SNMPTN Perkuat Mental Kompetitif.

KOMPAS
o
o
. o

o Sen;n
1
17
OJan

,

2
18

CD
19

OPeb

o Rabu


Selasa

4

6

5
20

21

7
22

8
23

Kam;s
Jumat

9
10
11
24
25
26

o Mar OApr o Me; OJun 8Jul

12

13
27

OSep

OAgs

o


Sabtu

M;nggu

14
28

OOkt

15
29

16
30

31

ONov ODes

..,~


JENDELA INFO PEN[)I[)IKAN

SNMPTN
PERKUAT MENTAL

KOMPETITIF
Anggapan primadona masih tersanding pada kerangka
PTN (Perguruan Tinggi Negeri).Ratusan ribu calon
mahasiswa tiap tahunnya selalu bersaing untuk bisa
merengkuh bangku di PTN karena dianggap memiliki
kredibilitas,biaya yang terjangkau serta kualitas
dan prestasi yang mumpuni. Wajar kalanya,
ribuan calon mahasiswa amat bermimpi
untuk dapat diterima di PTN.

D

ahulu, jalur untuk masuk ke PTN
hanya melalui Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (sekarang :

SNMPTN, dulu : SPMB, UMPTN,
SIPENMARU) yang tes-nya diadakan secara nasional dan PMDK (penelusuran Minat Dan Kemampuan), yang mengharuskan syaratsyarat tertentu. Tentu persaingan keduanya amat
berat dan hanya sepersekian persen dari mereka
yang yakin bisa lolos dari tes "Iubangjarum" ini. Inilah alasan mengapa tes demikian dianggap bergengsi dan memiliki aura kompetisi yang tinggi.
Saat ini SNMPTN bukanlah satu-satunya gerbang untuk menembus PTN. Sudah banyak jalur
lain yang disediakan oleh masing-masing perguruan tinggi dan biasa disebut dengan ujian mandiri.
Inilah awal dimana ratusan orang berteriak akan
komersialisasi pendidikan, karena untuk menembus suatu PTN darijalur ini diharuskan membayar
lebih besar dari pada mereka yang masuk dari
SNMPTN, dan pada beberapa PTN temama biayanya menembus angka yang dikategorikan luar biasa
mahal. Dari beberapa kalangan masyarakat menilai,
jalur-jalur mandiri seperti ini sedikitnya telah mengurangi pencitraan dari PTN, dan akhimya banyak
dari calon mahasiswa yang saat ini lebih memilih
untuk masuk ke PTS karena dianggap saat ini lebih
relevan oleh banyak orang. Sebagian dari mereka
yang lebih memilih PTS rata-rata bilang kalau PTS
memiliki keunggulan fasilitas, kualitas mereka pun
sudah semakin balk, dan dari segi biaya mereka menyatakan tidak jauh beda dibandingkan PTN, bahkan terkadang lebih murah.
--


Ada opini menarik dari Prof Adang Surahman,
Wakil Rektor Bidang Akademik ITB saat diwawancarai Kompas (18/6). Menurutnya memang saat ini
sebuah kondisi realistis harus dihadapi b.erbagai
PTN di Indonesia karena ketidakcukupan dana
subsidi pemerintah terhadap para PTN. Maka dari
itu, PTN akhimya mengambil jalan mandiri dengan
dibukanya berbagai jalur ujian yang biayanya amat
mencengangkan. Katanya juga, dengan harga yang
tinggi, calon mahasiswa bukan dengan mudah begitu saja untuk menembus PTN tersebut. "Ujian
mandiri itu mahal, lantas tidak ada pengurangan
tingkat kesulitan tes, untuk itu saya menyarankan
sebaiknya calon mahasiswa berpikir lebih pada
SNMPTN. Saya rasa tingkat persaingannya sama
sulitnya dengan ujian mandiri, tapi nilai lebihnya
allalah pengorbanan biaya yang tidak semahal ujian
mandiri di berbagai PTN. Jadi ad:' baiknya mengambil kompetisi di SNMPTN karena kelebihan tersebut. Kami memang sebagai akademisi di PTN memang tetap mutlak mengadakan ujian mandiri, karena berhubungan dengan faktor ekonomi di PTNPTN tersebut. Karena kenyataan menyebutkan
subsidi dari pemerintah tidak mencukupi kebutuhan biaya di PTN. Tetap bersikap realistis, tapi saya
pribadi tetap berpendapat ada baiknya calon mahasiswa mengambiljalur SNMPTN karena kelebihannya tersebut," kata Adang.
Kendumya


Mental KomJMUsl

Di salah satu sudut ruang kelas perkuliahan,
terlihat sekitar 40-an mahasiswa terkonsentrasi
memperhatikan dosennya. Mereka tampak diam,
tertuju pada dosen dan dari pe~andangan

bisa disimpulkan bahwa terpakunya mereka saat
itu adalah karena berkonsentrasi penuh pada mata
kuliah pagi itu. Sejenak sang dosen melempar pertanyaan, tapi yang terjadi bukanlah reaksi jawaban
dari para mahasiswanya, namUJ). hanya tegunan
hampa yang didapat sang dosen. ,Ini adalah sebuah
gambaran turunnya mental kompetisi diantara civitas akademika yang tidak dibckali oleh mental
yang baik. Bayangkanjika semua ini terjadi pada setiap ruang kelas perkuliahan. Mental ini harus dihindari walaupun sistem ujian masuk sudah amat
bervariasi dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Coba bermain dalam analisis, banyak yang menyatakan kalau mental kompetisi merekalah yang
berkurang, bukan kecerdasan. Diakui Adang Surahman, pada awal pengadaan ujian mandiri di almamatemya pada tahun 2003, ITB mengalami peningkatan angka DO (Drop Out) senilai kurang lebih 1%.Tapi menurutnyajugakini ujian mandirisudah dalam tahap yang baik dalam menyaring. Memang ada data yang menyebut akan semakin baiknya pengadaan ujian mandiri di beberapa universitas, tapi ini masih bertentangan dengan pengakuan
sebagian besar dosen yang langsung menghadapi
anak didik yang masuk dari jalur mandiri dan juga
SNMPTN.

Dalam data terbaru yang dikemukakan Adang,
menyebutkan di ITB sendiri siiltem penyaringan
sudah lebih baik dari penyelenggaraan pertamanya,
adanya akademisi yang mengkritik sistem penyaringan mandiri, Adang mengaku tetap menghormati semua opini tersebut. Bagi dirinya, sebuah data membuktikan nilai konkret pada prestasi akademik para anak didiknya. "Intil).yabmi selalu melakukan perbaikan, tapi saya menghormati opini-opini yang muncul. Untuk penyaringan mandiri di beberapa PTN lainnya, itu saya kembalikan pada institusi mereka dan kebijakannya dalam mengadakan
seleksi," jelas Adang (18/6).
Flktor BIIYI
SNMPTN bisa dikatakan SQbagai ajang yang
amat ditunggu. Dibandingkan dengan ujian mandiri, seseorang yang bisa menembus PTN melalui jalur SNMPTN akan memiliki sebuah gengsi tersendiri. Dari alasan psikologis ini, Marlon L~ong S.Kom
M.Kom, Wakil Rektor Bidang Akademik UNlKA
Soegiapranata di Semarang.membenarkan kenyataan ini. "SNMJ1TNmemang m&upakanjalur yang
paling diminati banyak prang. Ini karena diakui
bahwa jalur ini masih bergengsi. Atas reputasi ini,
mereka yang lulus di PTN melalui SNMPTN akan
merasa amat bergengsi dibandingkan lulus dari jalur ujian mandiri," jelas Marlon Leong.
Dari anggapan bergengsi, Dr A Koesmargono,
Wakil Rektor Bidang Akademik UNlKA Atma Jaya
Yogyakarta menyatakan kalau SNMPTN juga memiliki nilai jual dari murahnya biaya selain faktor
bergengsi
yang dikatakan
Marlon

Leong.
"SNMPTN masih dicari karenal;aat ini kehidupan
ekonomi masyarakat makin sulit. Apalagi ditambah
dengan kenyataan munculnya krisis global seperti
sekarang, orang jadi berpikir dua kali dalam menembus pendidikan yang harus mengorbankan biaya mahal," jelas Koesmargono.(AFlV

sekilas

-...---..-----

K lip i n 9 Hum Q5 U n p Qd 2 0 0 9-