Efek Antidiare Ekstrak Etanol Daun Papaya (Carica papaya L.) Pada Mencit Swiss-Webster Jantan.

(1)

iv

ABSTRAK

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN PAPAYA

( Carica papaya L )

PADA MENCIT SWISS-WEBSTER JANTAN

ANTIDIARRHEAL EFFECT EXTRACT ETANOL OF PAPAYA LEAF ( Carica papaya L) ON SWISS WEBSTER MALE MICE

Guti Frisia Violani,2011; Pembimbing I : Dr.,Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. Pembimbing II: Djusena, dr.,A.I.F.

Diare merupakan masalah kesehatan utama di daerah tropis seperti Indonesia dan di seluruh dunia yang memerlukan penanganan serius. Masyarakat pedesaan sering menggunakan tanaman untuk mengobati diare, contohnya daun pepaya. Tujuan penelitian adalah mengetahui efek antidiare ekstrak etanol daun pepaya pada mencit Swiss Webster Jantan.

Desain penelitian adalah eksperimental laboratoris sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif dan menggunakan metode proteksi terhadap diare yang diinduksi oleh Oleum ricini. Hewan coba (25 ekor mencit) dibagi menjadi 5 kelompok secara acak (n=5). Kelompok I, II, dan III berturut-turut diberi EEDP 30 mg/kgBB, 60 mg/kgBB, dan 120 mg/kgBB. Kelompok IV dan V berturut-turut diberi Carboxy Metyl Cellulose 1% dan Loperamid 0,25 mg/kgBB. Data yang diukur adalah frekuensi defekasi, berat feses (mg), dan konsistensi feses. Analisis data untuk berat feses dan frekuensi defekasi menggunakan uji one way ANOVA dilanjutkan uji Duncan (α=0,05) dan uji LSD lanjutan untuk frekuensi defekasi, untuk konsistensi feses menggunakan uji Kruskal Wallis H (α=0,05). Hasil berat feses menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p = 0,143 > 0,05), ,penelitian frekuensi defekasi kelompok I,II dan III menunjukkan perbedaan tidak bermakna p > 0,05 ( p = 0.940, 0.074, 0.117 ) dan konsistensi feses kelompok I, II, dan III menunjukkan perbedaan tidak bermakna dengan kontrol (p ≤ 0,05) (p =0,133 > 0,05).

Kesimpulan, ekstrak etanol daun pepaya tidak berefek antidiare terhadap berat feses, tidak berefek menurunkan frekuensi defekasi dan tidak memperbaiki konsistensi feses.


(2)

v

ABSTRACT

ANTIDIARRHEAL EFFECT EXTRACT ETANOL OF

PAPAYA LEAF ( Carica papaya L) ON SWISS WEBSTER

MALE MICE

Guti Frisia Violani,2011; Tutor I : Dr.,Sugiarto Puradisastra,dr., M.Kes. Tutor II : Djusena, dr.,A.I.F.

Diarrhea is a worldwide health problem that requires serious treatment for example in Indonesia . Rural communities often use herbs to treat diarrhea, for example, Carica papaya leaf. The aim of this study was to reveal antidiarrheal effect of papaya leaf (EEDP) on Swiss Webster male mice.

The research is designed by applying experiment with comparative Complete Random Design (CRD) and uses the method of protection against diarrhea induced by Oleum ricini. Experimental animals (25 mice) were divided randomly into 5 groups (n = 5). Group I, II, and III respectively were given EEDP 30 mg/kg, 60 mg/kg, and 120 mg/kg. Group IV and V respectively were given Carboxy Metyl Cellulose 1% and Loperamid 0.25 mg/kg. The measured data were the frequency of defecation, stool weight (mg), and stool consistency. The analysis were using one way ANOVA test continued with Duncan test (α=0.05) for fecal weight and continued with LSD test for frequency of defecation and Kruskal Wallis H test for stool consistency (α=0.05). Research results, the fecal weight in group I, II, and III (p=0,143 > 0,05),all groups showed no significant,while the frequency of defecation in group I,II, and III p > 0,05 (p = 0.940, 0.074, 0.117) , showed no significant differences from the control, and consistency of feces in all groups showed no significant difference with control (p ≤ 0,05 ), (p = 0,133> 0,05).

Conclusion, papaya leaf extract etanol does not improve antidiarrheal effect by the fecal weight, frequency of defecation and the consistency of feces.

Keywords: antidiarrheal, papaya leaf extract etanol, the method of diarrheal protection, Oleum ricini


(3)

viii

DAFTAR ISI

halaman

JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

SURAT PERNYATAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

PRAKATA vi

DAFTAR PUSTAKA viii

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR DIAGRAM xii

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 3

1.3.1 Maksud Penelitian 3

1.3.2 Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat Karya Tulis I lmiah 4

1.4.1 Manfaat Akademis 4

1.4.2 Manfaat Praktis 4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 4

1.5.1 Kerangka Pemikiran 4

1.5.2 Hipotesis Penelitian 5

1.6 Metode Penelitian 5

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian 5


(4)

ix

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1 Duodenum, Jejenum dan Ileum 6

2.1.1 Anatomi Duodenum,Jejenum dan Ileum 6

2.1.2 Fisiologi Duodenum, Jejenum dan Ileum 8

2.1.2 Aborsi Mukosa 10

2.2 Colon 14

2.2.1 Anatomi Colon 14

2.2.2 Fisiologi Colon 15

2.3 Diare 20

2.3.1 Klasifikasi diare 20

2.3.2 Etiologi Diare 21

2.3.3 Parasitologi 23

2.3.4 Diagnosis Diare 25

2.3.5 Penatalaksanaan Diare 27

2.4 Papaya (Carica papaya L) 29

2.4.1 Morfologi Daun Papaya 30

2.4.2 Khasiat Daun Papaya 31

2.4.3 Kandungan Kimia Daun Papaya 31

2.4.4 Oleum ricini 35

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 36

3.1 Alat dan Bahan 36

3.1.1 Alat 36

3.1.2 Bahan 36

3.1.3 Subjek Penelitian 36

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 36

3.3 Metodologi Penelitian 36

3.3.1 Desain Penelitian 36

3.3.2 Variabel Penelitian 36


(5)

x

halaman

3.3.2.2 Definisi Oprasional Variabel 37

3.3.3 Besar Sampel \penelitian 37

3.4 Prosedur Kerja 38

3.4.1 Persiapan Bahan Uji 38

3.4.2 Persiapan Hewan Coba 38

3.4.3 Cara Kerja 38

3.5 Cara pemeriksaan 40

3.6 Metode Analisis 40

3.7 Aspek Etik Penelitian 41

BAB IV Hasil dan Pembahasan 42

4.1 Hasil dan Pembahasan 42

4.1.1 Berat Feses 42

4.1.2 Frekuensi Feses 45

4.1.3 Konsistensi Feses 47

4.2 Pengujian Hipotesis 50

4.2.1 Hipotesis I Ekstrak Etanol Daun papaya berefek antidiare dengan mengurangi berat feses 51

4.2.2 Hipotesis II Ekstrak Etanol Daun papaya berefek antidiare dengan mengurangi Frekuensi Defekasi 51

4.2.3 Hipotesis III Ekstrak Etanol Daun papaya berefek antidiare dengan meningkatkan Konsistensi Feses 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 52

5.1 Kesimpulan 52

5.2 Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 53

KOMISI ETIK PENELITIAN 77


(6)

xi

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1 Karakteristik Feses dan Sumber Diare 26

Tabel 4.1 Berat Feses Setiap Sampel 42

Tabel 4.2 Hasil Uji Anova Efek EEDP terhadap berat feses 44

Tabel 4.3 Deskripsi Data Frekuensi Defekasi Setiap Sampel 45

Tabel 4.4 Hasil Uji Anova Efek EEDP terhadap Frekuensi defekasi 46

Tabel 4.5 Deskripsi Data Konsistensi Feses Setiap Defekasi 48


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Intestinum dan Mesenterium 7

Gambar 2.2 Topografi Duodenum 7

Gambar 2.3 Pergerakkan segmentasi usus halus 8

Gambar 2.4 Potongan Longitudinal usus halus 10

Gambar 2.5 Absorbsi Natrium melalui epitel usus 13

Gambar 2.6 Anatomi Colon 15

Gambar 2.7 Gerakan Propulsif (peristaltik) 16

Gambar 2.8 Struktur Kimia Loperamid HCl 29

Gambar 2.9 Daun dan buah pepaya 30

Gambar 2.10 Bagan Mekanisme Antidiare Tanin 34

Gambar 2.11 Bagan Mekanisme Diare Oleum ricini 35


(8)

xiii

DAFTAR DIAGRAM

halaman

Diagram batang 4.1 Berat Feses Setiap Sampel 43

Diagram batang 4.2 Deskripsi Data Frekuensi Defekasi Setiap Sampel 46 Diagram batang 4.3 Deskripsi Data Konsistensi Feses Setiap Defekasi 49


(9)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Perhitungan Dosis Ektrak Etanol Daun Pepaya 56

Lampiran 2 Proses Ekstraksi Ektrak Etanol Daun pepaya 57

Lampiran 3 Perhitungan Dosis Loperamid 58

Lampiran 4 Perhitungan Dosis Oleum ricini 58

Lampiran 5 Data Hasil Penimbangan Berat Feses 59

Lampiran 6 Data Hasil Observasi Frekuensi Defekasi 64

Lampiran 7 Data Hasil Observasi Konsistensi Feses 69

Lampiran 8 Hasil Pengujian Hipotesis Terhadap Berat Feses 74

Lampiran 9 Hasil Pengujian Hipotesis Terhadap Frekuensi Defekasi 75 Lampiran 10 Hasil Pengujian Hipotesis Terhadap Konsistensi Feses 76

Lampiran 11 Ethical Approval 77


(10)

Lampiran 1

Perhitungan dosis dan Proses Ektraksi Daun pepaya

Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Daun Papaya (EEDP)

Dosis daun papaya sebagai antidiare untuk manusia dengan berat badan 70 kg adalah 1 lembar daun papaya kering ( Dirjen POM, 2000).

Berat 1 lembar daun papaya kering = +/- 5 g.

1000 g daun papaya kering menghasilkan 48 g ekstrak daun papaya Untuk 5 g daun papaya kering di konversikan ke ekstrak :

= 5 g X 48 g 1000 = 0.24 g

Faktor konversi dari manusia 70 kg untuk mencit 20 g adalah 0.0026. Dosis daun papaya untuk mencit 20 g

= 0.24 g X 0.0026 = 0.000624 g =0.624

Agar lebih mudah dalam penakaran bahan uji, maka dibulatkan menjadi 0.600 mg.

Dosis daun papaya untuk tiap KgBB adalah = 1000 mg X 0.600 mg

20 mg

= 30 mg/KGB mencit ( Dosis 1= 1 Dosis Manusia (DM) ) Dosis 2 = 2 DM

= 2 X 30 mg/KgBB = 60 mg/KgBB Dosis 3 = 4 DM

= 4 X 30 mg/KgBB = 120 mg/KgBB


(11)

Lampiran 2

Proses Ekstraksi Ekstrak Etanol Daun Papaya ( Carica papaya L )

1. Simplisia yang sudah di sortir dan di timbang. Dalam penelitian ini simplisia daun papaya masih basah di ambil dan di timbang sebanyak 2 kg.

2. Apabila masih basah harus di oven dengan suhu 60 derajat C supaya kering sehingga dapat diperoleh dengan kadar air tertentu.

3. Hasil akhir penyaringan di timbang lagi, sehingga dapat diperoleh berat akhir (kondisi kering).

4. Simplisia daun pepaya kemudian dihaluskan sampai derajat kehalusan tertentu.

5. Dibuat ekstrak dengan pelarut etanol dengan perbandingan 1:9. 6. Ekstrak cair tersebut dipisahkan dari ampas (peras saring/ dipekatkan) 7. Ekstrak tadi kemudian dievaporasi secara kontinyu dan didapatkan

ekstrak pekat.

8. Ekstrak pekat dikeringkan dalam oven pada suhu 50-55 derajat C selama 20-24 menit.

9. Ekstrak kemudian di kemas dalam wadah/botol kering.

10. Dari 1 kg simplisia daun pepaya yang masih basah di dapatkan ekstrak kering sebanyak 48 gram.


(12)

Lampiran 3

Perhitungan Dosis Loperamid

Dosis loperamid untuk manusia dengan berat badan 70 kg adalah 2 mg (Surdjono, Santoso, Dewoto, 1995).

Faktor konversi dari manusia 70 kg untuk mencit 20 g adalah 0.0026. Dosis loperamid untuk mencit 20 g :

= 2 mg X 0.0026 = 0.0052 mg

Agar lebih mudah dalam penakaran bahan uji, maka dibulatkan menjadi 0.005 mg.

Dosis tiap KgBB mencit adalah = 1000 X 0.005

20

= 0.25 mg / KgBB

Lampiran 4

Perhitungan dosis Oleum ricini

Dosis Oleum ricini yang diberikan pada mencit adalah 0.5 ml (Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica,1993).


(13)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Guti Frisia Violani

Nomor Pokok Mahasiswa : 0710152

Tempat dan Tanggal Lahir : Purwakarta, 26 Februari 1988 Alamat : Jl. A. Yani Samolo no 12, Purwakarta

Riwayat pendidikan

- TK Teratai, Kabupaten Purwakarta, tahun lulus 1994.

- SDN Singawinata Satu, Kabupaten Purwakarta, tahun lulus 2000. - SMP I, Kabupaten Purwakarta, tahun lulus 2003.

- SMA I, Kabupaten Purwakarta, tahun lulus 2006.

- Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, 2006-2007


(14)

(15)

LAMPIRAN - 5

DATA HASIL PENIMBANGAN BERAT FECES

No. Kelompok Kode Berat Feces Total Berat Urut Perlakuan Sampel (gram/defekasi) (gram/sampel)

1 1 M-11 0.0321

2 1 M-11 0.0441

3 1 M-11 0.3000

4 1 M-11 0.0257

5 1 M-11 0.2410

6 1 M-11 0.1312

7 1 M-11 0.1252

8 1 M-11 0.2330

9 1 M-11 0.2321

10 1 M-11 0.1212

11 1 M-11 0.1242

12 1 M-11 0.1230

13 1 M-11 0.1117 1.8445

14 1 M-12 0.2422

15 1 M-12 0.1231

16 1 M-12 0.123

17 1 M-12 0.112

18 1 M-12 0.112

19 1 M-12 0.1117

20 1 M-12 0.2311 1.0551

21 1 M-13 0.0321

22 1 M-13 0.2532

23 1 M-13 0.2421

24 1 M-13 0.0345

25 1 M-13 0.2351

26 1 M-13 0.2212

27 1 M-13 0.221

28 1 M-13 0.0333

29 1 M-13 0.0321

30 1 M-13 0.0214

31 1 M-13 0.0217

32 1 M-13 0.021 1.3687

33 1 M-14 0.0335

34 1 M-14 0.0301

35 1 M-14 0.132

36 1 M-14 0.1311

37 1 M-14 0.2431

38 1 M-14 0.2423 0.8121

39 1 M-15 0.2341

40 1 M-15 0.0321

41 1 M-15 0.2725

42 1 M-15 0.2345

43 1 M-15 0.0452

44 1 M-15 0.0352

45 1 M-15 0.0377

46 1 M-15 0.0389


(16)

Urut Perlakuan Sampel (gram/defekasi) (gram/sampel)

47 1 M-15 0.1437

48 1 M-15 0.1432

49 1 M-15 0.1317

50 1 M-15 0.1231

51 1 M-15 0.1221

52 1 M-15 0.112

53 1 M-15 0.1118

54 1 M-15 0.1057 1.9235

55 2 M-21 0.1321

56 2 M-21 0.1321

57 2 M-21 0.1319

58 2 M-21 0.1315

59 2 M-21 0.1311

60 2 M-21 0.2132 0.8719

61 2 M-22 0.5461

62 2 M-22 0.5321

63 2 M-22 0.1335

64 2 M-22 0.1327

65 2 M-22 0.1326

66 2 M-22 0.1326 1.6096

67 2 M-23 0.5521

68 2 M-23 0.5520

69 2 M-23 0.5520

70 2 M-23 0.2221 1.8782

71 2 M-24 0.0372

72 2 M-24 0.2372

73 2 M-24 0.3540

74 2 M-24 0.2335

75 2 M-24 0.2215 1.0834

76 2 M-25 0.5397

77 2 M-25 0.5762

78 2 M-25 0.5632

79 2 M-25 0.5531

80 2 M-25 0.5531

81 2 M-25 0.5531

82 2 M-25 0.1300

83 2 M-25 0.1274

84 2 M-25 0.1270

85 2 M-25 0.1270 3.8498

86 3 M-31 0.5572

87 3 M-31 0.5561

88 3 M-31 0.3521 1.4654

89 3 M-32 0.5436

90 3 M-32 0.5761

91 3 M-32 0.5776

No. Kelompok Kode Berat Feces Total Berat Urut Perlakuan Sampel (gram/defekasi) (gram/sampel)


(17)

92 3 M-32 0.5762

93 3 M-32 0.5751

94 3 M-32 0.2531

95 3 M-32 0.5750

96 3 M-32 0.5743

97 3 M-32 0.5748

98 3 M-32 0.1303

99 3 M-32 0.2431

100 3 M-32 0.1300

101 3 M-32 0.2530 5.5822

102 3 M-33 0.5521

103 3 M-33 0.1310

104 3 M-33 0.1305

105 3 M-33 0.2430

106 3 M-33 0.1301

107 3 M-33 0.1300

108 3 M-33 0.1308

109 3 M-33 0.2430

110 3 M-33 0.1308 1.8213

111 3 M-34 0.5579

112 3 M-34 0.5554

113 3 M-34 0.2450 1.3583

114 3 M-35 0.5461

115 3 M-35 0.2430

116 3 M-35 0.2428

117 3 M-35 0.5450

118 3 M-35 0.1279

119 3 M-35 0.1061 1.8109

120 4 M-41 0.0162

121 4 M-41 0.1036

122 4 M-41 0.1037

123 4 M-41 0.1234

124 4 M-41 0.1104

125 4 M-41 0.1262

126 4 M-41 0.1054

127 4 M-41 0.2669

128 4 M-41 0.1493

129 4 M-41 0.0812 1.1863

130 4 M-42 0.0123

131 4 M-42 0.2100

132 4 M-42 0.3210

133 4 M-42 0.0412

134 4 M-42 0.1126

135 4 M-42 0.2621

No. Kelompok Kode Berat Feces Total Berat Urut Perlakuan Sampel (gram/defekasi) (gram/sampel)

136 4 M-42 0.2530


(18)

138 4 M-43 0.0594

139 4 M-43 0.0672

140 4 M-43 0.1576

141 4 M-43 0.1602

142 4 M-43 0.1615

143 4 M-43 0.1246

144 4 M-43 0.1440

145 4 M-43 0.1446

146 4 M-43 0.1520 1.1711

147 4 M-44 0.0270

148 4 M-44 0.0553

149 4 M-44 0.0704

150 4 M-44 0.0529

151 4 M-44 0.0835

152 4 M-44 0.0695

153 4 M-44 0.0547

154 4 M-44 0.2716

155 4 M-44 0.3266

156 4 M-44 0.3678

157 4 M-44 0.1576

158 4 M-44 0.2388

159 4 M-44 0.1885

160 4 M-44 0.2231

161 4 M-44 0.3380

162 4 M-44 0.3691

163 4 M-44 0.4176

164 4 M-44 0.3205 3.6325

165 4 M-45 0.0213

166 4 M-45 0.0160

167 4 M-45 0.0348

168 4 M-45 0.0391

169 4 M-45 0.2557

170 4 M-45 0.3566

171 4 M-45 0.3726

172 4 M-45 0.4105

173 4 M-45 0.4224

174 4 M-45 0.2530 2.1820

175 5 M-51 0.3274 0.3274

176 5 M-52 0.2288

177 5 M-52 0.1317

178 5 M-52 0.1209

179 5 M-52 0.1660

No. Kelompok Kode Berat Feces Total Berat Urut Perlakuan Sampel (gram/defekasi) (gram/sampel)

180 5 M-52 0.0732 0.7206

181 5 M-53 0.0764

182 5 M-53 0.3257


(19)

184 5 M-53 0.1407 0.6440

185 5 M-54 0.0442

186 5 M-54 0.0731

187 5 M-54 0.5119 0.6292

188 5 M-55 0.2337

189 5 M-55 0.0619

190 5 M-55 0.1726

191 5 M-55 0.1836


(20)

79

Lampiran 8

HASIL UJI STATISTIK

EFEK EEDP TERHADAP BERAT FECES

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Test of Homogeneity of Variances Berat

2,276 4 20 ,097

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA Berat

9,187 4 2,297 1,939 ,143

23,689 20 1,184

32,876 24

Between Groups Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Berat Duncan a

5 ,612320

5 1,400780 1,400780

5 1,858580 1,858580

5 1,935180 1,935180

5 2,407620

,092 ,194

Perlakuan K-Positif Dosis - 1 Dosis - 2 K-Negatif Dosis - 3 Sig.

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000. a.


(21)

80

EFEK EEDP TERHADAP FREKUENSI DEFEKASI

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Test of Homogeneity of Variances Frekuensi

3,643 4 145 ,007

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA Frekuensi

33,640 4 8,410 2,845 ,026

428,600 145 2,956

462,240 149

Between Groups Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Frekuensi Duncan a

30 ,600000

30 1,033333 1,033333

30 1,133333 1,133333

30 1,800000

30 1,833333

,261 ,102

Perlakuan K-Positif Dosis - 2 Dosis - 3 Dosis - 1 K-Negatif Sig.

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000. a.


(22)

81

EFEK EEDP TERHADAP KONSISTENSI FECES Kruskal-Wallis Test

Te st Statisticsa,b

7,051 4 ,133 Chi-Square

df

Asymp. Sig.

Konsitensi

Kruskal Wallis Test a.

Grouping Variable: Perlakuan b.

Ranks

54 93,14

31 93,95

34 81,00

55 109,92

18 99,25

192 Perlakuan

Dosis - 1 Dosis - 2 Dosis - 3 K-Negatif K-Positif Total Konsitensi


(23)

82

LAMPIRAN 9

HASIL UJI STATISTIK

EFEK EEDP TERHADAP BERAT FECES

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Test of Homogeneity of Variances Berat

2,276 4 20 ,097

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA Berat

9,187 4 2,297 1,939 ,143

23,689 20 1,184

32,876 24

Between Groups Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Berat Duncan a

5 ,612320

5 1,400780 1,400780

5 1,858580 1,858580

5 1,935180 1,935180

5 2,407620

,092 ,194

Perlakuan K-Positif Dosis - 1 Dosis - 2 K-Negatif Dosis - 3 Sig.

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000. a.


(24)

83

EFEK EEDP TERHADAP FREKUENSI DEFEKASI

ANOVA Frekuensi

33,640 4 8,410 2,845 ,026

428,600 145 2,956

462,240 149

Between Groups Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Frekuensi

,7666667 ,4439116 ,086 -,110707 1,644040 ,6666667 ,4439116 ,135 -,210707 1,544040 -,0333333 ,4439116 ,940 -,910707 ,844040 1,2000000* ,4439116 ,008 ,322627 2,077373 -,7666667 ,4439116 ,086 -1,644040 ,110707 -,1000000 ,4439116 ,822 -,977373 ,777373 -,8000000 ,4439116 ,074 -1,677373 ,077373 ,4333333 ,4439116 ,331 -,444040 1,310707 -,6666667 ,4439116 ,135 -1,544040 ,210707 ,1000000 ,4439116 ,822 -,777373 ,977373 -,7000000 ,4439116 ,117 -1,577373 ,177373 ,5333333 ,4439116 ,232 -,344040 1,410707 ,0333333 ,4439116 ,940 -,844040 ,910707 ,8000000 ,4439116 ,074 -,077373 1,677373 ,7000000 ,4439116 ,117 -,177373 1,577373 1,2333333* ,4439116 ,006 ,355960 2,110707 -1,2000000* ,4439116 ,008 -2,077373 -,322627 -,4333333 ,4439116 ,331 -1,310707 ,444040 -,5333333 ,4439116 ,232 -1,410707 ,344040 -1,2333333* ,4439116 ,006 -2,110707 -,355960 (J) Perlakuan

Dosis - 2 Dosis - 3 K-Negatif K-Positif Dosis - 1 Dosis - 3 K-Negatif K-Positif Dosis - 1 Dosis - 2 K-Negatif K-Positif Dosis - 1 Dosis - 2 Dosis - 3 K-Positif Dosis - 1 Dosis - 2 Dosis - 3 K-Negatif (I) Perlakuan

Dosis - 1

Dosis - 2

Dosis - 3

K-Negatif

K-Positif LSD

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level. *.

Test of Homogeneity of Variances Frekuensi

3,643 4 145 ,007

Levene


(25)

84

EFEK EEDP TERHADAP KONSISTENSI FECES Kruskal-Wallis Test

Ranks

54 93,14

31 93,95

34 81,00

55 109,92

18 99,25

192 Perlakuan

Dosis - 1 Dosis - 2 Dosis - 3 K-Negatif K-Positif Total Konsitensi

N Mean Rank

Test Statisticsa,b

7,051 4 ,133 Chi-Square

df

Asymp. Sig.

Konsitensi

Kruskal Wallis Test a.

Grouping Variable: Perlakuan b.


(26)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Guti Frisia Violani

Nomor Pokok Mahasiswa : 0710152

Tempat dan Tanggal Lahir : Purwakarta, 26 Februari 1988 Alamat : Jl. A. Yani Samolo no 12, Purwakarta

Riwayat pendidikan

- TK Teratai, Kabupaten Purwakarta, tahun lulus 1994.

- SDN Singawinata Satu, Kabupaten Purwakarta, tahun lulus 2000. - SMP I, Kabupaten Purwakarta, tahun lulus 2003.

- SMA I, Kabupaten Purwakarta, tahun lulus 2006.

- Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, 2006-2007


(27)

1

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di negara tropis seperti di Indonesia banyak di temukan penyakit infeksi yang menyerang penduduknya antara lain diare.

Diare adalah defekasi dengan feses berbentuk cair atau setengah cair lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Berat feses dapat mencapai lebih dari 10 gr/kg/24 jam pada bayi dan anak-anak, atau lebih dari 200 gr/24 jam pada dewasa. Tingginya morbiditas dan mortalitas diare berpengaruh terhadap tingkat pengangguran dan hilangnya produktivitas kerja. Infeksi semacam ini dapat bersifat akut atau kronis, yang dapat disebabkan oleh infeksi mendadak, berlangsung kurang dari 14 hari, ditandai dengan feses berbentuk cair, sering disertai demam, sakit perut, muntah dan lemas. Penyebab diare akut antara lain infeksi bakteri, virus, parasit, atau keracunan makanan. Infeksi pada diare akut dapat disebabkan oleh bakteri ( Eschericia coli, Vibrio cholera,

Salmonella sp ), parasit ( Entamoeba histolyticia, Giardia lamblia ), dan virus

enteropatogen ( Rotavirus ). Bahaya utama diare akut adalah dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit ( Zein, Sagala, Ginting, 2008 ).

Morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada kasus diare disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi yang belum memuaskan, kepadatan penduduk, keadaan sosial ekonomi maupun pendidikan dan perilaku masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi terjadinya diare (Ditjen PPM & PLP, 1990 ).

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa angka kematian yang disebabkan oleh diare sekitar 2 juta kematian setiap tahunnya diseluruh dunia ( Guandalini, Frye, Tamer, 2009). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, menunjukan jumlah penderita dan kematian pada KLB seluruh provinsi di indonesia, pada tahun 2005 sebanyak 5.051 penderita dengan 127 kematian, tahun 2006 sebanyak 13.451 penderita dengan 291 kematian, tahun 2007 sebanyak 3.659 penderita dengan 69 kematian, dan tahun 2008 8.443 dengan 184 kematian (bankdata.depkes.go.id, 2008).


(28)

2

2

Munculnya berbagai penyakit akhir-akhir ini tentu saja membuat orang semakin perihatin. Selain banyak orang yang memutuskan untuk memperoleh pengobatan yang modern melalui dokter, namun tidak sedikit juga yang mencoba pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional pada umumnya dengan memanfaatkan tumbuhan, binatang maupun mineral yang ada di alam. Hal ini disebabkan Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan dalam semua aspek kehidupan manusia (Dalimartha, 2004).

Pengobatan tradisional dengan menggunakan ramuan obat yang berasal dari tumbuhan bukanlah pengobatan yang terbaru tetapi telah dilakukan nenek moyang sejak zaman dahulu. Seiring dengan perkembangan zaman, pemakaian obat tradisional di Indonesia kembali digunakan masyarakat sebagai salah satu alternatif pengobatan, disamping obat-obat modern yang sudah banyak beredar di pasaran (Prapanza dan Marianto, 2003). Hal ini disebabkan obat tradisional sangat murah, mudah didapat dan memiliki efek samping serta tingkat toksisitasnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan obat-obatan kimia (Muhusah, 2007). Kecenderungan kembali ke alam atau back to nature membuktikan bahwa tanaman berkhasiat obat memang memiliki kandungan zat-zat atau senyawa yang secara klinis terbukti bermanfaat dalam mengobati berbagai jenis penyakit (Furnawanthi, 2003).

Pada masyarakat terutama di desa-desa dan pemukiman yang belum terjangkau pelayanan puskesmas, dalam mengobati diare masih menggunakan ramuan-ramuan tanaman obat yang banyak tersedia di daerahnya. Seperti daun papaya, daun salam, daun jambu biji, daun kunyit , daun serai ( Fauziah Mushlisah, 2009).

Pengobatan diare biasanya dilakukan dengan obat-obat sintetik, contohnya loperamid. Tetapi, banyak obat sintetik antidiare memiliki harga yang relatif mahal dan dapat menimbulkan efek samping yang cukup membahayakan, seperti ileus paralitik dan toksik megakolon. Berdasarkan hal tersebut, banyak orang menggunakan tanaman sebagai salah satu alternatif pengobatan karena efek sampingnya relatif kecil bila digunakan secara benar dan tepat, harganya relatif terjangkau, dan mudah didapat.

Salah satu tanaman yang berkasiat obat adalah pepaya. Pepaya (Carica

papaya) tumbuh hampir diseluruh daerah di indonesia, tanaman pepaya dikenal

sebagai tanaman multiguna karena hampir seluruh bagian tanaman mulai dari akar hingga daun bermanfaat bagi manusia maupun hewan. Tanaman pepaya dapat


(29)

3

3

dimanfaatkan sebagai makanan, minuman, obat, kecantikan maupun sebagai pakan ternak ( www.obatalami.com ).

Dalam pengobatan alternatif tanaman pepaya digunakan masyarakat untuk mengobati diare, obat cacing, penguat lambung, peluruh haid, memacu enzim pencernaan, merangsang ASI dan menambah nafsu makan ( www.sehatalami.com ). Adapun penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan oleh Dr. Dedek dengan judul penelitian Efek ekstrak daun papaya (Carica papaya L) sebagai antidiare pada lajur lintas norit. Pada penelitian sebelumnya telah menggunakan metode transit usus yang hanya menilai motilitasnya, apakah daun pepaya berefek sebagai antidiare yang meliputi frekuensi dan konsistensi feses masih perlu di teliti lebih lanjut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan metoda yang sedikit berbeda, dengan bahan uji sediaan ekstrak etanol daun papaya (EEDP) sebagai antidiare .

1.2 Identifikasi Masalah .

1. Apakah ekstrak etanol daun papaya berefek antidiare dengan mengurangi berat feses.

2. Apakah ekstrak etanol daun papaya berefek antidiare dengan mengurangi frekuensi defekasi.

3. Apakah ekstrak etanol daun papaya berefek antidiare dengan meningkatkan konsistensi feses.

1.3 Maksud dan Tujuan. 1.3.1 Maksud penelitian.

Untuk mengetahui salah satu tanaman obat yang berefek sebagai antidiare.

1.3.2 Tujuan Penelitian.

1. Untuk mengetahui efek antidiare ekstrak etanol daun papaya dengan mengurangi berat feses

2. Untuk mengetahui efek antidiare ekstrak etanol daun papaya dengan mengurangi frekuensi defekasi dan

3. Untuk mengetahui efek antidiare ekstrak etanol daun papaya dengan memperbaiki konsistensi feses.


(30)

4

4

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah. 1.4.1 Manfaat Akademis

Memperluas cakrawala pengetahuan farmakologi tumbuhan obat, khususnya ekstrak etanol daun papaya sebagai antidiare.

1.4.2 Manfaat Praktis

Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat daun papaya dalam pengobatan diare.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1.5.1 Kerangka Pemikiran

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan frekuensi lebih dari tiga kali per hari, feses berbentuk cair / setengah cair atau setengah padat , dengan kandungan air lebih banyak dari biasanya, lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Zein,Sagala,Ginting,2008).

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diare sangat erat hubungannya satu sama lain. Misalnya saja, iritasi pada mukosa usus akan menimbulkan terjadinya reaksi inflamasi, menyebabkan terangsangnya usus, sehingga motilitas usus meningkat dan mengakibatkan sekresi usus meningkat. Iritan ini bisa bermacam-macam, misalnya makanan, obat-obatan, mikroorganisme, sediaan herbal, dan lain sebagainya.

Pada penelitian ini, hewan coba diare diinduksi dengan oleum ricini yang diberikan per oral. Kandungan utama dari oleum ricini adalah trigliserida yang akan mengalami hidrolisis di dalam usus halus oleh lipase pankreas menjadi gliserin dan asam risinoleat yang akan merangsang mukosa usus berupa timbulnya iritasi dan inflamasi pada daerah tersebut. Hal ini terjadi karena adanya pelepasan prostaglandin, sehingga mempercepat peristaltik usus dan mengakibatkan pengeluaran isi usus dengan cepat. Zat ini juga bekerja dengan absorpsi cairan dan elektrolit ( Kelompok Kerja Ilmiah Phyto medica, 1993; Qnais, Abdulla, Ghalyun,2005; Wiryowidagdo, 2005).

Suatu zat dikatakan efektif sebagai antidiare apabila dapat mengurangi berat feses, mengurangi frekuensi defekasi, dan memperbaiki konsistensi feses (Depkes RI, 1990).Obat yang digunakan untuk diare, antara lain antisekresi selektif, astringen, dan adsorben (Zein, Sagala, Ginting, 2008) Kandungan bioaktif daun papaya antara lain tanin, minyak atsiri ( Depkes RI, 1980). Tanin ( Acidum tannicum) atau asam samak


(31)

5

5

merupakan astringen yang dapat mengendapkan protein pada membran sel enterosit, menurunkan motilitas usus, dan menurunkan sekresi usus, sehingga dapat mengurangi terjadinya kehilangan cairan yang merupakan aspek penting dari pengobatan diare. Lapisan yang dibentuk dari pengendapan protein dalam permukaan mukosa dari entrosit tersebut dapat menghalangi perkembangan mikroorganisme, dan hal ini menjelaskan bagaimana aksi antiseptik yang dimiliki tanin dapat mengobati diare ( Almeida et al. 1995). Aktivitas antiinflamasi tanin ditunjukan dengan penghambatan produksi prostaglandin E2 (PGE2) dan supresi terhadap enzim siklooksigenase dan lipooksigenase pada jalur respon inflamasi (Hosseinzadeh, Younesi, 2002; Jeffers, 2006; Shen et al. 2008).

1.5.2 Hipotesis Penelitian.

1. Ekstrak etanol daun papaya berefek antidiare dengan mengurangi berat feses

2. Ekstrak etanol daun papaya berefek antidiare dengan mengurangi frekuensi defekasi

3. Ekstrak etanol daun papaya berefek antidiare dengan meningkatkan konsistensi feses.

1.6 Metode Penelitian

Desain penelitian prospektif eksperimental sungguhan dengan Rancang Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif. Metode yang digunakan adalah metode proteksi terhadap diare oleh Oleum ricini. Data yang diukur yaitu berat feses, frekuensi defekasi, dan konsistensi feses. Analisis berat feses dan frekuensi defekasi dengan menggunakan uji ANOVA satu arah, dilanjutkan dengan uji Duncan dengan alfa = 0.05 untuk analisis berat feses sementara frekuensi defekasi dilanjutkan menggunakan test LSD alfa = 0.05, sedangkan untuk konsistensi feses menggunakan uji Kruskal-Wallis dengan alfa = 0.05. Data tersebut di analisis menggunakan program komputer.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian. 1.7.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Penelitian tersebut dimulai pada bulan Desember 2010 hingga sampai dengan Februari 2011.


(32)

52

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.

1. Ekstrak etanol daun papaya tidak berefek antidiare dengan tidak mengurangi berat feses

2. Ekstrak etanol daun papaya tidak berefek antidiare dengan tidak mengurangi frekuensi defekasi

3. Ekstrak etanol daun papaya tidak berefek antidiare dengan tidak meningkatkan konsistensi feses.

5.2 Saran.

Penelitian efek ekstrak etanol daun papaya (Carica papaya) sebagai antidiare pada mencit Swiss Webster jantan bila akan dilakukan kembali sebaiknya :

1. Menggunakan hewan coba lain. 2. Menggunakan metoda lain

3. Menggunakan bentuk sediaan lain

4. Membandingkan teknik pemberian ekstrak daun pepaya secara infusa /oral. 5. Penggunaan daun pepaya saja untuk pengobatan antidiare tidak disarankan.


(33)

53 DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2005. www.obatalami.com .

Anonymous. 2008. www.sehatalami.com.

Anonymous. 2008. www. bankdata.depkes.go.id .

Ari Estuningtyas, Azalia Arif. 2007. Obat lokal. Dalam: Sulistia Gan Gunawan, Rianto Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth, eds. Farmakologi dan terapi. Edisi 5.Jakarta: FKUI ; 526-8.

Almeida, Karnikowski, Foleto, Baldisseretto. 1995. Analysis of antidiarrhoeic effect of

plants used in popular medicine. Rev. Saude Publica vol 29 no. 6.

Almeida CE, Karnikowski MGO, Foleto R, Baldisserotto B. 1995. Analysis of

antidiarrhoeic effect of plants used in popular medicine. Rev Saùde Pùblic

;29(6):428-33.

Belemtougri RG, Constantin B, Cognard C, Raymond G, Sawadogo L., 2006,

Effects of two medicinal plants Psidium guajava L. (Myrtaceae) and Diospyros mespiliformis L. (Ebenaceae) leaf extracts on rat skeletal muscle cells in primary

culture. J Zhejiang Univ SCIENCE B ; 7(1):56-63.

Bensegueni A, Chikhi A, Bencharif M.,2008, Theoretical study of the antibacterial

activity of flavonoids. [cited 2009 August 16]. Available from:

http://www.eyesopen.com/about/events/cup8/bensegueni/cup8_poster_bensegueni

.pdf.

Binder HJ. 2005. Intestinal fluid and electrolyte movement. In: Boron WF, BoulpaepEL, eds. Medical physiology: a cellular and molecular approach. Philadelphia: Elsevier; 931-46.

Bruneton J. Tannins., 1999, In: Pharmacognosy phytochemistry medicinal plants. 2nded. Paris: Lavoisier Publishing Inc ; 370-403.


(34)

54 Cannas A. Tannins., 2008, Fascinating but sometimes dangerous molecules. (cited 2009 Dec11). Available from:http://www.ansci.cornell.edu/plants/toxicagents/tannin. htm l.

Ditjen PPM & PLP. 1990. Epidemiologi Diare Dalam : Buku ajar diare. Jakarta :Depkes Republik Indonesia.hal.5.

Departement Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Survei Kesehatan Rumah Tangga.

http: //bankdata.depkes.go.id/Profil/INDEX.HTM/.

Guandalini S, Frye R.E, Tamer, M.A.2009. Diarrhea.

http://emedicine.medscape.com/article/928598-overview. January 5th .

Ghishan FK. 2004. Chronic diarrhea. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,eds. Nelson Textbook of pediatrics. 17th ed. Philadelphia: Elsevier ; 1276-81.

Guyton, Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Perpustakaan Nasional. Jakarta.

Hosseinzadeh H., Younesi H.M. 2002. Antinociceptive and anti-inflammantory effects of

Crocus sativus L. stigma and petal extracts in mice. BMC Pharmacolog,

2:7

Jeffers M.D. 2006. Tannins as anti-inflammtory agents. Oxford: Miami University. Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica. 1993. Antidiare. Dalam: Penapisan

Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Kllinik. Jakarta: Depkes

Republik Indonesia. Hal.19-20

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Prinsip Percobaan dan Perancangannya . Dalam :

Rancangan percobaan aplikatif. Edisi ke-1. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Hal.12.

Keith L Moore. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Edisi ke 1.Perpustakaan Nasional. Jakarta.

Katno, Pramono S. 2002. Tingkat manfaat dan keamanan tanaman obat dan obat

tradisional.Yogyakarta: Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu Fakultas


(35)

55 Mills S, Bone K.2000. Principles and practice of phytotherapy: Modern herbalmedicine.

Edinburg: Churchill Livingstone ; 34-7.

Lakshminarayanasettry ABV. 2005. Antidiarrheal evaluation of Benincasa hispida

(Thunb.) cogn. fruit extracts. Iranian Journal of Pharmacology & Therapeutics ;

1(4):24-7.

Loeb H, Vandenplas Y, Würsch P, Guesry P. 1989. Tannin-rich carob pod fortreatment

of acute-onset diarrhea. J Pediatr Gastroenterol Nutr ; 8(4):480-5.

Mohammed A, Ahmed H, Goji ADT, Okpanachi AO, Ezekiel I, Tanko Y. 2009.

Preliminary anti-diarrhoeal activity of hydromethanolic extract of aerial part of Indigofera Pulchra in rodents. Asian J Med Sci ; 1(2):22-5.

Murray JA, Camilleri M. 2008. Diarrhea and constipation. In: Fauci AS, Kasper DL,Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al ., eds. Harrison’s. Principle Of internal medicine. 17th ed. New York: McGraw-Hill ; 245-55.

MIMS Indonesia. 2007. Antidiare. Dalam: Arlina Pramudianto, Evaria, Rosalina Susantio,eds. Petunjuk konsultasi 2007/2008. Edisi 7. Jakarta: PT Infomaster ; 25-8.

Prapanza , Marianto. 2003. Macam-macam obat traditional. Edisi ke-2.

WHO. 2005. The treatment of diarrhoea: A manual for physicians and other senior

health workers. Geneva: WHO Press.

Yan Leo Tambunan.2009. Efek antidiare ekstrak etanol daun salam (SyzygiumPolyanthum (Wight) Walp.) pada mencit galur Swiss Webster jantan.

Bandung: FK UKM.

Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica. 1993. Antidiare. Dalam:

Penapisan farmakologi, pengujian fitokimia dan pengujian klinik. Jakarta: Balai

Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam ; 19-21.


(36)

(1)

5

merupakan astringen yang dapat mengendapkan protein pada membran sel enterosit, menurunkan motilitas usus, dan menurunkan sekresi usus, sehingga dapat mengurangi terjadinya kehilangan cairan yang merupakan aspek penting dari pengobatan diare. Lapisan yang dibentuk dari pengendapan protein dalam permukaan mukosa dari entrosit tersebut dapat menghalangi perkembangan mikroorganisme, dan hal ini menjelaskan bagaimana aksi antiseptik yang dimiliki tanin dapat mengobati diare ( Almeida et al. 1995). Aktivitas antiinflamasi tanin ditunjukan dengan penghambatan produksi prostaglandin E2 (PGE2) dan supresi terhadap enzim siklooksigenase dan lipooksigenase pada jalur respon inflamasi (Hosseinzadeh, Younesi, 2002; Jeffers, 2006; Shen et al. 2008).

1.5.2 Hipotesis Penelitian.

1. Ekstrak etanol daun papaya berefek antidiare dengan mengurangi berat feses

2. Ekstrak etanol daun papaya berefek antidiare dengan mengurangi frekuensi defekasi

3. Ekstrak etanol daun papaya berefek antidiare dengan meningkatkan konsistensi feses.

1.6 Metode Penelitian

Desain penelitian prospektif eksperimental sungguhan dengan Rancang Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif. Metode yang digunakan adalah metode proteksi terhadap diare oleh Oleum ricini. Data yang diukur yaitu berat feses, frekuensi defekasi, dan konsistensi feses. Analisis berat feses dan frekuensi defekasi dengan menggunakan uji ANOVA satu arah, dilanjutkan dengan uji Duncan dengan alfa = 0.05 untuk analisis berat feses sementara frekuensi defekasi dilanjutkan menggunakan test LSD alfa = 0.05, sedangkan untuk konsistensi feses menggunakan uji Kruskal-Wallis dengan alfa = 0.05. Data tersebut di analisis menggunakan program komputer.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian. 1.7.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Penelitian tersebut dimulai pada bulan Desember 2010 hingga sampai dengan Februari 2011.


(2)

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.

1. Ekstrak etanol daun papaya tidak berefek antidiare dengan tidak mengurangi berat feses

2. Ekstrak etanol daun papaya tidak berefek antidiare dengan tidak mengurangi frekuensi defekasi

3. Ekstrak etanol daun papaya tidak berefek antidiare dengan tidak meningkatkan konsistensi feses.

5.2 Saran.

Penelitian efek ekstrak etanol daun papaya (Carica papaya) sebagai antidiare pada mencit Swiss Webster jantan bila akan dilakukan kembali sebaiknya :

1. Menggunakan hewan coba lain. 2. Menggunakan metoda lain

3. Menggunakan bentuk sediaan lain

4. Membandingkan teknik pemberian ekstrak daun pepaya secara infusa /oral. 5. Penggunaan daun pepaya saja untuk pengobatan antidiare tidak disarankan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2005. www.obatalami.com .

Anonymous. 2008. www.sehatalami.com.

Anonymous. 2008. www. bankdata.depkes.go.id .

Ari Estuningtyas, Azalia Arif. 2007. Obat lokal. Dalam: Sulistia Gan Gunawan, Rianto Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth, eds. Farmakologi dan terapi. Edisi 5.Jakarta: FKUI ; 526-8.

Almeida, Karnikowski, Foleto, Baldisseretto. 1995. Analysis of antidiarrhoeic effect of plants used in popular medicine. Rev. Saude Publica vol 29 no. 6.

Almeida CE, Karnikowski MGO, Foleto R, Baldisserotto B. 1995. Analysis of antidiarrhoeic effect of plants used in popular medicine. Rev Saùde Pùblic ;29(6):428-33.

Belemtougri RG, Constantin B, Cognard C, Raymond G, Sawadogo L., 2006,

Effects of two medicinal plants Psidium guajava L. (Myrtaceae) and Diospyros mespiliformis L. (Ebenaceae) leaf extracts on rat skeletal muscle cells in primary culture. J Zhejiang Univ SCIENCE B ; 7(1):56-63.

Bensegueni A, Chikhi A, Bencharif M.,2008, Theoretical study of the antibacterial activity of flavonoids. [cited 2009 August 16]. Available from:

http://www.eyesopen.com/about/events/cup8/bensegueni/cup8_poster_bensegueni

.pdf.

Binder HJ. 2005. Intestinal fluid and electrolyte movement. In: Boron WF, BoulpaepEL, eds. Medical physiology: a cellular and molecular approach. Philadelphia: Elsevier; 931-46.

Bruneton J. Tannins., 1999, In: Pharmacognosy phytochemistry medicinal plants. 2nded. Paris: Lavoisier Publishing Inc ; 370-403.


(4)

Cannas A. Tannins., 2008, Fascinating but sometimes dangerous molecules. (cited 2009 Dec11). Available from:http://www.ansci.cornell.edu/plants/toxicagents/tannin. htm l.

Ditjen PPM & PLP. 1990. Epidemiologi Diare Dalam : Buku ajar diare. Jakarta :Depkes Republik Indonesia.hal.5.

Departement Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Survei Kesehatan Rumah Tangga.

http: //bankdata.depkes.go.id/Profil/INDEX.HTM/.

Guandalini S, Frye R.E, Tamer, M.A.2009. Diarrhea.

http://emedicine.medscape.com/article/928598-overview. January 5th .

Ghishan FK. 2004. Chronic diarrhea. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,eds. Nelson Textbook of pediatrics. 17th ed. Philadelphia: Elsevier ; 1276-81.

Guyton, Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Perpustakaan Nasional. Jakarta.

Hosseinzadeh H., Younesi H.M. 2002. Antinociceptive and anti-inflammantory effects of Crocus sativus L. stigma and petal extracts in mice. BMC Pharmacolog,

2:7

Jeffers M.D. 2006. Tannins as anti-inflammtory agents. Oxford: Miami University.

Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica. 1993. Antidiare. Dalam: Penapisan

Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Kllinik. Jakarta: Depkes Republik Indonesia. Hal.19-20

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Prinsip Percobaan dan Perancangannya . Dalam : Rancangan percobaan aplikatif. Edisi ke-1. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Hal.12.

Keith L Moore. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Edisi ke 1.Perpustakaan Nasional. Jakarta.

Katno, Pramono S. 2002. Tingkat manfaat dan keamanan tanaman obat dan obat tradisional.Yogyakarta: Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu Fakultas Farmasi UGM.


(5)

Mills S, Bone K.2000. Principles and practice of phytotherapy: Modern herbalmedicine. Edinburg: Churchill Livingstone ; 34-7.

Lakshminarayanasettry ABV. 2005. Antidiarrheal evaluation of Benincasa hispida (Thunb.) cogn. fruit extracts. Iranian Journal of Pharmacology & Therapeutics ; 1(4):24-7.

Loeb H, Vandenplas Y, Würsch P, Guesry P. 1989. Tannin-rich carob pod fortreatment of acute-onset diarrhea. J Pediatr Gastroenterol Nutr ; 8(4):480-5.

Mohammed A, Ahmed H, Goji ADT, Okpanachi AO, Ezekiel I, Tanko Y. 2009.

Preliminary anti-diarrhoeal activity of hydromethanolic extract of aerial part of Indigofera Pulchra in rodents. Asian J Med Sci ; 1(2):22-5.

Murray JA, Camilleri M. 2008. Diarrhea and constipation. In: Fauci AS, Kasper DL,Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al ., eds. Harrison’s. Principle Of internal medicine. 17th ed. New York: McGraw-Hill ; 245-55.

MIMS Indonesia. 2007. Antidiare. Dalam: Arlina Pramudianto, Evaria, Rosalina Susantio,eds. Petunjuk konsultasi 2007/2008. Edisi 7. Jakarta: PT Infomaster ; 25-8.

Prapanza , Marianto. 2003. Macam-macam obat traditional. Edisi ke-2.

WHO. 2005. The treatment of diarrhoea: A manual for physicians and other senior health workers. Geneva: WHO Press.

Yan Leo Tambunan.2009. Efek antidiare ekstrak etanol daun salam (SyzygiumPolyanthum (Wight) Walp.) pada mencit galur Swiss Webster jantan. Bandung: FK UKM.

Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica. 1993. Antidiare. Dalam: Penapisan farmakologi, pengujian fitokimia dan pengujian klinik. Jakarta: Balai Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam ; 19-21.


(6)