Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Nelayan Dan Petani Tambak Di Kabupaten Aceh Utara

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN NELAYAN DAN PETANI TAMBAK

DI KABUPATEN ACEH UTARA

TESIS

Oleh

JUMMAINI 057019016/IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN NELAYAN DAN PETANI TAMBAK

DI KABUPATEN ACEH UTARA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

JUMMAINI 057019016/IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(3)

Judul Tesis

:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI TINGKAT

PENDAPATAN NELAYAN DAN PETANI

TAMBAK DI KABUPATEN ACEH UTARA

Nama Mahasiswa : Jummaini

Nomor Pokok : 057019016

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac, Ak) (Drs. Amlys S. Silalahi, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Hj Rismayani, SE, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 22 Desember 2008

____________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac, Ak Anggota : 1. Drs. Amlys S. Silalahi, M.Si

2. Prof. Dr. Hj Rismayani, SE, MS 3. Drs. Syahyunan, M.Si


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN NELAYAN DAN PETANI TAMBAK DI KABUPATEN ACEH UTARA

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas

Medan, Desember 2008 Yang membuat pernyataan,

Jummaini 057019016/IM


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Nelayan dan Petani Tambak, di Kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh modal, pengalaman, tenaga kerja, lama melaut dan luas lahan terhadap tingkat pendapatan nelayan dan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara. serta perbedaan tingkat pendapatan antara nelayan dan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara.

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah modal, pengalaman, tenaga kerja dan lama melaut berpengaruh terhadap tingkat pendapatan nelayan di Kabupaten Aceh Utara. Hipotesis kedua modal, pengalaman, tenaga kerja dan luas lahan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara. Sedangkan hipotesis ketiga adalah terdapat perbedaan tingkat pendapatan antara nelayan dan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara.

Hasil analisis untuk nelayan dan petani tambak menunjukkan bahwa modal, pengalaman, tenaga kerja, lama melaut dan luas lahan secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pendapatan nelayan dan petani tambak pada tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05). Koefisien determinasi (R2) untuk nelayan sebesar 0,599 yang berarti variasi kemampuan modal, pengalaman, tenaga kerja dan lama melaut dalam menjelaskan variasi tingkat pendapatan nelayan sebesar 59,9% sedangkan sisanya sebesar 40,1% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Koefisien determinasi (R2) untuk petani tambak 0,638 yang berarti variasi kemampuan modal, pengalaman, tenaga kerja dan luas lahan dalam menjelaskan variasi tingkat pendapatan petani tambak sebesar 63,8% sedangkan sisanya 36,2% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model

Hasil uji t (secara parsial) untuk nelayan terdapat pengaruh yang signifikan antara modal dan tenaga kerja terhadap pendapatan nelayan dan modal merupakan variabel yang paling dominan, Untuk petani tambak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal dan pengalaman terhadap pendapatan petani tambak, dan pengalaman merupakan variabel yang paling dominan. Hasil analisis Anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan nelayan dengan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa modal, pengalaman, tenaga kerja, lama melaut dan luas lahan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan nelayan dan petani tambak. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan nelayan dan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara.

Kata Kunci : modal, pengalaman, tenaga kerja, lama melaut, luas lahan dan pendapatan


(7)

ABSTRACT

The title of this research is the analysis on the influence of the income degree of the Tambak farmers and fishermen, in Kabupaten Aceh Utara. The aim of this research are to know and analyze the influence of capital, experience, labor, fishing experience, and the land extensive to the income degree of the Tambak farmers and fisherme in Kabupaten Aceh Utara.

The first hypothesis is capital, experience, labor, and fishing experience influence the income degree of the Tambak fishermen in Kabupaten Aceh Utara The second hypothesis is capital, experience, labor, and the land extensive influence the income degree of the Tambak farmers in Kabupaten Aceh Utara. The third hypothesis is there is a difference in the income degree between the Tambak farmers and the fishermen in Kabupaten Aceh Utara.

The data analysis uses the multiple linier regression analysis, with F-test and t-test and the degree of believing is 95 % with α 0,05. The third hypothesis uses the ANOVA test to know the difference of the income degree between the Tambak farmers and fishermen in Kabupaten Aceh Utara.

The analysis result shows that capital, experience, labor, fishing experience, and the land extensive simultaneously have significant influence to the income degree of Tambak Farmers and fishermen on degree of believing is 95 % with α 0,05. The determination coefficient for fishermen is 0,599 means that variation of capital, experience, labor, and fishing experience around 59,9 % explain variation of the fishermen’s income degree while the other 40,1 % are explained by other factors. The determinant coefficient for tambak farmers is 0,638 means that variation of capital ability, experience, labor and the land extensive explain variation of the farmers’ income degree around 63,8 % while the other 36,2 % are explained by other factors.

The partial (t-test) for fishermen is that there is a significant influence between capital, and labor to the fishermen’s income and capital is the most dominant variable. For tambak farmers, there is a significant influence between capital and experience to the tambak farmers’ income, and experience is the most dominant. The result from the ANOVA test shows that there is no significant difference between the income of tambak famers’ and tambak fishermen in Kabupaten Aceh Utara.

The conclusion if this research is that capital, experience, labor the fishing experience, and the land extensive significantly influence to the farmers’ and fishermen income degree. There is no significant difference between the tambak farmers’ and fishermen income degree in Kabupaten Aceh Utara


(8)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan tesis ini. Selawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa cahaya penerangan dan ilmu pengetahuan ke dunia ini.

Tesis ini mengangkat tentang kondisi sosial ekonomi nelayan dan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara di tinjau dari segi pendapatan. Tema faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan dan petani tambak yang diangkat disebabkan adanya fenomena yang menarik terkait citra tentang kemiskinan yang melekat pada kehidupan masyarakat pesisir yang di dominasi oleh nelayan dan petani tambak. Dari tahun ke tahun citra itu terus melekat pada mereka. Kendati telah banyak bantuan-bantuan yang mereka terima dan alat-alat yang sudah mulai canggih yang mereka gunakan, namun hingga saat ini belum terlihat bahwa kehidupan masyarakat pesisir itu lebih baik atau jauh dari kemiskinan.

Permasalahan di atas akan diangkat dalam penelitian ini, dengan melihat dari segi modal, pengalaman, tenaga kerja, lama melaut, dan luas lahan yang nantinya akan didapat suatu gambaran dari akar permasalahan. Kelebihan dari penelitian ini adalah tergambarnya perbedaan pendapatan dari dua kelompok masyarakat yang menekuni pekerjaan berbeda tetapi sama-sama di bagian perikanan dan sama-sama hidup di daerah pesisir.


(9)

Terima kasih kepada Bapak Prof. dr. Chairuddin. P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. Juga kepada Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penelitian tesis ini, penulis banyak mendapatkan arahan, bimbingan, bantuan, maupun kritikan kontruktif, oleh karenanya penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tinginya kepada kedua pembimbing; Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac, Ak selaku pembimbing pertama,

Drs. Amlys S. Silalahi, M.Si selaku pembimbing kedua. Terima kasih juga turut penulis sampaikan kepada tim penguji; Prof. Dr. Hj Rismayani, SE, MS sekaligus ketua Program Studi Ilmu Manajemen, Drs. Syahyunan, M.Si sekaligus sekretaris Program Studi Ilmu Manajemen, dan Drs. HB. Tarmizi, SU yang telah memberikan banyak masukan dan saran-saran dalam rangka penyempurnaan tesis ini.

Terima kasih kepada Drs. A. Hadi Arifin, M.Si selaku Rektor Universitas Malikussaleh (Unimal) yang telah memberikan izin tugas belajar kepada penulis, juga kepada Faisal Matriadi, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Unimal yang telah memberikan bantuan moril dan spirit kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (SPs-USU).

Terima kasih kepada teman-teman, baik yang kuliah di Magister Ilmu Ekonomi SPs-USU, maupun rekan-rekan kerja khususnya di Fakultas Ekonomi Unimal, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu. Kepada seluruh keluarga besar (Almarhum) Ayahanda Zakaria Hanafiah dan Ibunda Ruhani M. Yusuf.


(10)

Terakhir penulis menyampaikan terima kasih kepada suami tercinta Muhifuddin dan kedua ananda tersayang Noerista Audreya Frantika, Muhammad Mifdhal Amsyar, atas segala keikhlasan memberikan dukungan, semangat dan pengertian serta kasih sayang kepada penulis untuk mengikuti pendidikan sampai dengan selesai di Sekolah Pascasarjana Magister Ilmu Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari tesis ini masih mengandung banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun tata cara penulisannya, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran kontruktif demi kesempurnaan di masa datang. Penulis mengharapkan kiranya penelitian tesis ini memberikan manfaat kepada semua pihak yang membacanya

Medan, oktober 2008

Penulis,


(11)

RIWAYAT HIDUP

Jummaini lahir di Bireuen Kabupaten Aceh Utara tahun 1978, Islam, anak keempat dari lima bersaudara dari Bapak Zakaria Hanafiah (Alm) dan Ibu Ruhani M. Yusuf. Menikah dengan Muhifuddin tahun 1997 dikaruniai 1 putri dan 1 putra yaitu Noerista Audreya Frantika dan Muhammad Mifdhal Amsyar. Sejak tahun 2002 sampai pada saat ini bekerja sebagai Staf Pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh yang beralamat di Reuleut Lhokseumawe.

Mulai menuntut ilmu pada tahun 1984 di Sekolah Dasar (SD) Negeri 19 Lhokseumawe, dan lulus tahun 1990. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Lhokseumawe pada tahun 1990, dan lulus tahun 1993. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Lhokseumawe pada tahun 1993, dan lulus tahun 1996. Pada tahun 1998 melanjutkan studi Strata-1 di Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh (UNIMAL) Lhokseumawe jurusan Manajemen, lulus tahun 2002. Dan pada tahun 2005 melanjutkan ke Sekolah Pascasarjana (Strata-2) Program Studi Magister Ilmu Manajemen Universitas Sumatera Utara (USU), dan selesai pada tahun 2008.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI………... vii

DAFTAR TABEL………... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang……….. ... 1

1.2 Perumusan Masalah……….. ... 8

1.3 Tujuan Penelitian……….. ... 8

1.4 Manfaat Penelitian……….... ... 9

1.5 Kerangka Pemikiran………... 10

1.6 Hipotesis………... 13

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 15

2.1 Penelitian Terdahulu………. ... 15

2.2 Teori Pendapatan………... 20

2.3 Konsep Pendapatan (Income)………... ... 22

2.4 Produksi……… ... 24

2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan………... 26

2.5.1 Modal……… ... 27

2.5.2 Pengalaman Tenaga Kerja…………... 29

2.5.3 Tenaga Kerja……… ... 31

2.5.4 Lama Melaut (Jam Kerja)……… ... 32

2.5.5 Luas Lahan……… ... 34

2.6 Nelayan dan Petani Tambak………... 35

2.7 Struktur Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir... 37

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 40

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian……….. ... 40

3.2 Metode Penelitian………. ... 40

3.3 Populasi dan Sampel………. ... 41

3.4 Metode Pengumpulan Data……….. ... 44

3.5 Jenis dan Sumber Data………. ... 44

3.6 Identifikasi Variabel………... 45


(13)

3.8 Model Analisis……….. ... 48

3.8.1 Uji statistik t………. ... 50

3.8.2 Uji statistik F……… ... 51

3.9 Uji Asumsi Klasik………. ... 51

3.9.1 Uji Normalitas………... 52

3.9.2 Uji Linieritas ………... ... 52

3.9.3 Uji Multikolinearitas ……… ... 53

3.9.4 Uji Heteroskedastisitas... 53

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 55

4.1Gambaran Umum Kabupaten Aceh Utara ... 55

4.1.1Pola Aktivitas Nelayan... 56

4.1.2Pola Aktivitas Petani Tambak... 60

4.2Karakteristik Nelayan... 63

4.3Kondisi Sosial Nelayan ... 66

4.4Pendapatan Nelayan ... 70

4.5Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan ... 72

4.5.1Modal ... 73

4.5.2Pengalaman ... 76

4.5.3Tenaga kerja ... 78

4.5.4Peralatan... 79

4.5.5Waktu ... 80

4.6Karakteristik Petani Tambak... 81

4.7Kondisi Sosial Petani Tambak ... 84

4.8Pendapatan Petani Tambak ... 87

4.9Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tambak. 89

4.9.1Modal ... 89

4.9.2Pengalaman ... 92

4.9.3Tenaga kerja ... 92

4.9.4Luas lahan ... 94

4.10 Uji Asumsi Klasik ... 95

4.10.1 Normalitas ... 95

4.10.2 Linieritas ... 98

4.10.3 Multikolinieritas... 99

4.10.4 Heteroskedastisitas... 100

4.11 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan... 101

4.11.1 Uji Pengaruh Secara Serempak (Uji F)... 102

4.11.2 Uji Pengaruh Secara Parsial (Uji t) ... 103

4.11.2.1 Pengaruh Modal Terhadap Pendapatan Nelayan ... 103

4.11.2.2 Pengaruh Pengalaman Terhadap Pendapatan Nelayan.. 105

4.11.2.3 Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Nelayan.. 106


(14)

4.12 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani

Tambak... 108

4.12.1 Uji Pengaruh Secara Serempak (Uji F)... 110

4.12.2 Uji Pengaruh Secara Parsial (Uji t)... 111

4.12.2.1 Pengaruh Modal Terhadap Pendapatan Petani Tambak.... 111

4.12.2.2 Pengaruh Pengalaman Terhadap Pendapatan Petani Tambak... 112

4.12.2.3 Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Petani Tambak... 113

4.12.2.4 Pengaruh Luas Lahan Terhadap Pendapatan Petani Tambak... 114

4.13 Analisis Uji Beda ... 115

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……….. 117

5.1Kesimpulan... 117

5.2Saran... 118


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Jumlah Produksi, Nilai Produksi Perikanan Laut dan Budidaya

Tambak Tahun 2006... 4

2.1 Penelitian terdahulu... 15

3.1 Jumlah dan Lokasi Sampel Nelayan dan Petani Tambak... 43

3.2 Definisi operasional variabel... 46

4.1 Jumlah Penangkap Perikanan Laut Menurut Jenis Alat Tangkap di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2005 – 2006... 58

4.2 Jumlah Petani, Luas Tambak dan Produksi Tambak di Wilayah Penelitian Tahun 2006... 61

4.3 Karakterisktik Nelayan Berdasarkan Kelompok Umur, Jenis Kelamin dan Status Perkawinan... 64

4.4 Karakterisktik Nelayan Berdasarkan Pendidikan... 66

4.5 Jumlah Tanggungan Keluarga Nelayan... 67

4.6 Kondisi Rumah Tempat Tinggal Nelayan... 68

4.7 Pendapatan dan Pekerjaan Sampingan Nelayan... 71

4.8 Modal yang diperlukan untuk Melaut... 74

4.9 Sumber Modal yang digunakan untuk Usaha... 75

4.10 Penggunaan Modal... 76

4.11 Pengalaman Nelayan dalam Melaut... 77

4.12 Jumlah Tenaga Kerja yang digunakan... 78

4.13 Peralatan yang Digunakan Untuk Menangkap Ikan... 79


(16)

4.15 Karakterisktik Petani Tambak Berdasarkan Kelompok Umur, Jenis

Kelamin dan Status Perkawinan... 82

4.16 Karakterisktik Petani Tambak Berdasarkan Pendidikan... 84

4.17 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Tambak... 85

4.18 Kondisi Rumah Tempat Tinggal Petani Tambak... 86

4.19 Pendapatan dan Pekerjaan Sampingan Petani Tambak... 87

4.20 Modal yang diperlukan untuk Proses Produksi... 89

4.21 Sumber Modal yang digunakan untuk Usaha... 90

4.22 Penggunaan Modal... 91

4.23 Pengalaman Bertani Tambak... 92

4.24 Jumlah Tenaga Kerja yang digunakan... 93

4.25 Luas Lahan Bertani Tambak... 94

4.26 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Untuk Data Nelayan dan Petani Tambak... 97

4.27 Uji Ramsey Test Untuk Uji Linieritas... 98

4.28 Collinearity Statistics Untuk Data Nelayan dan Petani Tambak... 99

4.29 Hasil Uji Glejser Untuk Data Nelayan dan Petani Tambak... 100

4.30 Hasil Estimasi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan... 101

4.31 Koefisien Determinasi (R2) Model Penelitian untuk Nelayan... 102

4.32 ANOVA Model Penelitian Untuk Nelayan... 103

4.33 Hasil Estimasi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tambak... 109

4.34 Koefisien Determinasi (R2) Model Penelitian untuk Petani Tambak ... 109

4.35 ANOVA Model Penelitian Untuk Petani Tambak... 110


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 1.1 Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Pendapatan Nelayan dan Petani Tambak... 13 4.1 Normal P-P Plot Data Nelayan dan Petani Tambak Untuk Uji


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuisioner Penelitian... 123

2 Output SPSS: Deskriptif Data Nelayan... 128

3 Output SPSS: Frekuensi Data Nelayan... 130

4 Output SPSS: Deskriptif Data Petani Tambak... 142

5 Output SPSS: Frekuensi Data Petani Tambak... 144

6 Output SPSS: Regresi Data Nelayan... 156

7 Output SPSS: Regresi Data Petani Tambak... 161

8 Output SPSS: Kolmogorov-Smirnov Data Nelayan... 166

9 Output SPSS: Kolmogorov-Smirnov Data Petani Tambak... 167

10 Output SPSS: Glejser Test Data Nelayan... 168

11 Output SPSS: Glejser Test Data Petani Tambak... 170

12 Output SPSS: Ramsey Test Data Nelayan... 172

13 Output SPSS: Ramsey Test Data Petani Tambak... 174


(19)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Nelayan dan Petani Tambak, di Kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh modal, pengalaman, tenaga kerja, lama melaut dan luas lahan terhadap tingkat pendapatan nelayan dan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara. serta perbedaan tingkat pendapatan antara nelayan dan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara.

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah modal, pengalaman, tenaga kerja dan lama melaut berpengaruh terhadap tingkat pendapatan nelayan di Kabupaten Aceh Utara. Hipotesis kedua modal, pengalaman, tenaga kerja dan luas lahan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara. Sedangkan hipotesis ketiga adalah terdapat perbedaan tingkat pendapatan antara nelayan dan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara.

Hasil analisis untuk nelayan dan petani tambak menunjukkan bahwa modal, pengalaman, tenaga kerja, lama melaut dan luas lahan secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pendapatan nelayan dan petani tambak pada tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05). Koefisien determinasi (R2) untuk nelayan sebesar 0,599 yang berarti variasi kemampuan modal, pengalaman, tenaga kerja dan lama melaut dalam menjelaskan variasi tingkat pendapatan nelayan sebesar 59,9% sedangkan sisanya sebesar 40,1% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Koefisien determinasi (R2) untuk petani tambak 0,638 yang berarti variasi kemampuan modal, pengalaman, tenaga kerja dan luas lahan dalam menjelaskan variasi tingkat pendapatan petani tambak sebesar 63,8% sedangkan sisanya 36,2% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model

Hasil uji t (secara parsial) untuk nelayan terdapat pengaruh yang signifikan antara modal dan tenaga kerja terhadap pendapatan nelayan dan modal merupakan variabel yang paling dominan, Untuk petani tambak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal dan pengalaman terhadap pendapatan petani tambak, dan pengalaman merupakan variabel yang paling dominan. Hasil analisis Anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan nelayan dengan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa modal, pengalaman, tenaga kerja, lama melaut dan luas lahan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan nelayan dan petani tambak. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan nelayan dan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara.

Kata Kunci : modal, pengalaman, tenaga kerja, lama melaut, luas lahan dan pendapatan


(20)

ABSTRACT

The title of this research is the analysis on the influence of the income degree of the Tambak farmers and fishermen, in Kabupaten Aceh Utara. The aim of this research are to know and analyze the influence of capital, experience, labor, fishing experience, and the land extensive to the income degree of the Tambak farmers and fisherme in Kabupaten Aceh Utara.

The first hypothesis is capital, experience, labor, and fishing experience influence the income degree of the Tambak fishermen in Kabupaten Aceh Utara The second hypothesis is capital, experience, labor, and the land extensive influence the income degree of the Tambak farmers in Kabupaten Aceh Utara. The third hypothesis is there is a difference in the income degree between the Tambak farmers and the fishermen in Kabupaten Aceh Utara.

The data analysis uses the multiple linier regression analysis, with F-test and t-test and the degree of believing is 95 % with α 0,05. The third hypothesis uses the ANOVA test to know the difference of the income degree between the Tambak farmers and fishermen in Kabupaten Aceh Utara.

The analysis result shows that capital, experience, labor, fishing experience, and the land extensive simultaneously have significant influence to the income degree of Tambak Farmers and fishermen on degree of believing is 95 % with α 0,05. The determination coefficient for fishermen is 0,599 means that variation of capital, experience, labor, and fishing experience around 59,9 % explain variation of the fishermen’s income degree while the other 40,1 % are explained by other factors. The determinant coefficient for tambak farmers is 0,638 means that variation of capital ability, experience, labor and the land extensive explain variation of the farmers’ income degree around 63,8 % while the other 36,2 % are explained by other factors.

The partial (t-test) for fishermen is that there is a significant influence between capital, and labor to the fishermen’s income and capital is the most dominant variable. For tambak farmers, there is a significant influence between capital and experience to the tambak farmers’ income, and experience is the most dominant. The result from the ANOVA test shows that there is no significant difference between the income of tambak famers’ and tambak fishermen in Kabupaten Aceh Utara.

The conclusion if this research is that capital, experience, labor the fishing experience, and the land extensive significantly influence to the farmers’ and fishermen income degree. There is no significant difference between the tambak farmers’ and fishermen income degree in Kabupaten Aceh Utara


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, telah dilaksanakan pada beberapa Pelita (Pembangunan Lima Tahun) dan sampai sekarang terus digalakkan dan dilaksanakan. Upaya pembangunan berorientasi pada pembangunan manusia. Indeks pembangunan manusia Indonesia masih tergolong rendah, ini dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat yang masih sangat rendah. Pembangunan dapat dijalankan dengan baik bila didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas termasuk mempunyai kemampuan dan keterampilan yang cukup, sumber daya alam yang cukup, serta lingkungan politik, ekonomi, dan sosial budaya yang kondusif.

Perwujudan pemerataan pembangunan mengandung makna berupa upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, dan masyarakat pedesaan khususnya dalam penanggulangan kemiskinan. Pengentasan kemiskinan harus ditangani dari berbagai dimensi seperti ekonomi, akhlak, dan keilmuan. Sasaran penanggulangan kemiskinan dengan meningkatkan pendapatan dan kesempatan berusaha kelompok masyarakat miskin, meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap permodalan, bantuan teknis, dan berbagai sarana dan prasarana produksi. Dalam penanggulangan kemiskinan masyarakat pesisir, departemen kelautan dan perikanan telah memprogramkan anggaran sebesar 104.7 milyar (Bappenas, 2005).


(22)

Pembangunan kawasan pesisir diperlukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir yang sebagian besar nelayan dan petani tambak yang tergolong miskin (Kompas, 14 April 2007). Pendayagunaan sumber daya perikanan ditujukan untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Taraf hidup masyarakat pesisir dapat ditingkatkan jika pendapatannya sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup. Pendapatan masyarakat pesisir tidak terlepas dari banyaknya tangkapan ikan yang mereka dapatkan.

Untuk memperoleh pendapatan yang tinggi maka nelayan dan petani tambak harus bisa meningkatkan hasil perikanan dan budi daya tambak. Selain itu nelayan dan petani tambak juga harus bisa menjaga dan memperbaiki kualitas tangkapan dan budi daya tambak. Buruknya kualitas tangkapan ikan disebabkan pengolahan tidak sesuai prosedur yang baik. Kerusakan hasil perikanan yang antara lain disebabkan busuknya ikan dalam perjalanan dari tempat penangkapan sampai ketempat penjualan (Kompas, 12 April 2007). Untuk menjaga dan memperbaiki kualitas tangkap dan budi daya ikan, diperlukan adanya peralatan (teknologi) yang memadai serta tenaga kerja yang berpengalaman.

Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu kabupaten yang ada di Nanggro Aceh Darussalam (NAD) yang terdiri dari 22 kecamatan dengan jumlah penduduk pasca tsunami 502.288 jiwa. Secara geografis Kabupaten Aceh Utara terletak pada posisi 04. 46.00o – 05. 00. 40o Lintang Utara (LU) dan 96.52.00o – 97. 31.00o Bujur

Tmur (BT), dengan luas wilayah 3.296,86 Km2, memiliki sumber daya kelautan yang


(23)

tambak-tambak air payau dan air asin. Penduduk di sekitar pantai sebagian besar mata pencaharian pokoknya sebagai nelayan dan juga sebagai petani tambak (air asin dan air payau).

Masyarakat yang mata pencaharian sebagai nelayan adalah orang yang aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan di laut. Masyarakat nelayan ini tinggal di desa pesisir dan mata pencaharian utama sehari-hari adalah melaut. Sedangkan petani tambak adalah orang yang aktif melakukan pekerjaan mengelola tambak dalam memperoleh pendapatannya. Petani tambak ini tinggal di desa pesisir atau berdekatan dengan lokasi tambak dan mata pencaharian utamanya berasal dari mengelola tambak. Saat ini jumlah tenaga kerja di bidang perikanan tangkap (nelayan) sebanyak 5.222 orang dan jumlah tenaga kerja di bidang perikanan budidaya (tambak) sebanyak 5.406 orang. Bagi nelayan dan petani tambak, kebutuhan fisik minimum atau kebutuhan konsumsi keluarga sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterimanya. Rata-rata pendapatan per bulan kepala rumah tangga untuk nelayan perahu motor Rp1.867.583,- sedangkan untuk petani tambak Rp 1.258.518,- (BPS, 2006).

Jumlah produksi, nilai produksi hasil perikanan laut (nelayan) dan budi daya tambak (petani tambak) di Kabupaten Aceh Utara tahun 2006 sebagaimana disajikan dalam Tabel 1.1 berikut ini:


(24)

Tabel 1.1 Jumlah Produksi, Nilai Produksi Perikanan Laut dan Budidaya Tambak tahun 2006

Jenis Usaha (Kegiatan) Jumlah Produksi (Ton)/Th

Nilai Produksi (000 Rp)/Th

1. Perikanan laut (nelayan)

2. Budi daya tambak (petani tambak)

10.003

2.764,89

117.030.200

81.642.570

Sumber: Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Aceh Utara (2006)

Dalam perkembangannya pendapatan nelayan dan petani tambak sulit ditentukan. Seringkali nelayan dan petani tambak memperoleh pendapatan tinggi, rendah dan bahkan tidak memperoleh pendapatan sama sekali. Keadaan ini tergantung pada beberapa faktor, diantaranya seperti harga ikan dan musim bagi nelayan juga faktor penyakit ikan bagi petani tambak. Pasca tsunami nelayan dan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara banyak yang menggunakan pola tradisional baik dalam melaut maupun dalam mengelola tambak. Di tambak-tambak belum adanya kincir air dan pengatur oksigen, serta belum teraturnya air masuk dan keluar yang secara langsung mempengaruhi kualitas air bagi udang atau ikan di dalam tambak. Demikian juga para nelayannya masih ada yang menggunakan perahu dayung, meskipun sudah banyak yang menggunakan perahu motor tetapi masih merupakan perahu ukuran kecil. Hal ini disebabkan antara lain kesulitan modal, kurangnya pengalaman, kurangnya luas lahan tambak serta status perahu dan tanggungan keluarga.


(25)

Sejak dilanda konflik yang berkepanjangan, petani tambak di Kabupaten Aceh Utara tidak dapat seperti biasa menjalankan aktifitas pertambakannya. Banyak tambak (lahan) mereka terbengkalai begitu saja. Di tambah lagi dengan bencana alam gempa dan gelombang tsunami telah menghancurkan infrastruktur dan melumpuhkan perekonomian daerah seperti kerusakan pada bidang perikanan dan kelautan. Sebagian besar korban adalah masyarakat pesisir. Mereka kehilangan sanak keluarga, tempat tinggal, dan sarana lainnya termasuk tempat pencaharian pendapatan mereka.

Pasca tsunami banyak perahu nelayan (hampir 80%) yang mengalami kerusakan maupun hilang serta banyaknya lahan pertambakan yang rusak akibat endapan lumpur bergaram. Bagi nelayan, hal ini tentu saja memerlukan modal yang cukup untuk dapat kembali melaut. Demikian juga dengan petani tambak, untuk dapat bertambak kembali tidak hanya memerlukan modal yang cukup tetapi juga memerlukan waktu yang cukup lama untuk kestabilan struktur tanah.

Dalam hal ini pemerintah daerah khususnya pemerintah Kabupaten Aceh Utara bersama Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) telah menyusun perencanaan dan melakukan berbagai upaya rehabilitasi dan rekonstruksi di semua bidang yang mengalami kerusakan, salah satunya adalah sektor perikanan. Walaupun belum sepenuhnya, namun Pemerintah telah banyak merehabilitasi kerusakan di bidang perikanan dan kelautan, seperti pemberian perahu bermotor, perbaikan tempat pelelangan ikan (TPI), pemberian peralatan melaut atau bertambak serta pembersihan kembali lahan pertambakan yang sudah terendam lumpur tsunami.


(26)

Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dan NGO’s memberikan bantuan perahu motor dan bantuan lainnya kepada nelayan yang usahanya terkena dampak dari stunami baik secara individu maupun perkelompok. Modal nelayan yang menerima bantuan pada daerah ini umumnya berasal dari berbagai sumber baik dari modal sendiri, kredit, bantuan pemerintah/NGO’s, atau toke/pengusaha. Nelayan ini pada umumnya telah menekuni profesi sebagai nelayan lebih kurang sepuluh tahun.

Banyaknya tenaga kerja yang digunakan atau yang bekerja menentukan tingkat pendapatan dari nelayan, namun hal ini tidak terlepas dari pada besar kecilnya perahu yang digunakan oleh nelayan. Mengenai jadwal berlayar, biasanya nelayan didaerah ini berlayar setiap hari kecuali hari jum’at. Mereka setiap hari pergi pagi pulang sore atau pergi sore maupun malam pulang pagi, bahkan ada yang berlayar lebih dari satu hari tergantung dari besar kecilnya perahu yang digunakan.

Demikian juga dengan petani tambak, setelah terjadinya tsunami semua pertambakan dangkal (terendam lumpur tsunami) dan alat-alat pertambakan banyak rusak bahkan saluran air tidak dapat digunakan lagi. Oleh pihak pemerintah daerah dan BRR membersihkan semua pertambakan yang sudah dangkal akibat lumpur tsunami dan memperbaiki semua saluran air sehingga semua tambak dapat digunakan lagi oleh petani tambak. Pada dasarnya banyak pertambakan di Aceh Utara yang digunakan untuk pemeliharaan udang. Namun setelah tanah pertambakan terendam lumpur tsunami, sisa-sisa lumpur mengakibatkan struktur tanah pertambakan tidak stabil sehingga udang-udang sering terkena penyakit dan banyak yang mati. Petani tambak akhirnya banyak beralih memelihara ikan bandeng.


(27)

Pada umumnya petani tambak yang ada di Aceh Utara mengelola pertambakan secara tradisionil. Modal petani tambak pada daerah ini umumnya berasal dari berbagai sumber baik dari modal sendiri, kredit, bantuan pemerintah/NGO’s, atau pengusaha tambak. Banyaknya tenaga kerja tambak yang dipakai oleh pemilik tambak tergantung kepada besarnya luas lahan tambak. Petani tambak ini merupakan orang yang sudah berpengalaman di bidangnya dan bertambak merupakan pekerjaan utama mereka. Dalam hal memelihara ikan, pemilik tambak juga banyak dibantu oleh pihak keluarga baik oleh anak-anak atau istri mereka.

Dengan adanya rehabilitasi dan bantuan tersebut dari pemerintah, sudah sewajarnyalah perkembangan produksi tangkap dan budidaya ikan akan meningkat. Sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak juga akan meningkat. Dengan meningkatnya pendapatan seharusnya kesejahteraan nelayan dan petani tambak juga akan semakin meningkat. Namun pada kenyataan dilihat dari struktur sosial ekonomi kehidupan masyarakat nelayan dan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara belum mencerminkan tingkat pendapatan nelayan dan petani tambak itu lebih baik, bahkan pada musim tertentu kehidupan mereka terlihat begitu memprihatinkan. Oleh karena itu penulis ingin menganalisa lebih jauh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan dan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara.


(28)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Sejauh mana pengaruh faktor-faktor modal, pengalaman, tenaga kerja dan lama melaut (jam kerja) terhadap tingkat pendapatan nelayan di Kabupaten Aceh Utara.

2. Sejauh mana pengaruh faktor-faktor modal, pengalaman, tenaga kerja, dan luas lahan terhadap tingkat pendapatan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara.

3. Sejauh mana perbedaan antara tingkat pendapatan nelayan dan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara.

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh dan menganalisis faktor-faktor modal, pengalaman, tenaga kerja, dan lama melaut (jam kerja) terhadap tingkat pendapatan nelayan di Kabupaten Aceh Utara.

2. Untuk mengetahui pengaruh dan menganalisis faktor-faktor modal, pengalaman, tenaga kerja, dan luas lahan terhadap tingkat pendapatan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara.


(29)

3. Untuk mengetahui perbedaan tingkat pendapatan antara nelayan dan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara.

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi para nelayan dan petani tambak yang ingin memperbaiki produktivitas usahanya, agar dapat memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan sehingga pendapatan dapat ditingkatkan dan dapat terciptanya kesejahteraan hidup.

2. Bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Sebagai masukan untuk dijadikan bahan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat Nelayan dan Petani Tambak.

3. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengalaman serta dapat memperluas ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi khususnya mengenai faktor-faktor produksi.

4. Bagi pihak-pihak lain atau peneliti selanjutnya dapat menjadi acuan atau referensi dalam melakukan penelitian yang sama dimasa mendatang dengan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda.


(30)

1.5. Kerangka Pemikiran

Menurut Raharja dan Manurung (2000) besarnya pendapatan seseorang sangat tergantung dari produktivitasnya. Sementara produktivitas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya seperti keahlian (skill), mutu modal manusia (human

capital), juga kondisi kerja (working conditions).

Usaha nelayan ataupun usaha petani tambak pada prinsipnya dapat digolongkan sama dengan bentuk perusahaan, dimana untuk memproduksi secara umum diperlukan modal, tenaga kerja, teknologi, dan kekayaan alam (Sukirno, 1985). Bagi nelayan dan petani tambak, produksi ikan yang dihasilkan sama dengan pendapatan.

Menurut Soekartawi (2002), modal dalam usaha tani dapat diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu proses produksi. Dengan demikian pembentukan modal mempunyai tujuan untuk yaitu : a) untuk menunjang pembentukan modal lebih lanjut ; dan b) untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani.

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004), input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan angkatan kerja. Kualitas input tenaga kerja, yaitu keterampilan, pengetahuan, dan disiplin angkatan kerja, adalah satu-satunya unsur penting dari pertumbuhan ekonomi. Barang-barang modal, dapat digunakan dan dirawat secara efektif hanya oleh tenaga-tenaga kerja yang trampil dan terlatih.


(31)

Sasmita (2006), mencoba memasukkan variabel pengalaman sebagai nelayan dalam penelitiannya yang berjudul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha nelayan di Kabupaten Asahan. Dengan menggunakan analisis regresi menemukan hasil penelitian bahwa variabel modal kerja, tenaga kerja, dan waktu melaut (jam kerja) berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan usaha nelayan. Sedangkan variabel pengalaman sebagai nelayan berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan terhadap peningkatan pendapatan usaha nelayan. Modal kerja sangat dominan mempengaruhi peningkatan pendapatan usaha nelayan.

Menurut Daniel (2002), luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha tani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usaha tani yang dilakukan. Kecuali bila suatu usaha tani dijalankan dengan tertib dan administrasi yang baik serta teknologi yang tepat.

Sementara Adnan (2006), dalam penelitiannya yang berjudul hubungan program motorisasi terhadap peningkatan produksi dan pendapatan nelayan bertujuan mengetahui pengaruh perubahan teknologi armada penangkapan terhadap tingkat produksi (hasil tangkapan nelayan) dan mengetahui perbedaan pendapatan nelayan berdasarkan teknologi armada penangkapan yang digunakan oleh nelayan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi hasil tangkapan ikan paling besar di capai oleh kapal motor, perahu motor tempel, dan terakhir diikuti perahu tradisional. Lebih


(32)

lanjut dapat disimpulkan bahwa antara teknologi memberikan perbedaan pendapatan yang diterima oleh nelayan.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditentukan bahwa tingkat pendapatan sangat dipengaruhi oleh produktivitas. Produktivitas sangat ditentukan oleh faktor-faktor produksi. Produktivitas dalam menangkap ikan ditentukan oleh modal fisik, modal manusia, sumber daya alam, dan pengetahuan teknologis. Bagi nelayan dan petani tambak, produksi ikan (hasil tangkapan) sama dengan pendapatan dan dalam memproduksi memerlukan faktor-faktor produksi di atas.

Penelitian yang dilakukan berkenaan dengan penelitian Sasmita (2006), dimana variabel pendapatan dipengaruhi oleh variabel faktor-faktor produksi dan dengan model yang digunakan mampu menjelaskan hubungan faktor-faktor produksi dengan pendapatan.

Berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan, secara singkat dapat digambarkan dalam bentuk kerangka konseptual sebagai berikut :


(33)

Gambar 1.1: Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan dan petani tambak

1.6.Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan kerangka pemikiran maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :

1. Faktor-faktor modal, pengalaman, tenaga kerja, dan lama melaut (jam kerja) berpengaruh terhadap tingkat pendapatan nelayan di Kabupaten Aceh Utara.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi : 1. Modal 2. Pengalaman 3. Tenaga kerja 4. Luas lahan

Pendapatan petani tambak Faktor-faktor yang

Mempengaruhi : 1. Modal 2. Pengalaman 3. Tenaga kerja 4. Lama melaut

(jam kerja)

Pendapatan nelayan

Perbedaan Usaha Nelayan


(34)

2. Faktor-faktor modal, pengalaman, tenaga kerja, dan luas lahan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara.

3. Terdapat perbedaan tingkat pendapatan antara nelayan dan petani tambak di


(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Thn Judul Peneliti Variabel Hasil

1999 Analisis tingkat pendapatan petani tambak dan nelayan serta faktor-faktor yang mempengaruhi nya di Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh

Salim a. Variabel

dependen: Pendapatan petani tambak dan nelayan b. Variabel independen: - Untuk petani tambak: Luas lahan, Modal, Pengalaman, Tenaga kerja. - Untuk nelayan: Jarak tempuh melaut, Modal, Pengalaman, Jumlah perahu, Tenaga kerja

- Untuk petani tambak:

Semua variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen dengan R2 sebesar 99,8 persen. Variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen adalah luas lahan, modal, dan pengalaman masing-masing pada taraf signifikansi 99 persen dan hipotesisnya diterima. Sedangkan variabel tenaga kerja tidak berpengaruh baik pada derajat kepercayaan 99%, 95%, 90% atau pada α = 1%, 5% atau 10% dan hipotesisnya ditolak.

- Untuk nelayan: semua variabel independen dapat mempengaruhi variabel

dependen dengan R2

sebesar 98,7%. Variabel

independen yang mempengaruhi variabel dependen adalah pengalaman dan jumlah

perahu masing-masing pada taraf signifikansi 95%, dan 99% dan hipotesisnya diterima.


(36)

Lanjutan Tabel 2.1

Thn Judul Peneliti Variabel Hasil

Sedangkan variabel jarak melaut, modal dan tenaga kerja tidak berpengaruh baik pada derajat kepercayaan 99%, 95%, 90% atau pada α = 1%, 5% atau 10% dan hipotesisnya ditolak.

2006 Hubungan Program Motorisasi Terhadap Peningkatan Produksi Dan Pendapatan nelayan

Adnan -Variabel dependen: pendapatan nelayan. - Variabel independen: nelayan perahu tradisional, nelayan perahu motor tempel dan nelayan kapal motor. Perubahan teknologi berpengaruh positif terhadap tingkat hasil tangkapan nelayan. Hal ini terlihat dari besarnya konstanta untuk jenis teknologi tradisional, jenis teknologi motor tempel, dan jenis teknologi kapal motor, masing-masing sebesar 16.087 untuk perahu tradisional, 16.568 untuk perahu motor tempel serta 16.699 untuk kapal motor. Semakin tinggi nilai konstanta atau koefisien teknis, semakin tinggi hasil tangkapan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi hasil tangkapan ikan paling besar dicapai oleh kapal motor, perahu motor tempel, dan terakhir diikuti perahu tradisional.

kedua, rata-rata pendapatan bersih perbulan untuk nelayan yang menggunakan perahu tradisional sebesar Rp. 1.238.384,-, nelayan yang menggunakan perahu motor tempel sebesar Rp. 2.355.693,-,


(37)

Lanjutan Tabel 2.1

Thn Judul Peneliti Variabel Hasil

dan Rp. 6.850.099,-,

adalah pendapatan bersih rata-rata perbulan nelayan menggunakan kapal motor. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara pendapatan nelayan yang memakai perahu tradisional dengan perahu motor tempel terdapat perbedaan yang nyata. Demikian pula, antara perahu motor tempel dengan kapal motor. Lebih lanjut disimpulkan bahwa

antara teknologi memberikan perbedaan pendapatan bersih perbulan yang diterima oleh nelayan.

1995 Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi pendapatan nelayan

Rangkuti - Variabel dependen: pendapatan nelayan perahu motor dan nelayan perahu layar. - Variabel independen: Biaya melaut, status perahu, pengalaman dan pendidikan.

Bahwa faktor dominan mempengaruhi

pendapatan nelayan perahu motor adalah biaya melaut, status perahu,

pengalaman dan pendidikan. Namun faktor

yang paling dominan dalam menentukan pendapatan nelayan perahu motor adalah faktor biaya melaut. Dimana semakin besar biaya melaut, maka pendapatan yang diperoleh juga semakin besar. Faktor ini juga yang

paling dominan mempengaruhi

pendapatan nelayan perahu layar.


(38)

Lanjutan Tabel 2.1

Thn Judul Peneliti Variabel Hasil

2006 Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruh Pendapatan Usaha nelayan di Kabupaten Asahan

Sasmita a. Variabel

dependen: pendapatan usaha nelayan b. Variabel independen: modal kerja, tenaga kerja, waktu melaut (jam kerja), dan pengalaman

Modal kerja, tenaga kerja, dan waktu melaut (jam kerja) berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan usaha nelayan di Kabupaten Asahan sebesar 60,73 persen. Variabel

independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen tersebut masing-masing nyata pada taraf signifikansi 99 persen, 90 persen, dan 95

persen. Sedangkan pengalaman sebagai nelayan berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan terhadap peningkatan pendapatan usaha nelayan. Namun demikian modal kerja

sangat dominan mempengaruhi

peningkatan pendapatan usaha nelayan.

1998 Produktivitas dan

pendapatan buruh nelayan di Jawa dan Madura Masyhuri independen: modal kerja, tenaga kerja, waktu melaut (jam kerja), dan pengalaman -Variabel dependen: pendapatan buruh nelayan -Variabel independen: Produktivitas buruh nelayan.

Pola kepemilikan sarana produksi penangkapan ikan mempunyai pengaruh yang sangat besar pada tingkat perekonomian nelayan. Sistem bagi hasil yang sudah menjadi tradisi dikalangan nelayan, menempatkan kelompok pemilik sarana produksi pada posisi yang sangat menguntungkan, yang mendapat sebahagian besar dari hasil tangkapan. Dalam hal ini, makin strategis posisi


(39)

Lanjutan Tabel 2.1

Thn Judul Peneliti Variabel Hasil

seseorang dalam

organisasi kerja nelayan maka makin besar pula pendapatan nelayan.

Adapun perbedaan dan persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan semua

referensi di atas adalah:

1. Referensi Salim, perbedaannya: untuk melihat tingkat pendapatan nelayan

menggunakan variabel jumlah perahu. Sedangkan pada penelitian ini

menggunakan variabel lama melaut. Persamaannya: sama-sama ingin mengetahui

tingkat pendapatan kedua sampel (petani tambak dan nelayan) dan melihat

perbedaan pendapatan antara kedua sampel.

2. Referensi Adnan, perbedaannya: melihat tingkat pendapatan nelayan dari variabel

teknologi(motorisasi). Sedangkan pada penelitian ini melihat tingkat pendapatan

nelayan dari variabel modal, pengalaman, tenaga kerja dan waktu melaut.

Persamaannya: sama-sama ingin mengetahui tingkat pendapatan nelayan.

3. Referensi Rangkuti, perbedaannya: melihat tingkat pendapatan nelayan perahu

motor dan nelayan perahu layar dari variabel biaya melaut, status perahu,

pengalaman dan tingkat pendidikan. Sedangkan pada penelitian ini melihat

tingkat pendapatan nelayan dari variabel modal, pengalaman, tenaga kerja, dan

lama melaut. Persamaannya: sama-sama ingin mengetahui tingkat pendapatan


(40)

4. Referensi Sasmita, perbedaanya: melihat tingkat pendapatan nelayan yang

menggunakan perahu motor berkapasitas ≤5 gross ton (GT), berkekuatan 23-30 daya kuda dan status perahu milik sendiri maupun milik orang lain (toke/pengusaha) . Sedangkan pada penelitian ini melihat tingkat pendapatan

nelayan yang mendapat bantuan perahu motor dari pemerintah daerah, yang harus

membayar cicilan perahu perbulan dan nantinya status perahu akan menjadi milik

dari kelompok nelayan perahu motor tersebut. Persamaannya: sama-sama ingin

mengetahui tingkat pendapatan nelayan yang dipengaruhi oleh variabel modal ,

pengalaman, tenaga kerja, dan lama melaut (waktu melaut).

5. Referensi Masyuri, perbedaannya: melihat tingkat pendapatan nelayan dari segi

produktivitas nelayan. Sedangkan pada penelitian ini melihat tingkat pendapatan

nelayan dari variabel modal, pengalaman, tenaga kerja dan lama melaut.

Persamaannya: sama-sama ingin mengetahui tingkat pendapatan nelayan dengan

menggunakan sarana produksi.

2.2. Teori Pendapatan

Masalah pendapatan tidak hanya dilihat dari jumlahnya saja, tetapi bagaimana

distribusi pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi arah gejala distribusi pendapatan dan pengeluaran di Indonesia: pertama,

perolehan faktor produksi dalam hal ini faktor yang terpenting adalah tanah. Kedua,

perolehan pekerjaan yaitu perolehan pekerjaan bagi mereka yang tidak mempunyai tanah


(41)

dalam hal ini yang terpenting adalah produksi pertanian dan arah gejala harga yang

diberikan kepada produk tersebut.

Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima

oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan,

bulanan maupun tahunan.

Dewasa ini sumber pendapatan sebagian besar rumah tangga di pedesaan tidak

hanya dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber atau dapat dikatakan rumah

tangga melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam sumber pendapatan

(Susilowati dkk, 2002).

Pendapatan rumah tangga pertanian ditentukan oleh tingkat upah sebagai

penerimaan faktor produksi tenaga kerja. Nilai sewa tanah sebagai penerimaan dari

penguasaan asset produktif lahan pertanian. Dengan demikian tingkat pendapatan rumah

tangga pedesaan sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan faktor produksi.

Menurut Rahardja dan Manurung (2000), pendapatan adalah total penerimaan

(uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu.

Menurutnya juga, Pendapatan uang (money income) adalah sejumlah uang yang diterima

keluarga pada periode tertentu sebagai balas jasa atas faktor produksi yang diberikan.

Masih menurut Rahardja dan Manurung (2001), pendapatan personal adalah

bagian pendapatan nasional yang merupakan hak individu-individu dalam perekonomian,

sebagai balas jasa keikutsertaan mereka dalam proses produksi.

Menurut Dahuri (2003), untuk melihat tingkat pendapatan nelayan juga bisa


(42)

2.3. Konsep Pendapatan (Income)

Pendapatan merupakan konsep aliran (flow concept). Menurut Raharja dan

Manurung (2000), ada tiga sumber penerimaan rumah tangga, yaitu:

1) Pendapatan dari gaji dan upah

Gaji dan upah adalah balas jasa terhadap kesediaan menjadi tenaga kerja. Besar

gaji / upah seseorang secara teoritis sangat tergantung pada produktivitasnya. Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas, yaitu: a) Keahlian (skill), adalah

kemampuan teknis yang dimiliki seseorang untuk mampu menangani pekerjaan yang

dipercayakan. Makin tinggi jabatan seseorang, keahlian yang dibutuhkan makin tinggi,

karena itu gaji atau upahnya makin tinggi. b) Mutu modal manusia (Human capital),

adalah kapasitas pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang dimiliki seseorang, baik

karena bakat bawaan (inborn) maupun hasil pendidikan dan latihan. c) Kondisi kerja

(Working conditions), adalah lingkungan dimana seseorang bekerja. Penuh resiko atau

tidak. Kondisi kerja dianggap makin berat, bila resiko kegagalan atau kecelakaan kerja

makin tinggi. Untuk pekerjaan yang makin beresiko tinggi, upah atau gaji makin besar,

walaupun tingkat keahlian yang dibutuhkan tidak jauh berbeda.

2) Pendapatan dari Aset produktif

Aset produktif adalah aset yang memberikan pemasukan atas balas jasa

penggunaannya. Ada dua kelompok aset produktif. Pertama, aset finansial (financial

assets). Kedua, aset bukan finansial (real assets).


(43)

Pendapatan dari pemerintah atau penerimaan transfer (transfer payment) adalah

pendapatan yang diterima bukan sebagai balas jasa atas input yang diberikan.

Menurut Rosyidi (2002), ada dua pihak yang menggerakkan roda perekonomian,

kedua pihak itu ialah swasta di satu pihak, dan pemerintah di pihak lainnya. Didalam

perekonomian liberal, maka peranan di dalam perekonomian hampir seluruhnya

dimainkan oleh pihak swasta, yakni oleh pihak individu dan pihak business yang

menyediakan barang dan jasa yang menjadi pemuas kebutuhan masyarakat, sebagai

imbalan bagi jasa-jasa produktif yang diterimanya dari masyarakat seperti tenaga, tanah,

dan sebagainya. Di pihak lain, dari pihak masyarakat ke pihak bisnis mengalirlah uang

dalam bentuk pembelian-pembelian, sedangkan dari arah yang sebaliknya- dari business

ke masyarakat- mengalir pula dalam bentuk upah, gaji, bunga, sewa, dan sebagainya.

Demikianlah adanya arus perputaran perekonomian dari saat ke saat di dalam sebuah

perekonomian swasta.

Selanjutnya pada pendapatan dan penghasilan adanya arus uang yang mengalir

dari pihak dunia usaha kepada masyarakat dalam bentuk upah dan gaji, bunga, sewa, dan

laba. Ini adalah bentuk-bentuk pendapatan yang diterima oleh anggota masyarakat.

Penghasilan bisa jadi lebih besar dari pada pendapatan, sebab secara teoritis, penghasilan

bruto harus dikurangi dengan setiap biaya yang dikorbankan oleh seseorang demi

mendapatkan pendapatannya.

Arus pendapatan (upah, bunga, sewa, dan laba) itu muncul sebagai akibat adanya

jasa-jasa produktif yang mengalir ke arah yang berlawanan dengan arah arus pendapatan


(44)

pendapatan mengalir dari business ke masyarakat. Semua ini memberi arti bahwa

pendapatan harus didapatkan dari aktivitas produktif. Konsep pendapatan nasional

pengertiannya hanyalah sederhana saja, yakni pendapatan nasional tidak lebih daripada

penjumlahan semua pendapatan individu.

2.4. Produksi

Menurut Rosyidi (2002), bagi kebanyakan orang, produksi diartikan sebagai kegiatan-kegiatan didalam pabrik-pabrik atau kegiatan di lapangan pertanian. Secara lebih luas, setiap proses yang menciptakan nilai atau memperbesar nilai sesuatu barang adalah produksi. Atau dengan mudah dikatakan bahwa produksi adalah setiap usaha yang menciptakan atau memperbesar daya guna barang. Produksi tidak dapat dilakukan tanpa bahan-bahan yang memungkinkan dilakukannya produksi itu sendiri. Faktor-faktor produksi itu terdiri atas: a) tanah atau sumber daya alam; b) tenaga kerja manusia atau sumber daya manusia; c) modal, dan; d) kecakapan tata laksana atau skill. Sekalipun tidak ada yang tidak penting dari keempat faktor produksi tersebut, namun yang keempat itulah yang terpenting, sebab fungsinya adalah mengorganisasikan ketiga faktor produksi yang lain.

Produksi menciptakan pendapatan. Pembuatan barang dan jasa oleh bisnis tentu memerlukan jasa-jasa produktif dari semua faktor produksi, dan dari situlah munculnya pendapatan, yakni berupa balas jasa untuk semua faktor produksi itu (upah dan gaji, sewa, bunga, dan laba).


(45)

Usaha nelayan ataupun usaha petani tambak pada prinsipnya dapat digolongkan

sama dengan bentuk perusahaan, dimana untuk memproduksi secara umum diperlukan

modal, tenaga kerja, teknologi, dan kekayaan alam (Sukirno, 1985). Bagi nelayan dan

petani tambak, produksi ikan yang dihasilkan sama dengan pendapatan.

Produksi (production) merujuk pada transformasi dari berbagai input (tenaga

kerja, modal, dan tanah atau sumber daya alam) atau sumber daya menjadi output berupa barang dan jasa.

Menurut Soekartawi (2005), faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara faktor produksi yang lain. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output)

biasanya disebut dengan fungsi produksi.

Resiko produksi perikanan adalah yang paling besar dalam konteks produk-produk pertanian, karena sebagian besar produk-produk perikanan berasal dari produk-produksi perairan umum yang tunduk pada kaedah general proverty rights dimana mereka

yang menguasai akses akan menguasai produksi yang relatif besar.

Menurut Daniel (2002), proses produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan tanaman, ternak, maupun ikan dapat dipenuhi. Persyaratan ini lebih dikenal dengan nama faktor produksi. Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan skill atau manajemen (pengelolaan). Sebagian


(46)

kerja. Ketiga faktor produksi tersebut merupakan sesuatu yang harus tersedia, yang akan lebih sempurna kalau syarat kecukupan pun dapat terpenuhi.

Menurut Mankiw (2001), Produktivitas merupakan faktor penting. Banyak faktor menentukan produktivitas dalam menangkap ikan, misalnya, jika memiliki lebih banyak jaring ikan, jika tahu teknik-teknik menangkap ikan yang baik, jika pulaunya memiliki suplai ikan yang banyak, dan jika mampu menemukan tempat terbaik untuk menangkap ikan di sekitar pulau. Masing-masing faktor yang menentukan produktifitas ini kita sebut modal fisik, modal manusia, sumber daya alam, dan pengetahuan teknologis, dapat diaplikasikan terhadap perekonomian yang lebih kompleks dan realistis.

2.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Samuelson dan Nordhaus (2004), Para ekonom telah menemukan bahwa mesin

kemajuan ekonomi harus bertengger di atas empat roda yang sama. Keempat roda, atau

empat faktor pertumbuhan itu adalah:

1. Pembentukan modal ( mesin, pabrik, jalan)

2. Sumber daya manusia (penawaran tenaga kerja, pendidikan, disiplin , motivasi)

3. Teknologi (sains, rekayasa, manajemen, kewirausahaan)

4. Sumber daya alam (tanah, mineral, bahan baker, kualitas lingkungan)

Rahardja dan Manurung (2001), faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan

ekonomi adalah:


(47)

2. Tenaga kerja (kualitas SDM terkait dengan kemajuan teknologi produksi)

3. Teknologi (dapat memanfaatkan teknologi madia atau tepat guna secara optimal)

4. Uang (memegang peranan dan fungsi sentral dalam proses produksi)

5. Manajemen (peralatan yang dibutuhkan untuk mengelola perekonomian modern)

6. Kewirausahaan atau Entrepreneurship (diharapkan dapat menjadi motor

pertumbuhan dan modernisasi perekonomian)

7. Informasi (pengambilan keputusan dapat lebih cepat dan lebih baik sehingga

alokasi sumber daya ekonomi makin efisien)

Mankiw (2001), faktor yang menentukan produktivitas dapat diaplikasikan

terhadap perekonomian yang lebih kompleks dan realistis. Faktor yang dimaksud adalah:

1. Modal fisik (peralatan dan infra struktur yang digunakan untuk memproduksi

barang dan jasa)

2. Modal manusia (pengetahuan dan keahlian-keahlian yang diperoleh pekerja

melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman)

3. Sumber daya alam (input-input produksi barang dan jasa yang disediakan oleh

alam, sungai dan deposit-deposit mineral)

4. Pengetahuan teknologis (pemahaman masyarakat tentang cara terbaik untuk

memproduksi barang dan jasa)

2.5.1. Modal

Menurut Mulyadi (2005), modal usaha nelayan adalah nilai aset (inventaris)


(48)

penangkap modal terdiri dari: alat-alat penangkapan (pukat dan lain-lain), boat atau

sampan penangkap, alat-alat pengolahan atau pengawet di dalam kapal, dan alat-alat

pengangkutan laut (carier).

Penilaian modal usaha nelayan dapat dilakukan menurut tiga cara: 1) penilaian

didasarkan kepada nilai alat-alat yang baru, yaitu berupa ongkos memperoleh alat-alat

tersebut menurut harga yang berlaku sekarang; 2) berdasarkan harga pembelian atau

pembuatan alat-alat, jadi berapa investasi awal yang telah dilaksanakan nelayan, bertolak

dari sini, dengan memperhitungkan penyusutan tiap tahun, dapat dihitung nilai alat-alat

atau modal pada waktu sekarang; 3) dengan menaksir nilai alat pada waktu sekarang,

yakni harga yang akan diperoleh apabila alat-alat dijual.

Menurut Soekartawi (2002), modal dalam usaha tani dapat diklasifikasikan

sebagai bentuk kekayaan baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk

menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu proses

produksi. Dengan demikian pembentukan modal mempunyai tujuan yaitu: a) untuk

menunjang pembentukan modal lebih lanjut; dan b) untuk meningkatkan produksi dan

pendapatan usaha tani.

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004), modal adalah salah satu dari tiga

faktor produksi yang utama. Dua lainnya, tanah dan tenaga kerja, sering disebut

faktor-faktor produksi primer. Yang berarti penawarannya sangat ditentukan oleh faktor-faktor-faktor-faktor

non ekonomi, seperti tingkat kesuburan dan geografi Negara. Dalam contohnya dengan


(49)

waktu menangkap ikan menjadi lebih produktif dalam kaitannya dengan ikan yang

ditangkap perhari.

Menurut Suadi (2006), peningkatan efisiensi penggunaan modal dan pengelolaan

yang efektif pada sumber daya ikan, dapat meningkatkan pendapatan nelayan.

2.5.2. Pengalaman Tenaga Kerja

Menurut Rangkuti (1995), pengalaman adalah seseorang yang telah menekuni

pekerjaannya selama beberapa tahun. Seseorang nelayan yang telah menekuni

pekerjaannya 15 sampai 30 tahun, dapat dianggap nelayan yang berpengalaman dan

dapat dijadikan pawang.

Menurut Buwono (1993), pada usaha pertambakan, penerapan pemeliharaan

intensif bukan hanya pada segi teknis pemeliharaannya, tetapi sistem pengelolaannya

juga baik dari sumber daya manusianya maupun permodalannya perlu diusahakan secara

intensif. Sumber daya manusia, khususnya teknisi dan staf ahli, merupakan salah satu

kunci penting dalam pengembangan perusahaan, karena menentukan tinggi rendahnya

produksi yang dipelihara dan berperanan penting dalam menerapkan strategi

pemeliharaan yang berwawasan lingkungan.

Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, setiap personil industri per-udangan

perlu menambah pengetahuan dan ketrampilan yang berkaitan dengan masalah

pemeliharaan Udang, baik teknis pemeliharaan, teknis pemilihan lahan yang cocok,


(50)

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004), input tenaga kerja terdiri dari

kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan angkatan kerja. Kualitas input tenaga kerja, yaitu

keterampilan, pengetahuan, dan disiplin angkatan kerja, adalah satu-satunya unsur

penting dari pertumbuhan ekonomi. Barang-barang modal, dapat digunakan dan dirawat

secara efektif hanya oleh tenaga-tenaga kerja yang trampil dan terlatih.

Menurut Rosyidi (2002), kecakapan (skill) yang menjadi faktor produksi disebut

orang dengan sebutan entrepreneurship. Jelas sekali entrepreneurship ini merupakan

faktor produksi yang intangible (tak dapat diraba), tetapi sekalipun demikian tak syak

lagi peranannya justru amat menentukan. Entrepreneurship atau skill ini adalah amat

penting peranannya sehubungan dengan hasil yang akan dihasilkannya dan juga

merupakan faktor produksi yang justru paling menentukan didalam perkembangan

perekonomian masyarakat.

Faktor penentu produktivitas dari modal manusia merupakan istilah ekonom

untuk pengetahuan dan keahlian yang diperoleh pekerja melalui pendidikan, pelatihan,

dan pengalaman. Modal manusia meliputi keahlian-keahlian yang diperoleh, juga

pelatihan-pelatihan kerja (Mankiw, 2001).

Masih menurut Gitosudarmo (1999), akibat bertambahnya pengalaman didalam

mengerjakan suatu pekerjaan atau memproduksikan suatu barang, dapat menurunkan

rata-rata ongkos per satuan barang. Hal ini adalah logis karena dengan bertambahnya

pengalaman seseorang didalam mengerjakan pekerjaan itu, tentu saja akan diperoleh

pelajaran untuk melakukannya dengan lebih baik serta lebih efisien. Kekeliruan yang


(51)

kesalahan yang sama. Jadi, apabila pengalaman kerja meningkat dan mencapai dua kali

lipat dari semua maka akan terdapat suatu penurunan biaya produksi per unit yang cukup

berarti besarnya.

Menurut Ahyari (1999), terdapat empat klasifikasi tenaga kerja yaitu: a) tenaga

kerja ahli dan terlatih; b) tenaga kerja ahli tetapi belum terlatih; c) tenaga kerja tidak ahli

tetapi terlatih; d) tenaga kerja tidak ahli dan tidak terlatih. Dimaksudkan dengan tenaga

kerja ahli merupakan tenaga kerja dengan bekal pendidikan formal tertentu atau

pendidikan ahli yang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan tenaga kerja terlatih

merupakan tenaga kerja yang telah mempunyai pengalaman kerja tertentu dalam jangka

waktu tertentu pula (misalnya lima tahun).

2.5.3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam proses produksi

untuk menghasilkan barang maupun jasa disamping faktor produksi modal, teknologi,

dan sumber daya alam. Tenaga kerja adalah orang yang melaksanakan dan

menggerakkan segala kegiatan, menggunakan peralatan maupun teknologi dalam

menghasilkan barang dan jasa yang bernilai ekonomi untuk memenuhi kebutuhan

manusia. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan

dan juga membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian (terampil)

Menurut Nopirin (2000), penggunaan tenaga kerja sebagai variabel dalam proses

produksi lebih ditentukan oleh pasar tenaga kerja, dalam hal ini dipengaruhi oleh upah


(52)

Menurut Soekartawi (1993), Besar kecilnya tenaga yang dipakai oleh suatu

usaha pertanian akan sangat tergantung dari tersedianya modal. Dalam batas-batas

tertentu, maka dengan cukup tersedianya modal, maka tidak ada alasan untuk tidak

mempergunakan tenaga kerja dalam jumlah yang diperlukan.

Setiap usaha kegiatan nelayan yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga

kerja, banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan kapasitas kapal

motor yang dioperasikan sehingga akan mengurangi biaya melaut yang diharapkan

pendapatan tenaga kerja akan lebih meningkat, karena tambahan tenaga kerja tersebut

tidak profesional (Masyhuri, 1999).

Faktor tenaga kerja tidak hanya cukup dilihat dari segi jumlahnya saja, melainkan

juga harus diperhatikan kualitas dari tenaga kerja tersebut. Dengan adanya perbaikan

kualitas tenaga kerja, maka batas penurunan produksi total karena pertambahan jumlah

tenaga kerja akan dapat ditunda sampai jumlah tenaga kerja yang lebih besar. Pekerja

adalah mereka yang sungguh-sungguh bekerja atau melakukan kegiatan produksi dalam

suatu perekonomian dan mendapatkan upah sebagai balas jasa mereka (Suparmoko dkk,

2000).

2.5.4. Lama Melaut (jam kerja)

Dari berbagai faktor produksi yang dikenal, capital dan labor merupakan dua

faktor produksi yang terpenting. Capital adalah seperangkat peralatan yang digunakan


(53)

Fungsi produksi mencerminkan teknologi yang ada karena secara implisit

menunjukkan cara mengubah capital dan labor menjadi output. Jika ditemukan cara

produksi yang lebih baik, akan diperoleh lebih banyak output dari penggunaan capital

dan labor yang jumlahnya sama.

Dengan berubahnya waktu terjadi perubahan dalam supply faktor produksi

maupun teknologi, output yang dihasilkan juga akan berubah. Semakin meningkat

kuantitas labor dan capital akan semakin banyak output yang dihasilkan (Herlambang

dkk, 2002).

Masih menurut Herlambang dkk (2002), perusahaan menghasilkan lebih banyak

output jika memiliki lebih banyak mesin atau jika pekerjanya bekerja lebih lama.

Dari sisi jam kerja, rumah tangga tani memanfaatkan waktu siang, sedangkan

rumah tangga nelayan dalam penangkapan ikan pada umumnya malam hari, kecuali

nelayan yang mengusahakan budi daya ikan laut dan jenis produk lainnya.

Ketergantungan hidup nelayan terhadap musim sangat tinggi, karena tidak setiap

saat nelayan bisa turun melaut, terutama pada musim ombak yang bisa berlangsung

sampai lebih dari satu bulan. Akibatnya, hasil tangkapan menjadi terbatas. Selain itu

rendahnya teknologi penangkapan yang dimiliki nelayan serta masih banyaknya nelayan

yang belum memiliki peralatan tangkap, semakin memojokkan nelayan dalam kondisi

kemiskinannya.

Menurut Miller dan Roger (2000), produksi merupakan konsep arus. Apa yang

dimaksud konsep arus (flow concept) disini adalah produksi merupakan kegiatan yang


(54)

sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya. Pemakaian sumber daya dalam suatu

proses produksi juga diukur sebagai arus. Modal dihitung sebagai sediaan jasa,

katakanlah mesin, per jam; jadi bukan dihitung sebagai jumlah mesinnya secara fisik.

Menurut Masyhuri (1999), Pada umumnya penangkapan ikan lepas pantai yang

dilakukan dalam waktu yang lebih lama dan lebih jauh dari daerah sasaran tangkapan

ikan mempunyai banyak kemungkinan memperoleh hasil tangkapan (produksi) yang

lebih banyak dan tentu memberikan pendapatan lebih besar dibandingkan dengan

penangkapan ikan dekat pantai.

Istilah produktivitas (productivity) mengacu kepada kuantitas barang dan jasa

yang bisa dihasilkan seorang pekerja per-jam kerja (Mankiw, 2001).

2.5.5. Luas Lahan

Pesatnya jumlah perusahaan pertambakan yang terhampar di Indonesia tak lepas

dari ketersediaan lahan pertambakan dan potensi sumber daya alam maupun sumber daya

manusia yang memungkinkan dikembangkan usaha budi daya (Buwono, 1993).

Menurut Soekartawi (2002), pentingnya faktor produksi tanah, bukan saja dilihat

dari segi luas atau sempitnya lahan, tetapi juga dari segi lain, misalnya aspek kesuburan

tanah, macam penggunaan lahan dan topografi.

Masih menurut Daniel (2002), luas penguasaan lahan merupakan sesuatu yang

sangat penting dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam

usaha tani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien


(55)

usaha tani yang dilakukan. Kecuali bila suatu usaha tani dijalankan dengan tertib dan

administrasi yang baik serta teknologi yang tepat. Tingkat efisiensi sebenarnya terletak

pada penerapan teknologi. Karena pada luasan yang lebih sempit, penerapan teknologi

cenderung berlebihan (hal ini erat hubungannya dengan konversi luas lahan ke hektar),

dan menjadikan usaha tidak efisien.

Menurut Rosyidi (2002), yang dimaksud dengan tanah bukanlah sekedar tanah

untuk ditanami atau untuk di tinggali saja, tetapi termasuk pula didalamnya segala

sumber daya alam. Istilah tanah maksudnya adalah segala sesuatu yang bisa menjadi

faktor produksi, yang antara lain meliputi: a) tenaga penumbuh dari pada tanah, baik

untuk pertanian, perikanan, maupun pertambangan; b) ikan dan mineral, baik ikan dan

mineral darat (sungai, danau, tambak, kuala, dan sebagainya) maupun ikan dan mineral

laut.

2.6. Nelayan dan Petani Tambak

Pada dasarnya wilayah pesisir dimanfaatkan oleh masyarakat Nelayan dan petani

tambak. Nelayan berbeda dengan petani tambak. Perbedaan yang mendasar adalah

nelayan memanfaatkan wilayah pesisir sebagai tempat bekerja, sedangkan petani tambak

mengelola daerah rawa, sungai, sawah, dan sejenisnya untuk mengelola ikan dan produk

perikanan lainnya (Elfrindi dalam mulyadi, 2005)

Petani tambak tidak tergantung dengan musim ikan karena petani tambak yang

komersial biasanya mengelola perikanan dengan siklus tertentu, sedangkan nelayan


(56)

namun ikan dari petani tambak biasanya dibudidayakan sehingga sangat tergantung pada

bibit, makanan, perawatan, dan lainnya.

Sementara itu, nelayan tidak ikut dalam proses budi daya, kecuali secara natural

mereka berupa menangkap ikan yang sudah terbudi daya dengan sendirinya mengikuti

ekosistem kelautan. Gabungan antara nelayan pantai dengan petani tambak lazim dikenal

dengan rumah tangga perikanan. Dalam konteks nelayan, nelayan tradisional diartikan

sebagai orang yang bergerak di sektor kelautan dengan menggunakan perahu layar tanpa

motor, sedangkan mereka yang menggunakan mesin atau perahu motor merupakan

nelayan modern.

Dalam konteks rumah tangga nelayan, persoalannya jauh lebih kompleks bila

dibandingkan dengan rumah tangga konvensional. Walaupun dalam sensus sektor

perikanan merupakan subsektor dari pertanian, keberadaan rumah tangga nelayan

memiliki ciri khusus bila dibandingkan dengan rumah tangga tani. Perbedaan yang

muncul dari kedua rumah tangga ini antara lain: 1) Rumah tangga tani dan petani tambak

mengandalkan tanah yang terbatas sebagai salah satu faktor produksi, sementara rumah

tangga nelayan menggunakan wilayah pesisir sebagai suatu faktor produksi, 2) Pada

rumah tangga tani lahan terbatas penggunaannya, sedangkan laut bagi rumah tangga

nelayan adalah tidak terbatas yang dibatasi oleh batas-batas teritorial administrasi, 3)

Petani dalam proses produksinya terikat dengan musim, sementara rumah tangga nelayan

sarat dengan siklus bulan (Mashuri dalam Mulyadi, 2005)

Menurut Dahuri (2003), nelayan dikategorikan sebagai tenaga kerja yang


(57)

mereka memiliki alat produksi utama seperti kapal, pancing, jaring, bagan, dan lain-lain.

Berdasarkan teknik dan alat-alat penangkapannya, nelayan tradisional adalah nelayan

yang masih mempertahankan cara penangkapannya dengan menggunakan kapal tanpa

motor (KTM), tanpa inovasi teknologi, tanpa dukungan modal yang kuat, tanpa

kelembagaan usaha yang mapan, cendrung bersifat subsistem, dan secara goneologi telah

menekuni aktifitas tersebut secara turun temurun. Berbeda halnya dengan nelayan

modern, teknik penangkapannya mengadopsi perkembangan teknologi, seperti kapal

motor hingga ke teknologi citra satelit misalnya. Dukungan modal dan kelembagaan

usahanya mapan, serta ciri-ciri subsistem telah hilang. Usaha penangkapannya ditujukan

semata-mata untuk meraih profit secara maksimal. Sementara, pembudidaya ikan adalah

tenaga kerja perikanan yang menyandarkan teknik produksinya kepada kegiatan

budidaya, dan jenis komoditi produksinya adalah jenis-jenis ikan budidaya ekonomis

penting, seperti udang, bandeng, ikan mas, gurami, ikan hias atau komoditi lainnya,

seperti rumput laut dan lain-lain. Kecendrungan pola sosial atas dasar perbedaan pola dan

teknik produksi dan perbedaan kepemilikan alat produksi terjadi pula di kegiatan

budidaya perikanan. Aktivitas produksi budidaya dapat digolongkan ke dalam kegiatan

budidaya tambak, kolam, karamba, dan sawah.

2.7. Struktur Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir

Menurut Imron dalam Mulyadi (2005), Nelayan adalah suatu kelompok

masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara


(58)

sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya. Alternatif usaha

perikanan rakyat selain penangkapan adalah melalui usaha-usaha budi daya yang

memanfaatkan kawasan pesisir sebagai lahan bagi usaha perikanan budi daya, baik budi

daya perikanan berbasis lahan di darat (land-based aquaculture) maupun di laut (

marine-based aquaculture). Jenis budi daya lahan di darat diwakili oleh pertambakan yang

sangat umum dipakai sebagai tempat membesarkan ikan bandeng (chanos chanos) dan

udang (misalnya penaeus monodom). Jenis komoditi lain yang juga dibudidayakan di

pertambakan adalah kepiting bakau, ikan belanak dan kakap putih.

Pemanfaatan sumberdaya perikanan masih dalam kategori rendah. Hal ini terjadi

karena produksi perikanan nelayan masih banyak dengan perahu tanpa motor dan petani

ikan dengan sistem budi daya tradisional. Sementara itu, akselerasi peningkatan ekonomi

mereka lemah, akibat kurangnya akses pada informasi, teknologi, dan modal yang

diberikan. Nelayan dan petani ikan (petani tambak) sebagian masih merupakan penduduk

miskin. Ini terlihat dari kinerja pembangunan perikanan masih jauh dari harapan.

Kemiskinan nelayan cenderung dialami oleh nelayan perorangan dan buruh nelayan.

Karena kedua jenis kelompok itu jumlahnya mayoritas, citra tentang kemiskinan melekat

pada kehidupan nelayan.

Dalam banyak hal nelayan membentuk masyarakatnya sendiri dan juga sering

terasing karena mereka harus hidup di sepanjang tepi danau, sungai atau laut.

Keterasingan relatif ini semakin besar karena nelayan semakin terpisah dari masyarakat

daratan ketika menangkap ikan sehingga nelayan sering dipandang sebagai orang


(59)

sosial budaya yang akhirnya mempengaruhi pembangunan. Hal ini ikut mendukung

rendahnya tingkat pendidikan sebagian besar nelayan (Pollnac dalam Mulyadi, 2005).

Menurut Poernomo dan Prasetyono (2002), sebagian besar nelayan (83%) masih

hidup miskin dan berusaha dengan cara tradisional dengan menggunakan armada

penangkapan sangat sederhana, sehingga hasil tangkapannya hanya cukup untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika dilihat dari kepemilikan kapal yang dimiliki

seperti piramida, menunjukkan sangat melebar kebawah. Kapal tidak bermotor berjumlah

64%, kapal bermotor tempel 21%, sedangkan kapal motor berjumlah hanya 15%.

Pendapatan nelayan yang menggunakan perahu tanpa motor sekitar Rp 885.000,- per

tahun (70% dari hasil penangkapan ikan, 30% dari sumber pendapatan lain). Sedangkan

pendapatan nelayan motor tempel sebesar Rp 1.180.000,- per tahun (73% dari hasil ikan,

27% dari sumber lain), nelayan kapal motor berpendapatan Rp 1.918.000,- per tahun

(78% dari usaha ikan, 22% dari sumber lain). Sumber lain berasal dari usaha tani, upah


(1)

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap 2005 Perkembangan Produksi Perikanan, Kompas, Kamis 12 April 2007.

Kadin Indonesia Bidang Industri Kelautan dan Teknologi 2007 Profil Jumlah Tenaga Kerja Langsung di Bidang Kelautan, Kompas, Sabtu 14 April 2007.

Reorientasi Pembangunan Berbasis Kelautan, di akses Selasa 29 Mei 2007

Susilowati, S. Hery dkk 2002 Diversifikasi Sumber Pendapatan Rumah Tangga di Pedesaan Jawa Barat, Jurnal FAE, Volume 20 No. 1, Mei 2002, Hal. 85-109. Salim, Agus 1999 Analisis Tingkat Pendapatan Petani Tambak dan Nelayan Serta

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya di Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh, Thesis, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sasmita, Danda 2006 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Nelayan di Kabupaten Asahan, Thesis, Universitas Sumatera Utara, Medan.


(2)

Lampiran 1:

KUISIONER PENELITIAN

Judul Penelitian

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan dan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara

Nomor Responden : ………. (diisi petugas)

Desa : ……….

Kecamatan : ……….

Kelompok kerja : Nelayan

Petani Tambak

DATA PRIBADI

1. Nama Kepala Keluarga : ...

2. Umur : ... 3. Jenis Kelamin : Laki-laki

Perempuan

4. Status Perkawinan : Kawin Belum kawin Janda

Duda

5. Pendidikan Terakhir : Tidak sekolah Sekolah Dasar

Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Perguruan Tinggi 6. Jumlah anggota rumah tangga yang bapak tanggung :

≤ 3 orang 4 - 6 orang 7 - 10 orang > 10 orang

Keterangan: )** diisi bila ada


(3)

PENDAPATAN

7. Pendapatan dari pekerjaan utama Rp... per (hari/minggu/bulan)*

8. Pekerjaan sampingan ... (sebutkan)**

Pertanyaan no. 9 dijawab apabila pertanyaan no 8 terjawab

9. Pendapatan dari pekerjaan sampingan Rp... per (hari/minggu/bulan)*

KEADAAN SOSIAL (KONDISI RUMAH)

10. Luas rumah : ...

11. Dinding : Tepas/Bambu

Papan

Semi permanen

12. Lantai : Tanah

Panggung Semen

13. Atap : Daun rumbia/nipah

Seng

14. Jumlah kamar tidur : ………..

15. Status kepemilikan : Milik sendiri Sewa/kontrakan

Pinjam pakai/numpang

MODAL

16. Sumber modal yang Bapak gunakan untuk usaha : Modal sendiri Kredit Bank Kredit - Pemerintah Rentenir

Toke/pengusaha Keluarga


(4)

Untuk soal no.17 diisi jika modal sendiri

17. Besar modal yang Bapak miliki untuk usaha Rp ……… Untuk soal no.18 dan 19 diisi jika bukan modal sendiri dan disesuikan dengan soal 21

18. Besar kredit/pinjaman yang Bapak peroleh Rp ……… (sebutkan/uraikan) ………. ……… 19. kredit/pinjaman yang harus di bayar Rp ……… per (hari/minggu/bulan)*

(Sebutkan/uraikan) ……… ………

20. Modal yang Bapak peroleh digunakan untuk : Biaya sewa perahu.

Biaya bensin (bagi perahu motor).

Biaya peralatan menangkap dan penyimpanan ikan. Kebutuhan nelayan selama melaut.

Biaya sewa lahan. Biaya pupuk. Biaya obat-obatan.

Biaya peralatan (pengatur air, kincir).

kebutuhan Petani tambak selama belum panen.

21. Jumlah modal yang Bapak keluarkan untuk per (trep melaut/sekali panen)* Rp... (Sebutkan)

22. Apakah modal usaha yang Bapak gunakan dapat meningkatkan produksi: Ya

Tidak

23. Jika jawaban no 22 adalah tidak, apakah kendala utamanya : Modal

SDM Peralatan

Lainnya (sebutkan) ...


(5)

PENGALAMAN TENAGA KERJA

24. Berapa lama sudah Bapak bekerja dalam usaha ini (melaut/bertambak)* : ... tahun

25. Apakah Bapak pernah menerima penyuluhan/pelatihan tentang usaha : Pernah

Tidak pernah

26. Lama rata-rata (melaut/bertambak)* dari tenaga kerja : ≤ 5 th 5 - 10 th 11- 20 th > 10 th

27. Apakah Bapak dapat mempergunakan (mesin perahu motor / mesin pengatur air tambak)* :

Dapat Tidak dapat

PERALATAN YANG DIGUNAKAN

28. Apa saja peralatan yang Bapak gunakan untuk usaha (nelayan/petani tambak)* sekarang ini (sebutkan jumlahnya jika ada) :

Perahu mesin motor (...) Perahu motor tempel (...) Perahu (………...)

Sampan (………) Jala/Jaring (……….) Boks pendingin (………..) Mesin pengatur air (………) Kincir air (………)

Lainnya (sebutkan)

……… 29. Apakah peralatan yang bapak gunakan tersebut (no.28) :

Milik sendiri Kredit Sewa Milik toke


(6)

JUMLAH TENAGA KERJA

30. Jumlah tenaga kerja yang Bapak gunakan dalam usaha : ... orang per (trep melaut/sekali panen)*

31. Sistim pembagian hasil dari usaha (nelayan per minggu / petani tambak per sekali panen)*

Panglima laot / Nahkoda : ... % Maseneh / penjaga mesin : ... % Pengusaha ikan / toke bangku : ... % Tenaga kerja biasa (nelayan) : ... % Pengelola tambak (petani tambak) : ... %

WAKTU MELAUT/LAMA MELAUT

32. Berapa lama operasi penangkapan ikan yang bapak lakukan rata-rata per trip: ………..Jam/trip

33. Berapa kali (Trip) Bapak melaut dalam seminggu : ……….. kali 34. Berapa kg rata-rata tangkapan ikan per trip bapak peroleh :

≤ 20 kg 41-60 kg 21-40 kg > 60 kg

LUAS LAHAN TAMBAK

35. Berapa luas lahan tambak Bapak : ...Ha 36. Berapa kali panen dalam setahun :

1 kali 3 kali 2 kali 4 kali

37. Berapa kilo rata-rata sekali panen Bapak peroleh : ≤ 250 Kg 500-750 Kg

250-500 Kg > 750 Kg

38. Lama jam kerja (pekerjaan utama) dalam satu (hari/minggu/bulan)* ... Jam (Sebutkan)