FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI TAMBAK BANDENG DI KABUPATEN GRESIK STUDI KASUS DI DESA WADAK KIDUL KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI
TAMBAK BANDENG DI KABUPATEN GRESIK STUDI KASUS DI DESA
WADAK KIDUL KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ilmu Ekonomi

Diajukan Oleh :
M.ISBAH AL ATSILI

0511010130/FE/EP
Kepada

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2010

USULAN PENELITIAN

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
IDUSTRI KECIL SEPATU SANDAL DI DESA WEDORO KABUPATEN
SIDOARJO

Yang diajukan oleh:
M. Ginanjar Jatmika
0511010115/FE/EP

telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

Pembimbing Utama

Drs. Wiwin Priana, MT

Tanggal :……………

Mengetahui
Ketua Jurusan Manajemen

Drs.Ec. Marseto,DS,Msi

NIP 030.208.438

SKRIPSI
ANALISIS KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR WILAYAH/ KECAMATAN DI
KABUPATEN MOJOKERTO

Yang diajukan oleh:
Rizky Yudha Pratama
0511010106/FE/IESP

disetujui untuk ujian skripsi oleh

Pembimbing Utama

Drs. Suwarno,ME

Tanggal :……………

Mengetahui
Pembantu dekan I fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Drs.Ec. Saiful Anwar, Msi
NIP. 030 194 437

SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI
TAMBAK BANDENG DI KABUPATEN GRESIK STUDI KASUS DI DESA
WADAK KIDUL KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN
Yang Diajukan
M.ISBAH AL ATSILI
0511010130/FE/EP
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan
Ekonomi Pembanguna Nasional ’’Veteran” jawa Timur Pada Tanggal 29
Desember 2010
Pembimbing :
Pembimbing Utama :

Tim Penguji :
Ketua


Drs.Ec. Marseto D.S.Msi

Drs.Ec. Wiwin Priana, MT
Sekretaris

Drs. Ec. Marseto D.S.Msi
Anggota

Drs.Ec. Wiwin Priana, MT
Drs.Ec. Wiwin Priana, MT

Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Univeritas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr.Dhani Ichsanudin Nur,MM
NIP: 030 202 389

NIP: 030 202 389


Dr.Dhani Ichsanudin Nur,MM

Dr.Dhani Ichsanudin Nur,MM

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
serta hidayah-Nya yang telah dilimpahkan sehinga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa
untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya
Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil
judul “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tambak
Bandeng Di Kabupaten Gresik Studi Kasus Di Desa Wadak Kidul
Kecamatan Duduk Sampeyan”.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini
masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat bantuan dan
bimbingan yang diterima dari Ir. Hamidah Hendrarini,Msi Selaku Dosen

Pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk
memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan
terselesaikan dengan baik.
Atas terselesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
i

3. Bapak Drs. Ec. Marseto D.S, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
Studi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran”
Jawa Timur.
4. Bapak Drs. Ec. Marseto D.S, Msi selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukanmasukan yang berarti bagi penulis.
5. Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur. Yang telah dengan ikhlas
memberikan ilmu dan pelayanan akademik bagi penulis dan semua
mahasiswa UPN.

6. Segenap keluarga khususnya Kedua orang tua tercinta yang telah sabar
mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih sayang baik moral,
material, maupun spiritual.
Akhir kata yang dapat terucapkan semoga penyusunan skripsi ini
dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkan,
semoga Allah SWT memberikan balasan setimpal.
Wassallamualaikum Wr.Wb
Surabaya, Desember 2010
Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................

i

DAFTAR ISI ……………………………………………………..


iii

DAFTAR TABEL ………………………………………………

vii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………

viii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………..

ix

ABSTRAKSI …………………………………………………….

x

BAB I PENDAHULUAN
1.1.


Latar Belakang…………………………………

1

1.2.

Perumasan Masalah…………………………….

4

1.3.

Tujuan Penelitian………………………………

5

1.4.

Manfaat Penelitian……………………………..


5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu……………….………....

7

2.2. Landasan Teori…………………………….………..

13

2.2.1. Pengertian Tambak………………….………

13

2.2.1.1. Budidaya Ikan Dan Tambak………...

14


2.2.1.2. Teknik Pengelolaan Tambak………….

16

2.2.1.3. Seleksi Benih…………………………....

20

2.2.1.4. Jenis Ikan……………………………..

20

2.2.2. Pendapatan…………………………………...

21

2.2.2.1. Pengertian Pendapatan Perkapita…....

22

iii

2.2.2.2. Pengertian Pendapatan Pertanian...….

23

2.2.3. Tenaga Kerja………….…………………........

24

2.2.3.1. Konsep Dan Definisi………..……….

25

2.2.3.2. Tenaga Kerja Pertanian…....................

26

2.2.4. Luas Lahan……….……………...……….…...

27

2.2.5. Modal…………………………………………

28

2.2.5.1. Modal Sendiri………………………..

28

2.2.5.2. Kredit…………………………….…..

29

2.2.5.3. Fungsi Dan Tujuan Kredit……………

30

2.2.5.4. Jenis-Jenis Kredit…………….……...

31

2.2.5.5. Penilaian Kredit……………….……..

31

2.2.5.6. Sasaran Kredut Usaha Tani……….…

32

2.2.6. Produksi…………………………………..…..

34

2.2.6.1. Pengertian Produksi…………………..

34

2.2.6.2. Faktor-faktor Produksi………………

34

2.2.6.3. Fungsi Produksi Cobb Douglas………

36

2.2.6.4. Jumlah Produksi……………...............

38

2.3. Kerangka Pikir………………………………………

39

2.4. Hipotesis………………………………....………….

41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...…...

43

3.2. Tehnik Penentuan Sampel…………………………....

44

3.2.1. Populasi……………………………………….

44

iv

3.2.2. Sampel………………………….……………..

44

3.3. Tehnik Pengumpulan Data…………………………...

46

3.4. Tehnik Analisis dan Uji Hipotesis……...…………...

46

3.4.1. Teknik Analisis………………..……………...

47

3.4.2. Uji Hipotesis…………………………………...

47

3.4.3. Pendekatan Asumsi BLUE
(Best Linier Unbiased Estimator)……..………

51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian.............................................

55

4.1. 1. Ulasan Singkat Gresik...........................................

55

4.1.1.1. Letak, Batas Wilayah, dan Pemarintahan............

55

4.1.2.2. Kependudukan....................................................

55

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian.............................................

56

4.2.1. Pendapatan Petani Tambak..................................

56

4.2.2. Tenaga Kerja Petani Tambak...............................

58

4.2.3. Luas Lahan Petani Tambak.................................

59

4.2.4. Modal Petani Tambak.........................................

60

4.2.5. Jumlah Produksi.................................................

61

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis................................

62

4.3.1. Pengujian Hasil Analisis Regresi Linier
Berganda Sesuai dengan Asusmsi Klasik...........

68

4.3.2. Analisis Hasil Perhitungan Regresi
Linier Berganda................................................

v

65

BAB V

4.4. Uji Hipotesis...............................................................

66

4.4.1. Analisi Secara Simultan.....................................

66

4.4.2. Uji Hipotesis Secara Parsial……………………

69

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan...................................................................

78

5.2. Saran.............................................................................

80

DAFTAR PUSTAKA

vi

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1. Pendapatan Petani Tambak Bandeng di Kabupaten Gresik Studi
Kasus Di Desa Wadak Kidul Kecamatan Duduk Sampeyan ……..57
Tabel 2. Tenaga Kerja Petani Tambak di Kabupaten Gresik Studi Kasus
Di Desa Wadak Kidul Kecamatan Duduk Sampeyan..................... 58
Tabel 3. Luas Lahan Tambak Bandeng di Kabupaten Gresik Studi Kasus
Di Desa Wadak Kidul Kecamatan Duduk Sampeyan................... 59
Tabel 4. Modal Petani Tambak Bandeng di Kabupaten GresikStudi Kasus
Di Desa Wadak Kidul Kecamatan Duduk Sampeyan.................

60

Tabel 5. Jumlah Produksi Petani Tambak Bandeng di Kabupaten Gresik
Studi Kasus Di Desa Wadak Kidul Kecamatan Duduk Sampeyan. 61
Tabel 6. Uji Heterokedastisitas................................................................

63

Tabel 7. Uji Multikolinier........................................................................

64

Tabel 8. Hubungan Antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat.......

65

Tabel 9. Perhitungan Uji F, Variabel Bebas Terhadap Pendapatan
Petani Tambak Bandeng di Gresik Studi Kasus Di Desa
Wadak Kidul Kecamatan Duduk Sampeyan.................................. 68
Tabel 10. Hubungan Antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
Pada Penerapan Model Linier.................................................

vii

70

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Pemilihan Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja...............

26

Gambar 2. Fungsi Produksi Cobb Douglas……………………..............

37

Gambar 3. Kerangka Pikir .......................................................................

41

Gambar 4. Kurva uji hipotesis secara simultan........................................

49

Gambar 5. Kurva Uji Hipotesis Secara Parsial........................................

50

Gambar 6. Kurva Statistik Durbin Watson.............................................

54

Gambar 7. Kurva Durbin Watson...........................................................

63

Gambar 8. Kurva Uji Hipotesis Secara Simultan……………................

68

Gambar 9. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Pengaruh
Tenaga Kerja Petani Tambak (X 1 ) Terhadap Pendapatan
Petani Tambak (Y).................................................................

70

Gambar 10. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Pengaruh Luas
Lahan Tambak (X 2 ) terhadap Pendapatan Petani
Tambak (Y)………………………………………................

72

Gambar 11. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Pengaruh
Modal Petani Tambak (X 3 ) terhadap Pendapatan
Petani Tambak (Y)................................................................

75

Gambar 12. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial
Pengaruh Jumlah Produksi (X 4 ) terhadap Pendapatan
Petani Tambak (Y)................................................................

viii

75

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1.

Data Regresi

2.

Analisis Multiple Regression

3.

Analisis Regresi dengan Program SPSS

4.

Tabel Uji F

5.

Tabel Uji T

6.

Tabel Durbin –Watson

ix

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
PETANI TAMBAK BANDENG DI KABUPATEN GRESIK
STUDI KASUS DI DESA WADAK KIDUL KECAMATAN
DUDUK SAMPEYAN

Oleh :
M, Isbah Al Atsilih

ABSTRAKSI

Pembangunan di bidang ekonomi merupakan masalah yang sangat penting
dan mendasar, sebagai tolak ukur adanya pembangunan ekonomi adalah
terjadinya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran
nyata dari kebijakan perubahan yang dilakukan oleh masing-masing daerah.
Perkembangan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional. Sejalan dengan
hal tersebut, maka sektor perikanan yang ada di Kabupaten Gresik perlu
digalakkan guna untuk meningkatkan perekonomian, mengingat besarnya potensi
yang dimilki oleh Kabupaten Gresik yaitu besarnya jumlah luas lahan tambak
yang dimiliki, keadaan alam dan letak geografis yang mendukung serta besarnya
jumlah penduduk yang tinggal di desa dan bermata pencaharian sebagai petani
tambak.
Dalam penelitan ini menggunakan data primer data yang diperoleh
langsung dari petani tambak bandeng di Kabupaten Gresik. Data yang dianalisis
menggunakan model Regresi Linier berganda dengan uji statistik yang digunakan
adalah uji F dan uji t.
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis diperoleh hasil F hitung
(113,834) > F tabel (2,78) sehingga secara simultan variabel bebas berpengaruh
nyata terhadap pendapatan petani tambak. Sedangkan hasil uji t secara parsial
variabel Tenaga Kerja Petani Tambak tidak berpengaruh nyata terhadap
pendapatan petani tambak dengan nilai t hitung 0,013 < t tabel 2,064, variabel Luas
Lahan Tambak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak dengan
nilai t hitung 2,242 > t tabel 2,064. Modal Petani Tambak tidak berpengaruh nyata
terhadap pendapatan petani tambak dengan nilai t hitung 0,886 < t tabel 2,064. Jumlah
Produksi berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak dengan nilai
t hitung 5,490 > t tabel 2,064.
Kata Kunci : Pendapatan Petani Tambak, Tenaga Kerja Petani Tambak,
Luas Lahan Tambak, Modal Petani Tambak dan Jumlah
Produksi

x

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar belakang
Sejak awal pembangunan Bangsa Indonesia bidang ekonomi telah

mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena pembangunan
ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak pembangunan selain melalui
pembangunan bidang ekonomi dapat dihasilkan sumber yang lebih luas bagi
pembangunan bidang lain (Anonim 1993 : 1).
Pembangunan di bidang ekonomi merupakan masalah yang sangat penting
dan mendasar, karena dengan pembangunan di bidang ekonomi diharapkan
mampu

untuk

mengatasi

kemiskinan,

pengagguran

dan

meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, sedangkan tujuan pembangunan nasional adalah
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan sepiritual
berdasarkan pancasila dan Undanag-Undang Dasar 1945 (Anonim, 1999 : 8).
Sebagai tolak ukur adanya pembangunan ekonomi adalah terjadinya
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran nyata dari
kebijakan perubahan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi yang
dilakukan oleh masing-masing daerah. Perkembangan daerah sebagai bagian dari
pembangunan nasional diarahkan untuk mengembangkan daerah masing-masing
dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah. Hal ini dapat dilakukan melalui
pembangunan yang serasi dan terpadu antar sektor ekonomi (Mashudi 2001 : 1).

1
 

2
 

Oleh karena itu pembangunan sub sektor perikanan perlu digalakkan,
bukan saja untuk keperluan peningkatan mutu gizi masyarakat, tetapi terutama
ditujukan untuk keperluan peningkatan produktivitas dan pendapatan petani,
memperluas kesempatan kerja dan untuk menunjang komoditas ekspor non migas
sebagai penghasil devisa negara. Ini sangat relevan dengan pernyataan dirjen
perikanan bahwa “ Peningkatan produksi dan produktifitas pembangunan sektor
perikanan ini tidak hanya diarahkan untuk meningkatkan pendapatan nelayan dan
petani ikan, tetapi juga meningkatkan pendapatan nelayan perikanan sebagai
penghasil devisa negara dari komoditi non migas” (Hanafi 1992 : 3).
Disisi lain sektor pertanian ini tetap menjadi perhatian pemerintah dengan
dua dasar pertimbangan :
1. Di harapkan sektor pertanian dapat menjadi pendukung yang tangguh atas
lajunya sektor industri alam pembangunan. Hal ini dapat dilihat dalam GarisGaris Besar Haluan Negara (GBHN) yang dengan rinci menggariskan tujuan
pembangunan pertanian dan bahan industri, peningkatan ekspor, peningkatan
pendapatan petani, peternak dan nelayan serta mendukung pembangunan
wilayah dan transmigrasi.
2. kenyataan menunjukkan bahwa sekitar 80% penduduk indonesia bermukim
didaerah pedesaan dimana sebagian besar berusaha disektor pertanian dan
58,73% dari seluru rumah tangga nasional bergerak dalam kegiatan sektor
pertanian (Anonim, 1993 : 21).
Dari dua alasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian
merupakan penyediaan lapangan kerja yang cukup signifikan bagi rakyat

3
 

Indonesia, tetapi karena makin meningkatnya jumlah penduduk sedangkan lahan
yang tersedia sangat terbatas, maka penyerapan tenaga kerja disektor pertanian
semakin menurun keadaan ini merupakan akibat dari proses perubahan struktural
tidak hanya terjadi pergeseran kontribusi sektoral terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB), tetapi juga pergeseran penyerapan tenaga kerja. Meskipun banyak
terjadi pergeseran tenaga kerja, tetapi sektor ini tetap diharapkan untuk menjamin
bahan pangan nasional yang memenuhi kebutuhan gizi standar dengan baik.
Sejalan dengan hal tersebut, maka sektor perikanan yang ada di daerah
Kabupaten Gresik studi kasus di desa wadak kidul kecamatan duduk sampeyan
juga perlu digalakkan guna meningkatkan usaha perikanan yang ada di Kabupaten
Gresik studi kasus di desa wadak kidul kecamatan duduk sampeyan, mengingat
besarnya potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Gresik studi kasus di desa wadak
kidul kecamatan duduk sampeyan yaitu besarnya jumlah luas lahan tambak yang
dimiliki, keadaan alam dan letak

geografis yang mendukung serta besarnya

jumlah penduduk yang kebanyakan tinggal di desa dan bermata pencaharian
sebagai petani tambak.
Sektor perikanan merupakan penyediaan lapangan kerja yang cukup
signifikan, tetapi karena semakin meningkatnya jumlah penduduk sedangkan
lahan yang tersedia sangat terbatas dan minimnya modal yang dimiliki petani
untuk mengembangkan usahanya maka penyerapan tenaga kerja pada sektor
pertanian menurun. Keadaan ini berakibat terjadinya perubahan dari sektor
pertanian ke sektor industri, padahal sektor ini tetap diharapkan mampu untuk
menjamin penyediaan bahan pangan nasional.

4
 

Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi masalah ini, pemerintah
mengambil kebikjasanaan dalam menyerasikan dan menyeimbangkan pendapatan
masyarakat terdapat pada sektor pemodalan yaitu dengan melalui pemberian
kredit perbankan. Hal ini disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai penghimpun
dan penyaluran dana masyarakat secara efektif dan efisien untuk mendukung
pelaksanaan pembangunan dalam upaya pengembangan dana pada sektor
pembangunan ekonomi pedesaan untuk meningkatkan pengembangan budidaya
perikanan dan meningkatkan usahanya guna mencapai tujuan kemakmuran
(Harianto, 1996 : 2).
Semakin meningkatnya hasil produksi dan tingkat pendapatan diharapkan
dapat membuka kesejahteraan keluarganya, baik keluarga pemilik modal itu
sendiri maupun yang hanya sebagai buruh petani. Dan tentunya secara tidak
langsung dapat membantu pemerintah didalam memberikan perkreditan pada
masyarakat. Mengingat pentingnya dalam mencapai pembangunan ekonomi
disektor perikanan terutama perikanan tambak diantara sektor-sektor yang lain
maka penelitian ini mencoba menganalisa dan untuk mengetahui pengaruh yang
ada selain faktor modal petani tambak yaitu tenaga kerja petani tambak, luas lahan
tambak, jumlah produksi dalam rangka meningkatkan pendapatan petani tambak
di Kabupaten Gresik studi kasus di desa wadak kidul kecamatan duduk sampeyan.

1.2.

Perumusan masalah
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas maka dapat diutarakan suatu

perumusan masalah dari penilaian sebagai berikut :

5
 

1. Apakah faktor tenaga kerja petani tambak, luas lahan tambak, modal petani
tambak, dan jumlah produksi berpengaruh terhadap pendapatan petani tambak
di Kabupaten Gresik studi kasus di desa wadak kidul kecamatan duduk
sampeyan.
2. Faktor manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap pendapatan petani
tambak di Kabupaten Gresik studi kasus di desa wadak kidul kecamatan
duduk sampeyan.

1.3. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian yang hendak di capai sesuai dengan latar
belakang dan permasalahan yang telah di kemukakan di atas yaitu :
1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor-faktor tenaga kerja petani tambak,
luas lahan tambak, modal petani tambak, dan jumlah produksi terhadap
peningkatan pendapatan petani tambak di Kabupaten Gresik studi kasus di
desa wadak kidul kecamatan duduk sampeyan.
2. Untuk mengetahui faktor manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap
pendapatan petani tambak yang di terima oleh petani tambak di Kabupaten
Gresik studi kasus di desa wadak kidul kecamatan duduk sampeyan.

6
 

1.4. Manfaat penelitian
Hasil penelitian di harapkan dapat memberi berbagai manfaat antara lain :
1. Sebagai masukan yang di harapkan bermanfaat bagi peneliti selanjutnya yang
berhubungan dengan modal atau penyaluran kredit kepada petani tambak
dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan petani tambak
2. Sebagai sumbangan pemikiran untuk merumuskan dan menggunakan strategi
yang tepat dalam mengembangkan usaha budidaya tambak di Kabupaten
Gresik studi kasus di desa wadak kidul kecamatan duduk sampeyan.
3. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam menentukan kebijaksanaan
pembangunan ekonomi di bidang perikanan.
4. Sebagai bahan untuk menambah wawasan dan perbendaharaan literatur
perpustakaan UPN “ Veteran” Jawa Timur perpustakaan Fakultas Ekonomi.

7
 

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah di lakukan oleh pihak lain dapat di pakai
sebagai bahan masukan dan pertimbangan.
Penelitian tersebut pernah di lakukan oleh :
1. Hadi (1998). Dengan judul penelitian “Analisis Peningkatan Pendapatan Petani
Tambak Bandeng Melalui Pemanfaatan Kredit Bank Rakyat Indonesia di
Kabupaten Daerah Tingkat II Gresik”. Penelitian ini menggunakan data
sekunder yang diperoleh dari data Bank Rakyat Indonesia di daerah tingkat II
Gresik. Tingkat pendapatan diperoleh dari angka-angka realisasi tahun 19901996. Data di analisis dengan model regresi linier berganda, dengan variabel
bebasnya yaitu Modal (X1), Jumlah Penduduk (X2), dan Tempat Pelelangan
Ikan (X3) dan variabel terikatnya yaitu Tingkat Pendapatan Petani Tambak (Y),
hubungan variabel terikat dengan variabel bebas secara simultan dilakukan uji
F, selanjutnya untuk menyelidiki hubungan masing-masing variabel bebas dan
variabel terikat menggunakan uji t. Hasil analisis menggunakan uji F
menunjukan bahwa variabel modal kerja, hasil produksi, dan tempat pelelangan
ikan berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Sedangkan analisis menggunakan
uji t menunjukan secara parsial variabel modal kerja, hasil produksi dan tempat

8

pelelangan ikan berpengaruh secara nyata terhadap tingkat pendapatan petani
tambak.
2. Aprianti (2000). Dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Petani Tembakau di Kabupaten Sampang (Studi Kasus Kecamatan
Sampang dan Kecamatan Robatel)”. Laporan tahunan pada dinas perkebunan
Sampang. Melalui model analisis regresi linier berganda dengan variabel
bebasnya yaitu Produksi (X1), Tenaga Kerja (X2), Luas Lahan (X3), terhadap
Pendapatan Petani Tembakau (Y). Hal ini diketahui uji F yaitu diperoleh fhitung
= 6,998 > Ftabel = 4,76. Sedangkan secara parsial variabel Produksi (X1)
berpengaruh secara nyata dan positif terhadap peningkatan pendapatan petani,
hal ini diketahui dari thitung = 2,448 > ttabel = 2,447. variabel Tenaga Kerja (X2)
berpengaruh secara nyata dan poositif terhadap peningkatan pendapatan petani
tembakau, dapat dikethui dari thitung = 2,491 > ttabel = 2,447. Variabel Luas
Lahan (X3) berpengaruh secara nyata dan positif terhadap peningkatan
pendapatan petani tembakau, dapat diketahui dari thitung = 3,850 > ttabel 2,447.
3. Prasetyo (2000). Dengan judul penelitian. “Peranan Kredit Usaha Tani Dalam
Rangka Peningkatan Pendapatan Petani di Dati II Nganjuk”. Menggunakan
variabel terikat (Y) pendapatan petani, sedangkan varibel bebas (X) meliputi
kredit dan kelompok tani. Penelitian ini menggunakan data skunder yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Badan Penyuluh Pertanian Kabupaten
Nganjuk. Hipotesis di uji dengan menggunakan uji F dan uji t. berdasarkan
pengolahan data dan analisis dapat disimpulkan bahwa secara simultan
diperoleh Fhitung lebih besar dari Ftabel yang berarti faktor kredit usaha tani

9

berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani di Kabupaten Nganjuk, dan
secara parsial untuk variabel X1 diperoleh t

hitung

lebih besar dari ttabel sehingga

kesimpulanya variabel kredit usaha tani berpengaruh secara kredit terhadap
pendapatan petani. Sedangkan untuk X2 diperoleh thitung lebih besar dari ttabel
sehingga berpengaruh secara positif terhadap pendapatan petani.
4. Sundjani (1996). Dengan judul penelitian “Usaha Peningkatan Pendapatan
Petani Melalui Pemanfaatan Kredit Bank Rakyat Indonesia Di Kabupaten Dati
II Gresik”. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan daerah
penelitian di Kecamatan Duduksampean. Jumlah sampel 38 orang di bagi
dalam 3 strata baik petani yang menerima kredit maupun yang tidak menerima
kredit. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pengambilan contoh acak
tak berstrata tak sebanding. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
dengan adanya kebijakan dari pemerintah melalui perbankan dalam bentuk
pemberian kredit kepada petani di Kecamatan Duduksampean adalah
menguntungkan bagi petani yang menggunakan fasilitas tersebut. Diperoleh
Fhitung = 74,119 > Ftabel = 4,76 dengan hasil analisis tersebut dengan uji F
disimpulkan bahwa secara simultan variabel independent (X) berpengaruh
secara nyata terhadap variabel dependent (Y), dengan pengaruh sebesar 97,1%.
Secara parsial dengan uji t untuk Tenaga Kerja (X1), berpengaruh nyata
terhadap (Y). Jika pendapatan petani tambak meningkat, maka jumlah tenaga
kerja bertambah. Luas Lahan Tambak (X2), berpengaruh terhadap (Y), hal ini
disebabkan luas lahan tambak yang luas akan mempengaruhi peningkatan
pendapatan petani tambak. Penyaluran Kredit (X3) berpengaruh nyata terhadap

10

(Y) jika pendapatan petani tambak meningkat maka kredit yang disalurkan
semakin besar.
5. Winarto (2000). Dengan judul penelitian “Analisis Kredit Pada Bank
Perkreditan Rakyat Dalam Meningkatkan Pendapatan Petani Di Jawa Timur”.
Dengan menggunakan variabel terikat (Y) yaitu pendapatan petani variabel
bebas (X), meliputi Jumlah Bank (X1) dan Jumlah Kredit (X2) penelitian ini
menggunakan data sekunder, yaitu data runtut waktu (time series) yang
diperoleh dari Bank Indonesia tahunan mulai tahun 1992 sampai tahun 1998.
Berdasarkan data dan analisis dapat disimpulkan bahwa secara simultan atau
keseluruhan nilai Fhitung = 5,819 > Ftabel = 3,84 maka Hi diterima yang
menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang nyata antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Sedangkan hasil perhitungan uji t atau secara parsial untuk
jumlah kantor bank tidak berpengaruh terhadap pendapatan petani, karena yang
mempengaruhi pendapatan adalah besarnya jumlah kredit yang diberikan. Dari
hasil pengujian perhitungan uji t untuk jumlah kredit thitung ≥ ttabel, menunjukkan
bahwa jumlah pemberian kredit berpengaruh terhadap pendapatan petani yang
berarti semakin banyak kredit yang diberikan akan semakin meningkat pula
pendapatan petani.
6. Astuti (2001). Dengan judul penelitian “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Asli Daerah Tingkat I Jawa Timur”. Melalui analisa uji regresi
linier berganda dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan uji F untuk
regresi secara simultan Pendapatan Domestik Regional Bruto (X1), Penerimaan
dari Pajak (X2), dan Tingkat Inflasi (X3), berpengaruh nyata terhadap

11

Pendapatan Asli Daerah (Y) terdapat thitung 3,302 > ttabel 4,76 sedangkan dari
pengujian secara parsial dapat diketahui bahwa variabel bebas Produk
Domestik Regional Bruto berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat
dengan thitung 8,5857 > ttabel 1,943 yang berarti bahwa penerimaan pajak
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah, untuk variabel bebas Tingkat
Inflasi (X3) diperoleh thitung -2,325 < ttabel -1,943 yang berarti tingkat inflasi
berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y).
7. Rifia (2001). Dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Probolinggo”. Dengan variabel terikat
Pendapatan Asli Daerah (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah Pendapatan
Domestik Regional Bruto (X1), Jumlah Penduduk (X2), dan Inflasi (X3), dari
pengujian secara simultan atau menyeluruh nilai Fhitung yang diperoleh 54,824 >
Ftabel 3,59 dengan level of signifikan 0,05, sedangkan dari pengujian parsial
menggunakan uji t dapat diketahui bahwa variabel bebas Pendapatan Domestik
Regional Bruto (X1), berpengaruh secara tidak nyata terhadap variabel terikat
dengan thitung 2,158 < ttabel 2,201, Jumlah Penduduk (X2) diperoleh thitung 2,609 >
ttabel 2,201 yang berarti jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap
Pendapatan Asli Daerah (Y), inflasi (X3) diperoleh thitung > dari ttabel -2,201 yang
berarti bahwa inflasi tidak berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan Asli
Daerah (Y).
8. Sulistiawati (2002). Dengan judul penelitian “Analisis Beberapa Faktor Yang
Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Petani Tambak Di Kabupaten Daerah
Tingkat II Lamongan”. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang

12

diperoleh dari hasil pencatatan pada instansi terkait untuk memenuhi tujuan
penelitian hipotesa diuji dengan analisis regresi linier berganda. Dengan
variabel dependent Pendapatan Petani Tambak (Y), dan variabel independent
Tenaga Kerja (X1), Luas Lahan Tambak (X2), Penyaluran Kredit (X3). Hasil
analisis dengan uji F disimpulkan bahwa secara simultan variabel independent
(X) berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependent (Y), dengan
pengaruh sebesar 9,71%. Secara parsial dengan uji t untuk Tenaga Kerja (X1)
berpengaruh nyata terhadap (Y). jika pendapatan petani tambak meningkat,
maka jumlah tenaga kerja bertambah. Luas Lahan Tambak (X2) berpengaruh
terhadap (Y). Hal ini disebabkan luas lahan tambak yang luas akan
mempengaruhi peningkatan pendapatan petani tambak. Penyaluran Kredit (X3)
berpengaruh nyata terhadap (Y). jika pendapatan petani tambak meningkat,
maka kredit yang disalurkan semakin besar.
9. Wulandari (2003). Dengan judul penelitian “Pengaruh Kredit Bank Umum
Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Petani Tambak Udang Di Kabupaten
Sidoarjo”. Penelitian ini menggunakan data sekunder melalui analisis uji regresi
linier berganda. Dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan uji F untuk
regresi simultan secara kredit, modal, luas lahan tambak, tenaga kerja dimana
diperoleh Fhitung = 6,348 nilai < Ftabel 5,191. Sedangkan menggunakan uji t
untuk regresi secara parsial dapat diketahui bahwa variabel Modal Sendiri (X1)
tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Petani Tambak (Y). Hal ini
dibuktikan dengan nilai thitung variabel X1 = 0,780 < ttabel = 2,571 atau di daerah
penerimaan Ho dan penolakan Hi, dan dari penyajian yang berpengaruh

13

signifikan terhadap Pendapatan Petani Tambak (Y) dibuktikan dengan nilai
thitung X1, X2, X3 sebesar 3,318; 2,789; 2,623 > ttabel = -2,571 dan nilai ini berada
pada daerah penolakan Ho dan penerimaan Hi.

Penelitian terdahulu yang dilakukan berbeda dengan penelitian yang
sekarang. Adapun perbedaan antara penelitian terdahulu dengan yang sekarang
sebagai berikut :


Dalam teknik penentuan data, pada penelitian terdahulu menggunakan
data sekunder dan data primer, sedangkan pada penelitian yang sekarang
menggunakan data primer.



Variabel yang digunakan pada penelitian yang sekarang antara lain Tenaga
Kerja Petani Tambak (X1), Luas Lahan Tambak (X2), Modal Petani
Tambak (X3), Jumlah Produksi (X4).

2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Tambak
Istilah tambak yang diambil dari bahasa jawa Nampak yang artinya
membendung air dengan pematang, sehingga terkumpul pada suatu tempat,
digunakan untuk menyatakan sebuah empang dekat pantai laut, atau pematang
untuk menahan air, gili-gili, tanggul, bending, kolam di tepi laut yang diberi
pematang untuk memelihara ikan terutama ikan bandeng. Tidak dinamakan kolam
karena istilah ini (Kardi, 1997 : 11).

14

Menurut

Surat

Keputusan

Meteri

Pertanian

Nomor

:

05/SK/MENTAN/BIMAS/VI/1984, tambak adalah suatu yang sengaja dicetak
sebagai wadah yang sesuai untuk dijadikan tempat pemeliharaan udang atau
bandeng.
Karena terletak dekat pantai, petakan tambak semacam ini selalu
menerima air payau (campuran air dari sungai dan dari laut) yang memasuki
muara sungai itu, jika sedang pasang. Istilah air payau dipakai bagi air yang
mempunyai sanitair (kadar garam) antara 5 dan 25 per mil. Dalam pengertian
limnologi (ilmu peraiaran), yang dimaksud dengan salinitas adalah jumlah segala
macam garam yang terkandung dalam 1000 gram air contoh, setelah air diuapkan
dalam ruangan hampa, dan setelah garam tersebut dikeringkan terus menerus
sampai bobotnya tetap. Jumlah garam (dalam garam) dalam tiap 1000 gram air
contoh inilah yang dinyatakan sebagai permil (disingkat 0/00) salinitas
(Kardi, 1997 : 13).

2.2.1.1. Budidaya Ikan Dan Tambak
Budidaya ikan tambak adalah kegiatan usaha pemeliharaan / pembesaran
ikan di tambak mulai dari ukuran benih sampai dengan ukuran yang layak di
konsumsi.
Budidaya tambak baik untuk memelihara ikan bandeng, udang, dan ikan
lainya di Indonesia sangat luas, ada +200.000 ha. (1986) yang dimiliki dan di
usahakan oleh petani tambak. Kebanyakan masalah ini masih dikelola secara
tradisional, karena kemampuan permodalan sebagai masukan untuk inovasi dan

15

tingkat keterampilan petani tambak tidak sama, maka teknik perkembangan yang
diterapkan saat ini juga berbeda-beda. Ada tambak yang masih di usahakan secara
sangat intensif dengan masukan modal yang tinggi dan hasilnya juga sangat
tinggi.
Adapun sistem budidaya ikan yang dikenal sekarang ada 3 tingkatan,
yaitu:
1. Sistem budidaya ikan tradisional atau ekstensif
Petakan tambak pada tingkatan budidaya ini, bentuk dan ukuranya tidak teratur,
luasnya antara 3 ha sampai 10 ha per petakan. Pada tambak tradisional, semua
tambak tidak di pupuki sehingga produktivitas tergantung pada makanan
tambahan, walaupun masih berupa dedak atau hasil limbah pertanian lainya.
2. Sistem budidaya semi intensif atau tradisional yang diperbaiki
Metode ini merupakan peningkatan atau perbaikan dari sistem tradisional atau
ekstensif yaitu dengan memperkenalkan bentuk petakan yang teratur dengan
maksud agar lebih muda dalam pengelolahan air,.bentuk petakan umunya
empat persegi panjang dengan luas 1 - 3 ha perpetakan. Pada budidaya semi
intensif ini orang memelihara campuran ikan, pengelolahan air cukup baik,
ketika ada air pasang naik, sebagaian air diganti dengan yang baru sehingga air
yang berkualitas cukup terjaga dan kehidupan ikan sehat.
3. Sistem budidaya intensif
Budidaya intensif dilakukan dengan teknik yang canggih dan memerlukan
masukan (input) biaya yang besar. Sebagai imbangan dari masukan yang tinggi

16

pula. Maksudnya supaya pengelolahan air dan pengawasanya lebih mudah.
(Mujiman dan Suyanto, 2003 : 26-35).

2.2.1.2. Teknik Pengelolaan Tambak
Dalam pembuatan dan pengelolaan tambak ada tahap-tahap yang harus
dilakukan dan diperhatikan oleh petani. Dengan memperhatikan tahap-tahap ini
diharapkan nantinya para petani memperoleh hasil yang optimal. Tahap-tahap
tersebut meliputi :
1. Tahap persiapan tambak
Dalam tahap persiapan ini ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu :
a). Perbaikan pematang dan saluran, yang dapat dilakukan secara bersamaan
maupun saling berurutan.
b). Pendalaman dan perataan dasar pelataran tengah. Pengelolaan tanah
diawali dengan menguras air tambak sampai terbentuk lumpur. Apabila
lumpurnya terlalu tebal maka perlu dikurangi dengan cara memperdalam
dasar tambak. Tanah yang diambil dari tambak digunakan untuk menutup
lubang-lubang yang bocor pada pematang. Setelah terbentuk lumpur
sedalam 30 cm kemudian dikeringkan sampai retak-retak namun tidak
sampai menjadi debu.
2. Pemupukan.
Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan produksi makanan
alami ikan bandeng dan juga kesuburan tanah. Pemupukan tambak
menggunakan 2 macam pupuk, yaitu pupuk alami dan pupuk buatan. Pupuk

17

alami menggunakan daun bakau atau kompos yang disebarkan ke dalam
tambak. Kemudian tambak dialiri air sampai sedikit tergenang, lalu diberi
pupuk yang kedua kalinya yaitu campuran dedak, urea, dan Triple
Superphospate (TSP) dan dialiri air kembali secara bertahap. Dalam jangka
waktu 10 hari mulai dari pemupukan klekap sudah mulai tumbuh
(Soeseno, 1993 : 79 – 81).
3. Pemberantasan hama
Untuk memberantas ikan lain seperti belanak, bronang, mujair, dan ikan-ikan
buas lainnya, digunakan akar tuba atau jenu yang mengandung racun roteon
dengan ukuran 4 – 6 kg/ha dengan kedalaman air 10 cm. Apabila tidak ada
akar tuba, dapat digantikan dengan tembakau dan racun lainnya sebelum nener
ditebarkan. Untuk kepiting bisa dimasukkan ke lubang kemudian ditutup.
(Mudjiman, 1993 : 52 – 53).
Pemberantasan hama ikan bandeng lebih mudah dilakukan karena hama bagi
ikan bandeng hanya berupa ikan-ikan lain yang dikhawatirkan memangsa
nener atau gelondongan. Tidak ada hama yang lain seperti pada
pembudidayaan udang maupun ikan lain.
4. Pengelolaan dan pembudidayaan tambak
a). Tahap pengelolaan petak peneneran.
Sebelum memelihara nener, terlebih dahulu dilakukan penangkapan nener
yang dilakukan secara tradisional dengan menggunakan belabor (sejenis
pemikat) yang dibuat dari tali dan daun kelapa atau daun pisang yang
sudah kering. Apabila belabar diterjunkan ke laut pada bulan purnama atau

18

bulan sedang mati dan air lautnya tenang maka nener akan berkerumun
dibalik daun. Untuk mengenali nener bandeng sangatlah mudah yaitu
dengan menggunakan seser (serok) dari kerang yang berwarna putih atau
seser dari bahan lain yang berwarna putih, sebab nener dapat diketahui
dengan melihat bintik hitam (mata) pada bagian kepala
(Soeseno, 1998 : 89 – 90).
Proses pemindahan nener dari laut ke petak peneneran yang kadar
garamnya berubah secara drastis tidak membuat nener mati, karena nener
memiliki sifat tahan terhadap perubahan yang besar dari kadar garam
dalam air (Soeseno, 1993 : 73).
Petak peneneran merupakan petak yang digunakan untuk menampung
bibit bandeng sebelum dipindahkan ke petak berikutnya, yaitu petak
penggelondongan (Anonim, 1991 : 5).
Ketinggian air air pada petak peneneran antara 1 – 1,5 meter dengan
salinitas antara 15 – 25 per mil dan suhu air antara 20º C – 26º C. Masa
,pemeliharaan pada petak peneneran berlangsung selama 4 – 6 minggu.
Pada usia ini nener sudah menjadi bandeng gelondongan dengan ukuran 8
– 12 cm dan sudah saatnya dipindahkan ke petak buyaran
(Murtidjo, 1999 : 99 – 102).
b). Tahap pengelolaan petak gelondongan (petak buyaran)
Petak penggelondongan atau petak buyaran adalah petak untuk
menampung atau memelihara bandeng sebelum dipindahkan ke petak
pembesaran. Salinitas air yang dibutuhkan pada petak gelondongan antara

19

13 – 17 per mil. Masa pemeliharaan pada petak gelondongan berlangsung
sekitar 4 – 6 minggu (Anonim, 1991 : 5).
c). Tahap pengelolaan petak pembesaran.
Petak pembesaran adalah petak untuk memelihara bandeng pindahan dari
penggelondongan sampai dengan berukuran konsumsi (Anonim, 1991 : 5).
Pemeliharaan dipetak pembesaran tidak jauh berbeda dengan petak
penggelondongan, hanya luas petaknya yang berbeda. Petak pembesaran
jauh lebih luas sehingga memerlukan pengelolaan air yang lebih cermat.
Petak pembesaran ini memerlukan salinitas air antara 15 – 25 per mil.
Masa pemeliharaan di petak pembesaran ini adalah 8 minggu, sehingga
mulai dari peneneran hingga pembesaran dibutuhkan waktu 5 bulan.
Pemberian kapur 5 – 10 kg/ha setiap minggu pada petak buyaran dan petak
pembesaran sangat perlu dilakukan untuk mengikat zat asam arang yang
ada di dasar tambak serta menyerap dan menetralkan gas racun seperti
amonia (Murtidjo, 1999 : 105 – 106).
d). Penangkapan hasil
Cara untuk menangkap ikan bandeng dewasa yaitu dengan mengosongkan
air tambak. Setelah itu ikan akan menuju ke parit dan digiring ke pintu air,
kemudian baru diambil dan dimasukkan ke dalam keranjang. Sebelum
dibawa ke pasar ikan bandeng dicuci terlebih dahulu dengan air bersih
untuk menghilangkan kotoran dan bakteri yang menempel pada ikan
kemudian diberi es agar tidak cepat busuk (Soeseno, 1998 : 100 – 104).

20

2.2.1.3. Seleksi Benih
Pada usaha budidaya tambak dibutuhkan benih-benih yang unggul. Benih
tersebut bukan sembarang benih, tetapi hasil seleksi ketat dari induk-induk yang
memenuhi kriteria sebagai induk. Faktor utama yang menentukan suksesnya
pembenihan ikan adalah induk. Pegangan utama adalah kalau induk sempurna,
maka keturunan sempurna.
Upaya ini dapat diperoleh dengan mempersiapkan semasa ikan itu muda
(benih). Benih tersebut dapat diambil dari segerombolan benih-benih ikan.
Caranya, waktu dipelihara akan terlihat benih yang berbakat jadi induk, seperti :
gerakannya lincah, tumbuh cepat, rakus makan, dan sehat.

2.2.1.4. Jenis Ikan
Pemeliharaan jenis ikan yang tepat tentunya sangat mendukung
keberhasilan dari suatu usaha dibidang perikanan. Adapun jenis ikan yang dapat
dipelihara dapat disesuaikan dengan jenis atau golongan tambak, jenis ikan
dikonsumsi di masyarakat, serta disesuaikan dengan kondisi lingkungan alamnya.
Ikan tambakan yang dalam bahasa asingnya disebut Hilostama temmincki
termasuk suku Anabantidae dan keluarga besar (bangsa) Labyrinchi. Di Indonesia
ikan tambakan mempunyai aneka ragam nama menurut masing-masing
daerahnya, seperti :






Di Kalimantan (daerah Pontianak dan Banjarmasin) : Ikan Biawan.
Di Jawa : Ikan Tambakan
Di Palembang : Ikan Sapil

21



Di Jambi : Ikan Tabakang
Di Pulau Jawa, ikan tambakan dipelihara orang secara besar-besaran, baik

untuk dikembangbiakan maupun untuk dipelihara sampai menjadi besar, adapun
jenis-jenis ikan yang selalu dipelihara atau dikembangkan, yaitu ikan bandeng,
ikan tawes, udang, ikan mujaer, ikan mas, ikan nilam. (Sutoyo, 1995 : 9).

2.2.2. Pendapatan
Pendapatan adalah hasil terjemahan dari bahasa inggris income yang
diartikan sebagai pendapatan seseorang dari penjualan faktor-faktor produksi yang
dimiliki.
Menurut Rosyidi, untuk mendapatkan pendapatan perseorangan atau
Personal Income, maka kedua bentuk pendapatan yaitu pajak laba perusahaan dan
laba tak dibagi haruslah dihilangkan. Pendapatan perseorangan ini belum siap
untuk dibelanjakan sewaktu-waktu, sebab dari jumlah ini belum dibayarkan pajak
kepada pemerintah yang merupakan pajak pribadi (Personal tax), sehingga agar
menjadi Disposible income ( pendapatan yang siap dibelanjakan), maka Personal
tax harus dikeluarkan dulu atau dibayarkan dulu pada pemerintah.
Di dalam buku “Ekonomi Makro Modern” (Sadono, Sukirno, 2000 : 28)
apabila keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahun dihitung,
maka akan diperoleh pendapatan. Barang yang dihasilkan dalam suatu Negara
dinyatakan dalam unit yang berbeda, yaitu ton, barel dan sebagainya. Dengan
demikian pendapatan adalah nilai barang dan jasa yangdihasilkan suatu Negara
dalam suatu tahun tertentu.

22

Di dalam buku “ Pengantar Ekonomi Makro” (Sadono Sukirno, 1994 : 34),
pendapatan adalah jumlah dari pendapatan faktor-faktor yang digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu.
Dari pendapat para ahli maka dapat di ambil suatu kesimpulan, bahwa
pendapatan perseorangan adalah jumlah seluruh uang yang diterima oleh
seseorang atau faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi
dalam jangka waktu tertentu.

2.2.2.1. Pengertian Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita merupakan pendapatan rata-rata tiap jiwa dalam
suatu wilayah yang diperoleh dengan membagi jumlah total produksi dan jasa
yang dihasilkan oleh penduduk suatu wilayah dengan jumlah penduduk wilayah
tersebut pada yang bersangkutan.
Salah satu pendapatan regional adalah dapat digunakan untuk melihat
perkembangan atau penurunan suatu daerah dari tahun ke tahun guna mendukung
pembangunan yang ditujukan untuk menghilangkan kemiskinan dan untuk
meningkatkan kemakmuran, maka ukuran yang digunakan adalah pendapatan
perkapita merupakan hasil antara Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada
suatu wilayah masyarakat, jumlah penduduk pada tahun ke tahun.
Dalam menghitung pendapatan perkapita terdapat dua macam perhitungan
yaitu :
a. Perhitungan menurut harga yang berlaku.

23

Perhitungan tersebut dapat memberikan gambaran mengenai rata-rata dari
penduduk suatu Negara dalam membeli barang-barang.
b. Perhitungan menurut harga tetap.
Perhitungan tersebut menunjukan perkembangan tingkat kemakmuran
disuatu Negara (Sukirno, 1992 : 20).
Pendapatan perkapita di hasilkan dari Produk Domestik Bruto dibagi jumlah
penduduk. Apabila laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan maka di harapkan
pendapatan perkapita akan meningkat, sehingga dapat mendukung tercapainya
pembangunan Negara
Gt = PPKI – PPKt-I x 100 %
PPKt-I
Keterangan :
Gt

= Pertumbuhan dalam pendapatan perkapita

PPKI = Pendapatan perkapita pada tahun t
PPKt-I = Pendapatan perkapita pada tahun t-I
(Sukirno, 1992 : 21)
Apabila pendapatan masyarakat meningkat, maka masyarakat dapat
membeli kebutuhanya sehingga nantinya dengan bertambahnya permintaan, maka
bisa meningkatkan pendapatan.

2.2.2.2. Pengertian Pendapatan Pertanian
Perhitungan biaya, penerimaan dan pendapatan hasil pertanian dalam satu
periode, besarnya penerimaan pertanian dihitung dengan mengalikan jumlah

24

pertanian yang dihasilkan dalam suatu periode dengan harga pertanian itu atau
petani akan menghitung hasil bruto produksinya yaitu mengalikan luas tanah
dengan hasil persatuan luas (Murbyarto, 1992 : 66).
Hal ini semua dinilai dengan uang, tetapi tidak semua hasil diterima oleh
petani, hasil itu harus diulangi dengan biaya-biaya harus dikeluarkanya yaitu
harga pupuk dan bibit, biaya pengolahan tanah, pupuk menanam, upah
membersihkan rumput dan biaya panen yang biasanya berupa hasil. (Murbyarto,
1992 : 60).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan khususnya
pertanian adalah besarnya pendapatan ditentukan dengan menghitung terlebih
dahulu penerimaan dari hasil pertanian yang dihasilkan, kemudian dikurangi
dengan seluruh biaya yang dikeluarkan.
Sedangkan biaya yang sedang dikeluarkan setiap petani tambak dalam
setiap periode untuk mengembangkan usahanya yang biasanya tidak sedikit. Oleh
sebab itu diperlukan lembaga keuangan sebagai sarana membantu petani tambak
yang mempunyai sedikit modal, untuk itu Bank Rakyat Indonesia yang berada di
Kecamatan-kecamatan akan lebih meningkat dari pada sebelumnya.

2.2.3. Tenaga kerja
Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja,
batasan usia kerja berbeda-beda antara Negara satu dengan Negara lain. Batas usia
kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun, tanpa batas umum

25

maksimum. Jadi semua orang atau semua penduduk yang berusia 10 tahun
tergolong sebagai tenaga kerja (Dumairy, 1997 : 38).
Tenaga kerja adalah bagian penduduk ( usia kerja ), baik yang bekerja
maupun yang mencari kerja, yang masih mau dan mampu untuk melakukan
pekerjaan ( Tambunan, 1993 : 57 )
Menurut Irawan dan Suparmoko (1997 : 67) mengartikan bahwa tenaga
kerja adalah penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai 64 tahun, penduduk
dalam usia ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja
yaitu penduduk yang berumur batas usia kerja, batas usia kerja bagi Negara
Indonesia yaitu minimum 10 tahun tanpa batas umum maksimum dan terlibat
dalam kegiatan produktif baik itu yang menerima maupun tidak menerima upah.

2.2.3.1. Konsep dan Definisi
Tenaga kerja ( man power ) dipilih dalam dua kelompok yaitu angkatan
kerja ( labour force ) dan bukan angkatan kerja, yang termasuk angkatan kerja
adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bbekerja tau mempunyai
pekerjaan namun untuk sementara tidak bekerja dan mencari pekerjaan.
Sedangkan yang bukan termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja yang tidak
bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan yakni
masing-masing yang kegiatannya bersekolah (pelajar, mahasiswa). Mengurus

26

rumah tangga (maksudnya ibu-ibu yang bukan imbalan langsung atas jasa
kerjanya, (pensiun, penderita cacat yang dependent). ( Dumairy, 1997 : 75 ).
Dengan demikian dalam konteks ketenagakerjaan, penduduk dipilih-pilih
menurut angkatan kerja yaitu sebagai berikut
Gambar 1. Pemilihan Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja
ANGKATAN KERJA
 Pekerja
 Pengangguran
TENAGA KERJA
Berusia ≥ 10 tahun
PENDUDUK

BUKAN TENAGA
KERJA
Berusia ≥ 10 tahun

BUKAN ANGKATAN
KERJA
 Pelajar dan
Mahasiswa
 Pengurus Rumah
Tangga
 Penerima
Pendapatan Lain

Sumber : Dumary. 1997. Perekonomian Indonesia. BPFE. UGM.
Yogyakarta. Hal 75.

2.2.3.2. Tenaga Kerja Pertanian
Setiap usaha yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja.
Dalam analisis ketenagakerjaan di bidang pertanian penggunaan tenaga kerja
dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja.
Besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh skala usaha. Biasanya
usaha perikanan tambak skala kecil akan menggunakan tenaga kerja dalam
keluarga dan tak perlu tenaga ahli. Sebaliknya dalam usaha perikanan tambak

27

skala besar, lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dengan cara
sewa dan sering dijumpai tenaga-tenaga ahli.
Tenaga kerja terampil dan tenaga kerja kasaran sangat diperlukan dalam
usaha budidaya tamb