Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Organik Di Kabupaten Serdang Bedagai(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan)

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN

PETANI PADI ORGANIK DI KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan)

SKRIPSI

OLEH : ZIKRINA 080304034 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN

PETANI PADI ORGANIK DI KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan)

SKRIPSI

OLEH : ZIKRINA 080304034 AGRIBISNIS

Diajukan kepada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, untuk Memenuhi dari Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(M. Mozart B. Darus, MSc) (Ir. Diana Chalil, MSi. PhD) NIP. 196210051987031005 NIP. 196703031998022001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

ZIKRINA (080304034/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI PADI ORGANIK DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan). Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni tahun 2012 dengan dibimbing oleh M. Mozart B Darus, MSc dan Ir. Diana Chalil, Msi, PhD.

Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan secara organik. Harga saprotan yang terlalu tinggi dan alasan kesehatan menyebabkan banyak petani yang mengalihkan usahatani padi mereka ke pertanian padi organik. Salah satu penyebab beralihnya petani padi anorganik ke petani padi organik yaitu dengan alasan pendapatan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani padi organik di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan). Variabel yang diamati dalam penelitian adalah produktivitas padi organik, harga bibit, harga pupuk kandang, harga urin sapi, harga pestisida organik, upah tenaga kerja, dan biaya pemasaran.

Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari petani padi organik di Desa Lubuk Bayas dengan kelompok Tani Subur melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner). Metode regresi linier digunakan untuk menganalisis model. Metode pendugaan parameter regresi adalah metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) pendapatan petani padi organik mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, hal ini dapat dilihat dari jumlah penjualan beras organik serta harga jual beras organik yang tinggi setiap tahun; 2) variabel produktivitas padi organik, variabel harga urin sapi, dan variabel upah tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi organik. Sedangkan variabel harga bibit, harga pupuk kandang, harga pestisida organik, dan biaya pemasaran tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi organik.


(4)

RIWAYAT HIDUP

ZIKRINA dilahirkan di Lhokseumawe pada tanggal 09 Mei 1990. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dari Bapak Drs. Iskandar Nasri, MM dan Ibu Farida Hidayati.

Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut.

1. Jenjang pendidikan tingkat dasar di SD Negeri 1 Lhokseumawe, masuk pada tahun 1996 dan tamat tahun 2002.

2. Jenjang pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Negeri 1 Lhokseumawe, masuk pada tahun 2002 dan tamat pada tahun 2005.

3. Jenjang pendidikan tingkat menengah atas di SMA Al-Azhar Medan, masuk pada tahun 2005 dan tamat pada tahun 2008.

4. Jenjang pendidikan tingkat sarjana (S1) di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, masuk tahun 2008 dan tamat pada tahun 2012.

5. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Desa Gajah, Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2012.

6. Mengadakan penelitian skripsi di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, pada tahun 2012.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat, dan karunia-Nya, serta segala kekuatan, kemampuan, dan kesempatan yang telah dianugerahkan-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan masa perkuliahan dengan skripsi yang berjudul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI PADI ORGANIK DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan). Skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu sebagai berikut.

1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dekan beserta Pembantu Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah memimpin dan mengelola institusi pendidikan di tingkat universitas dan fakultas.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS, sebagai ketua Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah memimpin dan mengelola institusi pendidikan di tingkat departemen.

3. Bapak Dr. Ir Satia Negara Lubis, MS, sebagai sekretaris Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah memimpin dan mengelola institusi pendidikan di tingkat departemen.

4. Bapak M. Mozart B. Darus, MSc, sebagai ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan kepada Penulis.


(6)

5. Ibu Ir. Diana Chalil, Msi, PhD, sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan kepada Penulis.

6. Seluruh staf pengajar di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmunya kepada Penulis selama Penulis menjadi mahasiswa.

7. Seluruh staf akademik dan pegawai di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah membantu seluruh proses administrasi.

8. Seluruh instansi dan petani yang terkait dengan penelitian Penulis

9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, namun telah ikut membantu Penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Secara khusus, Penulis mengucapkan terima kasih, atas segala motivasi, bantuan, serta dukungan berupa doa dan semangat, kepada ayahanda tercinta Bapak Drs. Iskandar Nasri, MM dan ibunda tercinta Ibu Farida Hidayati, adinda tersayang Zumara Mudarakna, serta abangnda yang selalu mendampingi Penulis dengan setia Dian Avilla, SP. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat Penulis yang telah banyak membantu Penulis selama masa perkuliahan, yaitu Siti Ramadhani M, SP, Cut Risty Triutari Bastiani,SP, dan Eva Amalia, SP, dan semua rekan-rekan di Departemen Agribisnis stambuk 2008 yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu.

Sebagai sebuah karya ilmiah, skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki Penulis. Masukan dan saran akan sangat berarti agar skripsi ini dapat dikembangkan dengan


(7)

penelitian-penelitian selanjutnya. Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, November 2012


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 5

2.1.1 Tinjauan Agronomis ... 5

2.1.2 Tinjauan Ekonomi ... 8

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Konsep Pendapatan ... 10

2.2.2 Analisis Pendapatan ... 10

2.2.3 Faktor Pendapatan ... 11

2.3 Kerangka Pemikiran... 11

2.4 Hipotesis Penelitian ... 14

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 15

3.2 Metode Penentuan Responden ... 15

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 16

3.4 Metode Analisis Data ... 17

3.5 Pendapatan ... 24

3.6 Defenisi dan Batasan Operasional ... 22

3.6.1 Defenisi ... 23


(9)

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Wilayah ... 24

4.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 24

4.1.2 Tata Guna Lahan ... 24

4.1.3 Keadaan Penduduk ... 25

4.1.4 Sarana dan Prasarana ... 27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan Pendapatan Petani Padi Organik di Desa Lubuk Bayas ... 29

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Organik di Desa Lubuk Bayas ... 31

a. Deskriptif ... 31

Karakteristik Petani dan Usahatani ... 31

5.2.1 Umur Petani ... 31

5.2.2 Tingkat Pendidikan Petani ... 32

5.2.3 Status Kepemilikan Lahan Tanaman Padi Organik ... 33

5.2.4 Luas Lahan Tanaman Padi Organik ... 34

5.2.5 Lama Bertani Padi Organik ... 35

5.2.6 Jumlah Anggota dan Tanggungan Petani ... 36

5.2.7 Penyerapan Tenaga Kerja Usahatani Padi Organik ... 36

5.2.8 Produktivitas Padi Organik ... 37

5.2.9 Biaya Produksi Padi Organik ... 38

5.2.9.1 Biaya Produksi Padi Organik Permusim Tanam 39

5.2.9.2 Biaya Produksi Padi Organik Perhektar... 46

5.2.10 Penerimaan Usahatani Padi Organik ... 53

5.2.10.1 Penerimaan Permusim Tanam ... 53

5.2.10.2 Penerimaan Perhektar ... 54

5.2.11 Pendapatan Usahatani Padi Organik ... 55

5.2.11.1 Pendapatan Permusim Tanam ... 55

5.2.10.2 Pendapatan Perhektar ... 56

b. Hasil Estimasi ... 57

5.2.12 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Organik ... 57

5.2.12.1 Uji Asumsi Ordinary Least Square (OLS) ... 58

5.2.17.2 Uji Kesesuaian (test goodness of fit) model dan Uji Hipotesis ... 60


(10)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 69 6.2 Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal 1. Perbedaan Input dan Harga Pertanian Anorganik dan

Organik ... 9 2. Luas Lahan dan Produksi Padi Organik Binaan BITRA di

Provinsi Sumatera Utara, Oktober 2011 ... 15 3. Jumlah Populasi Petani Padi Organik Berdasarkan Strata

Luas Lahan Tahun 2011 di Desa Lubuk Bayas ... 16 4. Distribusi Penggunaan Lahan Tahun 2011 ... 25 5. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Lubuk

Bayas Tahun 2011 ... 25 6. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur di Desa Lubuk

Bayas Tahun 2011 ... 26 7. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian Tahun 2011 ... 26 8. Sarana dan Prasarana Desa Lubuk Bayas Tahun 2011 ... 28 9. Jumlah Penjualan Beras Organik dan Harga Beras Organik

di Desa Lubuk Bayas... 29 10. Perbandingan Harga Beras Organik dan Harga Beras Biasa

di Desa Lubuk Bayas... 30 11. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Umur Petani ... 32 12. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 33 13. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Status Kepemilikan

Lahan Tanaman Padi Organik ... 33 14. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan Tanaman Padi Organik ... 34 15. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Lama Bertani

Padi Organik ... 35 16. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Rata-rata Penyerapan


(12)

17. Produktivitas Padi Organik Berdasarkan Musim Tanam ... 38

18. Biaya Bibit Berdasarkan Musim Tanam ... 39

19. Biaya Pupuk Kandang Berdasarkan Musim Tanam ... 40

20. Biaya Urin Sapi Berdasarkan Musim Tanam... 41

21. Biaya Pestisida Organik Berdasarkan Musim Tanam ... 43

22. Biaya Tenaga Kerja Berdasarkan Musim Tanam ... 44

23. Biaya Pemasaran Berdasarkan Musim Tanam ... 45

24. Biaya Bibit Perhektar ... 46

25. Biaya Pupuk Kandang Perhektar ... 47

26. Biaya Urin Sapi Perhektar ... 49

27. Biaya Pestisida Organik Perhektar ... 50

28. Biaya Tenaga Kerja Perhektar ... 51

29. Biaya Pemasaran Perhektar ... 52

30. Penerimaan Permusim Tanam... 53

31. Penerimaan Perhektar... 54

32. Pendapatan Permusim Tanam ... 56


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Data Karakteristik Petani Sampel dan Usahatani... 73

2. Pendapatan Petani Padi Organik Permusim Tanam ... 79

3. Pendapatan Petani Padi Organik Perhektar ... 95

4. Scatterplot dengan Outlier ... 111

5. Data Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Organik sebelum dibuang outlier ... 114

6. Data Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Organik setelah dibuang outlier ... 120

7. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Organik ... 126

8. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Organik ... 131


(14)

ABSTRAK

ZIKRINA (080304034/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI PADI ORGANIK DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan). Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni tahun 2012 dengan dibimbing oleh M. Mozart B Darus, MSc dan Ir. Diana Chalil, Msi, PhD.

Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan secara organik. Harga saprotan yang terlalu tinggi dan alasan kesehatan menyebabkan banyak petani yang mengalihkan usahatani padi mereka ke pertanian padi organik. Salah satu penyebab beralihnya petani padi anorganik ke petani padi organik yaitu dengan alasan pendapatan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani padi organik di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan). Variabel yang diamati dalam penelitian adalah produktivitas padi organik, harga bibit, harga pupuk kandang, harga urin sapi, harga pestisida organik, upah tenaga kerja, dan biaya pemasaran.

Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari petani padi organik di Desa Lubuk Bayas dengan kelompok Tani Subur melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner). Metode regresi linier digunakan untuk menganalisis model. Metode pendugaan parameter regresi adalah metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) pendapatan petani padi organik mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, hal ini dapat dilihat dari jumlah penjualan beras organik serta harga jual beras organik yang tinggi setiap tahun; 2) variabel produktivitas padi organik, variabel harga urin sapi, dan variabel upah tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi organik. Sedangkan variabel harga bibit, harga pupuk kandang, harga pestisida organik, dan biaya pemasaran tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi organik.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa tahun dekade terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang terbaik untuk menghasilkan pangan tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya tanah, air, dan udara. Akan tetapi kerawanan pangan sering terjadi di banyak negara yang sedang berkembang, maka negara-negara industri berusaha mengembangkan “revolusi hijau” untuk mencukupi pangan dunia. Sebagai konsekuensi dikembangkannya teknologi “revolusi hijau” maka kearifan/pengetahuan tradisional yang berkembang sesuai dengan budaya setempat mulai terdesak bahkan mulai dilupakan. Teknologi modern yang mempunyai ketergantungan tinggi terhadap bahan agrokimia, seperti: pupuk kimia, pestisida, dan bahan kimia pertanian lainnya lebih diminati petani daripada melaksanakan pertanian akrab lingkungan.

Sejalan dengan makin banyaknya bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan teknologi modern, seperti pestisida, herbisida, dan pupuk kimia terhadap lingkungan, maka praktek pertanian organik mulai dikembangkan oleh para petani-petani yang secara serius dan bertanggung jawab untuk menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan serta menghindarkan bahaya residu pestisida yang terkandung di dalam padi saat ini yang dapat mengancam kesehatan manusia.


(16)

Di Indonesia, pertanian organik semakin menemukan momentumnya seiring munculnya krisis ekonomi tahun 1997 yang melambungkan harga saprotan (sarana produksi pertanian) seperti pupuk kimia dan pestisida kimia. Dengan harga saprotan yang mahal tentu saja menyebabkan tingkat keuntungan menurun. Padahal di lain pihak biaya tenaga kerjanya pun terkadang naik. Inilah yang menyebabkan petani berpaling pada pertanian organik dengan hanya memanfaatkan bahan-bahan disekitarnya (Andoko, 2002).

Desa Lubuk Bayas adalah salah satu desa yang menerapkan pertanian padi organik. Desa Lubuk Bayas terletak di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Pertanian organik di Desa Lubuk Bayas baru diterapkan sejak tahun 2008. Mayoritas masyarakat di desa ini bergerak di bidang pertanian, terutama pertanian padi sawah. Kehidupan masyarakat di desa ini tergantung pada tanaman padinya.

Kelompok Tani Subur merupakan satu-satunya kelompok pertanian padi organik di Desa Lubuk Bayas. Kelompok ini menerapkan pertanian padi organik dengan memanfaatkan kotoran ternak atau tumbuh-tumbuhan yang dikeringkan dan diolah sendiri menjadi kompos, dan sebagai pencegah hama digunakan insektisida hayati yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan, yaitu daun sirih, tembakau, dan akar pinang muda.

Menurut Sarman, salah satu petani organik dan juga yang menjadi Ketua Kelompok Tani Subur, sebagian besar penduduk di Desa Lubuk Bayas masih menerapkan pertanian anorganik. Mereka menganggap pertanian organik jauh lebih rumit pengerjaannya dibandingkan pertanian anorganik, baik dalam hal pengelolaan lahan dan pemeliharaannya. Padahal jika dilihat dari input yang


(17)

dikeluarkan, petani anorganik lebih banyak mengeluarkan input produksi dibandingkan pertanian organik.

Berdasarkan berbagai hal yang telah dikemukakan sebelumnya, Penulis merasa perlu untuk meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani padi organik di Kabupaten Serdang Bedagai, Kecamatan Perbaungan, Desa Lubuk Bayas.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Bagaimana perkembangan pendapatan petani padi organik di daerah penelitian?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pendapatan petani padi organik di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk menganalisis perkembangan pendapatan petani padi organik di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani padi organik di daerah penelitian.


(18)

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi petani padi organik dalam upaya peningkatan produksi guna untuk meningkatkan pendapatan, umumnya petani padi organik di Provinsi Sumatera Utara dan khususnya bagi petani padi organik di Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi-instansi terkait dalam melaksanakan pertanian organik yang berkelanjutan.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam melakukan penelitian, khususnya penelitian mengenai agribisnis.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis

Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan secara organik. Pembudidayaan organik terlahir dari revolusi hijau yang merupakan upaya meningkatkan produksi pangan melalui usaha pengembangan teknologi pertanian yang meliputi penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk kimia, penggunaan pestisida kimia, mekanisasi pertanian, dan penyuluhan pertanian secara massal. Revolusi hijau berkembang pesat dan mampu mencukupi kebutuhan pangan penduduk dunia pada awal dekade perkembangannya. Indonesia juga mengadopsi teknologi revolusi hijau dunia. Hasilnya pada tahun 1984 Indonesia berhasil sebagai negara yang berswasembada pangan. Namun revolusi hijau justru berdampak negatif, yaitu meningkatnya penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang dapat mencemari lingkungan dan menyebabkan keracunan pada manusia (Sriyanto, 2010).

Pertanian organik dapat diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang-hara secara hayati. Daur ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah lainnya yang mampu memperbaiki status kesuburan tanah dan struktur tanah (Sutanto, 2002).

Prinsip-prinsip dasar dipilihnya pertanian padi organik : (1) Dapat memutuskan ketergantungan terhadap produk sintetis


(20)

(3) Menjaga mutu dan kualitas yang bebas dari bahan-bahan kimia.

Tujuan utama dari pertanian organik adalah memperbaiki dan menyuburkan kondisi lahan serta menjaga keseimbangan ekosistem. Sumber daya lahan dan kesuburannya dipertahankan dan ditingkatkan melalui aktivitas biologi dari lahan itu sendiri, yaitu dengan memanfaatkan residu hasil panen, kotoran ternak, dan pupuk hijau (green manure crops). Produk pertanian dikatakan organik jika produk tersebut berasal dari sistem pertanian organik yang menerapkan praktik manajemen yang berupaya untuk memelihara ekosistem melalui beberapa cara, seperti pendaurulangan residu tanaman dan hewan, rotasi dan seleksi pertanaman, serta manajemen air dan pengolahan tanah (Sriyanto, 2010).

Tidak semua varietas padi cocok dibudidayakan secara organik. Varietas padi yang cocok ditanam secara organik hanyalah jenis atau varietas alami. Adapun 2 jenis varietas padi organik tersebut adalah :

1. Cintanur merupakan beras/padi varietas lokal yang dikembangkan lewat perkawinan silang secara alami yang melibatkan benih varietas lokal. Persilangan tersebut yaitu antara varietas pandan wangi dan lusi. Pandan wangi dengan wanginya yang sangat khas dan lusi dengan sifat pulennya yang kentara. Persilangan varietas lokal ini bukan GMO (genetic modified organisme) sehingga sangat aman untuk dikonsumsi semua orang. Oleh karena itu beras organik (organic rice) Cintanur jika dimasak rasanya sangat enak. Wangi sekaligus sangat pulen. Beras organik cintanur bahkan lebih pulen daripada beras organik pandan wangi, dengan tingkat aroma wangi yang hampir dikatakan sama


(21)

2. Ciherang merupakan beras organik yang berbeda dengan varietas lain. Karakter khususnya yaitu butir beras ciherang berbentuk panjang. Untuk baunya, beras organik ciherang tidak berbau wangi, berbeda dengan beras organik pandan wangi. Dalam budidayanya, beras organik ciherang dikenal karena mempunyai daya tahan yang kuat terhadap hama daripada beras organik varietas lain. Dalam produktifitasnya pun, beras organik ciherang dikenal lebih produktif dari beras organik varietas lain

(Mulyawan, 2011).

Pupuk organik yang sering digunakan untuk memupuk tanaman adalah kompos. Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman, hewan,dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi. Pemupukan lahan konversi secara total sudah tidak menggunakan pupuk anorganik seperti urea, TSP, atau KCl sama sekali. Padi organik membutuhkan pupuk kandang dan pupuk kompos legume sebanyak 4 ton/ha (Parnata, 2010).

Pengendalian hama dan penyakit tanaman padi organik dapat dilakukan secara: (1) pengendalian secara mekanis dilakukan dengan menangkap hama secara langsung atau menggunakan perangkap, (2) pengendalian secara kultur teknis dilakukan dengan menanam tanaman inang di sekitar lahan tanaman padi organik, (3) pengendalian menggunakan pestisida organik urinsa yang dapat mengendalikan hama walang sangit, penggerek batang, wereng cokelat, dan wereng hijau (Sriyanto, 2010).


(22)

2.1.2 Tinjauan Ekonomi

Tujuan dari kegiatan atau aktifitas ekonomi seperti yang dilakukan oleh setiap orang adalah bagaimana memadukan faktor ekonomi yang dimiliki (dengan jumlah yang terbatas) agar memperoleh hasil berupa keuntungan, selanjutnya akan dapat meningkatkan pendapatan dari kegiatan ekonomi tersebut (Soekartawi, 1995).

Peningkatan pendapatan petani atau pengusaha pertanian ditentukan oleh jumlah produksi yang dapat dihasilkan oleh satu orang petani atau perusahaan pertanian, harga penjualan produksi dan biaya produksi/ usahatani atau perusahaan pertanian. Jumlah produksi dari satu usahatani atau satu perusahaan pertanian, ditentukan oleh skala usaha dan produktivitas yang dapat diperoleh satu unit usahatani atau perusahaan pertanian. Besarnya skala usahatani dapat ditentukan oleh besarnya jumlah penduduk yang hidup/ berusaha dalam sektor pertanian (Simanjuntak, 2004).

Analisis ekonomi dilakukan untuk menghitung sejauh mana usaha yang telah dijalankan dapat memberikan keuntungan. Pendapatan usahatani tersebut hanya akan diperoleh apabila semua biaya yang telah dikeluarkan dapat ditutupi oleh hasil penjualan dari kegiatan produksi yang telah dilakukan (Soekartawi, 1995).

Ditinjau dari sisi produksi, perbedaan input produksi padi organik dan anorganik hanya terletak pada penggunaan pupuk, pestisida dan zat perangsang tumbuh. Hasil penelitian Sagala (2010) menunjukkan bahwa pendapatan petani padi organik dan anorganik terletak pada input produksi yang digunakan. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut.


(23)

Tabel 1. Perbedaan input dan harga pertanian anorganik dan organik

Keterangan Anorganik Organik

Zat Perangsang Tumbuh Rp.25.000/liter -

Pestisida Rp.100.000/rante -

Pupuk Rp.2.500/kg – Rp.4.000/kg Rp.1.000/kg – Rp.1.500/kg

Gabah Kering Rp.600.000/rante Rp.833.000/rante

Beras Rp.5.800/kg Rp.8000/kg

Secara keseluruhan pertanian padi organik lebih menguntungkan daripada pertanian anorganik, sehingga keuntungan yang diperoleh dapat meningkatkan pendapatan petani padi organik (Sagala, 2010).

Sagala (2010) menganalisis tingkat sosial ekonomi petani dampingan BITRA dan petani anorganik di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat sosial ekonomi petani organik dampingan BITRA dengan petani anorganik pada tanaman padi sawah. Perbedaan tingkat sosial ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang diperoleh petani padi organik dan anorganik. Penelitian ini menemukan bahwa variabel yang digunakan untuk melihat pengeluaran usahatani meliputi biaya lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk dan pestisida. Sedangkan pendapatan petani dapat dilihat melalui penerimaan hasil usahatani.

Hasil penelitian Poetryani (2011) menunjukkan bahwa analisis faktor-faktor yang berpengaruh pada usahatani organik adalah jumlah benih dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh pada usahatani padi organik adalah jumlah pupuk organik, jumlah pupuk cair, harga benih, dan harga


(24)

POC. Selanjutnya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan usahatani padi organik adalah biaya tenaga kerja, produksi gabah organik dan harga gabah organik. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh adalah biaya benih, biaya pupuk, dan biaya alat bajak.

2.2 Landasan Teori

Penelitian ini dilandaskan pada teori pendapatan yang dijabarkan sebagai berikut :

2.2.1 Konsep pendapatan

Pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi (Boediono, 1992).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani dan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya (Soekartawi, 1995).

Pendapatan dari usahatani adalah total penerimaan dari nilai penjualan hasil ditambah dari nilai hasil yang dipergunakan sendiri, dikurangi dengan total nilai pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk input (benih, pupuk, pestisida dan alat-alat) pengeluaran untuk upah tenaga kerja dari luar keluarga, pajak dan lain-lain (Hernanto, 1993).

2.2.2 Analisis pendapatan

Analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu keadaan usahatani dan


(25)

menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani, analisis pendapatan membantu untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak (Soeharjo dan Patong, 1973).

2.2.3 Faktor pendapatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan terdiri dari faktor produksi (input) dan jumlah produksi (output). Faktor produksi (input) terbagi dalam dua hal, yaitu ketersediaan dan harga. Apabila ketersediaan input dipasaran langka maka akan mempengaruhi produktivitas. Demikian pula dengan harga yang tinggi akan menentukan besar atau kecilnya biaya dan pendapatan dari usahatani. Jumlah produksi (output) terdiri dari permintaan dan harga. Jika permintaan akan produksi tinggi maka harga di tingkat petani tinggi pula sehingga dengan biaya yang sama petani akan memperoleh pendapatan yang tinggi pula. Sebaliknya, jika petani telah berhasil meningkatkan produksi, tetapi harga turun maka pendapatan petani akan turun pula. Oleh karena itu faktor produksi (input) dan jumlah produksi (output) akan berpengaruh terhadap biaya dan pendapatan usahatani (Suratiyah, 2009).

2.3 Kerangka Pemikiran

Padi merupakan salah satu komoditas pangan yang dapat dibudidayakan secara pertanian organik. Prospek perkembangan pertanian padi organik yang dikelola sedemikian rupa belum disertai dengan peningkatan produktivitas dan pendapatan petani. Padahal jika dilihat dari produktivitasnya yang tinggi dan harga jualnya yang tinggi maka dapat meningkatkan pendapatan petani padi organik. Untuk itu, perlu dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan


(26)

petani padi organik, baik pada biaya input-input produksi maupun output yang diterima oleh petani.

Kajian mengenai perkembangan pendapatan petani padi organik di Desa Lubuk Bayas dilakukan dengan menganalisis biaya-biaya input yang dikeluarkan selama proses produksi dan output yang diterima oleh petani sebagai penerimaan usahatani. Analisis ini penting karena, dari sisi permintaan, prospek perkembangan beras organik sangat cerah. Dari sisi penjualan, beras organik cukup diminati oleh konsumen yang mengerti kesehatan. Namun, dari sisi pendapatan, belum dikaji sejauh mana pendapatan petani padi organik dapat ditingkatkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya input produksi adalah harga bibit, harga pupuk kandang, harga urin sapi, harga pestisida organik, upah tenaga kerja, dan biaya pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan usahatani adalah Jumlah hasil beras organik dan harga beras organik. Ilustrasi kerangka pemikiran disajikan pada gambar 1.


(27)

Ada Pengaruh

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Harga Input

- Bibit

- Pupuk Kandang - Urin Sapi

- Pestisida Organik - Tenaga Kerja -Biaya Pemasaran

Output -Jumlah Hasil Beras

Organik

Pendapatan Harga Output


(28)

2.4Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, landasan teori, dan kerangka pemikiran, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

- Pendapatan petani padi organik dipengaruhi oleh jumlah produksi padi organik, harga bibit, harga pupuk kandang, harga urin sapi, harga pestisida organik, upah tenaga kerja, dan biaya pemasaran.


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu di Kabupaten Serdang Bedagai, Kecamatan Perbaungan, Desa Lubuk Bayas. Sulitnya memperoleh data mengenai produksi padi organik karena tidak ada ketersediaan data di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara sehingga dipilihnya LSM BITRA yang merupakan institusi yang memberikan pembinaan pertanian padi organik di Sumatera Utara. Daerah ini dipilih karena merupakan daerah dengan produksi padi organik terbesar binaan BITRA di Provinsi Sumatera Utara. Luas lahan dan produksi padi organik menurut binaan BITRA di Provinsi Sumatera Utara pada Oktober 2011 disajikan pada tabel 3.1.

Tabel 2. Luas Lahan dan Produksi Padi Organik Binaan BITRA di Provinsi Sumatera Utara, Oktober 2011.

No Desa Kabupaten Kelompok Tani Luas Lahan

(ha)

Produksi (ton)

1. Lubuk Bayas Serdang Bedagai Tani Subur 27 135

2. Namu Landor Deli Serdang Tani Mandiri 5 30

JUMLAH 32 165

Sumber: BITRA Indonesia, 2012.

3.2. Metode Penentuan Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi organik pada Kelompok Tani Subur. Kelompok Tani Subur merupakan kelompok petani padi organik yang sudah memperoleh pembinaan dan diakui oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2010. Metode yang digunakan dalam penentuan sampel


(30)

adalah metode Sensus, yaitu dengan menggunakan seluruh elemen populasi menjadi data penelitian. Menurut Erlina (2008) metode sensus digunakan jika elemen populasi relatif sedikit dan bersifat heterogen dengan mengambil seluruh anggota populasi petani padi organik di Desa Lubuk Bayas.

Tabel 3. Jumlah Populasi Petani Padi Organik Berdasarkan Strata Luas Lahan Tahun 2011 di Desa Lubuk Bayas

STRATA Luas Lahan

(Ha)

POPULASI (kk)

I ≤ 1 39

II >1 24

TOTAL 63

Sumber : Ketua Anggota Kelompok Tani Subur, 2011

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani melalui wawancara menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, jenis data yang dikumpulkan seperti data biaya-biaya input yang dikeluarkan selama proses produksi dan data penerimaan hasil usahatani padi organik. Data Sekunder yang berhubungan dengan penelitian ini diperoleh dari instansi Lembaga Swadaya Masyarakat BITRA Indonesia seperti data produksi padi organik binaan BITRA di Sumatera Utara, laporan penelitian yaitu laporan penelitian BITRA mengenai pertanian padi organik, artikel mengenai pertanian padi organik di Lubuk Bayas, majalah Bitranet, karya ilmiah yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti penelitian mengenai analisis komparatif tingkat sosial ekonomi petani BITRA dan petani anorganik. Tidak tertutup kemungkinan data juga dicari melalui beberapa


(31)

website dengan menggunakan fasilitas internet. Ini dilakukan karena beberapa

homepage merupakan pihak yang mampu menyediakan data bagi keperluan penelitian, seper

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis 1, untuk melihat perkembangan pendapatan petani padi organik di daerah penelitian dianalisis dengan metode analisis deskriptif dengan menggunakan data penjualan beras organik dan harga beras organik dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.

Untuk menguji hipotesis 2, untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan petani padi organik, diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Metode ini dipilih karena analisis regresi dapat melihat faktor-faktor apa saja yang memiliki pengaruh nyata dan tidak nyata pada pendapatan petani padi organik. Data yang dibutuhkan adalah harga bibit, harga pupuk kandang, harga urin sapi, harga pestisida organik, upah tenaga kerja, dan biaya pemasaran. Parameternya diestimasi dengan metode Ordinary Least Square

(OLS). Sebelum dilakukan uji asumsi Ordinary Least Square (OLS) data dibersihkan dari outlier (smoothing data).

Model pendapatan petani padi organik yang dibangun adalah sebagai berikut. I = f (Y,Px1,Px2,Px3, Px4, Px5, Px6)

Dimana :

I = Pendapatan petani padi organik (Rp/ha); Y= Produktivitas padi organik (Kg/ha); Px1= Harga bibit (Rp/kg);


(32)

Px3= Harga urin sapi (Rp/liter);

Px4= Harga pestisida organik (Rp/liter);

Px5= Upah tenaga kerja (Rp/orang/MT);

Px6= Biaya Pemasaran (Rp/kg);

Uji asumsi Ordinary Least Square (OLS) 1. Uji asumsi multikolinearitas

Uji asumsi multikolinearitas dimaksudkan untuk menghindari adanya hubungan yang linear antar variabel bebas. Menurut Gujarati (1994), multikolinearitas dapat dideteksi dengan beberapa metode, diantaranya adalah dengan melihat :

• Jika nilai koefisien determinasi (R²) tinggi; dalam uji serempak (F-test), variabel-variabel eksogen secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel endogen; tetapi dalam uji secara parsial (t-test), variabel-variabel eksogen secara parsial banyak yang tidak berpengaruh nyata terhadap variabel endogen, maka hal ini mengindikasikan terjadinya multikolinearitas.

• Melihat nilai standard error. Nilai standard error yang besar mengindikasikan terjadinya multikolinearitas.

• Jika nilai Toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10 mengindikasikan terjadinya multikolinearitas.

• Terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8 jika nilai F-hitung melebihi F-tabel dari regresi antar variabel bebas.

2. Uji asumsi heteroskedastisitas

Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan (disturbance) atau residual yang muncul dalam fungsi regresi


(33)

populasi adalah homoskedastik (Gujarati, 1998). Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model regresi. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara mendeteksi terjadinya heteroskedastisitas dalam model regresi dengan Program SPSS adalah sebagai berikut.

• Analisis Grafik,

Analisis grafik dilakukan dengan cara melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel endogen, yaitu Y: ZPRED dengan residualnya X: SRESID. Dengan kriteria uji sebagai berikut.

Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit): tidak terjadi heteroskedastisitas.

Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y: tidak terjadi heteroskedastisitas (Walpole, 1992).

3. Uji asumsi normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui, bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Cara mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dalam model regresi dengan Program SPSS adalah sebagai berikut.


(34)

• Analisis grafik

Analisis grafik dilakukan dengan cara melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal dan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dengan kriteria uji sebagai berikut.

Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal: data residual model terdistribusi dengan normal.

Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola berdistribusi normal: data residual model tidak terdistribusi dengan normal.

• Uji Kolmogorov-Smirnov

Konsep dasar Uji Kolmogrov-Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data yang akan diuji normalitasnya dengan distribusi normal baku. Cara melakukan Uji Kolmogrov-Smirnov adalah sebagai berikut.

a. Lakukan regresi utama OLS

b. Dapatkan variabel residual (RES_i) dengan mengaktifkan Unstandardized Residual.

c. Dari menu utama, pilih menu Analyze, lalu pilih Nonparametric Test. d. Pilih sub menu 1-Sample K-S.

e. Pada kotak Test Variable List, isi Unstandardized Residual, dan aktifkan

Test Distribution pada kotak Normal.

f. Output SPSS akan menunjukkan besar nilai Kolmogrov-Smirnov Z. Dengan kriteria sebagai berikut.


(35)

Jika signifikasi > α : tidak ada perbedaan antara distribusi residual dengan distribusi normal, data residual model berdistribusi normal.

Jika signifikasi ≤ α : ada perbedaan antara distribusi residual dengan distribusi normal, data residual model tidak berdistribusi normal.

Uji Kesesuaian (test goodness of fit) model dan uji hipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima (Ghozali, 2006). Koefisien yang dihasilkan dapat dilihat pada output regresi berdasarkan data yang dianalisis untuk kemudian diinterpretasikan serta dilihat signifikansi tiap-tiap variabel yang diteliti.

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variansi variabel endogen. Koefisien determinasi (R²) bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel-variabel eksogen dalam menjelaskan variabel endogen.

1. Uji pengaruh variabel secara serempak

Uji pengaruh variabel secara serempak pada dasarnya menunjukkan apakah secara serempak semua variabel eksogen yang dimaksukkan dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel endogen. Uji pengaruh variabel secara serempak untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara serempak, digunakan Uji F (F-test). Dengan kriteria uji sebagai berikut.


(36)

Jika Fhitung≤Ftabel atau jika signifikansi F>α : terima Ho atau tolak H1.

Jika Fhitung>Ftabel atau jika signifikansi F≤α : tolak Ho atau terima H1.

2. Uji pengaruh secara parsial

Uji pengaruh variabel secara parsial pada dasarnya menunjukkan seberapa besar jauh pengaruh satu variabel eksogen secara parsial dalam menerangkan variansi variabel endogen. Uji pengaruh variabel secara parsial dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial, digunakan Uji t (t-test). Dengan kriteria uji sebagai berikut.

Jika thitung≤ttabel atau jika signifikansi t>α : terima Ho atau tolak H1.

Jika thitung>ttabel atau jika signifikansi t≤α : tolak Ho atau terima H1.

3.5 Pendapatan

Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC), maka untuk menghitung seluruh biaya (TC) dengan rumus :

TC = FC + VC

Pendapatan yang diterima dalam usahatani antara lain pendapatan bersih dan pendapatan keluarga. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan.

Jadi pendapatan usahatani dihitung dengan rumus : Pd = TR – TC Dimana:

Pd = Pendapatan usahatani (Rp);

TR = Total penerimaan/ Total Revenue (Rp); TC = Total Biaya/Total Cost (Rp).


(37)

3.6 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.6.1 Definisi

1. Produksi padi organik adalah banyaknya hasil panen padi organik yang diperoleh petani per musim tanam.

2. Upah tenaga kerja adalah banyaknya upah tenaga kerja yang dikeluarkan dalam usahatani padi organik sampai menghasilkan jumlah hasil panen padi organik, diukur dalam satuan rupiah perorang permusim tanam.

3. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan pengemasan, transportasi dan penyusutan.

4. Petani padi organik adalah petani yang membudidayakan padi dengan seluruhnya menggunakan bahan-bahan organik.

3.6.2 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Daerah penelitian adalah Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Waktu penelitian adalah musim tanam pertama pada bulan Juni tahun 2012. 3. Sampel penelitian ini adalah petani padi organik di Kelompok Tani Subur.


(38)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Wilayah

4.1.1 Letak Geografi dan Luas Wilayah

Desa Lubuk Bayas terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 5-15 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar 30ºC dengan curah hujan rata-rata berkisar 200 mm/tahun. Tanah di desa ini termasuk tanah jenis aluvial dengan tekstur umumnya lembung berpasir.

Desa Lubuk Bayas terletak di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas wilayah 869 Ha. Desa Lubuk Bayas terletak 14 km dari Ibukota Kecamatan Perbaungan, ± 29 km dari Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai dan ± 52 km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara.

Secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut : • Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Naga Kisar, Pantai Cermin • Sebelah Selatan berbatasan dengan Tanjung Buluh

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sei Buluh, Sei Mengkudu • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanah Merah, Lubuk Rotan.

4.1.2 Tata Guna Lahan

Desa Lubuk Bayas mempunyai luas lahan 869 Ha. Penggunaan lahan yang paling luas digunakan adalah untuk pertanian sawah, dan yang selebihnya digunakan untuk pemukiman.


(39)

Tabel 4. Distribusi Penggunaan Lahan, tahun 2011

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Areal (Ha) Persentase (%) 1

2 3 4

Pertanian Sawah (Irigasi dan Tadah Hujan) Pertanian Bukan Sawah

Non Pertanian Pemukiman 403 12 7 44 86,48 2,58 1,50 9,44

Jumlah 466 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas, 2011

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan lebih banyak digunakan untuk Pertanian Sawah yaitu 403 Ha (86,48 %).

4.1.3 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Lubuk Bayas tahun 2011 terdiri dari 3179 jiwa. Berikut penjelasannya melalui Tabel 5, dimana desa ini dibagi atas 4 dusun. Tabel 5. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin Di Desa Lubuk Bayas,

Tahun 2011

No. Dusun Jumlah Jiwa Laki - laki Perempuan 1 2 3 4 I II III IV 611 1131 915 522 323 625 577 158 288 573 338 364

Jumlah 3179 1527 1052

Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas, 2011

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah di Dusun II. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin penduduk yang mendominasi adalah laki-laki yaitu 1527 jiwa.


(40)

Tabel 6. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur Di Desa Lubuk Bayas, Tahun 2011 Kelompok umur (Tahun) Total (Laki-laki+Perempuan) Persentase (%) <1 1-14 15-44 45-64 >65 62 958 1029 960 170 1,95 30,13 32,38 30,2 5,34

Jumlah 3179 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas, 2011

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar di Desa Lubuk Bayas adalah yang berumur 15-44 yaitu 1029 jiwa dengan persentase 32,38%.

Tabel 7. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian, Tahun 2011 No. Mata Pencaharian Jumlah KK Persentase (%)

1 2 3 4 5 6 7 Petani Buruh Tani Wiraswasta Pegawai Negeri Pengrajin Pedagang Dan lain-lain 487 121 93 10 15 215 94 47,06 11,69 8,96 0,97 1,45 20,78 9,09

Jumlah 1035 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas, 2011

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa penduduknya mayoritas bermatapencaharian sebagai petani adalah 487 kk dengan persentase 47,06 %. Dan bermata pencaharian ke II setelah petani yaitu pedagang sebanyak 215 kk dengan persentase 20,78 %.


(41)

4.1.4 Sarana Dan Prasarana

Kebutuhan masyarakat di Desa Lubuk Bayas cukup terpenuhi. Untuk mencapai desa ini dapat dengan mudah ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua yang biasanya dapat ditemui di simpang Pantai Kelang Desa Sei Buluh. Adanya sarana dan prasarana ekonomi, pendidikan, keamanan, kesehatan, peribadatan, prasarana irigasi, dan sosial dapat semakin mampu menunjang peningkatan sumberdaya yang ada di Desa Lubuk Bayas, sehingga desa ini dapat berkembang menjadi desa yang lebih baik dengan potensi yang dimilikinya. Berikut dijelaskan dalam Tabel 8 sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan masyarakat di Desa Lubuk Bayas.


(42)

Tabel 8. Sarana Dan Prasarana Desa Lubuk Bayas, Tahun 2011

No. Sarana Dan Prasarana Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 Kelembagaan ekonomi • Pasar

• Kios pupuk dan pestisida • Kilang padi

• KUD • Koperasi Lembaga pendidikan

• SD/ Sederajat • SD Negeri Lembaga keamanan

• Pos kamling Lembaga kesehatan

• Puskesmas pembantu • Posyandu Peribadatan • Mesjid • Musholla Prasarana irigasi Lembaga Sosial

• Balai Desa • PAM • PLN 1 2 4 1 1 1 1 1 1 2 3 6 2 1 Ada Ada


(43)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perkembangan Pendapatan Petani Padi Organik Di Desa Lubuk Bayas Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan pendapatan petani di Desa Lubuk Bayas setiap tahunnya meningkat. Hal ini dikarenakan jumlah penjualan beras organik setiap tahun mengalami kenaikan yang signifikan. Untuk tahun pertama yaitu tahun 2008, penjualan beras organik mencapai 1.500 kg dengan harga jual Rp.7.500/kg, kemudian tahun kedua yaitu tahun 2009 penjualan beras organik meningkat dua kali lipat menjadi 3.000 kg dengan harga jual Rp.8.000/kg. Pada tahun ketiga di tahun 2010 penjualan beras organik mencapai 8.000 kg dengan harga jual Rp.8.500/kg, kemudian pada tahun keempat yaitu tahun 2011 penjualan beras organik meningkat menjadi 15.000 kg dengan harga jual Rp.9.500/kg. Pada tahun kelima, penjualan beras organik tahun 2012 sampai dengan bulan Agustus mencapai 13.000 kg dengan harga jual Rp.10.200/kg. Jumlah penjualan beras organik dan harga beras organik disajikan di tabel 9. Tabel 9. Jumlah Penjualan Beras Organik dan Harga Beras Organik di

Desa Lubuk Bayas

Tahun Jumlah Penjualan Beras Organik Harga Beras Organik

(Kg) (Rp/kg)

2008 1.500 7.500

2009 3.000 8.000

2010 8.000 8.500

2011 15.000 9.500

2012 13.000 10.200


(44)

Tujuan penjualan beras organik dari tahun ke tahun sudah mulai berkembang dimulai dari koperasi JAPSA hingga ke mitra-mitra penjualan yang ada di dalam dan diluar Provinsi Sumatera Utara.

Perbandingan antara beras organik dengan beras biasa dapat dilihat di tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Perbandingan Harga Beras Organik dan Harga Beras Biasa di Desa Lubuk Bayas

Tahun Perbandingan Harga

Beras Organik (Rp/kg) Beras Biasa (Rp/kg)

2008 7.500 7.200

2009 8.000 7.500

2010 8.500 8.000

2011 9.500 8.200

2012 10.200 8.200

Sumber : Kelompok Tani Subur, 2012

Dari tabel 10 diatas dilihat bahwa perbandingan beras organik dengan beras biasa pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 belum sangat terlihat perbedaannya, hal ini dikarenakan pasar yang belum berkembang. Akan tetapi pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 sudah terlihat perbedaan harga beras organik dengan beras biasa. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya tujuan penjualan beras organik. Harga beras organik yang terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan harga beras biasa akan meningkatkan pendapatan petani padi organik. Sehingga pendapatan petani padi organik dapat berkembang dari tahun ke tahun.


(45)

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Organik di Desa Lubuk Bayas

a. Deskriptif

Karakteristik Petani dan Usahatani

Petani padi organik yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 58 orang. Gambaran umum petani sampel meliputi umur petani, tingkat pendidikan petani, status kepemilikan lahan tanaman padi organik, luas lahan tanaman padi organik, lama bertani padi organik, jumlah anggota keluarga dan tanggungan petani, penyerapan tenaga kerja usahatani padi organik, produktivitas padi organik, biaya produksi padi organik, serta pendapatan petani padi organik diuraikan sebagai berikut ini.

5.2.1 Umur Petani

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur petani sampel berada antara 24 tahun sampai dengan 60 tahun dengan rata-rata 43 tahun. Jumlah petani sampel yang berumur di bawah 43 tahun adalah sebesar 59%, yaitu sebanyak 34 orang dan yang berumur diatas 43 tahun adalah sebesar 41% yaitu sebanyak 24 orang. Komposisi petani sampel berdasarkan umur petani disajikan pada tabel 11.

Tabel 11. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Umur Petani

No. Umur (tahun) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 24-32 33-41 42-50 51-59 >60 7 26 13 10 2 12 45 22 17 4 Jumlah Min Maks 58 24 60 100


(46)

Rata-rata 43

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Tabel 11 menunjukkan bahwa sebesar 12% petani sampel berumur 24-32 tahun, yaitu sejumlah 7 orang, sebesar 45% berumur 33-41 tahun, yaitu sejumlah 26 orang, sebesar 22 % berumur 42-50 tahun, yaitu sejumlah 13 orang, dan sebesar 17% berumur 51-59, yaitu sejumlah 10 orang. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel terdiri dari masyarakat yang berada pada usia produktif serta telah memiliki kematangan dan pengalaman dalam bertani serta mengelola usahatani padi organik.

5.2.2 Tingkat Pendidikan Petani

Komposisi petani sampel berdasarkan tingkat pendidikan petani disajikan pada tabel 12. Tabel 12 menunjukkan bahwa sebesar 45% petani sampel berpendidikan SMP atau sederajat, yaitu sejumlah 26 orang, sebesar 33% berpendidikan SD atau sederajat, yaitu sejumlah 19 orang, dan sebesar 15% berpendidikan SMA atau sederajat, yaitu sejumlah 9 orang. Hal ini menunjukkan kesadaran terhadap pentingnya pendidikan yang cukup tinggi.

Tabel 12. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani No. Tingkat Pendidikan Jumlah Sampel (orang) Persentase (%) 1.

2. 3. 4.

Tidak Tamat SD SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat

4 19 26 9

7 33 45 15

Jumlah 58 100


(47)

5.2.3 Status Kepemilikan Lahan Tanaman Padi Organik

Komposisi petani sampel berdasarkan status kepemilikan lahan tanaman padi organik disajikan pada tabel 13. Tabel 13 menunjukkan bahwa sebesar 95% petani sampel mengusahakan padi organik dilahan milik sendiri, yaitu sejumlah 55 orang. Sementara itu, petani yang mengusahkan padi organik dilahan sewa relatif kecil yaitu sebesar 5% dengan sejumlah 3 orang. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel didaerah penelitian sudah berkembang, sehingga tidak mengeluarkan biaya sewa lahan untuk usahatani padi organik.

Tabel 13. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Tanaman Padi Organik

No. Status Kepemilikan Jumlah Sampel (orang) Persentase (%) 1.

2.

Milik sendiri Sewa

55 3

95 5

Jumlah 58 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

5.2.4 Luas Lahan Tanaman Padi Organik

Setelah diketahui status kepemilikan lahan padi organik, perlu diketahui luas lahan tanaman padi organik masing-masing sampel. Komposisi petani sampel berdasarkan status kepemilikan lahan tanaman padi organik disajikan pada tabel 14. Tabel 14 menunjukkan bahwa luas lahan tanaman padi organik yang diusahakan petani sampel berada antara 0,1 ha-0,5 ha, yaitu sebesar 57% dengan jumlah sampel 33 orang dan petani sampel yang berada antara 0,6 ha-1 ha, yaitu sebesar 43% dengan jumlah sampel 25 orang. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani padi organik di Desa Lubuk Bayas merupakan usahatani berskala kecil.


(48)

Tabel 14. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan Tanaman Padi Organik

No. Luas Lahan (ha) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%) 1

2

0,1 ha-0,5 ha 0,6 ha-1 ha

33 25

57 43 Jumlah

Min Maks Rata-rata

58 0,1 1 0,5

100

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi petani sampel berdasarkan luas lahan berada antara 0,1 ha sampai dengan 1 ha dengan rata-rata 0,5 ha. Jumlah petani sampel yang memiliki luas lahan di bawah 0,5 ha adalah sebesar 55%, yaitu sebanyak 32 orang dan yang memiliki luas lahan diatas 0,5 ha adalah sebesar 45% yaitu sebanyak 26 orang. Petani sampel mengusahakan seluruh lahannya dengan membudidayakan padi organik.

5.2.5 Lama Bertani Padi Organik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lamanya bertani padi organik berada antara 1 tahun sampai dengan 4 tahun dengan rata-rata 3 tahun. Jumlah petani sampel dengan lama bertani padi organik dibawah 3 tahun adalah sebesar 28%, yaitu sebanyak 16 orang, dan dengan lama bertani padi organik diatas 3 tahun adalah sebesar 72%, yaitu sebanyak 42 orang. Komposisi petani padi organik berdasarkan lama bertani padi organik disajikan pada Tabel 15.


(49)

Tabel 15. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Lama Bertani Padi Organik

No. Lama Bertani (tahun) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%) 1.

2.

1-2 3-4

16 42

28 72 Jumlah

Min Maks Rata-rata

58 1 4 3

100

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Petani sampel awalnya mencoba bertani padi organik karena adanya komponen lokal yang tersedia. Komponen lokal yang tersedia tersebut yaitu sapi. Hasil kotoran sapi tersebut kemudian diolah oleh petani untuk dijadikan pupuk kandang serta urin sapi. Sehingga dengan memanfaatkan komponen lokal yang tersedia tersebut mendorong petani untuk melakukan pertanian padi organik. Dengan semakin berkembangnya pertanian padi organik maka Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai memberikam pelatihan-pelatihan kepada petani sampel agar petani dapat meningkatkan produksi padi organik mereka. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas padi organik sebagai usahatani yang potensial untuk dikelola secara terus-menerus.

5.2.6 Jumlah Anggota Keluarga dan Tanggungan Petani

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota keluarga petani berjumlah antara 2 orang sampai dengan 6 orang dengan rata-rata jumlah anggota keluarga petani sebanyak 4 orang. Jumlah petani sampel yang memiliki jumlah anggota keluarga dibawah 4 orang adalah sebesar 47%, yaitu sebanyak 27 orang, dan yang memiliki jumlah anggota keluarga diatas 4 orang adalah sebesar 53%, yaitu


(50)

dengan 6 orang dengan rata-rata jumlah tanggungan petani sebanyak 3 orang. Jumlah petani sampel yang memiliki jumlah tanggungan dibawah 3 orang adalah sebesar sebesar 31%, yaitu sebanyak 18 orang, dan yang memiliki jumlah tanggungan diatas 3 orang adalah sebesar 69%, yaitu sebanyak 40 orang.

5.2.7 Penyerapan Tenaga Kerja Usahatani Padi Organik

Penggunaan tenaga kerja pada pertanian padi organik berbeda dengan penggunaan tenaga kerja pada pertanian padi konvesional. Perbedaannya terlihat pada kegiatan penangkaran bibit, pencarian komponen pupuk kandang, urin sapi, serta pestisida organik kemudian kegiatan pengolahan komponen tersebut. Sedangkan pertanian padi konvensional menggunakan bibit, pupuk, dan pestisida yang sudah siap pakai. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja pada pertanian padi organik lebih banyak dibandingkan pertanian konvesional.

Tenaga kerja yang diserap dikelompokkan berdasarkan rata-rata (mean) dari seluruh data yang diperoleh dari seluruh sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja usahatani padi organik berada antara 10 HKO/ha/MT sampai dengan 30 HKO/ha/MT dengan rata-rata 17 HKO/ha/MT. Komposisi petani padi organik berdasarkan rata-rata penyerapan tenaga kerja usahatani padi organik disajikan pada tabel 16.

Tabel 16. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Rata-rata Penyerapan Tenaga Kerja Usahatani Padi Organik

No. Tenaga Kerja (HKO/ha/MT) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%) 1

2

< 17 ≥ 17

25 33

43 57

Jumlah 58 100


(51)

Tabel 16 menunjukkan bahwa sebesar 43% petani sampel menggunakan tenaga kerja kurang dari nilai rata-rata penyerapan tenaga kerja sebesar 17 HKO/ha/MT dalam usahatani padi organik, yaitu sejumlah 25 orang. Sedangkan sebesar 57% menggunakan tenaga kerja lebih dari atau sama dengan nilai rata-rata penyerapan tenaga kerja sebesar 17 HKO/ha/MT dalam usahatani padi organik, yaitu sejumlah 33 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan tenaga kerja sudah dioptimalkan.

5.2.8 Produktivitas Padi Organik

Jumlah hasil panen padi organik di Desa Lubuk Bayas bervariasi pada seluruh petani sampel karena luas lahan yang diusahakan bervariasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas padi organik berada antara 1.167 Kg/ha sampai dengan 6.250 Kg/ha dengan rata-rata 3.969 Kg/ha. Produktivitas padi biasa di Desa Lubuk Bayas yaitu sekitar 8500 Kg/ha. Apabila dibandingkan dengan produktivitas padi biasa maka produktivitas padi organik lebih sedikit. Hal ini dikarenakan proses pembudidayaan padi organik yang lebih lama yaitu dimulai dari menetralkan tanah, membuat penangkaran bibit, pengolahan pupuk kandang, urin sapi, serta pestisida organik.

Tabel 17. Produktivitas Padi Organik Berdasarkan Musim Tanam

No. Jumlah Produktivitas (Kg/ha) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%) 1

2

< 3.969 ≥ 3.969

24 34

41 59 Jumlah

Min Maks Rata-rata

58 1.167 Kg/ha 6.250 Kg/ha 3.969 Kg/ha

100


(52)

Dari tabel 17 dapat dilihat jumlah petani sampel yang produktivitasnya dibawah 3.969 Kg/ha adalah sebesar 41%, yaitu sebanyak 24 orang, dan yang produktivitasnya diatas 3.969 Kg/ha adalah sebesar 59%, yaitu sebanyak 34 orang. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas padi organik di Desa Lubuk Bayas sangat optimal.

5.2.9 Biaya Produksi Padi Organik

Petani sampel di Desa Lubuk Bayas menggunakan sarana produksi yang berasal dari dalam dan luar kelompok tani. Apabila adanya ketersediaan input produksi di dalam kelompok tani maka petani sampel melakukan pembelian didalam kelompok tani. Jika input produksi tidak tersedia di kelompok tani maka petani melakukan pembelian diluar kelompok tani. Petani sampel di Desa Lubuk Bayas mendapatkan bantuan saprodi berupa sapi yang kemudian sapi tersebut dikelola oleh kelompok tani untuk dimanfaatkan kotorannya sebagai pupuk kandang dan urin sapi.

5.2.9.1 Biaya Produksi Padi Organik Permusim Tanam 1. Bibit

Hasil penelitian pada lampiran 2 menunjukkan bahwa biaya bibit yang dikeluarkan selama usahatani padi organik permusim tanam di Desa Lubuk Bayas tersebut berada antara Rp.24.000/MT sampai dengan Rp.576.000/MT dengan rata-rata Rp.185.776/MT.

Tabel 18. Biaya Bibit Berdasarkan Musim Tanam

No. Biaya Bibit (Rp/MT) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%) 1

2

< 185.776 ≥ 185.776

35 23

60 40


(53)

Min Maks Rata-rata

Rp.24.000/MT Rp.576.000/MT Rp.185.776/MT

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Dari tabel 18 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya bibit dibawah Rp.185.776/MT adalah sebesar 60%, yaitu sebanyak 35 orang, dan yang mengeluarkan biaya bibit diatas Rp.185.776/MT adalah sebesar 40%, yaitu sebanyak 23 orang,. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran biaya bibit di Desa Lubuk Bayas sangat optimal.

Pembelian bibit dilakukan petani didalam kelompok tani. Kelompok Tani Subur telah memiliki penangkar bibit sendiri dengan harga jual Rp.8.000 perkilogram. Namun, apabila bibit yang dibutuhkan tidak tersedia didalam kelompok tani, maka petani mencari solusi lain dengan membeli bibit di luar kelompok tani yaitu dengan harga Rp.10.000 perkilogram. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan harga antara bibit yang tersedia dikelompok tani dengan harga bibit yang di beli diluar kelompok tani.

2. Pupuk Kandang

Hasil penelitian pada lampiran 2 menunjukkan bahwa biaya pupuk kandang yang dikeluarkan selama usahatani padi organik permusim tanam di Desa Lubuk Bayas tersebut berada antara Rp.40.000/MT sampai dengan Rp.3.000.000/MT dengan rata-rata Rp.732.328/MT.

Tabel 19. Biaya Pupuk Kandang Berdasarkan Musim Tanam

No. Biaya Pupuk Kandang (Rp/MT) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%) 1

2

< 732.328 ≥ 732.328

42 16

72 28


(54)

Min Maks Rata-rata

Rp.40.000/MT Rp.3.000.000/MT

Rp.732.328/MT

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Dari tabel 19 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya pupuk kandang dibawah Rp.732.328/MT adalah sebesar 72%, yaitu sebanyak 42 orang, dan yang mengeluarkan biaya pupuk kandang diatas Rp.732.328/MT adalah sebesar 28%, yaitu sebanyak 16 orang,. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran biaya untuk pupuk kandang di Desa Lubuk Bayas sangat optimal.

Pupuk kandang pada petani sampel tersedia di dalam kelompok tani, karena kelompok Tani Subur memiliki ternak sapi yang merupakan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. Kotoran dari sapi tersebut diolah menjadi pupuk kandang yang dapat digunakan sebagai pupuk organik pada usahatani padi organik. Harga bahan mentah kotoran sapi tersebut yaitu Rp.500/kg, sedangkan harga kotoran sapi yang sudah siap pakai, yaitu pupuk kandang yaitu Rp.1.000/kg. Petani yang menggunakan bahan mentah dari kotoran sapi tersebut mengolah kembali menjadi pupuk kandang. Hal ini yang menyebabkan perbedaan harga pupuk kandang antar petani sampel.

3. Urin Sapi

Hasil penelitian pada lampiran 2 menunjukkan bahwa biaya urin sapi yang dikeluarkan selama usahatani padi organik permusim tanam di Desa Lubuk Bayas tersebut berada antara Rp.25.000/MT sampai dengan Rp.2.500.000/MT dengan rata-rata Rp.382.241/MT.


(55)

Tabel 20. Biaya Urin Sapi Berdasarkan Musim Tanam

No. Biaya Urin Sapi (Rp/MT) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%) 1

2

< 382.241 ≥ 382.241

43 15

74 26 Jumlah

Min Maks Rata-rata

58 Rp.25.000/MT

Rp.2.500.000/MT Rp.382.241/MT

100

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Dari tabel 20 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya urin sapi dibawah Rp.382.241/MT adalah sebesar 74%, yaitu sebanyak 43 orang, dan yang mengeluarkan biaya urin sapi diatas Rp.382.241/MT adalah sebesar 26%, yaitu sebanyak 15 orang. Dengan banyaknya petani sampel yang mengeluarkan biaya lebih kecil dari biaya rata-rata menunjukkan bahwa pengeluaran biaya urin sapi di Desa Lubuk Bayas sangat optimal.

Urin sapi yang digunakan petani sampel berasal dari kelompok tani. Kelompok Tani Subur mengolah urin sapi sendiri dengan harga jual Rp.10.000 perliter. Apabila urin sapi tidak tersedia di kelompok tani, maka petani membeli urin sapi diluar kelompok tani dengan harga Rp.20.000 perliter. Akan tetapi, tidak semua petani menggunakan urin sapi. Hal ini disebabkan karena petani sampel sudah menggunakan lebih banyak pupuk kandang sebagai pupuk organik mereka. Selain itu, petani juga ada yang tidak menggunakan urin sapi sebagai pupuk organik karena sudah menggunakan urin sapi tersebut sebagai pestisida organik. Oleh karena itu terjadi perbedaan harga urin sapi antar petani sampel di Desa Lubuk Bayas.


(56)

4. Pestisida Organik

Hasil penelitian pada lampiran 2 menunjukkan bahwa biaya pestisida organik yang dikeluarkan selama usahatani padi organik permusim tanam di Desa Lubuk Bayas tersebut berada antara Rp.24.000/MT sampai dengan Rp.500.000/MT dengan rata-rata Rp.164.207/MT.

Tabel 21. Biaya Pestisida Organik Berdasarkan Musim Tanam No. Biaya Pestisida Organik

(Rp/MT) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%) 1 2 < 164.207 ≥ 164.207 33 25 57 43 Jumlah Min Maks Rata-rata 58 Rp.24.000/MT Rp.500.000/MT Rp.164.207/MT 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Dari tabel 21 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya pestisida organik dibawah Rp.164.207/MT adalah sebesar 57%, yaitu sebanyak 33 orang, dan yang mengeluarkan biaya pestisida organik diatas Rp.164.207/MT adalah sebesar 43%, yaitu sebanyak 25 orang. Pengeluaran biaya pestisida organik di Desa Lubuk Bayas sangat optimal hal ini dilihat dengan banyaknya petani sampel yang mengeluarkan biaya lebih kecil dari biaya rata-rata.

Pestisida yang digunakan petani sampel yaitu pestisida nabati yang diolah dari pembusukan buah-buahan seperti nenas, mangga, dan lain-lain yang diperoleh dari buah-buah yang sudah membusuk. Selain pestisida nabati, petani sampel juga menggunakan urin sapi sebagai pestisida organik. Harga pestisida nabati berkisar antara Rp.2.000/liter sampai dengan Rp.5.000/liter, sedangkan harga urin sapi yang digunakan sebagai pestisida berkisar antara Rp.10.000/liter


(57)

sampai dengan Rp.20.000/liter. Hal ini yang menyebabkan perbedaan harga pestisida organik petani sampel di Desa Lubuk Bayas.

5. Biaya Tenaga Kerja

Hasil penelitian pada lampiran 2 menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani sampel selama usahatani padi organik permusim tanam di Desa Lubuk Bayas tersebut berada antara Rp.2.175.000/orang/MT sampai dengan Rp.14.040.000/orang/MT dengan rata-rata Rp.7.295.172/orang/MT.

Tabel 22. Biaya Tenaga Kerja Berdasarkan Musim Tanam No. Biaya Tenaga Kerja

(Rp/orang/MT) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%) 1 2 < 7.295.172 ≥ 7.295.172

30 28 51 49 Jumlah Min Maks Rata-rata 58 Rp.2.175.000/orang/MT Rp.14.040.000/orang/MT Rp.7.295.172/orang/MT 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Dari tabel 22 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya tenaga kerja dibawah Rp.7.295.172/orang/MT adalah sebesar 51%, yaitu sebanyak 30 orang, dan yang mengeluarkan biaya tenaga kerja diatas Rp.7.295.172/orang/MT adalah sebesar 49%, yaitu sebanyak 28 orang. Pengeluaran biaya upah tenaga kerja di Desa Lubuk Bayas dapat dioptimalkan.

Cara pembayaran upah tenaga kerja pada petani sampel dilakukan setelah kegiatan usahatani. Jenis kegiatan yang dilakukan adalah persemaian, penanaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan, pengeringan, panen, dan pascapanen. Oleh karena itu upah tenaga kerja pada petani sampel juga berbeda-beda tergantung kepada penggunaan tenaga kerja di setiap kegiatan usahatani.


(58)

6. Biaya Pemasaran

Hasil penelitian pada lampiran 2 menunjukkan bahwa biaya pemasaran yang dikeluarkan selama usahatani padi organik permusim tanam di Desa Lubuk Bayas tersebut berada antara Rp.240.000/MT sampai dengan Rp.4.000.000/MT dengan rata-rata Rp.1.632.241/MT .

Tabel 23. Biaya Pemasaran Berdasarkan Musim Tanam

No. Biaya Pemasaran (Rp/MT) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%) 1

2

< 1.632.241 ≥ 1.632.241

37 21

64 36 Jumlah

Min Maks Rata-rata

58 Rp.240.000/MT Rp.4.000.000/MT Rp.1.632.241/MT

100

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Dari tabel 23 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya pemasaran dibawah Rp.1.632.241/MT adalah sebesar 64%, yaitu sebanyak 37 orang, dan yang mengeluarkan biaya pemasaran diatas Rp.1.632.241/MT adalah sebesar 36%, yaitu sebanyak 21 orang. Pengeluaran biaya pemasaran di Desa Lubuk Bayas sudah optimal, hal ini dikarenakan petani sampel yang mengeluarkan biaya pemasaran lebih kecil dari rata-rata biaya lebih banyak dibandingkan petani sampel yang mengeluarkan biaya pemasaran lebih besar dari rata-rata biaya pemasaran yang dikeluarkan.

Petani sampel mengeluarkan biaya pemasaran yang meliputi biaya pengemasan, biaya transportasi, dan biaya penyusutan. Besarnya biaya pemasaran untuk setiap komponen pada petani sampel berbeda-beda karena jumlah produksi beras organik yang berbeda pula. Biaya pemasaran dihitung perkilogram


(59)

berdasarkan banyaknya produksi beras organik. Masing-masing petani sampel mempunyai ukuran kemasan yang berbeda-beda yaitu 10 kilogram, 25 kilogram, dan 35 kilogram. Banyaknya beras organik dalam satu kemasan ditentukan oleh mitra berdasarkan permintaan konsumen.

5.2.9.2 Biaya Produksi Padi Organik Perhektar 1. Bibit

Hasil penelitian pada lampiran 3 menunjukkan bahwa biaya bibit yang dikeluarkan selama usahatani padi organik perhektar di Desa Lubuk Bayas tersebut berada antara Rp.88.889/ha sampai dengan Rp.2.880.000/ha dengan rata-rata Rp.409.837/ha.

Tabel 24. Biaya Bibit Perhektar

No. Biaya Bibit (Rp/ha) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%) 1

2

< 409.837 ≥ 409.837

47 11

81 19 Jumlah

Min Maks Rata-rata

58 Rp.88.889/ha

Rp.2.880.000/ha Rp.409.837/ha

100

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Dari tabel 24 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya bibit dibawah Rp.409.837/ha adalah sebesar 81%, yaitu sebanyak 47 orang, dan yang mengeluarkan biaya bibit diatas Rp.409.837/ha adalah sebesar 19%, yaitu sebanyak 11 orang,. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran biaya bibit di Desa Lubuk Bayas sangat optimal.

Pembelian bibit dilakukan petani didalam kelompok tani dengan harga Rp.8.000/kg. Apabila bibit yang dibutuhkan tidak tersedia didalam kelompok tani, maka petani dengan membeli bibit di luar kelompok tani dengan harga


(60)

Rp.10.000/kg. Perbedaan biaya yang dikeluarkan petani sampel ini dikarenakan harga beli bibit dan perbedaan jumlah penggunaan bibit untuk perhektarnya. Hal ini yang menyebabkan perbedaan biaya bibit antar petani sampel.

2. Pupuk Kandang

Hasil penelitian pada lampiran 3 menunjukkan bahwa biaya pupuk kandang yang dikeluarkan selama usahatani padi organik perhektar di Desa Lubuk Bayas tersebut berada antara Rp.100.000/ha sampai dengan Rp.10.000.000/ha dengan rata-rata Rp.1.358.573/ha.

Tabel 25. Biaya Pupuk Kandang Perhektar

No. Biaya Pupuk Kandang (Rp/ha) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%) 1

2

< 1.358.573 ≥ 1.358.573

42 16

72 28 Jumlah

Min Maks Rata-rata

58 Rp.100.000/ha

Rp.10.000.000/ha Rp.1.358.573/ha

100

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Dari tabel 25 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya pupuk kandang dibawah Rp.1.358.573/ha adalah sebesar 72%, yaitu sebanyak 42 orang, dan yang mengeluarkan biaya pupuk kandang diatas Rp.1.358.573/ha adalah sebesar 28%, yaitu sebanyak 16 orang,. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran biaya untuk pupuk kandang di Desa Lubuk Bayas optimal.

Pupuk kandang pada petani sampel tersedia di dalam kelompok tani, karena kelompok Tani Subur memiliki ternak sapi yang merupakan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. Kotoran dari sapi tersebut diolah menjadi pupuk kandang yang dapat digunakan sebagai pupuk organik pada usahatani padi organik. Harga bahan mentah kotoran sapi tersebut yaitu


(61)

Rp.500/kg, sedangkan harga kotoran sapi yang sudah siap pakai, yaitu pupuk kandang yaitu Rp.1.000/kg. Petani yang menggunakan bahan mentah dari kotoran sapi tersebut mengolah kembali menjadi pupuk kandang. Perbedaan biaya pupuk kandang perhektarnya disebabkan oleh harga pupuk yang berbeda dan jumlah pemakaian pupuk untuk usahatani padi organik perhektarnya juga berbeda. Selain itu, petani yang sudah menggunakan urin sapi sebagai pupuk organik, akan mengurangi pemakaian pupuk kandang. Oleh karena itu terjadi perbedaan biaya pupuk kandang antar petani sampel.

3. Urin Sapi

Hasil penelitian pada lampiran 3 menunjukkan bahwa biaya urin sapi yang dikeluarkan selama usahatani padi organik perhektar di Desa Lubuk Bayas tersebut berada antara Rp.55.556/ha sampai dengan Rp.3.333.333/ha dengan rata-rata Rp.837.452/ha.

Tabel 26. Biaya Urin Sapi Perhektar

No. Biaya Urin Sapi (Rp/ha) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%) 1

2

< 837.452 ≥ 837.452

42 16

72 28 Jumlah

Min Maks Rata-rata

58 Rp.55.556/ha

Rp.3.333.333/ha Rp.837.452/ha

100

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Dari tabel 26 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya urin sapi dibawah Rp.837.452/ha adalah sebesar 72%, yaitu sebanyak 42 orang, dan yang mengeluarkan biaya urin sapi diatas Rp.837.452/ha adalah sebesar 28%, yaitu sebanyak 16 orang. Dengan banyaknya petani sampel yang mengeluarkan


(62)

biaya lebih kecil dari biaya rata-rata menunjukkan bahwa pengeluaran biaya urin sapi di Desa Lubuk Bayas sangat optimal.

Harga jual urin sapi di kelompok tani yaitu Rp.10.000/liter. Apabila urin sapi tidak tersedia di kelompok tani, maka petani membeli urin sapi diluar kelompok tani dengan harga Rp.20.000/liter. Akan tetapi, tidak semua petani menggunakan urin sapi sebagai pupuk organik mereka. Perbedaan biaya urin sapi disebabkan karena penggunaan pupuk kandang yang lebih optimal sebagai pupuk organik petani sampel. Hal ini dikarenakan petani sampel sudah menggunakan urin sapi sebagai pesitisida organik.

4. Pestisida Organik

Hasil penelitian pada lampiran 3 menunjukkan bahwa biaya pestisida organik yang dikeluarkan selama usahatani padi organik perhektar di Desa Lubuk Bayas tersebut berada antara Rp.27.778/ha sampai dengan Rp.1.333.333/ha dengan rata-rata Rp.392.088/ha.

Tabel 27. Biaya Pestisida Organik Perhektar

No. Biaya Pestisida Organik (Rp/ha) Jumlah Sampel (orang) Persentase (%) 1

2

< 392.088 ≥ 392.088

24 34

41 59 Jumlah

Min Maks Rata-rata

58 Rp.27.778/ha

Rp.1.333.333/ha Rp.392.088/ha

100

Sumber : Analisis Data Primer, 2012

Dari tabel 27 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya pestisida organik dibawah Rp.392.088/ha adalah sebesar 41%, yaitu sebanyak 24 orang dan yang mengeluarkan biaya pestisida organik diatas Rp.392.088/ha adalah sebesar 59%, yaitu sebanyak 34 orang. Pengeluaran biaya pestisida organik


(1)

rata Rp.16.500/liter. Harga pestisida organik yang dibawah Rp.16.500/liter adalah sebesar 29% sampel, yaitu sebanyak 17 orang dan yang diatas Rp.16.500/liter adalah sebesar 71%, yaitu sebanyak 41 orang.

f. Upah Tenaga Kerja (Px5)

Lampiran 6 menunjukkan bahwa variabel upah tenaga kerja memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, yaitu variabel upah tenaga kerja (Px5) secara parsial,

berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik (I). Nilai koefisien regresi sebesar -4,681 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan upah tenaga kerja sebesar Rp.1/orang/ha, maka terjadi penurunan pendapatan petani padi organik sebesar Rp.4.681 perhektar. Sebaliknya, jika terjadi penurunan upah tenaga kerja, akan menyebabkan kenaikan pendapatan petani padi organik.

Upah tenaga kerja yang dikeluarkan petani sampel meliputi upah tenaga kerja dalam keluarga dan upah tenaga kerja luar keluarga. Adapun kegiatan yang dilakukan tenaga kerja tersebut yaitu persemaian, penanaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan, pengeringan gabah, panen, dan pasca panen. Setiap petani sampel mengeluarkan biaya untuk upah tenaga kerja yang berbeda-beda. Semakin kecil upah tenaga kerja yang dikeluarkan maka semakin meningkat pendapatan petani padi organik.

Hasil penelitian dengan 58 sampel, menunjukan bahwa upah tenaga kerja berada antara Rp.300.000/orang/ha sampai dengan Rp.4.750.000/orang/ha dengan rata-rata Rp.1.238.174/orang/ha. Upah tenaga kerja yang dibawah


(2)

Rp.1.238.174/orang/ha adalah sebesar 55% sampel, yaitu sebanyak 32 orang, dan yang diatas Rp.1.238.174/orang/ha adalah sebesar 45%, yaitu sebanyak 26 orang.

g. Biaya Pemasaran (Px6)

Lampiran 6 menunjukkan bahwa variabel biaya pemasaran memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,056. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel biaya pemasaran (Px6) secara parsial, tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik (I).

Biaya pemasaran yang tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi organik disebabkan karena tersedianya koperasi JAPSA yang menampung hasil beras organik. Koperasi JAPSA tersebut langsung mengambil hasil produksi beras organik di Desa Lubuk Bayas, sehingga biaya pemasaran yang terdiri dari biaya pengemasan, biaya transportasi, dan biaya penyusutan dapat mengurangi biaya produksi yang dikeluarkan petani sampel.

Hasil penelitian dengan 58 sampel, menunjukan bahwa biaya pemasaran berada antara Rp.600/kg sampai dengan Rp.1.300/kg dengan rata-rata Rp.810/kg. Biaya pemasaran yang dibawah Rp.810/kg adalah sebesar 97% sampel, yaitu sebanyak 56 orang, dan yang diatas Rp.810/kg adalah sebesar 3%, yaitu sebanyak 2 orang.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Pendapatan petani padi organik di Desa Lubuk Bayas mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, hal ini dapat dilihat dari jumlah penjualan beras organik yang meningkat serta harga jual beras organik yang tinggi setiap tahunnya. 2. Produktivitas padi organik, harga urin sapi, dan upah tenaga kerja

berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi organik di Desa Lubuk Bayas. Sedangkan harga bibit, harga pupuk kandang, harga pestisida organik, dan biaya pemasaran tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi organik di Desa Lubuk Bayas. Tidak terjadi multikolinearitas dan heterokedastisitas serta asumsi normalitas terpenuhi.

6.2 Saran

Kepada Petani Padi Organik

Untuk meningkatkan pendapatan, petani padi organik dapat melakukan upaya sebagai berikut.

1. Mengoptimalkan pemakaian urin sapi dan penggunaan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi biaya input produksi.

2. Melakukan promosi secara rutin untuk memasarkan beras organik di beberapa tempat di wilayah Sumatera Utara bahkan ke wilayah-wilayah lainnya.

3. Mengadakan sosialisasi secara rutin kepada masyarakat disekitar untuk bertanam padi organik.


(4)

Kepada Pemerintah

Perlu dilakukan pelatihan-pelatihan dan meningkatkan kegiatan kelompok untuk meningkatkan kerja sama petani yang sudah berpengalaman dengan petani yang pengalamannya masih rendah. Perlu adanya bantuan pemerintah dalam mendukung kegiatan pemasaran beras organik dengan membuka jaringan-jaringan pemasaran beras organik.

Kepada Peneliti

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi pendapatan petani padi organik di Desa Lubuk Bayas, tidak hanya pada satu kelompok tani padi organik melainkan dengan beberapa kelompok tani padi organik untuk akomodir variansi harga beras organik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Andoko, A., 2002. Budi Daya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya, Jakarta. BITRA Indonesia., 2012. Data Produksi Padi Organik di Sumatera Utara.

Medan.

Boediono., 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi Edisi 1 Cetakan ke 5. BPFE. Jogjakarta.

Erlina., 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akutansi dan Manajemen. USU Press. Medan.

Ghozali, I., 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Gujarati, D., 1994. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta. Gujarati, D., 1998. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta.

Gujarati, D., 2007. Dasar-Dasar Ekonometrika. Erlangga. Jakarta. Hernanto, F., 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Mulyawan, B., 2011. Beras Organik. Bumi Ganesa, Bandung.

Parnata,A.S., 2010. Meningkatkan Hasil Panen dengan Pupuk Organik. Agro Media, Jakarta Selatan.

Poetryani,A., 2011. Analisis Perbandingan Efisiensi Usahatani Padi Organik dengan Anorganik (Kasus: Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor). Institut Pertanian Bogor. 2011. Bogor.

Sagala, Y.M, 2010. Analisis Komparatif Tingkat Sosial Ekonomi Petani Dampingan Bitra dan Petani Anorganik (Studi Kasus Padi Sawah Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Simanjuntak,S.B., 2004. Pengantar Ilmu Pertanian. Fakultas Pertanian,USU, Medan.

Soeharjo,A. dan D. Patong., 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani.Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian.Institut Pertanian Bogor. Bogor.


(6)

Soekartawi., 1995. Analisis Usahatani. UI Press, Jakarta.

Soekartawi., 1998. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. UI Press, Jakarta.

Soemartini., 2007. Pencilan (Outlier). Jurusan Statistika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjajaran, Jatinangor.

Sriyanto, S., 2010. Panen Duit dari Bisnis Padi Organik.Agro Media, Jakarta Selatan.

Sujianto, Agus Eko., 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. Prestasi Pustakaraya, Jakarta.

Suratiyah, K., 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta. Sutanto, R., 2002. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Walpole, R.E., 1992. Pengantar Statistik Edisi ke-3. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Usaha Tani Padi Organik (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

6 82 136

Partisipasi Petani Dalam Penerapanpertanian Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas,Kecamatan Perbaungan,Kabupaten Serdang Bedagai)

1 68 72

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 4 104

Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Padi Organik (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

0 3 78

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 16

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 1

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 4

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 11

Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Padi Organik (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

0 0 20

Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Padi Organik (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

0 2 13