Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Partai Politik

(1)

Kuisioner Persepsi Pemilih Pemula

UNTUK SISWA SMA SE-KOTA MEDAN

(Siswa Telah Berusia 17 Tahun Pada Tanggal 9 April 2014)

Biodata Responden

Nama : . . . Tanggal Lahir : . . . Asal Sekolah : . . . Jenis Kelamin : . . . Agama : . . . Suku : . . . Alamat : . . . . . .

Apabila anda bersedia untuk diwawancarai lebih lanjut terkait dengan kuisioner ini silahkan isi data dibawah bagaimana kamu dapat dihubungi

Nomor Selular :

PIN :

1. Apakah Kamu terdaftar sebagai pemilih dalam pemilihan umum (Pemilu)? a. Ya dan memilih pada Pemilu 2014

b. Ya namun tidak memilih pada Pemilu 2014 c. Tidak

d. Tidak tahu

2. Apa saja syarat terdaftar menjadi pemilih dalam Pemilu? a. Berusia minimal 17 tahun

b. Memiliki tanda pengenal (KTP) c. Sudah pernah menikah d. Anggota TNI/Polri


(2)

e. Tidak tahu

3. Apakah Kamu mengetahui waktu Pemilu yang dilaksanakan tahun 2014? a. Maret

b. April c. Mei d. Juli e. Tidak tahu

4. Apakah tujuan diselenggarakannya Pemilu? a. Memilih Presiden dan Wakil Presiden b. Memilih anggota DPR/DPD/DPRD c. Memilih Partai Politik

d. Tidak tahu

5. Berapa lama siklus diadakannya Pemilu? a. Setiap tahun

b. 2 tahun sekali c. 5 tahun sekali

d. Setiap pergantian Undang Undang e. Tidak tahu

6. Berapakah jumlah Partai Politik pada Pemilu tahun 2014? a. 12

b. 13 c. 14

d. Tidak tahu

7. Partai mana sajakah yang menjadi peserta Pemilu 2014? a. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) b. Partai Golongan Karya (Golkar)

c. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) d. Partai Damai Sejahtera (PDS)

e. Partai Demokrat

f. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) g. Partai Amanat Nasional (PAN) h. Partai Bintang Reformasi (PBR) i. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)


(3)

j. Partai Nasdem

k. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) l. Partai Matahari Bangsa (PMB) m. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) n. Partai Bulan Bintang (PBB)

o. Partai Keadilan Dan Persatuan Indonesia (PKPI) 8. Warna apa saja yang identik dengan sebuah Partai?

a. Merah b. hitam c. kuning d. Hijau e. Biru f. Ungu g. Putih

9. Apakah Kamu mengetahui tentang adanya Partai lokal? a. Ya, di Provinsi Bali

b. Ya, di Provinsi Papua c. Ya, di Provinsi Aceh

d. Ya, di setiap daerah istimewa e. Tidak tahu

9. Siapakah peserta Pemilu? a. Calon Legislatif

b. Calon Eksekutif (Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota) c. Partai Politik

d. Tidak tahu

10. Apa saja fungsi dari Partai Politik? a. Komunikasi Politik

b. Pengelola Konflik c. Sosialisasi Politik d. Pemenangan Pemilu e. Rekrutmen Politik f. Tidak tahu


(4)

a. Menjadi Presiden b. Memenangkan Pemilu c. Menjadi wakil rakyat d. Tidak tahu

12. Istilah apa yang sering di dengar tentang politik dan Pemilu? a. Pemilih Pemula

b. Swing Voters/Pemilih Mengambang c. Golongan Putih/Golput

d. Serangan Fajar

e. Money Politic/Politik Uang f. Black Campaign

g. Negative Campaign h. Tim Sukses

i. One Man One Vote

13. Istilah apa saja yang Kamu mengerti dari daftar tersebut? a. Pemilih Pemula

b. Swing Voters/Pemilih Mengambang c. Golongan Putih/Golput

d. Serangan Fajar

e. Money Politic/Politik Uang f. Black Campaign

g. Negative Campaign h. Tim Sukses

i. One Man One Vote j. Tidak tahu

14. Dari mana saja Kamu mendapat informasi tentang Pemilu? a. Media massa (televisi/koran/radio/dll)

b. Media sosial (facebook/twitter/instagram/dll) c. Komunikasi dengan orang lain

d. Spanduk/baliho/billboard/dll

15. Adakah orang disekitar Kamu yang merupakan anggota Partai atau calon legislatif? a. Keluarga (ayah/kakak/paman/sepupu/dll)


(5)

c. kenalan dari keluarga/teman d. Tidak ada

16. Apakah pernah diajak untuk kampanye atau mengikuti kegiatan Partai oleh orang tersebut?

a. Pernah dan ikut b. Pernah tapi menolak c. Tidak pernah

17. Pernahkah mengikuti sosialisasi tentang pendidikan politik atau tentang Pemilu? a. Ya, diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum

b. Ya, diselenggarakan oleh Partai Politik c. Ya, diselenggarakan oleh sekolah d. Tidak pernah

18. Apa isi dari iklan tentang Partai atau calon legislatif yang paling sering terlihat? a. Foto calon/gambar Partai

b. Nomor urut/cara mencoblos calon atau Partai c. Visi dan misi calon/Partai

d. Slogan calon/Partai

e. Kata kata persuasif/ajakan untuk memilih calon atau Partai

19. Apa berita media massa yang paling sering dilihat tentang Partai/anggota legislatif? a. Pembahasan dan pengesahan Undang Undang

b. Reses/menampung aspirasi dan permasalahan rakyat di daerah c. Kasus korupsi/permasalahan hukum anggota Partai dan legislatif

d. Permasalahan internal Partai (perpecahan, pertikaian atau perbedaan pendapat sesama anggota, dll)

e. Sikap dan pendapat Partai/anggota legislatif tentang kondisi atau fenomena politik dan negara

20. Menjelang Pemilu (mulai dari awal tahun 2014), seberapa sering intensitas Kamu melihat iklan Partai/calon legislatif?

a. Beberapa kali dalam satu hari

b. Melihat sedikitnya sekali dalam satu hari c. Beberapa kali dalam seminggu


(6)

21. Apa yang sering Kamu lakukan ketika terdapat iklan tentang Partai/calon legislatif pada media massa?

a. Membaca isinya b. Melihat sekilas c. Melewatkannya

22. Jika Kamu memiliki hak pilih, apakah Kamu akan memilih dalam Pemilu? a. Memilih

b. Tidak memilih c. Tidak tahu

23. Apa alasan Kamu memilih/tidak memilih dalam Pemilu? a. Pengaruh keluarga

b. Pengaruh teman/kenalan

c. Sadar akan hak pilih yang dimiliki

d. Tidak tahu tentang Partai/calon legislatif e. Tidak punya alasan untuk memilih

24. Jika memilih Partai, apa alasan Kamu memilih Partai tersebut? a. Karena keluarga/teman/kenalan

b. Simbol Partai (gambar, foto, bendera, warna, tokoh) c. Aktifitas Partai (program, visi dan misi, iklan)

25. Ketika ada sebuah fenomena/kejadian tentang Partai/anggota legislatif, apa hal yang Kamu lakukan?

a. Mendiskusikan/menceritakan hal tersebut dengan orang lain b. Mencari berita dan referensi tentang hal tersebut

c. Hanya mendengar berita tentang hal tersebut saat kebetulan ada d. Tidak peduli dengan hal tersebut

26. Manakah faktor yang Kamu anggap penting apabila memilih calon legislatif? (berikan nomor urut 1, 2, 3, 4, 5 pada kolom kosong mulai dari yang paling penting)

a. Kesamaan agama ( )

b. Visi misi/program yang diusung ( )

c. Kesamaan suku ( )

d. Penampilan (tampan/cantik) ( ) e. Bentuk kampanye (iklan/spanduk/baliho) ( )


(7)

27. Manakah faktor yang Kamu anggap penting dalam memilih Partai Politik? (berikan nomor urut 1, 2, 3, 4 pada kolom kosong mulai dari yang paling penting)

a. Platform/ideologi Partai ( )

b. Program Partai ( )

c. Bentuk kampanye (iklan/spanduk/baliho) ( ) d. Tampilan (gambar/simbol) ( ) 28. Apa platform/ideologi Partai yang paling baik menurut Kamu?

a. Partai agama b. Partai nasionalis c. Partai ideologis d. Tidak tahu


(8)

CURICULLUM VITAE

Nama : Teguh Setyawan Santoso

Tempat/ Tanggal Lahir : Teluk Panji, 09 Desember 1991

Alamat : Jl. Bunga Cempaka Gg. Cempaka 12 No. 35c Tanjung Sari, Medan

Nomor Telepon : 082364723883

Email : Chere.Nov21@Gmail.Com

Jenis Kelamin : Laki-Laki Tinggi/Berat Badan : 185cm / 65kg

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : MIS Subulussalam 1997-2003 MTsS Subulussalam 2003-2006

SMA Panglima Polem Rantauprapat 2006-2009

Demikianlah Curriculum Vitae ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, 15 Januari 2015,


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Black, James Dan Dean Champion. 2001. Metode Dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Eriyanto. 2013. Analisis ini: Pengantar Metodologi Untuk Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu sosial Lainnya. Jakarta: Kencana

Faisal, Sanapiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Firmanzah. 2008. Marketing Politik: Antara Pemahaman Dan Realitas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

________. 2008. Mengelola Partai Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Harrison, Lisa. 2007. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana

Koirudin. 2004. Partai Politik Dan Agenda Transisi Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Putra, Fadillah. 2004. Partai Politik & Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Sihombing, Jessy Jujur. 2014. Peran dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum Kota

Medan Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden Tahun 2009. Medan: Universitas Sumatera Utara

Sinar, Tengku Lukman. 1991. Sejarah Medan Tempo Doeloe. Medan: Litbang Seni Budaya Melayu

Strauss, Anselm & Juliet Corbin. 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


(10)

Syafiie, Inu Kencana Dan Azhari. 2005. Sistem Politik Indonesia. Bandung: Refika Aditama

Thoha, Miftah. 2010. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Sumber Lain:

KPU Provinsi DKI Jakarta. 2011. Modul Pendidikan Pemilih: Panduan Pemilu Untuk Pemula. Jakarta: KPU Provinsi DKI Jakarta

Sekretariat Jenderal KPU. 2010. Modul 1: Pemilu Untuk Pemula. Jakarta: Komisi Pemilihan Umum

Sekretariat Jenderal KPU. 2010. Modul 2: Siap Menjadi Pemilih. Jakarta: Komisi Pemilihan Umum

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik

Situs Internet:

KPU Kota Medan. Visi dan Misi KPU. http://kpud-medankota.go.id diakses tanggal 07 Januari 2015

Pemerintah Kota Medan. Sejarah Kota Medan. http://www.pemkomedan.go.id diakses tanggal 07 Januari 2015

SD Negeri 060959 Belawan. Alamat SMA Negeri se-Kota Medan. http://sdn060959.blogspot.com/2013/05/alamat-sma-se-kota-medan.html diakses tanggal 08 Januari 2015

SMA Negeri 1 Medan. http://www.smansamedan.sch.id diakses tanggal 08 Januari 2015

SMA Negeri 2 Medan. http://sman2medan.sch.id diakses tanggal 08 Januari 2015 SMA Negeri 3 Medan. http://www.sman3medan.net diakses tanggal 08 Januari


(11)

SMA Negeri 4 Medan. http://sman4medan.sch.id diakses tanggal 08 Januari 2015. SMA Negeri 11 Medan. http://sman11medan.sch.id diakses tanggal 08 Januari

2015.

SMA Negeri 19 Medan. http://sman19medan.sch.id diakses tanggal 08 Januari 2015

SMA Negeri 20 Medan. http://sman20medan.sch.id diakses tanggal 08 Januari 2015

Wikipedia. Kota Medan. http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan diakses tanggal 07 Januari 2015

Wikipedia. SMA Negeri 5 Medan.

http://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_5_Medan diakses tanggal 08 Januari 2015

Wikipedia. SMA Negeri 12 Medan.

http://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_12_Medan diakses tanggal 08 Januari 2015


(12)

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

Dalam bab ini akan dibahas tentang data yang diperoleh selama penelitian berlangsung, yang terdiri dari karakteristik responden dan jawaban responden dari kuesioner yang telah dibagikan selama penelitian berlangsung. Dalam penyajian data ini jawaban yang diperoleh dari responden akan disajikan dalam bentuk tabel, yang berisi kategori jawaban, jumlah responden yang menjawab dan persentase. Setelah disajikan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka akan dipaparkan analisa dari hasil-hasil penelitian.

A. Data Responden

Tabel 3.1:

Karakteristik Responden Berdasarkankan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 103 49,05 %

2 Perempuan 107 50,95 %

Jumlah 210 100 %

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Dari tabel diatas diperoleh data bahwa persentase responden laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda dan bisa dikatakan pada penelitian ini jenis kelamin responden tidak memiliki permasalahan apabila dikaitkan dengan ketimpangan salah satu jenis kelamin sebagai responden yang lebih dominan.


(13)

Tabel 3.2:

Karakterisitik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Persentase

1 17 Tahun 157 74,76 %

2 18 Tahun 53 25,24 %

Jumlah 210 100 %

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang telah berusia 17 tahun lebih dominan. Dalam menentukan responden, kategori yang dipilih adalah siswa yang telah berusia 17 tahun pada tanggal 9 April 2014. Hal ini sesuai dengan syarat seseorang dikatakan sebagai pemilih pemula yang akan menggunakan hak pilihnya pertama kali pada pemilihan umum (DPR, DPD, dan DPRD baik di tingkat kabupaten/kota dan provinsi).

Karakterisitik Responden Berdasarkan Pendidikan

Dalam penelitian ini seluruh responden merupakan siswa kelas XII di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidikan merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi pilihan seseorang untuk ikut memilih atau tidak dalam pemilihan umum. Seseorang dengan pendidikan menengah hingga tinggi cenderung memutuskan untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum, sebaliknya seseorang dengan pendidikan yang rendah cenderung tinggal di rumah dan tidak tertarik untuk memilih. Hal ini didasarkan pada pengaruh pendidikan yang dapat memperluas wawasan seseorang sehingga memiliki kepekaan terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya.

Karakterisitik Responden Berdasarkan Agama

Agama merupakan ajaran sistem yang mengatur tata keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan


(14)

antar manusia serta lingkungan. Pada tabel berikut ini akan dipaparkan karakteristik responden berdasarkan agama yang dianutnya.

Tabel 3.3: Agama Responden

No Agama Jumlah Persentase

1 Islam 132 62,86%

2 Kristen Protestan 50 23,81%

3 Katolik 27 12,85%

4 Hindu 1 0,48%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Berdasarkan data dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa mayoritas responden lebih banyak beragama Islam (62,86%) dan responden yang beragama Hindu memiliki jumlah yang paling sedikit (0,48%). Dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa tingkat partisipasi politik pemilih yang beragama Islam memiliki kesempatan lebih besar berdasarkan jumlah dibandingkan dengan tingkat partisipasi politik pemilih yang berasal dari agama lainnya.


(15)

Tabel 3.4:

Karakteristik Responden Berdasarkan Etnis/Suku

No Suku Jumlah Persentase

1 Jawa 72 34,29%

2 Batak 58 27,62%

3 Mandailing 25 11,90 %

4 Melayu 10 4,76%

5 Karo 33 15,71%

6 Aceh 6 2,86%

7 Sunda 5 2,38%

8 India 1 0,48%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pemilih didominasi oleh dua etnis yaitu Jawa dan Batak. Hal ini dapat dijadikan gambaran bahwa secara umum dapat dikatakan bahwa komposisi pemilih pemula di Kota Medan berdasarkan suku kurang lebih sama dengan data responden. Didasari fakta bahwa tempat yang diteliti adalah Sekolah Menengah Atas Negeri, sekolah yang bersifat umum dan representatif terhadap komposisi masyarakat.

B. Analisis Data

Analisis data merupakan penyajian serta penjelasan data dari daftar angket atau kuesioner yang dibagikan kepada responden yang menjadi sampel penelitian ini. Penjelasan dalam analisis data diperlukan agar hasil dari penelitian ini dapat dengan lebih mudah dipahami. Adapun kuesioner yang disampaikan penulis kepada responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan yang berhubungan dengan persepsi pemilih yang baru pertama kali memilih terhadap partai politik. Responden yaitu siswa kelas XII Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Kota Medan.


(16)

Dalam menyajikan data, analisis berdasarkan kuesioner kepada responden yang berjumlah 210 Siswa dari 21 Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Kota Medan, maka penulis mengklasifikasikan pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam tabel dengan bentuk data hasil jawaban responden atas kuesioner yang diberikan. Adapun tabel-tabel data yang telah disusun tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5:

Tanggapan Responden Tentang Status Terdaftar Sebagai Pemilih Dalam Pemilihan Umum (Pemilu) dan Penggunaan Hak Pilih

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Ya, dan memilih pada Pemilu 2014 195 92 ,86% 2 Ya, namun tidak memilih pada Pemilu 2014 - -

3 Tidak terdaftar 15 7, 14 %

4 Tidak tahu - -

Jumlah 210 100 %

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Dari tabel di atas mayoritas responden terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Sedangkan yang tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap relatif hanya sebagian kecil saja. Walaupun angka yang terlihat hanya sekitar tujuh persen, namun secara administratif hal tersebut bukanlah sebuah prestasi. Angka tersebut menunjukkan bahwa tidak semua masyarakat yang memiliki hak pilih sesuai syarat yang ditentukan dapat mempergunakannya hanya karena tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Medan. Dari data tabel di atas juga dapat dilihat bahwa responden yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap, berjumlah 195 orang dari 210 responden. Dari 195 orang responden tersebut, keseluruhannya mengaku menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum. Dapat dikatakan bahwa partisipasi politik pemilih pemula di Kota Medan sangat tinggi berdasarkan responden yang diteliti dengan tingkat partisipasi mencapai 100%.


(17)

Tabel 3.6:

Tanggapan Responden Tentang Syarat Terdaftar Menjadi Pemilih Dalam Pemilihan Umum

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Berusia minimal 17 tahun 210 100%

2 Memiliki KTP 210 100%

3 Sudah pernah menikah 206 98,10%

4 Anggota TNI/POLRI - -

5 Tidak tahu - -

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Dari tabel di atas dapat di simpulkan bahwa responden sangat memahami bahwa syarat terdaftar menjadi pemilih dalam pemilihan umum. Hanya 4 orang responden (1,9%) yang kurang memahamai bahwa apabila sudah pernah menikah, walaupun belum genap berusia 17 tahun seseorang bisa terdaftar sebagai pemilih dalam pemilihan umum. Dapat dikatakan bahwa pihak penyelenggara pemilihan umum dapat dikatakan berhasil dalam mensosialisasikan informasi dasar kepada masyarakat khususnya pemilih pemula. Media visual lainnya juga sangat berperan dapat proses sosialisasi yang dilakukan, mengingat dewasa ini masyarakat sangat mudah mendapatkan informasi dengan hadirnya teknologi di setiap lini. Media massa, televisi, spanduk dan aplikasi media sosial pada perangkat selular milik pribadi menjadi pendukung utama tersebarnya informasi-informasi tersebut.


(18)

Tabel 3.7:

Tanggapan Responden Tentang Waktu Pelaksaan Pemilu Tahun 2014

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Maret - -

2 April 210 100

3 Mei - -

4 Juli 120 57,14%

5 Tidak tahu - -

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Data yang ingin diperoleh dari pertanyaan ini sebenarnya adalah apakah responden memahami kegiatan yang disebut sebagai pemilihan umum. Pada umumnya masyarakat menyamakan pengertian seluruh kegiatan pemilihan yang ada di Indonesia. Namun pemilihan umum sebenarnya adalah pemilihan anggota legislatif sebagai wakil rakyat di pemerintahan yang diikuti oleh partai politik sebagai peserta dengan tujuan memenangkan pemilihan umum. Maka dapat dipastikan bahwa 120 responden yang menjawab bahwa pemilihan umum juga dilaksanakan pada bulan juli belum memiliki pengetahuan yang benar tentang pemilihan umum. Pemilihan yang diadakan pada bulan juli adalah pemilihan presiden, dan bukan pemilihan umum.

Tabel 3.8:

Tanggapan Responden Mengenai Tujuan Diselenggarakannya Pemilu

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Memilih Presiden dan Wakil Presiden 175 83,33%

2 Memilih anggota DPR/DPD/DPRD 210 100%

3 Memilih Partai Politik 189 90%

4 Tidak tahu - -


(19)

Hampir sama dengan maksud dari pertanyaan sebelumnya, pada pertanyaan ini juga ditujukan untuk mengetahui bagaimana pemahaman responden. Responden terlihat kurang memahami secara baik tentang tujuan penyelenggaraan pemilihan umum ketika dihadapkan dengan pilihan jawaban yang ada. Tujuan diselenggarakannya pemilihan umum adalah untuk memilih anggota legislatif, yaitu DPR, DPD dan DPRD. Pemilihan umum bukan diselenggarakan untuk memilih partai politik, apalagi presiden dan wakil presiden yang dipilih pada pemilihan presiden.

Tabel 3.9:

Tanggapan Responden Tentang Penyelenggaraan Pemilu di Indonesia

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Setiap tahun 4 1,90%

2 2 tahun sekali 2 0,96%

3 5 tahun sekali 192 91,43%

4 Setiap pergantian Undang-Undang 7 3,33%

5 Tidak tahu 5 2,38%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayotitas responden megetahui bahwa penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) yang di laksanakan di Indonesia adalah 5 tahun sekali dengan persentase 91,43% (192 orang), responden yang menjawab pemilihan umum dilaksanakan setiap ada pergantian undang-undang mendapatkan jawaban dengan persentase 3,33% (7 orang), jawaban responden setiap tahun dijawab dengan persentase 0,96% (2 orang), dan yang menjawab setiap tahun dejawab oleh 4 orang (1,90%), sedangkan yang menjawab tidak tahu sebanyak 2,38% (5 orang). Hal ini berarti sebagian besar responden telah mengetahui siklus diadakannya sebuah pemillihan umum di Indonesia. Namun cukup disayangkan karena ada sebagian kecil yang kurang memahami informasi dasar seperti ini.


(20)

Tabel 3.10:

Tanggapan Responden Mengenai Jumlah Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2014

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 12 89 42,38%

2 13 22 10,48%

3 14 33 15,71%

4 Tidak tahu 66 31,43%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 89 responden (42,38%) menjawab 12 partai politik peserta pemilihan umum tahun 2014, 22 responden (10,48%) menjawab 13 partai politik yang menjadi peserta pemilihan umum, 33 responden (15,71%) yang menjawab bahwa jumlah partai politik peserta pemilihan umum tahun 2014 adalah sebanyak 14 serta responden yang tidak tahu jumlah partai politik peserta pemilihan umum tahun 2014 sebanayak 66 responden (31,43%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa lebih dari separuh responden tidak mengetahui secara pasti tentang jumlah partai politik yang menjadi peserta pemiluhan umum tahun 2014. Sebagian besar penyebabnya adalah proses verifikasi yang tidak berjalan dengan tepat sehingga ada tambahan dua partai yang menggugat hasil verifikasi tersebut. Kemudian munculnya partai lokal di aceh juga turut mempengaruhi responden dalam menentukan jumlah partai politik dikarenakan nomor urut bagi dua partai yang terdaftar setelah gugatan terhadap verifikasi.


(21)

Tabel 3.11:

Tanggapan Responden Mengenai Partai Lokal Yang Ada di Daerah

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Ya, di Provinsi Bali - -

2 Ya, di Provinsi Papua - -

3 Ya, di Provinsi Aceh 157 74,77%

4 Ya, di setiap Daerah Istimewa 12 5,71%

5 Tidak tahu 41 19,52%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa responden yang menjawab partai lokal yang ada di Provinsi Aceh sebanyak 157 orang (74,77%), dan yang menjawab partai lokal yang ada di setiap daerah istimewa sebanyak 41 orang (5,71%), sedangkan yang menjawab tidak tahu sebanyak 41 orang (19,52%). Data tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui partai politik lokal yang ada di Provinsi Aceh.

Tabel 3.12:

Tanggapan Responden Tentang Tujuan Partai Politik

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Menjadi Presiden 88 41, 90%

2 Memenangkan Pemilu 71 33, 81%

3 Menjadi wakil rakyat 36 17, 14%

4 Tidak tahu 15 7, 14%

Jumlah 210 100%

Sumber : Kuesioner tahun 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menjawab bahwa tujuan dari partai politik adalah untuk menjadi presiden yang jumlah jawaban


(22)

sebanyak 88 orang (41, 90%), sedangkan yang menjawab untuk memenangkan pemilihan umum responden yang menjawab demikian sebanyak 71 orang (33,81%), dan yang menjawab untuk menjadi wakil rakyat sebanyak 36 orang (17,14%), sedangkan yang jawabannnya tidak tahu sebanyak 15 orang responden dengan persentase 7,14%. Tujuan partai politik adalah untuk memenangkan pemilihan umum. Pemilihan presiden yang dibedakan dengan pemilihan legislatif di indonesia merupakan sebuah anomali dari sistem politik. Hal ini berdampak cukup besar terhadap pemahaman tentang tujuan partai politik.

Tabel 3.13:

Tanggapan Responden Tentang Sumber Informasi Mengenai Pemilu

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Media Massa (tv, koran, radio, dll) 94 44,77% 2 Media Sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dll) 75 35,71%

3 Komunikasi dengan orang lain 19 9,05%

4 Spanduk/baliho/billboard 22 10,47%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner 2014

Keikutsertaan media dalam membentuk opini publik merupakan upaya membentuk sikap dan tindakan masyarakat mengenai sebuah masalah politik dan/atau aktor politik. Dalam kerangka ini media menyampaikan wacana atau diskursus politik kepada masyarakat. Bentuk wacana politik tersebut dalam media antara lain berupa teks atau berita politik yang di dalamnya terdapat pesan-pesan yang akan disampaikan. Karena kemampuan membentuk opini publik ini, media massa sering dijadikan alat propaganda dalam komunikasi politik.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden lebih banyak mendapatkan informasi dari media massa mengenai pemilihan umum dengan persentase 44,77% atau sebanyak 94 orang, sedangkan yang menjawab sumber informasinya mengenai pemilihan umum dari media sosial (facebook, twitter,


(23)

instagram, dll) sebanyak 35,71% atau 75 orang responden, dan yang menjawab mendapat informasi tentang pemilihan umum dari berkomunikasi dengan orang lain sebanyak 9,05% atau sebanyak 19 orang, sedangkan yang menjawab bahwa informasi yang didapat tentang pemilihan umum dengan melihat alat peraga kampanye seperti spanduk/baliho/billboard sebanyak 10,47% atau 22 orang responden.

Alasan responden lebih banyak mendapatkan informasi dari media massa dan media sosial adalah perkembangan teknologi yang semakin pesat. Benda-benda penyampai pesan baik elektronik maupun cetak, dapat dengan mudah didapatkan. Hal ini diperkuat lagi dengan media sosial yang memungkinkan responden mendapatkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, dimana saja dan kapan saja. Bahkan berbicara langsung dengan orang lain dan pengaruh dari spanduk serta alat peraga lain tidak signifikan lagi disebabkan mobilitas tinggi masyarakat dewasa ini sehingga hal-hal seperti itu dipandang kurang efisien.

Tabel 3.14:

Tanggapan Responden Tentang Orang Sekitar Yang Menjadi Anggota Partai Politik Atau Calon Legislatif

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Keluarga (ayah, kakak, paman, sepupu, dll) 42 20%

2 Tetangga 37 17,62%

3 Kenalan dari keluarga/teman 52 24,76%

4 Tidak ada 79 37,62%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa responden yang tidak memiliki orang-orang sekitar yang menjadi anggota partai politik ataupun menjadi calon anggota legislatif menjadi mayoritas dengan persentase sebanyak 37,62% dengan 79 responden, untuk responden yang memiliki orang sekitar yang menjadi


(24)

anggota partai politik ataupun sebagai calon anggota legislatif berdasarkan kenalan dari keluarga/teman dengan persentase sebanyak 24,76% dengan jumlah 52 orang responden, dan untuk orang sekitar yang menjadi anggota partai politik serta calon anggota legislatif dari kalangan keluarga (ayah, kakak, paman, sepupu, dll) dengan persentase 20% atau dengan jumlah 42 orang responden. adapun tetangga daripada responden yang menjadi anggota partai politik maupun calon anggota legislatif memiliki persentase sebanyak 17,62% atau dengan jumlah responden 37 orang. Namun apabila dijumlahkan secara keseluruhan, maka responden yang memiliki orang-orang disekitarnya sebagai anggota partai maupun calon legislatif baik itu dari keluarga, tetangga maupun kenalan lebih banyak daripada yang tidak dengan jumlah 131 responden atau 62,38%.

Tabel 3.15:

Tanggapan Responden Tentang Adanya Ajakan Untuk Mengikuti Kampanye atau Kegiatan Partai Dari Orang Sekitar

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Pernah dan ikut 69 32,86%

2 Pernah tapi menolak 98 46,66%

3 Tidak pernah 43 20,48%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah responden yang pernah diajak untuk mengikuti kampanye atau kegiatan partai politik dari orang sekitar tetapi menolak ajakan tersebut mendominasi ataupun lebih banyak dengan jumlah responden sebanyak 98 orang (46,66%), dibandingkan dengan yang pernah diajak dan ikut kegiatan tersebut dengan jumlah responden sebanyak 69 orang (32,86%), serta tidak pernah diajak oleh orang sekitar untuk kegiatan tersebut dengan jumlah responden sebanyak 43 orang (20,48%). Persentase tesebut menunjukkan bahwa pemilih pemula kurang tertarik dan antusias untuk kegiatan-kegiatan tersebut dikarenakan berbagai faktor. Beberapa diantaranya adalah dikarenakan tidak ingin


(25)

terlibat secara langsung, kemudian faktor bahwa selama ini kampanye hanya berupa acara panggung hiburan dan konvoi keliling.

Tabel 3.16:

Tanggapan Responden Mengenai Keikutsertaan Dalam Sosialisasi Tentang Pendidikan Politik atau Pemilu

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Ya, diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)

92 43,81%

2 Ya, diselenggarakan oleh partai politik 24 11,43% 3 Ya, diselenggarakan oleh sekolah 66 31,43

4 Tidak pernah 28 13,33%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Tabel diatas menunjukkan bahwa sosialisasi tentang pendidikan politik atau pemilihan umum yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan jumlah terbanyak jawaban responden dengan 92 orang responden (43,81%), penyelenggaraan yang dilakukan oleh partai politik di jawab oleh 24 orang responden (11,43%), dan penyelenggaraan sosialisasi tentang pendidikan politik atau pemilihan umum yang diikuti responden di jawab sebanyak 66 orang (31,43%), serta yang tidak pernah mengikuti sosialisasi tentang pendidikan politik atau pemilihan umum dijawab sebanyak 28 orang (13,33%). Kegiatan-kegiatan sosialisasi tentang pendidikan politik atau pemilihan umum yang dislenggrakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dilakukan dengan melibatkan pemilih pemula merupakan salah satu prioritas dari fungsi KPU yaitu fungsi sosialisasi. Sekolah-sekolah juga turut berperan dalam sosialisasi tentang pemilihan umum. Partai politik sebagai perserta pemilihan umum tidak terlihat sebagai ujung tombak didalam mensukseskan pemilihan umum itu sendiri. Pragmatisme terlihat dengan rendahnya peran partai dalam proses sosialisasi terhadap konstituen.


(26)

Tabel 3.17:

Tanggapan Responden Mengenai Intensitas Dalam Melihat Iklan Partai/Calon Legislatif di Media Massa Menjelang Pemilu (Mulai Dari

Awal Tahun 2014)

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Beberapa kali dalam satu hari 147 70%

2 Melihat sedikitnya sekali dalam satu hari 55 26,2%

3 Beberapa kali dalam seminggu 8 3,8%

4 Tidak pernah - -

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Tabel diatas menunjukkan bahwa intesitas responden dalam melihat iklan partai politik/calon legislatif di media massa menjelang pemilihan umum (mulai dari awal tahun 2014) bisa dikatakan tinggi. Dimana responden yang melihat iklan partai/calon legislatif beberapa kali dalam satu hari sebanyak 147 orang (70%), dan untuk responden yang melihat sedikitnya sekali dalam satu hari dijawab sebanyak 55 orang (26,2%), sedangkan yang hanya melihat beberapa kali dalam seminggu dijawab sebanyak 8 orang (3,8%).

Tingginya intensitas tersebut, tidak lepas dari iklan-iklan partai politik yang ada di media massa khususnya media televisi. Dimana beberapa stasiun televisi nasional, dimiliki oleh para ketua umum partai politik ataupun fungsionaris partai politik tertentu. Seperti halnya TV One yang banyak menampilkan iklan dari partai Golongan Karya (GOLKAR), yang dipimpin oleh Aburizal Bakrie, Metro TV yang banyak memberitakan tentang kegiatan-kegiatan kampanye partai Nasional Demokrat (NASDEM) sampai kegiatan-kegiatan pelantikan pengurus partai di daerah oleh ketua umumnya Surya Paloh. Kampanye partai Hati Nurani Rakyat (HANURA) yang dibanyak ditampilkan di stasiun televisi MNC Group seperti RCTI, Global TV, MNC TV, serta Sindo TV yang pimpin oleh Hari Tanoesoedibyo yang menjadi wakil ketua umum partai


(27)

HANURA dan sebagai ketua Badan Pemenangan Pemilu (BAPPILU) partai tersebut.

Tabel 3.18:

Tanggapan Responden Tentang Iklan Partai/Calon Legislatif Pada Media Massa

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Membaca isinya 102 48,57%

2 Melihat sekilas 67 32%

3 Melewatkannya 41 19,52%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden dalam menanggapi iklan partai/calon legislatif pada media massa memiliki jumlah yang lebih banyak dari pada yang hanya melihat sekilas saja maupun yang melewatkannya. Dalam hal ini persentasenya sebesar 48,57% dengan jumlah responden 102, dan yang hanya melihat sekilas saja persentasenya sebesar 32% dengan jumlah responden sebanyak 67 orang sedangkan yang hanya melewatkan iklan tentang partai/calon legislatif, persentasenya sebesar 19,52% atau jumlah respondennya sebanyak 41 orang. Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa iklan partai politik/calon legislatif mampu menarik perhatian dari para pemilih pemula.

Tabel 3.19:

Tanggapan Responden Mengenai Penggunaan Hak Pilih

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1 Akan memilih 197 93,81%

2 Tidak memilih 9 4,28%

3 Tidak tahu 4 2%

Jumlah 210 100%


(28)

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa masih ada pemilih pemula yang tidak akan menggunkan hak pilihnya pada pemilihan umum 2014 sebnayak 9 orang (4,28). Sedangkan yang akan menggunkan hak pilihnya mencapai 93,81% dengan jumlah responden sebanyak 197 orang. Namun masih ada yang tidak tahu apakah akan menggunkan hak pilihnya tersebut pada pemilihan umum yaitu 4 orang (2%). Terlihat bahwa antusisme responden sangat tinggi terhadap pemilihan umum. Sesuai dengan karakter dari pemilih pemula sebagai responden yang selalu ingin mencoba hal-hal baru, dalam hal ini yaitu memilih dalam pemilihan umum.

Tabel 3.20:

Tanggapan Responden Tentang Alasan Memilih/Tidak Memilih dan Menggunakan Hak Pilih

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Pengaruh keluarga 28 13,33%

2 Pengaruh teman/kenalan 15 7,14%

3 Sadar akan hak pilih yang dimiliki 152 72,39% 4 Tidak tahu tentang partai/calon legislatif 3 1,43%

5 Tidak punya alasan untuk memilih 12 5,71%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Tabel diatas menunjukkan bahwa alasan responden dalam menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum karena sadar akan hak pilih yang dimilikinya yang paling banyak dipilih responden dengan persentase sebanyak 72,39% dengan jumlah responden sebanyak 152 orang. Karena pengaruh keluarga yang menjadi alasan dalam menggunkam hak pilih pada pemilihan umum di pilih oleh sebanyak 28 orang atau dengan persentase 13,33%, karena pengaruh teman/kenalan yang dijadikan alasan dalam memilih di jawab oleh sebanyak 15 orang responden atau 7,14%. Yang tidak akan memilih karena tidak tahu tentang partai/calon legislatif dipilih sebanyak 3 orang responden (1,43%) serta yang tidak punya alasan untuk memilih sebanyak 12 orang responden atau 5,71%.


(29)

Hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang menjawab bahwa menjadikan sadar akan hak pilih yang dimiliki sebagai alasan ikut memilih dikarenakan pemilih pemula memiliki harapan yang tinggi terhadap pelaksanaan pemilihan umum 2014 yaitu anggota legislatif terpilih nantinya akan membawa perubahan-perubahan yang baik. Walaupun masih bersifat normatif, namun semangat dan harapan pemilih pemula terlihat berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan.

Tabel 3.21:

Tanggapan Responden Tentang Alasan Dalam Memilih Partai Politik

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Karena keluarga/teman/kenalan 147 70%

2 Simbol partai (gambar, bendera, warna, tokoh )

24 11,43%

3 Aktivitas partai (program, visi dan misi, iklan )

39 18,57%

Jumlah 210 100%

Sumber : Kuesioner tahun 2014

Alasan memilih partai politik dikarenakan faktor keluarga/teman/kenalan merupakan jawaban yang paling banyak dipilih yaitu 147 responden (70%), karena simbol partai (gambar, bendera, warna, tokoh) dipilih sebanyak 24 orang (11,43%), serta responden yang memilih jawaban aktivitas partai (program, visi dan misi, iklan) di jadikan alasan dalam memilih partai politik sebanyak 39 orang (18,57%). Orang lain berperan sangat penting pada fase ini, dimana seharusnya menjadi perhatian partai politik secara lebih serius. Data di atas meperlihatkan bahwa bukan visual dan program partai yang menjadi alasan kuat pemilih pemula di dalam memilih partai politik. Melainkan faktor sumber daya manusia didalamnya, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk partai politik kedepan dalam merekrut konstituen.


(30)

Tabel 3.22:

Tanggapan Responden Mengenai Fenomena/Kejadian Tentang Partai/Anggota Legislatif

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Mendiskusikan/menceritakan hal tersebut kepada orang lain

63 30%

2 Mencari berita baru dan referensi tentang hal tersebut

46 21,9%

3 Hanya mendengar berita tentang hal tersebut saat kebetulan ada

93 44,29%

4 Tidak peduli dengan hal tersebut 8 3,81%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang hanya mendengar berita tentang kejadian pada partai politik/anggota legislatif lebih banyak dibandingkan dengan jawaban yang lainnya dengan persentase sebesar 44,29% (93 responden), responden yang menceritakan hal-hal tersebut kepada orang lain memperoleh persentase sebesar 30%, dan persentase responden yang mencari berita baru dan referensi tentang hal tersebut sebesar 21,9% sedangkan responden yang tidak peduli dengan hal tersebut dijawab oleh 8 orang responden dengan persentase sebesar 3,81%. Porsi berimbang antara pihak yang lebih tertarik dengan pihak yang cenderung mengabaikan berita atau fenomena politik. Kemasan yang dibuat oleh media massa dapat dikatakan berhasil dalam menarik perhatian pemilih pemula.


(31)

Tabel 3.23:

Tanggapan Responden Tentang Platform/Ideologi Partai Yang Baik

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Partai Agama 32 15,24%

2 Partai Nasionalis 137 65,24%

3 Partai Ideologis 21 10%

4 Tidak tahu 20 9,52%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang memilih platform/ideologi partai politik nasionalis yang dominan, dengan jumlah responden yang memilih sebanyak 137 orang (65,24%), responden yang memilih partai dengan platform agama sebanyak 32 orang (15,24%), partai ideologis yang dilih oleh 21 orang responden atau 10%, sedangkan yang tidak tahu tentang platform/ideologi partai politik ada 20 orang (9,52).

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden, mereka cukup memahami contoh dari partai-partai yang memiliki platform/ideologi nasionalis seperti Partai Demokrat, Partai Golongan Karya (GOLKAR), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA), Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Nasional Demokrat (NASDEM). sedangkan contoh dari partai berplatform agama seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Bulan Bintang (PBB). Namun hal tersebut masih sebatas identifikasi terhadap tokoh-tokoh partai yang sering muncul, bukan pemahaman tentang konsep partai politik itu sendiri.


(32)

Tabel 3.24:

Pengetahuan Responden Tentang Partai Politik Peserta Pemilu 2014

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) 210 100%

2 Partai Golongan Karya (GOLKAR) 210 100%

3 Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA)

210 100%

4 Partai Damai Sejahtera (PDS) 32 15,24%

5 Partai DEMOKRAT 210 100%

6 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 176 83,81%

7 Partai Amanat Nasional (PAN) 208 99,04%

8 Partai Bintang Reformasi (PBR) - -

9 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 172 81,90% 10 Partai Nasional Demokrat (NASDEM) 198 94,29%

11 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 201 95,71%

12 Partai Matahari Bangsa (PMB) - -

13 Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA) 187 89,05%

14 Partai Bulan Bintang (PBB) 133 63,33%

15 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) 102 48,57% Sumber: Kuesioner tahun 2014

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa ada 4 partai yang mendapat persentase 100% yaitu Partai Golongan Karya (GOLKAR), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA), dan Partai DEMOKRAT. Partai politik lainnya yang menjadi perserta pemilihan umum tahun 2014 mendapat persentase yang berbeda-beda dari. Dimana Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dijawab oleh 176 responden (83,81%), Partai Amanat Nasional (PAN) mendapat jawaban dari 208 responden (99,04%), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mendapat jawaban dari 172 responden (81,90%), Partai Nasional Demokrat (NASDEM) dijawab 198 responden (94,29%), Partai


(33)

Keadilan Sejahtera (PKS) dijawab sebanyak 201 responden (95,71%), Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA) mendapat jawaban dari responden sebanyak 187 responden (89.05%), dan Partai Bulan Bintang (PBB) dijawab sebanyak 133 responden (63,33%), sedangkan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) mendapat jawaban dari 102 responden (48,57%).

Dari hasil wawancara, responden mengemukan bahwa pengetahuan mereka mengenai kontestan Pemilihan Umum tahun 2014 dari keberadaan tokoh-tokoh yang ada di partai tersebut, seperti dari Partai GOLKAR ada Aburizal Bakrie,dari PDI-P ada mantan Presiden Megawati Sukarnoputri, dan Gubernur DKI Jakarta yang menjadi calon Presiden dari partai tersebut, Joko Widodo (Jokowi), partai GERINDRA ada sosok ketua dewan pembinanya Prabowo Subianto yang juga menjadi calon Presiden 2014, sedangkan untuk partai DEMOKRAT ada sosok Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), serta sebagai partai pemerintah. Selain tokoh nasional dari partai-partai peserta pemilihan umum tahun 2014, tokoh politik daerah/lokal juga menjadikan partai tersebut menjadi dikenal para responden. Media-media kampanye atau sosialisai partai seperti spanduk/baliho/billboard yang banyak di jalan-jalan disekitar kota Medan juga banyak menjadi referensi responden dalam mengenal partai politik peserta pemilihan umum tahun 2014 dan media massa yang ada seperti televisi dengan intensitas iklan partai politik sangat tinggi dalam siarannya sehari-harinya turut menjadi sarana informasi responden dalam mendapatkan informasi tentang partai politk peserta Pemilihan Umum 2014.


(34)

Tabel 3.25:

Tanggapan Responden Mengenai Warna Yang Identik Dengan Sebuah Partai

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Merah 200 95,24%

2 Hitam 142 67,62%

3 Kuning 205 97,62%

4 Hijau 177 84,29%

5 Biru 208 99,04%

6 Ungu 28 13,33%

7 Putih 152 72,38%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Tabel diatas menunjukkan bahwa, warna dengan persentase tertinggi yang menjadi pilihan responden adalah warna biru, kuning, dan merah. Dimana persentase warna biru sebesar 99,04% (208 responden), warna kuning dengan persentase 97,62% (205 responden), warna merah 95,24% (200 responden). Dari hasil wawancara terhadap responden, warna biru diidentikkan responden dengan Partai DEMOKRAT, NASDEM, Partai Amanat Nasional (PAN), sedangkan untuk warna kuning menurut para responden identik dengan Partai Golongan Karya (GOLKAR) dan Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA), sedangkan warna merah identik dengan warna Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Warna hijau yang dijawab responden dengan persentase sebesar 84,29% (177 responden) diidentikkan dengan warna Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Bulan Bintang (PBB) dan wana hitam yang dijawab responden dengan persentase 67,62% (142 responden) diidentikkan dengan warna Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Warna ungu yang dijawab responden dengan persentase 13,33% (28 responden) diidentikkan dengan warna Partai Damai Ssejahtera (PDS), walau bukan peserta pemilihan umum tahun 2014. Sedangkan warna putih dijawab responden dengan persentase 72,38 % (152


(35)

responden) diidentikkan dengan warna Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA).

Tabel 3.26:

Tanggapan Responden Tentang Fungsi Dari Partai Politik

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Komunikasi politik 183 87,14%

2 Pengelola politik 162 77,14%

3 Sosialisasi politik 157 74,76%

4 Pemenangan politik 193 91,90%

5 Rekrutmen politik 198 94,28%

Sumber: Kuesioner 2014

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa fungsi partai politik sebagai rekrutmen politik mendapat persentase tertinggi dari jawaban responden dengan 94,28% (198 orang), sebagai pemenangan politik mendapat persentase sebanyak 91,90% (193 responden), sebagai komunikasi politik yang di jawab responden sebagai fungsi dari partai politik dijawab sebanyak 87,14% (183 responden), sebagai pengelola politik di jawab sebanyak 77,14% (162 orang), sebagai sosialisasi politik di jawab 74,76% (157 responden). Perlu digarisbawahi bahwa pemenangan politik bukan merupakan fungsi partai politik, sehingga dapat dikatakan bahwa responden belum cukup memahami tentang fungsi partai politik dengan tujuan partai politik.


(36)

Tabel 3.27:

Tanggapan Responden Tentang Istilah-Istilah Yang Sering Didengar Pada Pemilu

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Pemilih Pemula 175 83,33%

2 Swing Voters/Pemilih Mengambang 128 60,95%

3 Golongan Putih (Golput) 189 90%

4 Serangan Fajar 121 57,61%

5 Money Politic (Politik Uang) 174 82,85%

6 Black Campaign 183 87,14%

7 Negative Campaign 157 74,76%

8 Tim Sukses 206 98,1%

9 One Man One Vote 89 42,38%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Dari sembilan istilah yang ada pada jawaban kuesioner, istilah “Tim Sukses” yang paling sering di dengar dengan persentase 98,1% (206 responden), istilah “Golongan Putih” (Golput) dijawab dengan persentase 90% (189 responden), istilah “Pemilih Pemula” yang merupakan responden dalam penelitian ini sering didengar sebanyak 175 responden (83,33%), istilah “Black Campaign” (Kampanye Hitam) di jawab oleh 183 responden (87,14%), istilah “Money Politic” (Politik Uang) sering didengar sebanyak 174 orang (82,85%), “Negative Campaign” (Kampanye Negatif) sering didengar sebanyak 157 orang (74,76%), dan istilah “Serangan Fajar” sering didengar sebanyak 121 responden (57,61%), sedangkan istilah “One Man One Vote” sering didengar sebanyak 89 orang (42,38%). Menjelang pemilihan umum istilah-istilah tersebut sering muncul dan didengar di media-media massa, sosial, dan media-media lainnya.


(37)

Tabel 3.28:

Tanggapan Responden Tentang Pengertian Istilah-Istilah Yang Ada Pada Pemilu

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Pemilih Pemula 204 97,14%

2 Swing Voters/Pemilih Mengambang 87 41,43%

3 Golongan Putih (Golput) 165 78,57%

4 Serangan Fajar 142 67,62%

5 Money Politic (Politik Uang) 174 82,85%

6 Black Campaign 202 96,20%

7 Negative Campaign 188 89,52%

8 Tim Sukses 206 98,1%

9 One Man One Vote 78 37,14%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Pengertian responden berdasarkan istilah-istilah yang ada pada pemilihan umum sangat baik. Hal ini terlihat dari persentase jawaban responden, dimana istilah “Pemilih Pemula” diketahui pengertiannya sebanyak 204 responden (97,14%). Hal ini di karenakan istilah tersebut banyak muncul di media massa, sosial, dan kegiatan-kegiatan sosialisasi pemilihan umum yang dilakukan oleh sekolah, Komisi Pemilihan Umum (KPU), maupun organisasi/lembaga swadaya masyarakat. Istilah “Swing Voters/Pemilih Mengambang” diketahui sebanyak 87 responden (41,43%), istilah “Golongan Putih” (Golput), pengertiannya diketahui responden sebanyak 165 (78,57%), istilah “Serangan Fajar” yang diketahui sebanyak 142 orang (67,62%), istilah “Money Politic/Politik Uang” diketahui responden pengertiannya sebanyak 174 orang (82,85%), dan istilah Black Campaign, responden yang mengerti pengertiannya sebanyak 202 orang (96,20%), istilah ini merupakan salah satu istilah yang paling banyak di jawab oleh responden setelah istilah “Tim Sukses” yang dijawab sebanyak 206 responden (98,1%), sedangkan istilah “Negative Campaign” dijawab sebanyak


(38)

188 responden (89,52%). Yang terakhir istilah “One Man One Vote” diketahui sebanyak 78 responden (37,14%) pengertiannya.

Tabel 3.29:

Tanggapan Responden Tentang Isi Iklan Partai Politik atau Calon Legislatif Yang Sering Terlihat

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Foto calon/gambar partai 142 67,62%

2 Nomor urut/cara mencoblos calon atau partai 96 45,71%

3 Visi dan misi calon/partai 118 56,20%

4 Slogan calon/partai 147 70%

5 Kata-kata persuasif/ajakan untuk memilih partai/calon

181 86,20%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Dari tabel di atas menunujukkan bahwa, isi dari iklan partai/calon legislatif yang paling sering dilihat responden adalah kata-kata persuasif/ajakan untuk memilih partai/calon dengan jawaban 181 orang dari 210 responden (86,20%), iklan partai politik yang berisikan slogan partai/calon mendapat jawaban 147 responden (70%), isi iklan yang memiliki foto calon/gambar partai mendapat jawaban dari 142 responden (67,62%), dan iklan yang bermaterikan visi dan misi calon/partai dijawab sebnyak 118 responden (56,20%) sedangkan iklan yang memuat nomor urut/cara mencoblos calon/partai dijawab sebanyak 96 orang (45,71%).


(39)

Tabel 3.30:

Tanggapan Responden Tentang Faktor Yang Dianggap Penting Dalam Memilih Calon Legislatif

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Kesamaan agama 89 42,38%

2 Visi dan misi/program yang di usung 68 32,39%

3 Penampilan (tampan/cantik) 24 11,42%

4 Bentuk kampanye (iklan/spanduk/baliho) 27 12,86%

5 Tidak tahu 2 0,95%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jawaban yang lebih banyak dijawab oleh responden tentang faktor yang dianggap penting dalam memilih calon legislatif adalah faktor kesamaan agama, dengan persentase sebesar 42,38% (89 responden), faktor visi dan misi/program yang diusung dijawab memiliki persentase sebesar 32,39% (68 responden), faktor penampilan (tampan/cantik) dari kandidat/calon memiliki persentase sebesar 11,42% (24 responden), dan faktor yang dianggap penting dengan bentuk kampanye (iklan/spanduk/baliho) memiliki persentase sebesar 12,86 % (27 responden), sedangkan yang tidak tahu faktor apa yang dianggap penting dalam memilih calon legislatif memiliki persentase 0,95% (2 responden).


(40)

Tabel 3.31:

Tanggapan Responden Tentang Faktor Yang Dianggap Penting Dalam Memilih Partai Politik

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Platform/ideologi partai 59 28,1%

2 Visi dan misi/program partai 80 38,1%

3 Bentuk kampanye (iklan/spanduk/baliho) 27 12,85%

4 Tampilan (gambar/simbol) 24 11,43%

5 Tidak tahu 20 9,52%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab visi dan misi/program partai yang menjadi faktor penting dalam memilih partai politik memiliki persentase sebesar 38,1% (80 responden), kemudian faktor platform/ideologi partai memiliki persentase sebesar 28,1% (59 responden), faktor yang dianggap penting dalam memilih partai politik berikutnya adalah faktor bentuk kampanye (iklan/spanduk/baliho) yang memiliki persentase sebesar 12,85% (27 responden), dan faktor tampilan (gambar/simbol) memiliki persentase sebesar 11,43% (24 responden), sedangkan responden yang tidak tahu faktor yang dianggap peting dalam memilih partai politik memiliki persentase 9,52% (20 responden).


(41)

Tabel 3.32:

Tanggapan Responden Tentang Berita Media Massa Yang Paling Sering Dilihat Berkaitan Dengan Partai/Anggota Legislatif (DPR, DPD, DPRD)

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Pembahasan dan pengesahan Undang-Undang (UU)

107 50,95%

2 Reses/menampung aspirasi dan permasalahan rakyat di daerah

83 39,52%

3 Kasus korupsi/permasalahan hukum anggota partai dan legislatif

197 93,81%

4 Permasalahan internal partai (perpecahan, pertikaian atau perbedaan pendapat sesama anggota partai dll)

181 86,19%

5 Sikap dan pendapat partai/anggota legislatif tentang korupsi atau fenomena politik dan negara

192 91,42%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang sering melihat berita tentang partai/anggota legislatif (DPR, DPD, DPRD) yang paling banyak berkaitan dengan kasusu korupsi/permasalahan hukum anggota partai dan legislatif dengan persentase sebesar 93,81% (197 responden), beita tentang sikap dan pendapat partai/anggota legislatif tentang korupsi atu fenomena politik dan negara memperoleh persentase sebesar 91,42% (192 responden), berita mengenai permasalahan internal partai (perpecahan, pertikaian, atau perbedaan pendapat sesama anggota partai dll) memperoleh persentase sebesar 86,19% (181 responden), berita tentang pambahasan dan pengesahan Undang-Undang (UU) memperoleh persentase sebesar 50,95% ((107 responden) sedangkan berita tentang reses/menampung aspirasi dan permasalahan rakyat di daerah memperoleh persentase sebesar 39,52% (83 reponden).


(42)

Dari data tersebut juga dapat kita simpulkan bahwa, responden (pemilih pemula) lebih banyak memperhatikan berita tentang partai/anggota legislatif yang berkaitan dengan permasalahan hukum khususnya kasus korupsi, perselisihan diantara internal partai.


(43)

BAB IV PENUTUP

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dari Bab I sampai dengan Bab III dalam penelitian ini, banyak hal yang telah dipaparkan. Hal-hal tersebut berupa masalah teoritis, teknik penulisan, temuan data, maupun pengalaman dan interaksi selama berjalannya penelitian. Pada bab terakhir ini akan dihimpun hasil dari keseluruhan unsur tersebut. Bagaimana rangkuman analisa terhadap data dengan teori yang ada dapat dilihat pada paragraf selanjutnya.

A. Kesimpulan

Untuk menentukan bagaimana persepsi pemilih pemula di Kota Medan dapat dilihat dengan menggunakan beberapa faktor. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap persepsi pemilih pemula yaitu:

1. Stimulus

Input informasi merupakan salah satu dasar dalam pembentukan persepsi. Berdasarkan latar belakang responden, sebagian besar memiliki orang-orang yang terkait dengan aktivitas politik. Dalam hal ini, baik sebagai anggota dari sebuah partai politik maupun sebagai calon anggota legislatif. Lingkungan sekitar mereka juga turut memberikan andil yang cukup besar. Sekolah sebagai rumah kedua turut berperan disamping komisi pemilihan umum. Walaupun partai politik sebagai pihak yang terkait langsung dan memiliki tugas tersebut sebagai salah satu fungsinya tidak menunjukkan peran yang sentral.

Perkembangan teknologi di berbagai segmen, khususnya informatika turut mempengaruhi penyebaran informasi. Media-media lama seperti spanduk dan baliho mulai ditinggalkan. Selain kurang efektif dalam menyampaikan pesan, media media tersebut teralih fungsikan oleh media


(44)

baru. Media massa seperti surat kabar dan televisi masih mendominasi dalam penyebaran informasi, namun perlahan media-media sosial mulai menunjukkan diri sebagai alat peraga yang cukup berpengaruh. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa media-media sosial mengalami perkembangan yang pesat pada kuantitas pengguna. Intensitas pemberitaan yang tinggi pada media-media tersebut juga membuat informasi yang ada tersampaikan dengan baik.

2. Registrasi

Kemampuan pemilih pemula dalam menyerap informasi yang ada turut mempengaruhi persepsi mereka kepada tahap berikutnya. Informasi-informasi dasar tentang proses administratif dapat dimengerti dengan baik. Waktu pelaksanaan dan siklus diadakannya pemilihan umum serta syarat seseorang untuk dapat diperbolehkan berpartisipasi telah dimengerti oleh sebagian besar responden. Demikian pula dengan jumlah partai politik peserta pemilu. Walaupun tidak secara sempurna dapat menangkap perbedaan jumlah dan nama partai peserta pemilihan umum. Pengaruh verifikasi yang dijalankan dengan cukup ketat menunjukkan kurangnya pemahaman, namun terbantu dengan perbedaan jumlah partai yang signifikan.

Partai peserta Pemilihan Umum 2014 memiliki perbedaan jumlah yang cukup besar dengan pemilihan umum sebelumnya. Hal ini membuat pemilih pemula tidak terlalu kesulitan dalam mengenal partai politik peserta pemilihan umum. Keberadaan partai lokal di Provinsi Aceh juga telah diketahui oleh sebagian besar pemilih pemula. Istilah-istilah dalam pemilihan umum menjadi konsumsi dalam perbincangan sehari-hari. Pemberitaan media massa tentang perpolitikan menjadi topik yang sering diangkat. Namun yang terlihat bukanlah tentang tugas dan fungsi dari para aktor politik tersebut. Kasus-kasus korupsi masih mendominasi pemberitaan diikuti dengan permasalahan internal partai politik. Mensejahterakan rakyat yang ada dalam


(45)

janji kampanye hanya sekedar menjadi formalitas. Tetap dengan tujuan utama yaitu ajakan untuk memilih kandidat yang diusung.

3. Interpretasi

Pada tahap ini pemilih pemula menunjukkan perbedaan yang menguatkan ciri-ciri alamiah mereka. Sebagai sebuah unsur yang baru didalam konteks pemilihan umum, ciri asal mereka menguat. Dalam hal ini, proses kognitif yang menjadi tolak ukurnya. Pendalaman tentang hal baru yang mereka dapat terdampak oleh sifat mereka yang masih kontekstual dan formal. Belum ada proses pendalaman untuk mencapai pemahaman yang baik. Tujuan dan fungsi partai politik serta pemilihan umum belum secara masif dipahami. Walaupun pemahaman tentang visualisasi partai politik dan istilah-istilah pada pemilihan umum yang ada cukup baik. Unsur normatif kembali muncul pada alasan pemilih pemula ketika akan memilih dalam pemilihan umum dan tidak independen dalam memilih partai politik.

4. Umpan Balik (feedback)

Tahap ini menunjukkan hasil dari keseluruhan proses yang terjadi pada persepsi. Pemilih pemula cenderung hanya mencoba hal baru yang bersifat seremonial. Hal itu ditunjukkan dengan keseluruhan pemilih pemula yang terdaftar berkeinginan untuk ikut memilih dalam pemilihan umum. Namun ketika dihadapkan dengan kegiatan lain seperti kampanye dan atensi terhadap atribut-atribut pendukung lainnya, pemilih pemula cenderung menolak dan tidak merespon dengan baik. Berkaitan dengan wacana yang berkembang, sebagian pemilih pemula memiliki respon yang baik, namun sebagian dari mereka tidak cukup tertarik dengan hal tersebut.

B. Saran

Setelah mendapatkan kesimpulan yang telah didapat, ada beberapa pertimbangan yang mungkin dapat dijadikan referensi dalam menghadapi


(46)

permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini. Pemilih pemula memiliki potensi yang besar kedepannya dalam rangka membangun masyarakat yang sadar dalam berpolitik. Kualitas dan kuantitas yang dimiliki oleh pemilih pemula dapat dikatakan telah memenuhi prasyarat untuk tujuan tersebut. Namun pada kenyataannya ada faktor-faktor yang dapat menggagalkan harapan itu. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari internal maupun eksternal pemilih pemula itu sendiri. Sebagai contoh bahwa pemilih pemula memiliki antusiasme yang besar, namun belum memiliki pemahaman yang cukup dan kurang tertarik terhadap kegiatan yang lebih substantif. Faktor lainnya adalah kurangnya peran lembaga yang bertugas untuk melakukan hal tersebut, bahkan hanya sekedar menarik perhatian pemilih pemula untuk memilih. Untuk itu diharapkan peran serta seluruh elemen yang ada untuk membantu terwujudnya generasi muda yang paham dan sadar dalam berpolitik.


(47)

BAB II KOTA MEDAN

A. Letak Geografis

Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara juga kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3°30'-3°43' Lintang Utara dan 98°35'-98°44' Bujur Timur. Untuk itu topografi Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai pintu masuk kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Letak geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.35


(48)

Tabel 2.1:

Luas Wilayah Kota Medan Berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Luas (Km2) Persentase (%)

1 Medan Tuntungan 20,68 7,80

2 Medan Selayang 12,81 4,83

3 Medan Johor 14,58 5,50

4 Medan Amplas 11,19 4,22

5 Medan Denai 9,05 3,41

6 Medan Tembung 7,99 3,01

7 Medan Kota 5,27 1,99

8 Medan Area 5,52 2,08

9 Medan Baru 5,84 2,20

10 Medan Polonia 9,01 3,40

11 Medan Maimun 2,98 1,13

12 Medan Sunggal 15,44 5,83

13 Medan Helvetia 13,16 4,97

14 Medan Barat 6,82 2,57

15 Medan Petisah 5,33 2,01

16 Medan Timur 7,76 2,93

17 Medan Perjuangan 4,09 1,54

18 Medan Deli 20,84 7,86

19 Medan Labuhan 36,67 13,83

20 Medan Marelan 23,82 8,89

21 Medan Belawan 26,25 9,90

Jumlah 265,10 100


(49)

B. Demografi Penduduk

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan demikian Medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar. Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan. Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya jumlah penduduk penglaju (komuter). Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk) Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.36

Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kapadatan penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per km² pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan Penduduk tertinggi ada di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan


(50)

Medan Timur. Pada tahun 2004, angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun.

Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis. Sebelum kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari wilayah Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh suku-suku asli, seperti: Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku-suku pendatang, seperti Jawa, Batak Toba, Cina, dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal menetap dan telah bercampur baur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan sampai saat ini dihuni oleh berbagai macam etnis, seperti: Melayu, Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa, dan lain sebagainya. Suku-suku yang ada di Kota Medan ini hidup secara harmonis dan toleran antara satu suku dengan yang lain.


(51)

Tabel 2.2:

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2009

No Kecamatan Laki Laki Perempuan Jumlah

1. Medan Tuntungan 34.153 35.919 70.073

2. Medan Johor 57.495 58.725 116.220

3. Medan Amplas 57.127 58.029 115.156

4. Medan Denai 69.746 70.194 139.939

5. Medan Area 53.866 55.386 109.253

6. Medan Kota 41.298 42.994 84.292

7. Medan Maimun 28.212 29.646 57.859

8. Medan Polonia 26.389 27.038 53.427

9. Medan Baru 20.822 23.394 44.216

10. Medan Selayang 42.434 43.244 85.678

11. Medan Sunggal 54.452 56.216 110.667

12. Medan Helvetia 71.713 73.662 145.376

13. Medan Petisah 32.795 35.325 68.120

14. Medan Barat 38.513 40.585 79.098

15. Medan Timur 56.201 57.673 113.874

16. Medan Perjuangan 51.752 53.950 105.702

17. Medan Tembung 70.628 71.158 141.786

18. Medan Deli 75.246 74.830 150.076

19. Medan Labuhan 53.522 53.399 106.922

20. Medan Marelan 64.183 62.436 126.619

21. Medan Belawan 48.908 47.791 96.700

Kota Medan 1.049.457 1.071.596 2.121.053 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan


(52)

Tabel 2.3:

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2009

Golongan Umur Laki Laki Perempuan Jumlah

0-4 85.479 92.031 177.510

5-9 92.938 95.831 188.769

10-14 93.816 101.718 195.534

15-19 112.384 102.112 214.496

20-24 118.376 123.835 242.211

25-29 101.077 105.293 206.370

30-34 85.089 72.358 157.447

35-39 75.751 88.369 164.120

40-44 77.067 77.986 155.053

45-49 57.601 51.876 109.477

50-54 47.369 52.936 100.305

55-59 36.150 38.715 74.865

60-64 27.363 23.351 50.714

65-69 21.220 19.092 40.312

70-74 11.793 13.230 25.023

75+ 5.984 12.863 18.847

Jumlah 1.049.457 1.071.596 2.121.053

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan C. Latar Belakang Historis

Kotamadya Medan awalnya adalah sebuah perkampungan kecil yang dinamakan kampung Medan Putri. Letaknya berada di antara pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura dan termasuk wilayah XII Kuta Hamparan Perak.37 Hadirnya perkebunan tembakau di wilayah Sumatera Timur telah membawa

37 Tengku Lukman Sinar. Sejarah Medan Tempo Doeloe. Medan: Litbang Seni Budaya Melayu. 1991. hal.


(53)

perubahan yang signifikan baik dari segi ekonomi, sosial, dan demografi. Keuntungan yang didapat dari perkebunan tembakau begitu besar sehingga mempengaruhi perkembangan perekonomian di Sumatera Timur. Keuntungan itu tidak hanya dirasakan oleh pihak pengusaha perkebunan saja tetapi juga dirasakan oleh pihak sultan dan raja-raja yang berkuasa di Sumatera Timur.

Keuntungan yang didapat berkat hadirnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur telah mengangkat kondisi sosial-ekonomi pihak penguasa Sumatera Timur. Sebelum kedatangan Belanda, para raja hidup dalam keadaan melarat. Setelah kedatangan Belanda, gaya hidup pihak penguasa Sumatera Timur pun berubah. Mereka tidak melewatkan sedikt waktu pun untuk mengadakan pesta-pesta mewah untuk menyambut tamu-tamu Eropa. Selain itu, banyak orang dari luar wilayah Sumatera Timur datang ke wilayah ini untuk mencari nafkah sehingga mempengaruhi demografi Sumatera Timur pada saat itu.

Seiring dengan perkembangan perkebunan tembakau di Sumatera Timur, pihak pengusaha perkebunan mulai memperkerjakan kuli-kuli Cina. Awalnya pihak pengusaha mempekerjakan penduduk asli, yaitu Batak dan Melayu, tetapi karena mereka cenderung malas bekerja maka pihak pengusaha tidak mempekerjakan penduduk asli lagi. Namun pada akhirnya pihak pengusaha mendatangkan kuli-kuli yang berasal dari Jawa dan India dengan sistem kontrak. Dengan demikian komposisi penduduk wilayah Sumatera Timur tidak hanya didiami oleh penduduk asli tetapi juga didami oleh suku-suku pendatang, seperti Jawa, Cina, India, dan suku Batak Toba yang datang ke Sumatera Timur untuk mencari nafkah.

Pada tahun 1887, Kesultanan Deli dipindahkan dari Labuhan ke Kota Medan. Bersamaan dengan itu, Kota Medan dijadikan sebagai Ibukota Karesidenan Sumatera Timur dengan luas wilayah 90.000 km². Dengan dijadikannya Medan sebagai ibukota Karesidenan Sumatera Timur, maka Medan menjadi pusat perekonomian Sumatera Timur. Di Kota Medan juga dibuka kantor


(54)

Chartered Bank pada tahun 1888 yang disusul oleh dibukanya kantor Nederlandsche Handel Maatschaappij pada tahun 1892. Perkembangan perekonomian yang begitu pesat menyebabkan dibukanya Belawan sebagai pelabuhan internasional. Ketika Medan dijadikan Ibukota Karesidenan Sumatera Timur, tumbuh kampung-kampung yang baru: Kampung Petisah Hulu, Kampung Petisah Hilir, Kampung Kesawan, dan Kampung Sungai Rengas. Kampung-kampung ini dikepalai oleh seorang kepala Kampung-kampung di bawah komando Kontrolir di Labuhan. Kampung Petisah Hulu disatukan dengan Petisah Hilir yang dikepalai oleh seorang Kepala Kampung. Kemudian, tumbuh lagi kampung yang baru, yaitu: Kampung Aur dan Kampung Keling yang dikepalai oleh wakil Kepala Kampung.38

Pada tahun 1918 status Medan beralih dari status ibukota Karesidenan Sumatera Timur menjadi status Gementee (Kotapraja), tetapi kota Maksum dan Sungai Kera tidak termasuk ke dalam wilayah Kotapraja. Kedua wilayah itu tetap berada dalam kekuasaan Sultan Deli. Walikota Kotapraja Medan pada saat itu adalah Baron Daniel Mackay. Selain itu, muncul pula tempat pemukiman baru yang letaknya terpisah dari penduduk pribumi dan berdiam secara eksklusif. Tempat pemukiman itu ditujukan untuk orang-orang Eropa dan orang-orang Cina. Bahkan di kalangan penduduk pribumi ada juga yang membentuk kelompoknya sendiri seperti kampung Mandailing. Pada masa itu penduduk Medan berjumlah 43.826 jiwa. Hal ini disebabkan penduduk pribumi telah bercampur-baur dengan pendatang asing seperti orang Eropa, orang Cina, dan orang Asia lainnya.

Selanjutnya Medan mengalami perkembangan yang begitu pesat baik dari segi ekonomi maupun pemerintahan. Setelah Indonesia merdeka, Kota Medan menjadi kota otonom yang berada di bawah pengawasan Gubernur Sumatera. Hal ini sesuai dengan ketetapan Gubernur No.103 pada tanggal 17 Mei 1946 mengenai pembentukan 15 kota otonom. Ketika Negara Sumatera Timur (NST)


(55)

terbentuk, Medan dijadikan Stadsgemente.39 Seiring dengan terbentuknya Provinsi Sumetara Utara maka pemerintahan Negara Sumatera Timur pun dihapuskan. Provinsi Sumatera Utara yang telah terbentuk itu meliputi wilayah Karesidenan Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli dengan Medan sebagai pusat pemerintahannya. Tetapi pembentukan Provinsi Sumatera Utara menuai protes dari kalangan masyarakat Aceh yang menginginkan wilayah Aceh menjadi satu provinsi yang otonom dan tetap tunduk pada pemerintah pusat. Setelah melalui perundingan, maka pada tahun 1956 Aceh tidak lagi menjadi bagian dari Provinsi Sumatera Utara.

Dengan demikian, terjadi perubahan jumlah Daerah Otonom tingkat II, yaitu 10 Kabupaten, 3 Kota besar termasuk Kota Medan, dan 3 kota kecil lainnya. Melalui Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU ditetapkan bahwa sejak 21 September 1951, daerah kota Medan diperluas tiga kali lipat dengan mengambil wilayah Kabupaten Deli dan Serdang. Keputusan tersebut disusul oleh Maklumat Walikota Medan nomor 2 tanggal 29 September 1951 yang menetapkan luas kota Medan menjadi 5.130 Ha dan meliputi 4 kecamatan, yaitu: Kecamatan Medan, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Barat, dan Kecamatan Medan Baru. Empat kecamatan tersebut memiliki 59 Kepenghuluan.

Dalam perkembangan selanjutnya Medan yang telah menjadi Kotamadya, mengalami perluasan daerah. Melalui Peraturan Pemerintah No.22 tahun 1973 ditetapkan bahwa beberapa wilayah yang sudah menjadi bagian dari Kabupaten Deli Serdang, dimasukkan ke dalam wilayah Kotamadya Medan, sehingga Medan memiliki 11 Kecamatan dan 116 Kelurahan. Kemudian, melalui sebuah surat persetujuan dari Mendagri pada tahun 1986, Kelurahan yang ada di Kotamadya Medan ditambah menjadi 144 Kelurahan. Melalui Peraturan Pemerintah RI No. 59 tahun 1991 tentang pembentukan beberapa Kecamatan di Sumatera Utara,


(56)

maka Kecamatan yang ada di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dimekarkan menjadi 19 Kecamatan. Kemudian dua wilayah di Kotamadya Medan dimekarkan menjadi wilayah Kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 tahun 1992 tentang pembentukan Kecamatan di Sumatera Utara. Berdasarkan keputusan tersebut, Kecamatan di Kotamadya Medan yang semula berjumlah 19 menjadi 21 Kecamatan. Dua Kecamatan yang mengalami pemekaran tersebut adalah Kecamatan Medan Marelan dengan 4 Kelurahan dan Kecamatan Medan Perjuangan dengan 9 Kelurahan.

D. KPU Kota Medan

Salah satu kebijakan dalam bidang politik dalam negeri yang tercantum dalam Ketetapan MPR–RI Nomor IV/MPR/1999 tentang GBHN Tahun 1999-2004 adalah menyelenggarakan Pemilihan Umum secara berkualitas dengan partisipasi rakyat seluas-luasnya atas dasar prinsip demokratis, langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil dan beradab yang dilaksanakan oleh Badan Penyelenggaraan Independen dan Non Partisan selambat – lambatnya pada tahun 2004. Mengingat Pemilihan Umum merupakan salah satu program Nasional yang harus dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali secara kontinu, maka diperlukan Institusi yang mempunyai wewenang secara khusus untuk menangani Pemilihan Umum agar dapat berjalan sesuai dengan amanat Konstitusi. Institusi tersebut bersifat tetap, nasional dan mandiri.40

Atas dasar pemikiran tersebut diatas, maka Pemerintah menyusun langkah-langkah mempersiapkan pembentukan Badan Penyelenggara Pemilu mulai dari Pusat hingga Kabupaten/Kota. Implikasi langkah persiapan Pemerintah tersebut adalah:

1. Menerbitkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2001 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum

40 Jessy Jujur Sihombing. Peran dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum Kota Medan Dalam Penyelenggaraan


(57)

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 81 tahun 2000

3. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2002 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum di Provinsi, Kabupaten/Kota.

Pembentukan Perwakilan Sekretariat Umum KPU (PS-KPU) di Kota Medan didasarkan pada Keppres Nomor 67 Tahun 2002 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2002. Dengan demikian secara yuridis, terhitung mulai tanggal 9 Oktober 2002, Perwakilan Sekretariat Umum KPU Kota Medan telah terbentuk bersama dengan 30 (tiga puluh) Perwakilan Sekretariat Umum KPU Provinsi dan 288 (dua ratus delapan puluh delapan) Perwakilan Sekretariat Umum KPU Kabupaten serta 88 (delapan puluh delapan) Perwakilan Sekretariat Umum KPU Kota di seluruh Indonesia.

Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, maka struktur organisasi Perwakilan Sekretariat KPU di Provinsi dan Kabupaten/Kota mengalami perubahan nomenklatur menjadi Sekretariat KPU Provinsi dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota. Perubahan nomenklatur dan struktural organisasi tersebut dituangkan dalam Keputusan KPU Nomor 677 Tahun 2003.


(58)

Visi KPU Kota Medan

Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.41

Misi KPU Kota Medan

a. Membangun lembaga penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki kompetensi, kredibilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum.

b. Menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, akuntabel, edukatif dan beradab.

c. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilihan Umum yang bersih, efisien dan efektif.

d. Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilihan Umum secara adil dan setara, serta menegakkan peraturan Pemilihan Umum secara konsisten sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam Pemilihan Umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis.

41 KPU Kota Medan, Visi dan Misi KPU, http://kpud-medankota.go.id/visi-misi.html, diakses tanggal 07


(1)

jurusan, keluarga besar HMI FISIP USU dan seluruh kenalan lain yang tak mungkin disebutkan satu persatu dimana pengalaman hidup di antara kita telah menjadi penguat ikatan yang tak akan dapat terlupakan.

Kepada seluruh Kepala Sekolah, Guru dan staf pegawai SMA Negeri di Kota Medan yang telah dengan sabar membantu, memberikan waktu luang dan informasi yang diperlukan turut dihaturkan terima kasih. Semoga mendapat kesempatan untuk membalas semua bantuan tersebut di lain waktu dan mendapatkan kebaikan dari Allah sebagaimana mestinya, Amin.

Medan, 14 Januari 2015


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ... i

Abstract ... iii

Halaman Persetujuan ... v

Lembar Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel dan Gambar ... xi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Signifikansi Penelitian ... 6

F. Kerangka Teori ... 6

G. Metode Penelitian ... 20

H. Sistematika Penulisan ... 24

BAB II Kota Medan A. Letak Geografis ... 25

B. Demografi Penduduk ... 27

C. Latar Belakang Historis ... 30

D. KPU Kota Medan ... 34

E. Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Medan ... 38

BAB III Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Partai Politik A. Data Responden ... 41


(3)

B. Analisis Data ... 44 BAB IV Penutup

A. Kesimpulan ... 72 B. Saran ... 74 Daftar Pustaka ... 76

Daftar Lampiran:


(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Medan Berdasarkan Kecamatan ... 26

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2009 ... 29

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2009 ... 30

Tabel 3.1 Karakteristik Responden Berdasarkankan Jenis Kelamin ... 41

Tabel 3.2 Karakterisitik Responden Berdasarkan Usia ... 42

Tabel 3.3 Agama Responden ... 43

Tabel 3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Etnis/Suku ... 44

Tabel 3.5 Tanggapan Responden Tentang Status Terdaftar Sebagai Pemilih Dalam Pemilihan Umum dan Penggunaan Hak Pilih ... 45

Tabel 3.6 Tanggapan Responden Tentang Syarat Terdaftar Menjadi Pemilih Dalam Pemilihan Umum ... 46

Tabel 3.7 Tanggapan Responden Tentang Waktu Pelaksanaan Pemilu Tahun 2014 ... 47

Tabel 3.8 Tanggapan Responden Mengenai Tujuan Diselenggarakannya Pemilu ... 47

Tabel 3.9 Tanggapan Responden Tentang Penyelenggaraan Pemilu di Indonesia ... 48

Tabel 3.10 Tanggapan Responden Mengenai Jumlah Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2014 ... 49

Tabel 3.11 Tanggapan Responden Mengenai Partai Lokal Yang Ada di Daerah ... 50

Tabel 3.12 Tanggapan Responden Tentang Tujuan Partai Politik ... 50

Tabel 3.13 Tanggapan Responden Tentang Sumber Informasi Mengenai Pemilu ... 51


(5)

Tabel 3.14 Tanggapan Responden Tentang Orang Sekitar Yang Menjadi Anggota Partai Politik Atau Calon Legislatif ... 52 Tabel 3.15 Tanggapan Responden Tentang Adanya Ajakan Untuk

Mengikuti Kampanye Atau Kegiatan Partai Dari Orang

Sekitar ... 53 Tabel 3.16 Tanggapan Responden Mengenai Keikutsertaan Dalam

Sosialisasi Tentang Pendidikan Politik Atau Pemilu ... 54 Tabel 3.17 Tanggapan Responden Mengenai Intensitas Dalam Melihat

Iklan Partai/Calon Legislatif di Media Massa Menjelang

Pemilu (Mulai Dari Awal Tahun 2014) ... 55 Tabel 3.18 Tanggapan Responden Tentang Iklan Partai/Calon Legislatif

Pada Media Massa ... 56 Tabel 3.19 Tanggapan Responden Mengenai Penggunaan Hak Pilih ... 56 Tabel 3.20 Tanggapan Responden Tentang Alasan Memilih/Tidak Memilih

dan Menggunakan Hak Pilih ... 57 Tabel 3.21 Tanggapan Responden Tentang Alasan Dalam Memilih

Partai Politik ... 58 Tabel 3.22 Tanggapan Responden Mengenai Fenomena/Kejadian Tentang

Partai/Anggota Legislatif ... 59 Tabel 3.23 Tanggapan Responden Tentang Platform/Ideologi Partai

Yang Baik ... 60 Tabel 3.24 Pengetahuan Responden Tentang Partai Politik Peserta

Pemilu 2014 ... 61 Tabel 3.25 Tanggapan Responden Mengenai Warna Yang Identik

Dengan Sebuah Partai ... 63 Tabel 3.26 Tanggapan Responden Tentang Fungsi Dari Partai Politik ... 64 Tabel 3.27 Tanggapan Responden Tentang Istilah-Istilah Yang Sering

Didengar Pada Pemilu ... 65 Tabel 3.28 Tanggapan Responden Tentang Pengertian Istilah-Istilah


(6)

Tabel 3.29 Tanggapan Responden Tentang Isi Iklan Partai Politik Atau

Calon Legislatif Yang Sering Terlihat ... 67 Tabel 3.30 Tanggapan Responden Tentang Faktor Yang Dianggap Penting

Dalam Memilih Calon Legislatif ... 68 Tabel 3.31 Tanggapan Responden Tentang Faktor Yang Dianggap Penting

Dalam Memilih Partai Politik ... 69 Tabel 3.32 Tanggapan Responden Tentang Berita Media Massa Yang

Paling Sering Dilihat Berkaitan Dengan Partai/Anggota

Legislatif ... 70

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Struktur Organisasi KPU Kota Medan Tahun 2014 ... 37