HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA REMAJA Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Kesejahteraan Subjektif Pada Remaja.

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Dalam mencapai derajat Sarjana (S-1)

Diajukan oleh :
OKTAFIYANA KUSUMA RINI
F100 100 170

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

i

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN KESEJAHTERAAN
SUBJEKTIF PADA REMAJA

Untuk memenuhi sebagai Persyaratan mencapai gelar

Derajat sarjana S-1 Psikologi

Diajukan Oleh:

OKTAFIYANA KUSUMA RINI
F100100170

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

i

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN KESEJAHTERAAN
SUBJEKTIF PADA REMAJA

Yang Diajukan Oleh:
OKTAFIYANA KUSUMA RINI
F100100170


Telah disetujui untuk dipertahannkan
Di depan Dewan Penguji oleh:

Pembimbing

Dra. Wiwien Dinar Pratisti, M.Si

Tanggal, 7 Januari 2016

ii

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN KESEJAHTERAAN
SUBJEKTIF PADA REMAJA

Yang diajukan oleh
OKTAFIYANA KUSUMA RINI
F100100170

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 9 Januari 2016

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Penguji Utama
Dra. Wiwien Dinar Pratisti, M.Si

________________________

Penguji Pendamping I
Dra. Zahrotul Uyun, M.Si

________________________

Penguji Pendamping II
Dra. Partini, M.Si

________________________

Surakarta 9 Januari 2016
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Psikologi


Taufik, M.Si, Ph.D

iii

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN
KESEJAHTERAANSUBJEKTIF PADA REMAJA
Oktafiyana Kusuma Rini
Wiwien Dinar Pratisti
oktafiyana.kr@gmail.com
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAKS
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara regulasi emosi
dengan kesejahteraan subjektif pada remaja. Dugaan awal yang diajukan dalam
penelitian ini adalah ada hubungan positif antara regulasi emosi dengan kesejahteraan
subjektif pada remaja. Semakin tinggi regulasi emosi semakin tinggi pula
kesejahteraan subjektif pada remaja. Sebaliknya semakin rendah regulasi emosi maka
semakin rendah pula kesejahteraan subjektif pada remaja.Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XII SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah metode cluster sampling,dari seluruh kelas XII peneliti
mengundi secara acak dan didapatkan sampel kelas XII IPA 1, XII IPA 4, XII IPS 3.

Skala yang digunakan adalah skala regulasi emosi dan skala kesejahteraan subjektif.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi
product moment Pearson untuk menguji hubungan antara regulasi emosi dengan
kesejahteraan subjektif pada remaja. Korelasi product momentPearson menunjukkan
koefisien sebesarr= 0,350 dengan p = 0.001 (p < 0,005) yang artinya ada hubungan
positif yang signifikan antara regulasi emosi dengan kesejahteraan subjektif remaja.
Jadi hipotesis penelitian diterima.Koefisien determinan (r²) sebesar 0,123 sehingga
sumbangan regulasi emosi terhadap kesejahteraan subjektif sebesar 12,3%. Tingkat
regulasi emosi remaja tergolong sedang dengan rerata empirik (RE) sebesar 52,12
dan rerata hipotetik (RH) sebesar 45 yang berada pada kisaran 39 ≤ x < 51. Kemudian
variabel kesejahteraan subjektif memiliki rerata empirik (RE) sebesar 42,07 dan
rerata hipotetik (RH) sebesar 36 berkisar antara 31,2 ≤ x < 48 yang berarti
kesejahteraan subjektif remaja tergolong sedang.
Kata kunci : regulasi emosi, kesejahteraan subjektif, remaja

1

SUBJECTIVE WELFARE IN TEENAGERS
Oktafiyana Kusuma Rini
Wiwien Dinar Pratisti

oktafiyana.kr@gmail.com
Psychology Faculty, Muhammadiyah University of Surakarta
ABSTRACT
This research aimed at examining the correlation between the emotional
regulation and the subjective welfare in teenagers. The early hypothesis proposed in
this research was that there was a positive correlation between the emotional
regulation and the subjective welfare in the teenagers. The higher the emotional
regulation, the higher the subjective welfare in the teenagers would be. In contrary,
the lower the emotional regulation, the lower the subjective welfare in the teenagers
would be. The subjects in this research were the students of class XII of SMA Negeri
1 Wonosari Klaten. The technique of sampling used was the method of cluster
sampling, from all classes XII, the researcher drew at random and obtained samples
of class XII IPA 1, XII IPA 4, XII IPS 3. The scales used were the scale of emotional
regulation and the scale of subjective welfare. The technique of data analysis used in
this research was the technique of the Pearson product moment correlation to test the
correlation between the emotional regulation and the subjective welfare in the
teenagers. The Pearson product moment correlation showed coefficient as much as
0.350 with p = 0.001 (p < 0.005) that meant that there was a positively significant
correlation between the emotional regulation and the subjective welfare of the
teenagers. Therefore, the hypothesis of the research was accepted. Coefficient of the

determination (r²) was as much as 0.123, therefore, the contribution of the emotional
regulation on the subjective welfare was as much as 12.3%. The level of the
teenagers' emotional regulation was categorized as moderate with the empirical mean
was as much as 52.12 and the hypothetical mean was as much as 45 which were in
the range of 39 ≤ x < 51. Then, the variable of subjective welfare had the empirical
mean as much as 42.07 and the hypothetical mean as much as 36 ranging from 31,2 ≤
x < 48 that meant that the subjective welfare in the teenagers was categorized as
moderate.
Keyword: emotional regulation, subjective welfare, teenagers

2

menyebabkan ketidaknyamanan yang

PENDAHULUAN

merupakan

Cahyat, Gonner, dan Haug (2007)
menjelaskan


bahwa

subjektif.

Ketidaknyamanan atau perasaan yang
tidak menyenangkan tentu saja sangat

bersifat material (kebendaan) maupun

berkaitan

bukan material, yang mencakup aspek

erat

dengan

lingkungan


pergaulan atau sosial.

gizi dan kesehatan, pengetahuan, dan
kekayaan materi. Sedangkan perasaan
subjektif

rendahnya

kesejahteraan

kesejahteraan

terdiri dari kebutuhan dasar yang

kesejahteraan

indikasi

Utami (2009) menyebutkan ketika


adalah

seseorang

memiliki

kesejahteraan

kumpulan perasaan seseorang; bisa

subjektif yang tinggi akan mengalami

berupa

kepuasan

perasaan

sejahtera,


rasa

hidup

dan

mengalami

bahagia, rasa dihormati, rasa diakui,

kegembiraan lebih sering, serta jarang

rasa miskin, rasa serba kekurangan,

mengalami

dan

menyenangkan, seperti kesedihan dan

perasaan-perasaan

sejenisnya.

Perasaan ini bersifat sangat umum dan

kemarahan.

dipengaruhi

dikatakan

oleh

seluruh

aspek

emosi

yang

Sebaliknya,
memiliki

tidak

seseorang

kesejahteraan

kehidupan. Perasaan ini bisa saja

subjektif yang rendah maka akan

bersifat

merasa tidak puas dengan hidupnya,

sementara

dipengaruhi

oleh

dan

mungkin

kejadian-kejadian

mengalami

sesaat.

kegembiraan,

Diener

dan

menyatakan

Lucas

bahwa

mengalami

(2000)

menyenangkan

antara
dan

orang

atau

lebih

sering

negatif

seperti

menginginkan

hidupnya

sejahtera dan tidak terkecuali oleh

sangat

seorang

tidak

remaja.

Gross

(2013)

menyatakan remaja atau adolescence

menyenangkan. Perasaan yang tidak
menyenangkan

emosi

dan

yang sudah disebutkan bahwa setiap

dan emosi seseorang. Perasaan itu
bervariasi

dan

afeksi

kemarahan atau kecemasan. Seperti

kesejahteraan

subjektif dapat dilihat dari perasaaan

dapat

sedikit

berasal dari bahasa latin adolescere,

negatif
3

yang

berarti

“tumbuh

menjadi

perkembangan remaja antara lain:

dewasa”. Remaja adalah fase yang

mencapai

labil, moody, krisis identitas atau

antara teman sebaya, mencapai peran

pencarian jati diri. Selain ditandai

sosial

dengan perubahan psikologis yang luar

menerima

biasa besar, masa remaja juga ditandai

mengembangkan

dengan berbagai perubahan dalam

intelektual, mencapai tingah laku yang

perilaku, ekspektasi, dan hubungan

bertanggung

dengan orang tua dan teman sebaya.

beriman dan bertawakal kepada Tuhan

hubungan

sebagai

pria

yang

atau

keadaan

matang

wanita,
fisik,

keterampilan

jawab

secara

sosial,

Yang Maha Esa.
Bradshaw dkk (dalam Santi, 2012)
menyatakan

bahwa

Beberapa pendapat yang telah di

pegukuran

jelaskan di atas, remaja diharapkan

kesejahteraan pada remaja bisa dilihat

sudah mampu mencapai tugas-tugas

dari tiga aspek: kesejahteraan pribadi

perkembangan tersebut. Namun pada

(personal well being), kesejahteraan

kenyataanya ada sebagian remaja yang

dalam menjalin hubungan (relational
well

belum mampu mencapai tugas-tugas

being) dan kesejahteraan di

sekolah

(well

being

in

perkembangan tersebut.

school).

Penelitian awal yang dilakukan

Indikator kesejahteraan ini meliputi

oleh peneliti tentang kesejahteraan

kondisi materi, kondisi tempat tinggal,

subjektif di SMA Negeri 1 Wonosari

pendidikan dan pertemanan. Kemudian
Heshmati

dkk

menyatakan
subjektif

bahwa

(Santi,

Klaten pada tanggal 25 Februari 2014,

2012)

dengan jumlah siswa yang mengisi alat

kesejahteraan

mengandung

ukur

beberapa

dan

keterlibatan

Syamsu,

terbuka

menjawab sama persis dengan orang

dalam

lain, ada 4 orang yang menjawab

pendidikan.
Menurut

kuesioner

sebanyak 139, ada 2 dua orang yang

indikator, yaitu perasaan akan rasa
aman,

berupa

pertanyaan yang ada di alat ukur tidak
Havighurs
2011)

(dalam

sesuai dengan maksud dari pertanyaan

tugas-tugas

4

tersebut, dan ada 1 orang yang datanya

kesejahteraan adalah ketika hidup

tidak lengkap. Sehingga data yang

makmur dan bahagia ada sebesar

dapat di analisis sebanyak 131.

15,3%,

Berdasarkan pertanyaan yang telah

yang

menyatakan

bahwa

kesejahteraan adalah ketika hidup

diajukan oleh peneliti kepada para

tenang

siswa kelas XI IPA 1 sampai dengan

menyatakan

IPA 4 SMA Negeri 1 Wonosari,

adalah ketika merasa puas dan bebas

Klaten tentang makna kesejahteraan

dalam menjalani hidup ada sebesar

subjektif bagi para remaja, maka

6,9%, dan kesejahteraan adalah ketika

didapatkan hasil sebagai berikut:

mampu mensyukuri apa yang telah

yang

bahwa

kesejahteraan

mayoritas para siswa belum merasa

64,9%, yang sudah

sejahtera. Padahal harapannya setiap

merasa sejahtera sebanyak 40 atau

siswa juga bisa merasakan sejahtera di

30,5% dan yang merasa mungkin

saat kondisi apapun yang mereka

sudah sejahtera 6 orang atau 4,6%.
menurut

2,3%,

data tersebut dapat diketahui bahwa

terdapat 85 orang yang belum merasa

Kemudian

sebesar

diberikan Tuhan sebesar 2,3%. Dari

Dari 131 siswa yang menjawab

sejahtera atau

ada

sedang alami.

para

siswa

mereka

adalah

Ada beberapa faktor yang dapat

sebagai berikut; hidup sejahtera adalah

mempengaruhi kesejahteraan subjektif

tercukupinya

sebesar

siswa. Menurut Sheldon dan Eliot

29,8%, yang menjawab kesejahteraan

(dalam Nailil, 2009) salah satu faktor

adalah ketika terpenuhinya keinginan

yang

sebesar

subjektif

kesejahteraan bagi

13%,

kebutuhan

yang

menjawab

mempengaruhi
siswa

kesejahteraan

adalah

emosi.

kesejahteraan adalah ketika mereka

Selanjutnya Gunarsa (Wahyuni, 2013)

bisa hidup mandiri sebesar 4,6%, yang

mengatakan salah satu karakteristik,

menjawab kesejahteraan adalah ketika

yang

merasa nyaman, aman, dan damai ada

permasalahan

sebesar

adalah ketidakstabilan emosi. Segala

26%,

yang

menjawab

5

dapat
pada

menimbulkan
masa

remaja

pertentangan

yang

timbul

b. Mengevaluasi

dalam

keseharian para remaja, akan memicu

evaluating)

emosi remaja yang bisa saja berakibat

Mengevaluasi

emosi

(emotions

emosi

yaitu

fatal apabila tidak bisa mengatur

kemampuan individu untuk mengelola

emosinya dengan baik.

dan menyeimbangkan emosi-emosi yang
dialami. Kemampuan mengelola emosi-

Gross (dalam Nisfiannoor &

emosi khususnya emosi negatif seperti

Kartika, 2004) menyatakan bahwa
menurut
regulasi

pandangan
emosi

kemarahan, kesedihan, kecewa, dendam,

evolusioner,

sangat

dan benci akan membuat individu tidak

diperlukan

terbawa

dan

karena beberapa bagian dari otak

mendalam

manusia

menginginkan

untuk

c. Modifikasi

melakukan

sesuatu

situasi

modifications)

pada

tertentu, sedangkan bagian lainnya

terpengaruh

emosi

secara

(emotions

Modifikasi emosi yaitu kemampuan

menilai bahwa rangsangan emosional

individu

ini tidak sesuai dengan situasi saat itu,

sedemikian

sehingga

individu

memotivasi diri terutama ketika individu

melakukan sesuatu yang lain atau tidak

berada dalam keadaan putus asa, cemas,

melakukan sesuatu pun.

dan marah.

membuat

Aspek-aspek

regulasi

untuk
rupa

Menurut

emosi

mengubah
sehingga

Salove

&

emosi
mampu

Sluyter

menurut Thompson (dalam Gross, 2006)

(dalam Nisfianoor dan Kartika, 2004),

terdiri dari:

faktor yang mempengaruhi regulasi

a. Memonitor

emosi

emosi ada dua, antara lain:

(emotions

a. Umur dan Jenis Kelamin

monitoring)

Memonitor

adalah

Seorang gadis yang berumur 7-

kemampuan individu untuk menyadari

17 tahun lebih dapat melupakan

dan memahami keseluruhan proses yang

tentang emosi yang menyakitkan dari

terjadi di dalam diri, seperti: perasaan,

pada anak laki-laki yang juga seumur

pikiran,

dengannya. Anak perempuan lebih

dan

emosi

latar

belakang

dari

tindakan.

6

banyak

mencari

dukungan

dengan anak, umur dan jenis kelamin,

dan

hubungan interpersonal.

perlindungan dari orang lain untuk
meregulasi

emosi

sedangkan

negatif

anak

menggunakan

latihan

Menurut

mereka

Arianti

(2010)

laki-laki

Subjective well-being (kesejahteraan

untuk

subjektif) adalah persepsi seseorang

fisik

meregulasi emosi negatif mereka.

terhadap pengalaman hidupnya, yang

b. Hubungan Interpersonal

terdiri dari evaluasi kognitif dan afeksi

Hubungan

interpersonal

terhadap hidup dan merepresentasikan

dan

dalam kesejahteraan psikologis.

individual juga mempengaruhi regulasi

Lebih lanjut Diener et al., (dalam

emosi. Keduanya berhubungan dan
saling mempengaruhi, sehingga emosi

Utami,

meningkat bila individu yang ingin

seseorang

mencapai suatu tujuan berinteraksi

kesejahteraan subjektif yang tinggi jika

dengan

lingkungan

dan

yang

lainnya.

Biasanya

emosi

individu

2009)

dikatakan

bersangkutan

kepuasan

positif

menjelaskan

hidup

bahwa
memiliki

mengalami

dan

mengalami

meningkat bila individu mencapai

kegembiraan lebih sering, serta tidak

tujuannya

emosi

negatif

terlalu sering mengalami emosi yang

individu

kesulitan

tidak menyenangkan, seperti kesedihan

dalam mencapai tujuannya. Faktor-

dan kemarahan. Sebaliknya, seseorang

faktor lainnya adalah permainan yang

dikatakan

dimainkan,

subjektif yang rendah jika merasa

meningkat

dan
bila

program

televisi

yang

memiliki

mereka tonton, dan teman bermain

tidak

puas

didapat mempengaruhi perkembangan

mengalami

regulasi mereka.

kegembiraan,

Berdasarkan penjelasan diatas

mengalami

tersebut dapat disimpulkan faktor-

kemarahan

faktor yang mempengaruhi regulasi

Komponen

emosi adalah ubungan orang tua

7

kesejahteraan

dengan
sedikit
dan
emosi
atau
kognitif

hidupnya,
afeksi

dan

lebih

sering

negatif

seperti

kecemasan.
dan

afektif

kesejahteraan

subjektif

memiliki

dengan mahasiswa (di atas 17

keterkaitan yang tinggi.
Menurut
Indrayani,

tahun) menunjukkan bahwa siswa-

Diener
2013)

(dalam

siswa

kesejahteraan

mempunyai

ketidakpuasan yang lebih besar

subjektif memiliki tiga komponen,

dibanding orang dewasa.

antara lain:

Faktor yang dapat mempengaruhi
kesejahteraan

a. Life Satisfaction atau kepuasan

Converses

hidup dapat terdiri dari kepuasan

Robinson

mempengaruhi

cinta, pernikahan, persahabatan,

(dalam

kesejahteraan

subjektif yang diungkapkan oleh Suh

dan lain sebagainya.
menyenangkan,
emosi

dan

menurut

Faktor demografis yang dapat

bidang kehidupan, seperti rekreasi,

menjadi

subjektif

Nailil, 2009) adalah sebagai berikut:

yang dirasakan dalam berbagai

b. Afek

sekolah

(dalam Nailil, 2009) adalah sebagai

terbagi

positif

berikut:

khusus

seperti afeksi dan harga diri.

Tingkat

pendidikan,

tingkat

c. Afek yang tidak menyenangkan,

pengatahuan atau pengetahuan materi

dapat dipisahkan menjadi emosi

pelajaran tentu merupakan salah satu

dan mood khusus, seperti malu,

faktor penentu status sosial yang akan

marah, sedih, rasa bersalah, dan

mempengaruhi kesejahteraan subjektif

cemas.

individu. Suh (dalam Nailil, 2009)

d. Usia

menyatakan
Merupakan

faktor

yang

bahwa

individualistik

pada

mahasiswa

budaya
yang

diprediksikan dapat mempengaruhi

mempunyai pengetahuan yang lebih

keadaan kesejahteraan

tinggi menunjukkan kepuasan hidup

subjektif

individu. Penelitian Converse dan
Robinson

(Nailil,

membandingkan

2009)
antara

yang lebih tinggi.

yang

Menurut

siswa-

Berk

(2012)

masa

remaja (adolescence) adalah periode

siswa usia sekolah (6-17 tahun)

antara masa kanak-kanak dan dewasa.
8

Para teoretikus awal memandang

memecahkan

masa

menguji secara sistematis pemecahan-

remaja

sebagai

periode

masalah-masalah

kekacauan dan ketertekanan biologis

pemecahan masalah.

atau sepenuhnya dipengaruhi oleh

Berdasarkan

uraian

dan

latar

lingkungan sosial. Penelitian terkini

belakang di atas maka dapat diajukan

menunjukkan bahwa masa remaja

rumusan

merupakan

hubungan antara regulasi emosi sosial

hasil

dari

kekuatan

berfikir

remaja

Hipotesis pada penelitian ini

masih kanak-kanak. Pemikiran remaja

adalah ada Hubungan Positif antara

sudah sampai pada tahab operasional
Menurut

menyebutkan
operasional
berfikir

Santrock

ciri-ciri
formal,

dengan

Regulasi Emosi dengan Kesejahteraan

(2004)

Subjektif pada remaja

pemikiran

remaja

cara

yang

mulai

METODE PENELITIAN

lebih

Populasi

abstrak, idealis, dan logis dari pada

yang berjumlah 8 kelas. Masing-

terbatas pada pengalaman konkret
dasar

masing kelas ada sekitar 40 siswa jadi

pemikiran.

populasinya ada sekitar 320 siswa.

Berfikir secara idealis, remaja sering

Teknik

berfikir tentang apa yang mungkin,

sampel

diri mereka sendiri, orang lain, dan

sampel

yang

dalam

penelitian

ini

menggunakan teknik cluster sampling.

duia. Berfikir secara logis, remaja

Kelompok-kelompok dalam penelitian

mulai berfikir seperti ilmuan, yang
rencana-rencana

pengabilan

digunakan peneliti untuk pengambilan

remaja berfikir tentang ciri-ciri ideal

menyusun

digunakan

XI SMA Negeri 1 Wonosari Klaten,

secara abstrak, remaja tidak lagi

sebagai

yang

dalam penelitian ini adalah siswa kelas

ketika masih kanak-kanak. Berfikir

aktual

ada

remaja?

sudah

berbeda dengan cara berfikir saat

formal.

“apakah

dengan kesejahteraan subjektif pada

biologis, psikologis, dan sosial.
Cara

masalah

ini adalah kelas-kelas yang ada dalam

untuk

populasi, yaitu kelas XI SMA Negeri 1

9

yang

korelasi r= 0,350 dengan p = 0.001 (p

digunakan dalam penelitian ini adalah

< 0,005). Dari hasil analisis diketahui

XI IPA 1, XI IPA 4, XI IPS 3. Skala

bahwa hipotesis “ada hubungan positif

regulasi emosi terdiri dari 30 butir

antara

pertanyaan yang disusun berdasarkan

kesejahteraan

dari aspek-aspek regulasi emosi yang

remaja”diterima.

diambil dari konsep Thompson (dalam

regulasi emosi maka semakin tinggi

Gross, 2006), yaitu: memonitor emosi,

kesejahteraan subjektif pada remaja,

mengevaluasi

demikian pula sebaliknya semakin

Wonosari

Klaten.

Sampel

emosi,

memodifikasi

emosi.Dalam

pembuatan

kesejahteraan

subjektif,

Modifikasi

dan

penambahan

kondisi

Kebiasaan-kebiasaan

yang

dilakukan

menyenangka.
mengggunakan

Analisis
korelasi

remaja

untuk

emosi negatif tersebut dapat dilakukan
dengan cara yang telah dijelaskan oleh

lingkungan

afek

para

yang

memahami dan menguasai emosi-

aitem

Gross (2006) seperti, memonitor emosi
yakni

aspek-aspek kepuasan hidup, afek
dan

tinggi

remaja.

yang diteliti. Skala ini mengacu pada

menyenangkan

Semakin

rendah kesejahteraan subjektif pada

unfavourabel . Hal ini dilakukan untuk

menyesuaikan

subjektif

peneliti

dilakukan antara lain bahasa, jumlah
aitem

dengan

rendah regulasi emosi maka semakin

yang dibuat oleh Ed Diener dan
2009.

emosi

skala

memodifikasi dari Flourishing scale

Robert,

regulasi

kemampuan individu untuk

menyadari dan memahami keseluruhan

tidak

proses yang terjadi di dalam diri,

data

seperti: perasaan, pikiran, dan latar

product

belakang dari tindakan. Memonitor

moment pearson.

emosi

ini

terhubung
HASIL DAN PEMBAHASAN

membantu
dengan

individu

emosi-emosi,

pikiran-pikiran, dan keterhubungan ini

Berdasarkan hasil perhitungan

membuat individu mampu menamakan

analisis data diperoleh nilai koefisien

setiap emosi yang muncul sehingga

10

emosi-emosi negatif yang ada didalam

ketika individu berada dalam keadaan

diri individu-individu tersebut dapat

putus asa, cemas, dan marah (Gross,

ditahan dan tidak dikeluarkan dalam

2006).

bentuk yang negatif pula. Cara untuk

individu

memahami dan menguasai emosi yang

optimisme dalam hidup. Kemampuan

selajutnya adalah mengevaluasi emosi

ini membuat individu mampu bertahan

yaitu

dalam

kemampuan

mengelola

dan

individu

untuk

Kemampuan
mampu

masalah

mampu

menyeimbangkan

ini

menumbuhkan

yang

terus

membuat

membebani,

berjuang

ketika

emosi-emosi yang dialami (Gross,

menghadapi hambatan yang besar, dan

2006). Kemampuan mengelola emosi-

tidak mudah putus asa serta kehilangan

emosi khususnya emosi negatif seperti

harapan.

kecewa,

Kemudian hasil penelitian ini

dendam, dan benci akan membuat

juga menunjukkan sumbangan efektif

individu tidak terbawa dan terpengaruh

variabel

secara

kesejahteraan subjektif sebesar 12,3%

kemarahan,

kesedihan,

mendalam.

Hal

ini

regulasi

yang

lagi berpikir rasional. Sebagai contoh

korelasi determinan (r²) sebesar 0,123.

ketika individu mengalami perasaan

Hal ini berarti terdapat 87,7% variabel

kecewa dan benci, kemudian mampu

lain yang mempengaruhi kesejahteraan

menerima

apa

subjektif selain variabel dukungan

adanya, tidak berusaha menolak, dan

sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat

berusaha

emosi

Weiten (2008), ada faktor lain yang

tersebut secara konstruktif. Cara untuk

mempengaruhi kesejahteraan subjektif

memahami dan menguasai emosi yang

dibagi menjadi dua yakni faktor kuat,

terakhir adalah Modifikasi emosi yaitu

meliputi

kemampuan individu untuk mengubah

pekerjaan dan kepribadian. Sedangkan

emosi
mampu

tersebut

menyeimbangkan

sedemikian
memotivasi

cinta

oleh

terhadap

mengakibatkan individu tidak mampu

perasaan

ditunjukkan

emosi

dan

koefisien

pernikahan,

rupa

sehingga

faktor sedang meliputi harga diri yang

diri

terutama

positif, relasi sosial, kontrol diri,

11

memiliki

syukur. (3) Berdasarkan hasil analisis

tujuan hidup yang pasti. Selain itu

kategori diketahui variabel regulasi

Taufik (2012), menambahkan variabel

emosi mempunyai rerata empirik (RE)

lain

mempengaruhi

sebesar 52,12 dan rerata hipotetik

kesejahteraan subjektif sesorang yaitu

(RH) sebesar 45 yang berarti regulasi

harta, usia, kesehatan, agama dan rasa

emosi pada subjek tergolong sedang.

syukur.

(4) Berdasar variabel kesejahteraan

ekstraversi,

optimis

yang

dan

dapat

subjektif diketahui mempunyai rerata
SIMPULAN DAN SARAN

empirik (RE) sebesar 42,07 dan rerata

Berdasarkan

hipotetik (RH) sebesar 36 yang berarti

yang

telah

hasil

diuraikan

penelitian
pada

kesejahteraan subjektif pada subjek

bab

tergolong sedang.

sebelumnya, maka dapat disimpulkan:
(1) Ada hubungan positif yang sangat
signifikan

antara

regulasi

Berdasarkan

emosi

penelitian

subjek memiliki regulasi emosi yang

dengan kesejahteraan subjektif pada

tergolong sedang dan kesejahteraan

siswa SMA Negeri 1 Wonosari Klaten.

subjektif yang tergolong sedang. Atas

Yang artinya semakin tinggi regulasi

dasar hasil kesimpulan tersebut maka

emosi maka akan semakin tinggi pula
kesejahteraan

hasil

saran yang diajukan adalah:

subjektifnya.(2)
1. Bagi SMA Negeri 1 Wonosari

Sumbangan efektif variabel regulasi

Klaten

emosi dengan kesejahteraan subjektif

a.

sebesar 12,3% yang berarti masih

Siswa
Kepada para siswa untuk

terdapat 87,7% variabel-variabel lain
kesejahteraan

lebih bisa meregulasi emosi dengan

subjektif diluar variabel dukungan

cara memonitor, mengevaluasi, dan

sosial.

memodifikasi

yang

mempengaruhi

Variabel-variabel

tersebut

antara lain kesehatan, aktivitas sosial,

sehingga

agama, cinta, harta, usia dan rasa

siswa akan meningkat.
b. Guru
12

emosi-emosi,

kesejahteraan

subjektif

Kepada guru, hendaknya terus

Berk,

E.

2012.

Development

memonitor dan berusaha untuk

Through

the

Lifespan.

mengajarkan

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

cara-cara

meningkatkan kemampuan dalam
meregulasi
dengan

emosi

para

membantu

L,

Cahyat, A., Gonner, C., Haug, M.

siswa

2007. Megkaji Kemiskinan dan

memonitor,

Kesejahteraan Rumah Tangga:

mengevaluasi, dan memodifikasi

Sebuah

emosi emosi-emosi negatif siswa,

Contoh

sehingga

Indonesia . Bogor: Center for

kesejahteraan

subjektif

para siswa dapat meningkat.
2. Peneliti

selanjutnya

dari

dengan

Kutai

Barat,

International Foresty Research.
Diener.

diharapkan

lain

berkaitan

kesejahteraan

Flourishing

Scale.

2014).

penelitian dan mempertimbankan
variabel-variabel

2009.

(online) (diakses tanggal 27 Mei

untuk memperluas ruang lingkup

dengan

Panduan

http://www.internal.psychology.

yang

illinioisedu/~ediener/Document/
FS.pdf

subjektif antara lain kesehatan,

Gross, J., J. 2006. Handbook of

aktivitas sosial, agama, cinta, harta,

Emotion Regulation. New York:

usia dan rasa syukur.

Guilford Press
Gross, R. 2012. Psychology The

DAFTAR PUSTAKA
Arianti, J. 2010. Subjective Well-Being
(Kesejahtraan
Kepuasan

Subjektif)

Kerja

Pada

Science of Mind and Behaviour .

dan

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Staf

Indrayani,

P.

2013.Model

Pengajar (Dosen) di Lingkungan

Pengembangan Subjective Well-

Fakultas Psikologi Universitas

Being

Diponegoro. Jurnal Psikologi

Pensiun.Jurnal

Undipvol. 8 no. 2Hal 119-120.

Mahasiswa

Pada

Surabaya Vol.2 No.1

13

Masa
Ilmiah
Universitas

remaja .

Nailil, A. 2009. Regulasi Emosi dan

Remaja

Rosdakarya.

Kualitas Persahabatan Sebagai
Prediktor

Bandung:

Taufik.2012.Positive

Kesejahteraan

Psychology:

Subjektif pada Remaja Putri

Psikologi

Pondok Pesantren. Tesis (tidak

Kebahagiaan.Universitas

diterbitkan).

Muhammadiyah

Yogyakarta:

Cara

Fakultas Psikologi Universitas

Surakarta.Prosiding

Gajah Mada.

Nasional

Hubungan

Antara

Komitmen

Beragama

Dan

Subjective

Well-Being

Pada

Utami,

Fakultas

and

Student Edition.

(tidak

Sarjana

Psikologi Universitas Gadjah
Mada.
Santrock, J. 2004. Perkembangan
masa hidup. Jakarta: Erlangga

Syamsu,

Y.

2011.

perkembangan

Psikologi
anak

subjektif

Variations

Version.USA.

Yogyakarta:
Pasca

Keterlibatan

Weiten, W.2008.Psychology Themes

terhadap subjective well being

diterbitkan).

2009.

Vol. 36 No. 2, 144-163

authoritative dan konsep diri

Tesis

Islamihal

mahasiswa. Jurnal Psikologi.

Jurnal

Santi, M. 2012. Pengaruh pola asuh

remaja.

M.

kesejahteraan

Psikologi. Vol. 2 No. 1, 73-93

pada

Psikologi

mahasiswa dalam kegiatan dan

Remaja Akhir Di Uversitas
Tarumanegara.

Seminar

86-87.

Nisfianoor, M., Rostiana, Puspasari, T.
2004.

Meraih

dan

14

Breifer

International