HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA Hubungan Antara Penalaran Moral Dengan Perilaku Prososial Pada Remaja.

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DENGAN PERILAKU
PROSOSIAL PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :
DYAN LESTARI
F 100.104.032

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DENGAN PERILAKU
PROSOSIAL PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana S-1 Psikologi


Oleh :
DYAN LESTARI
F 100.104.032

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

ii

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DENGAN PERILAKU
PROSOSIAL PADA REMAJA
Dyan Lestari
Dra. Partini, M.Si
Dian_tariie@yahoo.com
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Perilaku prososial sebagai perilaku yang memberi konsekuensi positif
pada orang lain. Perilaku prososial pada umumnya diperoleh melalui proses
belajar. Remaja mempelajari tingkah laku dan norma dari orang tua atau orang
dewasa lainnya Dimana saat ini remaja lebih menyukai untuk berteman dan

membentuk suatu kelompok dan mereka cenderung untuk memilih teman yang
mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya.Keadaan yang seperti ini
mempengaruhi tingkat prososial pada remaja. Remaja yang memiliki penalaran
moral yang baik akan dapat melakukan penilaian terhadap sosial dan juga
terhadap kewajiban yang mengikat individu dalam melakukan suatu tindakan.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara penalaran moral
dengan perilaku prososial pada remaja SMA. Hipotesis dari penelitian ini ada
hubungan positif yang sangat signifikan antara penalaran moral dengan perilaku
prososial remaja.
Metode kuantitatif digunakan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini.
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini siswa-siswi SMAN 08 Surakarta,
kelas 2 ipa 1, 2 ipa 2, 2 ips 1, 2 ips 2, 2 ips 3, dengan total subjek berjumlah 130.
Sempel tersebut diambil dengan teknik cluster random. Alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah skala penalaran moral dan skala prososial. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment
dari Pearson.
Hasil analisis diperoleh data koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,796 dengan
p = 0,000 (p < 0,01). Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
penalaran moral dengan perilaku prososial pada remaja, yang berarti hipotesis
diterima. Sumbangan efektif dari variabel penalaran moral dengan variabel

perilaku prososial adalah 63,4%, hal ini berarti masih terdapat 36,6% variabelvariabel lain yang dapat mempengaruhi perilaku prososial. Variabel perilaku
prososial mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 85,87 dan rerata hipotetik (RH)
sebesar 72,5 yang berarti perilaku prososial remaja tergolong sedang. Variabel
penalaran moral diketahui rerata empirik (RE) sebesar 94,26 dan rerata hipotetik
(RH) sebesar 77,5 yang berarti penalaran moral remaja tergolong tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara penalaran moral dengan perilaku
prososial. Semakin tinggi penalaran moral semakin tinggi juga perilaku prososial
remaja.
Kata Kunci :
Penalaran moral, Perilaku prososial, Remaja

v

PENDAHULUAN
makhluk

yang terjadi saat ini, dari hasil

sosial yang tidak dapat hidup sendiri


penelitian Setiadi dan kawan-kawan,

tanpa pertolongan orang lain dalam

mengemukakan kecenderungan pada

menjalani

manusia

Manusia

adalah

kehidupan.

kehidupan sehari-hari

Dalam


Indonesia,

antara

lain

merosotnya semangat gotong royong,

tidak bisa

lepas dari tolong menolong. Oleh

tidak

karena itu manusia sebagai makhluk

menempuh jalan pintas, cenderung

sosial di harapkan bisa berinteraksi


menyelamatkan diri sendiri begitu

dengan orang lain, memiliki rasa

juga dengan solidaritas sosial dan

saling

menerima,

kedisiplinan sosial terhadap orang

memiliki rasa kesetiakawanan dalam

lain maupun lingkungan disekitarnya

kehidupan

menjadi menurun.


memberi

dan

bermasyarakat

(Faturochman,

2006).

menghargai

Penelitian

Bangsa

prestasi

yang


dan

dilakukan

Indonesia sebagai bangsa berbudaya

oleh Hamidah (2002) ditujuh daerah

juga memiliki nili-nilai luhur di

di Jawa Timur menunjukkan adanya

harapkan dapat bermanfaat dalam

indikasi penurunan kepedulian sosial

kehidupan

dan


dan kepekaan terhadap orang lain

perwujudan nilai luhur tersebut dapat

banyak terjadi pada remaja yang

di rasakan seperti tepo sliro, gotong

nampak lebih mementingkan diri

royong, kerjasama, tolong menolong,

sendiri dan keberhasilanya tanpa

peduli terhadap sesama, atau dapat di

mempertimbangkan keadaan orang

istilahkan dengan perilaku prososial.


lain

sehari-hari

di

sekitarnya.

menyebabkan

Beberapa kenyataan sekarang

Hal

remaja

menjadi

ini menunjukkan semakin lunturnya


semakin

individualis

perilaku prososial dari kehidupan

prososial

yang dimiliki

masyarakat, seperti tolong menolong,

pudar.

solidaritas

sosial,

kepedulian

terhadap

Remaja

kesejahteraan,
orang

ini

dan

sikap

semakin

merupakan

masa

perkembangan transisi antara masa

lain

(Lestari, 2013). Menanggapi proses

anak

pembangunan dalam era globalisasi

mencakup

1

dan

masa

dewasa

perubahan

yang

biologis,

kognitif

dan

(Santrock,

2003).

Beberapa fenomena yang di

sosial-emosional
Penelitian

ungkap ( Solopos, 2013 ) terhadap

ini

menggunakan masa remaja tengah

melunturnya

yang mana pada masa ini mereka

prososial di dalam kehidupan sehari-

lebih menyukai untuk berteman dan

hari pada remaja yaitu bila terjadi

membentuk suatu kelompok dan

kecelakaan lalu lintas di jalan raya,

mereka cenderung untuk memilih

sebagian remaja lebih banyak yang

teman yang mempunyai sifat-sifat

menonton dari pada memberikan

yang sama dengan dirinya.

pertolongan secara spontan, ataupun

sebagai

perilaku

perilaku

yang

perilaku

(2006)

solidaritas terhadap teman sehingga

prososial

muncul peristiwa-peristiwa tawuran

memberi

atau

Faturochman
mengartikan

nilai-nilai

perkelahian

antara

remaja,

konsekuensi positif pada orang lain.

remaja juga tidak banyak yang ikut

Perilaku prososial pada umumnya

melerai ataupun penyerangan kantor

diperoleh melalui proses belajar.

polisi di Sumatra dan kasus balas

Remaja mempelajari tingkah laku

dendam

dan norma dari orang tua atau orang

Cebongan , Sleman. Fenomena di

dewasa

atas

lainnya.

Para

psikolog

di

yang

terjadi

dukung

di

oleh

Lapas

penelitian

menggunakan teori belajar sosial

(Hamidah, 2002) di Jawa Timur

dalam mempelajari tingkah laku

bahwa

prososial

mementingkan

yaitu

melalui

prinsip

modeling

prinsip

reinforcement.Perilaku

dan

menyediakan

diri

lebih

sendiri

tanpa

mempertimbangkan

prososial

dan

banyak
keadaan

oranglain di sekitarnya.
Penelitian yang serupa di

yang menguntungkan orang lain
harus

Nampak

keberhasilannya

yang baik yaitu tindakan menolong

tanpa

remaja

lakukan

suatu

oleh

(vallentina,

2007)

keuntungan langsung pada orang

tentang rendahnya perilaku prososial

yang melakukan tindakan tersebut,

pada

dan bahkan melibatkan suatu resiko

rendahnya perilaku tolong-menolong

bagi orang yang menolong (Baron

pada remaja. Hal ini juga terjadi di

dan Byrne, 2005).

lingkungan SMA di daerah Salatiga,

2

remaja

dapat

dilihat

dari

misalnya saat ada seorang teman

hanya untuk pribadi bukan untuk di

yang akan meminjam catatan tetapi

pinjamkan, temuan lainya adalah

teman tersebut bukan merupakan

Mempertimbangkan

teman dekat mereka, maka mereka

kesejahteraan orang lain , sebanyak 3

tidak mau meminjamkan catatan

% responden mengaku tidak ingin

tersebut

tahu

dengan

alasan

catatan

dengn

hak

dan

permasalahan

yang

tersebut akan dipakai untuk belajar.

sedang dihadapi oleh temannya,

Demikian pula bila ada teman yang

Donating

minta tolong diajari mata pelajaran

menyumbang),

tertentu yang tidak mereka mengerti,

responden mengaku uang saku itu

maka seringkali siswa yang dimintai

masuk kantong sendiri dan untuk

tolong

untuk

jajan bukan untuk disumbangkan,

membantu dengan berbagai alasan.

Helping (menolong), sebanyak 1,2 %

Hal tersebut bila tidak diatasi bisa

responden mengaku saat melihat

menyebabkan

rendahnya

temannya berantem lebih memilih

mereka

untuk diam meskipun bisa melerai.

terhadap orang lain yang nantinya

Dan berdasarkan pengamatan awal

dapat mengakibatkan mereka tumbuh

dari

tersebut

sikap

menolak

semakin

ketidakpedulian



(memberi
sebanyak

penyebaran

atau
1,8

angket

%

yang

yang

dilakukan oleh peneliti terhadap

memiliki sifat individual tinggi dan

beberapa siswa siswi SMAN 08

tidak suka menolong tanpa pamrih.

Surakarta dengan jumlah 30 subjek

menjadi

orang

orang

dari 4 aspek dan faktor

Peneliti melakukan penelitian

yang

awal penyebaran angket yang di

dikemukakan oleh Mussen, tentang

lakukan pada tanggal 10 maret 2014,

menurunnya perilaku prososial pada

terhadap

08

remaja dapat dilihat dari rendahnya

Surakarta dengan jumlah 30 subjek

perilaku tolong menolong, berbagi,

dan mendapatkan hasil bahwa masih

peduli dengan permasalahan yang

ada remaja SMA yang perilaku

dihadapi

prososialnya masih rendah yaitu,

sama antara siswa dengan sesama

Sharing (berbagi), sebanyak 4,2 %

siswa.

responden mengaku buku catatan itu

presentase

siswa-siswi

SMAN

3

teman,

empati, bekerja

Didapatkan

hasil

terbesar

bahwa
yang

mempengaruhi
yaitu

value

perilaku
&

norm.

norm

presentase

prososial

atau

Dimana

sebesar

bahkan

pernyataannya bahwa sesuatu itu

37%.

salah (Duska dan Whelan, 1975).

Dengan kata lain faktor tersebut
sangat

mempengaruhi

mendengar

Kohlberg(1995),

perilaku

membagi

tingkat perkembangan moral menjadi

prososial pada remaja. Dimana norm

tiga,

merupakan tingkah laku menolong

konvensioal dan pasca-konvensional

yang dilakukan didasari oleh norma-

(Moshman, Glover, Bruning, dan

norma keadilan yaitu keseimbangan,

Buskist).

nilai-nilai,

hukuman

menunjukan bahwa norma, aturan

ataupun aturan-aturan masyarakat.

atau harapan dari masyarakat belum

Adapun faktor norma yang diduga

di pahami sebenarnya oleh idividu.

menjadi sebab timbulnya tingkah

Tingkat

laku prososial yaitu penalaran moral.

individu sudah mampu memahami

sanksi

Kohlberg

atau

(dalam

1997),mendefinisikan
moral

sebagaipenilaian

yaitu

pra-konvensional,

Tahap

pra-konvensioal

konvensioanal

berarti

Glover,

norma dan aturan sesuai dengan

penalaran

harapan masyarakat, guru, orangtua,
tokoh

nilai,

masyarakat

dll.

Pasca-

penilaian sosial, dan juga penilaian

konvensional berarti individu dapat

terhadap kewajiban yang mengikat

memahami

individu dalam melakukan suatu

harapan masyarakat berdasar prinsip

tindakan. Penalaran moral dapat

moral yang mendasarinya dan sudah

dijadikan

terhadap

mampu membuat keputusan moral

dilakukannya tindakan tertentu pada

dengan mengutamakan prinsip moral

situasi

yang dianutnya.

prediktor

yang

melibatkan

norma,

aturan,

serta

moral.Penalaran moral inilah yang

Menurut Piaget ( 1896-1980 ),

menjadi indikator dari tingkatan atau

perkembangan moral terjadi dalam

tahap

dua tahap, pertama tahap realism

moral.Memperhatikan

kematangan

moral,

penalaran

dimana

anak

menilai

mengapa suatu tindakan salah, akan

tindakan sebagai benar atau salah

lebih memberi penjelasan dari pada

atas dasar konsekuensinya. Yang

memperhatikan perilaku seseorang

kedua

4

yaitu

tahap

moralitas

otonomi,

dimana

kognitif remaja

pelajar sekolah menengah umum, 47

perkembagan

kasus

telah terbentuk

sehingga

dia

mempertimbangkan

perkelahian

pelajar

dapat

melibatkan pelajar sekolah lanjutan

cara

tingkat pertama, dan 71 kasus

semua

yang mungkin untuk memecahkan

melibatkan

masalah tertentu. Disini mulai dapat

dalam Rachim dan Nashori, 2007).

melihat masalah dari berbagai sudut

Sejalan

pandang

Sekretaris

dan

dapat

mahasiswa

dengan

hal

(Pemda

tersebut

Jenderal

(Sekjen)

mempertimbangkan berbagai faktor

Komnas Perlindungan Anak, Arist

untuk memecahkan masalah.

Merdeka Sirait, menyatakan mulai

Menurut Kohlberg ( 1995 )

Januari hingga Oktober 2009 jumlah

seorang remaja seharusnya dapat

kasus kriminal yang dilakukan anak-

bertindak sesuai dengan norma dan

anak dan remaja tercatat 1.150

harapan masyarakat dan melakukan

kasus, sementara pada tahun 2008

tingkah-laku

hanya 713 kasus (Sinar Indonesia

moral

yang

tidak

Baru, 2009 ).

bertentangan dengan prinsip-prinsip

Berdasarkan

etis. Namun, pada kenyataannya

permasalah

banyak remaja yang berperilaku

tersebut

tidak sesuai dengan prinsip-prinsip

mengkaji secara empiris dengan

etis

mengadakan

dan

menjadi

pelaku

peneliti

tertarik

penelitian

yang

kriminal.Hal ini menurut Kohberg,

berjudul

menunjukkan

Penalaran Moral dengan Perilaku

penalaran

moral

perkembangan

penalaran moral pada remaja.
Sebuah

antara

Prososial pada Remaja”.

remaja yang rendah dikarenakan
terlambatnya

“Hubungan

untuk

di

Subjek yang digunakan dalam

kota

penelitian siswa-siswi SMAN 08

2005

Surakarta yaitu kelas 2 ipa 1, 2 ipa

menunjukkan bahwa dari 245 kasus

2, 2 ips 1, 2 ips 2, 2 ips 3, dengan

yang

total subjek berjumlah 130.

lakukan

penelitian

METODE PENELITIAN

oleh

Yogyakarta

ditangani

yang

Poltabes
tahun

Poltabes

kota

Yogyakarta 127 diantaranya adalah

Metode pengumpulan data

5

pada penelitian ini menggunakan

HASIL PENELITIAN DAN

pendekatan

PEMBAHASAN

kuantitatif

dengan

menggunakan data skala yaitu skala

Uji Hipotesis berdasarkan hasil

penalaran moral dan skala perilaku

perhitungan teknik analisis product

prososial.

moment dari Pearson diperoleh nilai

a. Skala Penalaran Moral. Skala ini

koefisien

korelasi

sebesar

0,796

mengacu berdasarkan 6 aspek

dengan signifikan antara (p) = 0,000

dari

yaitu

( p ≤ 0,01) artinya ada hubungan

orientasi hukuman dan ketaatan,

positif yang sangat signifikan antara

individualism,

norma-norma

penalaran moral dengan perilaku

interpersonal, moral dalam sistem

prososial. Hal tersebut menyatakan

sosial,

terhadap

bahwa hipotesis penelitian diterima.

perjanjian antara dirinya dengan

Hal ini sesuai dengan peneitian

lingkungan sosial dan prinsip-

(Farid, 2011) yang dilakukan secara

prinsip

ini

random terhadap 189 remaja laki-laki

oleh

dan 250 perempuan di kota Jombang,

(Kohlberg,

1995)

orientasi

universal.

pernah

Skala

digunakan

Farid berkesimpulan bahwa masing-

Basyirudin (2010)
b. Skala Prososial. Skala perilaku

masing variabel penalaran moral,

prosial ini mengacu berdasarkan

kecemasan emosi, berkorelasi positif

4 aspek dari Mussen (1989) yaitu

dengan perilaku prososial remaja.

aspek sharing (berbagi),

Prediktor

aspek

tersebut

cooperating (kerjasama), aspek

sumbangan

helping

prososial remaja.

aspek

(menolong),

memberikan

terhadap

perilaku

donating (berderma). Skala ini

Hasil analisis dari penelitian ini

pernah digunakan oleh Vallentina

juga menunjukkan hasil yang bersifat

(2008)

kuadratik.

Teknik analisis data
digunakan
adalah

dalam

teknik

ini

bahwa

memiliki
tingginya

ini

penalaran moral akan menghasilkan

product

tingkan perilaku prososial yang lebih

penelitian

analisis

penjelasan

yang

Hasil

moment

tinggi. Selain itu, semakin rendahnya
tingkat penalaran moral subjek bisa

6

memiliki

moral yakni seperti empati, self-gain,

perilaku prososial yang rendah. Hasil

situasi, penolong dan orang yang

penelitian

dengan

membutuhkan. Berdasarkan uraian

penelitian yang dilakukan (Farid,

diatas dapat disimpulkan bahwa ada

2014).

hubungan antara penalaran moral

berkemungkinan

ini

akan

sesuai

Menurut Eissenberg dan Mussen

dengan perilaku prososial. Terdapat

(1989) penalaran moral merupakan

kekurangan dan keterbatasan pada

faktor

penelitian berikut ini, yaitu:

signifikan

yang

1. Keterbatasan

mempengaruhi kecenderungan hati
seseorang untuk bertindak secara

peneliti

dalam

menggunakan skala. Sehingga

prososial, meskipun korelasi antara
belum

penalaran moral dengan perilaku

mampu

mengungkap

secara mendalam karakteristik

moral tidak begitu tinggi, karena
faktor perilaku prososial dipengaruhi

subjek.

oleh banyak faktor salah satunya
2.

yaitu situasi, penolong, kebutuhan

Tampilan yang kurang menarik
sehingga membuat subjek kurang

dan keinginan seseorang. Menurut
Farid (2011) remaja yang memiliki

bersungguh-sungguh

dalam

prilaku prososial penalaran moralnya
lebihtinggi

dibandingkan

mengisi skala.

remaja

3. Pengisian

yang tidak memiliki pengalaman
prososial. Penalaran moral tersebut

skala

oleh

subjek,

dimungkinkan

ada

ketidak

jujuran

mengisi

mampu memandu remaja berperilaku
prososial

sebagi

perwujudan

variabelpenalaran
perilaku

prososial

efektif
moral
yaitu

data

penelitian.

tanggungjawab sosialnya.
Sumbangan

dalam

dari

4. Dalam

mengisian

skala

terhadap
kebanyakaan subjek kurang bisa

sebesar

63,4%. Hali ini berarti 36,6% faktor

memahami maksud dari kalimat,

–faktor lain yang mempengaruhi

karena kurangnya kesungguhan

perilak prososial selain penalaran

7

subjek

dalam

mengisi

skala,

moral,

taat

pada

aturan

dan

sehingga peneliti mengecek satu

hukuman

persatu dalam pengisian skala.

bersosial, mematuhi norma-norma

diterima sesama dan lingkungan,

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan

dan

pembahasan yang telah dilakukan
sebelumnya,

dapat

hubungan

positif

signifikan

yang

dan bisa berperilaku prososial.

antara

2. Bagi orang tua dan guru di
harapkan lebih memperhatikan

prososial.
2. Sumbangan

efektif

penalaran

lagi pola pengasuhan yang lebih

moral dengan perilaku prososial

baik dan lebih mengajarkan lagi

sebesar 63,4%.

tentang penalaran moral dalam

3. Tingkat penalaran moral pada
subjek tergolong tinggi.

sistem siosial dan mananamkan

4. Tingkat perilaku prososial pada
subjek tergolong sedang.
Saran
berdasarkan hasil penelitian
kesimpulan

yang

saran

memberikan
yang

diperoleh

dapat

para

remaja

meningkatkan

perjanjian

antara

terhadap
diri

remaja

sehingga remaja memiliki bekal

dapat

penalaran

bermanfaat, yaitu:
1. Bagi

orientasi

pelajaran karakter di sekolah,

sumbangan

diharapkan

kembali

dengan lingkungan, memberikan

selama pelaksanaan penelitian, maka
penulis

sifat

lebih peka terhadap lingkungan

penalaran moral dengan perilaku

dan

mengurangi

individualisme sehingga subjek

diambil

kesimpulan bahwa :

sangat

kehidupan

interpersonal, berbuat baik agar

PENUTUP

1. Ada

dalam

yang

cukup

kehidupan sosialnya.

diharapkan
penalaran

8

untuk

3. Untuk

dapat

dijadikan

bahan

penalaran moral dalam perilaku
prososial

pertimbangan bagi praktisi pada

diharapkan

mengungkapkan
bidang

psikologi

psikologi

khususnya

sosial

karakteristik

dan

lebih

remaja.

dapat
dalam
Penulis

menyarankan untuk menggunakan
skala

perkembangan.

yang

lebih

menarik,

observasi dan wawancara yang
4. Bagi penelitian lain yang akan
melakukan

penelitian

lebih mendalam, dan sebaiknya

dengan

ditambah dengan tes psikologi.

variabel yang sejenis atau variabel

9

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2012. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka pelajar
Baron,& Byrne.2005.Psikologi sosial Jilid 2.Edisi Indonesia.Jakarta : Erlangga.
Basyirudin, F. 2010. Hubungan Antara Penalaran Moral dengan Perilaku Bullying
Para Santri Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Assa’adah Serang
Banten.Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah
Budiyono, A. 2010.Meningkatkan Moralitas Remaja Melalui Dukungan
Sosial.Komunika.Vol. 4No.2. Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto.
Dayakisni, T dan Hudaniah. 2003.Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Malang : UMM
Press. Tazkiya.Vol. 2, No.2, h. 142-147
Kohlberg, Lawrence. 1995.Tahap-tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius.
Mussen. 1980.Essential of Child Development & Personality. New York : Harper
& Row Publisher Inc.
Purwanto, S. (2012).Pedoman SPSS.Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Santrock, W. John. 2003. Adolence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga
Sears, D. O., Jonathan L. F dan Anne P.L. 1994.Psikologi Sosial Jilid 2. Alih
Bahasa : Mikhael Adyanto. Jakarta : Erlangga
Staub, E. 1978.Positif Behavior and Morality: Social and Personal Influences.
Vol. 1. New York : Academy Press 1984.Notes Toward Interactionist
Motivational Theory of The Determinants and Development of Prosocial
Behavior. Dalam E.Staub., D. Bar-tal., J. Kovylowsky., J. Reykowsky
(Ed). Development and Maintenance of Prosocial Behavior.h. 29-50. New
York : Plenum Press
Vallentina, selvy.2007.Perilaku Prososial Remaja Ditinjau dari Keharmonisan
Keluarga dan Dukungan Sosial Teman Sebaya.Skripsi. Semarang:
Universitas Katolik Soegijapranata.

12