BAB I PEMILIH PEMULA

BAB I
PEMILIH PEMULA

Pendahuluan
Apakah kamu pernah punya pengalaman memilih seseorang untuk menjadi
pemimpin di antara teman-temanmu? Jawabannya bisa beragam. Mungkin, di antara kalian
ada yang punya pengalaman berpartisipasi memilih Ketua OSIS di sekolah secara langsung.
Ada juga yang punya pengalaman memilih Ketua Kelas atau Ketua Panitia sebuah kegiatan di
sekolah. Bahkan, ada yang punya pengalaman tidak sekedar menjadi pemilih tetapi menjadi
orang yang dipilih karena menjadi kandidat (calon) Ketua OSIS atau Ketua Kelas.
Pengalaman menjadi pemilih dalam sebuah pemilihan secara langsung di sekolah
pastilah menyenangkan. Pasti heboh deh. Kamu bisa mengekspresikan aspirasimu secara
langsung, bebas dan rahasia untuk menentukan pemimpin yang akan memimpin kamu dan
teman-teman di sekolah. Kamu punya kebebasan untuk memilih sosok pemimpin yang
kamu anggap memenuhi kualifikasi yang kamu inginkan, seperti kecerdasannya,
integritasnya, kapabilitasnya atau hal-hal keren lain yang kami anggap penting sebagai
syarat menjadi pemimpin. Meskipun lingkupnya kecil, di kelas atau di satu sekolah, tetapi
partisipasi menjadi pemilih merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi perjalanan
hidupmu kelak sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara.

1


Pemilihan Ketua OSIS di sebuah sekolah

Dari pemilihan Ketua OSIS atau Ketua Kelas atau kegiatan lain di sekolah kamu dapat
belajar banyak hal. Misalnya tentang pentingnya kehadiran pemimpin dalam sebuah
kelompok yang mendapatkan dukungan dari orang-orang yang akan dipimpinnya. Juga
tentang pentingnya menyalurkan hak asasimu turut berpartisipasi menentukan seseorang
yang akan mendapat mandat atau amanah memimpin kamu dan teman-teman untuk
periode tertentu. Kamu sadar, bahwa suaramu sangat berharga. Itu yang terpenting. Suara
itu kelak sangat penting dan berharga jika kamu punya kesempatan memilih pemimpin
dalam lingkup yang luas. Misalnya di lingkungan masyarakat, kota atau negara.

Pengertian Pemilih Pemula
Karena kamu sudah semakin dewasa, yang ditandai dengan bertambahnya usia dan
pengalaman hidupmu, keberadaanmu juga semakin diperhitungkan di lingkup yang lebih
luas, yakni negara, dan bukan hanya di sekolah saja seperti selama ini. Ya, selain sebagai
siswa di sekolah, kamu adalah penduduk sebuah daerah atau warga negara Republik
Indonesia. Artinya kamu mulai memiliki hak-hak yang melekat sebagai penduduk sebuah
daerah atau warga negara. Misalnya hak untuk turut serta memilih wakil rakyat, Kepala
Daerah atau bahkan Presiden. Nah, keren bukan? Pasti asyik dan seru banget bro. Dulu

2

hanya bisa memilih Ketua Kelas atau Ketua OSIS sekarang bisa memilih secara langsung
Gubernur dan bahkan Presiden yang akan memimpin negeri ini melalui pemilihan umum
(pemilu).
Jangan keburu girang dulu. Ada syaratnya untuk bisa ikutan menjadi pemilih dalam
sebuah pemilihan umum (pemilu). Yakni usianya 17 tahun yang ditandai dengan
kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Pertanyaannya, berapa usiamu sekarang? Kalau
kamu sudah tahun ketiga di sekolah lanjutan atas bisaanya kamu sudah menginjak usia itu.
Nah, cepetan minta dibuatin KTP di Kelurahan di mana kamu tinggal. Woou, keren habiis !!.
Sekarang kamu sudah berusia 17 tahun dan sudah ber-KTP, selain juga punya Kartu Pelajar.

Pemilih Pemula menggunakan hak pilihnya dalam pemilu

Bagi mereka yang berusia 17-21 tahun, seperti kamu dan teman-temanmu, memilih
dalam Pemilu merupakan pengalaman pertama kali. Selain kamu dan para pelajar pada
umumnya, ada juga kalangan muda lainnya yang baru pertama kali akan menggunakan hak
pilihnya dalam pemilu, yakni para mahasiswa semester awal dan kelompok pemuda lainnya
yang pada Pemilu periode lalu belum genap berusia 17 tahun. Dalam pendidikan politik,
kelompok muda yang baru pertama kali akan menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu,

seperti kamu dan teman-temanmu, disebut dengan Pemilih Pemula. Ada juga kalangan
3

yang lebih longgar memberikan batasan bagi pemilih pemula, yakni TNI/Polri yang baru
pensiun dan kembali menjadi warga sipil yang memiliki hak memilih, juga dikategorikan
sebagai pemilih pemula. Seperti diketahui saat menjadi anggota TNI/Polri, mereka tidak
memiliki hak pilih dalam pemilu. Setelah mereka memasuki masa pensiun dalam usia
tertentu, barulah mereka memiliki hak memilih dan dipilih dalam pemilu.
Secara psikologis, pemilih pemula memiliki karakteristik yang berbeda dengan orangorang tua pada umumnya. Misalnya kritis, mandiri, independen, anti status quo atau tidak
puas dengan kemapanan, pro perubahan dan sebagainya. Karakteristrik itu cukup kondusif
untuk membangun komunitas pemilih cerdas dalam pemilu yakni pemilih yang memiliki
pertimbangan rasional dalam menentukan pilihannya. Misalnya karena integritasnya, track
record-nya atau program kerja yang ditawarkan.
Karena belum punya pengalaman memilih dalam pemilu, Pemilih Pemula perlu
mengetahui dan memahami berbagai hal yang terkait dengan pemilu. Misalnya untuk apa
pemilu diselenggarakan, apa saja tahapan pemilu, siapa saja yang boleh ikut serta dalam
pemilu, bagaimana tatacara menggunakan hak pilih dalam pemilu dan sebagainya.
Pertanyaan itu penting diajukan agar Pemilih Pemula menjadi pemilih cerdas dalam
menentukan pilihan politiknya di setiap pemilu.


Potensi Pemilih Pemula
Bisakah kamu menghitung berapa banyak teman-temanmu yang pada pemilu
mendatang sudah bisa mengunakan hak pilihnya karena telah berusia minimal 17 tahun?
Cobalah hitung berapa jumlahnya dalam satu kelasmu, di sekolahmu dan sekolah lain dalam
satu kotamu. Pasti banyak jumlahnya. Belum lagi kamu menghitung para mahasiswa di
semester awal dan kelompok muda lainnya dalam satu provinsi dan bahkan dalam lingkup
nasional. Potensi pemilih pemula sangat besar.
Diperkirakan, dalam setiap pemilu, jumlah pemilih pemula seperti kamu sekitar 2030% dari keseluruhan jumlah pemilih dalam pemilu. Pada Pemilu 2004, jumlah pemilih
pemula sekitar 27 juta dari 147 juta pemilih. Pada Pemilu 2009 sekitar 36 juta pemilih dari
171 juta pemilih. Data BPS 2010: Penduduk usia 15-19 tahun: 20.871.086 orang, usia 20-24
tahun: 19.878.417 orang. Dengan demikian, jumlah pemilih muda sebanyak 40.749.503

4

orang. Dalam pemilu, jumlah itu sangat besar dan bisa menentukan kemenangan partai
politik atau kandidat tertentu yang berkompetisi dalam pemilihan umum.
Dalam penghitungan suara pemilu, satu suara saja sangat berarti karena bisa
mempengaruhi kemenangan politik. Apalagi suara yang berjumlah jutaan sebagaimana
halnya yang dimiliki kalangan pemilih pemula, pasti lebih menentukan lagi. Itulah sebabnya,
dalam setiap pemilu, pemilih pemula menjadi “rebutan” berbagai kekuatan politik.

Menjelang pemilu, partai politik atau peserta pemilu lainnya, bisaanya membuat iklan atau
propaganda politik yang menarik para pemilih pemula. Mereka juga membentuk komunitas
kalangan muda dengan aneka kegiatan yang menarik anak-anak muda, khususnya pemilih
pemula seperti kalian. Tujuannya satu: agar kamu dan generasi kamu para pemilih pemula
tertarik dengan partai atau kandidat itu dan kemudian memberikan suaranya dalam pemilu
untuk mereka sehingga mereka dapat mendulang suara yang signifikan dan meraih
kemenangan.

Oleh karena pemilih pemula sangat potensial, maka kamu harus “jual mahal” pada
mereka. Caranya bagaimana? Jangan mau dijadikan obyek politik yang mudah dipengaruhi
dengan aneka rayuan dan iming-iming sesaat. Kamu adalah subyek politik yang punya
kemandirian dan kecerdasan serta kebebasan untuk menentukan pilihanmu sesuai dengan
aspirasi dan hati nuranimu. Pilihlah partai atau calon yang menurutmu berkualitas.

Arti Penting Pendidikan Pemilih Pemula
Selain memiliki banyak kelebihan, seperti telah diuraikan secara singkat di atas,
pemilih pemula juga memiliki kekurangan. Yakni mereka belum memiliki pengalaman
5

memilih dalam pemilu. Pemilu mendatang merupakan pengalaman pertama kalinya bagi

pemilih pemula akan menggunakan hak pilihnya.
Karena belum punya pengalaman memilih dalam pemilu, pada umumnya banyak
dari kalangan mereka yang belum mengetahui berbagai hal yang terkait dengan pemilihan
umum. Misalnya untuk apa pemilu diselenggarakan, apa saja tahapan pemilu, siapa saja
yang menjadi peserta pemilu, apa saja syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi
peserta pemilu, siapa saja yang boleh memilih dalam pemilu, apa itu partai politik dan
sebagainya. Mereka juga tidak tahu bahwa suaranya sangat berarti bagi proses politik di
negaranya. Bahkan tidak jarang mereka enggan berpartisipasi dalam pemilu dan memilih
ikut-ikutan tidak mau menggunakan hak pilihnya alias golongan putih (golput). Sayang
banget kan kalau suaranya mubazir?
Nah, temuan Lembaga Peduli Remaja (LPR) Kriya Mandiri Solo yang melakukan jajak
pendapat pada pemilih pemula di Kota Solo tanggal 19 Februari 2009, menarik kita simak.
Menurut survai LPR, potensi golput pemilih pemula di Solo cukup tinggi. Dari 340 responden
yang dipilih secara acak dari sepuluh SMA dan SMK di Solo, hanya 21,49% saja yang
menyatakan siap memberikan suara. Sisanya 60,51% menyatakan belum yakin apakah akan
memilih atau tidak, artinya berpotensi golput, dan 18% dengan tegas menyatakan tidak
memilih.

6


Hasil survei juga menunjukkan 67,55% pemilih pemula belum mengetahui secara
persis tahapan dan sistem pemilu. Tidak hanya itu, sebanyak 76,40% bahkan mengaku tidak
tahu jumlah kontestan partai politik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketertarikan
pemilih pemula untuk berpartisipasi pada Pemilu 2009 lalu masih sangat rendah. Sikap ini
terlihat dari 91,01% responden menyatakan tidak bersedia turut serta dalam kegiatan
kampanye.
Merujuk dari data survei di atas, pendidikan politik bagi pemilih pemula merupakan
keniscayaan yang tak bisa dihindari. Di sekolah, kamu pasti sudah mendapatkan pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diajarkan oleh Bapak atau Ibu Guru. Di dalamnya
juga disinggung tentang demokrasi dan mungkin juga tentang pemilihan umum. Tetapi
karena tidak secara spesifik, pengetahuan tentang pemilu tidak secara mendetail dibahas
Bapak/Ibu Guru PKn.
Oleh karena itulah, penting bagi kamu untuk mendapatkan pendidikan politik yang
secara spesifik ditujukan bagi pemilih pemula, seperti kamu dan teman-temanmu. Dalam
pendidikan pemilih pemula akan disampaikan arti penting suara kamu dalam pemilu,
berbagai hal yang terkait dengan pemilu, seperti fungsi pemilu, sistem pemilu, tahapan
pemilu, peserta pemilu, lembaga penyelenggara pemilu dan sebagainya. Tujuannya agar
kamu dan pemilih pemula pada umumnya memahami apa itu pemilu, mengapa perlu ikut
pemilu dan bagaimana tatacara menggunakan hak pilihmu dalam pemilu. Setelah kamu
memahami berbagai persoalan pemilu diharapkan kamu menjadi pemilih yang cerdas yakni

pemilih yang sadar menggunakan hak pilihnya dan dapat memilih pemimpin yang
berkualitas demi perbaikan masa depan bangsa dan negara.

7