), Secara garis besar kriteria yang digunakan untuk penggolongan hotel tersebut didasarkan pada unsur-unsur persyaratan sebagai berikut :


(4)

35 1. Phisik

1) Besar/kecilnya hotel atau banyak/sedikitnya jumlah kamar tamu: a. Hotel Kecil, hotel dengan 25 kamar atau kurang.

b. Hotel Sedang, hotel yang memiliki lebih dari 25 dan kurang dari 100 kamar.

c. Hotel Menengah, hotel dengan jumlah kamar lebih dari 100 dan kurang dari 300 kamar.

d. Hotel Besar, adalah hotel yang memiliki lebih dari 300 kamar. 2) Kualitas, lokasi dan lingkungan bangunan.

3) Fasilitas yang tersedia untuk tamu, seperti ruang penerima tamu, toilet, dapur dan telepon umum.

4) Perlengkapan yang tersedia, baik bagi karyawan, tamu maupun bagi pengelola hotel. Peralatan yang dimiliki oleh setiap departemen/bagian, baik yang digunakan untuk keperluan pelayanan tamu, ataupun untuk keperluan pelaksanaan kerja karyawan.

5) Kualitas bangunan yang dimaksud adalah kualitas bahan-bahan bangunan yang dipergunakan, seperti kualitas lantai, dinding termasuk juga tingkat kekedapan terhadap api, kekedapan terhadap suara yang datang dari luar ataupun dari dalam hotel.

6) Tata letak ruang dan ukuran ruang. 2. Operasional/Manajemen

1) Struktur organisasi dengan uraian tugas dan manual kerja secara tertulis bagi masing-masing jabatan yang tercantum dalam organisasi.


(5)

36

2) Tenaga kerja, spesialisasi dan tingkat pendidikan karyawan disesuaikan dengan persyaratan peraturan hotel.

3. Pelayanan

1) Keramahtamahan, sopan dan mengenakan pakaian seragam hotel.

2) Pelayanan diberikan dengan mengacu pada kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan tamu.

3) Untuk hotel bintang 4 dan 5, pelayanan dibuka selama 24 jam.

United States Lodging Industry dalam Sulatiyono (2006:6) menyatakan bahwa yang utama hotel terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Transient Hotel, adalah hotel yang letak atau lokasinya di tengah kota dengan jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan turis. 2. Residential Hotel, adalah hotel yang pada dasarnya merupakan rumah-rumah berbentuk apartemen dan disewakan secara bulanan atau tahunan. Residential Hotel juga menyediakan kemudahan-kemudahan seperti layaknya hotel, seperti restoran, pelayanan makanan yang diantar ke kamar, dan pelayanan kebersihan kamar.

3. Resort Hotel, adalah hotel yang pada umumnya berlokasi ditempat-tempat wisata, dan menyediakan tempat-tempat rekreasi dan juga ruang serta fasilitas konferensi untuk para tamu.

Hotel Prama Sanur Beach termasuk kedalam kategori hotel besar yaitu memiliki jumlah kamar sebanyak 426 kamar ditambah 2 pool villa dan termasuk kedalam kategori resort hotel.


(6)

37

2.7. Hipotesis

Dari penelitian sebelumnya dengan judul “Hubungan persepsi dan motivasi dengan keputusan pembelian handphone pada mahasiswa di Universitas Negeri Malang” menunjukkan bahwa motivasi dengan keputusan pembelian memiliki hubungan yaitu sebesar 0,642 dimana semakin tinggi motivasinya maka semakin tinggi pula tingkat keputusan pembeliannya. Motivasi tinggi sebanyak sebesar 22%, motivasi sedang sebesar 62%, sedangkan motivasi rendah sebanyak sebesar 16%. Untuk keputusan pembelian sebanyak 78% kategori termasuk sedang, sedangkan 22% termasuk kategori rendah. Berdasarkan penelitian sebelumnya diatas, maka hipotesis yang dapat dijabarkan adalah:

Ada hubungan positif antara motivasi wisatawan mancanegara yang menginap terhadap keputusan menginap pada Hotel Prama Sanur Beach.

Tidak adanya hubungan positif antara motivasi wisatawan mancanegara yang menginap terhadap keputusan menginap pada Hotel Prama Sanur Beach.