Tradisi Rasulan di Dusun Trowono A, Karangasem, Paliyan, Gunungkidul sebuah kajian folklor

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

TRADISI RASULAN DI DUSUN TROWONO A,
KARANGASEM, PALIYAN, GUNUNGKIDUL:
SEBUAH KAJIAN FOLKLOR
Tugas Akhir
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh
Sandra Setiyawati
NIM: 074114017
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Juni 2014

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur, hormat dan kemuliaan penulis haturkan kepada Tuhan Yesus
Kristus,

karena

kasih

dan

kebaikanNya

selalu

menyertai

penulis


dalam

menyelesaikan skripsi ini. Dengan judul: Tradisi Rasulan di Dusun Trowono A,
Karangasem, Paliyan, Gunungkidul: Sebuah Kajian Folklor. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian sarjana dan memperoleh gelar S-1
Fakultas Sastra, Jurusan Santra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Walaupun banyak kendala yang dihadapi oleh penulis tetapi karena kasih dan
pertolonganNya, penulis dapat menerima dan melewati semuanya dengan kesabaran.
Penulis sangat sadar bahwa tanpa kasih dan kebaikan-Nya, penulis tidak dapat
berbuat apa-apa.
Demikian juga, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan atas

bantuan dan dorongan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapakan
terima kasih kepada :

1. Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. sebagai dosen pembimbing I dan
Prof.Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. sebagai dosen pembimbing II yang
telah menyediakan waktunya untuk


membimbing, membantu, dan

memberi saran dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Hery Antono, Bapak B. Rahmanto, Bapak Ari Subagyo, Bapak Fx.
Santosa, Ibu Peni Adji, dan Ibu Tjandrasih Adji, dosen jurusan Sastra
Indonesia yang telah menyediakan diri untuk berbagi ilmu dan

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Kata orang, jujur itu ajur tetapi tidak demikian dengan
perkataan Bapak. Jujur itu mujur kalimat itulah yang selalu
ditekankan oleh Bapak ketika memberi wejangan sejak saya
masih kecil hingga sekarang. Kejujuran itu adalah alat untuk
memerdekakan diri. Ketika sekali saja kita meninggalkan
kejujuran maka hidup kita akan tersandera. Itulah didikan
Bapak saya. Saya bukan orang jujur tetapi saya selalu
berusaha untuk jujur kepada diri sendiri maupun orang lain.

Dadio wong jujur nok , itulah kata-kata yang selalu saya
ingat.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Skripsi ini saya persembahkan untuk warga Trowono A dan
masyarakat Gunungkidul melalui Perpustakaan Daerah Gunungkidul.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................

i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK .......................................

v

KATA PENGANTAR....................................................................................... vi
MOTTO ............................................................................................................. viii
PERSEMBAHAN.............................................................................................. ix
DAFTAR ISI......................................................................................................

x

ABSTRAK ......................................................................................................... xii

ABSTRACT ........................................................................................................ xiii
BAB I

PENDAHULUAN......................................................................

1

1.1 Latar Belakang ......................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................

3

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................

4

1.4 Manfaat Hasil Penelitian .......................................................


4

1.5 Tinjauan Pustaka ...................................................................

5

1.6 Landasan Teori......................................................................

5

1.6.1 Folklor dan Folkbelief ..................................................

6

1.6.2 Nilai dan Fungsi Ritual ................................................

9

1.7 Metode Penelitian.................................................................. 13

1.7.1 Teknik Pengumpulan Data........................................... 13
1.7.2 Teknik Analisis Data.................................................... 16
1.8 Sistematika Penyajian ........................................................... 17
x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II

PELAKSANAAN TRADISI RASULAN ................................ 18
2.1 Pengantar............................................................................... 18
2.2 Rasul Labuh .......................................................................... 20
2.3 Rasul Gede ............................................................................ 25
2.4 Rangkuman ........................................................................... 35

BAB III

SESAJI YANG TERDAPAT DALAM TRADISI
RASULAN ................................................................................. 36
3.1 Pengantar............................................................................... 36
3.2 Sesaji Guangan...................................................................... 37
3.3 Sesaji Bale............................................................................. 38
3.4 Sesaji Dalang......................................................................... 39
3.5 Rangkuman ........................................................................... 43

BAB IV

NILAI DAN FUNGSI TRADISI RASULAN BAGI
MASYARAKAT TROWONO A ............................................. 44
4.1 Pengantar............................................................................... 44
4.2 Nilai....................................................................................... 45
4.3 Fungsi.................................................................................... 49
4.4 Rangkuman ........................................................................... 54

BAB V

PENUTUP.................................................................................. 55
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 55
5.2 Saran...................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 57
BIODATA PENULIS........................................................................................ 60

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Setiyawati, Sandra. 2014. Tradisi Rasulan di Dusun Trowono A, Karangasem,
Paliyan, Gunungkidul. (Sebuah Kajian Folklor). Skripsi S-1. Yogyakarta: Sastra
Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji Tradisi Rasulan di Dusun Trowono A, Karangasem,
Paliyan, Gunungkidul. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pelaksanaan
Tradisi Rasulan, memaparkan berbagai macam sesaji yang terdapat dalam
Tradisi Rasulan, dan memaparkan nilai dan fungsi Tradisi Rasulan bagi
masyarakat Dusun Trowono A.
Penelitian ini menggunakan Kajian Folklor yang mengutamakan Tradisi
Rasulan yang ada di Dusun Trowono A sebagai objek penelitian. Mula- mula
peneliti melakukan observasi atau pengamatan dan wawancara sebagai langkah
pengumpulan data lapangan. Setelah itu, data dianalisis dan disajikan
menggunakan metode deskripsi.
Rasulan merupakan sebuah tradisi yang sangat terkenal di Gunungkidul.
Hampir setiap daerah melaksanakan tradisi ini sampai saat ini. Rasulan
merupakan tradisi pertanian yang dilakukan dua kali dalam setahun yakni Rasul
Labuh dan Rasul Gede. Rasul Labuh dilakukan sebelum para petani menabur
benih, sementara Rasul Gede dilakukan setelah para petani memanen hasil
tanamannya. Rasul Labuh dilaksanakan secara sederhana yaitu hanya kenduri
dan sesaji. Sementara itu, Rasul Gede dilakukan secara besar-besaran sebagai
wujud rasa syukur masyarakat. Kenduri, sesaji, jamuan makan, pentas seni,
olahraga, dan kirab budaya menjadi agenda rutin Rasul Gede.
Sesaji merupakan kegiatan yang tidak pernah ditinggalkan oleh masyarakat
Trowono A khususnya saat pelaksanaan Rasulan. Sesaji yang rutin dilaksanakan
adalah Sesaji Bale, Sesaji Guangan, dan Sesaji Dalang. Sesaji Bale merupakan
sesaji yang khusus diletakkan di Balai Dusun sebagai pusat kegiatan masyarakat
khususnya saat pelaksanaan Rasulan. Sedangkan Sesaji Guangan merupakan
sesaji yang diletakkan di berbagai tempat yang dianggap keramat. Sementara itu,
Sesaji Dalang merupakan sesaji yang dibuat khusus untuk nyajeni pentas
wayang.
Tradisi Rasulan di Dusun Trowono A juga memiliki nilai dan fungsi bagi
masyarakat dusun tersebut. Nilai yang terkandung dalam Tradisi Rasulan di
Dusun Trowono A antara lain nilai ekonomi, nilai estetika, nilai sosial, dan nilai
agama. Sementara itu, fungsi yang terkandung dalam Tradisi Rasulan antara lain,
fungsi magis, fungsi religius, fungsi faktitif, dan fungsi intensifikasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tradisi Rasulan merupakan sebuah
tradisi yang baik untuk dilestarikan. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya
manfaat yang dapat dipelajari dan dirasakan jika masyarakat dapat menghayati
Tradisi Rasulan dengan baik. Selain itu Rasulan juga berfungsi sebagai sarana
pengembangan kepribadian bagi generasi muda.

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Setyawati, Sandra.2014. Rasulan Tradition at Trowono at Karangasem Paliyan
Gunungkidul. (A folklore Study). Script S-1, Yogyakarta: Indonesian lecturer,
Sanata Dharma University.
This study concerns about Rasulan tradition at Trowono A Karangasem
Paliyan Gunungkidul. The purpose of this study are describing the rasulan
tradition, expose many kinds of sesaji that include in rasulan tradition and
expose the values and function of Rasulan tradition for Trowono A society.
This study uses the folklore study that emphasize Rasulan tradition at
Trowono A as an object of the study. At the beginning the researcher doing
observation and interview as tools to collect the field data. After all, the data
been analyzed and served with description method.
Rasulan is famous tradition in Gunungkidul, Almost every region in
Gunungkidul doing this tradition until this time. Rasulan is an agricultural
tradition that is held twice in a year, that are called Rasul Labuh and Rasul Gede.
Rasul Labuh held before the farmers are planting, and Rasul Gede held after
harvest time. Rasl Labuh held in a simple way that the farmers only served
Kenduri and sesaji . Meanwhile, Rasul Gede held in a huge way as a though
of thanks to God from farmers. Doing kenduri, sesaji, food court, art festival,
sport festival and cultural carnival are being a routine agenda in Rasul Gede.
Doing sesaji is an activity that never left by the trowono A society,
especially at rasulan time. Sesaji that routinely held are Sesaji Bale, Sesaji
Guangan dan Sesaji Dalang. Sesaji Bale is a special offering that placed in the
village hall as a center of social activities, especially at rasulan time. Sesaji
Guangan is an offering that placed in many placed that people assume it is has
mystically power. And last, Sesaji Dalang is an offerings that especially given for
puppet show.
Rasulan tradition in Trowono A also has values and fuctions for the
society. Values that remain in Rasulan tradition at Trowono A are economic
value, esthetic value, social value, and religion value. Functions that includes in
Rasulan tradition are magio function, religious function, factitives function, and
intensification function.
The output of the research shows that Rasulan tradition is a good tradition
and need to conserved. That is because there is a lot of useful things can learned
and felt if the rasulan tradition is truly done. And the other function of rasulan
tradition is a way of characteristic enlargement for the young.

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1

 
 


atar
elaag
     ! "#" "$ %#" %
"% #"& ""  % ' (!, ()" *#% & +!%#,
,! ". -%  %", %%" !!,  # "%  
"!#.   !% #% #%"%    !
 %"   "%. ' %! "%  " "%
 " " "" )) ". % ## % ! %"
#% $!!, #%,  %!! % % .
   # "  !  "  %
 %  ! ) "%!!% # #"% "%%. %
  /#, ""% $! "%%-"%% " %"# ! #% "% +$!
-!, 0% #!,  )-) "% ) %&
#% ! % ## %# % " %%. 1% %%&
/# "" $% "%% " %"# !   ## $%
" "%  " ""   " ! # %
 #%.
%% /#  "%% %  " %! %" !
merti desa ! %# ) "-" #  " +!%#

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

234565 73238969:5;< =3>?5@ A325 A? B9;9;C7?A98 D385725;575; >65A?2? 652985;
23>?5@ >5:9;;E5. F52985; A?857975; A95 758? A585D 23>5:9;G 23H389D @565 @3>5;?
D3;5;5D @5A? 5>59 benyra
A5; 23>385: @5;3;< F52985; E5;C A?857975; 23H389D
nyebar A?23H9> F5298 I5H9: 23A5;C75; F52985; 23>385: @5;3; A?23H9> F5298
B3A3. J385725;55; F52985; A?857975; >?A57 234565 H3625D55; 5>59 2363;>57,
D385?;75; H36C5;>?5; 23295? 7323@575>5; K56C5 A325 D52?;C-D52?;C. F52985;
A5@5> A?857975; @36 A929;G 738LD@L7 A929;G 5>59 A325.
M585D N65A?2? F52985; O9C5 >36A5@5> C5C525; A5; >?;A575; 638?C?92 A585D
:58 @36>5;?5;< B5C525; A5; >?;A575; 638?C?92 >3623H9> >36K9O9A A585D AL5-AL5
A5; 6?>958 A5; A? A585D;E5 5A585: 2325O? E5;C A?857975; 23H389D @565 @3>5;?
D3;5;5D @5A? A5; 23>385: @5;3;< M? A585D 23>?5@ 6?>958 E5;C A?857975;, 2325O?
D3D3C5;C @365;5; @3;>?;C 23H5C5? K9O9A 73@3645E55; D52E56575> >36:5A5@
23295>9 A? 8956 D5;92?5.
=325O? D3D3C5;C @365;5; @3;>?;C A585D 23>?5@ 9@54565 5A5> E5;C 5A5 A?
B9;9;C7?A98, H3C?>9 O9C5 A3;C5; N65A?2? F52985;< =325O? A?5;CC5@ @3;>?;C
7563;5 D52E56575> D3E57?;? 5A5;E5 73:?A9@5; 85?; 2385?; 73:?A9@5; D57:897
7525> D5>5 E5;C A?5;CC5@ H36O525 A585D 73:?A9@5; D52E56575> 7:9292;E5 A585D
H?A5;C @36>5;?5;< P3;969> 73@3645E55; 657E5> B9;9;C7?A98, @365E55; F52985;
O9C5 A?D5729A75; 9;>97 D3DL:L; 73@5A5 N9:5; 5C56 D36375 238589
D3D@36L83: @368?;A9;C5;-QE5 A5; A?:?;A5675; A56? H3;45;5. M5; 23O585;
A3;C5; ?;?, 5C56 735D5;5; >?A57 >36C5;CC9< P36375 D3;E3H9>-;E3H9> >3;>5;C

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

RSTU VWSXYZ[\S ]Z\S RSTU VZTXYX^ [Z_ZY`SRSST VZYZ[S S]SaSb VS[baX[ ^ZY^ZT^X
RSTU ]cSTUUS_ \ZWXSb Ydb _ZacT]XTU ]Z\S, (Pemberton,2003:329).
Tradisi Rasulan memiliki berbagai nilai dan fungsi bagi masyarakat. Secara
umum nilai dan fungsi tersebut timbul karena adanya penghayatan masyarakat
terhadap Tradisi Rasulan.
Melihat latar belakang masalah tersebut, maka, skripsi ini mengambil judul
Tradisi Rasulan di Dusun Trowono A Karangasem Paliyan Gunungkidul. Judul
tersebut dipilih karena dua alasan. Pertama, pelestarian tradisi dan sebagai upaya
mendokumentasikan sebuah tradisi. Kedua, sebagai negara agraris, tradisi yang
berkaitan dengan pertanian harus tetap diperhatikan dan dilestarikan. Rasulan
sebagai tradisi masyarakat Gunungkidul secara umum memiliki potensi menjadi
aset pariwisata jika tradisi tersebut dilestarikan, dikelola, dan dipublikasikan
dengan baik. Oleh sebab itu, penulis sebagai masyarakat asli Gunungkidul
memilih Rasulan sebagai objek penelitian.

efg humusia jasalah
Sesuai uraian di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut:
1.2.1

Bagaimanakah pelaksanaan Tradisi Rasulan di Dusun Trowono A?

1.2.2

Apa sajakah sesaji yang terdapat dalam ritual Rasulan di Dusun Trowono A?

1.2.3

Apa nilai dan fungsi Tradisi Rasulan bagi masyarakat Dusun Trowono A?

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

klm nujuao peoelqtqao
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui bahwa
penelitian ini bertujuan untuk:
1.3.1

Mendeskripsikan pelaksanaan ritual Rasulan di Dususn Trowono A.

1.3.2

Memaparkan berbagai macam sesaji yang terdapat dalam Tradisi Rasulan
di Dusun Trowono A.

1.3.3

Memaparkan nilai dan fungsi Tradisi Rasulan bagi masyarakat Dusun
Trowono A.

klr saotaatuavql peoelqqtao
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini anatara lain manfaat secara
teoritis dan manfaat praktis. Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa manfaat hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1.4.1

Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan
tentang folklor di Indonesia dan dapat digunakan sebagai bahan diskusi
masyarakat secara umum maupun dalam ruang lingkup akademisi.

1.4.2

Secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai wujud apresiasi
terhadap Tradisi Rasulan melalui pendokumentasian pelaksanaan
Rasulan. Dengan demikian, diharapkan hasil penelitian atau dokumentasi
ini dapat bermanfaat bagi masyarakat Dusun Trowono A sebagai sarana
pengenalan Tradisi Rasulan kepada generasi muda Trowono A, juga
sebagai sarana promosi budaya atau pariwisata.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

wxy z{|jaua| }us~taa
Penelitian mengenai rasulan dengan objek penelitian Dusun Trowono A
belum pernah dilakukan sebelumnya, tetapi penelitian dengan objek penelitian
tradisi rasulan pernah dilakukan oleh Markus Yuwono dengan judul penelitian
Perubahan Tradisi Rasulan di Gunungkidul Setelah 1998 . Penelitian ini berisi
deskripsi dan analisa mengenai perkembangan tradisi rasulan di Gunungkidul
ketika masyarakat menghadapi perubahan setelah krisis ekonomi 1997. Hasil
penelitian yang dilakukan Markus Yuwono menunjukkan bahwa masyarakat
Gunungkidul adalah masyarakat yang majemuk dan terbuka bagi kebudayaan
baru.
Studi ini berbeda dengan studi yang dilakukan oleh Markus Yuwono.
Perbedaan tersebut terletak pada lokasi penelitian dan hal penelitian. Markus
Yuwono meneliti tentang perubahan pelaksanaan Rasulan yang terjadi setelah
krisis ekonomi 1997 sedangkan penelitian ini mendeskripsikan pelaksanaan
tradisi Rasulan secara khusus di Dusun Trowono A.

wx €a|dasa| zeor{
Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya dalam bidang budaya,
diperlukan teori-teori atau pendekatan yang sesuai dengan objeknya. Pendekatan
ini dapat digunakan sebagai alat pengupas yang diharapkan mendukung
keberhasilan sebuah penelitian.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

Dalam tugas akhir ini penulis menggunakan teori folklor dan lfbeoki
sebagai bagian dari folklor sebagian lisan untuk memaparkan hasil penelitian.
1.6.1 Folklor
Folklor berasal dari kata florke

(bahasa Inggris). Jika dieja menjadi folk

artinya rakyat dan lore artinya tradisi . Folk adalah kelompok atau kolektif
yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakan dengan
kelompok lain. Lore merupakan wujud tradisi dari lore. Tradisi tersebut
dituturkan secara oral (lisan) dan turun-temurun. Folklor berarti tradisi rakyat
yang sebagian disampaikan secara lisan, yaitu kelisanan menjadi pijakan folklor
(Endraswara, 2005: 11)
Menurut Budiaman (1979: 14-15) betapa pentingnya kita mempelajari
folklor dalam rangka mengenal kebudayaan masyarakat tertentu karena fungsi
yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai sistem proyeksi yang dapat
mencerminkan angan-angan kelompok, sebagai alat pengesahan pranatapranata dan lembaga kebudayaan, sebagai alat pendidikan anak, dan sebagai
alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat terpenuhi.
Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan
diwariskan turun-temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional
dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang
disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (Danandjaja,
1984:2).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Menurut

Brunvand

via Danandjaja

(2002:

7

21-22) folklor dapat

digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya: (1) folklor
lisan (verbal folklore), (2) folklor sebagian lisan (partly verbal folklore), (3)
folklor bukan lisan (non verbal folklore). Folklor lisan adalah folklor yang
bentuknya memang murni lisan. Bentuk-bentuk (genre) folklor yang termasuk
ke dalam kelompok besar ini antara lain (a) bahasa rakyat (folk speech) seperti
logat, julukan, pangkat tradisional, dan titel kebangsawanan; (b) ungkapan
tradisional, seperti peribahasa, pepatah, dan pemeo; (c) pertanyaan tradisional,
seperti tekateki; (d) puisi rakyat, seperti pantun, gurindam, dan syair; (e) cerita
prosa rakyat, seperti mite, legenda, dan dongeng; (f) nyanyian rakyat. Folklor
lisan juga mempunyai fungsi sebagai penghibur atau sebagai penyalur perasaan
yang terpendam.
Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun
cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Kelompok besar ini dapat dibagi
menjadi dua subkelompok, yakni yang material dan yang bukan material. Yang
tergolong material antara lain: arsitektur rakyat (bentuk asli rumah daerah,
bentuk lumbung padi, dan sebagainya), kerajinan tangan rakyat; pakaian dan
perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat, dan obat-obatan
tradisional. Sedangkan yang termasuk yang bukan material antara lain: gerak
isyarat

tradisional

(gesture),

(kentongan), dan musik rakyat.

bunyi

isyarat

untuk

komunikasi

rakyat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

F
olk belief

8

atau Kepercayaan Rakyat merupakan bagian dari folklor

sebagian lisan, selain permainan rakyat. Kepercayaan rakyat atau sering kali
juga disebut takhyul , adalah kepercayaan yang oleh orang berpendidikan
Barat dianggap sederhana bahkan pandir, tidak berdasarkan logika, sehingga
secara ilmiah tidak dapat dipertanggungjawabkan. Berhubung kata takhyul
mengandung arti merendahkan atau menghina, maka ahli folklor modern lebih
senang menggunakan istilah kepercayaan rakyat (folk belief) atau keyakinan
rakyat daripada

takhyul

(supersititious), karena takhyul berarti

hanya

khayalan belaka , (sesuatu yang) hanya di angan-angan saja (sebenarnya tidak
ada) (Poerwadarminto dalam Danandjaja, 1984:153).
Berdasarkan teori folklor dan folkbelief, Tradisi Rasulan merupakan bagian
dari folklor sebagian lisan. Tradisi Rasulan dapat dikategorikan sebagai folklor
sebagian lisan karena di dalam Tradisi Rasulan terdapat benda-benda atau
artefak yang dibuat oleh masyarakat sebagai wujud keyakinan atau kepercayaan
mereka terhadap sesuatu atau kehidupan di luar manusia. Benda-benda atau
artefak tersebut antara lain sesaji, sarangan (wadah makanan yang terbuat dari
daun kelapa yang dianyam), panjang ilang (wadah sesaji yang terbuat dari janur
atau daun kelapa yang masih berwarna kuning), dan patung-patung tiruan
sebagai perwujudan atau simbol makhluk-makhluk jahat yang diarak saat kirab
budaya sebagai puncak kegiatan Rasulan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

1.6.2 Nilai dan Fungsi Ritual
Ritual adalah pola-pola pikiran yang dihubungkan dengan gejala yang
mempunyai ciri-ciri mistis. Di pihak lain, upacara berarti setiap organisasi
kompleks dari kegiatan manusia yang tidak hanya sekadar bersifat teknis
ataupun rekreasional melainkan juga berkaitan dengan penggunaan cara-cara
tindakan yang ekspresif dari hubungan sosial , (Dhavamony, 1995: 175).
1.6.2.1 Nilai
Allport, Vernom dan Lindzey via Suriasumantri (1995, 263)
mengidentifikasikan enam nilai dasar dalam kebudayaan yakni nilai teori,
ekonomi, estetika, sosial, politik dan agama. Nilai teori adalah hakikat
penemuan kebenaran lewat berbagai metode seperti rasionalisme,
empirisme, dan metode ilmiah. Nilai ekonomi mencakup kegunaan dari
berbagai benda dalam memenuhi kebutuhan manusia. Nilai estetika
berhubungan dengan keindahan dan segi-segi artistik yang menyangkut
antara lain bentuk, harmoni dan wujud kesenian lainnya yang memberikan
kenikmatan

manusia.

Nilai

sosial

berorientasi

kepada

hubungan

antarmanusia dan penekanan segi kemanusiaan yang luhur. Nilai politik
berpusat kepada kekuasaan dan pengaruh baik dalam kehidupan
bermasyarakat maupun dunia politik. Sedangkan nilai agama atau religi
merengkuh penghayatan yang bersifat mistik dan transcendental dalam

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

usaha manusia untuk mengerti dan memberi arti bagi kehadirannya di
muka bumi karena anugerah Tuhan yang harus disyukuri.
Berdasarkan klasifikasi mengenai nilai-nilai tersebut, Tradisi Rasulan
mempunyai nilai-nilai yang dapat diambil oleh masyarakat. Nilai-nilai
tersebut antara lain nilai ekonomi, nilai estetika, nilai sosial, dan nilai
agama.
1.6.2.2 Fungsi
Ritus dapat dibedakan atas empat macam (Dhavamony, 1995: 175176). (1) Tindakan magi, yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan
yang bekerja karena daya-daya mistis; (2) Tindakan religius, kultus para
leluhur, juga bekerja dengan cara ini; (3) Ritual konstitutif yang
mengungkapkan atau mengubah hubungan sosial dengan merujuk pada
pengertian-pengertian mistis, dengan cara ini upacara-upacara kehidupan
menjadi khas; dan (4) Ritual faktitif, yang meningkatkan produktivitas atau
kekuatan, atau pemurnian dan perlindungan, atau dengan cara lain
meningkatkan kesejahteraan materi suatu kelompok. Ritual faktitif berbeda
dari ritual konstitutif, karena tujuannya lebih dari sekadar pengungkapan
atau perubahan hubungan sosial. Dia tidak saja mewujudkan korban untuk
para leluhur dan pelaksanaan magi, namun juga pelaksanaan tindakan yang
diwajibkan oleh anggota kelompok dalam konteks peranan sekular mereka.
Chaple dan Coon mengusulkan perlunya ditambahkan satu jenis ritual

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

lainnya, yakni (5) Ritual intensifikasi, ritus kelompok yang mengarah
kepada pembaharuan dan mengintensifkan kesuburan, ketersediaan buruan
dan panenan. Orang yang menginginkan panenan berhasil akan
melaksanakan ritual intensifikasi.
Upacara-upacara

tersebut

sesungguhnya

memiliki

penjelasan-

penjelasan yang tidak sekadar berciri mistis melainkan terutama berciri
sosiologis. Dengan lain perkataan, ritual yang dilaksanakan memiliki
fungsi-fungsi sosiologis tertentu. Mengikuti pembagian Dhavamony (1995:
175-176) mengenai lima macam ritual seperti telah diungkapkan di atas,
maka upacara dan tindakan-tindakan ritual dalam tradisi Rasulan dapat
dikategorikan ke dalam empat fungsi. Fungsi-fungsi ini berkaitan erat
dengan alasan-alasan mistis yang melatar-belakanginya. Penjelasan ini
sekaligus mengungkapkan fungsi ritus bagi masyarakatnya.

‚

Fungsi Magis
Magi (sihir) adalah suatu fenomen yang sangat dikenal dan
umumnya dipahami, namun tampaknya sangat sulit dirumuskan
dengan tepat. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa magi adalah
kepercayaan dan praktik menurut mana manusia yakin bahwa secara
langsung

mereka

dapat

mempengaruhi

kekuatan

alam

dan

antarmereka sendiri, entah untuk tujuan baik atau buruk, dengan
usaha-usaha mereka sendiri dalam memanipulasi daya-daya yang
lebih tinggi , (Dhavamony:47)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

Fungsi magi dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan yang
bekerja karena daya-daya mistis (pola-pola pikiran yang dihubungkan
dengan gejala yang mempunyai ciri-ciri adi rasa).

ƒ„

Fungsi Religius
Menurut KBBI, kata religius memiliki arti bersifat religi,
sementara religi adalah kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati
di atas manusia. Kultus leluhur, juga bekerja dengan cara ini.
penghormatan resmi dl agama; upacara keagamaan; ibadat;
kepercayaan;

†

…

ƒ sistem

penghormatan secara berlebih-lebihan kpd orang,

paham, atau benda;

†„

Fungsi Faktitif
Fungsi faktitif berkaitan dengan meningkatkan produktivitas atau
kekuatan, atau pemurnian dan perlindungan yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan materi suatu kelompok. Dia tidak saja
mewujudkan korban untuk para leluhur dan pelaksanaan magi, namun
juga pelaksanaan tindakan yang diwajibkan oleh anggota kelompok
dalam konteks peranan sekular mereka.

4„ Fungsi Intensifikasi
Fungsi Intensifikasi berkaitan dengan ritus kelompok yang
mengarah kepada pembaharuan dan mengintensifkan kesuburan dan
hasil panen.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

‡ˆ‰ Šetode‹ŒelŽŽta
Metode merupakan cara dan prosedur yag akan ditempuh oleh peneliti
dalam rangka mencari pemecahan masalah (Santosa, 2004: 8). Tulisan ini
disajikan menggunakan metode deskriptif analisis. Metode ini dilakukan dengan
cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Dalam
hal ini analisis tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan
penjelasan dan pemahaman secukupnya (Ratna, 2006: 53). Dalam hal ini metode
penelitian yang akan digunakan untuk memecahkan masalah meliputi metode
dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data.

‡ˆ‰ˆ‡ eŽ ‹egum‘ula ’ata
1.7.1.1 Observasi
Sutrisno Hadi via Sugiyono (1999: 139) mengemukkan bahwa
observasi meupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar.
Dari segi proses pengumpulan data, observasi dapat dibedakan
menjadi (1) participant observation (observasi berperan serta) yaitu
peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati
atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian, (2) non participant

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

observation

14

(observasi nonpartisipan) yaitu peneliti tidak terlibat dan

hanya sebagai peneliti independent (Sugiyono, 1999: 139).
Dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat
dibedakan menjadi (1) observasi terstruktur yaitu observasi yang
dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, dimana
tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu
dengan pasti tentang variabel yang akan diamati, (2) observasi tidak
terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis
tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak
tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati (Sugiyono, 1999: 140).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi
terstruktur, observasi yang telah dirancang secara sistematis, karena
penulis sudah mengetahui tentang apa yang akan diamati dan dimana
tempatnya yaitu peneliti mengamati proses Tradisi Rasulan yang
dilakukan oleh masyarakat Dusun Trowono A. Selain observasi
terstruktur, penulis juga menggunakan teknik observasi berperan serta
(participant observation) karena peneliti terlibat dengan kegiatan seharihari masyarakat Trowono A sebagai narasumber.
1.7.1.2 Wawancara
Wawancara sebagai suatu roses tanya jawab lisan, yaitu dua orang
atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yaitu satu dapat melihat muka
yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri (Hadi, 1979: 192).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara atau informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan
social yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara
mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan (Bungin,
2008: 108)
1.7.1.3 Dokumentasi
Teknik ini berupa informasi yang berasal dari catatan penting baik
dari lembaga atau organisasi maupun perseorangan, baik berupa tulisan
maupun lisan. Teknik dokumentasi dilakukan dengan wawancara
mendalam, menggali informasi atau data sebanyak-banyaknya dari
responden atau informan agar informasi yang detail diperoleh peneliti
(Hamidi, 2004: 72-78)
Dalam melakukan penelitian, pengumpulan data merupakan tahap yang
penting. Dalam proses pengumpulan data, peneliti memerlukan teknik untuk
memperoleh data-data yang diperlukan yaitu teknik pengumpulan data
lapangan. Pengumpulan data di lapangan merupakan salah satu aspek penting
dalam proses penelitian budaya. Dalam pengumpulan data di lapangan ada
beberapa langkah yang akan dilakukan. Langkah-langkah tersebut antara lain
penentuan narasumber, pengumpulan data-data sosial budaya, dan teknik

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

pengumpulan data yang mencakup wawancara, pengamatan (observasi),
perekaman atau pencatatan, dan pengarsipan.

“”•”– —e˜™š˜ ›™alšœšsata
Analisis data menjadi pekerjaan utama dalam suatu penelitian. Pada tahap
analisis data, penulis akan menggunakan teknik transkripsi. Transkripsi
merupakan pengubahan dari bentuk wicara lisan menjadi bentuk tertulis.
Setelah mengubah bentuk wicara lisan menjadi bentuk tertulis, peneliti
menggunakan metode kualitatif dalam menganalisis data. Metode penelitian
kualitatif

adalah

metode

penelitian

yang

berlandaskan

pada

filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2011 :
9). Selain menggunakan metode kualitatif, peneliti juga mengacu pada teknik
hermeneutika dalam menganalisis data.

Hermeneutika mengarah pada

penafsiran ekspresi yang penuh makna dan dilakukan dengan sengaja oleh
manusia. Artinya, kita melakukan interpretasi oleh interpretasi yang telah
dilakukan oleh pribadi atau kelompok manusia terhadap situasi mereka
sendiri ,

(Smith

:1984,

via

Tri

Nugroho

Adi

http://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/11/03/teori-teori-penunjang-

dalam

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

dalam-penelitian-kualitatif/ diunduh pada 9 mei 2014, jam 23:12). Setelah
menganalisis data, penulis menggunakan metode deskripsi untuk menyajikan
hasil analisis data.

žŸ  ¡¢stemat
¢£a ¤¥¦yaj¢a¦
Makalah ini disajikan dalam lima bab yaitu pendahuluan, pembahasan yang
terdiri dari tiga bab yaitu deskripsi bagaimana Rasulan dilaksanakan, macammacam sesaji yang terdapat dalam Rasulan, dan makna serta fungsi Tradisi
Rasulan bagi masyarakat Dusun Trowono A. Satu bab penutup berupa
kesimpulan penulis. Untuk mempermudah pemahaman tentang penelitian ini,
peneliti menyusun ke dalam bab, yaitu : Bab I merupakan pendahuluan, yang
berisi uraian tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sumber data, dan
sistematika penyajian. Bab II merupakan pembahasan mengenai prosesi
pelaksanaan Tradisi Rasulan di Dusun Trowono A. Bab III merupakan
pemaparan mengenai berbagai macam sesaji yang terdapat dalam Tradisi
Rasulan. Bab IV merupakan pemaparan nilai dan fungsi Tradisi Rasulan bagi
masyarakat Dusun Trowono A. Bab V merupakan penutup yang berisi
kesimpulan dan saran serta Daftar Pustaka.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

§¨§ ©©
ª«¬¨­®¨¯¨¨¯ °±¨²©®© ±¨®³¬¨¯
´µ¶ ·e¸ga¸tar
Dusun Trowono A merupakan sebuah dusun dengan seratus tujuh puluh lima
kepala keluarga yang terbagi dalam enam RT (Rukun Tetangga). Pedukuhan
Trowono A merupakan pedukuhan yang mayoritas penduduknya petani dan juga
pemeluk Islam. Dari seratus tujuh puluh lima kepala keluarga, hanya satu kepala
keluarga yang beragama Kristen dan pada setiap rumah, minimal satu orang
bermata pencaharian tani.
Dunia pertanian sudah menjadi urat nadi kehidupan warga dusun. Meskipun
kondisi geografis yang berbukit dan sekilas terlihat tandus karena berupa tegalan,
juga

terasering,

namun

hal

tersebut

tidak

menjadi

penghalang

bagi

berlangsungnya kehidupan pertanian. Telaga dan ledeng menjadi sumber air
selain tadah hujan. Padi, jagung, kedelai, dan singkong merupakan andalan hasil
tani warga setiap musimnya (hasil wawancara dengan Pak Harto Wiharjo, kepala
Dusun Trowono A).
Apresiasi warga terhadap tradisi pertanian terlihat jelas dari kesungguhan
penduduk meminta dan mensyukuri panen melalui Rasulan. Kemeriahan yang
tercipta semakin menjiwai sisi religius dan semangat gotong royong serta
toleransi diantara warga Dusun Trowono A. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat masih sangat peduli terhadap tradisi warisan leluhur.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

19

Tradisi Rasulan merupakan tradisi bersih desa atau sering disebut merti desa
yang dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Gunungkidul khususnya
masyarakat Dusun Trowono A. secara etimologi atau asal kata, Rasulan jelas
berasal dari kata rasul dan mendapat akhiran an. Menurut KBBI, ra·sul n 1 orang
yg menerima wahyu Tuhan untuk disampaikan kpd manusia. Sedangkan, akhiran
an memberikan makna sifat. Berdasarkan definisi tersebut, dapat juga diartikan
bahwa Rasulan merupakan pewahyuan atau penyebaran nilai-nilai Ketuhanan
atau nilai-nilai kebaikan melalui sebuah tradisi atau budaya. Jika pengertian atau
definisi tersebut diuji atau diaplikasikan dalam pelaksanaan Rasulan saat ini,
maka jelas terbukti bahwa Rasulan merupakan pengungkapan nilai-nilai religi
selain juga nilai-nilai yang lain. Hal tersebut terlihat dari hakikat Rasulan itu
sendiri, yakni ungkapan rasa syukur kepada Sang Pemberi Kehidupan.
Rasulan di dusun Trowono A dilakukan dua kali dalam setahun yakni
sebelum para petani menanam padi atau nyebar dan setelah panen. Rasulan yang
dilakukan sebelum nyebar disebut rasul labuh dan setelah panen disebut Rasul
Gede.
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai klasifikasi Rasulan dan rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan saat Rasulan. Rasulan dibagi menjadi dua yaitu Rasul
Labuh dan Rasul Gede. Rangkaian acara dalam Rasul Labuh meliputi kenduri dan
sesaji. Sedangkan dalam Rasul Gede meliputi kenduri, jamuan makan, pentas
seni, olahraga, dan kirab budaya. Bab ini akan diakhiri dengan rangkuman.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

20

¹º¹ »asul¼abuh
Rasul labuh merupakan bagian dari tradisi rasulan yang dilaksanakan
sebelum para petani menebar benih padi. Melalui Rasul Labuh ini, masyarakat
Trowono A khususnya para petani meminta kepada Tuhan agar benih yang
ditanam atau dilabuh diberikan kesuburan dan terhindar dari penyakit tanaman.
Rasul Labuh biasanya dilakukan pada Jumat Legi sekitar bulan Juni.
Saat menjalankan Rasul Labuh, masyarakat biasanya hanya melaksanakan
upacara kenduri dan sesaji. Kenduri dan sesaji tersebut merupakan ekspresi
masyarakat dalam menyampaikan permintaan. Jika kenduri merupakan ekspresi
permintaan kepada Tuhan, sesaji merupakan wujud penghormatan masyarakat
kepada makhluk ciptaan Tuhan yang lain yaitu roh atau makhluk halus yang
dipercaya

menempati

tempat-tempat

tertentu

di

Dusun

Trowono

A.

Penghormatan tersebut bukan merupakan penyembahan tetapi merupakan
tindakan harmonisasi.

¹º¹º½ ¾e¿durÀ
Tahap pertama yang dilakukan dalam acara Rasulan adalah kenduri atau
selamatan.

Kenduri

merupakan

wujud

kebersamaan

masyarakat

dalam

menghadapi segala peristiwa yang terjadi baik itu berupa peristiwa bahagia
ataupun duka cita. Sedangkan menurut KBBI, kenduri merupakan perjamuan
makan untuk memperingati peristiwa, minta berkat.1Kenduri dilaksanakan di
balai dusun. Kenduri atau yang biasa disebut kneduren
1

kbbi

merupakan sebuah ritual

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

21

yang biasanya dilakukan dalam setiap upacara pada masyarakat suku Jawa,
khususnya masyarakat Gunungkidul.
Kenduri selalu dilaksanakan pada Jumat Legi oleh masyarakat Trowono A.
Jumat Legi dianggap sebagai hari besar atau hari baik bagi masyarakat Jawa
begitupun oleh masyarakat Trowono A. Jumat sebagai hari besar umat muslim
sedangkan gle i atau manis berkaitan dengan segala sesuatu yang baik.
Saat kenduri dilaksanakan, masyarakat Dusun Trowono A berkumpul di
balai dusun dengan membawa nasi beserta lauk pauk. Biasanya warga dusun
datang ke balai dusun dengan membawa tenggok atau bakul yang berisi nasi
putih beserta lauk pauk seperti tahu, tempe, telur, sambal goreng, bakmi goreng
dan sebagainya. Nasi dan lauk pauk tersebut merupakan simbol dari keberhasilan
panen. Meskipun demikian, banyak sedikitnya makanan yang dikumpulkan tidak
berbanding lurus juga tidak berbanding terbalik dengan banyak sedikitnya panen
yang dihasilkan oleh warga.
Adapun dalam hal ini prosesi kenduri terbagi menjadi empat bagian pokok
antara lain pengumpulan makanan berdasarkan jenisnya, penyiapan sesaji,
pembacaan doa, dan pembagian makanan.
2.2.1.1 Pengumpulan Makanan Berdasarkan Jenisnya
Pengumpulan

makanan

dilakukan

sebagai

wujud

ungkapan

kebersamaan warga dusun. Dari yang awalnya terpisah, setelah dikumpulkan
akan berubah menjadi satu. Ini hajatnya orang banyak sehingga maknanya

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

22

itu dari berbagai unsur, baik itu dari segi ucapan syukur dan jadi alat
pemersatu. Jadi, dari orang kaya, orang miskin, semua menyatu , kata
Widodo melalui wawancara pribadi 21 Juni 2013.
Tenggok beserta makanan yang dibawa masing-masing kepala
keluarga dikumpulkan menjadi satu. Setelah makanan tersebut dikumpulkan,
kemudian dipisah-pisahkan sesuai jenisnya. Seluruh nasi ditempatkan di
meja besar di balai, lauk pauk ditempatkan menjadi satu sesuai jenisnya di
tempat yang telah disediakan warga. Setelah semua makanan dikumpulkan
dan dipisahkan sesuai jenisnya, makanan tersebut kemudian dibagi-bagikan
kembali secara merata dengan sarangan sebagai tempatnya.
Pembagian makanan dilakukan oleh bapak-bapak yang mengikuti
kenduri kecuali tamu undangan. Pembagian makanan hanya dilakukan oleh
bapak-bapak. Hal tersebut bukan berarti membeda-bedakan antara bpakbapak dan ibu-ibu tetapi hanya merupakan pembagian tugas. Bapak-bapak
mengumpulkan dan membagi-bagikan makanan sementara ibu-ibu warga
dusun menyiapkan makanan ringan atau pacitan untuk kenduren dan sajen.
Selain makanan yang dibawa oleh setiap keluarga, adapula berbagai
makanan berupa nasi uduk, ingkung, tumpeng, sega liwet, jenang abang,
jenang putih, jenang baro-baro, dan sega golong yang telah dipersiapkan
oleh ibu-ibu warga masyarakat Trowono A. Makanan tersebut dimasak di
balai dusun atau di rumah salah satu warga, sesuai kesepakatan. Berbagai
makanan tersebut dibuat untuk bahan sesaji dan mong.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

23

2.2.1.2 Mendoakan Makanan
Menurut KBBI doa adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian)
kepada Tuhan. Doa merupakan unsur penting dalam pelaksanaan kenduri.
Sebagai masyarakat beragama, doa tidak pernah ditinggalkan oleh warga
dusun pada setiap rangkaian acara. Masyarakat meyakini dan mempercayai
kekuatan ilahi sehingga semua aktifitas di dalam kehidupan dipusatkan
kepada Sang Pencipta alam semesta demikian halnya dengan Rasulan.
Seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan lepas dari doa terlebih lagi dalam
ritual kenduri.
Berbagai makanan yang telah dikumpulkan termasuk bahan untuk
mong dan juga sesaji didoakan oleh pemimpin adat atau lebih dikenal
sebagai kaum oleh masyarakat. Doa dilaksanakan secara Islam karena
sebagian besar masyarakat Trowono A beragama Islam. Inti dari doa kenduri
Rasul Gede ini adalah mengucap syukur atas berkah yang telah dilimpahkan
oleh Tuhan Yang Maha Esa berupa hasil pertanian yang telah dipanen oleh
masyarakat dusun Trowono A.
2.2.1.3 Membagi-bagikan Makanan
Setelah berbagai makanan didoakan, makanan tersebut kecuali nasi
tumpeng, sega liwet, jenang-jenangan, dan sega golong, dibagi-bagikan
kepada seluruh warga masyarakat yang mengikuti kenduri, termasuk tamu
undangan secara merata. Hanya saja jika masyrakat Trowono A mendapat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

24

makanan dengan wadah berupa tenggok atau wadah lain sesuai yang dibawa
dari rumah,

tamu undangan mendapat makanan dengan wadah berupa

sarangan. Sarangan merupakan sebuah wadah yang terbuat dari daun kelapa
yang dianyam sehingga dapat menampung makanan yang hendak dibagikan
kepada tamu undangan. Perbedaan wadah berkat antara warga setempat
dengan tamu undangan tidak berarti membeda-bedakan. Hal tersebut
hanyalah masalah teknis karena jika warga setempat datang ke balai dusun
dengan membawa nasi dan lauk pauk menggunakan tenggok, tamu
undangan datang ke balai dusun tanpa membawa nasi dan lauk pauk. Oleh
sebab itu sarangan menjadi alternatif, selain bahan pembuat sarangan yang
mudah diperoleh, juga hemat biaya karena dapat dibuat sendiri oleh warga
dusun.
2.2.1.4 Menyiapkan Sesaji
Masyarakat Dusun Trowono A mengenal dua macam sesaji dalam
pelaksanaan kenduri. Sesaji tersebut adalah sesaji guangan dan sesaji bale.
Sesaji guangan dan sesaji bale terdiri dari makanan yang sama dengan
makanan yang dibagikan kepada warga tetapi dalam porsi yang lebih kecil
dan ditambah dengan gantal kembang (bunga kanthil beserta tembakau, dan
gambir yang digulung menggunakan daun sirih). Wadah atau tempat sesaji
terbuat dari bambu yang disebut ancak.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Sesaji guangan

25

yaitu sesaji yang akan diletakkan di pohon-pohon

besar, telaga, dan tempat-tempat yang dianggap keramat dengan tujuan agar
tercipta hubungan yang harmonis antara warga dengan makhluk halus
penghuni tempat-tempat yang dikeramatkan tanpa bermaksud meduakan
Tuhan. Tempat keramat yang diberi sesaji oleh warga antara lain pohon
Epek yang terletak di Pasar Trowono, Pace, Bulu, Ngunut, Telaga, Jambe
anom.
Seperti sesaji guangan, sesaji bale terdiri dari berbagai makanan yang
dibagikan kepada warga yang mengikuti kenduri ditambah dengan gantal
kembang. Namun sesaji bale hanya diletakkan di balai dusun. Sesaji ini
ditujukan kepada makhluk halus penunggu Balai Dusun Trowono A. Selain
untuk makhluk halus, sesaji tersebut juga ditujukan untuk ngemong -mongi
seluruh warga masyarakat agar terhindar dari segala peristiwa buruk dan
tidak mengganggu jalannya acara.

ÁÂÃ ÄasulÅede
Rasul Gede merupakan tradisi pertanian yang dilakukan setelah para petani
memanen hasil tanamannya. Masyarakat Trowono A khususnya para petani
mengucap atau mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan untuk hasil panen
yang diperoleh melalui tradisi Rasul Gede ini. Rasul Gede biasanya dilakukan
antara bulan September-Oktober pada Jumat Legi.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

26

Rasul labuh dan Rasul Gede merupakan tradisi pertanian yang dilakukan
sekali dalam setahun. Kedua tradisi tersebut sama-sama tradisi bersih desa atau
dusun tetapi keduanya berbeda dalam hal tujuan dan rangkaian acara atau
kegiatan. Jika rasul labuh merupakan ritual meminta, rasul gede merupakan ritual
mengucap syukur. Dalam pelaksanaan tradisi ini, ada beberapa hal atau tahapan
yang dilakukan oleh masyarakat Gunungkidul, khususnya dusun Trowono A.
Beberapa hal tersebut antara lain:

ÆÇÈÇÉ ÊeËdurÌ
Tahap pertama yang dilakukan dalam acara Rasulan adalah kenduri atau
selamatan. Kenduri merupakan wujud kebersamaan masyarakat dalam
menghadapi segala peristiwa yang terjadi baik itu berupa peristiwa bahagia
ataupun duka cita. Sedangkan menurut KBBI, kenduri merupakan perjamuan
makan untuk memperingati peristiwa, minta berkat.2Kenduri dilaksanakan di
balai dusun. Kenduri atau yang biasa disebut nekduren

merupakan sebuah ritual

yang biasanya dilakukan dalam setiap upacara pada masyarakat suku Jawa,
khususnya masyarakat Gunungkidul.
Kenduri selalu dilaksanakan pada Jumat Legi oleh masyarakat Trowono A.
Jumat Legi dianggap sebagai hari besar atau hari baik bagi masyarakat Jawa
begitupun oleh masyarakat Trowono A. Jumat sebagai hari besar umat muslim
sedangkan legi atau manis berkaitan dengan segala sesuatu yang baik.
2

kbbi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN